tugas rancangan intervensi.docx

7
TUGAS RANCANGAN INTERVENSI “PERILAKU MASYARAKAT PAPUA TERHADAP PERSALINAN” Kelompok E Angela Willenny Djari 41100089 Praditya Ardian Hanafi 41110005 Octavira M V Nahak 41110013 Niyata Hananta Karunawan 41110042 Gratiana Kartika 41110051 Andre Reynaldo 41110053 Hendrisa Heppy Natalina 41110058 Eva Afifah 41110060 Ni Ketut Meri Mira Wati 41110073 Reinhard Nahumury 41110086 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

Upload: praditya-ardian-hanafi

Post on 11-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

resume jurnal

TRANSCRIPT

TUGAS RANCANGAN INTERVENSIPERILAKU MASYARAKAT PAPUA TERHADAP PERSALINAN

Kelompok EAngela Willenny Djari41100089Praditya Ardian Hanafi41110005Octavira M V Nahak41110013Niyata Hananta Karunawan41110042Gratiana Kartika41110051Andre Reynaldo 41110053Hendrisa Heppy Natalina 41110058Eva Afifah41110060Ni Ketut Meri Mira Wati41110073Reinhard Nahumury41110086

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA2015

A. Latar BelakangAngka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Penurunan AKI merupakan tantangan, yaitu untuk mencapai sasaran RPJM, MDGs dan RPJP. Mencapai target Angka Kematian Ibu di Indonesia menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. RPJMN 2010-2014 penurunan tingkat kematian ibu ditargetkan turun dari 307 per 100.000 kelahiran pada 2008 menjadi 118 pada 2014. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas dalam pembangunan kesehatan.( Kementerian kesehatan republik Indonesia ,2013) Angka Kematian Ibu ( AKI ) saat melahirkan di Papua cukup tinggi, berada pada peringkat tiga teratas setelah Papua Barat dan Maluku Utara .Upaya menurunkan AKI juga dilakukan di Papua. Dinas Kesehatan Provinsi Papua juga mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan kartu papua sehat, dengan memanfaatkan sistem layanan kesehatan yang terintegrasi .Menkes juga mengeluarkan kebijakan bahwa akan memperbanyak bidan desa maupun perawat yang dibekali dengan keterampilan sehingga mampu membantu dalam penanganan terhadap ibu hamil, ibu melahirkan maupun balita. Selain itu juga dilakukan sosialisasi dari kader dan tenaga kesehatan kepada masyarakat melalui forum Posyandu dan promosi kesehatan di Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan ke tenaga kesehatan. (Mundayat ,2010)Orang Papua mempunyai konsepsi dasar berdasarkan pandangan kebudayaan mereka masing-masing terhadap persalinan berdasarkan persepsi kebudayaan mereka. Akibat adanya pandangan tersebut orang Papua mempunyai beberapa bentuk pengobatan serta siapa yang manangani, dan dengan cara apa dilakukan pengobatan terhadap konsep sakit yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, perdarahan, pembengkakan kaki selama hamil berdasarkan pandangan kebudayaan mereka. Contoh suku orang Hatam, Sough, Lereh, Walsa, Moi Kalabra yang melakukan persalinan dengan dibantu oleh dukun. (Dumatubun, A.E ,2002)Berdasarkan data diatas angka kematian ibu adalah sesuatu masalah yang sesuatu yang penting.Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan angka kematian Ibu .Maka itu peneliti akan mengangkat apakah kebijakan pemerintah untuk untuk menurunkan AKI relevan dengan nilai budaya di Papua.

B. Tujuan Intervensi1. Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat dan dukun bersalin mengenai tindakan persalinan yang steril dan aman 2. Menjalin kerjasama dengan dukun (praktisi kehamilan) dalam sistem rujukan.

C. Analisa Berdasarkan data informasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua pada tahun 2008 Angka Kematian Ibu di Papua tinggi terutama di daerah pedalaman, kematian ibu melahirkan menjadi ancaman serius. AKI di Papua 362 per 100.000 kelahiran hidup, di atas angka nasional 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007, angka kematian ibu 364/100 ribu kelahiran hidup. Namun, 3 tahun kemudian meningkat menjadi 573/100 ribu kelahiran hidup.AKI melahirkan di nasional yang mencapai kisaran 228 per 100.000 kelahiran hidup (2009) dari target MDGs 102 per 100.000 . (Abd, 2013)Untuk menurunkan AKI guna mencapai target MDGs tahun 2015, Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah kebijakan untuk mempercepat penurunan AKI sebagai berikut: Target MDG 5 akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat dicegah/dikurangi. Bidan Di Desa sedapat mungkin tinggal di desa, guna memberikan kontribusi positif untuk pertolongan persalinan serta pencegahan dan penanganan komplikasi maternal. Persalinan harus ditolong tenaga kesehatan dan sedapat mungkin dilakukan di fasilitas kesehatan. (Kesibu, 2011)Kebijakan ini menjadi panduan dalam pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan ibu di tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kota termasuk daerah Papua. Untuk menurunkan angka kematian ibu di Papua. Menkes mengeluarkan kebijakan bahwa Ia akan lebih memperbanyak bidan desa maupun perawat yang dibekali dengan keterampilan hingga mampu membantu dalam penanganan terhadap ibu hamil, ibu melahirkan maupun balita di Papua. Kemudian juga dilakukan sosialisasi dari kader dan tenaga kesehatan kepada masyarakat melalui forum Posyandu dan promosi kesehatan di Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan ke tenaga kesehatan (Mundayat ,2010)Kebijakan AKI tentang persalinan yang mengharuskan ditolong tenaga kesehatan adalah kurang relevan dengan nilai kultural di Papua yang mengharuskan persalinan ditolong oleh dukun. Mengingat masih kentalnya peran mama (dukun beranak) dalam membantu proses persalinan. Ada juga proses persalinan di pondok kecil (demutpul) yang dibangun di hutan, karena darah bagi kaum laki-laki sangat berbahaya. Bila terkena darah dari ibu hamil, berarti kaum laki-laki akan mengalami banyak kegagalan dalam usaha serta berburu. Ada juga kepercaya bila ada gangguan terhadap kehamilan, itu berarti ibu dan suaminya telah melanggar pantangan, di samping itu pula ada gangguan dari roh jahat atau buatan orang (suanggi).Tiap budaya mempunya persepsi yang bervariasi tentang persalinan dan upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian. Kebijakan yang dibuat pemerintah cukup baik karena menambah tenaga kesehatan dan fasilitas di daerah papua,namun sosialisasi yang mengharuskan persalinan di bantu tenaga kesehatan adalah berlawanan dengan nilai kultural persalinan di Papua dan tidak memperhatikan nilai kultural di Papua.

D. Stakeholder yang Terlibat1. Tokoh terkemuka di masyarakat disana, kepala dusun, kepala suku untuk membantu promosi kesehatan.2. Kepala pemerintah setempat, camat, bupati dalam hal ini membantu mendukung program yang akan dibuat3. Dukun bersalin desa setempat diajak kerja samanya untuk melakukan persalinan secara steril dan mengenali tanda-tanda bahaya persalinan untuk segera di rujuk pada tenaga kesehatan4. Dilakukan pula pendekatan kepada pemberita Injil di daerah setempat untuk membantuk tenaga medis dalam memberi edukasi menengai persalinan yang baik.

E. Intervensi yang Dilakukan1. Mendiskusikan dengan kepala suku (tokoh masyarakat)2. Melakukan pendekatan pada dukun setempat untuk memberikan edukasi mengenai persalinan yang steril dan mengenali tanda bahaya persalinan yang membutuhkan pertolongan tenaga medis.3. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai keselamatan ibu dan bayi selama melahirkan, risiko yang bisa dialami ibu saat melahirkan, pentingnya kesterilan alat yang digunakan selama proses kehamilan untuk mencegah infeksi yang terjadi4. Melakukan pendekatan kepada pemberita Injil di daerah setempat untuk mengajak memberi edukasi persalinan yang baik5. Pemerataan tenaga medis dan penyediaan alat-alat medis

F. Pengukuran Keberhasilan1. Penurunan AKI (angka kematian ibu) sesuai dengan target MDGS 20152. Penurunan kejadian infeksi pasca persalinan3. Terjalinnya hubungan yang baik dengan dukun (praktisi persalinan) dengan tenaga kesehatan

G. Pemeliharaan Perilaku1. Melibatkan dukun desa untuk melaporkan angka kematian ibu.2. Membuat laporan angka kematian ibu, kejadian infeksi pasca persalinan dan penyebab kematian masa nifas secara mingguan, bulanan dan tahunan.3. Pencatatan rujukan dari dukun ke tenaga medis4. Melakukan pelatihan dan edukasi kembali pada dukun mengenai sterilitas alat dan tanda-tanda bahaya persalinan.

H. SaranProgram yang dibuat harus menghormati nilai kultural yang di wujudkan dari perilaku masyarakat Papua. Inilah yang memungkinkan kita memahami mereka lebih baik tanpa mengucilkan nilai budaya yang mereka miliki dan mengapresiasikan nilai-nilai yang mereka miliki.