ulumul quran
TRANSCRIPT
Kelompok I
ULUMUL QUR’AN
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ulumul Qur‟an
Dosen Pembina: Drs. ROFI‟I, M.Ag.
Disusun oleh:
EMHA AINUN NADJIB
NIM. 140 111 1879
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA (IAIN)
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PALANGKA RAYA
TAHUN 2015
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah yang telah menerangi hati kita dengan cahaya Al-
Quran, menghiasi akhlak kita dengannya, dan mengindahkan amalan-amalan kita
dengan amalan Al-Quran. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya sepanjang zaman yang
senantiasa mempelajari dan mengajarkan Al-Quran. Atas rahmat yang telah Allah
berikan pula, sehingga penyusun dapat dapat menyelesaikan makalah Ulumul
Qur‟an dengan judul “ULUMUL QUR’AN”.
Penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun berharap pada makalah
ini dapat sesuai yang diharapkan pembaca dan memohon saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar penyusun dapat lebih baik lagi kedepannya.
Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini jika masih terdapat kekurangan.
Akhir kata sebelum dan sesudahnya penyusun ucapkan terima kasih.
Palangka Raya, Februari 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
D. Metode Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur‟an ........................................................................ 3
B. Tema dan Ruang Lingkup Al-Qur‟an ....................................................... 4
C. Cabang-Cabang Bahasan Al-Qur‟an ......................................................... 6
D. Perkembangan Al-Qur‟an ......................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B. Saran .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembahasan makalah ini, marilah kita mengenal lebih jauh
mengenai Ulumul Qur‟an dan faedah-faedahnya. Al-Qur‟an adalah kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril
sebagai mu‟jizat. Al-Qur‟an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang
merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.
89. (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. An-
Nahl : 89).
Mempelajari isi Al-Qur‟an akan menambah perbendaharaan baru,
memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan
selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin
akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah SWT sebagai
penciptanya.
2
Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan
bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur‟an.
Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-
Qur‟an dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab.
Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur‟an.
Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur‟an diperlukanlah
ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsirkan Al-Qur‟an yaitu Ulumul
Qur‟an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita
sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur‟an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ulumul Qur‟an?
2. Bagaimana Tema dan Ruang Lingkup Ulumul Al-Qur‟an?
3. Bagaiamana Cabang-Cabang Bahasan Ulumul Al-Qur‟an?
4. Bagaimana Perkembangan Ulumul Al-Qur‟an?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui Pengertian Ulumul Qur‟an.
2. Agar dapat mengetahui Tema dan Ruang Lingkup Ulumul Al-Qur‟an.
3. Agar dapat mengetahui Cabang-Cabang Bahasan Ulumul Al-Qur‟an.
4. Agar dapat mengetahui Perkembangan Ulumul Al-Qur‟an.
D. Metode Penulisan
Metode yang penyusun gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
menggabungkan antara buku-buku. Artinya data yang diperoleh penyusun
bersumber dari buku.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur‟an
Secara bahasa, „ulum bentuk jamak dari „ilm yang berarti ilmu atau
pengetahuan. Ulum Al-Qur‟an adalah ilmu yang membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan Al-Qur‟an, baik dari segi asbab al-nuzul, pengetahuan
makkiyah dan Madaniyah, nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih ataupun
pembahasan lain yang berhubungan dengan Al-Qur‟an.1 Ilmu ini dinamakan juga
dengan Ushul Al-Tafsir, (dasar-dasar tafsir), karena yang dibahas berkaitan
dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang mufasir sebagai
sandaran dalam menafsirkan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an menurut ulama ushul fiqih dan
ulama bahasa adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
yang lafaz-lafaznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah,
yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surah
Al-Fatihah sampai surah An-Nas, dengan demikian, secara bahasa Ulumul Qur‟an
adalah ilmu-ilmu (pembahasan-pembahasan) yang berkaitan dengan Al-Qur‟an.2
Dari definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Ulumul
Qur‟an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua bidang ilmu yang
ada hubungannya dengan Al-Qur‟an baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu
tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu i‟rabul Qur‟an, dan
sebagainya. Ulumul Qur‟an berbeda dengan ilmu yang merupakan cabang dari
Ulumul Qur‟an, misalnya ilmu Tafsir yang menitikberatkan pembahasannya pada
penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an, ilmu Qiraat menitikberatkan pembahasannya
pada cara membaca lafal-lafal Al-Qur‟an khusus dalam Ilmu Tajwid seperti
makharijul huruf, ikhfa, izhar, idgham, iqlab, madd dan sebagainya. Sedangkan
Ulumul Qur‟an membahas Al-Qur‟an dari segala segi yang ada relevansinya
dengan Al-Qur‟an. Artinya semua pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur‟an
disebut Ulumul Qur‟an. Oleh karena itu diberi nama “Ulumul Qur‟an” dengan
1Rahmawati dkk., Ulumul Qur‟an Praktis dan Mudah, cet I, Yogyakarta: Teras, 2013,
hlm. 1 2Acep Hermawan, Ulumul Qur‟an Ilmu untuk Memahami Wahyu, cet II, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 2.
4
menggunakan bentuk jama‟ (plural) bukan “Ilmul Qur‟an” dengan bentuk mufrad
(singular).3
B. Tema dan Ruang Lingkup Ulumul Qur‟an
Pembahasan Ulumul Qur‟an memang banyak, tetapi kita tidak dapat
memberikan klasifikasi berdasarkan tema-temanya.
Pertama, pembahasan-pembahasan yang berpautan dengan Nuzul Al-
Qur‟an, yaitu:
- Auqat Al-Nuzul wa Mawathin Al-Nuzul
Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang diturunkan di Mekah yang
dinamai ayat Makkiyah, ayat-ayat yang diturunkan di kala Nabi berada
di kampung atau disebut Hadlariyah, ayat-ayat yang diturunkan di
dalam safar yang dinamai Safariyah, ayat-ayat yag diturunkan pada
malam hari yang dinamai Lailiyah.
- Asbabun Nuzul
Tema ini berkenaan dengan sebab-sebab turunnya Al-Qur‟an.
- Tarikhun Nuzul
Tema ini berkenaan dengan ayat yang mula-mula, diturunkan dalam
kaitan waktunya, yang berulang-ulang diturunkannya, yang terakhir
hukumnya dari turunnya, yang turun tidak berurutan, yang turun dalam
satu kesatuan, dan lain-lain.4
Kedua, pembahasan masalah sanad. Hal ini berhubungan dengan enam
macam persoalan, yakni yang mutawatir, ahad, syadz, beragam qiraat Nabi, para
perawi dan huffazh, kaifiyat Al-tahammul (cara penerimaan riwayat).
Ketiga, masalah bacaan (tata cara membaca), yaitu soal waqaf, ibtida,
imalah, madd, men-takhfif-kan (meringankan bacaan) hamzah, idgam, dan lain-
lain.
3Ibid, hlm. 3.
4Ibid, hlm. 10.
5
Keempat, masalah pembahasan lafaz. Hal ini terkait dengan beberapa
soal, yaitu gharib, mu‟rab, majaz, musytarak, mutaradif, isti‟arah dan tasyibih.
Kelima, masalah makna-makna Al-Qur‟an yang berpautan dengan hukum
seperti masalah lafaz, „am yang tetap dalam keumumannya, „am yang
dimaksudkan khusus, „am yang dikhususkan dengan sunnah, „am yang
mengkhususkan sunnah, nash yang zhahir, mujmal, mufashshal, manthuq,
mafhum, muthlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh dan mansukh,
muqaddam, muakhkhar dan lain-lain.
Keenam, masalah makna-makna Al-Qur‟an yang berpautan dengan lafaz,
yaitu fashl dan washl, ijaz, ithnab, musawah dan qashr.5
Sebagaimana Ulumul Hadis dalam dua ranah, secara umum pembahasan
Ulumul Qur‟an juga terbagi kedalam dua ilmu, pertama Ilmu Al-Riwayah sebagai
ilmu yang diperoleh melalui jalan riwayat atau naql. Artinya dengan cara
menceritakan kembali atau mengutip. Misalnya pengetahuan tentang macam-
macam bacaan (Al-Qiraat), tempat turunnya ayat, waktu dan sebab-sebabnya.
Kedua, Ilmu Dirayah, sebagai ilmu yang diperoleh dengan jalan pembahasan dan
penilitian. Misalnya pengetahuan tentang lafaz-lafaz yang gharib (asing), ayat Al-
nasikh dan Al-mansukh dan lain-lain.6
Ruang Lingkup Ulumul Qur‟an dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Dirasah
Ma fi Al-Qur‟an, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi
yang terdapat dalam Al-Qur‟an seperti kajian tafsir Al-Qur‟an. Dirasah Ma Haula
Al-Qur‟an, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi seputar
Al-Qur‟an tetapi lingkupnya di luar materi dalam seperti kajian mengenai Asbab
Al-Nuzul dan Living Al-Qur‟an, sebagai kajian mengenai penerapan dan aplikasi
Al-Qur‟an pada masyarakat.7
5Ibid.
6ibid.
7Ibid.
6
C. Cabang-Cabang Bahasan Ulumul Quran
Dalam Ulumul Qur‟an terdapat banyak cabang ilmu yang menjadi kajian,
diantaranya adalah:
Ilmu Asbab al-Nuzul.
Ilmu al-Makkiyah wa al-Madaniyah
Ilmu Qira‟at.
Ilmu al-Munasabat.
Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh.
Ilmu Rasm al-Qur‟an.
Ilmu al-Muhkam wa al-Mutasyabih.
Ilmu Aqsam al-Qur‟an.
Dan lain-lainnya.8
D. Perkembangan Ulumul Qur‟an
Ulumul Qur‟an mulai tumbuh semenjak masa Rasulullah Saw. beliau
adalah mufasir awal, tetapi penafsirannya tidak ditulis (secara resmi) oleh para
sahabat. Penafsirannya hanya disampaikan kepada sahabat yang lain dan tabi‟in
dengan periwayatan dari mulut ke mulut. Ada beberapa sebab mengapa penafsiran
Rasulullah, sebagai bagian dari Ulumul Qur‟an tidak ditulis oleh para sahabat.
Ada larangan dari Rasulullah Saw menulis sesuatu selain Al-Qur‟an,
karena dikhawatirkan perhatian para sahabat menjadi terbagi, tidak
sepenuhnya kepada Al-Qur‟an, padahal penurunan Al-Qur‟an masih
berlangsung, atau khawatir tercampurnya dengan sesuatu yang bukan
Al-Qur‟an.
Para sahabat tidak merasa perlu menulisnya sebab mereka orang yang
dhabit, dan jika ada problem mereka bisa langsung bertanya kepada
Nabi Saw.
Banyak para sahabat yang tidak pandai menulis.9
Beberapa periode setelah Rasulullah dapat dijelaskan dibawah ini.
8Rahmawati dkk., Ulumul Qur‟an Praktis..., hlm. 4.
9Acep Hermawan, Ulumul Qur‟an Ilmu..., hlm. 5.
7
1. Abad I dan II Hijriyah
Pada masa Nabi, Abu Bakar dan Umar, Ulumul Qur‟an belum dibukukan.
Namun, dengan merujuk pada definisi Ulumul Qur‟an sebelumnya, sesungguhnya
pada masa ini, ia mulai tumbuh dan berkembang. Selanjutnya pada masa Utsman,
penulisan Al-Qur‟an diseragamkan untuk menjaga persatuan umat Islam. Yang
dilakukan oleh Utsman tersebut merupakan rintisan bagi lahirnya „Ilmu Al-Rasm
Al-Utsmani.10
Pada masa berikutnya, Abu Al-Aswad Al-Duali meletakkan dasar-dasar
gramatikal Al-Qur‟an (Qawa‟id Al-Nahwiyyah) atas perintah khalifah Ali Ibn Abi
Thalib untuk memproteksi pelafalannya. Hal ini karena pada masa ini ekspansi
kerajaan Islam menyebar ke berbagai daerah dan penduduk non-Arab, sehingga
semakin banyak yang memeluk Agama Islam. Pada saat itulah timbul keresahan
dari Ali sehingga beliau memberi perintah kepada Abu Aswad Al-Duali untuk
merumuskan kaidah gramatikal bahasa Arab agar bahasa Al-Qur‟an bisa dipahami
dengan sistematis. Masa ini disebut sebagai permulaan Ilmu I‟rab Al-Qur‟an (Al-
Qaththan, tt:10).11
Pada saat Nabi masih hidup, setiap kali sahabat menanyakan suatu ayat,
mereka langsung bertanya kepada beliau. Namun, saat Nabi telah wafat, mereka
berijtihad dalam memberikan penafsiran Al-Qur‟an. Selanjutnya para sahabat
berpencar keberbagai negara dan mereka mempunyai murid di setiap tempat
tinggal mereka yang baru. Gabungan dari tiga sumber diatas, penafsiran Nabi,
penafsiran sahabat, dan penafsiran tabi‟in dikelompokkan menjadi satu kelompok
yang dinamakan “Tafsir bi Al-Ma‟tsur”. Masa ini dapat dijadikan periode
pertama dari perkembangan Ilmu Tafsir Al-Qur‟an (Quraish Shihab, 2007: 106).12
Abad ke-2 Hijriyah dikenal sebagai masa pembukuan (Ashr Al-Tadwin)
khusunya dalam pembukuan Hadis dengan beragam babnya pada masa ini juga
terdapat pembukuan tafsir Al-Qur‟an (bi Al-ma‟thur) baik jurukan dari Rasul,
sahabat maupun tabi‟in. Para pelopor tafsir yang dikenal pada masa ini adalah
Yazid bin Harun Al-Salami (w.117 H), Syu‟bah bin Al-Hajjaj (w. 160 H), Waki‟
10
Ibid, hlm. 5 11
Ibid, hlm. 6 12
Ibid.
8
bin Al-Jirah (w. 197 H), Sufyan bin Uyainah (w. 197 H), Abd Al-Razzaq bin
Hirman (w. 211 H). Mereka semua termasuk juga dalam jajaran ulama Hadis.
Mereka menghimpun tafsir dengan menukil pendapat dari kalangan sahabat dan
tabi‟in. Namun, tidak ada satu pun dari tulisan mereka yang bisa kita dapati saat
ini (Al-Qaththan, tt:12). Setelah masa ini, beberapa Ulama mulai menulis
beberapa kitab tafsir, salah satu yang terkenal hingga saat ini adalah Ibn Jarir Al-
Thabariy (w. 310 H).13
Demikianlah proses tersebut berjalan. Awalnya Al-Qur‟an didapat dengan
metode “naqliyyah” dengan cara “talaqqi” dan periwayatan, berlanjut pada
penulisan tafsir berdasarkan bab-bab Hadis, kemudian penafsiran tersebut berdiri
dengan caranya sendiri. Bermula dari tafsir bi Al-ma‟tsur disusul tafsir bi Al-ra‟y
(logika).14
2. Abad III dan IV Hijriyah
Beberapa cabang Ulumul Qur‟an pada abad ini mulai bertambah. Beberapa
di antaranya adalah sebagaimana berikut:
- Ilmu Asbab Al-Nuzul yang disusun oleh Ali ibn Al-Madiniy (w. 234 H).
- Ilmu Al-Nasikh wa Al-Mansukh dan Ilmu Al-Qiraat yang disusun oleh
Abu Ubaid ibn Salam (w. 224 H).
- Ilmu Al-Makki wa Al-Madani yang disusun oleh Muhammad ibn Ayyub
Al-Dhirris (w. 294 H).
- Ilmu Gharib Al-Qur‟an yang disusun oleh Abu Bakar Al-Sijistani (w.
330 H).15
Selain itu, terdapat beberapa ulama yang menyusun beberapa kitab seputar
Ulumul Qur‟an, seperti:
- Muhammad ibn Khalaf Al-Marzuban (w. 309 H) yang menyusun kitab
Al-Hawi fi Ulum Al-Qur‟an sebanyak 27 juz.
13
Ibid. 14
Ibid. 15
Ibid.
9
- Abu Bakar Muhammad ibn Qasim Al-Anbari (w. 328 H) yang
menyusun kitab „Aja‟ibu Ulum Al-Qur‟an. Kitab ini berisi penjelasan
mengenai tujuh huruf (bentuk), tentang penulisan mushaf, jumlah
bilangan surah, ayat dan kata-kata dalam Al-Qur‟an.
- Abu Hasan Al-Asy‟ariy (w. 324 H) yang menyusun kitab Al-Mukhtazan
fi Ulum Al-Qur‟an.
- Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad ibn Ali Al-Karakhi (w 360 H)
yang menyusun kitab Nakat Al-Qur‟an Al-Daallah „ala Al-Bayan fi
Anwa‟i Al-Ulum wa Al-Ahkam Al-Munbiah „an Ikhtilafi Al-Anam.
- Muhammad ibn Ali Al-Adwafi (w. 388 H) menyusun kitab Al-Istighna
fi Ulum Al-Qur‟an sebanyak 20 jilid (Masifuk Zuhdi, 1980: 28-29).16
3. Abad V dan VI Hijriyah
Pada masa ini cabang Ulumul Qur‟an semakin bertambah, terutama
dengan munculnya Ilmu I‟rab Al-Qur‟an dan Ilmu Mubhamat Al-Qur‟an. Adapun
Ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Qur‟an pada masa ini adalah
sebagai berikut:
- Ali ibn Ibrahim bin Sa‟id Al-Hufi (w. 430 H). Selain memelopori Ilmu
I‟rab Al-Qur‟an, dia juga menyusun kitab Al-Burhan fi Ulum Al-
Qur‟an yang terdiri dari 30 jilid. Kitab ini selain menafsirkan Al-
Qur‟an seluruhnya juga menerangkan ilmu-ilmu Al-Qur‟an yang
berhubungan dengan ayat-ayat Al-Qur‟an yang ditafsirkan. Karena itu
dalam kitab ini, Ulumul Qur‟an diuraikan secara terpencar, tidak
terkumpul dalam urutan bab, atau bisa disebut tidak tersusun sistematis.
Meskipun demikian, kitab ini adalah karya besar seorang ulama yang
telah merintis penulisan kitab tentang, Ulumul Qur‟an yang lengkap.
- Abu Amr Al-Dani (w. 444 H) yang menyusun kitab At-Taysir fi Qira‟at
Al-Sab‟i dan kitab Al-Muhkam fi Al-Nuqat.
16
Ibid, hlm. 7.
10
- Abu Al-Qasim ibn Abdirrahman Al-Suhaili (w. 581 H) yang menyusun
kitab tentang Mubhamat Al-Qur‟an (menjelaskan maksud kata-kata
dalam Al-Qur‟an yang tidak jelas apa atau siapa yang dimaksudkan).
- Ibn Al-Jauzi (w. 597 H) menyusun kitab Funun Afnan fi „Aja‟ib Al-
Qur‟an dan Al-Mujtaba fi Ulum Tata‟allaq bi Al-Qur‟an (Masifuk
Zuhdi, 1980: 28-29).17
4. Abad VII dan VIII Hijriyah
Pada masa ini Ulumul Qur‟an mempunyai cabang baru, yaitu „Ilmu Majaz
Al-Qur‟an dan tersusun pula Ilmu Al-Qiraat. Berikut ini merupakan cabang-
cabang Ulumul Qur‟an yang muncul dan berkembang pada masa ini:
- Ilmu Majaz Al-Qur‟an yang dipelopori oleh Ibn „Abd Salam yang
terkenal dengan nama Al-Izz (w. 660 H).
- Ilmu Bada‟i AL-Qur‟an yang disusun oleh Ibn Abi Al-Isba‟. Kitab
tersebut membahas tentang keindahan bahasa dan kandungan Al-
Qur‟an.
- Ilmu Aqsam Al-Qur‟an yang disusun oleh Ibn Al-Qayyim (w. 752 H).
Ilmu tersebut membahas tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam
Al-Qur‟an.
- Ilmu Hujjaj Al-Qur‟an atau Ilmu Jadal Al-Qur‟an (ilmu yang
membahas tentang bukti-bukti yang dipakai oleh Al-Qur‟an untuk
menetapkan sesuatu) yang dipelopori oleh Najm Al-Din Al-Thufi (w
761 H).
- Ilmu Amtsal Al-Qur‟an (ilmu yang membahas tentang perumpamaan-
perumpamaan yang terdapat dalam Al-Qur‟an ) yang dipelopori oleh
Abu Hasan Al-Mawardi.
- Ilmu Al-Qiraat yang disusun oleh „Alamudin Al-Sakhawi (w. 643 H)
dalam kitabnya Jamal Al-Quma‟ wa Kamal Al-Iqra‟.
17
Ibid.
11
Selain itu, terdapat juga beberapa ulamayang menyusun kitab-kitab seputar
„Ulumul Qur‟an pada masa ini, yaitu:
- Badrudin Al-Zarkasyi (w. 794 H) yang menyusun kitab Al-Burhan fi
„Ulum Al-Qur‟an.
- Abu Syamah (w. 655 H) menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz fi ma
Yata‟allaq bi Al-Qur‟an.18
5. Abad IX dan X Hijriyah
Pada abad IX dan permulaan abad X, karangan yang ditulis para ulama
tentang Ulumul Qur‟an semakin banyak. Masa ini merupakan masa produktif
dalam penulisan diskursus Ulumul Qur‟an dan merupakan puncak kesempurnaan
masa penulisan.
Jalaluddin Al-Bulqini menyusun kitab Mawaqi Al-„Ulum min Al-Mawaqi
Al-Nujum. Al-Suyuthiy memandang Al-Bulqini sebagai ulama yang mempelopori
penyusunan kitab Ulumul Qur‟an yang lengkap, sebab didalamnya telah tersusun
50 macam ilmu-ilmu Al-Qur‟an.
Muhammad ibn Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H) menyusun kitab At-
Tafsir fi Quwa‟id Tafsir.
Al-Suyuthiy (w. 911 H) menyusun kitab Al-Tahbir fi Ulum Al-Tafsir
penyusunan kitab ini selesai pada tahun 872 H dan merupakan kitab tentang
Ulumul Qur‟an yang paling lengkap karena memuat 102 macam ilmu Al-Qur‟an.
Namun Al-Suyuthiy masih belum puas atas karya ilmiah tersebut sehingga
kemudian dia menyusun kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur‟an yang membahas
sejumlah 80 macam ilmu Al-Qur‟an.
Setelah Al-Suyuthiy wafat pada tahun 911 H, perkembangan ilmu-ilmu
Al-Qur‟an seolah-olah mencapai puncaknya dan berhenti. Stagnasi ini terus
berlanjut hingga akhir Abad XIII H (Masifuk Zuhdi, 1980: 30).19
18
Ibid, hlm. 8. 19
Ibid.
12
6. Abad XIV Hijriyah
Setelah memasuki abad XIV H inim penulisan diskursus Ulumul Qur‟an
dengan berbagai cabang ilmunya mulai berkembang kembali, antara lain:
- Muhammad Abdul Adhim Al-Zarqaniy yang menyusun kitab Manahil
Al-Irfan fi Ulum Al-Qur‟an.
- Thanthawi Al-Jauhari yang mengarang kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-
Qur‟an dan kitab Al-Qur‟an wa Ulum Al-Ashriyyah.
- Musthafa Al-Maraghi yang menyusun risalah tentang “Boleh
Menerjemahkan Al-Qur‟an”.
- Sayyid Quthb yang mengarang kitab Al-Tashwir Al-Fann fi Al-Qur‟an
dan Fi Zhilal Al-Qur‟an.
- Muhammad Rasyid Ridha yang mengarang kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-
Hakim. Kitab ini menafsirkan Al-Qur‟an secara ilmiah dan juga
membahas Ulumul Qur‟an.
- Muhammad Al-Ghazali yang mengarang kitab Nadzratun fi Al-Qur‟an.
- Dr. Subhi Al-Shalih yang mengarang kitab Mabahits fi Ulum Al-Qur‟an
(Masifuk Zuhdi, 1980: 31).20
Dari semua uraian di atas, bisa kita simpulkan bahwa kali pertama istilah
Ulumul Qur‟an digunakan dan dirintis oleh Ibn Al-Marzuban (309 H) pada abad
III. Dilanjutkan oleh Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa‟id Al-Hufi (430 H) pada abad V.
Kemudian dikembangkan oleh Ibn Al-Jauzi (597 H) pada abad VI dan diteruskan
oleh Al-Zarkasyi (794 H) pada abad VIII dan ditingkatkan lagi oleh Al-Bulqini
(824 H) dan Al-Kafiyaji (879 H) hingga akhirnya disempurnakan lagi oleh Al-
Suyuthiy pada akhir abad IX dan awal abad XIII H.21
20
Ibid, hlm 9. 21
Ibid.
13
A. Kesimpulan
Ulumul Qur‟an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua
bidang ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Qur‟an baik berupa ilmu-ilmu
agama, seperti ilmu tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu
i‟rabul Qur‟an, dan sebagainya.
kali pertama istilah Ulumul Qur‟an digunakan dan dirintis oleh Ibn Al-
Marzuban (309 H) pada abad III. Dilanjutkan oleh Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa‟id Al-
Hufi (430 H) pada abad V. Kemudian dikembangkan oleh Ibn Al-Jauzi (597 H)
pada abad VI dan diteruskan oleh Al-Zarkasyi (794 H) pada abad VIII dan
ditingkatkan lagi oleh Al-Bulqini (824 H) dan Al-Kafiyaji (879 H) hingga
akhirnya disempurnakan lagi oleh Al-Suyuthiy pada akhir abad IX dan awal abad
XIII H.
B. Saran
Dalam uraian makalah ini, tentu tidak luput dari berbagai macam
kesalahan. Untuk itu penyusun sangat berharap peran pembaca sekalian dalam
memberikan kritik dan saran yang dapat membangun.