upaya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun silabus …
TRANSCRIPT
Jurnal Pendidikan LIPNAS ISSN 2686-1402
Volume 1 No.1 Januari 2021 website: www.jurnallipnas.com
UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN
SILABUS DAN RPP MELALUI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH
PADA GURU SD NEGERI TANJUNG MAS
TAHUN AJARAN 2019/2020
Oleh:
Evi Fajar Ismiati,S.Pd
NIP. 198303132005012009
Kepala SD Negeri Tanjung Mas
Hp / Wa. 085378555591
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuaan guru
dalam meyusun silabus dan rpp melalui supervisi. Penelitian ini tergolong penilitian tindakan
sekolah dengan melibatkan guru mata pelajaran, yang dijadikan sampel penyusunan soal
standar. Dari hasil survei sebelumnya mereka belum menyusun silabus dan rpp dengan benar.
Mereka membuat rpp hanya dengan copy paste.Penelitian dilakukan dengan 2 siklus, dari 2
siklus tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan guru dalam membuat Silabus dan RPP
yaitu Pra Siklus 62% Siklus I 70% dan Siklus II 90%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui supervisi dalam penyusunan
silabus dan rpp guru SD Negeri Tanjung Mas, telah berhasil membuat silaabus dan rpp
berdasarkan kriteria yang telah di tentukan.
Kata kunci pembuatan silabus dan RPP, melalui supervisi.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan salah satu diantaranya memberikan
peningkatan Kompetensi guru dalam persiapan pembelajaran di lingkungan sekolah.
Pendidikan adalah proses merubah manusia menjadi lebih baik, lebih mahir dan lebih
terampil. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya dibutuhkan strategi yang disebut
dengan strategi pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran terkandung tiga hal pokok
yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan program berfungsi untuk
memberikan arah pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi terarah dan efisien. Salah
satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dibuat oleh guru sebagai
pengarah pembelajaran adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Silabus memberikan arah tentang apa saja yang harus dicapai guna menggapai tujuan
pembelajaran dan cara seperti apa yang akan digunakan. Selainitu silabus juga memuat
teknik penilaian seperti apa untuk menguji sejauh mana keberhasilan pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah instrument perencanaan yang lebih
spesifik dari silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dibuat untuk memandu guru
dalam mengajar agar tidak melebar jauh dari tujuan pembelajaran. Dengan melihat
pentingnya penyusunan perencanaan pembelajaran ini, guru semestinya tidak mengajar
tanpa adanya rencana. Namun sayang perencanaan pembelajaran yang mestinya dapat
diukur oleh kepala sekolah ini, tidak dapat diukur karena hanya direncanakan dalam hati
tetapi belum dituang ke dalam RPP. Akibatnya kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan
di sekolah tidak dapat mengevaluasi kinerja guru secara akademik.
Kinerja yang dapat dilihat oleh kepala sekolah hanyalah kehadiran tatap muka, tanpa
mengetahui apakah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah sesuai dengan
harapan atau belum.
Hasil pengamatan di SD Negeri Tanjung Mas semester ganjil tahun pelajaran
2019/2020 ternyata hanya 60% guru yang mampu menyusun Silabus dan RPP secara
lengkap. Untuk mengetahui permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian pada
guru SD Negeri Tanjung Massemester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 yang berjudul:
”Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Menyusun Silabus Dan Rpp Melalui
Supervisi Di SD Negeri Tanjung Mas Kecamatan Buay Madang Timur Kabupaten
OKU Timur Tahun Ajaran 2019/2020
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas,
maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah dengan dilakukan Supervisi dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
menyusun Silabus dan RPPdi SD Negeri Tanjung Mas?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi guru membuat
Silabus dan RPP dengan penerapan Supervisi.
D. Manfaat penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Sekolah ini diharapkan dapat memberi manfaat
bagikepala sekolah dan pengawas dalam meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sehingga guru menjadi lebih professional.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibinadan dikembangkan terus-
menerus. Potensi sumber daya guru itu perlu terustumbuh dan berkembang agar dapat
melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat
menuntut guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat
Masyarakat mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk
mendidik tunas-tunas muda dan membantu mengembangkan potensinya secara
professional. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari
pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari pengakuan tersebut
mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai. Tidak hanya pada tataran
normatif saja namun mampu mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik
kompetensi personal, professional, maupun kemasyarakatan dalam selubung aktualisasi
kebijakan pendidikan.
Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru yang
sehari-hari menangani benda hidup berupa siswa dengan berbagai karakteristik yang
masing-masing tidak sama. Pekerjaaan sebagai guru menjadi lebih berat tatkala
menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya
mengalami stagnasi.
Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional
dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang dilakukan oleh AceSuryani
menunjukkan bahwa Guru yang bermutu dapat diukur dengan limaindikator, yaitu:
pertama, kemampuan profesional (professional capacity),sebagaimana terukur dari
ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, sertapelatihan. Kedua, upaya
profesional (professional efforts), sebagaimana terukur dari kegiatan mengajar,
pengabdian dan penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional
(teacher’s time), sebagaimana terukurdari masa jabatan, pengalaman mengajar serta
lainnya. Keempat, kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya (link and match),
sebagaimana terukur darimata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai dengan
spesialisasinya atautidak, serta kelima, tingkat kesejahteraan (prosperiousity)
sebagaimana terukur dari upah, honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan
yang rendah bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja sambilan, dan
bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi mengajarnya berubah menjadi
sambilan. Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan.
Guru profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual,
moral,keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang
luas,kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam
memahami potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik,mampu
mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan
meneliti dan mengembangkan kurikulum.
Makin kuatnya tuntutan akan profesionalisme guru bukan hanya berlangsung di
Indonesia, melainkan di negara-negara maju. Seperti Amerika Serikat, isu tentang
profesionalisme guru ramai dibicarakan pada pertengahan tahun 8980-an. Jurnal
terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership edisi Maret8933 menurunkan
laporan mengenai tuntutan guru professional.
Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru dituntut
memiliki lima hal, yakni:
a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa
komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.
b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara
mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik
evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari
pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi
dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari
pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk
dampaknya pada proses belajar siswa.
e. Guru merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya,
misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya(Supriadi, 89:98).
B. Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi
Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud
dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya
sebagai guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh
seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun
pengalaman.Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah
kemampuan atau kecakapan. USD (1994:8) mengemukakan kompentensi berarti suatu
hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang,baik yang kualitatif
maupun yang kuantitatif. McAhsan (1988:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa
(2003:38) bahwa kompetensi:
“…is aknowledge, skills, and abilities or capabilities that a person
achieves, whichbecome part of his or her being to the extent he or she can
satisfactorily performparticular cognitive, affective, and psychomotor
behaviors”.
Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan sebaik baiknya. Sejalan dengan itu Finch &Crunkilton (1979:222), sebagai
mana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan
terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dana presiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan.Sofo (1999:823) mengemukakan“A competency is composed
ofskill, knowledge, and attitude, but in particular the consistent applications ofthose
skill, knowledge, and attitude to the standard of performance required
inemployment”.
Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan,
keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan Robbins (2008:37)
menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa
kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual
dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan
yang di perlukan untuk melakukan tugas tugas yang menuntut stamina, kecekatan,
kekuatan, dan keterampilan. Spencer&Spencer (8993:9) mengatakan“Competency is
underlying characteristic of anindividual that is causally related to criterion-
reference effective and/or superior performance in a job or situation”.
Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan
kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.
Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying
characteristic karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat
pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis
pekerjaan. Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau
memprediksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karenakompetensi
itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk,
berdasarkan kriteria atau standar tertentu. Muhaimin (2004:158) menjelaskan
kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas
dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran,
ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan
sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi
maupun etika. Depdiknas (2004:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan nilai nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. MenurutSyah (2000:230), “kompetensi” adalah kemampuan,
kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum.
Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak.
Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai
penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.
2. Kompetensi Pedagogik
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal80
ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.
Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru seperti
diamanatkan dalam Peraturan pemerintah diatas adalah kompetensi pedagogic. Dalam
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas
(2004:9) menyebut kompetensi inidengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian.
Seperti uraian diatas, unsur pertama dalam kompetensi pedagogic seorang guru
adalah kemampuan merencanakan program belajar mengajar. Menurut Joni(1984:12),
kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan:
1) Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,
2) Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar,
3) Merencanakan pengelolaan kelas,
4) Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan
5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Depdiknas 004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran
meliputi:
1) Mampu mendeskripsikan tujuan,
2) Mampu memilih materi,
3) Mampu mengorganisir materi,
4) Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran,
5) Mampu menentukan sumber belajar / media / alat peraga pembelajaran,
6) Mampu menyusun perangkat penilaian,
7) Mampu menentukan teknik penilaian, dan
8) Mampu mengalokasikan waktu.
Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan
proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran
berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan
bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan
sumberbelajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
Perangkat perencanaan pembelajaran yang mengandung unsur-unsur tersebut
diatas dan merupakan Silabus dan RPP paling utama adalah silabus pembelajaran dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
C. Tupoksi Kepala Sekolah
Dalam implementasi MBS, kepala sekolah merupakan “the key person”
keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Ia adalah orang yang diberi
tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai potensi masyarakat
serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Oleh karena itu dalam
implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas
tentang sekolah yang efektif serta kemampuan professional dalam mewujudkannya
melalui perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervis pendidikan. Ia juga
dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait
dengan program pendidikan di sekolah. Singkatnya, dalam implementasi MBS kepala
sekolah harus mampu berperan sebagai berikut:
1. Kepala sekolah sebagai Educator
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
3. Kepala Sekolah sebagai Administrator
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
5. Kepala Sekolah sebagai Leader
6. Kepala Sekolah sebagai Innovator
7. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Tujuh kompetensi kepala sekolah diatas sering disingkat dengan EMASLIM.
D. Supervisi
1. Pengertian Supervisi
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai
berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning
situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang
lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervise meliputi keseluruhan
situasi belajarmengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an
envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan
melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervise tersebut
mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, Inspeksi lebih
menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih
menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan
kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah
supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk
perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu (semantik).
1. Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision”
artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut
supervisor.
2) Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiridari
dua kata.Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor
memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
orang yang disupervisinya.
3) Semantik
Pada hakekatnya isi yang terkandung dalam definisi yang rumusann ya
tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat
telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi belajar
mengajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai
pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan
Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : “Pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik “.
Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan
situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu
diperhatikan :
a. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
b. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar
Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian
harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki
kemampuan personal, kemampuan profesional dan kemampuan sosial (Depdiknas,
1982). Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai
berikut
”serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan
profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan
pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”.
Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada
pembinaan guru, maka tersebut pula “Pembinaan profesional guru” yakni pembinaan
yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
profesional guru.
Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:
supervisi umum dan Supervisi. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh kegiatan
teknis administrasi sekolah, sedangkan Supervisi lebih diarahkan pada peningkatan
kualitas pembelajaran. Pada penelitian ini, pembahasan lebih kepada Supervisi
karena berkaitan dengan penyusunan perangkat perencanaan pembelajaran yang
dibuat oleh guru.
2. Tujuan dan fungsi Supervisi
Tujuan Supervisi adalah:
a. Membantu guru mengembangkan kompetensinya
b. Mengembangkan kurikulum
c. Mengembangkan kelompok kerja guru dan membimbing penelitian
tindakan kelas (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987)
3. Prinsip-prinsip Supervisi
a. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
b. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi
yang matang dan tujuan pembelajaran
c. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrument
d. Realistis, artinya berdasrkan kenyataan sebenarnya
e. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang
mungkinakan
terjadi
f. Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam
mengembangkan pembelajarann
g. Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan guru
dalam
mengembangkan pembelajaran
4. Model Supervisi
Menurut kepada materi Supervisi pada pelatihan penguatan kemampuan
Kepala sekolah oleh Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan kementrian pendidikan nasional tahun 2010, model Supervisi
terbagi ke dalam dua model.
a. Model Supervisi Tradisional
1) Observasi langsung
Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung
kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur pra observasi dan
post observasi.
a. PraObservasi
Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wa
wancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi didkusi dan
wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan
strategi, media pembelajaran, evaluasi dan analisis.
b. Observasi
Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan
dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian
supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi
pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.
c. Post Observasi
Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor
mengadakan wawancara dan diskusi tentang kesan guru terhadap
penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru,
identifikasi ketemapilan - keterampilan mengajar yang perlu
ditingkatkan, gagasan - gagasan baru yang akan dilakukan.
2) Supervisi tidak langsung
a) Tes dadakan
Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah
diketahui validitas, realibilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya.
Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik
waktu itu.
b) Diskusi kasus
Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada
observasi proses pembelajaran, laporan-laporan atau hasil studi
dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi
kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif
jalan keluarnya.
c) Metode angket
Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat
dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan
guru dengan siswanya dan sebagainya.
b. Model Supervisi Kontemporer (Masa kini)
Supervisi model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis,
sehingga disebut juga supervisi klinis. Supervisi modelini merupakan
Supervisi yang bersifat kolaboratif. Prosedur pelaksanaannya sama dengan
Supervisi langsung yakni observasi kelas namun dengan pendekatan yang
berbeda. Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam
mengelolaproses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Menurut
Sergiovanni(8987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan
professional danmotivasi kerja guru. Dalam pelaksanaannya menurut Sullivan
& Glanz(2005) setidaknya ada empat langkah yaitu:
1. Perencanaan
2. Pertemuan
3. Observasi
4. Pertemuan berikutnya
4. Refleksi kolaborasi.
Langkah-langkah perencanaan pertemuan meliputi: memutuskan focus
observasi (pendekatan umum, informasi langsung, kolaboratif, atau langsung diri
sendiri), menetapkan metode dan formulir observasi, mengatur waktu observasi
dan pertemuan berikutnya. Langkah-langkah observasi meliputi: memilih alat
observasi, melaksanakan observasi, memverifikasi hasil observasi dengan guru
pada pertemuan berikutnya, menganalisis data hasil verifikasi dan
menginterpretasi, memilih pendekatan interpersonal setelah pertemuan
berikutnya. Langkah-langkah pertemuan berikutnya adalah menentukan focus dan
waktu. Langkah langkah refleksi kolaborasi meliputi: menemukan nilai-nilai apa?
, mana yang kurang bernilai, dan apa saran-saran anda.
Supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas
keinginan kepala sekolah. Melainkan karena kesadaran guru yang datang ke
supervisor untuk minta bantuan mengatasai masalahnya.
5. Teknik Supervisi
Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik.
Untuk melaksanakannya secara efektif, diperlukan keterampilan konseptual,
interpersonal dan teknikal (Glickman, at al: 2007). Oleh sebab itu, setiap kepala
sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan
teknik-teknik Supervisi yang tepat. Menurut Gwyn (1968) teknik Supervisi
meliputi dua macam, yaitu : individual dan kelompok.
6. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi persorangan
terhadap guru. Supervisor hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari
hasil supervisi ini akan diketahui kualitas kemampuan guru.
Teknik-teknik supervisi individual ada lima macam, yaitu:
a. Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah
untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk
menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.
b. Observasikelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti
dikelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek
situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki
proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi adalah: usaha-usaha dan
aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, cara menggunakan media
pengajaran, variasi metode, ketepatan penggunaan media dengan materi,
ketapatan mengunakan metode dengan meteri, reaksi mental para siswa
dalam proses belajar mengajar. Adapun pelaksanaan observasi kelas malalui
tahap persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi, dan
tindak lanjut.
c. Pertemuan individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog,tukar
pikiran antara supervisor dan guru. Tujuannya adalah untuk berkonsultasi
guna memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan. Swearingen (8968)
mengklasifikasi empat jenis pertemuan individual sebagai berikut:
1. Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di
dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas
2. Office-conference, yakni percakapan individual yang dilaksanakan di
ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan
alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan kepada
guru.
3. Causal-conference, yaitu percakapan individual yang bersifati nformal,
yang secara kebetulan bertemu dengan guru
4. Observational visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan
setelah supervisor melakukan kunjungan kelasatau observasi kelas.
d. Kunjungan antar kelas
Kunjuangan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelasyang
lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam
pembelajaran.
e. Menilai diri sendiri
Menilai diri sendiri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri
secara objektif. Kejujuran pada diri sendiri sangat menetukan keberhasilan
pada kegiatan ini.
2. Teknik supervisi kelompok
Teknisi supervisi kelompok adalah cara melaksanakan program supervisi
yang ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. Supervisi ini dilakukan kepada
kelompok guru yang memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan
yang sama. Menurut Gwynn(1968) terdapat tiga belas teknik supervisi kelompok,
yaitu : kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium, membaca terpimpin, demonstrasi
pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi
professional, bulletin supervisi, pertemuan guru, lokakarya atau konferensi
kelompok.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan melaksanakan Supervisi
yang meliputi supervisi tradisional dan supervisi klinis
A. Setting Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di SD Negeri Tanjung Mas,waktu Penelitian selama semester
ganjil tahun ajaran 2019/2020 dengan kegiatan;
1. Persiapan, yakni:
a. Mengidentifikasi masalah
b.Pengajuan proposal
c.mempersiapkan instrument.
2. Pelaksanaan penelitian selama semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.
3. Penyusunan laporan.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan yang berlangsung selama
2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu;
Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi.
C. Pengumpulan Data
Instrumen menjaring data yang diperkukan, penulis menggunakan Teknik
supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru.
Supervisor hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini
akan diketahui data kualitas kemampuan guru.
D. Analisis Data
Data yang akan dianalisis adalah data data kualitas kemampuan guru.
E. Indikator Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan sekolah ini apabila kemampuan
guru menyusun Silabus dan RPP mencapai85%
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal (Pra Siklus)
Deskripsi kondisi awal kemampuan guru mempersiapkan Silabus dan RPP
baru mencapai 62 %. Data kemampuan guru di SD Negeri Tanjung Mas dapat dilihat
pada table berikut:
Jumlah Guru MempersiapkanSilabusdan
RPP Lengkap
MempersiapkanSilabusdan
RPP TdkLengkap
Prosentasi
13 8 5 62
B. Tindakan
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti merencanakan langkah-langkah sebagi berikut:
1. Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah membuat Silabus dan RPP
2. Meminta guru untuk mengumpulkan Silabus dan RPP
3. Peneliti memeriksa administrasi guru secara kuantitas dan kulitatif.
4. Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan.
5. Menyusun rencana tindakan (berupa penjadwalan supervisi individual
atau kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah)
b. Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana tindakan supervisi
individual/kelompok untuk menilai administrasi guru yang sudah dikumpulkan
sebelumnya. Pelaksanaan supervisi dilakukan dengan pertemuan individual
office-conference. Hal ini dilakukan terutama kepada guru yang tidak
mengumpulkan Silabus dan RPP, untuk mengetahui penyebab/masalahnya. Tahap
ini berlangsung selama 2 minggu dan dilaksanakan bersama-sama dengan
kolaborator.
Hasil tindakan siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jumlah
Guru
MempersiapkanSilabusdan
RPP Lengkap
MempersiapkanSilabusdan
RPP TdkLengkap
Prosentasi
13 9 4 70
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap seluruh
kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil awal
yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu peneliti juga
mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan
di siklus 1
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan
data-data yang diperoleh. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama
kolaborator untuk membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah
untuk siklus kedua.
MEMBAHAS HASIL EVALUASI DAN PENYUSUNAN LANGKAH SELANJUTNYA
(Perencanaan Siklus II)
2. Siklus II
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus kedua ini, peneliti melakukan pertemuan dengan
kolaborator untuk menyusun penjadwalan supervisi kelas dan menyiapkan instrument
supervisi untuk siklus kedua.
b. Tindakan
Pada tahap ini, guru-guru yang sudah siap perangkat perencanaan
pembelajarannya disupervisi kelas oleh peneliti. Hal ini untuk melihat kesesuaian
perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pemelajaran.
Hasil tindakan siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut ini
Jumlah Guru Mempersiapkan Silabus
dan RPP Lengkap
Mempersiapkan Silabus
dan RPP TdkLengkap
Prosentasi
13 11 2 90
GURU – GURU SUDAH SIAP DISUVERVISI PERENCANAAN PERANGKAT
PEMBELAJARAN DI KELAS OLEH PENELITI
Tabel Antar Siklus
Tahap MempersiapkanSilabusdan
RPP Lengkap
MempersiapkanSilabusdan
RPP TdkLengkap
Prosentasi
PraSiklus 8 5 62
Siklus I 9 4 70
Siklus II 11 2 90
Dari tabel di atas menunjukkan peningkatan kemampuan guru membuat Silabus dan RPP
yaitu Pra Siklus 62% Siklus I 70% dan Siklus II 90%.
c. Observasi
Di tahap observasi siklus kedua, peneliti mengobservasi kesesuaian perencanaan
pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat keterlibatan siswa dalam
proses belajar mengajar. Pada tahap ini pula,peneliti mengumpulkan data-data yang
terjadi selama tahap pelaksanaan.
d. Refleksi
Dari data siklus II ini menunjukan kemampuan guru membuat Silabus dan RPP
mencapai 90% dengan demikian bahwa tingkat kemampuan guru sudah tercapai dari
target yang ditentukan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang terurai pada bab IV, maka dapat disimpulkan
bahwa: Supervisi secara berkelanjutan terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan petensi
guru dalam menyusun Silabus dan RPP diSD Negeri Tanjung Mas. Ini terbukti pada
prasiklus sebesar62% meningkatnya pada siklus I menjadi70%. Setelah dilanjutkan ke
siklus II meningkat menjadi 90%
B. Saran
Disarankan pada para pengawas dan kepala sekolah didalam melakukan
kepengawasannya sebaiknya selalu dilakukan supervisi hal ini terbukti dari hasil
penelitian bahwa dengan supervisi dapat meningkatkan kompetensi guru.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2010. Supervisi; Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah;
Jakarta: Depdiknas.
Harahap, Baharuddin. 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan olehGuru, Kepala
Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: DamaiJaya
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: MengembangkanStandar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja RoSDakarya.
Muhaimin (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT RemajaRoSDakarya.
Mulyasa, E., 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep,Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja RoSDakarya
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi PendidikanDalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: RinekaCipta.
Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan.Artikel. Jakarta:
Kompas (16 Agustus 2002).
Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta:Departemen Agama
Universitas Terbuka.
Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya