tqn news bulletin 2014 03 leadership

8
SAJIAN: Dicari Pemimpin yang Trans- formatif! 1 Jika Sudah Ter- pilih, Ingatlah Tanbih 1 Bila yang Non- Muslim Lebih Baik 2 Pemimpin No. 1 di Dunia 3 Andai Pimpinan Negeri Melihat Allah 5 Masyayikh Tarekat Berkumpul di Ba- bakan Ciwaringin 6 Dakwah Trans- formatif Sang Wali Mursyid 7 Lembaga Safari Dakwah 8 Meneladani Sikap Politik Kamu Sufi 4 Tahun 2014 adalah tahun politik, tahun pemilihan umum, tahun suksesi kepemimpinan nasional yang diawali dengan pemilihan wakil rakyat (Anggota DPR, DPD dan DPRD) kemudian disusul pemilihan presiden dan wakil presiden. Janji-janji peru- bahan kehidupan yang lebih baik dihembuskan para wakil rakyat dan calon presi- den serta wakil presiden di berbagai media massa. Terhadap janji-janji tersebut, masyarakat pun ter- pecah dua: ada yang pesimis dan ada pula yang optimis. Sebagian dari mereka yang pesimis karena idealismenya mengambil jalan golput, tidak memilih. Namun, meski sebagian besar masyarakat Indonesia pesimis dan mengambil jalan golput, pemilihan umum tetap berjalan. Wakil rakyat akan terpilih, begitu pula presiden dan wakil presiden. Ini seperti buah simalakama: tidak me- milih, akan tetap ada yang terpilih; jika memilih, maka yang terpilih tidak sesuai yang diharapkan. Maka, memilih merupakan kebijakan yang bijak. Memang bagi mereka yang pesimis, yang idealis, tidak ada figur-figur yang ideal yang dapat dipilih. Namun, mereka dapat memilih yang terbaik di antara yang buruk. Bagi umat Islam, tentu aga- ma menjadi lan- dasan utama. Memilih wakil rakyat dan pe- mimpin nasional yang seagama merupakan keha- rusan. Namun, jika calon pe- mimpin yang Mus- lim itu adalah pemimpin yang zalim dan tidak amanah, sementa- ra ada calon pe- mimpin non Mus- lim tapi adil dan amanah, yang mana yang Anda pilih? Di sinilah terjadi perbedaan pendapat (baca artikel: Bila Yang Non Muslim Lebih Baik). Selain itu yang terpenting, pilihlah pemimpin yang trans- formatif, yang menawarkan perubahan dan mampu melakukan perubahan, teruta- ma perubahan mental spiritual masyarakat. Jangan pilih pe- mimpin yang transaksional, suara rakyat hanya dijadikan dagangan untuk mengeruk keuntungan bagi dirinya. *** Dicari Pemimpin Yang Transformatif! Dicari Pemimpin Yang Transformatif! Di dalam tanbih ini, kita memiliki tugas untuk men- doakan Pimpinan Negara, bukan hanya mengkritik, apala- gi berbuat makar. Berbuat makar adalah memperturuti bujukan nafsu. Maka para murid TQN Surlaya diingatkan “Insyafilah hai murid -murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun negara, agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.” *** Jika wakil rakyat dan pem- impin nasional sudah terpilih, walau yang terpilih bukan yang diiginkan, maka kita wajib men- taati mereka, mendoakan mereka. Ingatlah Tanbih yang disusun dan ditetapkan oleh Pangersa Abah Sepuh, Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, yang salah satu isi Tanbih tersebut adalah: “Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir maupun bathin. “ Jika Sudah Terpilih, Ingatlah Tanbih Jika Sudah Terpilih, Ingatlah Tanbih Jika Sudah Terpilih, Ingatlah Tanbih Leadership is a matter of intelligence, trustworthiness, humaneness, courage and discipline.(Sun Tzu) MARET 2014 / JUMADIL AWAL 1435 NO. 3 VOL. 2 Menyuarakan Kebajikan yang Timbul dari Kesucian

Upload: tqn-news

Post on 29-Mar-2016

257 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Anticipating Indonesia's Election of 2014

TRANSCRIPT

Page 1: TQN News Bulletin 2014 03 Leadership

S A J I A N :

Dicari Pemimpin yang Trans-formatif!

1

Jika Sudah Ter-pilih, Ingatlah Tanbih

1

Bila yang Non-Muslim Lebih Baik

2

Pemimpin No. 1 di Dunia

3

Andai Pimpinan Negeri Melihat Allah

5

Masyayikh Tarekat Berkumpul di Ba-bakan Ciwaringin

6

Dakwah Trans-formatif Sang Wali Mursyid

7

Lembaga Safari Dakwah

8

Meneladani Sikap Politik Kamu Sufi

4

Tahun 2014 adalah tahun politik, tahun pemilihan umum, tahun suksesi kepem imp inan nasional yang diawali dengan pemilihan wakil rakyat (Anggota DPR, DPD dan DPRD) kemudian disusul pemilihan presiden dan wakil presiden. Janji-janji peru-bahan kehidupan yang lebih baik d i h e m b u s k a n para wakil rakyat dan calon presi-den serta wakil presiden di berbagai media massa. Terhadap janji-janji tersebut, masyarakat pun ter-pecah dua: ada yang pesimis dan ada pula yang optimis. Sebagian dari mereka yang pesimis karena idealismenya mengambil jalan golput, tidak memilih. Namun, meski sebagian besar masyarakat Indonesia pesimis dan mengambil jalan golput, pemilihan umum tetap berjalan. Wakil rakyat akan

terpilih, begitu pula presiden dan wakil presiden. Ini seperti buah simalakama: tidak me-milih, akan tetap ada yang terpilih; jika memilih, maka yang terpilih tidak sesuai yang diharapkan. Maka, memilih merupakan kebijakan yang bijak. Memang bagi mereka yang pesimis, yang idealis, tidak ada figur-figur yang ideal yang dapat dipilih. Namun, mereka dapat memilih yang terbaik di antara yang

buruk. Bagi umat Islam, tentu aga-ma menjadi lan-dasan utama. Memilih wakil rakyat dan pe-mimpin nasional yang seagama merupakan keha-rusan. Namun, jika calon pe-mimpin yang Mus-lim itu adalah pemimpin yang zalim dan tidak amanah, sementa-ra ada calon pe-mimpin non Mus-lim tapi adil dan amanah, yang mana yang Anda pilih? Di sinilah

terjadi perbedaan pendapat (baca artikel: Bila Yang Non Muslim Lebih Baik). Selain itu yang terpenting, pilihlah pemimpin yang trans-formatif, yang menawarkan perubahan dan mampu melakukan perubahan, teruta-ma perubahan mental spiritual masyarakat. Jangan pilih pe-mimpin yang transaksional, suara rakyat hanya dijadikan dagangan untuk mengeruk keuntungan bagi dirinya. ***

Dicari Pemimpin Yang Transformatif!Dicari Pemimpin Yang Transformatif!

Di dalam tanbih ini, kita memiliki tugas untuk men-doakan Pimpinan Negara, bukan hanya mengkritik, apala-gi berbuat makar.

Berbuat makar adalah memperturuti bujukan nafsu. Maka para murid TQN Surlaya diingatkan “Insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun negara, agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.” ***

Jika wakil rakyat dan pem-impin nasional sudah terpilih, walau yang terpilih bukan yang diiginkan, maka kita wajib men-taati mereka, mendoakan mereka.

Ingatlah Tanbih yang disusun dan ditetapkan oleh Pangersa Abah Sepuh, Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, yang salah satu isi Tanbih tersebut adalah: “Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir maupun bathin. “

Jika Sudah Terpilih, Ingatlah TanbihJika Sudah Terpilih, Ingatlah TanbihJika Sudah Terpilih, Ingatlah Tanbih

“Leadership is a

matter of

intelligence,

trustworthiness,

humaneness,

courage and

discipline.”

(Sun Tzu)

M A R E T 2 0 1 4 / J U M A D I L A W A L 1 4 3 5 N O . 3 V O L . 2

Menyuarakan Kebajikan yang Timbul dari Kesucian

Page 2: TQN News Bulletin 2014 03 Leadership

H A L A M A N 2

 

TRANSFORMASI Kata kunci yang diangkat

oleh redaksi pada pada edisi kali ini adalah transformasi, kata si-fatnya transformatif. Kata ini dapat diartikan mengubah sesua-tu ke bentuk, sifat atau keadaan yang lain, tentunya keeadaan yang lebih baik.

Redaksi melekatkan kata transformasi dalam bentuk kata sifatnya, transformatif, pada dua kata, yaitu pemimpin dan dakwah, menjadi: pemimpin transformatif dan dakwah transformatif. Dua hal ini menjadi tema utama dari isi buletin edisi kali ini karena terkait pemilu 2014 dan dakwah transformatif yang pada tahun 2014 ini digencarkan lebih marak lagi dan dengan organisasi yang lebih solid oleh para mubaligh TQN Center (TQNC) di bawah kepemimpinan KH. Wahfiudin Sakam.

Pemimpin transformatif, pemimpin yang dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik, sa-ngat diharapkan muncul dalam pesta demokrasi lima tahunan yang akan digelar pada tahun 2014 ini. Apakah pemimpin trans-formatif itu harus beragama Is-lam, jika yang terbaik dan yang layak menjadi pemimpin bangsa dan pemimpin umat Islam beraga-ma non-Islam? Hal ini tentu menarik untuk diulas.

Sedangkan dakwah trans-formatif adalah dakwah para nabi dan para rasul yang sekarang banyak dilupakan para dai dan mubaligh.

Seperti apa pembahasannya? Mari simak tulisan-tulisan di buletin Tqnnews.com kali ini semoga dapat menambah wawa-san dan meningkatkan keimanan kita.

***

Bagaimana jika seorang non-Muslim lebih baik daripada Mus l im untuk menjad i pemimpin bangsa? Apakah kita harus memilih non-Muslim ini atau tidak?

Mengutip dari tulisan Anita Tahmid, seorang ulama Al-Azhar Kairo Syekh Ahmad Musthofa Al M a r a g h i menafsirkan Al-Qur`an Surat Ali Imran ayat 118, bahwa orang -orang Islam dilarang m e n g a m b i l o r ang -orang non-Mus l im , seperti orang-orang Yahudi dan orang-orang Munafik s e b a g a i pemimpin atau teman setia, bila mereka memiliki sifat-sifat seperti yang ditentukan dalam ayat tersebut, yaitu:

Mereka tidak segan-segan m e r u s a k k a n d a n mencelakakan urusan orang-orang Islam;

Mereka menginginkan urusan agama dan urusan dunia orang-orang Islam dalam kesulitan yang be-sar;

Mereka menampakkan kebencian kepada orang-orang Islam melalui mulut mereka yang terang-terangan. Sifat-sifat tersebut adalah

persyaratan yang menyebabkan dilarangnya mengambil pe-mimpin dan teman setia yang bukan dari orang-orang Islam.

Bila ternyata sikap mere-ka berubah, sebagaimana orang-orang Yahudi yang pada per-mulaan Islam terkenal sebagai golongan yang paling memusu-hi orang-orang Islam, kemudi-an mereka mengubah sikap dengan mendukung Islam da-lam penaklukan Andalusia. Contoh lainnya adalah orang-orang Kristen Koptik yang membantu orang-orang Islam dalam menaklukkan Mesir dengan mengusir orang-orang Romawi yang menduduki lem-bah Sungai Nil itu. Dalam keadaan seperti itu tidak di-larang mengambil mereka sebagai pemimpin atau teman setia.

Khalifah Umar sendiri membentuk orang-orang yang mengurusi dewannya dari

orang-orang non-Muslim. Be-gitu pula para khalifah sesudahnya melakukan hal yang sama. Ketentuan ini dija-lankan oleh pemerintahan Bani Abbas dan lain sebagainya dari kalangan Raja-raja Islam. Mere-ka mempercayakan jabatan-jabatan kenegaraan kepada

orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Pendapat Syekh Yusuf Qaradhawi tak jauh beda dengan Syekh Al Maraghi. Dalam buku Min Fiqh al-Dawlah fi al-Islam, doktor alumni Uni-versitas Al-Azhar itu menga-takan, orang-orang Islam di-larang mengangkat orang-orang Non Muslim sebagai teman, orang kepercayaan, penolong, pelindung, pengurus dan pemimpin, bukan semata-mata karena beda agama. Alasan utamanya adalah karena mereka membenci agama Islam dan memerangi orang-orang Islam, atau dalam bahasa Al-Quran disebut memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Syekh Qara-dhawi mendasarkan pendapat-nya pada Al-Qur`an Surat Al-Mumtahanah: 1:

“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu men-jadikan musuh-Ku dan musuh-mu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad) karena rasa kasih sayang. Padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu. Mere-ka mengusir Rasul dan kamu sendiri karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu…”

Syekh Qaradhawi yang juga Ketua Persatuan Ulama Muslim Internasional, membagi orang Kafir atau non-Muslim menjadi dua golongan. Per-tama, yaitu golongan yang berdamai dengan orang-orang Islam, tidak memerangi dan mengusir mereka dari negeri

mereka. Terhadap golongan ini, umat Islam harus berbuat baik dan berbuat adil, di an-taranya memberikan hak-hak politik sebagai warga negara, yang sama dengan warga nega-ra lainnya, sehingga mereka tidak merasa terasingkan se-bagai sesama anak Ibu Pertiwi.

G o l o n g a n kedua adalah golongan yang memusuhi dan m e m e r a n g i umat Islam, se-perti orang-orang non-Muslim Mekah pada masa p e r m u l a a n Is lam yang sering menin-das, menyiksa dan mencelaka-kan umat Islam. Terhadap go-longan in i , umat Islam d i h a r a m k a n m e n g a n g k a t

mereka sebagai pemimpin atau teman setia.

Pendapat Syekh Qara-dhawi ini didasarkan pada Surat Al-Mumtahanah: 8:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi-mu karena agama, dan tidak pula mengusir kamu dari kam-p o n g h a l a m a n m u . Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum dilarangnya mengangkat orang-orang non-Muslim sebagai pemimpin karena adanya illat (alasan), yaitu adanya kekhawatiran dampak negatif bagi agama dan umat Islam. Selama pemimpin non-Muslim tersebut diyakini mendatangkan keburukan atau kemudharatan, maka hukum memilihnya tidak boleh.

Sebaliknya, bila keyakinan adanya bahaya itu tidak ada, maka hukumnya boleh. Umat Islam, khususnya di Indonesia, boleh memilih pemimpin yang non-Muslim, dari wakil rakyat, gubernur, wakil gubernur, sampai presiden atau wakil presiden, jika tidak ada lagi dari kalangan Muslim yang berkualitas dan memiliki kom-petensi untuk memimpin. Selain itu, non-Muslim tersebut tersebut tidak dikhawatirkan akan menghancurkan Islam dan memerangi umat Islam. Semo-ga hal ini tidak terjadi. Aaamiin. ***

Bila yang NonBila yang NonBila yang Non---Muslim Lebih BaikMuslim Lebih BaikMuslim Lebih Baik SALAM REDAKSI

Page 3: TQN News Bulletin 2014 03 Leadership

T Q N N E W S N O . 3 V O L . 2 E D I S I M A R E T 2 0 1 4 / J U M A D I L A W A L 1 4 3 5

 

Lalu, apa kunci keberhasilan kepemim-pinan Rasulullah SAW? Kuncinya hanya satu, yaitu kepemimpinan berbasis moral (akhlak). Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk m e n y e m p u r -nakan akhlak.

A k h l a k kepemimpinan Nabi SAW ini disebutkan da-lam Firman Allah SWT:

“ S u n g g u h telah datang k e p a d a m u seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat t e r a s a l e h n y a penderitaanmu, s a n g a t meng i n g i n k a n (keimanan dan k e s e l a m a t a n ) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S. At-Taubah [9]: 128). ***

4) Siddhartha Gautama (Buddha) — pendiri agama Buddha

5) Kong Hu Cu — pendiri agama Kong Hu Cu

6) Santo Paulus — penyebar agama Kristen

7) Ts’ai Lun — penemu kertas 8) Johann Gutenberg — mengembangkan

mesin cetak, mencetak Alkitab 9) Christopher Columbus — penjelajah,

memimpin orang-orang Eropa ke Amerika

10) Albert Einstein — fisikawan, penemu Teori Relativitas Hart menulis bahwa Nabi Muhammad

SAW adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Ia mencatat bahwa Nabi Muhammad SAW mampu mengelola bangsa yang awalnya egoistis, barbar, terbelakang dan terpecah-belah oleh sentimen kesukuan menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia.

Leadership atau kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai kepemimpinan ter-baik di dunia sepanjang masa bukan hanya diakui oleh umat Islam, tetapi juga oleh dunia barat (non-Muslim). Michael H. Hart, sejara-wan asal Amerika Serikat menerbitkan buku “100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah” pada 1978. Di bukunya ini, sosok Rasulullah SAW menempati posisi pertama, unggul dibandingkan tokoh-tokoh berikut: 2) Isaac Newton — fisikawan, pencetus

teori gravitasi umum, hukum gerak

3) Yesus — pembawa agama Kristen

“Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama d a f t a r 1 0 0 T o k o h P a l i n g Berpengaruh di Dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya. Nabi Muhammad adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang ber-hasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebar-kan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Pada saat yang bersa-maan ia tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.” ***

Apa Alasan Michael H. Hart?

Pemimpin No.1 di Dunia Sepanjang MasaPemimpin No.1 di Dunia Sepanjang MasaPemimpin No.1 di Dunia Sepanjang Masa

Berdasarkan Al-Qur`an surat At-Taubah ayat 128 di atas, maka menurut Dr. A. Ilyas Ismail, ada tiga sifat akhlak yang membuat Rasulullah SAW sukses dalam kepemimpinannya: pertama, azizin alaihi maa anittum (berat dirasakan oleh Nabi SAW penderitaan orang lain); kedua, hari-shun `alaikum (amat sangat berkeinginan agar orang lain aman dan sentosa); ketiga, raufun rahim (pengasih dan penyayang). Tiga sifat ini harus menjadi pertimbangan dalam memilih pemimpin.

Azizin Alaihi Maa Anittum Berat dirasakan oleh Nabi penderitaan

orang lain. Dalam bahasa modern, sifat ini disebut sense of crisis, yaitu kepekaan atas kesulitan rakyat yang ditunjukkan dengan kemampuan berempati dan simpati kepada pihak-pihak yang kurang beruntung.

Secara kejiwaan, empati berarti ke-mampuan memahami dan merasakan kesu-litan orang lain. Empati dengan sendirinya mendorong simpati, yaitu dukungan, baik moral maupun material, untuk mengurangi derita orang yang mengalami kesulitan.

Harishun `Alaikum Amat sangat berkeinginan agar orang

lain aman dan sentosa. Bukan memikirkan diri sendiri. Dalam bahasa modern, sifat ini dinamakan sense of achievement, yaitu semangat yang mengebu-gebu agar masyarakat dan bangsa mengalami peru-bahan, meraih kemajuan. Tugas pemimpin, antara lain memang menumbuhkan harapan dan membuat rencana dan terobosan menuju cita-cita dan harapan itu.

TIPS

Raufun Rahim Pengasih dan penyayang. Allah SWT

adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Ma-ha Penyayang. Nabi Muhammad SAW juga seorang pengasih dan penyayang. Orang-orang beriman wajib meneruskan kasih sayang Allah dan Rasul itu dengan mencin-tai dan mengasihi umat manusia. Kasih sayang (rahmah) adalah pangkal kebaikan. Tanpa kasih sayang, sulit dibayangkan seseorang bisa berbuat baik. Kata Nabi SAW, “Orang yang tak memiliki kasih sa-yang, tak bisa diharap kebaikan darinya.”

Menurut Syekh Muhammad Rasyid Ridha, tiga akhlak ini wajib hukumnya bagi pemimpin. Menurutnya, tanpa ketiga akhlak ini, seorang pemimpin bisa dipastikan tidak bekerja untuk rakyat, tetapi untuk kepen-tingan diri, keluarga, dan kelompoknya saja.***

Kriteria Pemimpin Menurut Islam

Syekh Muhammad Rasyid Ridha (1282 – 1354 H)

Tokoh Penyeru Persatuan Umat Islam

Page 4: TQN News Bulletin 2014 03 Leadership

H A L A M A N 4

 

Chief Editor Rakhmad Zailani Kiki

Editor Handri Ramadian

Reporter Cecep Zakarias El-Bilad

Informasi dan iklan: [email protected]

Pengiriman naskah: [email protected]

http://tqnnews.com

@TqnNews

Tahun 2014 rakyat Indonesia akan menghadapi dua pemilihan umum sekaligus: legislatif pada April dan presiden pada Juli. Suasana politik menghangat, semua orang berbicara mengenainya. Ada yang optimis, ada yang pesimis. Tak sedikit juga yang acuh.

Bagaimana sikap kita selaku orang ber-agama? Islam sebagai agama universal, seperti dibuktikan dalam sejarah, juga mengurusi persoalan politik. Prinsip umumnya sudah Allah SWT gariskan:

و ا ع ي و ا هللا و أ ط ع ي و ا أ ط ن ن آ م ذ ي ا ا ل ھ ا أ ي يم ن ك ر م ي ا أل م و ل و ل و أ س ر ا ل

“Hai orang-orang beriman, taatilah Allah, Rasul dan Ulil Amri di antara kalangan kalian.” (Q.S. An-Nisa: 59)

Secara etimologis, sebagaimana disam-paikan KH. Wahfiudin Sakam, ulil amri berar-ti orang-orang yang memiliki keahlian dan wewenang dalam sesuatu hal. Merekalah yang wajib kita taati dalam hal-hal yang men-jadi keahlian dan wewenang mereka. Dalam hal politik dan pemerintahan, mereka adalah para politikus.

Persoalannya, tak sedikit politikus yang menyalahi janji, wewenang dan tugasnya sehingga banyak rakyat yang tak lagi percaya. Mungkin kita di antaranya.

Sebentar lagi pemilu. Sebagai warga yang baik, mau tak mau kita harus menen-tukan sikap; maju menjadi caleg, aktif di par-tai politik tertentu, mencoblos atau golput. Para ulama telah berijtihad merumuskan fatwa-fatwa terkait sikap politik. Tentang mencoblos, misalkan, ada yang menghukumi

wajib, mandûb ( d i a n j u r k a n ) bahkan haram. Tentang golput, a d a y a n g menghukuminya haram, ada pula y a n g b o l e h , sesuai kondisinya. Mas ing -mas ing ada argumenta-sinya.

Apa pun pi l ihan s ikap seseorang, harus selalu berdasar-kan kesadaran. Di mana pun posisi k ita , sebagai r a k y a t a t a u (calon) wakil rakyat, kita ber-tindak berdasarkan kepatuhan pada tuntunan agama. Jika tidak, hawa nafsu akan mengambil alih kesadaran kita. Inilah awal dari semua tindakan negatif dan kerusakan. Allah SWT berfirman:

ل هللا ي ن س ب ك ع ل ض ي و ى ف ھ ع ا ل ب و ال ت ت“Dan janganlah engkau mengikuti hawa

nafsu karena ia menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Q.S. Shaad: 26)

Sejarah mencatat, para syekh sufi pun berbeda-beda dalam menyikapi urusan poli-tik. Mereka para pewaris Nabi SAW, baik ilmu lahir/syariat maupun batin, ada yang aktif berpolitik, ada pula yang non-aktif tapi dekat dengan kekuasaan. Sebagian lainnya menjauh dari kekuasaan, bahkan melakukan perlawanan. Tapi, masing-masing pilihan mereka didasari alasan yang haq, bukan hawa nafsu. Perbedaan itu muncul, hanya karena sebab perbedaan sudut pandang dan konteks sosial, budaya dan politik.

Satu sosok yang aktif berpolitik adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw. Melalui beli-aulah, silsilah guru hampir semua tarekat sufi bermuara. Meskipun pada awalnya menolak, setelah dibujuk para sahabat Nabi lain, Say-yidina Ali akhirnya bersedia menjadi khalifah keempat. Sejarah mencatat, beliau adalah pemimpin yang tulus, bijak dan adil, di te-ngah kekacauan politik akut yang diwarisinya. Beliau wafat terbunuh dalam posisi sebagai praktisi politik, bukan karena ambisi kekuasaan, tapi karena mempertahankan kebenaran.

Lain halnya dengan Syekh Abd al-Qâdir al-Jîlânî, seorang sufi agung di Baghdad yang bergelar shultân al-auliyâ (rajanya para wali). Beliau kaya raya dan merupakan sosok yang dekat dengan siapa saja. Beliau juga sering dikunjungi para pejabat untuk dimintai nasehat dan doa.

Sikap dan karakter demikian dipelihara oleh para pewaris beliau, salah satunya guru mursyid kita, Syekh Ahmad Shahibul Wafa Tajul’arifin (1915-2011). Sebuah koran na-sional menjuluki beliau ‘mentor spiritual pejabat’. Tak sedikit pejabat nasional mengunjungi beliau untuk meminta restu, doa dan bimbingan.

Mereka dekat dengan pejabat bukan untuk meraih kekuasaannya, tapi sekedar

Meneladani Sikap Politik Kaum SufiMeneladani Sikap Politik Kaum Sufi

memberikan bimbingan ruhani, sebagaimana Nabi SAW menjadi pembimbing ruhani bagi semua sahabatnya tanpa pandang bulu. Maka bagi para syekh sufi ini, zuhud ialah lepasnya dunia dari genggaman dan bersihkan qalbu dari keterikatan dengannya.

ن ب م ل ق ك و ا ل ل م ن ا ل د م ي خ ل و ا لع ا ل ت ت ب

Syekh Abu al-Abbas al-Mursi adalah contoh syekh sufi yang anti-kekuasaan. Beliau adalah murid dari Syekh Abu al-Hasan asy-Syadzili. Dikisahkan, beliau tinggal di Is-kandariyah, Turki, selama 36 tahun tapi tak pernah sekalipun melihat wajah pemimpin dan para pejabat wilayah tersebut. Beliau selalu menolak jika hendak dikunjungi peja-bat.

Muridnya, Syekh Ibnu ‘Ataillah menjelas-kan, itu adalah bentuk zuhud sang guru. Kekuasaan, kemewahan dan harta benda adalah sumber keterpesonaan manusia yang membuat banyak manusia lalai dan ingkar kepada Allah. Semuanya itu ada di tangan seorang pimpinan negara. Maka, semua men-jadi hal yang wajib dijauhi oleh seorang yang ingin selalu dekat dengan Allah.

Terakhir, sebagian syekh sufi memilih perlawanan, jika penguasa yang ada zalim dan melakukan hal-hal ilegal. Sikap inilah yang dipilih oleh murid-murid Syekh Abd al-Karîm dari Banten yang mengobarkan perlawanan rakyat terhadap penjajah Belanda pada 1888. Syekh Abd al-Karîm ialah salah seorang kha-lifah Syekh Ahmad Khatib Sambas, pendiri Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Sebagai manusia, para ulama sufi pasti terlibat dalam urusan sosial di zamannya masing-masing, tak terkecuali politik. Sebagai pewaris Nabi SAW, terutama dari sisi keruhanian, mereka menjadi rujukan utama umat di sekitarnya. Kisah-kisah itu hanya sekelumit gambaran tentang ragam sikap politik mereka.

Kisah mereka, sebagaimana kisah para guru sufi lainnya, hendaknya menjadi rujukan bagi kita dalam menentukan sikap politik di tahun ini. Apapun bentuknya, harus berangkat dari kesadaran, bukan keterpaksaan, serta bertolak dari ketaatan pada Allah, bukan bujukan hawa nafsu. ***

REDAKSI

Page 5: TQN News Bulletin 2014 03 Leadership

T Q N N E W S N O . 3 V O L . 2 E D I S I M A R E T 2 0 1 4 / J U M A D I L A W A L 1 4 3 5

 

Hidup di dunia adalah perjalanan ruh di dalam jasad menuju Allah. Semua aktivi-tas fisik merupakan ritual penghambaan kepada Allah. Puncak perjalanan ruhani ini ialah melihat dan merasakan kehadiran Allah di mana pun dan kapan pun berada. Inilah di antara maksud firman Allah:

د و ن ب ع ي ن و ا إل نس إ ال ل ج ت ا ل ق ل ا خ و م“Tidaklah Aku ciptakan jin dan

manusia selain untuk menghamba kepada-Ku.” (QS.Adz-Dzariyat:56)

Ketaatan agama baik dalam bentuk ritual seperti shalat dan puasa, maupun sosial seperti sedekah dan berdakwah, tiada lain ialah untuk tujuan ini. Setiap Muslim dituntut untuk belajar agama. Bersama seorang syekh atau guru, ia dibimbing un-tuk dapat mengamalkan setiap hal yang telah dipelajarinya.

Ketika seseorang dapat melihat atau merasakan kehadiran Allah kapan dan di mana pun berada, insan tersebut telah mencapai maqam ihsân, maqam spiritual yang hanya dapat diraih jika seseorang telah secara maksimal mengamalkan ibadah-ibadah yang disyariatkan Allah (Rukun Is-lâm) dan telah menjiwai setiap hal yang harus diimaninya (Rukun Iman).

Pada maqam ini, seorang Mukmin senantiasa berada dalam kedekatan bersa-ma Allah SWT. Rasulullah SAW menggam-barkannya:

ن م ك إ ن ل ر ا ه ف ك ت ن أ د هللا ك ب ع أ ن تر ا ك ه ي إ ن ر ا ه ف ت

“Engkau menghamba kepada Allah seakan kau melihat-Nya. Tapi jika kau tak mampu melihat-Nya, kau merasakan pengawasan-Nya atasmu.” (H.R. Muslim)

Pada maqam ini, ia menangkap ke-hadiran Allah di setiap hal yang dilihatnya, di setiap suara yang didengarnya, di setiap tempat yang didiaminya dan di setiap keadaan yang dialaminya.

و ا و ل م ا ت ن ي أ ر ب ف غ م ر ق و ا ل ش م ا ل و م ي ل ع ع ه هللا إ ن هللا و ا س م و ج ث ف“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan

barat, maka ke mana pun kau menghadap hadirlah ‘wajah’ Allah. Betapa Allah Maha-hadir di manapun dan Mahatahu segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah: 115)

Si anak muda dalam kisah di atas, sep-ertinya telah berada pada maqam ini. Inilah mengapa sang guru, Syekh Junaid, begitu menyayanginya.

Usia tidak menjamin kedekatan seseorang dengan Allah. Begitu pula dengan hal-hal lain, seperti ketinggian ilmu, lama dan banyaknya ibadah, apalagi banyaknya harta atau tingginya jabatan duniawi. Jika Allah menghendaki, seorang anak muda sekalipun bisa menjadi kekasih-Nya kapan pun Dia berkehendak, selama ia mau dan berusaha mendekat kepada-Nya. Allah SWT berfirman:

احببت لقاءه, يئ اذا احب عبدي لقاكرهت لقاء يئ واذاكره لقا  

Seorang pria mengeluh di depan Syekh Junaid al-Baghdadi, "Zaman sekarang ini, saudara seiman makin sedikit dan sulit

ditemui."

Syekh Junaid merespon, "Jika engkau

mencari orang untuk memikul bebanmu, orang seperti itu memang jarang dan

susah ditemukan. Tapi jika engkau men-cari orang untuk kau pikul bebannya, orang seperti itu banyak dan mudah

dijumpai."

HUMOR SUFI Andai Pimpinan Negeri Melihat AllahAndai Pimpinan Negeri Melihat AllahAndai Pimpinan Negeri Melihat Allah

Syekh Junaid al-Baghdadi, seorang guru ruhani besar abad ke-9 hingga 10 Masehi di Baghdad, memiliki seorang murid kesayangan. Usianya masih muda sehingga membuat iri murid-murid Syekh Junaid lain yang lebih senior.

Suatu hari Syekh Junaid menyuruh murid-muridnya untuk membeli seekor ayam. Mereka di-suruh menyembelih ayam itu di tempat yang tak seorang p u n d a p a t mel ihatnya dan mereka harus sudah kembali ke pon-dokan pada saat maghrib. Mereka pun bergegas.

Saat maghrib tiba semuanya telah kembal i dengan membawa ayam sembelihannya mas-ing-masing. Terakhir, sang murid junior kembali dengan ayam yang masih hidup. Para murid senior pun tertawa dan saling berbisik. Akhirnya mereka bisa menunjukkan betapa dungunya anak muda itu. Ia bahkan tak dapat melaksanakan perintah syekh.

Syekh Junaid pun menanyakan hasil usaha masing-masing. Murid yang kembali pertama melaporkan, bahwa ia membawa ayam yang dibelinya itu ke rumahnya, mengunci pintu, lalu menyembelihnya. Yang kedua berkata, ia membawa ayamnya ke rumahnya, mengunci pintu, menutup tirai, lalu masuk ke dalam lemari, baru menyem-belihnya.

Murid lainnya melaporkan, ia masuk ke dalam lemari lalu menutup matanya dengan kain sehingga ia sendiri tidak dapat melihat proses penyembel ihannya . Semua melaporkan prosesnya masing-masing.

 HIKMAH

“Jika hamba-Ku sedang bertemu dengan-Ku, Aku pun senang menemuinya. Tapi jika hamba-Ku enggan bertemu dengan-Ku, Aku pun enggan menemui-Nya.” (HR.An-Nasâî)

Maka, jika setiap orang mau belajar dan mengamalkan agamanya dengan sungguh-sungguh, atas pertolongan Allah, pasti akan mencapai maqam ini: melihat dan merasakan kehadiran Allah kapan dan di mana pun. Jika ia seorang pengusaha, ia pasti menjadi pengusaha yang jujur dan memberi berkah bagi orang-orang dan lingkungannya.

Jika ia seorang pemimpin, ia pasti men-jadi pemimpin jujur, yang bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Juga menjadi pemimpin adil, yang tidak me-manfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya saja. juga menjadi pemimpin tegas, yang cepat-tanggap pada persoalan rakyat terutama yang terzholimi. Juga menjadi pemimpin yang berakhlaqul karimah, yang kata, sikap dan perilakunya menjadi teladan bagi rakyat. Sebab, matanya melihat alam, qalbunya menangkap ke-hadiran Allah. Tubuhnya bersama manusia, ruhaninya bersama Allah.

Setiap orang adalah pemimpin. Setiap pemimpin bertanggungjawab atas kepem-impinannya. Kepemimpinan atas diri sendiri, keluarga, apalagi masyarakat.***

Terakhir, sampailah giliran si murid junior. Ia menundukkan kepalanya karena malu. Ayamnya masing bergerak-gerak di pelukannya. Dengan lirih ia berkata, “Aku telah mencari-cari tempat yang tak seorang pun melihat. Aku pun pergi ke tempat paling terpencil di hutan, tapi Allah tetap mengiku-tiku. Bahkan di gua paling gelap pun, Allah berada di sana. Aku tidak menemukan satu tempat pun yang Allah tidak dapat melihat-ku.”

Akhirnya, semua murid senior Syekh Junaid mengetahui, mengapa sang guru begitu menyayangi rekan mudanya itu. ***

Page 6: TQN News Bulletin 2014 03 Leadership

H A L A M A N 6

 

sawufan untuk pesantren-pesantren thariqah dan pesantren non-thariqah.

Beberapa hal utama yang disampaikan oleh KH. Wahfiudin adalah. dalam kunjungan beliau beserta timnya ke berbagai pelosok daerah, beliau dan timnya sering memberikan pelatihan-pelatihan ketasawufan di berbagai pondok pesantren, universitas-univesitas, sekolah-sekolah menengah atas dan yang sederajat dengan misi utama memasyara-

katkan tarekat dan mentarekatkan masyara-kat. Selain pelatihan bidang ketasawufan, beliau dan timnya juga memberikan pelatihan di bidang teknologi informasi dan komu-nikasi.

Oleh karena itu beliau mengusulkan Pembentukan tim trainer di lingkungan JAT-MAN untuk memberikan pelatihan-pelatihan di berbagai lapisan masyarakat. Para ustadz atau para kyai yang akan menjadi trainer atau narasumber mesti diberikan pelatihan untuk para calon trainer.

Usulan lainnya, karena Lajnah RMT sering berinteraksi dengan kaum muda di pesantren-pesantren atau universitas-universitas maka perlu sinkronisasi program kerja dengan Lajnah MATAN.

Rapat Pleno berakhir sekitar pukul 13:30 WIB. Kegiatan Pengurus JATMAN ini pun dirangkai dengan kunjungan ke Keraton Kasepuhan dan Kacirebonan.

Di Keraton Kasepuhan, rombongan diterima di Bangsal Utama Keraton Kasepu-han oleh Sultan Sepuh XIV yang bergelar P.R.A. Arief Natadiningrat dan dibimbing langsung oleh Drh. R.H. Bambang Iriyanto, salah seorang ndalem Keraton Kasepuhan yang juga pemimpin Tarekat Syatariyah di Keraton Kasepuhan.

Keraton Kesepuhan mengoleksi ±200 naskah kuno, 500-1000 dokumen kuno, dan 200 naskah Belanda. Arsip yang akan didigi-talisasi ini nantinya dapat dimanfaatkan JAT-MAN sebagai salah satu bahan studi tarekat yang bisa dikembangkan untuk kemaslahatan umat. ***

Pengurus Pusat (Idarah ‘Aliyah) Jam’iy-yah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN), Selasa (25/02/14) lalu mengadakan rapat pleno khusus Komisi Tiga yang membidangi Pendataan Mursyid Thariqoh se-Indonesia, Lajnah Rabithan Ma’ahid Thariqiyyah (RMT), Lajnah MATAN di Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, tepatnya di kediaman KH. Zamzami Amin, Katib Tsalits JATMAN.

Rapat pleno dihadiri unsur pimpinan pusat, yakni Mudir Aam KH. Abdul Mu’thy Nurhadi, SH. , Wakil Katib Awwal KH. Drs. M. Adib Zaen, MpdI, Wakil Katib Tsalists sekaligus Sohibul Bayt KH. Zamzami Amin, Wakil Sekretaris Tsalits sekaligus Ketua Komisi Tiga KH. Syafi’ Muthi’ dan Wakil Aminushshunduq Tsalits H. Abdul Jabbar.

Dari Lajnah RMT, hadir KH. Wahfiudin, SE, MBA dan H. Baden Badruzzaman, dari Lajnah MATAN hadir DR. H. Hamdani Mu’in, M. Ag dan Ust. H. Handri Ramadian. Rapat Pleno juga dihadiri pengurus JATMAN lainnya yang berdomisili di sekitar Pesantren Babakan Ciwaringin.

Agenda rapat membahas pendataan Mursyid/Khalifah/Moqoddam/Badal/Wakil Talqin dan pondok-pondok Pesantren Tho-riqoh se-Indonesia. Selain itu dibahas juga perkembangan Lajnah Mahasiswa Ahlith Thariqah Mu’tabarah An-Nahdliyah (MATAN) dan kegiatan-kegiatan Lajnah RMT.

Pendataan Mursyid dan lain-lain di-serahkan teknis pelaksanaannya kepada para peserta rapat yang hadir berdasarkan domisili para peserta rapat.

DR. H. Hamdani Muin melaporkan perkembangan MATAN yang terus bergerak tumbuh. Konsolidasi di tingkat pengurus daerah dan cabang serta di berbagai universi-tas dan pesantren-pesantren.

KH. Wahfiudin sebagai koordinator Lajnah RMT melaporkan kegiatan-kegiatan yang selama ini dilakukan ke berbagai daerah melalui program-program pelatihan keta-

SYIAR

JATMAN merupakan singkatan dari Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah atau perkumpulan tarekat yang mu`tabarah di kalangan NU. JATMAN didirikan di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah pada 20 Rajab 1377 / 10 Oktober 1957.

Sebagai ormas, JATMAN mempu-nyai struktur organisasi dari tingkat nasional sampai tingkat desa.

Tujuan didirikannya JATMAN adalah: 1) Mengusahakan berlakunya syari’at

Islam dhohir batin dengan berhalu-an ahlussunah wal-jamaah yang berpegang dari salah satu madzhab empat;

2) Mempergiat dan meningkatkan amal sholeh dhohir dan batin menurut ajaran Ulama’ Sholihin dengan Bai’ah Shohihah;

3) Mengadakan dan menyelenggarkan pengajian khushushi/tawajjuhan (majaalasatudzdzikri) dan nasril ulumunnafi’ah. ***

JATMANJATMAN

Masyayikh Tarekat Berkumpul di Masyayikh Tarekat Berkumpul di Masyayikh Tarekat Berkumpul di Babakan CiwaringinBabakan CiwaringinBabakan Ciwaringin

Page 7: TQN News Bulletin 2014 03 Leadership

T Q N N E W S N O . 3 V O L . 2 E D I S I M A R E T 2 0 1 4 / J U M A D I L A W A L 1 4 3 5

 

Ada seorang lelaki di Gunung Guci, Tegal, Jawa Tengah bernama Dakot. Begitu tersohor namanya, jika kita pergi ke Gunung Guci saat ini, insya Allah semua orang kenal dia. Dakot dulunya telah khatam melakukan molimo (lima dosa).

Ia dulu bekerja di bagian restribusi wisata pemandian air panas Gunung Guci. Uang habis di meja judi, berantem adalah pekerjaannya sehari-hari. Air minumnya adalah minuman keras. Mencicipi wanita yang bagaimana pun dia sudah pernah. Intinya semua kemaksiatan seakan-akan sudah pernah ia lakukan.

Suatu saat ia datang ke Pondok Pe-santren Suryalaya karena diakali temannya, Selamet Anshori yang mengatakan kepadanya bahwa ada seorang dukun sakti di Suryalaya yang dapat memberikan ilmu kanuragan kepada Dakot. Dakot yang gemar dengan ilmu-ilmu seperti itu sangat senang mendengarnya dan bersedia menerima ta-waran Selamet Anshori. Ketika sampai di Pondok Pesantren Suryalaya pun, di mobil Dakot masih membawa satu kerat minuman keras, padahal ia akan bertemu dengan Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin q.s., Pa-ngersa Abah Anom.

Dakot yang masih teler berat sebe-lumnya tidak mau masuk bertemu Abah Anom, namun akhirnya bersama lima orang temannya, ia masuk ke rumah Abah Anom. Di dalam kediamannya, Abah Anom mem-berikan pembelajaran (talqin) dzikir. Awalnya, Dakot menunjukan penolakannya untuk ditalqin. Namun setelah tangan Abah Anom dengan lembut memegang kepala Dakot untuk nunduk, Dakot menurut dan proses talqin dzikir pun terjadi. Proses talqin dzikir menembus kalbu Dakot sehingga terjadilah perubahan yang dahsyat dalam dirinya. Dakot bertobat, ia kemudian dikenal sebagai orang yang tekun beribadah dan membenci mak-siat, bahkan menjadi tokoh yang gemar mengajak masyarakatnya beribadah, berdzikir dan berbuat baik.

Kisah di atas hanya salah satu kisah kepiawaian dakwah transformatif, yang mengubah sifat dan kesadaran seseorang, yang dimiliki oleh Pangersa Abah Anom atas kuasa Allah SWT kepadanya. Beliau tidak menceramahi Dakot yang sedang mabuk, tapi langsung menyapanya dengan usapan lemah lembut dan menghujami kalbu Dakot dengan dzikir.

Kepentingan dakwah transformatif Pangersa Abah Anom bukan hanya untuk individu, tetapi juga untuk kepentingan

bangsa dan negara yang banyak diungkapkan oleh media massa.

Peran aktif Pangersa Abah Anom bersama TNI melawan gangguan keamanan yang diakibatkan oleh gerombolan DI/TII mendapatkan penghargaan jasa di bidang keamanan.

Pangersa Abah Anom juga aktif membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan diberbagai bidang seperti pertanian, pendidikan, lingkungan hidup, sosial, kesehatan, koperasi dan politik sehingga banyak menerima penghargaan dari pemerintah.

Sejak tahun 1980 hingga wafatnya Pangersa Abah Anom telah mendirikan 22 Inabah sebagai panti rehabilitasi remaja korban narkotika dan telah berhasil menyembuhkan banyak para santri binaannya yang tergantung pada narkotika.

Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab anaba-yunibu (mengembalikan) sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam Al-Qur’an, antara lain dalam Luqman ayat ke-15, Surat ke-42 dan Al-Syura ayat ke-10.

Abah Anom menggunakan nama inabah sebagai metode program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah SWT atau maksiat ke perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah SWT atau taat.

Dakwah transformatifnya yang menyen-tuh semua lapisan dan semua kepentingan, membuat banyak kalangan, tokoh-tokoh nasional dan internasional, menaruh simpati kepada beliau bahkan tidak sedikit yang da-tang kepada beliau untuk mendapatkan talqin (pembelajaran) dzikir, seperti Presiden RI ke-4, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kedatangannya ke Pangersa Abah Anom ini jauh sebelum ia menjadi Presiden RI.

Jika Pangersa Abah Anom selaku Wali Mursyid telah melakukan dakwah trans-formatif dengan hasil yang nyata, perta-nyaannya bagaimana dengan murid-murid beliau? Apakah hanya sibuk dengan dzikir harian, khataman, dan manaqiban serta ri-yadhah, sementara umat terpuruk dalam penyakit sosial, kemiskinan dan kebodohan? Tentu sebagai murid yang baik, akan mengi-kuti jalan gurunya. ***

Dakwah Transformatif Sang Wali MursyidDakwah Transformatif Sang Wali Mursyid

Page 8: TQN News Bulletin 2014 03 Leadership

H A L A M A N 8

 

lakukan puluhan tahun, dipandang perlu untuk mengelola Safari Dakwah dengan lebih sistematis. Pada tanggal 29 Rabiul Akhir 1435H atau bertepatan dengan tanggal 1 Maret 2014, dibentuklah unit LESAD di bawah YAS. Pelembagaan ini memiliki arti penting. Safari Dakwah bukan lagi sebuah program yang diurus secara ad hoc tetapi mempunyai organ-isasi serta manajemen yang profesional sehingga pencapaian dari kegiatan dakwah yang transformatif ini bisa lebih maksimal. ***

Lembaga Safari Dakwah yang dising-kat dengan LESAD didirikan sebagai wadah pergerakan bagi para dai dan mu-baligh melakukan dakwah transformatif ke berbagai tempat di dalam dan di luar

negeri. Cikal bakal LESAD berasal dari kegiatan Safari Dakwah yang dilakukan oleh KH. Wah-fiudin Sakam, mubaligh na-sional, sejak tahun 1995 bersama dengan para dai dan m u b a l i g h lainnya yang tergabung da-lam Tarekat Q a d i r i y a h

Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya. Safari Dakwah dilakukan ke berbagai tempat di Indonesia dari ujung barat sampai ujung timur, dari Sabang sampai ke Merauke, dari Karawang sampai Singkawang.

Kegiatan Safari Dakwah yang di-lakukan bukan hanya berupa ceramah dan tabligh akbar, tapi juga pelatihan, pendampingan dan pemberian bantuan; tidak hanya dilakukan kepada masyarakat umum, tetapi juga kepada korban bencana, seperti pada korban Tsunami Aceh dan Gunung Merapi di tanah Jawa.

Berdasarkan evaluasi terhadap kegiatan Safari Dakwah yang telah di-

Dalam Kamus Besar Bahasa Indo-nesia, transformasi memiliki arti peru-bahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb). Sedangkan transformatif merupakan kata sifatnya, sifat berubah-ubah rupa.

Maka, dakwah transformatif ada-lah dakwah yang bersifat mengubah obyek dakwah kebentuk, sifat, fungsi dan lain-lain yang lebih baik.

Dakwah transformatif bukanlah sesuatu yang baru. Istilahnya saja yang baru. Karena dakwah inilah yang telah dilakukan oleh para nabi dan rasul, terutama Rasulullah SAW.

Be l i au mampu mengubah masyarakat di Makkah dan Madinah serta sekitarnya dari masyarakat Jahili-yah menjadi masyarakat yang beradab.

DAKWAH DAKWAH TRANSFORMATIFTRANSFORMATIF

“Melalui dakwah

mewujudkan

masyarakat yang

bertauhid, berdaya

spiritual,

manajerial,

teknologikal dan

kultural.”

PROGRAM & KEGIATAN 

  Ceramah & Tabligh Akbar 

Kursus Tasawuf   

  Pela han‐pela han 

Pemberdayaan   

potensi lokal   

  Konsultasi 

Jl. Balai Pustaka V No. 3 Rawamangun, Jakarta 13220 

Tel: (021) 470‐4704 

Yayasan Aqabah Sejahtera (YAS)

Dakwah adalah jalan hidupnya. Ia telah berdakwah sejak usia muda. Bukan hanya di mimbar, tapi juga menghiasi layar kaca televisi sampai hari ini.

Ia lahir di Jakarta, 19 Oktober 1961. Sejak kecil, ia sering diajak orang tuanya untuk mendengarkan ceramah KH. Abdullah Syafi’i, seorang ulama Betawi terkemuka sekaligus pendiri Perguruan Islam Asy-Syafi’iyah, juga dikenal sebagai singa podium karena kepiawaiannya berceramah. Ceramah-ceramah dan retorika KH. Abdullah Syafi’i membekas dalam dirinya. Kini, ia pun telah menjadi singa podium dan dikenal sebagai pen-ceramah ulung.

Namun, ia memiliki kegelisahan melihat umat tidak beranjak dari keterpurukan di berbagai aspek ke-hidupan, padahal sudah banyak nasihat agama yang mereka dapatkan. Ia melihat, bisa jadi kesalahan bukan di umat, tetapi konsep dan praktik dakwahnya yang tidak transformatif. Maka, bersama para dai dan mubaligh, rekan-rekannya di TQN Suryalaya, ia mengadakan program Safari Dakwah: berkunjung ke berbagai tempat, dari kota sampai ke desa, untuk melakukan transformasi umat agar maju, sehat lahir dan batin. ***

KH. Wahfiudin Sakam

PROFIL

Begitu pula para waliyullah, seperti Pangersa Abah Anom, Wali Mursyid TQN Suryalaya, dengan Inabahnya yang dikenal luas sampai ke manca negara.

Maka, seharusnya seluruh para dai dan mubaligh menggunakan konsep dakwah transformatif ini.

Dalam dakwah transformatif yang diselenggarakan oleh LESAD, yang ditransformasi adalah aspek-aspek spiritual, manajerial, teknologikal, dan kultrual .

Aspek-aspek ini merupakan yang terpenting untuk ditransformasi kare-na , menurut hasil riset yang oleh be-berapa lembaga, merupakan empat hal yang masih lemah di tubuh umat. ***

LESAD mengundang Anda yang berminat 

mengembangkan dakwah untuk 

bergabung dengan  m kami,  

hubungi Agus Syarif Hidayat (Gusrif)  

di nomor HP 0813‐1403‐9017,  

atau berkontribusi melalui donasi ke  

rekening Yayasan Aqabah Sejahtera (YAS) 

BSM Rawamangun No. Rek. 039.0002.552