tugas al islam

2
E.TANTANGAN DAKWAH ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN 1. Portugis Meresapnya Islam di Indonesia pada abad ke-16 bersamaan pula dengan ditanamkannya benih-benih agama Katolik oleh orang-orang Portugis. Bangsa Portugis ini dikenal sebagai penentang Islam dan pemeluk agama Katolik fanatik. Ketika pertahanan Islam terakhir di Granada jatuh pada 1492, dalam usaha mereka mendesak agama islam sejauh mungkin dari Spanyol dan Portugis, mereka memperluas gerakannya sampai Timur Tengah yang waktu itu menjadi daerah perantara perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur dengan Barat. Semboyan gold (mendapat kekayaan), glory(mengembalikan kemuliaan) dan gospel (penyebar Agama Kristen), bangsa portugis merebut Bandar Malaka; mereka melebarkan pengaruh dan kekuasaannya di Indonesia; dengan mendirikan benteng pertahanan di Maluku dan Sunda Kelapa. Pada Akhirnya Sunda Kelapa (Jakarta) dapat di rebut kembali oleh Raden Fatahillah dan bala tentaranya dari tangan penjajah Portugis pada tanggal 22 Juni 1527 M. 2. Belanda Pada abad ke 17 masehi, tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda ke Indonesia. Sejak itu hamper seluruh wilaya Indonesia dijajah oleh Hindia Belanda, saat antar kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat mebuat kerjasama. Fungsi peantrenpun berubah menjadi markas perjuangan yang di pimpin oleh para kyai dan ulama. Belanda melakukan politik adu domba yang dikenal dengan politik divide et impera, maka tibullah perang Padri di Sumatra Barat (1821-1837) yang dipimpin oleh Imam Bonjol, dan perang Diponegoro (1835-1838). Pada abad 20 masehi, Belanda mulai melakukan politik balas budi; memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia Khususnya umat Islam yang tujuannya mensosialisasikan ilmu-ilmu Barat yang jauh dari ajaran Al-qur’an dan al-sunnah. 3.Jepang

Upload: febrian-pramana-putra

Post on 10-Aug-2015

29 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Al Islam

E.TANTANGAN DAKWAH ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN

1. Portugis

Meresapnya Islam di Indonesia pada abad ke-16 bersamaan pula dengan ditanamkannya benih-benih agama Katolik oleh orang-orang Portugis. Bangsa Portugis ini dikenal sebagai penentang Islam dan pemeluk agama Katolik fanatik. Ketika pertahanan Islam terakhir di Granada jatuh pada 1492, dalam usaha mereka mendesak agama islam sejauh mungkin dari Spanyol dan Portugis, mereka memperluas gerakannya sampai Timur Tengah yang waktu itu menjadi daerah perantara perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur dengan Barat.

Semboyan gold (mendapat kekayaan), glory(mengembalikan kemuliaan) dan gospel (penyebar Agama Kristen), bangsa portugis merebut Bandar Malaka; mereka melebarkan pengaruh dan kekuasaannya di Indonesia; dengan mendirikan benteng pertahanan di Maluku dan Sunda Kelapa.

Pada Akhirnya Sunda Kelapa (Jakarta) dapat di rebut kembali oleh Raden Fatahillah dan bala tentaranya dari tangan penjajah Portugis pada tanggal 22 Juni 1527 M.

2. Belanda

Pada abad ke 17 masehi, tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda ke Indonesia. Sejak itu hamper seluruh wilaya Indonesia dijajah oleh Hindia Belanda, saat antar kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat mebuat kerjasama. Fungsi peantrenpun berubah menjadi markas perjuangan yang di pimpin oleh para kyai dan ulama. Belanda melakukan politik adu domba yang dikenal dengan politik divide et impera, maka tibullah perang Padri di Sumatra Barat (1821-1837) yang dipimpin oleh Imam Bonjol, dan perang Diponegoro (1835-1838). Pada abad 20 masehi, Belanda mulai melakukan politik balas budi; memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia Khususnya umat Islam yang tujuannya mensosialisasikan ilmu-ilmu Barat yang jauh dari ajaran Al-qur’an dan al-sunnah.

3.Jepang

Di masa pendudukan Jepang, penjajah masih meberlakukan politik adu domba (divide et empire)nya Belanda. Strategi ini diberlakukan untuk memecah belah kekuatan SUMUBU(semacam departemen Agama). Seorang jepang yang mengerti tentang keislaman, yaitu Kolonel Huri. Memotong garis koordinasi ulama di pusat dan di daerah, sehingga ulam-ulama yang di desa-desa kurang informasi dan akibatnya membuat umat mudah dibodohi.