makalah tugas agama islam

27
MAKALAH TUGAS AGAMA ISLAM KELUARGA DAN PERKAWINAN KELOMPOK 8 YOLANDA HARDANI-1106103891 FAUZIYYAH HANAN -1106103512 HANIFAH MUTIA-1106104004

Upload: yolanda-hardani

Post on 30-Jul-2015

331 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

MAKALAH TUGAS AGAMA ISLAM KELUARGA DAN PERKAWINAN

KELOMPOK 8 YOLANDA HARDANI-1106103891 FAUZIYYAH HANAN -1106103512 HANIFAH MUTIA-1106104004

Kata pengantarSegala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya. Makalah ini disusun agar kita dapat lebih mengerti tentang keluarga dan hokum pernikahan dalam agama Islam. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Indonesia. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terimakasih

DAFTAR ISI 1. Bab I : Latar belakang Tujuan disusunnya makalah Perumusan masalah 2. Bab II: Isi 3. Bab III: Penutupan Kesimpulan & saran Daftar pustaka

BAB I Latar BelakangKeluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata kula berarti "ras" dan warga yang berarti "anggota".Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Untuk membentuk suatu keluarga diawali dengan adanya ikatan pernikahan. Pernikahan dalam islam itu adalah dimana hubungan antara laki laki dan perempuan terikat dengan adanya ijab qobul.

Nikah adalah salah satu ajaran Allah swt yang tercantum dalam Al-Quran, maka tujuan pernikahan adalah untuk mencapai kesenangan, percintaan dan kasih sayang dan juga untuk menyambung keturunan serta untuk menjaga kesucian diri dari godaan nafsu. Untuk mencapai kesenangan, percintaan dan kasih sayang sebagaimana diungkapkan oleh Allah dalam surat Ar Rum 21, maka sudah barang tentu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh kedua calon mempelai dalam mengarungi samudra kehidupan. Tanpa menjalani syarat syarat yang diuraikan oleh Allah yang tercantum dalam Surat An Nisa ayat 34 sampai dengan 36, akan sangat mustahil kesenangan, percintaan dan kasih sayang itu akan dicapai. Untuk lebih jelasnya mari kita simak kandungan arti daripada surat An Nisa ayat 34 sampai dengan 36 sebagai berikut: (34) Laki laki itu pengurus atas perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagiannya dan dengan sebab nafkah yang mereka belanjakan dari harta harta mereka. Maka perempuan yang baik itu ialah mereka yang taat, yang memelihara (perkara perkara) yang tersembunyi dengan cara yang dipeliharakan oleh Allah. Dan perempuan yang kamu takuti kedurhakaannya hendaklah kamu nasehati mereka, hendaklah kamu tinggalkan mereka di tempat tidur dan hendaklah kamu pukul mereka. Tetapi jika mereka taat kepada kamu, maka janganlah kamu mencari cari jalan buat menyusahkan mereka, karena sesungguhnya Allah itu Maha Tinggi dan Maha Besar. (35) Jika kamu takut ada perselisihan diantaranya (mereka), maka hendaklah kamu adakan seorang hakam dari ahlinya (laki laki) dan seorang hakam dari ahlinya (perempuan). Jika mereka mau membuat perdamaian, niscaya Allah akan memberi taufik diantara keduanya, karena sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui dan sangat Tahu. (36) Dan hendaklah kamu berbakti kepada Allah dan jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatu. Dan hendaklah kamu berbuat baik dengan sesungguhnya kepada kedua orangtua, keluarga dekat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, sahabat sejalan, anak jalan dan siapa siapa yang dimiliki oleh tangan kanan kamu. Sesungguhnya Allah itu tidak suka kepada orang yang sombong dengan perbuatannya dan sombong dengan perkataannya. Ke-3 ayat surat An Nisa tersebut sangatlah lengkap untuk kita dalami dan laksanakan dalam kehidupan sehari hari. Dengan menempatkan seorang laki laki sebagai pemimpin rumah tangga yang membawa misi sebagaimana tercantum surat An Nisa ayat 36, dan menempatkan seorang wanita sebagai isteri yang taat serta mau mensupport misi suaminya tersebut, akan tercapailah tujuan semula yaitu kebahagiaan, percintaan dan kasih sayang yang dalam bahasa arabnya lebih dikenal dengan keluarga sakinah, mawaddah warokhmah.

Konsep Allah dalam mengatur kehidupan berumah tangga adalah sangat sempurna dan tidak merugikan siapa pun, malahan banyak menguntungkan berbagai pihak lahir dan batin. Untuk membawa misi sebagaimana dimaksud surat An Nisa 34 sampai 36 akan sangat diperlukan diskusi yang sangat mendalam. Hal ini merupakan sesuatu yang perlu dikaji dan didiskusikan oleh suami isteri dalam menjalani kehidupan rumah tangganya sampai akhir hayat. Rujukan ayat ayat yang lain dalam al Quran, sunnah rasulullah dan berbagai macam peraturan perundangan yang berlaku di negara Republik Indonesia tercinta ini akan sangat membantu dalam menciptakan konsep berumah tangga sakinah mawaddah warokhmah. Dengan adanya kegiatan tersebut, suasana rumah tangga akan selalu hangat, progresif dan menyenangkan disebabkan adanya pembahasan atau diskusi yang berkepanjangan tentang visi dan misi rumah tangga. Mengapa demikian? Hasil penelitian terhadap kehidupan rumah tangga yang dijalani oleh manusia dari kelas bawah sampai yang papan atas, menunjukkan bahwa setelah 2 tahun atau paling lama 5 tahun pernikahan, sebagian besar anak manusia kehilangan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupannya yaitu dialoq atau pembicaraan sepasang suami isteri yang hangat tentang apa saja, khususnya tentang visi dan misi kehidupan rumah tangga mereka untuk kepentingan dunia dan akherat. Dialoq antara suami isteri yang sangat mengasyikkan dan berkepanjangan akan membawa nuansa tersendiri yang sangat istimewa. Oleh karenanya, tidak ada jalan lain untuk mengarungi kehidupan dan dinamikanya ini dengan baik, kecuali kembali kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan segala kehendakNya dan menghindari segala larangan-Nya. Karena Dialah yang memberikan kebahagiaan kepada manusia yang taat dan berbakti kepada-Nya.

Tujuan dari disusunnya makalah ini Mengerti tentang arti dan ruang lingkup muamalah Mengerti tentang pentingnya keluarga dalam kehidupan social Mengerti tentang syarat dan rukun pernikahan Mengerti tentang cara membentuk keluarga sakinah mawadah dan warahmah Dan mengertahui tentang problematika pernikahan dan cara mengatasinya

Perumusan masalah:1. 2. 3. 4. 5. Pengertian dan ruang lingkup muamalah Urgensi keluarga dalam kehidupan social Syarat dan rukun pernikahan dalam islam Konsep dan cara membentuk keluarga sakinah mawadah dan warahmah Problematika pernikahan dan upaya mengatasinya

BAB II ISI Pengertian dan Ruang Lingkup MuamalahSecara bahasa kata muamalah adalah masdar dari kata 'AMALA-YU'AMILIMU'AMALATAN yang berarti saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal. Dalam fiqh muamalah memiliki dua macam pengertian 1. Pengertian fiqh muamalah dalam arti luas 2. Pengertian fiqh muamalah dalam arti sempit Pengertian fiqh muamalah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pengertian dalam arti sempit yaitu : "muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik" (Idris Ahmad) atau " Muamalah adalah tukar-menukar barang atu sesutu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan" (Rasyid Ridho) "(Rahcmat Syafiie, Fiqih Muamalah). Ruang lingkup yang dibahas dalam fiqh muamalah ini meliputi dua hal; 1. Muamalah adabiyah: yaitu ditinjau dari subjeknya atau pelakunya. Biasanya yang dibahas mengenai HARTA dan IJAB QOBUL 2. Muamalah madiyah : ditinjau dari segi objeknya. Meliputi: - al Ba'i (jual beli) - Syirkah (perkongsian) - al Mudharabah (Kerjasama) - Rahn (gadai) - kafalah dan dhaman (jaminan dan tanggungan) - utang piutang - Sewa menyewa - hiwalah (pemindahan utang) - sewa menyewa (ijarah) - upah - syuf'ah (gugatan) - Qiradh (memberi modal) - Ji'alah (sayembara) - Ariyah (pinjam meminjam) - Wadi'ah (titipan) - Musaraqah - Muzara'ah dan mukhabarah - Pinjam meminjam - Riba - Dan beberapa permasalahan kontemporer (asuransi, bank dll) - ihyaulmawat - wakalah

Urgensi keluarga dalam kehidupan socialSaat ini keluarga muslim dalam ancaman liberalisasi. Liberalisasi ini diperjuangkan oleh kaum liberal-feminis yang membawa dampak buruk bagi keluarga dan masyarakat. Fakta menunjukkan, bahwa pengaruh feminisme sekuler dan liberalisme telah membawa kerusakan bagi tatanan fungsi dan peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat sekaligus mengakibatkan hancurnya tatanan sosial masyarakat secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena kebebasan yang ditawarkan feminisme-liberalisme berakibat pada runtuhnya struktur keluarga. Meningkatnya angka perceraian, fenomena merebaknya free sex, meningkatnya kasus aborsi, dilema wanita karir, pelecehan seksual, anak-anak bermasalah karena broken home dan lain-lain. Berangkat dari fakta di atas, penting sekali bagi kita berupaya menyelamatkan keluarga muslim dari kehancurannya. Karena keluaga memiliki posisi dan peran penting dalam membangun tatanan sebuah masyarakat. Kehancuran keluarga sedikit banyak akan memberi pengaruh terhadap kerusakan masyarakat. Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat. Didalam keluarga umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga memiliki peran yang penting dalam pembentukan sebuah masyarakat. Pendidikan di keluarga adalah pendidikan awal dan utama bagi seorang manusia. Keluarga adalah pemberi pengaruh pertama pada anak manusia. Di samping itu juga keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan sendi-sendi pendidikan yang fundamental. Keluarga dalam Islam memiliki dua fungsi yakni fungsi internal dan fungsi ekstenal. Fungsi internal keluarga yakni interaksi antar anggota keluarga (suami, istri dan anak) yang saling sayang menyayangi dengan motivasi ruhiyah/ ibadah. Selain itu mereka berusaha untuk meraih kebahagian dan kesejahteraan dalam keluarga. Sedangkan fungsi eksternal keluarga adalah Setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab terhadap bangunan masyarakat yang kuat dan lurus (Islami), karena keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Setiap anggota keluarga bahu-mambahu untuk memainkan peranan turut membangun masyarakat yang bahagia dan sejahtera dalam naungan sistem yang lurus (Islam). Berteladan kepada keluarga Nabi muhammad saw, bahwa keluarga beliau adalah keluarga pejuang. Telatan terbaik bagi manusia seluruhnya. Kaum muslim semestinya juga membangun keluarga pejuang. Secara internal berjuang mencapai kebahagian dan kesejahteraan setiap anggota keluarga. Sedangkan secara eksternal memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada setiap anggota keluarga untuk ambil bagian dalam perjuangan perbaikan masyarakat. Di dalam keluarga yang menyatu antara fungsi internal dan eksternal akan benar-benar terwujud keluarga sakinah secara nyata dalam kehidupan. Keluarga memiliki peran strategis dalam proses pendidikan anak dan umat manusia. Keluarga lebih kuat pengaruhnya dari sendi-sendi yang lain. Sejak awal masa kehidupan seorang manusia, lebih banyak mendapat pengaruh dari keluarga. Sebab waktu yang dihabiskan di keluarga lebih banyak dari pada di tempat lain. Pada hakikatnya pendidikan di keluarga merupakan pendidikan sepanjang hayat. Pembinaan dan pengembangan keperibadian serta penguasaan ilmu/tsaqafah Islam dilakukan melalui pengalaman hidup sehari-hari dan dipengaruhi oleh sumber belajar yang ada di keluarga, terutama ibu dan bapaknya. Begitu pentingnya pembinaan dan pendidikan di dalam keluarga, pendidikan anak sejak dini

di dalam keluarga akan tertanam secara kuat pada diri seorang anak. Sebab pengalaman hidup pada masa-masa awal umur manusia akan membentuk ciri khas, baik dalam tubuh maupun pemikiran yang bisa jadi tidak ada yang dapat mengubahnya sesudah masa itu. Untuk itu, keluarga secara langsung atau tidak turut mempengaruhi jatidiri sebuah masyarakat. Dari keluargalah lahir generasi manusia yang bermartabat memiliki rasa kasih sayang dan saling tolong menolong diantara mereka. Dengan begitu akan terciptalah tatanan kehidupan masyarakat yang kuat, yang didukung keluarga- keluarga yang harmonis dan berkasih sayang karena memiliki pemikiran yang benar(ideologis) sebagai pondasinya. Hal penting lainnya yang tidak bisa diabaikan dalam pembentukan keluarga yang kuat dan ideologis adalah peran sistem yang mendukung hal tersebut.sebab, sekuat apapun kita melindungi keluarga dengan ide-ide islam dan pembinaan yang intensif kepada anak anak dan anggota keluarga lainnya namun sistem yang berlaku ditengah kehidupan keluarga itu tidak menggunakan aturan aturan islam maka sulit bagi bangunan keluarga yang kokoh bisa bertahan. Sebab gempuran dari luar akan senantiasa menghadang baik berupa pemikiranpemikiran yang bertentangan yang bisa mempengaruhi tingkah laku dan moral anggota keluarga maupun rintangan berupa sulitnya pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik anggota keluarga. Dari sinilah biasanya muncul tindak kriminalitas dan penyimpangan sosial lainnya. Untuk itu penataan kehidupan yang benar berkaitan dengan semua urusan masyarakat sangat diperlukan. Dengan sistem politik Islamlah semua ini bisa terwujud. Sistem politik Islam memiliki kemampuan untuk memberikan solusi atas semua persoalan, baik menyangkut persoalan individu, keluarga maupun masyarakat. Dengan begitu kaum muslim bisa keluar dari keterpurukannya dan sekaligus bangkit kembali sebagai umat terbaik yang tegak di atas keluarga keluarga yang kuat.

Syarat dan rukun pernikahan dalam IslamSyarat-Syarat Sah Perkawinan/Pernikahan 1. Mempelai Laki-Laki / Pria - Agama Islam - Tidak dalam paksaan - Pria / laki-laki normal - Tidak punya empat atau lebih istri - Tidak dalam ibadah ihram haji atau umroh - Bukan mahram calon istri - Yakin bahwa calon istri halal untuk dinikahi - Cakap hukum dan layak berumah tangga - Tidak ada halangan perkawinan 2. Mempelai Perempuan / Wanita - Beragama Islam - Wanita / perempuan normal (bukan bencong/lesbian) - Bukan mahram calon suami - Mengizinkan wali untuk menikahkannya - Tidak dalam masa iddah - Tidak sedang bersuami - Belum pernah li'an - Tidak dalam ibadah ihram haji atau umrah 3. Syarat Wali Mempelai Perempuan - Pria beragama islam - Tidak ada halangan atas perwaliannya - Punya hak atas perwaliannya 4. Syarat Bebas Halangan Perkawinan Bagi Kedua Mempelai - Tidak ada hubungan darah terdekat (nasab) - Tidak ada hubungan persusuan (radla'ah) - Tidak ada hubungan persemendaan (mushaharah) - Tidak Li'an - Si pria punya istri kurang dari 4 orang dan dapat izin istrinya - Tidak dalam ihram haji atau umrah - Tidak berbeda agama - Tidak talak ba'in kubra - Tidak permaduan - Si wanita tidak dalam masa iddah - Si wanita tidak punya suami 5. Syarat-Syarat Syah Bagi Saksi Pernikahan/Perkawinan - Pria / Laki-Laki - Berjumlah dua orang - Sudah dewasa / baligh - Mengerti maksud dari akad nikah - Hadir langsung pada acara akad nikah

6. Syarat-Syarat/Persyaratan Akad Nikah Yang Syah : - Ada ijab (penyerahan wali) - Ada qabul (penerimaan calon suami) - Ijab memakai kata nikah atau sinonim yang setara. - Ijab dan kabul jelas, saling berkaitan, satu majelis, tidak dalam ihrom haji/umroh.

Rukun Nikah Rukun adalah bagian dari sesuatu, sedang sesuatu itu takkan ada tanpanya.Dengan demikian, rukun perkawinan adalah ijab dan kabul yang muncul dari keduanya berupa ungkapan kata (shighah). Karena dari shighah ini secara langsung akan menyebabkan timbulnya sisa rukun yang lain. o Ijab: ucapan yang terlebih dahulu terucap dari mulut salah satu kedua belah pihak untuk menunjukkan keinginannya membangun ikatan. o Qabul: apa yang kemudian terucap dari pihak lain yang menunjukkan kerelaan/ kesepakatan/ setuju atas apa yang tela siwajibkan oleh pihak pertama. Dari shighah ijab dan qabul, kemudian timbul sisa rukun lainnya, yaitu: o Adanya kedua mempelai (calon suami dan calon istri) o Wali o Saksi Shighah akad bisa diwakilkan oleh dua orang yang telah disepakati oleh syariat, yaitu: o Kedua belah pihak adalah asli: suami dan istri o Kedua belah pihak adalah wali: wali suami dan wali istri o Kedua belah pihak adalah wakil: wakil suami dan wakil istri o Salah satu pihak asli dan pihak lain wali o Salah satu pihak asli dan pihak lain wakil o Salah satu pihak wali dan pihak lain wakil

Konsep dan cara membentuk keluarga sakinah mawadah dan warahmahAllah SWT telah berfirman dalam ayatnya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Ruum [30] : 21). Dalam ayat itu tercantum kata-kata sakinah mawaddah warohmah, yang akan dijelaskan sbagai berikut: Sakinah Asal kata litaskunu => sakana => Sakinah => Tenang =>> Isteri menjadi tempat berteduh. Jadi, seorang isteri harus selalu menjaga penampilannya di hadapan suami, baik fisik maupun ruhaninya. Makna Litaskunu menurut Ibnu kastir : a. Lita Tafu : Saling mengikat hati (QS. Al-Anfal : 63). => Faktor ikatan hati adalah iman, bukan harta, kedudukan, apalagi tampang. b. Tamilu Ilaiha : Kamu condong kepadanya. => Condong pikiran, perasaan, tangggung jawab. Di sini akan diketahui bahwa kewajiban seorang isteri adalah taat kepada suami. Jadi, masak, mencuci, dan lain sebagainya itu bukanlah sebuah kewajiban, melainkan perbuatan dalam rangka ketaatan pada suami. c. Tadmainubiha : Kamu merasa tenang dengannya. Mawaddah Mawaddah dalam rumah tangga diartikan dengan cinta. Menurut Hasan Al-Basri, mawaddah adalah metamorfosa dari hubungan suami istri. Jika rumah tangga adalah mesin, maka mawaddah adalah dinamonya. Di antara ciri Mawaddah adalah : a. Sering saling memberi hadiah. b. Kasratu Dzikrihi : Selalu mengingat kebaikannya. c. Kasratu Ittishali Maahu : Selalu berkomunikasi dan saling terbuka. Rohmah Rohmah => Yarhamu => Kasih sayang. Ini adalah hasil akhir dari sakinah dan mawaddah Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan mendambakan suatu kehidupan yang bahagia, tentram, sejahtera, penuh dengan keamanan dan ketenangan atau bisa dikatakan kehidupan yang sakinah, karena memang sifat dasar manusia adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa menentramkan jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga berbagai cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut. Sesungguhnya sebuah kehidupan yang sakinah, yang dibangun diatas rasa cinta dan kasih sayang, tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa tidak, bagi seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah tangga melalui tali

pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa berupaya untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut. HAKEKAT KEHIDUPAN RUMAH TANGGA YANG SAKINAH Telah disebutkan tadi bahwasanya setiap pribadi, terkhusus mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai jenis metode ditempuh, yang mana semuanya itu dibangun diatas presepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan kehidupan yang sakinah tadi. Maka nampak di pandangan kita sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah. Ada pula yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disana ada juga yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang luas dan megah, serta pasangan hidup yang rupawan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga. Sesungguhnya hakekat kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah subhanahu wata'ala Pencipta alam semesta ini. Yakni sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para pelakunya/orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan mencari keridhoan Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan rasulNya. Maka kesimpulannya, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata'ala. Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana firman Allah (artinya): "Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)." (Al Fath: 4) BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHiDUPAN BERUMAH TANGGA Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shalallahu 'alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu 'alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta'awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan,

sebagaimana sabda beliau shalallahu 'alaihi wasallam:

"Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik." (Muttafaqun 'alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu) Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shalallahu 'alaihi wasallam:

yakni "jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok," artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap nasehat. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata'ala berfirman (artinya): "Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Al 'Ashr: 3) Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Agama itu nasehat." (HR. Muslim no. 55) Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan. DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH 1. Berdzikir Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan

memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata'ala berfirman (artinya): "Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang." (Ar Ra'd:28) Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal: , dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wata'ala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan lain-lain. 2. Menuntut ilmu agama Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata'ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan)." (Muttafaqun 'alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu) Dalam hadits diatas, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.

Problematika pernikahan dan upaya mengatasinyaMustahil memang jika kehidupan rumah tangga tak pernah diwarnai perbedaan pendapat.Meski terdengar kecil atau masalah sepele, jangan dianggap remeh loh! Moms and Dads bisa menyimak 7 sumber konflik plus solusinya berikut ini: Penghasilan Penghasilan bisa mencakup penghasilan suami dan istri atau penghasilan tunggal jika hanya satu pihak yang bekerja. Sebaiknya sebelum menikah, pasangan sudah membicarakan bagaimana mereka akan mengelola keuangan rumah tangga. Misalnya, penghasilan suami yang tidak diketahui secara transparan oleh istri sehingga istri kesulitan mengelolanya dan timbul konflik. Bisa juga terjadi penghasilan istri lebih besar dari suami dan suami tidak bisa menerima hal tersebut. Pengaturan keuangan harus disepakati bersama. Solusi: Komunikasikan secara terbuka jumlah penghasilan yang diperoleh, lalu buatlah kesepakatan mengenai pengelolaannya. Anak-anak Bila suami dan istri menerapkan pola asuh berbeda pada anak, bisa muncul masalah. Selain itu, anak-anak dilanda kebingungan, harus menuruti Moms or Dads. Pola asuh yang diterapkan yaitu bagaimana mengajarkan anak untuk disiplin, mandiri, termasuk membelikan barang atau hadiah bagi anak. Solusi: mendiskusikan secara terbuka mengenai cara-cara mendidik anak yang disepakati bersama sehingga anak dapat dididik secara konsisten dan menghilangkan konflik yang ada. Kehadiran anak yang menyita waktu serta perhatian kerap membuat Moms and Dads. kehilangan waktu berdua atau lupa bahwa mereka juga membutuhkan waktu berdua. Jadi, pandai-pandailah memelihara kemesraan di tengah kesibukan membesarkan anak. Kehadiran Pihak Lain Kehadiran pihak lain bisa jadi pemicu masalah, misal orangtua, mertua, kakak-adik ipar, sepupu dan lain-lain. Solusi: keterbukaan itu mutlak. Sebelum Moms and Dads memberi bantuan, baik ke pihak istri atau suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus didasari kesepakatan bersama. Hubungan Intim Hubungan intim termasuk aspek penting dalam rumah tangga. Ini sebagai pernyataan keintiman dan kasih sayang. Namun jika suami atau istri merasa tidak terpenuhi kebutuhannya bisa jadi masalah.

Solusi: cobalah mengomunikasikan apa yang mengganjal dalam hubungan intim Anda. Sampaikan pada pasangan apa yang dirasakan. Jangan ragu atau malu untuk mengungkapkannya. Jika perlu, berkonsultasilah dengan ahli. Keyakinan Perbedaan keyakinan tentu sudah dipahami sejak sebelum menikah. Toleransi dan komitmen untuk menjalankan keyakinan masing-masing perlu selalu dijaga. Konflik bisa muncul jika kedua hal tersebut dilupakan. Begitu pula menyangkut keyakinan anak-anak. Solusi: ingat kembali komitmen sebelum menikah, bagaimana masing-masing akan menjalani keyakinannya. Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masingmasing pihak tidak memiliki toleransi. Tetaplah saling menghargai! Apabila akhirnya Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya bukan karena unsur paksaan. Ragam Perbedaan Walaupun sebelum menikah ragam perbedaan sudah diketahui oleh pasangan, namun setelah menikah dan hidup bersama, ada hal-hal yang baru diketahui masing-masing pihak. Mulai dari hobi, kebiasaIan dan lainnya. Konflik dapat muncul bila masing-masing menilai bahwa dirinya lebih baik, caranya lebih baik, kebiasaannya lebih baik. Solusi: berkompromi dan selalu ingat bahwa perbedaan pasti ada. Kompromi untuk menerima perbedaan masing-masing. Misalnya menyalurkan hobi. Aturlah bagaimana hobi yang berbeda dapat dihargai, misalnya sesekali ikut dalam kegiatan pasangan atau beri kesempatan pasangan melakukan hobinya tanpa diganggu. Komunikasi Sangat Terbatas Keterbatasan komunikasi karena kesibukan bisa menciptakan konflik, yaitu pasangan merasa dirinya tidak dilibatkan atau tidak diperhatikan. Solusi: dengan berbagai cara, termasuk kecanggihan teknologi, Anda dan pasangan dapat memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya. Misal setiap jam makan siang saling menelepon untuk menanyakan aktivitas masing-masing. Atau berkomitmen setiap malam sebelum tidur untuk menceritakan satu hal yang berkesan di hari itu.

BAB III PENUTUPAN Kesimpulan & SaranPernikahan diawali dengan adanya perjanjian dan komitmen antara kedua belah pihak. Untuk membangun keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah dibutuhkan kesabaran dan memperbanyak ilmu agama. Di Dalam rumah tangga masing-masing suami maupun istri memiliki hak dan kewajiban masing-masing, untuk itu kedua belah pihak harus menjalankannya agar tercapainya keluarga sakinah mawadah dan warahmah yang diinginkan. Dengan banyak berdoa dan banyak meminta pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT dari segala problematika pernikahan yang ada. namun rumah tangga pun tidak luput dari masalah atau konflik, ada saja yang menjadi pemicu terjadinya pertengkaran antara suami dan istri. untuk mengatasi agar masalah tersebut tidak menimbulkan perceraian, sebaiknya banyak2 berdoa kepada Allah agar diberi kesabaran dan solusi terbaik. Semoga dengan disusunnya makalah ini, kita dapat mengambil pelajaran tentang pernikahan yang baik, dan bagaimana cara menjadi keluarga yang sakinah untuk masa depan kita.

DAFTAR PUSTAKATanggal: 1 november 2011 http://www.lawangpost.com/read/visi-dan-misi-pernikahan-menurut-al-quran/618/ Tanggal: 10 november 2011 http://anugerah.hendra.or.id/pra-nikah/anjuran-menikah/dalil-dan-referensi-nikah-dari-alquran-dan-hadist/ Tanggal: 18 november 2011 http://sofianonline.com/sakinah-mawaddah-warohmah Tanggal : 20 november 2011 http://mitaspeaksoftly.multiply.com/reviews/item/4 Tanggal: 21 November 2011 http://organisasi.org/rukun-larangan-syarat-perkawinan-pernikahan-menikah-kawin-agamaislam Tanggal: 22 November 2011 http://eberita.net/12249/7-sumber-konflik-solusi-masalah.html