tugas 5 rancangan penilaian alternatif

33
45 TUGAS V RANCANGAN PENILAIAN ALTERNATIF 1. Asesmen Alternatif (Alternative Assessment) Asesmen alternatif (Alternative Assessment), ialah alternatif pengukuran atau evaluasi hasil belajar mahasiswa yang lain daripada uji tradisional yang sudah baku, yang menggunakan standar penilaian tertentu, misalnya Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang menetapkan batas lulus (passing grade) sebelum ujian dilakukan, atau Penilaian Acuan Norma (PAN) yang menetapkan batas lulus sesudah ujian, yaitu menggunakan rata-rata kelas pada kurva normal. Kedua cara penilaian tersebut menggunakan ujian “essay” atau “multiple choice”, atau yang lazim disebut pengukuran menggunakan kertas dan pinsil (paper and pencil test). Kedua instrumen / alat uji tersebut terdiri atas pertanyaan kepada mahasiswa yang sudah ada jawabannya yang benar. a). Asesmen Otentik (Authentic Assessment) Asesmen otentik (Authentic Assessment) adalah salah satu bentuk atau sinonim asesmen alternatif. Suatu asesmen dikatakan otentik apabila secara langsung diukur (diamati) perilaku mahasiswa mengerjakan tugas intelektual yang penting. Sebaliknya, asesmen tradisional bergantung pada sesuatu yang tak langsung atau bentuk substitusinya yang disederhanakan, yang mungkin dapat ditarik inferensi yang valid tentang kinerja mahasiswa pada tantangan bernilai itu. b). Beberapa perbandingan dengan tes baku yang tradisional : 1. Asesmen otentik mengharuskan mahasiswa menampilkan pengetahuan yang diperolehnya secara efektif (Asesmen tradisional hanya mengungkapkan kemampuan mahasiswa mengidentifikasi, mengingat kembali apa yang sudah dipelajarnya

Upload: anonymous-udbkts

Post on 30-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas 5 : Rancangan Penilaian Alternatif

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

45

TUGAS V

RANCANGAN PENILAIAN ALTERNATIF

1. Asesmen Alternatif (Alternative Assessment)

Asesmen alternatif (Alternative Assessment), ialah alternatif

pengukuran atau evaluasi hasil belajar mahasiswa yang lain daripada uji

tradisional yang sudah baku, yang menggunakan standar penilaian

tertentu, misalnya Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang menetapkan

batas lulus (passing grade) sebelum ujian dilakukan, atau Penilaian Acuan

Norma (PAN) yang menetapkan batas lulus sesudah ujian, yaitu

menggunakan rata-rata kelas pada kurva normal. Kedua cara penilaian

tersebut menggunakan ujian “essay” atau “multiple choice”, atau yang

lazim disebut pengukuran menggunakan kertas dan pinsil (paper and

pencil test). Kedua instrumen / alat uji tersebut terdiri atas pertanyaan

kepada mahasiswa yang sudah ada jawabannya yang benar.

a). Asesmen Otentik (Authentic Assessment)

Asesmen otentik (Authentic Assessment) adalah salah satu bentuk atau

sinonim asesmen alternatif. Suatu asesmen dikatakan otentik apabila

secara langsung diukur (diamati) perilaku mahasiswa mengerjakan tugas

intelektual yang penting. Sebaliknya, asesmen tradisional bergantung

pada sesuatu yang tak langsung atau bentuk substitusinya yang

disederhanakan, yang mungkin dapat ditarik inferensi yang valid tentang

kinerja mahasiswa pada tantangan bernilai itu.

b). Beberapa perbandingan dengan tes baku yang tradisional :

1. Asesmen otentik mengharuskan mahasiswa menampilkan

pengetahuan yang diperolehnya secara efektif (Asesmen

tradisional hanya mengungkapkan kemampuan mahasiswa

mengidentifikasi, mengingat kembali apa yang sudah dipelajarnya

Page 2: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

46

di luar konteksnya, contohnya sama dengan mengajar

mengemudikan mobil scara lisan).

2. Asesmen otentik menghendaki mahasiswa menampilkan

keseluruhan tugas yang tercerminkan prioritasnya, dengan segala

tantangan yang ditemukan dalam kegiatan instruksional, misalnya

melaksanakan penelitian; menulis, mereivsi dan mendiskusikan

makalah; memberikan analisis oral tentang peristiwa politik terakhir;

bekerjasama dengan orang lain dalam debat, dan seterusnya. Tes

konvensional biasanya terbatas pada pertanyaan dengan satu

jawaban yang benar, yang dinamakan “paper and pencil test”.

3. Asesmen otentik menghendaki bahwa mahasiswa dapat

menciptakan jawaban yang berbahasa ilmiah, menyeluruh dan

dapat dijustifikasi.

4. Asesmen otentik mencapai validitas dan keterandalan (reliability)

dengan cara meningkatkan dan membakukan kriteria yang sesuai

untuk menskor produk yang sangat bervariasi, sedangkan tes

tradisional membakukan butir tes objektif, sehingga hanya

mempunyai 1 jawaban yang benar.

5. Uji validitas sebagian tergantung pada : apakah tes itu

mensimulasikan tes kemampuan lulusan dalam dunia nyata kelak.

Validitas pada tes pilihan ganda ditentukan dengan cara

membandingkan butir tes dengan isi kurikulum, atau melalui

korelasi dengan butir tes yang lain.

c). Asesmen Alternatif vs Asesmen Tradisional

Mengapa diperlukan Asesmen Alternatif yang banyak memerlukan

banyak waktu dan tenaga untuk mempersiapkannya ? Meskipun tes

pilihan ganda dapat merupakan indikator atau prediktor yang valid

mengenai penampilan akademik, seringkali tes ini mengalihkan

perhatian (mislead) dosen dan mahasiswa tentang jenis keterampilan

yang seharusnya dikuasai mahasiswa. Norma bukan merupakan

standar; butir soal bukanlah masalah yang sebenarnya; dan jawaban

Page 3: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

47

yang benar bukanlah rationale (dasar pemikiran, alasan). Mereka

yang mempertahankan tes tradisional tidak melihat bahwa bentuk

tesnya, bukannya isi tes yang merugikan proses belajar. Mahasiswa

merasa bahwa belajar itu menyesakkan, dosen percaya bahwa tes itu

adalah pencari fakta, pemaksaan yang terdiri atas susunan

pertanyaan, yang sebenarnya tidak relevan dengan tujuan dan

keberhasilan belajar mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa

digiring pada keyakinan bahwa jawaban yang benar itu lebih penting

daripada kebiasaan berpikir, dan justifikasi pendekatan serta hasil

pekerjaan seseorang.

Karena itu pendekatan terhadap tugas dan hasil yang otentik dapat

meningkatkan proses pengajaran dan belajar; mahasiswa

memperoleh kejelasan yang lebih besar tentang kewajiban mereka

(dan diminta mengerjakan tugas yang lebih menarik bagi mereka), dan

dosen akan percaya bahwa hasil asesmen itu lebih berarti dan lebih

berguna dalam meningkatkan proses pembelajaran. Apabila tujuan

dosen hanya untuk memonitor kinerja mahasiswa, maka tes

konvensional mungkin sudah memadai. Tetapi apabila tujuan dosen

ialah meningkatkan kinerja ke arah yang lebih baik, maka tes itu

hendaknya terdiri atas tugas yang dapat dijadikan contoh, kriteria dan

standar.

Apakah kita ingin mengevaluasi:

- pengajuan masalah dan penyelesaian masalah dalam bidang

Sistem Basis Data

- penelitian eksperimental dalam sains

- berbicara, mendengarkan, dan memfasilitasi suatu diskusi

- melakukan inkuiri sejarah berdasar-dokumen

- secara teliti merevisi suatu tulisan sampai dapat terbaca oleh

pembaca ?

Page 4: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

48

Pada asesmen otentik, mahasiswa :

- melakukan eksperimen sains

- melaksanakan penelitian ilmu sosial

- menulis cerita dan laporan

- membaca dan menginterpretasi sastra

- menyelesaikan masalah matematik

Asesmen otentik atau asesmen alternatif menggunakan sampel

penampilan (performance samples), kegiatan belajar, kemampuan

berpikir, yang terdiri atas 5 sampel penampilan utama :

1. Asesmen penampilan (Performance Assessment), penulisan, revisi,

penyajian laporan

2. Penelitian pendek (Short Investigations)

3. Open-Response Questions

4. Portfolio

5. Self-Assessment

Asesmen alternatif dapat menggunakan Rubrik Penskoran (Scoring

Rubrics), Portfolio atau Observasi oleh instruktor.

2. Asesmen Berdasarkan Performans (Performance-Based

Assessment)

Berbagai istilah telah digunakan utuk “performance”; ada yang

menggunakan istilah “kinerja”, “penampilan” atau “performans”.

Performance-Based Assessment merupakan suatu observasi sistematik

secara langsung, dan penilaian atas tercapainya suatu tujuan

(instruksional). Seringkali oberservasi dilakukan terus menerus selama

periode waktu tertentu, dan secara khusus dilakukan untuk yang

berkaitan dengan pengkreasian suatu produk. Asesmen dapat berbentuk

interaksi kontinu antara dosen dan mahasiswa, dan secara ideal menjadi

bagian dari proses pembelajaran. Asesmen hendaknya merupakan

performans dari kenyataan yang relevan dengan komunitas mahasiswa

Page 5: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

49

dan lingkungan. Asesmen performans ini dilakukan menggunakan rubrik,

atau panduan penskoran analitik yang dapat membantu objektivitasnya.

Asesmen berdasar-performans berbentuk suatu uji penerapan

pengetahuan dalam keadaan kehidupan sehari-hari, yang meliputi

performans tugas contoh dalam mendemonstrasikan kemampuan

intelektual.

3. Portofolio

Portfolio ialah suatu kumpulan hasil kerja mahasiswa yang

dilakukan secara sistematik dan terorganisasi, yang mengungkapkan bukti

nyata dari usaha-usaha yang dilakukan mahasiswa, hasil perolehannya,

dan perkembangannya dalam kurun waktu tertentu. Pengumpulan data ini

hendaknya melibatkan mahasiswa dalam pemilahan materi pelajaran, dan

mencantumkan informasi tentang kriteria penampilannya (performans),

rubrik atau criteria untuk menilai keuntungan yang diperoleh, dan bukti

tentang refleksi-diri dan evaluasi mahasiswa. Portfolio meliputi hasil kerja

yang representatif, memberikan suatu dokumentasi tentang performans

mahasiswa, dan meruapakan dasar untuk mengevaluasi kemajuan yang

dicapai mahasiswa. Portfolio dapat meliputi berbagai demonstrasi belajar

yang telah dikumpulkan dalam bentuk koleksi fisik materi, video, CD-ROM,

jurnal reflektif, dll.

1). Asesmen Portfolio (Portfolio Assessment)

Portfolio dapat diukur dalam berbagai cara. Setiap bagian dapat diskoring

secara individual, atau hanya diukur bagian-bagian penting yang

dikehendaki, atau digunakan proses penskoran secara menyeluruh

(holistic), dan dilakukan evaluasi berdasarkan kumpulan hasil pekerjaan

mahasiswa secara menyeluruh. Menjadi kebiasaan bahwa para evaluator

berunding sebelumnya untuk mencapai kesepakatan tentang standar

penilaian dalam rangka mencapai tingkat kepercayaan (reliability) tinggi

dalam mengevaluasi mahasiswa. Kriteria yang ditetapkan itu akan

Page 6: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

50

digunakan oleh reviewer dan mahasiswa yang terlibat, dalam proses

mengevaluasi kemajuan, dan pada pencapaian tujuan (instruksional).

2). Portfolio Elektronik (Electronic Portfolio)

Portofolio elektronik menjadi demikian penting dalam pendidikan terutama

di sekolah menengah dan pendidikan tinggi lanjutan. Portofolio elektronik

bukan lagi istilah baru di bidang penelitian pendidikan (Cheng, 2008),

namun sebagai suatu pembelajaran dan alat penilaian penggunaannya di

Indonesia belum nampak. Portofolio elektronik merefleksikan pentingnya

teknologi, akses teknologi dalam kehidupan, dan akomodasi antisipatif

peningkatan pasar kerja elektronik. Asesmen portofolio yang tidak

menggunakan teknologi informasi sebagai basisnya dikenal dengan

sebutan portofolio tradisional atau portofolio berbasis pensil dan kertas

(PPT). Portofolio tradisional selanjutnya disebut portofolio, dan portofolio

yang berbasis ICT dikenal dengan istilah electronic portfolio. Ada

beberapa istilah yang mirip dengan istilah electronic portfolio (portofolio

elektronik) yakni computer-based portfolio (portofolio berbasis komputer)

dan digital portfolio (portofolio digital). Istilah yang sering dipertukarkan

maknanya adalah electronic portfolio dan digital portfolio. Barret (2001)

membuat perbedaan makna antara dua istilah tersebut sekalipun memang

bisa dimaknai sama. Sebuah electronic portfolio berisi artifak dalam

bentuk analog (analog form) seperti video tape, atau mungkin dalam

format komputer yang bisa dibaca (readable form). Pada digital portfolio

semua artifak telah diubah ke dalam bentuk computer-readable form.

Persamaannya terletak pada penggunaan teknologi elektronik yang

memungkinkan pengembang portofolio mengorganisasikan artifak dalam

berbagai tipe media, seperti audio, video, audio-video, grafik dan teks.

Guru dan siswa dan siswa dapat mempubliksikan portofolio mereka dalam

bentuk CDR, VCD, Video-tape, atau internet (Barret, 2000). Dalam

konteks ini, portofolio elektronik bukanlah sembarangan koleksi artifak

tetapi ia merupakan perangkat yang mendemonstrasikan perkembangan

dalam waktu tertentu. Istilah portofolio elektronik dan portofolio berbasis

Page 7: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

51

komputer dipakai untuk mendeskripsikan proses dan hasil tugas portofolio

yang disimpan dalam format elektronik. Portofolio elektronik adalah

dokumen siswa dalam format elektronik yang memuat informasi tentang

siswa (seperti transkrip, surat rekomendasi, dan catatan sejarah hasil

karya) dan karya terpilih dari siswa (seperti contoh tulisan, proyek

multimedia, karya seni) yang dibuat dalam berbagai format media

termasuk di dalamnya blog dan website (Dudeney dan Hockey, 2007).

Sebuah portofolio elektronik dapat menampilkan serangkaian

keterampilan pemiliknya dan menampilkan peningkatan hasil belajarnya

bukan saja pada situasi pembelajaran formal tetapi juga pada kegiatan

ekstrakurikulernya bahkan pengalaman kerjanya. Untuk menumbuhkan

rasa tanggung jawab, siswa diberi tugas untuk selalu memperbarui dan

memilih contoh karya dalam portofolio mereka. Siswa diminta membuat

portofolio tersebut sejak awal tahun ajaran dan terus direvisi sampai

mereka lulus (http://electronicportfolios.com/portfolios /howto). Baik

portofolio tradisional maupun elektronik secara umum juga berisi refleksi

pengalaman belajar itu sendiri. Portofolio tidak terikat oleh hasil atau skor

tes atau grade tesnya. Untuk mendukung penggunaan portofolio

elektronik secara efektif, ada dua komponen yang harus disediakan yakni

(1) keterlibatan siswa dalam asesmen dan review pekerjaan mereka

(Graves, 1992), (2) perencanaan guru yang bersifat autentik berdasarkan

penilaian kinerja siswa (Galley, 2000). Pelibatan siswa dalam penilaian

penting karena tujuan evaluasi adalah agar siswa memiliki sifat self-

evaluative. Kesadaran diri terhadap proses pembelajaran dikembangkan

melalui pemodelan, diskusi, refleksi pembelajaran, dan evaluasi pekerjaan

siswa dan prosesnya (Goodman, 1989). Dengan mencermati portofolio

siswa dan folder penilaian guru, guru dapat mengarahkan pembelajaran

sebagaimana diinginkan oleh masing-masing siswa (Benson dan Smith,

1998). Baik portofolio maupun portofolio elektronik terbangun dari proses

yang berlangsung (ongoing process), berisi materi yang diambil dari

pembelajaran yang telah dilalui siswa, sebagaimana proyek yang sedang

berlangsung.

Page 8: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

52

4. Rubrik

Rubrik adalah skala lajuan (rating scales), berbeda dengan ceklist,

yang digunakan pada asesmen penampilan (performance assessment).

Rubrik secara formal dirancang sebagai pedoman penskoran, yang terdiri

atas criteria penampilan spesifik yang telah dirancang sebelumnya, dan

digunakan untuk menilai hasilkerja mahasiswa pada asesmen

penampilan. Secara khas, rubrik merupakan format spesifik dari suatu

instrumen penskoran yang digunakan untuk mengevaluasi penampilan

mahasiswa atau produk yang dihasilkan dari suatu tugas penampilan.

Suatu rubrik secara umum ialah patokan penskoran yang

digunakan dalam asesmen subjektif. Suatu rubrik mengharuskan adanya

suatu aturan tentang penetapan kriteria pada sistem asesmen yang harus

diikuti pada evaluasi. Rubrik dapat berbentuk deskripsi eksplisit tentang

karaktersitik performans tertentu pada suatu rentangan skala. Rubrik

penskoran secara eksplisit menunjukkan kualitas performans yang

diharapkan menurut rentang skala, atau definisi tentang suatu titik skor

tertentu pada skala.

a). Rubrik Penskoran ( Scoring Rubrics)

Rubrik penskoran ialah skema penilaian deskriptif, yang digunakan

sebagai patokan dalam menganalisis produk maupun proses usaha dan

keberhasilan mahasiswa. Rubrik ini digunakan untuk penilaian (judgment)

kualitas, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai subyek

ataupun kegiatan. Salah satu contoh penggunaan rubrik penskoran ialah

sebagai panduan dalam mengevaluasi suatu tulisan ilmiah, atau suatu

presentasi oral (seminar mahasiswa). Penilaian kualitas tulisan atau

presentasi oral cenderung berbeda-beda menurut kriteria yang ditetapkan

oleh masing-masing evaluator. Evaluator yang satu mungkin kebih

menekankan pada gramatika penulisan, yang lainnya mungkin pada segi

argumentasi dalam tulisan. Dengan dikembangkannya skema penilaian

sebelumnya untuk proses evaluasi, subyektivitas evaluator yang terlibat itu

akan lebih menjadi objektif.

Page 9: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

53

b). Rubrik Holistik dan Rubrik Analitik

Terdapat 2 jenis rubrik :

1. Rubrik Holistik, penskoran dilakukan terhadap proses keseluruhan

atau kesatuan produk tanpa menilai bagian komponen secara

terpisah. Contoh: Rubrik untuk Penilaian pada Seminar Rencana

Penelitian dan hasil Penelitian.

2. Rubrik Analitik, penskoran mula-mula dilakukan atas bagian-bagian

individual produk atau penampilan secara terpisah, kemudian

dijumlahkan skor individual itu untuk memperoleh skor total.

Scoring Instruments for

Performance Assessments

Rubrics

Analytical Rubrics

Rating Scales

Checklists

Page 10: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

54

Rubrik Holistik

Rubrik holistic biasanya digunakan apabila kesalahan pada bagian

dari proses masih dapat ditolerir, asalkan kualitas keseluruhannya cukup

tinggi. Penggunaan rubric holistic mungkin tidak sesuai bagi suatu tugas

penampilan yang mengharuskan mahasiswa untuk menciptakan respons

tertentu, atau tidak terdapat jawaban benar secara pasti. Fokus dari suatu

skor yang menggunakan rubrik holistik ialah terhadap kualitas secara

keseluruhan, kemahiran atau pemahaman terhadap isi dan ketrampilan

spesifik, jadi meliputi asesmen yang bertaraf unidimensi. Penggunaan

rubrik holistic dapat menghasilkan proses scoring yang lebih cepat

dibanding rubrik analitik. Pada dasarnya hal ini disebabkan oleh karena si

penilai atau pemeriksa diharapkan untuk membaca , memeriksa produk

atau penampilan mahasiswa hanya sekali dalam rangka memperoleh

kesan yang menyeluruh tentang hasil pekerjaan mahasiswa. Karena

intinya ialah asesmen keseluruhan penampilan, maka rubrik holistik

digunakan secara khas, meskipun tidak eksklusif apabila tujuan asesmen

penampilan itu bersifat sumatif. Pada umumnya, hanya dapat diberikan

kepada mahasiswa umpan balik yang sangat terbatas sebagai hasil

penskoran tugas penampilan menggunakan cara ini. Sebuah contoh rubrik

penskoran holistik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Template for Holistic Rubrics

Skor Uraian

5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang

permasalahan. Semua persyaratan tentang tugas terdapat

dalam jawaban

4 Memperlihatkan cukup pemahaman tentang permasalahan.

Semua persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban

3 Memperlihatkan hanya sebagian pemahaman tentang

permasalahan. Kebanyakan persyaratan tentang tugas

terdapat dalam jawaban

Page 11: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

55

2 Memperlihatkan sedikit pemahaman tentang permasalahan.

Banyak persyaratan tugas yang tidak ada

1 Memperlihatkan tidak ada pemahaman tentang permasalahan

0 Tidak ada jawaban / Tidak ada usaha

Rubrik Analitik

Rubrik Analitik biasanya dipilih apabila dinginkan tipe respons yang

cukup terfokus, yaitu untuk tugas penampilan yang mungkin mempunyai 1

atau 2 jawaban, dan kreativitas tidak terlalu esensial dalam jawaban

mahasiswa. Lagipula, pada mulanya rubric analitik terdiri atas beberapa

skor, yang diikuti dengan penjumlahan untuk skor akhir. Penggunaannya

mewakili asesmen pada tingkatan multidimensi. Seperti telah dikatakan

semula bahwa penggunaan rubric analitik dapat mengakibatkan proses

penskoran itu sangat lambat, sebagai akibat dari pengukuran berbagai

ketrampilan atau karakteristik yang sangat berbeda, yang masing-masing

memerlukan pemeriksaan berulang kali. Baik pengkonstruksiannya

maupun pada penggunaannya memerlukan waktu yang lama. Ketentuan

umumnya ialah bahwa pemeriksaan pekerjaan seseorang itu memerlukan

waktu tersendiri untuk setiap tugas penampilan yang spesifik atau criteria

penskoran. Namun demikian, keuntungan penggunaan rubric analitik itu

sangat berarti. Derajat umpanbalik yang diberikan kepada mahasiswa

(dan dosen) sangatlah bermakna. Mahasiswa menerima umpanbalik

spesifik terhadap setiap kriteria penskoran individual dari penampilannya,

dan hal ini tidak terjadi pada penggunaan rubrik holistic. Setelah itu

dimungkinkan untuk menciptakan suatu “profil” tentang kekuatan dan

kelemahan mahasiswa secara spesifik. Pada Tabel 2 disajikan templat

rubrik penskoran analitik.

Sebelum mendesain rubrik yang spesifik, perlu ditetapkan terlebih

dahulu apakah penampilan atau produk itu akan diskor secara holistik

atau analitik. Menggunakan rubric apapun, perlu diidentifikasi dan

dirumuskan kriteria penampilan spesifik (TIK) dan indikator yang

dapat diamati, sebagai langkah awal pengembangan. Keputusan

Page 12: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

56

tentang pemilihan pendekatan holistik atau analitik pada penskoran

mempunyai beberapa kemungkinan implikasi. Hal terpenting yang perlu

dipertimbangkan terlebih dahulu ialah bagaimana akan menggunakan

hasil akhirnya. Apabila diinginkan skor sumatif secara keseluruhan, lebih

baik memilih pendekatan holistik. Sebaliknya, jika tujuannya ialah

umpanbalik formatif , maka gunakanlah rubrik penskoran analitik. Perlu

dicatat, bahwa jenis pendekatan yang satu tidaklah lebih baik dari yang

lain, yang penting ialah, mana yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan.

Implikasi lain meliputi waktu yang dibutuhkan, sifat tugas itu sendiri, dan

kriteria penampilan spesifik yang diamati.

Tabel 2

Templat untuk rubrik analitik

Tahap Awal

1

Pengembangan

2

Terselesaikan

3

Patut Dicontoh

4

Skor

Kriteria

# 1

Uraian

menggambark

an tahap awal

penampilan

Uraian

menggambarkan

gerakan ke arah

tingkat

penguasaan

penampilan

Uraian

menggambark

an

pencapaian

tingkat

penguasaan

penampilan

Uraian

menggambark

an tingkat

penampilan

tertinggi

Kriteria

# 2

Uraian

menggambark

an tahap awal

penampilan

Uraian

menggambarkan

gerakan ke arah

tingkat

penguasaan

penampilan

Uraian

menggambark

an

pencapaian

tingkat

penguasaan

penampilan

Uraian

menggambark

an tingkat

penampilan

tertinggi

Kriteria

# 3

Uraian

menggambark

an tahap awal

Uraian

menggambarkan

gerakan ke arah

Uraian

menggambark

an

Uraian

menggambark

an tingkat

Page 13: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

57

penampilan tingkat

penguasaan

penampilan

pencapaian

tingkat

penguasaan

penampilan

penampilan

tertinggi

Kriteria

# 4

Uraian

menggambark

an tahap awal

penampilan

Uraian

menggambarkan

gerakan ke arah

tingkat

penguasaan

penampilan

Uraian

menggambark

an

pencapaian

tingkat

penguasaan

penampilan

Uraian

menggambark

an tingkat

penampilan

tertinggi

Seperti terlihat pada templat 1 dan 2, berbagai tingkatan

penampilan mahasiswa itu dapat ditetapkan menggunakan label kuantitatif

( misalnya numerik) , atau kualitatif (misanya deskriptif). Dalam hal

tertentu mungkin diperlukan kedua label, kualitatif maupun kuantitatif. Jika

suatu rubrik mengandung 4 tingkatan kemahiran atau pengertian dakam

suatu kontinuum (kelanjutan), maka label kuantitatifnya akan berkisar

antara “1” sampai “4”. Lebih fleksibel dan lebih kreatif apabila

menggunakan label kualitatif . Suatu tipe umum skala kualitatif dapat

meliputi label sebagai berikut : master, expert, apprentice, and novice.

Hampir semua tipe skala kualitatif dapat digunakan asalkan sesuai

dengan tugas.

Salah satu aspek penting pada penskoran kinerja mahasiswa

menggunakan rubrik ialah pengubahannya / pengkonversiannya menjadi

markah / nilai (grading). Pada rubrik, sebaiknya tidak digunakan

persentase. Sebagai contoh, jika suatu rubrik mempunyai 6 tingkatan atau

angka, maka angka 3 tidak dapat diartikan sama dengan 50 %

pengetahuan (setara dengan nilai E = tidak lulus). Proses konversi skor

rubrik ke nilai atau kategori lebih merupakan proses logika daripada

matematis. Diusulkan oleh Trice (2000), agar dalam sistem penskoran

rubrik, lebih banyak skor (nilai) berada pada kategori rata-rata dan di atas

Page 14: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

58

rata-rata (setara nilai C dan lebih baik, dibanding di bawah rata-rata.

Sebagai contoh, jika rubrik terdiri atas 9 kategori skor, diberikan pada

tabel 3.

Tabel 3

Sampel Nilai dan Kategori

Skor Rubrik Nilai (Grade) Kategori

8 A+ Sangat Baik

7 A Sangat Baik

6 B+ Baik

5 B Baik

4 C+ Cukup

3 C Cukup

2 E Tidak memuaskan

1 E Tidak memuaskan

0 E Tidak memuaskan

LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN RUBRIK PENSKORAN

Langkah 1.

Periksa kembali Tujuan Instruksional (TIK) yang dituju oleh tugas. Hal ini

perlu untuk menyamakan pedoman penskoran Anda dengan TIK dan

pelaksanaan pembelajaran.

Langkah 2.

Mengidentifikasi atribut spesifik (indikator) yang dapat diamat,i yang ingin

Anda lihat (maupun yang tidak ingin Anda lihat), yang akan ditampilkan

mahasiswa dalam produk, proses maupun kinerjanya.

Perlu diperinci karakteristik, ketrampilan, atau perilaku yang akan Anda

cari, maupun kesalahan umum yang tidak mau Anda lihat.

Page 15: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

59

Langkah 3

Diskusikan karakteristik yang menyertai setiap atribut. Identifikasi cara

untuk menguraikan: kinerja di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawah rata-

rata untuk setiap atribut yang dapat diamati pada langkah 2.

Langkah 4a.

Untuk rubrik holistik, tuliskan deskripsi naratif yang lengkap untuk

hasilkerja yang sangat baik dan sangat buruk, dengan memasukkan

setiap atribut ke dalam dekripsi itu. Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan

terendah dengan memadukan deskripsi untuk semua atribut.

Langkah 4b.

Untuk rubrik analitik, tuliskan deskripsi naratif lengkap untuk hasilkerja

yang sangat baik dan sangat buruk untuk setiap atribut secara individual.

Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan yang terendah dengan menggunakan

deskriptor untuk setiap atribut secara terpisah.

Langkah 5a.

Untuk rubrik holistik, lengkapi rubrik dengan menguraikan tingkataan lain

pada kontinuum yang berkisar dari kinerja yang sangat baik sampai buruk

dari atribut secara kolektif. Tuliskan deskripsi untuk semua tingkatan

antara dari kinerja

Langkah 5b.

Untuk rubrik analitik, lengkapi rubrik dengan cara menguraikan tingkat-

tingkat lain pasa kontinuum yang berkisar dari sangat baik sampai buruk

untuk setiap atributf. Tuliskan uraian untuk semua tingkat antara dari

kinerja secara terpisah untuk setiap atribut .

Langkah 6

Kumpulkan sampel dari pekerjaan mahasiswa yang mewakili contoh

setiap tingkat. Ini akan berguna sebagai “benchmark” (batas ambang =

Page 16: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

60

batas minimal) dan membantu Anda pada penskoran di waktu yang akan

datang.

Langkah 7

Revisi rubrik sesuai kebutuhan. Siapkan keefektifan rubrik, perbaiki

sebelum digunakan di lain waktu.

CONTOH RANCANGAN RUBRIK PENSKORAN (menggunakan langkah-

langkah 1-7)

Contoh I: Rubrik Holistik

Pokok Bahasan : Matematik; subpokok bahasan : analisis data

yang difokuskan pada ketrampilan mengestimasi dan

menginterpretasi grafik . Secara khusus pada akhir unit ini, dosen

dapat mengases (menilai) penguasaan mahasiswa akan TIK :

- menginterpretasi grafik batang (bar) dengan cara yang sesuai

- mengestimasi (secara akurat) nilai-nilai dalam grafik batang

(Langkah 1)

Karena maksud tugas kinerja ini bersifat sumatif (nilai akan

digabung dengan skor mahasiswa), maka dirancang suatu rubrik

holistik. Untuk ini diidentifikasi 4 atribut berikut sebagai fokus

rubriknya : estimasi, komputasi matematik, kesimpulan, dan

mengkomunikasi penjelasannya (Langkah 2 dan 3)

Pada akhirnya dibuat konsep deskripsi dari berbagai tingkat kinerja

untuk atribut yangdapat diamati itu (Langkah 4 dan 5). Hasil akhir

rubrik dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 17: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

61

Tabel 4

Tugas Kinerja Sistem Basis Data – Rubrik Penskoran

Analisis Data

Skor Uraian

4 Melakukan estimasi akurat. Menggunakan operasi matematik

yang sesuai tanpa salah. Mengambil kesimpulan logis yang

didukung oleh grafik. Sangat baik memberikan penjelasan

pemikiran.

3 Melakukan estimasi yang baik. Menggunakan operasi

matematik yang sesuai dengan sedikit kesalahan.Mengambil

kesimpulan yang logis yang didukung oleh grafik. Memberikan

penjelasan pemikiran yang baik.

2 Berusaha melakukan estimasi , meskipun kebanyakan tidak

akurat. Menggunakan operasi matematik yang tidak sesuai,

meskipun tanpa salah. Mengambil kesimpulan yang tidak

didukung oleh grafik. Sedikit memberikan penjelasan

1 Melakukan estimasi tidak akurat. Menggunakan operasi

matematik yang tidak sesuai. Tidak ada kesimpulan yang

berkaitan dengan grafik. Tidak memberikan penjelasan cara

berpikir.

0 Tidak ada jawaban / tugas tidak selesai

Contoh: Penilaian Ujian Skripsi Prodi. Sistem Informasi (Seminar II)

ASPEK PENILAIAN NILAI (ANGKA)

1. Teknik Penulisan Ilmiah

2. Konsistensi Penulisan Ilmiah

3. Penyajian Materi

4. Penguasaan Materi

5. Kejujuran Ilmiah

JUMLAH NILAI RATA-RATA

Page 18: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

62

Kriteria Penilaian : A = ≥ 80

B = 71-79

C = 61-70

Tidak lulus = ≤ 60

Pertanyaan :

1. Bagaimana yang dikatakan Teknik Penulisan Ilmiah yang baik ? ,

sehingga dapat diberi nilai, misalnya 90

2. Apa yang dimaksud dengan Konsistensi Penulisan Ilmiah ?

3. Apa yang dinilai pada Penyajian Materi ?

4. Bagaimana Penguasaan Materi yang Baik ?

5. Apa yang dimaksud sengan Kejujuran Ilmiah ?

Jawaban (sementara):

1. Teknik Penulisan Ilmiah yang baik, apabila :

- Judul Tulisan dirumuskan dengan baik

- Permasalahan dirumuskan berdasarkan latar belakang yang kuat

- Metode yang dipilih sesuai dengan cara pembuktian (hipotesis)

- Hasil yang diperoleh dirmuskan dalam Kesimpulan yang

menunjang judul.

2. Konsistensi Penulisan Ilmiah sebaiknya diganti : Bentuk dan

Format, yang meliputi pula penggunaan Bahasa Indonesia yang

baik dan benar

- Pendahuluan berisi latar belakang, metode eksperimen dan cara

pengambilan kesimpulan

- Pola Penelitian yang berisi pola pikir untuk mencapai kesimpulan

- Tinjauan Pustaka yang relevan dengan Pola Penelitian, disertai

notasi

- Cara Kerja yang sesuai dengan Pola Penelitian

Page 19: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

63

PORTFOLIO (Helen C.Barrett (1988) , Strategic Questions: What to

Consider When Planning for Electronic Portfolios, in Learning &

Leading with Technology.)

Definisi Portfolio

Portfolio = pengumpulan pekerjaan mahasiswa secara sistematik dan

terorganisasi, yang memperlihatkan bukti langsung tentang usaha

mahasiswa, prestasi, dan kemajuannya selama kurun waktu tertentu.

Pengumpulan itu hendaknya melibatkan mahasiswa pada pemilahan

isinya, dan harus meliputi informasi tentang criteria penampilan, rubruk

atau criteria penilaian, dan bukti tentang evaluasi mahasiswa sendiri.

Rick Stiggins (1994) mendefinisikan portfolio debagai suatu kumpulan

hasilkerja mahasiswa yang memperlihatkan suatu keberhasilan atau

perbaikan. Materi yang dikumpulkan dan cerita yang disampaikan sangat

bervariasi menurut fungsi konteks asesmannya. Dikatakan selanjutnya

bahwa portfolio adalah “ suatu cara untuk mengkomunikasikan

pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa, bukan suatu bentuk

asesmen”

The Northwest Educational Regional Laboratory” memberikan definisi

yang sama : Suatu pengumpulan yang disengaja tentang karya

mahasiswa, yang menggambarkan usaha, kemajuan, dan keberhasilan.

Penyimpanan portfolio tanpa Komputer:

Penyimpanan portfolio biasnaya dilakukan dalam buku catatan, (map)

folder dalam laci arsip, kotak atau lemari. Ada juga yang menggunakan

foto, pita audio atau video untuk penyimpanan hasilkerja mahasiswa.

Apa isi portfolio Elektronik maupun Tradisional ?

Suatu portfolio hendaknya berisi unsur-unsur berikut :

Tujuan instruksional

Page 20: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

64

Pedoman untuk pengumpulan materi (agar koleksi tidak amburadul)

Contoh pekerjaan yang dipilih mahasiswa maupun dosen

Umpanbalik dosen

Bagian-Bagian refelksi diri mahasiswa

Kriteria yang jelas dan sesuai untuk mengevaluasi pekerjaan (rubrik

berdasarkan standar)

Standar dan contoh hasilkerja yang baik.

Electronic Portofolios

(Educational Technology; An Encyclopedia, ABC-CLIO,2001)

Suatu inovasi yang dikembangkan awal tahun 1990 ialah portfolio

elektronik, yaitu penggabungan berbagai teknologi elektronik untuk

menciptakan dan mempublikasikan portfolio yang dapat dibaca dengan

komputer atau Video player.

Para ahli seni (artis) telah menggunakan portfolio selama bertahun-tahun,

dengan menggunakan koleksi hasilkerjanya untuk mencari kerja baru,

atau hanya untuk memperlihatkan hasilkerja seninya. Portfolio artistik

biasanya terdiri hanya atas hasilkerja yang terbaik. Portfolio finansial

mengandung rekaman komprehensif atau transaksi fiskal dan saham

investasi yang mewakili nilai moneter tertentu. Sebaliknya, portfolio

pendidikan mengandung hasilkerja yang dikumpulkan dan dipilah-pilah

oleh peserta didik yang menunjukkan pertumbuhan (perkembangan) dan

perubahan seiring waktu. Komponen kritis suatu portfolio pendidikan ialah

refleksi peserta didik atas setiap hasilkerja individual (yang dinamakan

artifak) maupun suatu refleksi keseluruhan mengenai apa yang

terkandung dalam portfolio. Pembicaraan selanjutnya hanya mengenai

portfolio pendidikan, namun demikian portfolio elektronik dapat

dikembangkan untuk bidang lain untuk berbagai tujuan.

Definisi Portfolio

Definisi portfolio: (Grant Wiggins,2000)

Page 21: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

65

….kumpulan representatif hasilkarya seseorang; contoh karya itu terpola

untuk suatu tujuan tertentu dan dapat dibawa-bawa untuk pemeriksaan

atau dipamerkan.

(Northwest Evaluation Association, 1990) :

Suatu portfolio merupakan kumpulan karya mahasiswa (yang dikumpulkan

untuk tujuan tertentu), yang memperlihatkan usaha mahasiswa, kemajuan

maupun pencapaiannya dalam salah satu bidang atau lebih. Kumpulan

karya itu meliputi kegiatan (partisipasi) mahasiswa pada pemilahan isi,

kriteria untuk pemilihan; kriteria penilaian kegunaannya, dan bukti refleksi-

diri mahasiswa.

Format penyimpanan portfolio secara tradisional dalam pendidikan

menggunakan kertas, biasanya dalam map manila, pencatatan atau

lemari. Biasanya artifak (data bukti) terdiri atas teks dan gambar pada

kertas, yang belakangan digantikan oleh pita video atau audio.

Berbagai Tujuan Portfolio

Ada 3 tujuan umum pengembangan portfolio :

1. Portfolio Pembelajaran (Learning / Formative Portfolios), yang

biasanya digunakan sebagai alat bantu pengembangan

profesional yang berkelanjutan.

2. Portfolio Asesmen (Assessment / Summative Portfolios), yang

biasanya digunakan pada proses evaluasi formal.

3. Portfolio Tenaga Kerja/Job (Employment/Marketing Portfolios),

yang digunakan untuk tujuan pengadaan tenaga kerja.

Pembedaan lain :

1. Working Portfolios

2. Showcase or Best Works Portfolios

3. Assessment Portfolios

Page 22: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

66

Tampak di atas bahwa portfolio dapat dijadikan salah satu bentuk

asesmen alternatif. Istilah asesmen alternatif, asesmen otentik atau

asesmen berdasar-kinerja (performance-based assessments) seringkal

digunakan sebagai sinonim (pengertian sama), yaitu berbagai asesmen

performans yang lebih mengutamakan mahasiswa memperlihatkan suatu

jawaban, bukannya memilih suatu jawaban.

Karakteristik jenis asesmen demikian itu ialah :

1. mahasiswa terlibat dalam tugas performans yang berarti

2. terdapat standar dan kriteria yang jelas tentang kinerja yang paling

baik (excellence).

3. terdapat penekanan pada metakognisi (metacognition) dan

evaluasi diri.

4. mahasiswa menampilkan produk dan performans yang berkualitas.

5. terdapat interaksi positif antara orang yang mengases dan yang

diases.

Terdapat 2 segi (feature) utama pada asesmen alternatif:

1. semuanya dianggap sebagai alternatif lain daripada tes pilihan ganda

tradisional, standardized achievement tests.

2. semuanya merupakan asesmen langsung mengenai performans

mahasiswa untuk tugas signifikan yang relevan dengan kehidupan di

luar sekolah.

Perbandingan ketiga bentuk asesmen (Burke K.,1998 dan Fogarty

R.,1998 ) :

Asesmen tradisional (Traditional Assessments), difokuskan pada nilai

(grade) dan kedudukan (ranking), pengetahuan, kurikulum, dan

ketrampilan, yang diimplementasikan melalui asesmen di kelas (test,

kuis, tugas pekerjaan rumah), dan tes baku (PAN atau PAP).

Asesmen Performans (Performance Assessments), yang difokuskan

pada hasil dan standar yang dapat diamati, aplikasi dan transfer yang

Page 23: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

67

diimplementasikan sesuai standar, tugas, kriteria dan rubrik

penskoran.

Asesmen Portfolio (Portfolio Assessments), dengan fokus pada

pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) seiring

waktu, yang diimplementasikan melalui seleksi, refleksi, dan

pemeriksaan tugas kelas sesuai dengan tujuan dan evaluasi-diri.

Asesmen performans difokuskan pada observasi langsung performans

mahasiswa. Mahasiswa menciptakan projek atau menampilkan (perform)

tugas-tugas berdasarkan standar, kriteria dan indikator yang telah

ditetapkan sebelumnya, yang dievaluasi menggunakan rubrik penskoran.

Dosen senantiasa dapat mengobservasi mahasiswanya belajar di kelas.

Namun untuk mendokumentasikan pengamatan ini tidaklah gampang dan

makan waktu banyak. Akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai

instrumen untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang

diamati itu.

Terdapat perbedaan jelas antara Asesmen Performans dan Portfolio.

Suatu portfolio merupakan wadah yang berisi contoh hasilkerja

mahasiswa dan dosen yang dinamakan artifak (artifacts), dan refleksi dari

hasilkerja itu yang mentransformasikan artifak menjadi “bukti” pencapaian

hasil (achievement). Kebanyakan artifak memang dapat dihasilkan melalui

asesmen performans yang disertai evaluasi dan refleksinya

Suatu portfolio berdasarkan-standar (standards-based portfolio)

menciptakan hubungan antara tugas mahasiswa dan asesmen

performans beserta pedoman penskorannya, dan standar yang didesain

untuk ditampilkannya.

Definisi Portfolio Elektronik

Portfolio elektronik menggunakan teknologi elektronik. Pengumpulan dan

pengorganisasian artifak dapat dilakukan menggunakan berbagai tipe

media ( audio, video, grafis, atau teks). Suatu portfolio berdasar-standar

menggunakan “database” atau „hypertext links” untuk memperlihatkan

Page 24: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

68

hubungan antara standar atau tujuan (goal), artifak dan refleksi. Refleksi

peserta didik itu merupakan dasar pemikiran (rationale), bahwa artifak

khusus merupakan bukti pencapaian standar atau tujuan yang telah

ditetapkan.

Sering disamakan pengertian Electronic portfolio dan Digital portfolio,

namun terdapat perbedaan. Suatu Portfolio elektronik berisi artifak yang

bentuknya analog, misalnya pita video atau bentuk yang dapat dibaca

oleh komputer. Pada Digital portfolio semua artifak telah diubah menjadi

bentuk yang dapat terbaca-komputer. Portfolio elektronik bukan

merupakan koleksi artifak sembarangan, melainkan merupakan alat

reflektif yang memperlihatkan pertumbuhan (perkembangan) seiring

waktu.

Koleksi (collection)

Hampir semua definisi mengandung kata “collection”. Koleksi tugas

/pekerjaan dapat berbentuk folder, kumpulan catatan (scrapbook), atau

portfolio. Yang membedakan portfolio elektronik dari kumpulan catatan

digital atau resume online ialah pengorganisasian portfolio yang

merangkum suatu perangkat standar atau tujuan pendidikan, bersama

refleksi peserta didik, baik tentang pencapaian mereka terhadap standar

dan dasar pemikiran untuk pemilahan artifak khusus, maupun refleksi

keseluruhan terhadap portfolio secara keseluruhan.

Keuntungan pengembangan portfolio elektronik untuk mahasiswa atau

dosen meliputi :

Ruang penyimpanan yang minim.

Mudah menciptakan fail backup

Dapat dibawa-bawa

Masa berlaku yang panjang

Berorientasi-peserta didik

Meningkatkan ketrampilan elektronik

Page 25: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

69

Melalui hubungan hypertext lebih mudah berargumentasi tentang

tercapainya standar tertentu

Mudah diakses (khususnya portfolio web)

Proses Pengembangan Portfolio Elektronik

Menciptakan portfolio tampaknya menakutkan, namun akan tampak lebih

mudah apabila melihatnya sebagai suatu rangkaian tahapan, setiap

tahapan disertai tujuan, dan kegiatannya yang memerlukan berbagai

software yang berbeda.

Proses Pengembangan Multimedia

Dikatakan bahwa mencipta portfolio elektronik dapat mengembangkan

ketrampilan teknologi multimedia dari dosen maupun mahasiswa.

Proses pengembangan mutimedia meliputi tahapan berikut (Ivers &

Barron, 1998):

Mengases/ Memutuskan (Assess/Decide). Fokus di sini ialah

mengidentifikasi kebutuhan (needs assessment) pelanggan,

perumusan tujuan, dan memilih instrumen yang sesuai untuk

presentasi akhir portfolio.

Merancang/Merencanakan (Design/Plan). Fokus di sini ialah pada

pengorganisasian atau perancangan presentasi. Menetapkan isi sesuai

kebutuhan pelanggan, perangkat lunak, media penyimpanan, dan

urutan presentasi. Mengkonstruksi bagan alir (flow charts) dan menulis

storyboard.

Mengembangkan. Mengumpulkan materi yang akan digunakan dalam

presentasi, dan mengorganisasikannya menurut urutan (sequence)

atau menggunakan hyperlinks untuk presentasi materi yang terbaik

menggunakan program multimedia tertentu

Implementasi (Implement). Mempresentasikan portfolio itu kepada

audiens.

Page 26: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

70

Mengevaluasi (Evaluate). Tahap akhir pengembangan multimedia ini

difokuskan pada evaluasi keefektifan presentasi sesuai dengan

maksud dan untuk tujuan asesmen.

Proses Pengembangan Portfolio

Setiap tahap pada proses pengembangan portfolio akan membantu

pengembangan profesional dosen dan kemampuan belajar seumur hidup

pada mahasiswa. Berikut ini ialah Proses Pengembangan Portfolio

menurut Danielson dan Abrutyn (1997) :

Pengumpulan (Collection) – dosen dan mahasiswa belajar menyimpan

artifak (produk hasilkerja) yang mewakili keberhasilan (dan

kesempatan berkembang) melalui pembelajaran sehari-hari.

Pemilahan (Selection) – dosen dan mahasiswa merview dan

mengevaluasi artifak yang telah disimpan, dan mengidentifikasi artifak

yang memperlihatkan pencapaian suatu standar yang spesifik.

Refleksi (reflection) – dosen dan mahasiswa menjadi praktisi reflektif,

dengan mengevaluasi pertumbuhannya sendiri seiring waktu, dan

pencapaian mereka terhadap standar, maupun ketimpangan (gap)

pada perkembangannya.

Proyeksi (Projection or Direction) – dosen dan mahasiswa

membandingkan refleksi mereka terhadap standar dan indikator

performans, dan merumuskan tujuan pembelajaran untuk masa yang

akan datang. Tahap inilah yang menyebabkan pengembangan

portfolio itu menjadi suatu pengembangan profesional dan mendukung

pembelajaran seumur hidup.

Presentasi (Presentation) – dosen dan mahasiswa bertukar

pengalaman dengan kolega (peer). Tahap ini merupakan tahapan

dimana dapat dirumuskan komitmen umum untuk mendorong

kerjasama dan komitmen dalam hal pengembanganprofesional dan

pembelajaran seumur hidup.

Page 27: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

71

Dengan menggabungkan Proses Pengembangan Mutimedia dan

Proses Pengembangan Portfolio, maka dirumuskan 5 tahap

Pengembangan Portfolio Elektronik sebagai berikut :

1. Mendefinisikan Tujuan dan Konteks Portfolio ( Context & Goals)

Tugas utama pada langkah pertama ialah mengidentifikasi konteks

asesmen, termasuk maksud (purpose) portfolio. Selanjutnya

mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai portfolio. Langkah penting

ini juga menetapkan konteks asesmen dan membantu merangkum

proses pengembangan portfolio selanjutnya.

2. Portfolio Kerja (Working Portfolio)

Proses pengembangan portfolio elektronik tahapan ini memakan waktu

yangpaling banyak, sehingga dinamakan juga “Becoming a Digital

Packrat”. Dengan mengetahui tujuan atau standar yang

akanditampilkan, akan membantu pada pengumpulan jenis artifak

portfolio ya ng selanjutnya dipilah-pilah. Kemudian dipilih instrumen

pengembangan software yang paling sesuai dengan konteks portfolio

dan sumberdaya yang tersedia. Seperti halnya ada yang mengatakan

bahwa “media merupakan pesan, maka software yang dipilih untuk

menciptakan portfolio itu akan mengontrol, membatasi, atau

memperluas proses pengembangan portfolio. Bentuknya pun harus

sesuai mengikuti kesesuaian fungsinya, dan software portfolio

elektronik harus sesuai dengan visi dan gaya si pengembang portfolio.

Gunakanlah instrumen software apapun yang saat ini digunakan untuk

mengumpulkan artifak, menyimpannya dalam harddisc, server, atau

videotape. Buatkan folder elektronik untuk setiap standar dalam

mengorganisasikan artifak (semua jenis dokumen elektronik), lalu

gunakan software word processor, database, hypermedia, atau slide

show untuk mengartikulasikan tujuan/standar yang akan

didemonstrasikan pada portfolio, dan untuk mengorganisasikan artifak.

Identifikasilah media penyimpanan (storage) dan media presentasi

Page 28: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

72

yang paling cocok dengan situasi itu(misalnya, harddisk komputer,

videotape, jaringan lokal, WWW server, CD-ROM, dsb.nya. Terdapat

pula banyak pilihan lain, tergantung dari software yang dipilih.

Kumpulkan materi multimedia yang mewakili pencapaian hasil. Perlu

dikumpulkan artifak dari berbagai waktu yang berbeda untuk

menunjukkan pertumbuhan dan pembelajaran yang telah berlangsung.

Tuliskan pernyataan reflektif pendek untuk setiap artifak yang disimpan

untuk melihat signifikansinya pada waktu diciptakan

3. Portfolio Refleksi (The Reflective Portfolio)

Tahapan proses pengembangan portfolio ini biasanya mendahului

review evaluasi (untuk portfolio sumatif) atau lamaran pekerjaan

(untuk portfolio pemasaran). Pada portfolio formatif, secara khas

refleksi terlihat pada titik signifikan selama proses pembelajaran, dan

ditambahkan segera seperti tercantum pada tahapan sebelum ini.

Refleksi terhadap pekerjaan seseorang sangat diperlukan jika pemilik

portfolio ingin mempelajari proses.

Berikut ini terdapat 3 pertanyaan sederhana yang dapat menjelaskan

proses reflektif ini :

1. “What”

2. “So what”

3. “Now what”

Untuk menggunakan pertanyaan ini, mula-mula mahasiswa perlu

meringkas artifak yang mendokumentasikan pengalaman untuk dapat

menjawab pertanyaan “What”. Selanjutnya mahasiswa perlu

merefleksikan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana hal ini

memenuhi standar, untuk menjawab pertanyaan “So what”. Ketiga

mahasiswa perlu menyampaikan implikasi untuk pembelajaran berikut

yang diperlukan, dan menetapkan perbaikan dan adaptasidalam

menjawab pertanyaan ”Now what”

Page 29: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

73

Proses penetapan tujuan pembelajaran di masa depan ini menjadikan

pengembangan portfolio itu sebagai suatu alat yang sangat penting

pada pengembanganprofesional. Karena itu pertanyaan “Now what”

menjadi sangat penting. Komitmen semi-publik terhadap

pengembangan tujuan profesional dapat menjadi motivasi untuk

bekerja dalam bidang ini. Dikatakan bahwa sistem portfolio profesional

mengundang dosen untuk menjadi arsitek dari pengembangan

profesionalnya sendiri.

4. Portfolio Penghubung (The Connected Portfolio)

Sampai batas tertentu tahapan sangat khas pada portfolio elektronik,

karena kapabilitas software untuk menciptakan hypertext links antara

dokumen, secara lokal atau melalui internet. Pada tahap ini diciptakan

hubungan hiperteks antara tujuan, contoh hasilkerja, rubrik, dan

refleksi. Selanjutnya dimasukkan artifak multimedia yang sesuai.

Buatlah daftar isi untuk membentuk struktur portfolio, gunakan

kemampuan Word atau Power Point, atau pengorganisasian grafis

AND yang memberikan garisbesar Inspiration.

Pemilihan software dapat membatasi atau memperluas proses

pengembangan dan kualitas produk akhir. Paket software yang

berbeda, masing-masing mempunyai karakteristik khas tersendiri yang

dapat membatasi atau memperluas pilihan portfolio elektronik. Penting

sekali untuk memilih software yang memungkinkan kemudahan

menciptakan hypertext links, agar dapat dihubungkan antara

pencapaian hasil dengan tujuan dan refleksi, dan mengidentifikasi

suatu pola melalui proses “linking”ini

Proses penciptaan portfolio dengan hypertext links diperlukan pada

proses asesmen sumatif. Apabila menggunakan portfolio pada

asesmen, maka transformasi “artifak” menjadi “bukti” itu tidak akan

Page 30: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

74

jelas. Menghubungkan refleksi dengan artifak menjadikan proses

berpikir ini lebih eksplisit. Kemampuan untuk menciptakan hubungan

dari berbagai perspektif (dan berbagai tujuan) juga akan memperbaiki

kelinieran dari portfolio kertas 2 dimensi dengan menjadikannya satu

artifak untuk mendemonstrasikan multiple stndarda ( misalnya, standar

teknologi nasional, standar pembelajaran negara). Gunakanlah bukti

portfolio untuk membuat keputusan dalam pengembangan instruksi/

pembelajaran atau pengembangan profesional.

5. Portfolio Presentasi (The Presentation Portfolio)

Pada tahap ini portfolio direkam dalam media presentasi dan

peyimpanan. Hal ini akan berbeda pada portfolio pekerjaan dan

portfolio presentasi atau formal. Media terbaik untuk portfolio

pekerjaan ialah video tape, hard disk computer, ZIP disk, atau server

jaringan. Media terbaik untuk portfolio presentasi atau formal ialah CD-

Recordable disc, WWW server, atau video disc.

Presentasikan portfolio di hadapan audiens sebenarnya atau simulasi,

lalu rayakan keberhasilan yang telah dicapai. Hal ini

merupakanstrategi individual tergantung konteksnya, dan kesempatan

bagi para profesional untuk mendiskusikan portfolio pembelajarnnya

dengan kolega untuk memperoleh balikan dan kerjasama pada

evaluasi-diri. Komitmen-publik ini akan memberikan motivasi dalam

menjalankan rencana pengembangan profesional dari suatu portfolio

formatif.

Dilakukan evaluasi terhadap keefektifan portfolio mengenai

tujuannya dan untuk konteks asesmennya. Dalam lingkungan yang

terus menerus berkembang, suatu portfolio hendaknya dilihat sebagai

suatu instrumen pembelajaran yang berlangsung terus, yang

kefektifannya perlu direview secara berkala untuk menjamin

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Rekam portfolio dalam CD-

ROM, dalam videotape atau kirimkan ke WWW server.

Page 31: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

75

Instrumen Pengembangan Portfolio Elektronik

Di samping tahapan pada pengembangan portfolio, terdapat

sekurang-kurangnya 5 tahapan pengembangan portfolio elektronik,

masing-masing dengan derajat ekspektasinya tersendiri, dan usulan

strategi software pada setiap tahap, tergantung pada ketrampilan

teknologi mahasiswa dan dosen pengembang portfolio :

1. Tidak ada artifak digital. Terdapat beberapa artifak videotape

2. Word processor atau file lain yang biasa digunakan yang tersimpan

dalam folder elektronik pada hard drive, floppy diskette atau LAN

server.

3. Database, hypermedia atau slide shows (Power Point), tersimpan

dalam harddrive, ZIP, floppy disc atau LAN server.

4. Portable Document Format (Adobe Acrobat PDF files), tersimpan

dalam harddisk, ZIP, JAZ, CD-R/W, atau LAN server

5. HTNL-based web pages, yang dibuat dengan “web authoring

program” atau WWW server.

6. Multimedia authoring program, misalnya Macromedia Authorware

dalam CD-R/W atau format WWW

Common Tools & Customized System Approach

Seperti terlihat di atas, terdapat berbagai strategi untuk

mengembangkan portfolio elektronik, yang dapat dibagi dalam 2

pendekatan umum : common tools approach , pendekatan instrumen

biasa, dan customized system approach yang meliputi perancangan

sistem jaringan atau membeli paket software paten atau online service.

Common Tools Approach :

Portfolio dikembangkan menggunakan refleksi dan artifak yang

lebih mendekati pengembangan tradisional dengan fail arsip. Struktur

portfolio ikut ditentukan oleh peserta didik atau software agar

kefleksibelan dan kreativitasnya maksimum. Biaya untuik peralatan atau

Page 32: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

76

software relatif rendah, tapi diperlukan biaya besar untuk pelatihan.

Mahasiswa dapat melanjutkan pengembangan portofolionya setelah lulus.

Di pasaran terdapat program portfolio elektronik komersial yang

cukup baik, namun portolio ini mencerminkan gaya si pembuatnya, atau

kendala keterbatasan struktur softwarenya. Kebanyakan pendidikan yang

ingin mengembangkan portfolio untuk pembelajarannya di kelas atau

untuk diri sendiri cenderung mendesain sendiri, menggunakan software

sendiri atau strategi umum. Instrumen umum untuk ini ialah database yang

terkait, hypermedia “card”software, mutimedia authoring software, World

Wide Web (WWW, HTML) pages, Adobe Acrobat (PDF files), Office Suite

software, multimedia slide shows, dan digital atau analog video.

Customized Systems Approach

Portfolio juga dikembangkan sebagai online record-keeping

systems, yang dapat digunakan untuk mengumpulkan refleksi dan artifak.

Biasanya ini sangat terstruktur dengan menggunakan online database,

sehingga terbatas fleksibilitas dan kreativitas peserta didik. Memerlukan

biaya tinggi untuk peralatan, network server dan pengembangan software.

Biaya pelatihan mungkin rendah, tergantung pada desain sistem.

Persoalan di sini hanyalah apakah mahasiswa dapat terus

mengembangkan portfolionya setelah lulus.

Ringkasan

Terdapat banyak instrumen yang dapat digunakan untuk

mengembangkan portfolio elektronik melalui tahap-tahap ayng sudah

dibicarakan sebelum ini. Nilai tambah pada penciptaan portfolio elektronik

hendaknya melebihi usaha yang telah dilakukan, dan pengajar hendaknya

menggunakan pendekatan teknologi konservatif pada penggunaan

portfolio mereka. Hendaknya proses tetap sederhana pada awal

pengerjaan dengan menggunakan software yang dikenal. Dan yang

terpenting, portfolio elektronik harus memperlihatkan hasil pencapaian

Page 33: Tugas 5 Rancangan Penilaian Alternatif

77

(achievement) peserta didik, dan kemampuan pengembangan pada

penggunaan teknologi untuk mendukung pembelajaran seumur hidup.