upaya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun silabus …

21
Jurnal Pendidikan LIPNAS ISSN 2686-1402 Volume 1 No.1 Januari 2021 website: www.jurnallipnas.com UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH PADA GURU SD NEGERI TANJUNG MAS TAHUN AJARAN 2019/2020 Oleh: Evi Fajar Ismiati,S.Pd NIP. 198303132005012009 Kepala SD Negeri Tanjung Mas Hp / Wa. 085378555591 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuaan guru dalam meyusun silabus dan rpp melalui supervisi. Penelitian ini tergolong penilitian tindakan sekolah dengan melibatkan guru mata pelajaran, yang dijadikan sampel penyusunan soal standar. Dari hasil survei sebelumnya mereka belum menyusun silabus dan rpp dengan benar. Mereka membuat rpp hanya dengan copy paste.Penelitian dilakukan dengan 2 siklus, dari 2 siklus tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan guru dalam membuat Silabus dan RPP yaitu Pra Siklus 62% Siklus I 70% dan Siklus II 90%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui supervisi dalam penyusunan silabus dan rpp guru SD Negeri Tanjung Mas, telah berhasil membuat silaabus dan rpp berdasarkan kriteria yang telah di tentukan. Kata kunci pembuatan silabus dan RPP, melalui supervisi.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

Jurnal Pendidikan LIPNAS ISSN 2686-1402

Volume 1 No.1 Januari 2021 website: www.jurnallipnas.com

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN

SILABUS DAN RPP MELALUI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

PADA GURU SD NEGERI TANJUNG MAS

TAHUN AJARAN 2019/2020

Oleh:

Evi Fajar Ismiati,S.Pd

NIP. 198303132005012009

Kepala SD Negeri Tanjung Mas

Hp / Wa. 085378555591

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuaan guru

dalam meyusun silabus dan rpp melalui supervisi. Penelitian ini tergolong penilitian tindakan

sekolah dengan melibatkan guru mata pelajaran, yang dijadikan sampel penyusunan soal

standar. Dari hasil survei sebelumnya mereka belum menyusun silabus dan rpp dengan benar.

Mereka membuat rpp hanya dengan copy paste.Penelitian dilakukan dengan 2 siklus, dari 2

siklus tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan guru dalam membuat Silabus dan RPP

yaitu Pra Siklus 62% Siklus I 70% dan Siklus II 90%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui supervisi dalam penyusunan

silabus dan rpp guru SD Negeri Tanjung Mas, telah berhasil membuat silaabus dan rpp

berdasarkan kriteria yang telah di tentukan.

Kata kunci pembuatan silabus dan RPP, melalui supervisi.

Page 2: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan salah satu diantaranya memberikan

peningkatan Kompetensi guru dalam persiapan pembelajaran di lingkungan sekolah.

Pendidikan adalah proses merubah manusia menjadi lebih baik, lebih mahir dan lebih

terampil. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya dibutuhkan strategi yang disebut

dengan strategi pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran terkandung tiga hal pokok

yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan program berfungsi untuk

memberikan arah pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi terarah dan efisien. Salah

satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dibuat oleh guru sebagai

pengarah pembelajaran adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Silabus memberikan arah tentang apa saja yang harus dicapai guna menggapai tujuan

pembelajaran dan cara seperti apa yang akan digunakan. Selainitu silabus juga memuat

teknik penilaian seperti apa untuk menguji sejauh mana keberhasilan pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah instrument perencanaan yang lebih

spesifik dari silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dibuat untuk memandu guru

dalam mengajar agar tidak melebar jauh dari tujuan pembelajaran. Dengan melihat

pentingnya penyusunan perencanaan pembelajaran ini, guru semestinya tidak mengajar

tanpa adanya rencana. Namun sayang perencanaan pembelajaran yang mestinya dapat

diukur oleh kepala sekolah ini, tidak dapat diukur karena hanya direncanakan dalam hati

tetapi belum dituang ke dalam RPP. Akibatnya kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan

di sekolah tidak dapat mengevaluasi kinerja guru secara akademik.

Kinerja yang dapat dilihat oleh kepala sekolah hanyalah kehadiran tatap muka, tanpa

mengetahui apakah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah sesuai dengan

harapan atau belum.

Hasil pengamatan di SD Negeri Tanjung Mas semester ganjil tahun pelajaran

2019/2020 ternyata hanya 60% guru yang mampu menyusun Silabus dan RPP secara

lengkap. Untuk mengetahui permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian pada

guru SD Negeri Tanjung Massemester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 yang berjudul:

”Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Menyusun Silabus Dan Rpp Melalui

Supervisi Di SD Negeri Tanjung Mas Kecamatan Buay Madang Timur Kabupaten

OKU Timur Tahun Ajaran 2019/2020

Page 3: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas,

maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah dengan dilakukan Supervisi dapat meningkatkan kompetensi guru dalam

menyusun Silabus dan RPPdi SD Negeri Tanjung Mas?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi guru membuat

Silabus dan RPP dengan penerapan Supervisi.

D. Manfaat penelitian

Hasil Penelitian Tindakan Sekolah ini diharapkan dapat memberi manfaat

bagikepala sekolah dan pengawas dalam meningkatkan kompetensi guru dalam

melaksanakan tugas-tugasnya sehingga guru menjadi lebih professional.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru

merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibinadan dikembangkan terus-

menerus. Potensi sumber daya guru itu perlu terustumbuh dan berkembang agar dapat

melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat

menuntut guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat

Masyarakat mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk

mendidik tunas-tunas muda dan membantu mengembangkan potensinya secara

professional. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari

pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari pengakuan tersebut

mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai. Tidak hanya pada tataran

normatif saja namun mampu mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik

Page 4: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

kompetensi personal, professional, maupun kemasyarakatan dalam selubung aktualisasi

kebijakan pendidikan.

Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru yang

sehari-hari menangani benda hidup berupa siswa dengan berbagai karakteristik yang

masing-masing tidak sama. Pekerjaaan sebagai guru menjadi lebih berat tatkala

menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya

mengalami stagnasi.

Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional

dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang dilakukan oleh AceSuryani

menunjukkan bahwa Guru yang bermutu dapat diukur dengan limaindikator, yaitu:

pertama, kemampuan profesional (professional capacity),sebagaimana terukur dari

ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, sertapelatihan. Kedua, upaya

profesional (professional efforts), sebagaimana terukur dari kegiatan mengajar,

pengabdian dan penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional

(teacher’s time), sebagaimana terukurdari masa jabatan, pengalaman mengajar serta

lainnya. Keempat, kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya (link and match),

sebagaimana terukur darimata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai dengan

spesialisasinya atautidak, serta kelima, tingkat kesejahteraan (prosperiousity)

sebagaimana terukur dari upah, honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan

yang rendah bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja sambilan, dan

bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi mengajarnya berubah menjadi

sambilan. Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan.

Guru profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual,

moral,keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang

luas,kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam

memahami potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik,mampu

mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan

meneliti dan mengembangkan kurikulum.

Makin kuatnya tuntutan akan profesionalisme guru bukan hanya berlangsung di

Indonesia, melainkan di negara-negara maju. Seperti Amerika Serikat, isu tentang

profesionalisme guru ramai dibicarakan pada pertengahan tahun 8980-an. Jurnal

terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership edisi Maret8933 menurunkan

laporan mengenai tuntutan guru professional.

Page 5: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru dituntut

memiliki lima hal, yakni:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa

komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara

mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan.

c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik

evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari

pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi

dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari

pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk

dampaknya pada proses belajar siswa.

e. Guru merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya,

misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya(Supriadi, 89:98).

B. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi

Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan

menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud

dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya

sebagai guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh

seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun

pengalaman.Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah

kemampuan atau kecakapan. USD (1994:8) mengemukakan kompentensi berarti suatu

hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang,baik yang kualitatif

maupun yang kuantitatif. McAhsan (1988:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa

(2003:38) bahwa kompetensi:

“…is aknowledge, skills, and abilities or capabilities that a person

achieves, whichbecome part of his or her being to the extent he or she can

satisfactorily performparticular cognitive, affective, and psychomotor

behaviors”.

Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,

Page 6: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik

dengan sebaik baiknya. Sejalan dengan itu Finch &Crunkilton (1979:222), sebagai

mana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan

terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dana presiasi yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan.Sofo (1999:823) mengemukakan“A competency is composed

ofskill, knowledge, and attitude, but in particular the consistent applications ofthose

skill, knowledge, and attitude to the standard of performance required

inemployment”.

Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan,

keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan Robbins (2008:37)

menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa

kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual

dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan

untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan

yang di perlukan untuk melakukan tugas tugas yang menuntut stamina, kecekatan,

kekuatan, dan keterampilan. Spencer&Spencer (8993:9) mengatakan“Competency is

underlying characteristic of anindividual that is causally related to criterion-

reference effective and/or superior performance in a job or situation”.

Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan

kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.

Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying

characteristic karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat

pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis

pekerjaan. Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau

memprediksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karenakompetensi

itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk,

berdasarkan kriteria atau standar tertentu. Muhaimin (2004:158) menjelaskan

kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus

dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas

dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran,

ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan

sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi

Page 7: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

maupun etika. Depdiknas (2004:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai

pengetahuan, keterampilan, dan nilai nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan

berfikir dan bertindak. MenurutSyah (2000:230), “kompetensi” adalah kemampuan,

kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum.

Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah

kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara

bertanggung jawab dan layak.

Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai

penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan

dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.

2. Kompetensi Pedagogik

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal80

ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan

profesi.

Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru seperti

diamanatkan dalam Peraturan pemerintah diatas adalah kompetensi pedagogic. Dalam

Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi

pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas

(2004:9) menyebut kompetensi inidengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.

Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,

kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan

kemampuan melakukan penilaian.

Seperti uraian diatas, unsur pertama dalam kompetensi pedagogic seorang guru

adalah kemampuan merencanakan program belajar mengajar. Menurut Joni(1984:12),

kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan:

1) Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,

2) Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar,

3) Merencanakan pengelolaan kelas,

4) Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan

5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

Depdiknas 004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran

meliputi:

Page 8: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

1) Mampu mendeskripsikan tujuan,

2) Mampu memilih materi,

3) Mampu mengorganisir materi,

4) Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran,

5) Mampu menentukan sumber belajar / media / alat peraga pembelajaran,

6) Mampu menyusun perangkat penilaian,

7) Mampu menentukan teknik penilaian, dan

8) Mampu mengalokasikan waktu.

Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan

proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran

berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan

bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan

sumberbelajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.

Perangkat perencanaan pembelajaran yang mengandung unsur-unsur tersebut

diatas dan merupakan Silabus dan RPP paling utama adalah silabus pembelajaran dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

C. Tupoksi Kepala Sekolah

Dalam implementasi MBS, kepala sekolah merupakan “the key person”

keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Ia adalah orang yang diberi

tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai potensi masyarakat

serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Oleh karena itu dalam

implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas

tentang sekolah yang efektif serta kemampuan professional dalam mewujudkannya

melalui perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervis pendidikan. Ia juga

dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait

dengan program pendidikan di sekolah. Singkatnya, dalam implementasi MBS kepala

sekolah harus mampu berperan sebagai berikut:

1. Kepala sekolah sebagai Educator

2. Kepala Sekolah sebagai Manajer

3. Kepala Sekolah sebagai Administrator

4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

5. Kepala Sekolah sebagai Leader

6. Kepala Sekolah sebagai Innovator

7. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Page 9: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

Tujuh kompetensi kepala sekolah diatas sering disingkat dengan EMASLIM.

D. Supervisi

1. Pengertian Supervisi

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai

berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning

situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang

lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervise meliputi keseluruhan

situasi belajarmengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an

envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan

melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervise tersebut

mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.

Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, Inspeksi lebih

menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih

menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan

kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah

supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk

perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu (semantik).

1. Etimologi

Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision”

artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut

supervisor.

2) Morfologis

Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiridari

dua kata.Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor

memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari

orang yang disupervisinya.

3) Semantik

Pada hakekatnya isi yang terkandung dalam definisi yang rumusann ya

tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat

telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi belajar

mengajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai

pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan

Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : “Pembinaan yang

Page 10: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan

untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik “.

Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan

situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu

diperhatikan :

a. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

b. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar

Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian

harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan

guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki

kemampuan personal, kemampuan profesional dan kemampuan sosial (Depdiknas,

1982). Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai

berikut

”serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan

profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan

pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”.

Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada

pembinaan guru, maka tersebut pula “Pembinaan profesional guru” yakni pembinaan

yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan

profesional guru.

Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:

supervisi umum dan Supervisi. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh kegiatan

teknis administrasi sekolah, sedangkan Supervisi lebih diarahkan pada peningkatan

kualitas pembelajaran. Pada penelitian ini, pembahasan lebih kepada Supervisi

karena berkaitan dengan penyusunan perangkat perencanaan pembelajaran yang

dibuat oleh guru.

2. Tujuan dan fungsi Supervisi

Tujuan Supervisi adalah:

a. Membantu guru mengembangkan kompetensinya

b. Mengembangkan kurikulum

c. Mengembangkan kelompok kerja guru dan membimbing penelitian

tindakan kelas (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987)

Page 11: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

3. Prinsip-prinsip Supervisi

a. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.

b. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi

yang matang dan tujuan pembelajaran

c. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrument

d. Realistis, artinya berdasrkan kenyataan sebenarnya

e. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang

mungkinakan

terjadi

f. Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam

mengembangkan pembelajarann

g. Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan guru

dalam

mengembangkan pembelajaran

4. Model Supervisi

Menurut kepada materi Supervisi pada pelatihan penguatan kemampuan

Kepala sekolah oleh Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga

kependidikan kementrian pendidikan nasional tahun 2010, model Supervisi

terbagi ke dalam dua model.

a. Model Supervisi Tradisional

1) Observasi langsung

Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung

kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur pra observasi dan

post observasi.

a. PraObservasi

Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wa

wancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi didkusi dan

wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan

strategi, media pembelajaran, evaluasi dan analisis.

b. Observasi

Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan

dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian

supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi

pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.

Page 12: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

c. Post Observasi

Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor

mengadakan wawancara dan diskusi tentang kesan guru terhadap

penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru,

identifikasi ketemapilan - keterampilan mengajar yang perlu

ditingkatkan, gagasan - gagasan baru yang akan dilakukan.

2) Supervisi tidak langsung

a) Tes dadakan

Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah

diketahui validitas, realibilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya.

Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik

waktu itu.

b) Diskusi kasus

Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada

observasi proses pembelajaran, laporan-laporan atau hasil studi

dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi

kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif

jalan keluarnya.

c) Metode angket

Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat

dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan

guru dengan siswanya dan sebagainya.

b. Model Supervisi Kontemporer (Masa kini)

Supervisi model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis,

sehingga disebut juga supervisi klinis. Supervisi modelini merupakan

Supervisi yang bersifat kolaboratif. Prosedur pelaksanaannya sama dengan

Supervisi langsung yakni observasi kelas namun dengan pendekatan yang

berbeda. Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam

mengelolaproses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Menurut

Sergiovanni(8987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan

professional danmotivasi kerja guru. Dalam pelaksanaannya menurut Sullivan

& Glanz(2005) setidaknya ada empat langkah yaitu:

1. Perencanaan

2. Pertemuan

Page 13: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

3. Observasi

4. Pertemuan berikutnya

4. Refleksi kolaborasi.

Langkah-langkah perencanaan pertemuan meliputi: memutuskan focus

observasi (pendekatan umum, informasi langsung, kolaboratif, atau langsung diri

sendiri), menetapkan metode dan formulir observasi, mengatur waktu observasi

dan pertemuan berikutnya. Langkah-langkah observasi meliputi: memilih alat

observasi, melaksanakan observasi, memverifikasi hasil observasi dengan guru

pada pertemuan berikutnya, menganalisis data hasil verifikasi dan

menginterpretasi, memilih pendekatan interpersonal setelah pertemuan

berikutnya. Langkah-langkah pertemuan berikutnya adalah menentukan focus dan

waktu. Langkah langkah refleksi kolaborasi meliputi: menemukan nilai-nilai apa?

, mana yang kurang bernilai, dan apa saran-saran anda.

Supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas

keinginan kepala sekolah. Melainkan karena kesadaran guru yang datang ke

supervisor untuk minta bantuan mengatasai masalahnya.

5. Teknik Supervisi

Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik.

Untuk melaksanakannya secara efektif, diperlukan keterampilan konseptual,

interpersonal dan teknikal (Glickman, at al: 2007). Oleh sebab itu, setiap kepala

sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan

teknik-teknik Supervisi yang tepat. Menurut Gwyn (1968) teknik Supervisi

meliputi dua macam, yaitu : individual dan kelompok.

6. Teknik supervisi individual

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi persorangan

terhadap guru. Supervisor hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari

hasil supervisi ini akan diketahui kualitas kemampuan guru.

Teknik-teknik supervisi individual ada lima macam, yaitu:

Page 14: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

a. Kunjungan kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah

untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk

menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.

b. Observasikelas

Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti

dikelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek

situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki

proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi adalah: usaha-usaha dan

aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, cara menggunakan media

pengajaran, variasi metode, ketepatan penggunaan media dengan materi,

ketapatan mengunakan metode dengan meteri, reaksi mental para siswa

dalam proses belajar mengajar. Adapun pelaksanaan observasi kelas malalui

tahap persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi, dan

tindak lanjut.

c. Pertemuan individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog,tukar

pikiran antara supervisor dan guru. Tujuannya adalah untuk berkonsultasi

guna memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan. Swearingen (8968)

mengklasifikasi empat jenis pertemuan individual sebagai berikut:

1. Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di

dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas

2. Office-conference, yakni percakapan individual yang dilaksanakan di

ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan

alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan kepada

guru.

3. Causal-conference, yaitu percakapan individual yang bersifati nformal,

yang secara kebetulan bertemu dengan guru

4. Observational visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan

setelah supervisor melakukan kunjungan kelasatau observasi kelas.

Page 15: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

d. Kunjungan antar kelas

Kunjuangan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelasyang

lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam

pembelajaran.

e. Menilai diri sendiri

Menilai diri sendiri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri

secara objektif. Kejujuran pada diri sendiri sangat menetukan keberhasilan

pada kegiatan ini.

2. Teknik supervisi kelompok

Teknisi supervisi kelompok adalah cara melaksanakan program supervisi

yang ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. Supervisi ini dilakukan kepada

kelompok guru yang memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan

yang sama. Menurut Gwynn(1968) terdapat tiga belas teknik supervisi kelompok,

yaitu : kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium, membaca terpimpin, demonstrasi

pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi

professional, bulletin supervisi, pertemuan guru, lokakarya atau konferensi

kelompok.

II. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan melaksanakan Supervisi

yang meliputi supervisi tradisional dan supervisi klinis

A. Setting Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SD Negeri Tanjung Mas,waktu Penelitian selama semester

ganjil tahun ajaran 2019/2020 dengan kegiatan;

1. Persiapan, yakni:

a. Mengidentifikasi masalah

b.Pengajuan proposal

c.mempersiapkan instrument.

2. Pelaksanaan penelitian selama semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.

3. Penyusunan laporan.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan yang berlangsung selama

2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu;

Page 16: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi.

C. Pengumpulan Data

Instrumen menjaring data yang diperkukan, penulis menggunakan Teknik

supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru.

Supervisor hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini

akan diketahui data kualitas kemampuan guru.

D. Analisis Data

Data yang akan dianalisis adalah data data kualitas kemampuan guru.

E. Indikator Keberhasilan

Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan sekolah ini apabila kemampuan

guru menyusun Silabus dan RPP mencapai85%

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal (Pra Siklus)

Deskripsi kondisi awal kemampuan guru mempersiapkan Silabus dan RPP

baru mencapai 62 %. Data kemampuan guru di SD Negeri Tanjung Mas dapat dilihat

pada table berikut:

Jumlah Guru MempersiapkanSilabusdan

RPP Lengkap

MempersiapkanSilabusdan

RPP TdkLengkap

Prosentasi

13 8 5 62

Page 17: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

B. Tindakan

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti merencanakan langkah-langkah sebagi berikut:

1. Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah membuat Silabus dan RPP

2. Meminta guru untuk mengumpulkan Silabus dan RPP

3. Peneliti memeriksa administrasi guru secara kuantitas dan kulitatif.

4. Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan.

5. Menyusun rencana tindakan (berupa penjadwalan supervisi individual

atau kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah)

b. Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana tindakan supervisi

individual/kelompok untuk menilai administrasi guru yang sudah dikumpulkan

sebelumnya. Pelaksanaan supervisi dilakukan dengan pertemuan individual

office-conference. Hal ini dilakukan terutama kepada guru yang tidak

mengumpulkan Silabus dan RPP, untuk mengetahui penyebab/masalahnya. Tahap

ini berlangsung selama 2 minggu dan dilaksanakan bersama-sama dengan

kolaborator.

Hasil tindakan siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jumlah

Guru

MempersiapkanSilabusdan

RPP Lengkap

MempersiapkanSilabusdan

RPP TdkLengkap

Prosentasi

13 9 4 70

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap seluruh

kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil awal

yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu peneliti juga

mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan

di siklus 1

d. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan

data-data yang diperoleh. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama

kolaborator untuk membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah

untuk siklus kedua.

Page 18: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

MEMBAHAS HASIL EVALUASI DAN PENYUSUNAN LANGKAH SELANJUTNYA

(Perencanaan Siklus II)

Page 19: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

2. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus kedua ini, peneliti melakukan pertemuan dengan

kolaborator untuk menyusun penjadwalan supervisi kelas dan menyiapkan instrument

supervisi untuk siklus kedua.

b. Tindakan

Pada tahap ini, guru-guru yang sudah siap perangkat perencanaan

pembelajarannya disupervisi kelas oleh peneliti. Hal ini untuk melihat kesesuaian

perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pemelajaran.

Hasil tindakan siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut ini

Jumlah Guru Mempersiapkan Silabus

dan RPP Lengkap

Mempersiapkan Silabus

dan RPP TdkLengkap

Prosentasi

13 11 2 90

GURU – GURU SUDAH SIAP DISUVERVISI PERENCANAAN PERANGKAT

PEMBELAJARAN DI KELAS OLEH PENELITI

Page 20: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

Tabel Antar Siklus

Tahap MempersiapkanSilabusdan

RPP Lengkap

MempersiapkanSilabusdan

RPP TdkLengkap

Prosentasi

PraSiklus 8 5 62

Siklus I 9 4 70

Siklus II 11 2 90

Dari tabel di atas menunjukkan peningkatan kemampuan guru membuat Silabus dan RPP

yaitu Pra Siklus 62% Siklus I 70% dan Siklus II 90%.

c. Observasi

Di tahap observasi siklus kedua, peneliti mengobservasi kesesuaian perencanaan

pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat keterlibatan siswa dalam

proses belajar mengajar. Pada tahap ini pula,peneliti mengumpulkan data-data yang

terjadi selama tahap pelaksanaan.

d. Refleksi

Dari data siklus II ini menunjukan kemampuan guru membuat Silabus dan RPP

mencapai 90% dengan demikian bahwa tingkat kemampuan guru sudah tercapai dari

target yang ditentukan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang terurai pada bab IV, maka dapat disimpulkan

bahwa: Supervisi secara berkelanjutan terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan petensi

guru dalam menyusun Silabus dan RPP diSD Negeri Tanjung Mas. Ini terbukti pada

prasiklus sebesar62% meningkatnya pada siklus I menjadi70%. Setelah dilanjutkan ke

siklus II meningkat menjadi 90%

B. Saran

Disarankan pada para pengawas dan kepala sekolah didalam melakukan

kepengawasannya sebaiknya selalu dilakukan supervisi hal ini terbukti dari hasil

penelitian bahwa dengan supervisi dapat meningkatkan kompetensi guru.

Page 21: UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS …

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2010. Supervisi; Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah;

Jakarta: Depdiknas.

Harahap, Baharuddin. 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan olehGuru, Kepala

Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: DamaiJaya

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: MengembangkanStandar Kompetensi

Guru. Bandung: PT Remaja RoSDakarya.

Muhaimin (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT RemajaRoSDakarya.

Mulyasa, E., 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep,Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: PT Remaja RoSDakarya

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi PendidikanDalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: RinekaCipta.

Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan.Artikel. Jakarta:

Kompas (16 Agustus 2002).

Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta:Departemen Agama

Universitas Terbuka.

Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.Bandung: Yayasan

Bhakti Winaya