vaskularisasi dan persarafan pada otot
DESCRIPTION
Vaskularisasi Dan Persarafan Pada OtotTRANSCRIPT
Vaskularisasi dan Persarafan Pada Otot-Otot Masticatori, Geligi, Lidah dan Mukosa Rongga MulutANATOMI MUSCULUS MASTICATORI
1. Muskulus Temporalis
Musculus temporalis merupakan otot berempal dua dengan origo berbentuk kipas dan
tendon yang sangat besar, kuat. Serta berinsersio ke dalam prosesus koronoideus, Krista
temporalis profunda dan batas anterior ramus mandibula. Besar dan panjang serabut lebih
kecil daripada yang telah diuraikan secara klasik, tetapi lebih panjang daripada serabut-
serabut pterygoideus dan masseter. Meskipun itu adalah otot mandibula yang paling besar
namun biasanya tidak sebagai salah satu otot kuat yang melekat pada mandibula.
Origo :
Os. Temporale di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis.
Insersio :
Apex dan permukaan medial proc. Coronoideus mandibulae.
2. Muskulus Masseter
Musculus masseter adalah suatu massa otot yang tebal, berbentuk empat persegi
panjang di sebelah pinggir wajah. Melekat di antara permukaan lateral dari ramus mandibula
dan arcus zygomaticus, persis di bawah kulit. Empat persegi panjang itu letaknya diagonal
dengan satu sudut yang sangat membulat untuk menyesuaikan dengan garis bentuk yang
membulat dari sudut mandibula.
Origo :
Pars superficialis pada dua pertiga anterior margo inferior arcus zygomaticus (tendo),
sedangkan Pars profunda pada sepertiga posterior permukaan dalam arcus zygomaticus.
Insersio :
Pars superficialis pada angulus mandibulae (tuberositas masseterica), sedangkan Pars
profunda pada margo inferior mandibulae.
3. Muskulus Pterygoideus Medialis
Pterygoideus medialis adalah suatu massa jaringan otot yang kuat, tebal, empat
persegi panjang, terletak pada sisi medial dari ramus mandibula. Otot ini tidak selebar dan
setebal masseter. Batas posteriornya tersusun serupa dengan batas posterior dari masseter
pada proyeksi lateral, tetapi batas anteriornya terletak lebih kearah dorsal. Pada potongan
horizontal, separuh atas dari pterygoideus medialis berbentuk baji dengan pinggir yang tipis
manghadap kea rah belakang, setengah bawahnya berbentuk oval.
Origo :
Fossa pterygoidea, permukaan medial lamina lateralis proc. Pterygoidei, proc. Pyramidalis
ossi palatine.
1
Insersio :
Margo inferior mandibulae, tuberositas pterygoidea.
4. Muskulus Pterygoideus Lateralis
Otot pterygoideus lateralis menempati suatu posisi yang dalam dan tersembunyi, yaitu
terletak dalam pada ramus mandibula dan otot temporalispada dinding samping nasofaring.
Otot ini terletak persis di bawah dasar tengkorak , posterior terhadap maksila dan anterior
terhadap batas posterior dari ramus mandibula.
Origo :
Caput superius pada permukaan luar lamina lateralis proc. Pterygoidei (tuber maxillae),
sedangkan caput inferius pada facies temporalis alae majoris ossis sphenoidalis.
Insersio :
Caput superius pada discus et capsula articulationis temporomandibularis, sedangkan Caput
inferius pada fovea pterygoidea proc. Condylaris mandibulae.
1. MEMBUKA MULUT
1.1 Otot-otot yang berperan pada saat membuka mulut
M.pterigoideus lateralis
O: lateral spenoidalis, lateral pterigoid
I : kondilus mandibula, anterior diskus
N: pterigoid dari n.mandibula
Kelompok m.suprahioid ( m.digastrikus, m.mylohyoid, m.geniohyoid, m.stilohyoid)
1.2 Mekanisme membuka mulut
M.pterygoideus lateralis menarik processus condilaris ke depan menuju eminentia
articularis. Pada saat bersamaan serabut posterior M. Temporalis harus relaks dan keadaan ini
diikuti dengan relaksasi M. Masseter, serabut anterior M. Temporalis dan M. Pterygoideus
Medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula
berotasi di sekitar sumbu horizontal sehingga proseccus condilaris akan bergerak ke depan
sedang angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini dibantu
dengan gerak membuka yang kuat oleh M. Digastricus, M. Geniohyoideus, dan M.
Mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os. Hyoid.
2. MENUTUP MULUT
2.1 Otot-otot yang berperan pada saat menutup mulut
M.maseter
O: arkus Zigomatikus
I : angulus mandibula lateral
N: n.maseter dari n.mandibula /n.v
M.temporalis
O: fosa temporalis
I: prossesus koronoid mandibula
2
N: n.mandibula
M.pterigoideus medialis
O: medial pterigoid prossesus piramidal palatina
I:medial angulus mandibula
N: n.pterigoid medialis dari n.mandibula
2.2 Mekanisme menutup mulut
Otot-otot penggerak utama dalam proses menutup mulut yaitu M. Masseter, M.
Temporalis, M. Pterygoideus Medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi. Mulai
dari menutup pada posisi protusi penuh sampai menutup pada keadaan Processus Condylaris
berada pada posisi paling posterior dalam fossa Mandibula. Pada posisi protusi memerlukan
kontraksi M. Pterygoideus Lateralis yang dibantu M. Pterygoideus Medialis. Caput
Mandibula akan tetap pada posisi ke depan Eminentia Articularis. Pada gerak menutup
retrusi, serabut posterior M. Temporalis akan bekerjasama dengan M. Masseter untuk
mengembalikan Processus Conylaris ke dalam Fossa Mandibula, sehingga gigi geligi dapat
saling kontak pada oklusi normal.
Pada gerak menutup Cavum Oris, kekuatan yang dikeluarkan otot penguyahan akan
diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas M. Pterygoideus
Lateralis dan serabut posterior M. Temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput
mandibula saat otot-otot ini berkontraksi. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa
sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus.
3. PERGERAKAN MANDIBULA
3.1 Protrusi mandibula
Kedua kondilus bergerak ke depan mengikuti lereng eminentia artikularis
Sliding contact gigi-gigi
Kontraksi m. pterygoideus lateralis & medialis
Kontraksi m. masseter & serabut anterior m. temporalis
Relaksasi serabut posterior m. temporalis
3.2 Retrusi mandibula
Kedua kondilus bergerak ke belakang ke bagian posterior fossa glenoid
Sliding contact gigi-gigi
Kontraksi serabut posterior m. temporalis
Relaksasi m. pterygoideus
3.3 Pergerakan lateral
Kondilus pada sisi arah pergerakan tetap terletak pada fossa glenoid oleh karena kontraksi
otot-otot pada sisi tersebut
- Kondilus berotasi pada sumbu vertikal
3
- Berotasi dan sliding kecil ke arah lateral, depan dan bawah menyusuri eminentia artikularis
(movement of Bennett)
Pada sisi lain, kondilus tertarik ke depan oleh kontraksi m. ptrygoideus lateralis, sedangkan
serabut posterior m. temporalis relax
4. PROSES MENELAN
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap
organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses
menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan
lebih dari 30 pasang otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam
lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi
kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.
NEUROFISIOLOGI MENELAN
Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase
esophageal.
FASE ORAL
Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh
gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk
bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di
sadari.
Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)Mandibula
Bibir
Mulut & pipi
Lidah
n. V.2 (maksilaris)
n. V.2 (maksilaris)
n.V.2 (maksilaris)
n.V.3 (lingualis)
N.V : m. Temporalis, m. maseter, m. pterigoid
n. VII : m.orbikularis oris, m. zigomatikum, m.levator labius oris, m.depresor labius oris, m. levator anguli oris, m. depressor anguli oris
n.VII: m. mentalis, m. risorius, m.businator
n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus
Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi,
setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah
berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian
anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.
Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring
sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m.
palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)
4
Peranan saraf kranial fase oral
ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)Bibir
Mulut & pipi
LidahUvula
n. V.2 (mandibularis), n.V.3 (lingualis)n. V.2 (mandibularis)
n.V.3 (lingualis)n.V.2 (mandibularis)
n. VII : m.orbikularis oris, m.levator labius oris, m. depressor labius, m.mentalisn.VII: m.zigomatikus,levator anguli oris, m.depressor anguli oris, m.risorius. m.businatorn.IX,X,XI : m.palatoglosusn.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring
Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai serabut
afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen (motorik).
FASE FARINGEAL
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :
1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)
berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudianuvula tertarik
keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.
2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid
lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring
tertutup.
3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi
m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor
faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI)
menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring
(n.X)
5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan
dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah
dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik
untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.
Peranan saraf kranial pada fase faringeal
Organ Afferen Efferen
Lidah n.V.3 n.V :m.milohyoid, m.digastrikus
n.VII : m.stilohyoid
n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid
n.XII :m.stiloglosus
5
Palatum
Hyoid
Nasofaring
Faring
Laring
Esofagus
n.V.2, n.V.3
n.Laringeus superior
cab internus (n.X)
n.X
n.X
n.rekuren (n.X)
n.X
n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini
n.V :m.tensor veli palatini
n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus
n.VII : m. Stilohioid
n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid
n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus
n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor
faring sup, m.konstriktor ffaring med.
n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.
n.IX :m.stilofaring
n.X : m.krikofaring
Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut
afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.
Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,
meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter
esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu
pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan
sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.
Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam
penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :
1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan
tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga
kontraksi dari m.konstriktor faring.
2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif
akibat terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus
terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk
oleh m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal
esofagus bagian superior.
FASE ESOFAGEAL
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun
lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.
Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :
6
1. dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi
akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.
Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang
merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus
yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini
bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.
Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak
peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia
akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang
peristaltik primer.
PERANAN SISTEM SARAF DALAM PROSES MENELAN
Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :
1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring
langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.
2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak
(kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi
motorik proses menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi
impuls motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.
3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah
VASKULARISASI DAN INERVASI
1. Otot masticatorii
1.1 Vaskularisasi
Arteri utama: arteri temporalis superfisialis dan arteri maksilaris
Arteri maksilaris
Arteri ini mempunyai distribusi yang luas pada region wajah dan keluar sebagai salah sebuah
cabang terminal a.carotis externa dalam substansi glandula parotydea. Dari origo ini, arteri
menembus selubung fascia dari kompartemen parotidea,berjalan ke depan jauh ke dalam
collum mandibulae danberhubungan dengan tepi bawah m.pterygoideus lateralis. Arteri
kemudian berjalan balik ke dalam maupun ke permukaan supericialis caput inferior m.
pterygoideus lateralis. Bila arteri masuk jauh ke dalam otot, arteri akan muncul kembali di
antara kedua caput di dekat daerah origonya. Arteri berlanjut pada permukaan lateral (luar)
lamina lateralis proc.pterygoidei,masuk ke fossa pterygopalatina dan mengeluarkan cabang
terminalnya.
Arteri alveolaris inferior
Vena temporalis superfisialis
7
Plexus maxillary
Plexus pterygoideus
1.2 Inervasi
Nervus auriculotemporalis
Saraf ini mengeluarkan cabang:
a. Nn. Auriculares merupakan nervus sensorius pada meatus acusticus externus dan permukaan
lateral membrane tympani
b. Cabang articularis mensuplai bagian belakang articulatio temporomandibularis
c. Serabut secretory dari ganglion oticum berjalan ke nervus facialis yang menyebarkan serabut
sensorius ke glandula parotidea
d. Rami temporales terus berjalan ke superior dahi untuk mensuplai kulit dan permukaan lateral
kulit kepala
e. Ganglion oticum adalah darah tonjolan kecil berdiameter 3mm. melekat pada permukaan
medial corpus n. mandibularis ketika berjalan melalui foramen ovale
Nervus masseter
Saraf ini umumnya merupakan saraf pertama yang keluar dari bagain anterior, dan berjalan
antara atap dan caput superior m. pterygoideus lateralis. Kemudian berjalan melalui incisura
mandibulae, masuk ke caput profundus m. masseter.
Nervus temporalis
Dua atau tiga cabang anterior, medial dan posterior berjalan antara caput superior m.
pterygoideus lateralis dan atap fossa infratemporalis. Cabang berjalan ke atas di bawah
m.temporalis, memasukinya dan mensuplainya.
M. Masseter
Cabang M.masseter dari saraf kranialis kelima (N.mandibularis) memasok persarafan.
Pasokan arteri berasal dari cabang-cabang arteri masseterika.
M. Pterygoideus Medialis
M. pterigoideus medialis dipersarafi oleh cabang pterigoideus medialis divisi
mandibularis dari saraf kranialis kelima. Pasokan darahnya berasal dari cabang-cabang
m.pterigoidea medialis dari arteri maksillaris.
M. Temporalis
Cabang M. temporalis dari divisi mandibularis saraf kranialis kelima memberikan
persarafan pada otot temporalis. Pasokan darahnya berasal dari cabang-cabang temporalis
arteri aurikulo-temporalis.
M. Pterigoideus Lateralis
Pasokan darah untuk m.pterigoideus lateralis berasal dari arteri maksilaris yang
berhubungan erat dan pleksus venosus yang ada hubungan dengannya. Otot ini dipersarafi
oleh cabang-cabang m. pterigoideus lateralis dari divisi mandibularis saraf kranialis kelima.
2. Gigi-geligi
8
Suplai arterial tulang rahang dan gigi datang dari maxillary arteri internal, yang
merupakan sebuah cabang dari arteri carotid eksternal. Cabang-cabang dari maxillary arteri
internal yang memberikan makan pada gigi secara langsung adalah :
1) Inferior alveolar artery
Inferior alveolar arteri bercabang dari maxillary arteri internal medial menuju ramus dari
mandibula. Inverior alveolar arteri tersebut memberi cabang mylohyoid. Setelah pemberian
cabang mylohyoid, kemudian masuk menuju foramen mandibular dan terus menurun dan
berlanjut melalui mandibular canal, memberikan cabang pada gigi premolar dan molar. Di
daerah sekitar foramen mentale kemudian terbagi dalam sebuah cabang mental dan cabang
incisive. Cabang mental bersambung pada mental foramen untuk mensuplai jaringan dagu,
Cabang incisive berlanjut menuju bagian tulang untuk mensuplai gigi anterior dan tulang.
Cabang lain memasuki interdental septa yang mensuplai tulang dan membrane periodontal
yang bersebelahan serta berakhir dalam gingivae.
2) Superior alveolar arteri.
Cabang posterior superior alveolar artery dari internal maxillary pada posterior maxillary
tuberosity seiring dengan alveolar nerves dan mensuplai gigi maxillary, tulang alveolar dan
membrane sinus. Cabang dari ukuran yang berubah-ubah akan berjalan menuru periosteum
pada sendi alveolar process dan badan maxillary mensuplai gingival, alveolar mucosa dan
pipi. Manakala cabang tersebut besar maka mungkin menggantikan bagian buccal arteri.
Suplai Saraf
Sensor syaraf memberikan suplai pada rahang dan gigi yang diturunkan dari
cabang mandibular dan maxillary dari cranial kelima, atau trigeminal,syaraf.
a) Syaraf maxillary, melintas menuju dinding cavernous sinus dan meninggalkan tengkorak
melalui foramen rotundum. Syaraf maxillary juga memiliki sebuah cabang posterior superior
alveolar dari porsi pterygopalatinenya. Syaraf ini terbagi, memasuki foramina pada
permukaan posterior dari maxilla dan membentuk sebuah plexus, terdistribusi menuju gigi
molar dan jaringan penyangga.
b) Syaraf mandibular meninggalkan tengkorak melalui foramen ovale dan memecahkan
beberapa cabang-cabangnya. Cabang-cabang pendek paling bawah adalah syaraf inferior
alveolar, yang pertama kali bergerak secara langsung turun melintasi permukaan medial dari
pterygoid external. Syaraf inferior alveolar berlanjut menuju mandibular canal di bawah akar
gigi molar dan menuju tingkat foramen mental. Selama bagian ini berada pada lintasannya,
meninggalkan cabang-cabang menuju gigi molar dan premolar dan tulang penyangganya
serta pembuluh halus. Syaraf menuju gigi tidak muncul sebagai cabang-cabang tunggal
namun sebagai dua atau tiga cabang lebih besar yang membentuk sebuah plexus dari
cabang inferior dentalmemasuki akar gigi tunggal dan cabang-cabang interdental mensuplai
tulang alveolar, membrane periodontal dan gingivae. Pada foramen mental, syaraf akan
terbagi, dan sejumlah kecil cabang incisive berlanjut guna mensuplai gigi anterior dan tulang
serta cabang mental yang lebih besar yang muncul melalui foramen guna mensuplai kulit
pada bagian bawah bibir dan dagu.
9
3. Lidah
Merupakan kantung mucosa yang berisi otot, memiliki dasar atau radix yang cekat dan
corpus yang bergerak serta ujung yang dapat memiliki bentuk dan posisi bermacam-macam.
Pada keadaan istirahat, menempati sebagian besar cavum oris. Lidah atau lingua merupakan
organ penting yang memiliki berbagai fungsi yaitu: bicara, manipulasi dan posisi makanan
(antagonis dari m. Orbicularis oris dan bucinator), rasa, menelan, membersihkan cavum oris
(setelah makan, lingua bergerak dari cervix ke cervix, mencari dan membersihkan sisa-sisa
makanan dalam cavum oris).
4. Mukosa rongga mulut
Pertumbuhan dan Perkembangan Mukosa Oral
Pertumbuhan dan perkembangan mukosa oral berlangsung berkesinambungan. Pertmubuhan
merupakan hasil proses biologis berubah menjadi lebih besar. Perkembangan merupakan sel
tunggal sampai dengan unit multifungsional yang diakhiri dengan kematian. Perkembangan
jaringan lunak rongga mulut dimulai pada minggu ke 4 sampai minggu ke 9.
Fungsi Mukosa Oral:
a) Membasahi permukaan Rongga Mulut
b) Membantu proses pengunyahan dan penelanan
c) Fungsi digestif (kelenjar saliva) terdapat amilase yang menghidrolisa makanan jadi maltosa
d) Informasi rasa (taste bud)
e) Respon terhadap suhu, sakit, raba (reseptor)
f) Melindungi jaringan yang lebih dalam
Pembagian Mukosa Oral
a. Masticatory Mucosa
Gingiva, mengelilingi gigi, menerima tekanan dalam proses pengunyahan, dibatasi
mucogingival junction (memisahkan gingiva dengan mukosa alveolar), berwarna coral pink
disertai keabu-abuan.
Palatum Keras (Palatum Durum), melekat erat dengan periosteal dan tidak dapat bergerak,
berwarna pink seperti gingiva, bagian-bagian palatum keras: Daerah Gingiva berbatasan
dengan gigi, Raphe Palatina garis tengah palatum dari papila insisiv sampai posterior, Daerah
anterolateral antara raphe palatina dan gingiva (berisi jaringan lemak), Daerah Posterolateral
antara raphe palatina dan gingiva (berisi gland mukosa minor).
b. Lining Mukosa
Bibir dan Pipi (Mukosa Bukal), Epitel startified dan skuamos tidak berkeratin, Kerutan kecil
selama kontraksi otot (melindungi dari tekanan pengunyahan), Glandula campuran pada bibir
antara berkas otot bucinator pada daerah pipi dan daerah tengah horizontal pada pipi.
Vestibulum dan Mukosa Alveolar, bersatunya mukosa bibir dan pipi untuk menutupi rahang,
mukosa pipi melekat pada otot bucinator, mukosa bibir pada otot orbicularis oris, mukosa
tidak melekat dengan struktur dibawahnya ( memungkinkan pergerakan bibir dan pipi),
Gingiva dan mukosa alveolar dipisahkan oleh mucogingival Junction.
10
Mukosa Dasar Mulut, membran mukosa dasar mulut tipis dan tidak melekat dengan struktur
dibawahnya (bergerak bebas), Mukosa sublingual bergabung dengan gingiva Lingual
(mukogingival), Batas dalam sulkus sublingual berbentuk tapal kuda (mukosa sublingual
bergabung dengan permukaan paling bawah lidah sebagai mukosa ventral lidah).
Palatum Lunak (Palatum Mole), Vaskularisasi, dan warna kemerah-merahan (palatum keras
Pucat), Papila sedikit dan pendek, Pertemuan antara palatum lunak dan palatum keras hampir
tak terlihat, Submukosa palatum lunak berisi banyak glandula saliva minor.
c. Specialized Mucosa
1) Mukosa Lidah, Mukosa pengunyahan dengan struktur khusus, papila lidah pada 2/3
permukaan dorsal anterior.
Papila Filiformis, paling banyak dan tersebar, berbentuk kerucut dan runcing
Papila Fungiformis, Seperti jamur, jumlah 150-400, tersebar di ujung dan tepi lateral lidah,
lamina propia papila primer, papila sekunder terdapat pada taste bud di permukaan.
Papila Sirkumvalata, Jumlah 7-12, sepanjang sulkus terminalis, terbenam dan dikelilingi
parit, terdapat taste bud, dasar parit terdapat kelenjar Von Ebner (serus) untuk membersihkan
debris.
Papila Foliata, berupa lembaran menonjol, daerah dorsol lateral, terdapat taste bud di dinding
papila.
2) Taste Bud (kuncup pengecap), mempunyai taste pore, terdapat dua tipe sel yaitu sel pengecap
(terlihat terang) dan sel penyangga (gelap), sensasi rasa manis (ujung), asam (lateral), asin
(tersebar/ujung), pahit (belakang).
11