trauma kepala

94
Harmayetty Moenaf ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA KEPALA

Upload: gesti-widiarini

Post on 25-Jun-2015

962 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRAUMA KEPALA

Harmayetty Moenaf

ASUHAN KEPERAWATANTRAUMA KEPALA

Page 2: TRAUMA KEPALA
Page 3: TRAUMA KEPALA
Page 4: TRAUMA KEPALA

Cedera craniocerebral adalah penyebab utama morbiditas – mortalitas, walaupun sdh dilakukan usaha preventif dan pengobatan yg sangat mahal

Penyebab utama kematian pd usia muda > 50 % kematian oleh trauma cedera

craniocerebral KLL terutama terjadi pd unprotected road

user pejalan kaki, pengendara motor tanpa helm ntandar, pengendara sepeda dan becak

Page 5: TRAUMA KEPALA

Kecelakaan lalu lintas Perkelahian Jatuh Cedera Olah raga Tembakan

Page 6: TRAUMA KEPALA

Head Injury

MechanismCoupeContra-Coupe

These mechanisms can cause injury and swelling:ConcussionEpidural/subdural Hematoma

Page 7: TRAUMA KEPALA
Page 8: TRAUMA KEPALA
Page 9: TRAUMA KEPALA

Primary Brain Injury Secondary Brain Injury

Page 10: TRAUMA KEPALA

TYPES OF PRIMARY INJURIES

Focal injuriesSkull fractureParenchymal

contusionParenchymal

lacerationVascular injury

resulting in hematoma (subdural, extradural, or parenchymal)

Diffuse injuriesDiffuse axonal

injuryDiffuse

vascular injury

Page 11: TRAUMA KEPALA

Significant cause of mortality/morbidity in head -injured patients

Caused mainly by:◦ Ischaemia◦ Hypoxia◦ Hypotension◦ Hypoglycaemia◦ Hyperthermia◦ Seizure activity

Page 12: TRAUMA KEPALA

Dibagi 3 :1. Mekanisme 2. Beratnya3. Morfologi

Page 13: TRAUMA KEPALA

Tabel 1 : Klasifikasi Cedera Otak

MekanismMekanismee

Tumpul Tumpul

TembusTembus

Kecepatan tinggi (tabrakan Kecepatan tinggi (tabrakan mobil)mobil) Kecepatan rendah Kecepatan rendah (jatuh,dipukul)(jatuh,dipukul)

Luka tembakLuka tembak Cedera tembus lainCedera tembus lain

BeratnyaBeratnya

RinganRingan Sedang Sedang BeratBerat

GCS 14 – 15GCS 14 – 15 GCS 9 – 13GCS 9 – 13 GCS 3 - 8GCS 3 - 8

MorfologiMorfologi

Fraktur tulang Fraktur tulang tengkoraktengkorak Dasar tengkorakDasar tengkorak

Lesi intrakranialLesi intrakranial DifusDifus FokalFokal

Terbuka / tertutupTerbuka / tertutup Dengan / tanpa Dengan / tanpa kebocoran CSSkebocoran CSS

EpiduralEpidural SubduralSubdural Hipoksia / iskemik dllHipoksia / iskemik dll

Page 14: TRAUMA KEPALA

Morfologi Cedera Kepala :

1.Fraktur kranium :

- Dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak

-Tanda fraktur dasar tengkorak (ekimosis

periorbital /Raccoon Eyes Sign, ekimosis

retroaurikuler /Battle Sign, kebocoran CSS

/rhinorrhea,otorrhea, paresis nervus fasialis

dan kehilangan pendengaran dapat timbul

segera atau beberapa hari setelah trauma

Page 15: TRAUMA KEPALA

a. Cedera otak difus / lsi fokal - Pada pasien ditemukan penurunan kesadaran - Cedera otak difus berat disebabkan oleh hipoksia berat, iskhemik otak yang berkepanjanganb. Perdarahan epidural - ± 0.5% dari cedera kepala dan 9% penderita mengalami koma - sering terjadi area temporal akibat robekan a. meningea media - harus dilakukan trepanasi

Page 16: TRAUMA KEPALA

Perdarahan subdural lebih sering terjadi dari epidural

30% dari cedera otak berat Perdarahn terjadi akibat robekan vena-

vena kecil di permukaan kortek serebri Prognosis lebih buruk

Page 17: TRAUMA KEPALA

Kontusio serebri lebih sering terjadi 20% - 30% dari cedera kepala

Terjadi daerah lobus frontal, temporal Kontusio serebri dapat terjadi dalam

beberapa jam, hari Cara mendeteksi dengan mengulang CT-scan

dalam 12-24 jam setelah CT-scan pertama

Page 18: TRAUMA KEPALA

Penderita tidak mampu melakukan perintah sederhana GCS 3 – 8

Penatalaksanaan : - ABCDE - Primary survey dan resusitasi - Secondary survey - Reevaluasi neurologi (GCS)

Page 19: TRAUMA KEPALA

Battle Sign ( warna biru / ekimosis dibelakang telinga diatas mastoid )

Hemotimpani (perdarahan dibelakang membran timpani)

Periorbital ekimosis (warna hitam tanpa trauma langsung)

Rinorhoe Otorhoe

Page 20: TRAUMA KEPALA
Page 21: TRAUMA KEPALA

Periode Pra Hospital Merupakan periode yg penting, karena 17 –

20 % meninggal sebelum tiba di RS Pd periode ini dpt dijumpai penderita dgn

fase Brain Syok dgn gejala :- Nadi halus- Apnea- Pupil melebar- Tdk bereaksi thd rangsang nyeri

Page 22: TRAUMA KEPALA

Sehingga dianggap sdh meninggal dan tdk mendapatkan pertolongan awal yg memadai

Lakukan pertolongann awal secara tepat dan resusitasi ABC

Pasang Cervical collar, cegah cedera tambahan

A : Bebaskan jln nafas, obstruksi jln nafas hipoksia

Penyebab obstruksi :1. Darah2. Lendir3. Muntahan4. Benda asing5. Spasme laring6. Cedera jln nafas

Page 23: TRAUMA KEPALA

B : Pneumonia, Hemothorak,Fraktur costa, Parese oto nafas

C : Hipotensi, Syock, Anemia

Cedera otak pd umumnya nadi menurun/normal, bila nadi meningkat gg sirkulasi /fase terminal Hentikan perdarahan, pasang infus line,

positioning, lakukan pijat jantung, sambil memasang infus line, dpt diberikan

vasopresor MAP yg dianjurkan adalah lebih besar dari 90 mmHg

Page 24: TRAUMA KEPALA

Rujuk ke RS yg ada fasilitasnya (CT Scan, bedah syaraf) dgn transportasi yg memadaisarana transportasi :- Paramedis terlatih- Set emergency : Ambu bag, Mayo tube, suction set, O2, Infus set, RL/NACL 0,9/ D5 ½NS, Spuit, Manitol, Diazepam, Adrenalin, CPZ, Aquabidest

Page 25: TRAUMA KEPALA

Surat rujukanLengkapi dengan identitas pasien dan dokter/ners, proses kejadian (penyebab, waktu, kondisi awal dan akhir), alasan dirujuk, terapi, penyakit lain

Periode HospitalAnamnesa : adanya trauma, bukan oleh akibat gg kesadaran yg menyebabkan penderita terjatuh

Page 26: TRAUMA KEPALA

Pemeriksaan umum : Vital Sign, tanda cedera dikepala dan bagian tbh lain

Pemeriksaan status neurologis : GCS, Fungsi neurologis menetukan adanya cedera fokal (sesuai letak lesi), reflek batang otak bila ada , kecurigaan mati batang otak

Pasien cedera craniocerebral yg sadar tanpa defisit neurulogis dan tanpa faktor resiko lain dpt diobservasi di IRD dan dpt dipulangkan dgn nasehat

Page 27: TRAUMA KEPALA

Bila ada penurunan kesadaran / timbul gjl lain harap segera kembali ke IRDPasien sadar tapi dgn faktor resiko lain fr tlg tengkorak, cedera bag tbh lain, gg faal vital, muntah terus menerus, sakit kepala menetap MRSStabilisasi fungsi organ

- O2 darah- Volume dan tekanan darah- TIK- Nutrisi, cairan dan elektrolit

Page 28: TRAUMA KEPALA

Target : - SaO2 : 95 %- PaCO2 : 30 – 40 mmHg- PaO2 : 80 – 110 mmHg- Tensi : Sistole : 90 – 120 mmHg

Diastole : 60 – 80 mmHg

Page 29: TRAUMA KEPALA

Deteksi dini adanya lesi massa Langkah penanganan GCS < 9

- Jahit luka- Foto Rongent- Anamnesa cepat dan teliti- Evaluasi neurologis- Pasang NGT- Sirkulasi : infus, atasi perdarahan, ambil

sampl darah- Breathing oksigenasi, ventilasi- Lakukan intubasi, trakeostomi- Imobilisasi cervikal

Page 30: TRAUMA KEPALA

Cont ….- Atur posisi Head Up 30°- Atasi kejang Diazepam, Phenytoin- Obat Sedasi, Manitol- Monitor TIK, drainage

Page 31: TRAUMA KEPALA

1. Kejang Cegah dan atasi segera2. Pasang cervikal collar3. Posisi tubuh4. Resusitasi – Stabilisasi periksa BGA, HB,

tensi dan Nadi5. Pasang pipa lambung6. Evaluasi/secondary survey cari

jejas/fraktur tempat lain

Page 32: TRAUMA KEPALA

7. X - Foto- Kepala diperlukan bila curiga ada fr imprsi, untuk menentukan lokasi burhole eksploratif, menentuka cedera

coup/countra coup- Cervikal harus, terutama bila COS -

COB- CT Scan sebaiknya kerjakan pd semua cedera craniocerebral tapi bila ada pembatasan indikasi, maka CT Scan pada GCS < 12, dgn CT Scan dpt ditemukan scr tepat diagnosis dan lokasi perdarahan shg kraniotomi dpt direncanakan dgn baik

Page 33: TRAUMA KEPALA

8. Jahit luka9. Pembedahan : Lesi massa (hematoma, edema fokal) fraktur impresi

ObservasiPengamatan terus menerus thd fungsi vital dan neurologis, bila ada perub lakukan diagnosis dan tindakan

Page 34: TRAUMA KEPALA
Page 35: TRAUMA KEPALA
Page 36: TRAUMA KEPALA
Page 37: TRAUMA KEPALA
Page 38: TRAUMA KEPALA
Page 39: TRAUMA KEPALA
Page 40: TRAUMA KEPALA

T, N, RR, Suhu, GCS, syaraf cranial, motorik, balans cairan,lab

Periode observasi- 6 jam I : tiap 15 mnt- 6 jam berikutnya : tiap 30 mnt- 12 jam berikutnya : tiap jam

Page 41: TRAUMA KEPALA

Diatasi dgn cara :- Mekanik : - Head Up 20° - 30°

- Hiperventilasi - Trepanasi dekompresi

- Drainage CSF (lewat monitor ICP)- Medikamentosa : Manitol, sedasi, furusemide,diamox, antipiretik- Perbaikan faktor ekstra kranial

Page 42: TRAUMA KEPALA

1. Acut : perdarahan, edema otak, sindroma disstres nafas, gg faal hemostasis, gg hormonal

2. Subacut : Perdarahan3. Kronis :

- Perdarahan kronis- Epilepsi traumatik- Hidrosepalus jrg pd fase awal- Ensefalopati

Page 43: TRAUMA KEPALA

1. Pengkajian a. Identitas- Data umum : sering terjadi pd usia 15 -24 tahunb. Riwayat kesehatan- adanya cedera pd : Kulit : vulnus, laserasi, hematoma Tulang : Fraktur linier, multiple, basis cranii Dura / otak : Robekan dura, contusio ringan, cedera akson difus

Page 44: TRAUMA KEPALA

Pada umumnya pasien dgn trayma kepala dtg ke RS dgn penurunan tingkat kesadaran atau GCS dibawah 15, muntah menetap, nyeri kepala, dispneu/takipneu, akumulasi sputum diregio intra thorak/sal nafas, otorhoe, rinorhoe

Riwayat penyakit dahulu harus diket gg yg berhub dgn sistem persyarafan maupun penyakit sistemik lainnya serta saat kejadian, obat-obatan yg pernah didapat, tempat tinggal, kondisi klg

Page 45: TRAUMA KEPALA

c. Pemeriksaan fisikAspek neurologis yg dikaji :- Tingkat kesadaran- Gejala fokal neurologis- Nervus kranialis perdarahan dan edema otakN I (Olfaktorius) ↓ daya penciumam dan

anosmia bilateralN. II (Optikus) ↓ daya Penglihatan

Trauma frontalis

Page 46: TRAUMA KEPALA

N. III (Okulomotorius) gerakan ektstra okuler mata, konstriksi, dilatasi pupilN. IV (Trokhlearis) gerakan bola mata ke bawah dan keatasN. V (Trigeminus) anasthesi daerah dahi, gg gerakan oto-otot rahangN. VI (Abdusen) Penurunan lapang pandang, pupil anisokorN. VII (Fasialis) Melemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pd 2/3 bag lidah anterior

Page 47: TRAUMA KEPALA

- Pengkajian lain perdarahan dr mulut, hidung, telinga, mata, hipersekresi pd mulut

e. Permeriksaan penunjang1. X – Ray

Tujuan : Mendeteksi perub struktur tulang,

pergeseran struktur dari garis tengah, adanya fragmen

Page 48: TRAUMA KEPALA

Indikasi :Jejas(hematoma) > 3 Cm, adanya gjl neurologis fokal, fraktur terbuka, luka tembak/tusuk( c. alineum), adanya deformitas kepala

2. CT ScanTujuan :Mengidentifikasi adanya hemoragi, menetukan ukuran ventrikel, pergeseran jaringan otak, pemeriksaan berulang mungkin diperlukan kerena pd iskemia/infark mungkin tdk terdeteksi pd 24 – 27 jam post trauma

Page 49: TRAUMA KEPALA

Indikasi :GCS < 15, penurunan GCS > / = 12 point, adanya laserasi, pupil anisokor, hemiplegi, hemikonvulsi, corpus alineum intracranial

3. Angiografi cerebralMenunjukkan kelainan sirkulasi cerebral spt pergeseran jar otak akibat edema, identifikasi adanya area vaskuler ditepi otak

Page 50: TRAUMA KEPALA

4. EEGMendeteksi adanya gelombang patologis

5. BAER (Brain Auditory Evoluted Respon)Menetukan fraktur korteks dan batang otak

6. PET ( Positron Emision Tomografi)Menunjukkan perubahan aktifitas metabolisme otak

Page 51: TRAUMA KEPALA

7. Pungsi Lumbal CSSMenduga kemungkinan adanya perdarahan subarahnoid

8. BGAMengetahui adanya gg ventilasi / oksigenasi yg dpt meningkatkan TIK

9. Kimia / elktrolit darahMengetahui ketidakseimbangan yg berperan dlm peningkatan TIK

Page 52: TRAUMA KEPALA

1. Ketidak efektifan jln nafas berhub dgn penurunan reflek batuk akumulasi sekret, spasme jln nafas

2. Ketidak efektifan pola nafas berhub dgn hiperventilasi/hipoventilasi, nyeri, kelelahan,disfungsi neuromuskuler, kerusakan muskuloskeletal, kelelahan otot respirasi

3. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhub dgn perub metab tbh, trauma pst regulasi tbh, efek terapi, vasodilatasi vaskuler, dehidrasi, terpapar suhu lingkungan

Page 53: TRAUMA KEPALA

4. Gg pertukaran gas berhub dgn perub membran alveoli, penurunan suplai O25. Peningkatan TIK berhub dgn penurunan perfusi jar, hipotensi sistemik, cedera kepala6. Nyeri berhub dgn trauma, discontinuitas jar, vaskularisasi dan sensorik7. Perub perfusi cerebral berhub dgn adanya proses desak ruang sekunder akibat perubahan sirkulasi cerebral8. Perub nutrisi kurang berhub dgn penurunan kesadaran, penurunan fungsi GI tract sekuinder akibat imobilisasi

Page 54: TRAUMA KEPALA

10. Perub keseimbangan cairan 11. Perub mobilitas fisik12. Resiko infeksi13. Perub pola eliminasi14. Perub proses pikir15. Gg psikologis cemas16. Defisit perawatan diri

Page 55: TRAUMA KEPALA

a. Intravena - Diberikan secukupnya agar penderita tetap

dalam keadaan normovolemia - Keadaan hipovolemia sangat berbahaya

pada pasien - Penggunaan glukosa akan menimbulkan hiperglikemia yang akan memperburuk

keadaan pasien - Cairan yang dianjurkan garm fisiologis atau RL - Kadar Natrium serumperlu diperhatikan

pada pasien cedera kepala - Keadaan hiponatremia dapat menimbulkan edema otak

Page 56: TRAUMA KEPALA

2. Hiperventilasi

- Hiperventilasi dilakukan untuk menurunkan

kadar pCO2 dan akan menyebabkan

vasokontriksi pembuluh darah otak

- Hiperventilasi yang lama akan menyebkan

iskemik otak

- Terutama bila pCO2 dibiarkan < 30 mmHg

- Umumnya pCO2 dipertahankan ≥ 35 mmHg

Page 57: TRAUMA KEPALA

Manitol digunakan untuk menurunkan TIK Dosis yang diberikan 1 gr/KgBB diberikan

secara bolus intravena Dosis tinggi jangan diberikan pada pasien

yang HIPOTENSI Efek samping manitol diureis osmotik Indikasi pemberian manitol pada pasien yang

mengalami dilatasi pupil, hemiparesis, atau kehilangan kesadaran. Pemberian diberikan secara cepat dalam waktu 5 menit

Page 58: TRAUMA KEPALA

Diberikan bersamaan dengan manitol untuk menurunkan TIK

Dosis yang diberikan 0.3 – 0.5 mg/KgBB secara intravena

Furosemik jangan diberikan pada pasien yang mengalami hipotensi

5. Steroid

Penggunaan steroid pada pasien cedera

kepala tidak dianjurkan

Page 59: TRAUMA KEPALA

Barbiturat bermanfaat diberikan untuk menurunkan TIK yang refrakter terhadap obat-obat lain

Tidak diberikan pada pasien yang mengalami hipotensi

Pemberian barbiturat tidak diindikasikan pada fase akut resusitasi

Page 60: TRAUMA KEPALA

Epilepsi pasien pasca trauma terjadi pada 5% yang dirawat di RS dg cedera kepala tertutup dan 15% pada cedera kepala berat

Faktor penyebab epilepsi : 1. Kejang awal yang terjadi dalam minggu pertama 2. Perdarahan intrakranial 3. Fraktur depresi Fenitoin obat yang digunakan pada fase akut Dosis 1 gr diberikan dg kecepatan yang tidak begitu cepat dari

50 mg/menit Dosis pemeliharaan biasanya 100 mg/8 jam Pasien kejang yang lama dapat ditambahkan diazepam Kejang yang berlangsung lama 30 – 60 menit dapat

menyebabkan cedera otak sekunder

Page 61: TRAUMA KEPALA

Kriteria untuk mendiagnosa mati batang otak

1. Skor GCS = 32. Pupil yang tidak reaktif3. Hilangnya reflek batang otak (batuk,

Doll’s eyes, batuk)4. Tidak ada usaha nafas spontan

Page 62: TRAUMA KEPALA
Page 63: TRAUMA KEPALA
Page 64: TRAUMA KEPALA
Page 65: TRAUMA KEPALA

Tekanan intrakranial ditentukan oleh :• Tiga komponen :

• Jaringan otak.• LCS.• Darah.

• Faktor lain :• Tekanan arteri.• Tekanan vena.• Tekanan intra-abdominal dan intra torakal.• Posisi.• Temperatur badan.• Gas Darah.

• TIK normal 0 – 15 mmHg• Hipotesis Monro-Kellie

Page 66: TRAUMA KEPALA
Page 67: TRAUMA KEPALA

Perubahan tingkat kesadaran Paling sensitif dan indikator penting, tahap awal mungkin tidak spesifik: gelisah, irritabilitas, letargi.

Perubahan Vital Sign◦ Cushing’s triad: Peninggian TDS, bradikardi

(muncul belakangan), pola nafas iregular (late sign)

◦ Perubahan suhu

Ocular signs◦ Pelebaran pupil akibat tekanan pada N III◦ Refleks pupil melambat dan anisokor.

Page 68: TRAUMA KEPALA

Penurunan fungsi motorik ◦ Hemiparesis atau hemiplegia ◦ Dekortikasi – gangguan pada traktus

motorik◦ Deserebrasi – kerusakan berat pada

mesensefalon dan batang otak

Sakit kepala ◦ Akibat kompresi saraf kranialis, arteri dan

vena◦ Memburuk pada pagi hari.◦ Diperberat oleh aktivitas.

Muntah

◦ Tidak didahului mual.◦ Mungkin projektil

Page 69: TRAUMA KEPALA

Kerusakan otak

Edema otak

↑ TIK

Kompressi p.d. otak

↓ Aliran darah otak

↓ Oksigen dan kematianJaringan otak

Page 70: TRAUMA KEPALA

Edema sekitar jaringan rusak

↑ TIK dengan kompressi batang otak dan pusat pernafasan

Akumulasi CO2

Vasodilatasi

↑ TIK akibat ↑ BV

Kematian

Page 71: TRAUMA KEPALA
Page 72: TRAUMA KEPALA

CPP dalam batas normal. Otak Normal, CPP 40 mmHg belum

akan menimbulkan iskemia serebral (mekanisme autoregulasi serebral)

Pada Brain Injury terjadi gangguan autoregulasi serebral ~ CPP minimum lebih tinggi (goal 70 mmHg).

CPP = MAP – ICP.

Page 73: TRAUMA KEPALA

A. AirwayB. BreathingC. CirculationD. Initial Neurological AssessmentE. Evaluasi LaboratoriumF. CT Scan.

Page 74: TRAUMA KEPALA

1. Segera bebaskan jalan nafas. Nafas spontan ? RR ? Pola ? Sumbatan? Derajat kesadaran ?

2. GCS<8 lakukan intubasi (terutama pada anak).3. Pada pasien trauma, hindari manipulasi leher

(potensi trauma C-spine).4. Intubasi HARUS secara HATI-HATI.

(Winchell LJ, Hoyt DB . Arch Surg 1997 ;132 : 592 – 597)(Winchell LJ, Hoyt DB . Arch Surg 1997 ;132 : 592 – 597)

Page 75: TRAUMA KEPALA

1. Hindari hiperkapnea (vasodilator kuat).2. Oksigenasi adekuat. Berikan O2 sementara

dilakukan evaluasi inisial lainnya. Saturasi O2 < 90% merupakan prediktor buruknya outcome. (Class II)

3. Monitor CO2

Stocchetti N, Furlan A, Volta F: J Trauma 40: 764-767, 1996.

Page 76: TRAUMA KEPALA

1. Usahakan kardiak output dan TD adekuat (TDS 100 – 160 mmHg, CPP >70 mmHg).

2. Pastikan blood volume sirkulasi adekuat. Hindari pemberikan cairan hipotonik. Berikan NS atau RL

The injured brain is extremely intolerant of further insult such as hypoxia, poor perfusion due to inadequate volume replacement or hypercapnia.

TDS < 90 mmHg* merupakan prediktor independenTDS < 90 mmHg* merupakan prediktor independen terhadap buruknya outcome. (Class II)terhadap buruknya outcome. (Class II)

Page 77: TRAUMA KEPALA

General rekomendasi:◦ Cairan isotonik (RL atau Saline) 2 liter secara

cepat pada dewasa.* Tidak ada korelasi antara jumlah

cairan/transfusi yang diberikan dengan peningkatan TIK. Dan tidak ada korelasi antara CVP, Wedge pressure dengan TIK.**

TIK berkorelasi positif dengan Laktat serum

*American college of Surgeon: ATLS Instructor Manual, Chicago, 1996** Scalea TM, Maltz S, Yellon J, Critical Care Med. 22: 1610-1615,1994.

Page 78: TRAUMA KEPALA
Page 79: TRAUMA KEPALA

• Nilai derajat kesadaran, status umum, GCS

• Defisit fokal.• Kejang• Pemeriksaan neurologi sepintas, spt

adanya lesi saraf kranial, motorik dan refleks, respon terhadap rangsang.

• Papil edema (The absence of papilledema does not rule out increased ICP !!)

Page 80: TRAUMA KEPALA

1. AGD.2. Elektrolit, Ca, Mg, Phosphat, 3. GDS4. Hematologi rutin.

Page 81: TRAUMA KEPALA

Memastikan adanya perdarahan intrakranial, masa/efek masa, edema, kelainan pada sistem ventrikel dan sisterna basalis, fraktur tulang tengkorak.

Page 82: TRAUMA KEPALA
Page 83: TRAUMA KEPALA

Manajemen pernafasan (oksigenasi dan ventilasi)

Manajemen CV (CO adekuat, status cairan, BP). Biasanya membutuhkan monitoring arterial line dan CVP.

Hindari hipertermi dan menggigil. Hindari hipo atau hiperglikemia Cegah dan atasi kejang

Page 84: TRAUMA KEPALA

Analgetik dan sedasi bila diperlukan Positioning--HOB (15-300) ditinggikan

dengan posisi kepala midline untuk menghindari impending venous return.

Hindari rangsangan berlebihan terhadap pasien.

Batasi aktivitas fisik. Balans elektrolit dan pantau osmolalitas

Page 85: TRAUMA KEPALA

Opiods Benzodiazepines

Neuromuscular blockade

may be required - use only when necessary

Problems:

• Difficult to assess neurologic exam

• Risk of hypotension

Use short acting agents

Do opiods increase CBF and ICP as well as lower MAP and CPP?

Increased ICP with concurrent decreased MAP and CPP has been documented with use of opiods. But, elevation in ICP is transient and there is no resulting ischemia from decreased MAP / CPP.

Page 86: TRAUMA KEPALA

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Before During After

TurningSuctioningBathing

Nursing Activity and ICP

Rising (1993) Journal of Neuroscience Nursing, 25(5)

ICP

Page 87: TRAUMA KEPALA
Page 88: TRAUMA KEPALA

Fluid

Cairan berpindah dari daerah Cairan berpindah dari daerah rendah osmolaritas ke daerah rendah osmolaritas ke daerah tinggi osmolaritas.tinggi osmolaritas.

OtakOtak PembuluPembuluh Darahh Darah

Osmo-Therapy Osmo-Therapy (Manitol)(Manitol)

Page 89: TRAUMA KEPALA

Menurunkan viskositas darah dengan menurunkan hematokrit CVR menurun meningkatkan CBF, vasokonstriksi arteriolar dengan cepat menurunkan CBV.

Menurunkan jumlah cairan pada jaringan yang tidak rusak sehingga memberi tempat untuk jaringan yang mengalami edema.

Pemberian secara cepat lebih efektif.

Page 90: TRAUMA KEPALA

Dosis 0.25 – 1 gr/kgBB dan dapat diulangi 2 – 6 jam kemudian untuk mempertahankan osmolaritas 310 - 320 mOsm/L.

Tidak ada bukti dosis besar bekerja lebih efektif.

Efek osmotik diuresis manitol akan berlangsung selama 90 menit – 6 jam.

Page 91: TRAUMA KEPALA

Manitol prehospital berhubungan dengan peningkatan risiko kematian relatif dibanding plasebo (1.59; 95% CI, 0.44 – 5.79).

Pemberian manitol jangka lama akan menyebabkan dehidrasi intravascular, hipotensi dan azotemia prerenal.

Manitol akan menyebabkan terbukanya BBB manitol akan masuk kedalam jaringan otak (pada th/ jangka lama dan infus kontinyu) Osmolaritas otak meningkat ICP meningkat.

Page 92: TRAUMA KEPALA

Efek sinergis bila dikombinasikan dengan mannitol atau albumin.

Efek terbaik didapatkan bila mannitol diberikan 15 menit sebelum Forosemide.

Bila diberikan bersama-sama, hati-hati terhadap status cairan dan elektrolit.

Page 93: TRAUMA KEPALA

Barbiturat terapi. Hipotermia. Steroid.

Page 94: TRAUMA KEPALA