tiroiditis hashimoto doc
DESCRIPTION
semoga berhasilTRANSCRIPT
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tiroiditis limfositik merupakan penyebab penyakit tiroid pada anak dan remaja yang
paling lazim dan memberikan penjelasan pada banyak pembesaran tiroid yang dahulu disebut
gondok “remaja” atau “sederhana”. Penyakit ini juga merupakan penyebab yang paling sering
dari hipotiroidisme didapat, dengan atau tanpa gondok. Insidennya sekitar 1% pada anak
sekolah.1
Tiroiditis Hashimoto merupakan salah satu penyakit tiroid autoimun yang paling umum dan
bersifat organ-specific. Ditemukan oleh Hakaru Hashimoto pada tahun 1912, dengan istilah lain
struma limfomatosa. Disebut pula sebagai tiroiditis autoimun kronis dan merupakan penyebab utama
hipotiroid di daerahyang iodiumnya cukup.2
1.2. Epidemiologi
Kejadian di Internasional
Di seluruh dunia, penyebab paling umum dari penelitian adalah defisiensi yodium. Namun
tiroiditis hashimoto masih menjadi penyebab yang paling umum dari hipotiroidisme di daerah
asupan yodium yang cukup. Kejadian per tahun tiroiditis hashimoto di seluruh dunia
diperkirakan 0,3-2,5% kasus per 1000 orang.3
Kejadian di Amerika serikat
Tiroiditis Hashimoto adalah penyebab paling umum dari hipotiroidisme di Amerika Serikat
pada usia 6 tahun, dengan insidennya sekitar 1,3% dalam kasus 5000 anak usia 11-18 tahun.
1 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
Pada orang dewasa wanita insidennya sekitar 3,5% dalam kasus1000 per tahun dan dewasa
pria 0,8% dalam kasus 1000 per tahun. Insiden tertinggi di wilayah Appalachian sekitar 6%.
Kejadian berdasarkan jenis kelamin.3
Kejadian tiroiditis hashimoto diperkirakan 10-15 kali lebih tinggi pada wanita. Rentang usia
yang paling sering terkena tiroiditis hashimoto adalah 30-50 tahun dengan insiden pada pria
terjadi 10-15 tahun kemudian.3
2 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tiroiditis Hashimoto adalah penyakit autoimun yang spesifik menyerang kelenjar tiroid
(Autoimmune Thyroid Disease = AITD; Penyakit Tiroid Autoimun = PTAI). Secara histologis
dicirikan dengan adanya infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid. Pada awal perjalanan penyakit mungkin
hanya terjadi hiperplasia kelenjar tiroid, yang kemudian diikuti oleh infiltrasi limfosit dan sel plasma
di antara sel folikel dan selanjutnya atrofi folikel. Pembentukan folikel limfoid dengan sentrum
germinativum hampir selalu ditemukan, derajat atrofi dan fibrosis folikel bervariasi mulai dari ringan
sampai sedang.1,3
2.2. Etiologi
Penyebab pasti thyroiditis Hashimoto tidak diketahui. Tetapi diduga kemungkinan adanya
reaksi autoimun akibat adanya infiltrasi sel-sel limfosit ke dalam kelenjar thyroid dan ditemukannya
antibodi antithyroid peroksidase (anti-TPO) didalam serum darah, yaitu pada sekitar 90 % penderita,
serta ditemukannya serum antibodi thyroglobulin dengan kadar konsentrasi yang tinggi pada sekitar
20-50% penderita. 1,3,5
Penyakit tiroid autoimun (PTAI) adalah penyakit yang kompleks, dengan penyebab
multifaktorial berupa interaksi antara gen yang suseptibel dengan faktor pemicu lingkungan, yang
mengawali respon autoimun terhadap antigen tiroid.2 Berdasarkan data epidemiologik diketahui bahwa
faktor genetik sangat berperan dalam patogenesis PTAI. Selain itu, beberapa faktor lingkungan telah
dapat diidentifikasi berperan sebagai penyebab penyakit tiroid autoimun, diantaranya berat badan lahir
rendah, kelebihan dan kekurangan iodium, defisiensi selenium, paritas, penggunaan obat kontrasepsi
3 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
oral, jarak waktu reproduksi, mikrochimerisme fetal, stres, variasi musim, alergi, rokok, kerusakan
kelenjar tiroid akibat radiasi, serta infeksi virus dan bakteria.4,
2.3. Patogenesis
Pada PTAI respons seluler dan humoral bekerja bersamaan dengan sasaran kelenjar tiroid.
Kerusakan seluler terjadi karena limfosit T tersensitisasi (sensitized Tlymphocyte) dan/atau antibodi
antitiroid berikatan dengan membran sel tiroid, mengakibatkan lisis sel dan reaksi inflamasi.
Sedangkan gangguan fungsi terjadi karena interaksi antara antibodi antitiroid yg bersifat stimulator
atau blocking dengan reseptor di membran sel tiroid yang bertindak sebagai autoantigen. Mekanisme
terjadinya PTAI, diawali paparan faktor pemicu lingkungan pada individu yang memiliki gen
suseptibel. Interaksi antara sel-sel imun dengan autoantigen tiroid menimbulkan penyakit tiroiditis
Hashimoto atau pembentukan antibodi antitiroid tanpa gejala klinik (asymptomatic autoimmune
thyroid disease).1,2
Patogenesis PTAI melibatkan suatu proses autoimun yang dimulai dengan aktivasi limfosit T
CD4 spesifik terhadap antigen tiroid. Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan bagaimana sel ini
teraktivasi. Hipotesis pertama menyatakan bahwa infeksi virus atau bakteri yang mengandung protein
yang sama dengan jaringan tiroid menyebabkan aktivasi sel T spesifik terhadap tiroid. Reaksi tersebut
diharapkan hanya mengaktifkan sel T spesifik sehingga hanya melibatkan sel T dalam jumlah terbatas.
Bukti infeksi virus atau bakteri mempresipitasi timbulnya reaksi autoimun masih belum meyakinkan.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa sel epitel tiroid mempresentasikan protein intraseluler mereka
terhadap sel T helper. Pendapat ini didukung oleh temuan bahwa sel epitel tiroid pada pasien dengan
tiroiditis autoimun mengekspresikan major histocompability complex (MHC) kelas II, suatu molekul
yang diperlukan untuk presentasi antigen ke sel T CD4. Sel T yang teraktivasi akan menghasilkan
interferon gamma yang akan menginduksi ekspresi MHC kelas II sel epitel tiroid sehingga terjadi re-
simulasi sel tiroid dan peningkatan proses autoimun.1,2
4 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
Sekali teraktivasi, sel T CD4 menyebabkan sel B bermigrasi ke tiroid dan mensekresi antibodi
antitiroid. Tiga target utama antibodi antitiroid adalah tiroglobulin, antigen peroksidase tiroid dan
reseptor TSH. Mekanisme utama yang dianggap bertanggungjawab menyebabkan hipotiroid adalah
pengrusakan langsung sel tiroid oleh sel T CD8 dan antibodi antitiroid.1,2
Antibodi terhadap antiperoksidase tiroid (Thyroid antiperoxidase antibodies, TPOAbs) dulu
disebut antibodi antimikrosomal dalam serum ditemukan pada 90% anak yang menderita tiroiditis
hashimoto. Selama bertahun-tahun TPOAb dianggap nonpatogenik, tetapi sekarang terbukti bahwa
TPOAb menghambat aktivitas enzim dan menstimulasi sitotoksisitas sel natural killer. Dengan kloning
molekuler gen TPO dikembangkan generasi baru tes ultrasensitif untuk mengukur antibodi ini.1,2
Antibodi antitiroglobulin ditemukan dalam persentase yang lebih sedikit dan lebih banyak
ditemukan pada orang dewasa. Antibodi yang menghambat reseptor tirotropin (Thyrotropin receptor—
blocking antibodies, TRBAbs) sering ditemukan, khususnya pada pasien dengan hipotiroid dan
dihubungkan dengan atrofi tiroid pada pasien tiroiditis hashimoto.1,2
Gambar 3. A: Patogenesis Hasimoto
5 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
A
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala yang biasanya ditemukan adalah struma difus dan retardasi pertumbuhan. Struma bisa
muncul secara perlahan-lahan, bervariasi dalam ukuran, kecil sampai besar. Kebanyakan kelenjar
tiroid membesar secara difus, kenyal, dan tidak sakit. Kebanyakan pasien tidak mengalami gejala
(eutiroid) dan beberapa kasus mengeluh adanya tekanan di leher. Beberapa anak menunjukkan gejala
klinis hipotiroid, tetapi pada kasus lainnya secara klinis tampak eutiroid ternyata pada pemeriksaan
fungsi tiroid didapatkan hasil sesuai dengan hipotiroid. Sebagian kecil kasus memperlihatkan gejala
hipertiroid seperti gelisah, lekas marah, berkeringat banyak, atau hiperaktivitas pada fase awal akibat
T4 dan T3 yang keluar dari kelenjar yang rusak atau dapat juga karena stimulasi tiroid oleh TSH-
receptor stimulatory antibodies. Peristiwa ini disebut dengan hashitoksikosis.1,2
Gambar 1
Awitan hipotiroid biasanya timbul secara perlahan-lahan. Gejala pertama yang dikenali
biasanya adalah terhambatnya pertumbuhan yang biasanya sudah terjadi bertahun-tahun sebelum
diagnosis. Anak menjadi pendek dan relatif gemuk. Jika hipotiroidnya cukup berat dan berlangsung
lama maka dapat ditemukan proporsi tubuh yang imatur (rasio segmen atas dan bawah tubuh
meningkat), maturasi tulang dan gigi juga dapat terlambat. Pasien juga dapat menunjukkan gejala
klasik hipotiroid seperti letargi, tidak tahan dingin, konstipasi, kulit kering, meskipun tidak jarang juga
6 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
pasien tidak mengalami gejala ini. Prestasi di sekolah biasanya tidak terganggu. Pubertas pada pasien
hipotiroid biasanya terlambat, meskipun dapat ditemukan pubertas prekoks pada pasien dengan
hipotiroid berat dan lama. Terkadang ditemukan galaktorea akibat hiperprolaktinemia.1,2
Gambar 2
2.5. Pendekatan Diagnosis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada keadaan timbulnya gejala-gejala subyektif dan temuan dalam pemeriksaan fisik maka
pemeriksaan serum TSH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan TSH merupakan suatu
tes yang sensitif untuk mengetahui fungsi thyroid. Biasanya ditemukan kadar TSH meningkat,
sedangkan kadar T4 total atau T4 bebas rendah.(6) Sedangkan kadar serum total T3 dan T3 bebas tidak
akan menurun hingga ada kerusakan lebih lanjut, karena terjadinya peningkatan konsentrasi serum
thyrotropin menstimulasi thyroid untuk melepaskan T3.(10) Pada saat total T4 lebih banyak ditemukan
daripada T4 bebas, T3 resin uptake dapat membantu untuk mengkoreksi kadar protein binding antara
T4 total dan T3, terutama bila ada kadar abnormalitas dari TBG. Bila kedua serum TSH dan T4
kadarnya rendah hal ini memperkuat adanya keadaan hipothyroidisme, begitu pula bila kadar T3 lebih
rendah dibawah kadar normal maka gejala-gejala dan tanda-tanda hypothyroidisme akan muncul.
7 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
Ditemukannya autoantibodi thyroid yaitu anti –TPO dan antibodi anti-Tg memperkuat adanya penyakit
thyroiditis Hashimoto. 3
PEMERIKSAAN BIOPSI
Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan pemeriksaan menggunakan biopsi aspirasi jarum.
dilakukan ketika dijumpai adanya nodul-nodul yang berkembang/membesar dengan cepat atau ketika
ukuran dari thyroid meningkat dengan cepat untuk menentukan keganasan atau adanya thyroid
lymphoma. 1,3
Gambar 4. Hasil histologi
Thyroiditis Hashimoto merupakan diagnosa histologi. Biasanya tampak kelenjar thyroid
memperlihatkan adanya infiltrasi limfosit yang difuse dan infiltrasi sel plasma dengan bentuk folikel
limfoid berasal dari hiperplasia folikular dan kerusakan hingga dasar membran dari folikel. Adanya
suatu atrofi dari parenkim merupakan suatu bukti. Hubungan antara adanya autoantibodi thyroid yang
dinamakan anti-TPO dan anti_Tg sangant membantu dalam menentukan diagnosa. 1,3
8 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
PEMERIKSAAN RADIOLOGI DAN USG
Pemeriksaan USG biasanya tidak diperlukan dalam menegakkan diagnosa thyroiditis Hashimoto,
tetapi berguna untuk memperkirakan ukuran thyroid dan ekstensi retrosternal dan untuk mengevaluasi
bentuk dari nodul jika ada. Alat USG digunakan untuk menentukan nodul itu kistik atau solid dan
mungkin bermanfaat untuk pemeriksaan Fine-needle aspiration dari nodul berukuran kecil pada saat
ada indikasi dan penderita dalam keadaan bentuk anatomi leher yang berubah. Diagnosa pasti untuk
menentukan jinak dan ganasnya lesi daripada thyroid hanya dapat dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan sitologi atau histologi dari jaringan thyroid. 3
Iodium uptake dan scan biasanya tidak diindikasikan untuk mengkonfirmasi diagnosa thyroiditis
Hashimoto ( biasanya uptake iodium mungkin meningkat sementara pada pasien thyroiditis Hashimoto
dengan intake iodium dari makanannya rendah karena efek dari peningkatan kadar TSH). Pemeriksaan
T4 dan T3 berguna untuk membedakan antara thyroiditis hashimoto dan penyakit Grave jika ada
hipertiroidisme sekunder. Pada pasien dengan nodul yang jelas uptake iodium dan scan mungkin
berguna untuk mengklasifikasi nodul tersebut nodul panas atau dingin, tetapi kadar TSH biasanya
adekuat untuk mengetahui status fungsional dari thyroid. 3
9 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
2.6. Diagnosis Banding 3
1. Euthyroid sick syndrome
2. Goiter
3. Goiter, Diffuse toxic
4. Goiter, Lithium-induced
5. Goiter, nontoxic
6. Goiter, Toxic nodular
7. Hypopituitarism
8. PGA syndrome I
9. PGA syndrome I
10. Thyroid Lymphoma
2.7. Penatalaksanaan
Pengobatan pilihan untuk thyroiditis Hashimoto adalah dengan penggantian hormon. Drug of
choicenya ialah levothyroxine sodium, yang biasanya diberikan untuk seumur hidup. Jika tidak ada
residual dari fungsi thyroid maka pemberian levothyroxine dosisnya ialah 1,5μg/kg berat
badan(biasanya 50-100 μg). Pada banyak pasien, cukup diberikan dosis kecil hingga jaringan residual
thyroid hancur. Pada usia usia <60 tahun tanpa adanya bukti menderita sakit jantung pemberian
levothyroxine dapat diberikan mulai dari dosis 50-100 μg. Dosis diberikan berdasarkan kadar TSH
dengan tujuan pengobatan agar kadar TSH kembali normal, idealnya lebih rendah setengah dari batas
kadar normal. Respon TSH terhadap pengobatan biasanya bertahap dan harus diberikan selama 2 bulan
setelah pemberian terapi dimulai. Efek klinik dari pemberian levothyroxine biasanya muncul dengan
perlahan. Pasien mungkin tidak mengalami sudah terbebas dari gejala-gejala yang dirasakan
sepenuhnya hingga 3 atau 6 bulan setelah dicapainya kadar TSH yang normal. Perhitungan pemberian
levothyroxine replacement dosisnya dibuat dari 12.5-25 μg dan dapat dinaikkan bila kadar TSH tinggi.
Dan dosis harus diturunkan bila kadar TSH telah dapat diturunkan. 1,3
10 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan levothyroxine dapat dikombinasikan
dengan liothyronine (triiodothyronine/T3), dimana dari hasil penelitian didapatkan bahwa penderita
merasa lebih baik dengan pemberian obat kombinasi (T4/T3) dibandingkan hanya diberikan T4.
bagaimanapun, keuntungan jangka panjang dari pemberian obat kombinasi ini belum jelas. Karena
tidak ada tempat hanya untuk pemberian liothyronine saja dalam jangka panjang, karena waktu
paruhnya yang singkat kebutuhannya hanya 3 sampai 4 dosis perhari dan berhubungan dengan
fluktuasi kadar T3. 1,3
Sekali pemberian replacement sudah terpenuhi dan kadar TSH sudah stabil maka disarankan
untuk mengukur pemberian obat selanjutnya sebagai follow up lanjutan dan diberikan secara berkala
dan mungkin harus dipertahankan selama 2 atau 3 tahun, jika kadar TSH tetap bertahan selama
beberapa tahun.1,3
2.8. Prognosis
Struma yang disertai dengan hipotiroid dapat mengganggu tumbuh kembang anak baik secara
fisik maupun mental. Pada hasitoksikosis dapat terjadi krisis tiroid yang dapat berlanjut menjadi
delirium, koma, dan berakhir dengan kematian. Dengan terapi yang adekuat maka prognosis pasien
tiroiditis hasimoto cukup baik. Pada anak konsekuensi yang paling berat adalah letardasi pertumbuhan,
berbeda dengan hipotiroid congenital yang menyebabkan retardasi mental. Konsekuensi ini dapat
diatasi dengan pemberian hormon tiroid.1
11 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
BAB III
PENUTUP
Tiroiditis Hashimoto (Tiroiditis autoimun) adalah peradangan kelenjar tiroid yang sering
menyebabkan hipotiroidisme. Tiroiditis Hashimoto merupakan jenis tiroiditis yang paling sering
ditemukan. Dalam penyakit Hashimoto, juga dikenal sebagai tiroiditis limfositik kronis, sistem
kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid. Peradangan yang dihasilkan sering menyebabkan kelenjar
tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme).Untuk alasan yang tidak diketahui, tubuh melawan dirinya
sendiri dalam suatu reaksi autoimun.
Penyakit Hashimoto tidak memiliki tanda-tanda dan gejala yang unik dan beragam. Penyakit
biasanya berkembang perlahan-lahan selama beberapa tahun dan menyebabkan kerusakan tiroid kronis
yang mengakibatkan penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Tanda-tanda dan gejala terutama
orang-orang dari kelenjar tiroid kurang aktif (hipotiroidisme).Tanda-tanda dan gejala hipotiroidisme
sangat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan kekurangan hormon. Pada awalnya, mungkin
gejala jarang terlihat, seperti kelelahan dan kelesuan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan adanya antibodi yang
menyerang kelenjar (antibodi antitiroid) di dalam darah, namun untuk diagnosis pasti penyakit ini
adalah hasil biopsi tiroid.
Pengobatan untuk penyakit Hashimoto dapat mencakup pengamatan dan penggunaan obat-obatan. Jika
penyakit Hashimoto menyebabkan kekurangan hormon tiroid, penderita mungkin memerlukan terapi
penggantian hormon tiroid. Hal ini biasanya melibatkan penggunaan sehari-hari dari hormon tiroid
sintetis levothyroxine (levothroid, Levoxyl, Synthroid). Levothyroxine sintetis identik dengan tiroksin,
versi alami hormon ini dibuat oleh kelenjar tiroid. Obat telan mengembalikan kadar hormon yang
memadai dan membalikkan semua gejala hipotiroidisme.
12 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai
Yoke R, Titin M, Zista P - HASHIMOTO TIROIDITIS. 2012 2012
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman. R.E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jems Nelson Esensi Pediatri. EGC, Jakarta. 2010
2. Batubara, dkk. 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
3. Stephanie L Lee. Hashimoto Thyroiditis. Medscape(article on the internet) 2012. (cited on ).
Available
from : http://emedicine.medscape.com/article/120937-overview
4. Prummel MF, Strieder T, Wiersinga WM. The environment and autoimmune thyroid diseases. Eur
J Endocrinol 2004;150:605-618.
5. Tomer Y, Davies TF. Searching for the autoimmune disease susceptibility genes: from gene
mapping to gene function. Endocrine Rev. 2003; 24(5): 694-717
13 Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan AnakRSUD Dr. RM Djoelham Binjai