ulumul quran

17
Kelompok I ULUMUL QUR’AN Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ulumul Qur‟an Dosen Pembina: Drs. ROFI‟I, M.Ag. Disusun oleh: EMHA AINUN NADJIB NIM. 140 111 1879 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA (IAIN) JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PALANGKA RAYA TAHUN 2015

Upload: emhaainunnadjib

Post on 14-Aug-2015

32 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Kelompok I

ULUMUL QUR’AN

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Ulumul Qur‟an

Dosen Pembina: Drs. ROFI‟I, M.Ag.

Disusun oleh:

EMHA AINUN NADJIB

NIM. 140 111 1879

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA (IAIN)

JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PALANGKA RAYA

TAHUN 2015

i

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah yang telah menerangi hati kita dengan cahaya Al-

Quran, menghiasi akhlak kita dengannya, dan mengindahkan amalan-amalan kita

dengan amalan Al-Quran. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya sepanjang zaman yang

senantiasa mempelajari dan mengajarkan Al-Quran. Atas rahmat yang telah Allah

berikan pula, sehingga penyusun dapat dapat menyelesaikan makalah Ulumul

Qur‟an dengan judul “ULUMUL QUR’AN”.

Penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun berharap pada makalah

ini dapat sesuai yang diharapkan pembaca dan memohon saran dan kritik yang

membangun dari pembaca agar penyusun dapat lebih baik lagi kedepannya.

Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini jika masih terdapat kekurangan.

Akhir kata sebelum dan sesudahnya penyusun ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, Februari 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

D. Metode Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Qur‟an ........................................................................ 3

B. Tema dan Ruang Lingkup Al-Qur‟an ....................................................... 4

C. Cabang-Cabang Bahasan Al-Qur‟an ......................................................... 6

D. Perkembangan Al-Qur‟an ......................................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 13

B. Saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembahasan makalah ini, marilah kita mengenal lebih jauh

mengenai Ulumul Qur‟an dan faedah-faedahnya. Al-Qur‟an adalah kalamullah

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril

sebagai mu‟jizat. Al-Qur‟an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang

merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.

89. (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat

seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu

(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan

kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk

serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. An-

Nahl : 89).

Mempelajari isi Al-Qur‟an akan menambah perbendaharaan baru,

memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan

selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin

akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah SWT sebagai

penciptanya.

2

Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan

bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur‟an.

Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-

Qur‟an dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab.

Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur‟an.

Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur‟an diperlukanlah

ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsirkan Al-Qur‟an yaitu Ulumul

Qur‟an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita

sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur‟an.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ulumul Qur‟an?

2. Bagaimana Tema dan Ruang Lingkup Ulumul Al-Qur‟an?

3. Bagaiamana Cabang-Cabang Bahasan Ulumul Al-Qur‟an?

4. Bagaimana Perkembangan Ulumul Al-Qur‟an?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar dapat mengetahui Pengertian Ulumul Qur‟an.

2. Agar dapat mengetahui Tema dan Ruang Lingkup Ulumul Al-Qur‟an.

3. Agar dapat mengetahui Cabang-Cabang Bahasan Ulumul Al-Qur‟an.

4. Agar dapat mengetahui Perkembangan Ulumul Al-Qur‟an.

D. Metode Penulisan

Metode yang penyusun gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah

menggabungkan antara buku-buku. Artinya data yang diperoleh penyusun

bersumber dari buku.

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Qur‟an

Secara bahasa, „ulum bentuk jamak dari „ilm yang berarti ilmu atau

pengetahuan. Ulum Al-Qur‟an adalah ilmu yang membahas masalah-masalah

yang berkaitan dengan Al-Qur‟an, baik dari segi asbab al-nuzul, pengetahuan

makkiyah dan Madaniyah, nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih ataupun

pembahasan lain yang berhubungan dengan Al-Qur‟an.1 Ilmu ini dinamakan juga

dengan Ushul Al-Tafsir, (dasar-dasar tafsir), karena yang dibahas berkaitan

dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang mufasir sebagai

sandaran dalam menafsirkan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an menurut ulama ushul fiqih dan

ulama bahasa adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw

yang lafaz-lafaznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah,

yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surah

Al-Fatihah sampai surah An-Nas, dengan demikian, secara bahasa Ulumul Qur‟an

adalah ilmu-ilmu (pembahasan-pembahasan) yang berkaitan dengan Al-Qur‟an.2

Dari definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Ulumul

Qur‟an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua bidang ilmu yang

ada hubungannya dengan Al-Qur‟an baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu

tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu i‟rabul Qur‟an, dan

sebagainya. Ulumul Qur‟an berbeda dengan ilmu yang merupakan cabang dari

Ulumul Qur‟an, misalnya ilmu Tafsir yang menitikberatkan pembahasannya pada

penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an, ilmu Qiraat menitikberatkan pembahasannya

pada cara membaca lafal-lafal Al-Qur‟an khusus dalam Ilmu Tajwid seperti

makharijul huruf, ikhfa, izhar, idgham, iqlab, madd dan sebagainya. Sedangkan

Ulumul Qur‟an membahas Al-Qur‟an dari segala segi yang ada relevansinya

dengan Al-Qur‟an. Artinya semua pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur‟an

disebut Ulumul Qur‟an. Oleh karena itu diberi nama “Ulumul Qur‟an” dengan

1Rahmawati dkk., Ulumul Qur‟an Praktis dan Mudah, cet I, Yogyakarta: Teras, 2013,

hlm. 1 2Acep Hermawan, Ulumul Qur‟an Ilmu untuk Memahami Wahyu, cet II, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 2.

4

menggunakan bentuk jama‟ (plural) bukan “Ilmul Qur‟an” dengan bentuk mufrad

(singular).3

B. Tema dan Ruang Lingkup Ulumul Qur‟an

Pembahasan Ulumul Qur‟an memang banyak, tetapi kita tidak dapat

memberikan klasifikasi berdasarkan tema-temanya.

Pertama, pembahasan-pembahasan yang berpautan dengan Nuzul Al-

Qur‟an, yaitu:

- Auqat Al-Nuzul wa Mawathin Al-Nuzul

Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang diturunkan di Mekah yang

dinamai ayat Makkiyah, ayat-ayat yang diturunkan di kala Nabi berada

di kampung atau disebut Hadlariyah, ayat-ayat yang diturunkan di

dalam safar yang dinamai Safariyah, ayat-ayat yag diturunkan pada

malam hari yang dinamai Lailiyah.

- Asbabun Nuzul

Tema ini berkenaan dengan sebab-sebab turunnya Al-Qur‟an.

- Tarikhun Nuzul

Tema ini berkenaan dengan ayat yang mula-mula, diturunkan dalam

kaitan waktunya, yang berulang-ulang diturunkannya, yang terakhir

hukumnya dari turunnya, yang turun tidak berurutan, yang turun dalam

satu kesatuan, dan lain-lain.4

Kedua, pembahasan masalah sanad. Hal ini berhubungan dengan enam

macam persoalan, yakni yang mutawatir, ahad, syadz, beragam qiraat Nabi, para

perawi dan huffazh, kaifiyat Al-tahammul (cara penerimaan riwayat).

Ketiga, masalah bacaan (tata cara membaca), yaitu soal waqaf, ibtida,

imalah, madd, men-takhfif-kan (meringankan bacaan) hamzah, idgam, dan lain-

lain.

3Ibid, hlm. 3.

4Ibid, hlm. 10.

5

Keempat, masalah pembahasan lafaz. Hal ini terkait dengan beberapa

soal, yaitu gharib, mu‟rab, majaz, musytarak, mutaradif, isti‟arah dan tasyibih.

Kelima, masalah makna-makna Al-Qur‟an yang berpautan dengan hukum

seperti masalah lafaz, „am yang tetap dalam keumumannya, „am yang

dimaksudkan khusus, „am yang dikhususkan dengan sunnah, „am yang

mengkhususkan sunnah, nash yang zhahir, mujmal, mufashshal, manthuq,

mafhum, muthlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh dan mansukh,

muqaddam, muakhkhar dan lain-lain.

Keenam, masalah makna-makna Al-Qur‟an yang berpautan dengan lafaz,

yaitu fashl dan washl, ijaz, ithnab, musawah dan qashr.5

Sebagaimana Ulumul Hadis dalam dua ranah, secara umum pembahasan

Ulumul Qur‟an juga terbagi kedalam dua ilmu, pertama Ilmu Al-Riwayah sebagai

ilmu yang diperoleh melalui jalan riwayat atau naql. Artinya dengan cara

menceritakan kembali atau mengutip. Misalnya pengetahuan tentang macam-

macam bacaan (Al-Qiraat), tempat turunnya ayat, waktu dan sebab-sebabnya.

Kedua, Ilmu Dirayah, sebagai ilmu yang diperoleh dengan jalan pembahasan dan

penilitian. Misalnya pengetahuan tentang lafaz-lafaz yang gharib (asing), ayat Al-

nasikh dan Al-mansukh dan lain-lain.6

Ruang Lingkup Ulumul Qur‟an dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Dirasah

Ma fi Al-Qur‟an, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi

yang terdapat dalam Al-Qur‟an seperti kajian tafsir Al-Qur‟an. Dirasah Ma Haula

Al-Qur‟an, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi seputar

Al-Qur‟an tetapi lingkupnya di luar materi dalam seperti kajian mengenai Asbab

Al-Nuzul dan Living Al-Qur‟an, sebagai kajian mengenai penerapan dan aplikasi

Al-Qur‟an pada masyarakat.7

5Ibid.

6ibid.

7Ibid.

6

C. Cabang-Cabang Bahasan Ulumul Quran

Dalam Ulumul Qur‟an terdapat banyak cabang ilmu yang menjadi kajian,

diantaranya adalah:

Ilmu Asbab al-Nuzul.

Ilmu al-Makkiyah wa al-Madaniyah

Ilmu Qira‟at.

Ilmu al-Munasabat.

Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh.

Ilmu Rasm al-Qur‟an.

Ilmu al-Muhkam wa al-Mutasyabih.

Ilmu Aqsam al-Qur‟an.

Dan lain-lainnya.8

D. Perkembangan Ulumul Qur‟an

Ulumul Qur‟an mulai tumbuh semenjak masa Rasulullah Saw. beliau

adalah mufasir awal, tetapi penafsirannya tidak ditulis (secara resmi) oleh para

sahabat. Penafsirannya hanya disampaikan kepada sahabat yang lain dan tabi‟in

dengan periwayatan dari mulut ke mulut. Ada beberapa sebab mengapa penafsiran

Rasulullah, sebagai bagian dari Ulumul Qur‟an tidak ditulis oleh para sahabat.

Ada larangan dari Rasulullah Saw menulis sesuatu selain Al-Qur‟an,

karena dikhawatirkan perhatian para sahabat menjadi terbagi, tidak

sepenuhnya kepada Al-Qur‟an, padahal penurunan Al-Qur‟an masih

berlangsung, atau khawatir tercampurnya dengan sesuatu yang bukan

Al-Qur‟an.

Para sahabat tidak merasa perlu menulisnya sebab mereka orang yang

dhabit, dan jika ada problem mereka bisa langsung bertanya kepada

Nabi Saw.

Banyak para sahabat yang tidak pandai menulis.9

Beberapa periode setelah Rasulullah dapat dijelaskan dibawah ini.

8Rahmawati dkk., Ulumul Qur‟an Praktis..., hlm. 4.

9Acep Hermawan, Ulumul Qur‟an Ilmu..., hlm. 5.

7

1. Abad I dan II Hijriyah

Pada masa Nabi, Abu Bakar dan Umar, Ulumul Qur‟an belum dibukukan.

Namun, dengan merujuk pada definisi Ulumul Qur‟an sebelumnya, sesungguhnya

pada masa ini, ia mulai tumbuh dan berkembang. Selanjutnya pada masa Utsman,

penulisan Al-Qur‟an diseragamkan untuk menjaga persatuan umat Islam. Yang

dilakukan oleh Utsman tersebut merupakan rintisan bagi lahirnya „Ilmu Al-Rasm

Al-Utsmani.10

Pada masa berikutnya, Abu Al-Aswad Al-Duali meletakkan dasar-dasar

gramatikal Al-Qur‟an (Qawa‟id Al-Nahwiyyah) atas perintah khalifah Ali Ibn Abi

Thalib untuk memproteksi pelafalannya. Hal ini karena pada masa ini ekspansi

kerajaan Islam menyebar ke berbagai daerah dan penduduk non-Arab, sehingga

semakin banyak yang memeluk Agama Islam. Pada saat itulah timbul keresahan

dari Ali sehingga beliau memberi perintah kepada Abu Aswad Al-Duali untuk

merumuskan kaidah gramatikal bahasa Arab agar bahasa Al-Qur‟an bisa dipahami

dengan sistematis. Masa ini disebut sebagai permulaan Ilmu I‟rab Al-Qur‟an (Al-

Qaththan, tt:10).11

Pada saat Nabi masih hidup, setiap kali sahabat menanyakan suatu ayat,

mereka langsung bertanya kepada beliau. Namun, saat Nabi telah wafat, mereka

berijtihad dalam memberikan penafsiran Al-Qur‟an. Selanjutnya para sahabat

berpencar keberbagai negara dan mereka mempunyai murid di setiap tempat

tinggal mereka yang baru. Gabungan dari tiga sumber diatas, penafsiran Nabi,

penafsiran sahabat, dan penafsiran tabi‟in dikelompokkan menjadi satu kelompok

yang dinamakan “Tafsir bi Al-Ma‟tsur”. Masa ini dapat dijadikan periode

pertama dari perkembangan Ilmu Tafsir Al-Qur‟an (Quraish Shihab, 2007: 106).12

Abad ke-2 Hijriyah dikenal sebagai masa pembukuan (Ashr Al-Tadwin)

khusunya dalam pembukuan Hadis dengan beragam babnya pada masa ini juga

terdapat pembukuan tafsir Al-Qur‟an (bi Al-ma‟thur) baik jurukan dari Rasul,

sahabat maupun tabi‟in. Para pelopor tafsir yang dikenal pada masa ini adalah

Yazid bin Harun Al-Salami (w.117 H), Syu‟bah bin Al-Hajjaj (w. 160 H), Waki‟

10

Ibid, hlm. 5 11

Ibid, hlm. 6 12

Ibid.

8

bin Al-Jirah (w. 197 H), Sufyan bin Uyainah (w. 197 H), Abd Al-Razzaq bin

Hirman (w. 211 H). Mereka semua termasuk juga dalam jajaran ulama Hadis.

Mereka menghimpun tafsir dengan menukil pendapat dari kalangan sahabat dan

tabi‟in. Namun, tidak ada satu pun dari tulisan mereka yang bisa kita dapati saat

ini (Al-Qaththan, tt:12). Setelah masa ini, beberapa Ulama mulai menulis

beberapa kitab tafsir, salah satu yang terkenal hingga saat ini adalah Ibn Jarir Al-

Thabariy (w. 310 H).13

Demikianlah proses tersebut berjalan. Awalnya Al-Qur‟an didapat dengan

metode “naqliyyah” dengan cara “talaqqi” dan periwayatan, berlanjut pada

penulisan tafsir berdasarkan bab-bab Hadis, kemudian penafsiran tersebut berdiri

dengan caranya sendiri. Bermula dari tafsir bi Al-ma‟tsur disusul tafsir bi Al-ra‟y

(logika).14

2. Abad III dan IV Hijriyah

Beberapa cabang Ulumul Qur‟an pada abad ini mulai bertambah. Beberapa

di antaranya adalah sebagaimana berikut:

- Ilmu Asbab Al-Nuzul yang disusun oleh Ali ibn Al-Madiniy (w. 234 H).

- Ilmu Al-Nasikh wa Al-Mansukh dan Ilmu Al-Qiraat yang disusun oleh

Abu Ubaid ibn Salam (w. 224 H).

- Ilmu Al-Makki wa Al-Madani yang disusun oleh Muhammad ibn Ayyub

Al-Dhirris (w. 294 H).

- Ilmu Gharib Al-Qur‟an yang disusun oleh Abu Bakar Al-Sijistani (w.

330 H).15

Selain itu, terdapat beberapa ulama yang menyusun beberapa kitab seputar

Ulumul Qur‟an, seperti:

- Muhammad ibn Khalaf Al-Marzuban (w. 309 H) yang menyusun kitab

Al-Hawi fi Ulum Al-Qur‟an sebanyak 27 juz.

13

Ibid. 14

Ibid. 15

Ibid.

9

- Abu Bakar Muhammad ibn Qasim Al-Anbari (w. 328 H) yang

menyusun kitab „Aja‟ibu Ulum Al-Qur‟an. Kitab ini berisi penjelasan

mengenai tujuh huruf (bentuk), tentang penulisan mushaf, jumlah

bilangan surah, ayat dan kata-kata dalam Al-Qur‟an.

- Abu Hasan Al-Asy‟ariy (w. 324 H) yang menyusun kitab Al-Mukhtazan

fi Ulum Al-Qur‟an.

- Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad ibn Ali Al-Karakhi (w 360 H)

yang menyusun kitab Nakat Al-Qur‟an Al-Daallah „ala Al-Bayan fi

Anwa‟i Al-Ulum wa Al-Ahkam Al-Munbiah „an Ikhtilafi Al-Anam.

- Muhammad ibn Ali Al-Adwafi (w. 388 H) menyusun kitab Al-Istighna

fi Ulum Al-Qur‟an sebanyak 20 jilid (Masifuk Zuhdi, 1980: 28-29).16

3. Abad V dan VI Hijriyah

Pada masa ini cabang Ulumul Qur‟an semakin bertambah, terutama

dengan munculnya Ilmu I‟rab Al-Qur‟an dan Ilmu Mubhamat Al-Qur‟an. Adapun

Ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Qur‟an pada masa ini adalah

sebagai berikut:

- Ali ibn Ibrahim bin Sa‟id Al-Hufi (w. 430 H). Selain memelopori Ilmu

I‟rab Al-Qur‟an, dia juga menyusun kitab Al-Burhan fi Ulum Al-

Qur‟an yang terdiri dari 30 jilid. Kitab ini selain menafsirkan Al-

Qur‟an seluruhnya juga menerangkan ilmu-ilmu Al-Qur‟an yang

berhubungan dengan ayat-ayat Al-Qur‟an yang ditafsirkan. Karena itu

dalam kitab ini, Ulumul Qur‟an diuraikan secara terpencar, tidak

terkumpul dalam urutan bab, atau bisa disebut tidak tersusun sistematis.

Meskipun demikian, kitab ini adalah karya besar seorang ulama yang

telah merintis penulisan kitab tentang, Ulumul Qur‟an yang lengkap.

- Abu Amr Al-Dani (w. 444 H) yang menyusun kitab At-Taysir fi Qira‟at

Al-Sab‟i dan kitab Al-Muhkam fi Al-Nuqat.

16

Ibid, hlm. 7.

10

- Abu Al-Qasim ibn Abdirrahman Al-Suhaili (w. 581 H) yang menyusun

kitab tentang Mubhamat Al-Qur‟an (menjelaskan maksud kata-kata

dalam Al-Qur‟an yang tidak jelas apa atau siapa yang dimaksudkan).

- Ibn Al-Jauzi (w. 597 H) menyusun kitab Funun Afnan fi „Aja‟ib Al-

Qur‟an dan Al-Mujtaba fi Ulum Tata‟allaq bi Al-Qur‟an (Masifuk

Zuhdi, 1980: 28-29).17

4. Abad VII dan VIII Hijriyah

Pada masa ini Ulumul Qur‟an mempunyai cabang baru, yaitu „Ilmu Majaz

Al-Qur‟an dan tersusun pula Ilmu Al-Qiraat. Berikut ini merupakan cabang-

cabang Ulumul Qur‟an yang muncul dan berkembang pada masa ini:

- Ilmu Majaz Al-Qur‟an yang dipelopori oleh Ibn „Abd Salam yang

terkenal dengan nama Al-Izz (w. 660 H).

- Ilmu Bada‟i AL-Qur‟an yang disusun oleh Ibn Abi Al-Isba‟. Kitab

tersebut membahas tentang keindahan bahasa dan kandungan Al-

Qur‟an.

- Ilmu Aqsam Al-Qur‟an yang disusun oleh Ibn Al-Qayyim (w. 752 H).

Ilmu tersebut membahas tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam

Al-Qur‟an.

- Ilmu Hujjaj Al-Qur‟an atau Ilmu Jadal Al-Qur‟an (ilmu yang

membahas tentang bukti-bukti yang dipakai oleh Al-Qur‟an untuk

menetapkan sesuatu) yang dipelopori oleh Najm Al-Din Al-Thufi (w

761 H).

- Ilmu Amtsal Al-Qur‟an (ilmu yang membahas tentang perumpamaan-

perumpamaan yang terdapat dalam Al-Qur‟an ) yang dipelopori oleh

Abu Hasan Al-Mawardi.

- Ilmu Al-Qiraat yang disusun oleh „Alamudin Al-Sakhawi (w. 643 H)

dalam kitabnya Jamal Al-Quma‟ wa Kamal Al-Iqra‟.

17

Ibid.

11

Selain itu, terdapat juga beberapa ulamayang menyusun kitab-kitab seputar

„Ulumul Qur‟an pada masa ini, yaitu:

- Badrudin Al-Zarkasyi (w. 794 H) yang menyusun kitab Al-Burhan fi

„Ulum Al-Qur‟an.

- Abu Syamah (w. 655 H) menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz fi ma

Yata‟allaq bi Al-Qur‟an.18

5. Abad IX dan X Hijriyah

Pada abad IX dan permulaan abad X, karangan yang ditulis para ulama

tentang Ulumul Qur‟an semakin banyak. Masa ini merupakan masa produktif

dalam penulisan diskursus Ulumul Qur‟an dan merupakan puncak kesempurnaan

masa penulisan.

Jalaluddin Al-Bulqini menyusun kitab Mawaqi Al-„Ulum min Al-Mawaqi

Al-Nujum. Al-Suyuthiy memandang Al-Bulqini sebagai ulama yang mempelopori

penyusunan kitab Ulumul Qur‟an yang lengkap, sebab didalamnya telah tersusun

50 macam ilmu-ilmu Al-Qur‟an.

Muhammad ibn Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H) menyusun kitab At-

Tafsir fi Quwa‟id Tafsir.

Al-Suyuthiy (w. 911 H) menyusun kitab Al-Tahbir fi Ulum Al-Tafsir

penyusunan kitab ini selesai pada tahun 872 H dan merupakan kitab tentang

Ulumul Qur‟an yang paling lengkap karena memuat 102 macam ilmu Al-Qur‟an.

Namun Al-Suyuthiy masih belum puas atas karya ilmiah tersebut sehingga

kemudian dia menyusun kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur‟an yang membahas

sejumlah 80 macam ilmu Al-Qur‟an.

Setelah Al-Suyuthiy wafat pada tahun 911 H, perkembangan ilmu-ilmu

Al-Qur‟an seolah-olah mencapai puncaknya dan berhenti. Stagnasi ini terus

berlanjut hingga akhir Abad XIII H (Masifuk Zuhdi, 1980: 30).19

18

Ibid, hlm. 8. 19

Ibid.

12

6. Abad XIV Hijriyah

Setelah memasuki abad XIV H inim penulisan diskursus Ulumul Qur‟an

dengan berbagai cabang ilmunya mulai berkembang kembali, antara lain:

- Muhammad Abdul Adhim Al-Zarqaniy yang menyusun kitab Manahil

Al-Irfan fi Ulum Al-Qur‟an.

- Thanthawi Al-Jauhari yang mengarang kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-

Qur‟an dan kitab Al-Qur‟an wa Ulum Al-Ashriyyah.

- Musthafa Al-Maraghi yang menyusun risalah tentang “Boleh

Menerjemahkan Al-Qur‟an”.

- Sayyid Quthb yang mengarang kitab Al-Tashwir Al-Fann fi Al-Qur‟an

dan Fi Zhilal Al-Qur‟an.

- Muhammad Rasyid Ridha yang mengarang kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-

Hakim. Kitab ini menafsirkan Al-Qur‟an secara ilmiah dan juga

membahas Ulumul Qur‟an.

- Muhammad Al-Ghazali yang mengarang kitab Nadzratun fi Al-Qur‟an.

- Dr. Subhi Al-Shalih yang mengarang kitab Mabahits fi Ulum Al-Qur‟an

(Masifuk Zuhdi, 1980: 31).20

Dari semua uraian di atas, bisa kita simpulkan bahwa kali pertama istilah

Ulumul Qur‟an digunakan dan dirintis oleh Ibn Al-Marzuban (309 H) pada abad

III. Dilanjutkan oleh Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa‟id Al-Hufi (430 H) pada abad V.

Kemudian dikembangkan oleh Ibn Al-Jauzi (597 H) pada abad VI dan diteruskan

oleh Al-Zarkasyi (794 H) pada abad VIII dan ditingkatkan lagi oleh Al-Bulqini

(824 H) dan Al-Kafiyaji (879 H) hingga akhirnya disempurnakan lagi oleh Al-

Suyuthiy pada akhir abad IX dan awal abad XIII H.21

20

Ibid, hlm 9. 21

Ibid.

13

A. Kesimpulan

Ulumul Qur‟an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua

bidang ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Qur‟an baik berupa ilmu-ilmu

agama, seperti ilmu tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu

i‟rabul Qur‟an, dan sebagainya.

kali pertama istilah Ulumul Qur‟an digunakan dan dirintis oleh Ibn Al-

Marzuban (309 H) pada abad III. Dilanjutkan oleh Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa‟id Al-

Hufi (430 H) pada abad V. Kemudian dikembangkan oleh Ibn Al-Jauzi (597 H)

pada abad VI dan diteruskan oleh Al-Zarkasyi (794 H) pada abad VIII dan

ditingkatkan lagi oleh Al-Bulqini (824 H) dan Al-Kafiyaji (879 H) hingga

akhirnya disempurnakan lagi oleh Al-Suyuthiy pada akhir abad IX dan awal abad

XIII H.

B. Saran

Dalam uraian makalah ini, tentu tidak luput dari berbagai macam

kesalahan. Untuk itu penyusun sangat berharap peran pembaca sekalian dalam

memberikan kritik dan saran yang dapat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Acep, Ulumul Qur‟an Ilmu untuk Memahami Wahyu, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2013.

Rahmawati, Ulumul Qur‟an Praktis dan Mudah, Yogyakarta: Teras, 2013