skripsi stres bab ii

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.Stres a. Defenisi stres Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresorpsi-kososial (tekanan mental atau beban kehidupan) (Hawari, 2001). Menurut Suliswati, et.al (2005) mendefinisikan stres sebagai gangguan pada tubuh dan fikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, sedangkan stres adalah suatu keadaan dimana terlalu sedikit tuntutan yang merangsang individu yang menyebabkan kebosanan atau frustasi. Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu venomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spritual, stres dapat 7

Upload: ari-sandi-jime-owam

Post on 02-Aug-2015

785 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI STRES BAB II

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Stres

a. Defenisi stres

Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresorpsi-kososial

(tekanan mental atau beban kehidupan) (Hawari, 2001). Menurut Suliswati,

et.al (2005) mendefinisikan stres sebagai gangguan pada tubuh dan fikiran

yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, sedangkan stres

adalah suatu keadaan dimana terlalu sedikit tuntutan yang merangsang individu

yang menyebabkan kebosanan atau frustasi.

Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan

tubuh yang terganggu, suatu venomena universal yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres

memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis,

intelektual, sosial, dan spritual, stres dapat mengancam keseimbangan

fisiologis (Rasmun, 2004). Menurut Selye (1976, dalam Potter dan Perry,

2005) stres segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang

individu untuk berespon atau melakukan tindakan.

b. Sumber stres

Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan diluar tubuh, sumber

stres dapat berupa biologik/fisiologik, kimia, psikologik, sosial dan spritual,

terjadinya stres karena stressor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh

individu sebagai ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan

7

Page 2: SKRIPSI STRES BAB II

8

tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologik contohnya

(Rasmun,2004) :

1) Stressor biologik, dapat merupakan mikroba, bakteri, virus, dan jasat renik

lainnya, hewan, tumbuhan, dan bermacam mahluk hidup lainnya yang dapat

mempengaruhi kesehatan.

2) Stressor fisik, dapat berupa perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi,

demografi, nutrisi, kebisingan dll.

3) Stressor kimia, dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa,

sedangkan dari luar tubuh dapat berupa komsumsi obat, alkohol, nikotin,

kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan,

bahan kosmetik, pengawet, pewarna, dll.

4) Stressor psikososial, dapat berupa prasangka, ketidak puasan terhadap diri

sendiri, kekejaman (penganiayaan, pemerkosaan), konflik peran, percaya

diri rendah, perubahan status ekonomi dan kehamilan.

5) Stressor spiritual, yaitu adanya presepsi negatif terhadap nilai-nilai

Ketuhanan.

Dibawah ini contoh stressor seperti yang diuraikan oleh Esperanza

(1997, dalam Rasmun, 2004): Perubahan patotogi dari penyebab penyakit atau

suatu injuri, trauma (injuri, luka bakar, serangan, elektrik, schok), tidak

adekuatnya, makanan, kehangatan, dan pencegahan, tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar (kelaparan, gangguan seksual), program terapi (diet, terapi

fisik, psikoterapi), kekacauan hubungan sosial dan keluarga, konflik sosial dan

budaya, perubahan fisiologis yang normal (pubertas, menstruasi, kehamilan

dan monepouse), peristiwa yang menyebabkan stres full (peristiwa penting

dalam kegiatan sosial, ujian, wawancara, diagnostik test), membayangkan

Page 3: SKRIPSI STRES BAB II

9

ancaman dari injuri (sumber dari stres yang tidak dapat dipastikan), bencana

alam (gempa bumi dan banjir), serangan wabah, bakteri, virus atau parasit,

isolasi sosial, kompetisi dalam olahraga, perpindahan tempat tinggal,

peperangan, kegiatan sehari-hari dari kehidupan (entertaining, pengemudi),

situasi positif dari peristiwa kehidupan (menikah, mempunyai bayi, lulus dari

kuliah).

Faktor yang mempengaruhi efek stressor bagi individu dapat berbeda-

beda antara individu satu dengan yang lain dalam merespon stressor, hal ini

tergantung dari beberapa faktor yang memungkinkannya yaitu (Rasmun,

2004):

1) Bagaimana individu mempersiapkan stressor, jika stressor dipersiapkan

akan berakibat buruk bagi dirinya maka tingkat stres yang dirasakan akan

berat, namun jika stressor dipersiapkan tidak mengancam dan individu

merasa mampu mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan maka lebih

ringan.

2) Intensitas serangan stressor terhadap individu, jika intensitas stres tinggi,

maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental tidak mampu

mengadaptasinya, begitu pula sebaliknya.

3) Jika stressor yang harus dihadapi pada waktu yang sama. Artinya, pada

waktu yang bersaman bertumpuk sejumlah stressor yang harus dihadapi

sehingga stressor kecil dapat menjadi pemicu/pencetus yang mengakibatkan

reaksi yang berlebihan. Seiring ditemukan seseorang yang biasanya dapat

menyelesaikan pekerjaan yang sangat sederhana dengan baik, namun tiba-

tiba ia tidak dapat mengerjakannya. Hal ini disebabkan pada saat yang sama

ia sedang menghadapi banyak stressor.

Page 4: SKRIPSI STRES BAB II

10

4) Lamanya pemaparan stressor: memanjangnya stressor dapat menyebabkan

menurunnya kemampuan individu mengatasi stres, karna individu telah

berada pada fase kelelahan dan kehabisan tenaga untuk mengatasi stres

tersebut.

5) Pengalaman masa lalu, dapat mempengarui kemampuan individu dalam

menghadapi stressor yang sama misalnya, individu yang satu tahun lalu

dirawat karna sakit, dengan pengalaman yang negatif, maka saat dirawat

kembali individu tersebut akan sangat cemas, demikian pula sebaliknya.

6) Tingkat perkembangan, pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah

dan intensitas stressor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stres pada

setiap tingkat perkembangan akan berbeda.

c. Tahapan stres

Menurut Dadang Ambert (1979, dalam Sunaryo, 2004) bahwa tahap

stres sebagai berikut:

1) Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasan nafsu

bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa

memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

2) Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi

tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah

sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel

discomfort), jatung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal

tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.

3) Sters tahap ketiga, yaitu dengan tahap stres dengan keluhan, seperti defekasi

tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional,

insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun

Page 5: SKRIPSI STRES BAB II

11

terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh

terganggu, dan mau jatuh pingsan.

4) Stres tahap keempat, yaitu tahap stres dengan keluhan, seperti tidak mampu

berkeja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan teras sulit dan

menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan

pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta

timbul ketakutan dan kecemasan.

5) Stres tahap kelima, yaitu tahap stres yang ditandai dengan kelelahan fisik

dan mental (physical and psychological exhaustion), ketidak mampuan

menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan

yang berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.

6) Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahap stres dengan tanda-tanda,

seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin, dan

banyak mengeluarkan keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

Menurut Potter dan Perry (2005), tingkatan stres terdiri dari 3 tingkat,

yaitu: Stres ringan adalah stres yang dihadapi setiap orang secara teratur,

seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi

seperti ini biyasanya berlangsung beberapa menit atau jam, stres sedang

berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya,

perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit atau

ketidak hadiran yang lama dari anggota keluarga, stres berat adalah situasi

kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun,

seperti perselisihan pekawinan terus-menerus, kesulitan pinansial yang

berkepanjangan dan penyakit fisik jangka panjang.

Page 6: SKRIPSI STRES BAB II

12

Sedangkan tingkatan stres menurut Rasmun (2004) dibagi menjadi 3

tingkatan yaitu: stres ringan, umumnya dirasakan oleh semua orang,

contohnya: kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam

beberapa menit atau beberapa jam. Stres ringan tidak akan menimbulkan

penyakit atau gangguan fisiologis kecuali jika dihadapi terus menerus, stres

sedang, terjadi lebih lama beberapa hari contohnya: pekerjaan atau tugas yang

belum selesai, beban kerja yang berlebih. Stres berat adalah stres kronis yang

terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya, hubungan

pernikahan yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit yang lama.

d. Tanda dan gejala

Menurut Rasmun (2004), manifestasi psikologis individu terhadap stres

dari segi kognitif, vebal dan psikomotor antara lain, kecemasan, marah,

menangis, tertawa, teriak, memukul, mengumpat dan berdoa.

Tanda dan gejala yang menjadi indikator fisiologis stres menurut Potter

dan Porry (2005), adalah kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan otot

dileher, bahu dan punggung, peningkatan denyut nadi dan frekuensi

pernafasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin, postur tubuh

yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, suara yang

bernada tinggi, mual, muntah dan diare, perubahan nafsu makan, perubahan

berat badan, perubahan frekuensi berkemih, gelisa, kesulitan untuk tertidur atau

sering terbangun saat tidur, dan dilatasi pupil. Sedangkan indikator emosional

dan prilaku stres yaitu ansietas, depresi, perubahan dalam kebiyasan makan,

tidur, dan pola aktifitas, kehilangan harga diri, kehilangan motivasi, penurunan

produktifitas, kecendrungan untuk membuat kesalahan, mudah lupa, ketidak

mampuan berkonsentrasi.

Page 7: SKRIPSI STRES BAB II

13

e. Faktor predisposisi

Menurut Cahyani (2010), beberapa faktor penyebab yang

mempengaruhi kejadian stres antara lain:

1) Kondisi psikologis

Faktor non fisik seorang individu, misalnya sifat, kepribadian, cara

pandangan, tingkat pendidikan dapat berpengaruh dalam menghadapi stres.

Individu yang memiliki pikiran positif, biasanya dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapinya dengan positif pula.

2) Keluarga

Keluarga berperan besar dalam kejadian stres. Jika terdapat masalah

dalam keluarga dapat menjadi pemicu stres, misalnya adanya konflik dalam

keluarga, hubungan yang tidak harmonis, merasa jadi beban keluarga.

Sebaliknya, peran keluarga juga sangat besar dalam menjauhkan stres.

Dukungan, penghargaan, rasa hormat dan rasa peduli sangat besar

pengaruhnya untuk menjauhkan meredakan stres.

3) Lingkungan

Stres juga dapat dipicu oleh hubungan sosial dengan orang lain

disekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Selain itu, seorang individu

juga bisa terkena stres karena lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan

yang padat, macet, bising, kotor dan tercemar bisa menjadi sumber stres.

4) Pekerjaan

Pekerjaan dapat menjadi pemicu stres bagi seorang individu.

Penurunan kondisi fisik dan psikis berpengaruh pada turunnya produktifitas.

Jika pada waktu mudanya ia telah mempersiapkan cukup bekal untuk masa

tua, maka ia bisa menikmati masa pensiunnya. Tetapi jika seseorang merasa

Page 8: SKRIPSI STRES BAB II

14

belum cukup mempersiapkan bekalnya untuk masa pensiun, maka ia

dituntut untuk terus bekerja.

Menurut Indriani (2009) bahwa penyebab stres dibedakan menjadi

penyebab makro dan penyebab mikro. Penyebab makro adalah hal-hal yang

menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian

dan pensiun. Sedangkan penyabab mikro yaitu peristiwa kecil sehari-hari,

seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, antri, dan lain-lain.

Menurut Smet (1994, h. 130-131), faktor yang mempengaruhi stres

antara lain:

1) Variabel dalam diri individu

Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis

kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku,

kebudayaan, status ekonomi.

2) Karakteristik kepribadian

Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi

secara umum, kepribadian ketabahan, locus of control, kekebalan,

ketahanan.

3) Variabel sosial-kognitif

Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan,

jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.

4) Hubungan dengan lingkungan sosial

Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang

diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal.

Page 9: SKRIPSI STRES BAB II

15

Menurut Suliswati (2005), faktor-faktor yang melatar belakangi stres

adalah:

1) Pengaruh genetik, yaitu keadaan kehidupan seseorang yang diperoleh dari

keturunan yang meliputi riwayat kondisi psikologis dan fisik keluarga serta

temperamen.

2) Pengalaman masa lalu adalah kejadian-kejadian yang menghasilkan suatu

pola pembelajaran yang dapat mempengaruhi respon penyesuaian individu,

termasuk pengalaman sebelumnya terhadap tekanan stres dan tingkat

penyesuaian pada tekanan stres sebelumnya.

3) Kondisi saat ini meliputi faktor kerentanan yang mempengaruhi kesiapan

fisik, psikologis, dan sumber-sumber sosial individu untuk menghadapi

tuntutan untuk menyesuikan diri, contoh status kondisi kesehatan saat ini,

motivasi, berat dan lamanya stres, pendidikan, umur.

Stres belajar merupakan salah satu jenis stres yang banyak dialami oleh

mahasiswa (Kustyarini, 2008). Stres sering kali timbul sehingga menyebabkan

mahasiswa tidak dapat mengikuti perkuliahan secara efektif. Stres dan

identifikasi stres yang potensial diantara mahasiswa keperawatan telah

mendapat perhatian dalam literatur (Nicholl & Timmins, 2005). Mahasiswa

keperawatan memiliki kesamaan stres akademik seperti mahasiswa jurusan

lainnya, seperti ujian tengah semester dan ujian akhir semester, skripsi dan

tugas-tugas lainnya ( Evan & Kelly, 2004 dalam Seyedfatemi, 2007). Akan

tetapi, mahasiswa keperawatan memiliki stres yang lebih tinggi dibandingkan

dengan mahasiswa dari jurusan yang lainnya. Dari beberapa penelitian telah

menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan akan lebih cenderung mengalami

stres dari mahasiswa lainnya.

Page 10: SKRIPSI STRES BAB II

16

Stres siswa menurut Kompas (2004, dalam farida, 2008) siswa rela

mengakhiri hidupnya dengan tragis, hal ini disebabkan oleh persoalan-

persoalan yang terjadi dalam lingkungan sekolah baik yang bersumber dari

guru, pelajaran maupun lingkungan sosial. Penelitian dari Virginia (1999,

dalam farida, 2008) mengungkapkan faktor-faktor penyebab stres mahasiswa

dipersentasekan sebagai berikut: stres akademik 26%, konflik dengan orang tua

17%, masalah finansial 10%, pindah rumah dan sekolah 5%.

f. Akibat lanjut dari stres

Akibat lanjut dari stres menurut Potter dan Perry (2005), stres yang

berkepanjangan telah menunjukkan hubungan dengan penyakit kardiovaskuler

dan gastrointestinal. Beberapa kanker, gangguan imunologik, sakit kepala

migren, kelelahan dan mudah tersinggung berkaitan dengan stressor

berkepanjangan dan tidak terselesaikan.

Hasil penelitian Sheu dkk (2001), menjelaskan bahwa tingkat stres yang

dialami oleh mahasiswa pada tahun ketiga adalah sebesar 44%. Tingkat stres

yang tinggi dapat berpengaruh terhadap kesehatan mahasiswa keperawatan.

Efek stres yang paling banyak dilaporkan adalah perubahan prilaku dan status

fisio-psikologi mahasiswa. Mungkin respon psikologis yang negatif yang

terjadi seperti tertekan, putus asa, gugup, marah, tidak senang, kehilangan rasa

percaya diri, tidak ceria. Sedangkan pada respon fisik yang negatif akan terjadi

seperti lemah, diare atau gangguan gastrointestinal, insomnia, anemia,

anoreksia.

Menurut Farida (2008) pada siswa SMU 3 di kota Makasar mengalami

gejala stres belajar yang sebagai berikut: Bersifat fisiologis, berupa sering

beringat, sakit kepala, sakit perut ketika menghadapi situasi tertentu, gejala

Page 11: SKRIPSI STRES BAB II

17

intelektual, berupa mudah lupa dan tidak dapat konsentrasi dalam mengikuti

pelajaran, gejala psikologis, berupa ketidak stabilan emosi yang mengakibatkan

mudah marah, pendendam, pasif, dan tertutup menghadapi realita. Dan Farida

mengatakan siswa mengalami stres akibat tekanan yang dialaminya disekolah.

Tekanan tekanan tersebuat antara lain, tekanan akademik dari banyak beban

pelajaran, cemas menghadapi ujian/ulangan, dan tidak dapat mengelola waktu

belajar.

g. Penanganan stres

Penanganan stres menurut Indriyani (2009), strategi menangani stres

dibagi menjadi 3 kategori, sebagai berikut:

1) Rimary prevention, yaitu dengan mengubah cara individu dalam melakukan

sesuatu, misalnya cara mengatur waktu, cara mengorganisasikan dan cara

menata sesuatu

2) Secondary prevention, merupakan strategi individu menghadapi suatu

stressor, misalnya dengan cara latihan, diet, relaksasi dan mediasi.

3) Tertiary prevention, merupakan strategi individu dalam menangani dampak

stres yang sudah ada biasanya memerlukan bantuan dari orang lain.

Menurut Potter dan Perry (2005), menyatakan dengan cara terapi humor

dapat melepaskan endorfin dan menghilangkan perasaan stres serta dengan

teknik relaksasi dan spiritualitas.

2. Mekanisme koping

a. Pengertian

Koping merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam

dirinya baik fisik maupun psikologik (Rasmun, 2004). Mekanisme koping

merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan

Page 12: SKRIPSI STRES BAB II

18

mengatasi situasi stres yang menekan akibat masalah yang sedang dihadapinya

dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun prilaku guna memperoleh

rasa aman dalam dirinya (Carpenito, 2001).

b. Jenis koping

Mekanisme koping individu menurut Carpenito (2001), sebagai berikut:

1) Mekanisme koping destruktif (maladaptif) adalah suatu keadaan dimana

individu mempunyai pengalaman atau mengalami keadaan yang beresiko

tinggi dan ketidak mampuan untuk mengatasi stressor. Koping maladaptif

menggambarkan individu yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi

terhadap kejadian-kejadian yang sangat menekan. Misalnya menggunakan

alkohol atau obat-obatan (obat penenang), melamun atau menyendiri,

merokok, sering menangis dan sering tidur.

2) Mekanisme koping yang konstruktif (adaptif) merupakan suatu kejadian

dimana individu dapat mengatur berbagai tugas mempertahankan konsep

diri, mempertahankan hubungan dengan orang lain, mempertahankan emosi

dan pengaturan stres. Misalnya, mencari dukungan spiritual (berdoa),

berbicara dengan orang lain, teman, dan keluarga tentang masalah yang

dihadapi, melakukan latihan fisik (misalnya olahraga) untuk mengurangi

ketegangan/masalah, membuat bebagai alternatif kegiatan dan tindakan

untuk mengurangi situasi (melakukkan hobi, dan lain-lain serta mengambil

pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu).

Menurut Folkman dan Lazarrus (1984, dalam Nursasi & Fitriyani,

2002), menyebutkan dua jenis strategi koping yang digunakan oleh individu:

1) Koping yang berorientasi pada upaya-upaya penyelesaian masalah

(problem-focused coping)

Page 13: SKRIPSI STRES BAB II

19

a) Konfrontasi, yang merupakan upaya-upaya agresif untuk mengubah

keadaan diri.

b) Dukungan sosial adalah upaya-upaya memperoleh kenyamanan

emosional dan informasi dari orang lain.

c) Penyelesaian masalah merupakan koping yang secara nyata berfokus

pada upaya penyelesaian masalah untuk mengatasi keadaan yang

dihadapi.

2) Koping yang berfokus pada aspek emosional (emotional- focused coping):

a) Kontrol diri merupakan upaya pengaturan perasaan seseorang. Koping

ini dapat bersifat adaptif dan maladaptif.

b) Penanggulangan peristiwa adalah upaya-upaya seseorang untuk

melepaskan diri dari situasi yang mengakibatkan stres.

c) Penilaian positif merupakan upaya-upaya untuk menemukan arti positif

dalam pengalaman hidup dalam dengan berfokus pada pertumbuhan

dan perkembangan emosional.

d) Menerima tanggung jawab adalah penerimaan orang lain dalam

penyelesaian masalah.

e) Pengingkaran merupakan koping yang menjelaskan tentang harapan

hidup dan upaya untuk menghindari atau melarikan diri dari situasi

tertentu dengan makan, merokok, minum, dan menggunakan obat-

obatan dengan atau tanpa resep dokter. Pengingkran, walaupun

berkonotasi negatif juga memiliki nilai positif atau adaptif.

c. Macam-macam koping

Menurut Rasmun (2004), menyatakan macam-macam koping sebagai

berikut:

Page 14: SKRIPSI STRES BAB II

20

1) Koping psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis

tergantung pada dua faktor yaitu:

a) Bagaimana presepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya

seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap

stressor yang diterimanya.

b) Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu, artinya

dalam menghadapi stressor jika strategi yang digunakan efektif maka

menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam

kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan fisik maupun psikologis.

2) Koping psiko-sosial

Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus yang diterima

atau dihadapi oleh klien.

a) Reaksi yang berorientasi terhadap tugas cara ini digunakan untuk

menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi

kebutuhan dasar. Terdapat tiga macam reaksi yang berorientasi pada

tugas yaitu: perilaku menyerangan yaitu individu menggunakan

energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan

integritas pribadinya, prilaku menarik diri yaitu prilaku yang

menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain,

kompromi yaitu merupakan tindakan konstrutif yang dilakukan oleh

individu untuk menyelesaikan masalah.

b) Reaksi yang beorientasi pada ego, reaksi ini sering digunakan oleh

individu dalam menghadapi stres, atau kecemasan.

Page 15: SKRIPSI STRES BAB II

21

Macam-macam mekanisme pertahanan ego menurut (Connely, 2009)

sebagai berikut:

1) Proyeksi adalah perbuatan untuk melindungi diri dengan cara menyalahkan

objek lain untuk menutupi kekurangan, kegagalan atau keinginan tidak baik

dari individu.

2) Kompensasi adalah upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan

sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain.

3) Represi adalah perbuatan untuk mengurangi stres dengan cara menekan

kembali keinginan-keinginan.

4) Reaksi formasi adalah perbuatan untuk mengurangi stres atau cemas dengan

cara melakukan perbuatan sebaliknya atau berlawanan dengan kondisi saat

sedang mengalami stres.

5) Regresi adalah pertahanan dengan cara mundur ketahap perkembangan

sebelumnya.

6) Transkulfasi adalah pertahanan dengan cara mengkambinghitamkan orang

lain atau orang lain dijadikan sebagai sumber permasalahannya.

7) Fiksasi adalah perbuatan untuk mengurangi cemas dengan cara

mengacuhkan permasalahan dan tidak mau mencari jalan keluar

permasalahan.

8) Rasionalisasi adalah perbuatan untuk mengurangi stres dengan cara

memberikan alasan-alasan yang rasional yang bisa diterima oleh dirinya

atau orang lain.

9) Denail (mengingkari) adalah perbuatan pertahanan dengan cara menyangkal

semua perbuatan yang tidak menyenangkan, dan biasanya individu

Page 16: SKRIPSI STRES BAB II

22

melarikan diri dari kenyatan yang dialaminya dengan cara melakukan

berbagai kegiatan untuk menyibukkan diri.

10) Displacement adalah mengurangi rasa cemas dengan cara mengalihkannya

kepada prilaku-prilaku yang negatif.

11) Sublimasi adalah perbuatan untuk mengurangi stres dengan cara melakukan

kegiatan yang bersifat positif atau kegiatan sosial.

12) Identifikasi adalah upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan

menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama.

13) Simbolisasi adalah suatu mekanisme yang dilakukan apabila suatu ide atau

objek digunakan untuk mewakili ide atau objek lain, sehingga sering

dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tidak sadar.

14) Compensation adalah perbuatan untuk menghilangi kecemasan dengan cara

menyibukkan diri atau melakukan suatu perbuatan/kegiatan.

15) Over cmpensation adalah perbutan untuk mempertahankan diri dengan cara

melakukan banyak kegiatan secara berlebihan.

16) Procrastination adalah perbuatan untuk mengurangi kecemasan dengan cara

menunda-menunda pekerjaan.

17) Acting-out adalah perbuatan untuk mengurangi kecemasan dengan cara

berprilaku berlebihan.

d. Metode koping

Menurut Bell (1977, dalam Rasmus, 2004) menyatakan ada dua metode

koping yang digunakan oleh individu yaitu:

1) Metode koping masa panjanng

Merupakan konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis

dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama.

Page 17: SKRIPSI STRES BAB II

23

Contohnya adalah: berbicara dengan orang lain, mencoba mencari informasi

yang banyak tentang masalah yang sedang dihadapi, menghubungkan situasi

dengan kekuatan supra natural, melakukan latihan fisik, membuat alternatif,

dan mengambil pelajaran dr masalah.

2) Metode koping jangka pendek

Merupakan untuk mengurangi stres/ketegangan psikologi dan cukup

efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam

jangka panjang contohnya: menggunakan alkohol, melamun, melihat aspek

humor dasi situasi yang tidak menyenangkan, banyak tidur, merokok, dan

menangis.

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi

maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar di

perguruan tinggi (Mendiknas No. 232/U/2000 Ps. 1 butir 6). Kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang menitikberatkan pada pencapaian

kompetensi lulusan. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang di

disain dengan didasarkan pada pengertian, struktur, dan pelaksanaan kurikulum

(Suhono, 2006). Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang

seperti namanya didasari oleh kompetensi. Kompetensi sendiri adalah pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak secara terus-menerus dan konsisten Nurhadi (2004, dalam Sulistyawati,

2006).

Ciri –ciri kurikulum berbasis kompetensi (Sailah, 2008):

Page 18: SKRIPSI STRES BAB II

24

a. Menyatakan secara jelas rincian kompetensi peserta didik sebagai luaran proses

pembelajaran

b. Materi ajar dan proses pembelajaran dirancang dengan orientasi pada

pencapaian kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik (student

Centered Learning).

c. Lebih mensinergikan dan mengitegrasikan penguasaan ranah kognitif,

psikomotor, dan efektif

d. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk

berkreasi secara prosedural atas dasar pemahaman penerapan, analisa, dan

evaluasi yang benar pula.

e. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pihak-pihak berkepentingan

terhadap lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan pengguna lulusan).

Menurut Elgisha (2010) pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berorientasi pada pencapaian hasil dan dampaknya (outcome oriented).

b. Berbasis pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

c. Bertolak dari Kompetensi Tamatan/ Lulusan.

d. Memperhatikan prinsip pengembangan kurikulum yang berdfferensiasi.

e. Mengembangkan aspek belajar secara utuh dan menyeluruh (holistik).

f. Menerapkan prinsip ketuntasan belajar (mastery learning).

Kompetensi merupakan sebuah konsep yang masih sering diperdebatkan.

KBK bersifat individualis, lebih menekankan outcomes (apa yang diketahui dan

dapat dilakukan oleh seorang individu). KBK sangat simplistis, berpendekatan

kompetensi tunggal, terlalu mahal, birokratis, sarat beban, dan memerlukan banyak

waktu.

Page 19: SKRIPSI STRES BAB II

25

Beberapa kalangan ahli pendidikan berpandangan, bahwa pendidikan

berbasis kompetensi (selanjutnya: PBK) merupakan jawaban jitu terhadap

permasalahan mutu pendidikan. Sedangkan kalangan ahli lainnya berpandangan

bahwa PBK merupakan jawaban yang keliru Harris dkk (1995, dalam Tantra,

2009).

Collins (1993, dalam Tantra, 2009) menyebutkan bahwa KBK mengingkari

hasil penelitian yang pernah dilakukan selama 100 tahun di bidang psikologi,

pendidikan, organisasi, maupun dalam bidang kebudayaan. KBK tidak cocok

diterapkan pada lembaga pendidikan tinggi (Hayland, 1994 dalam Dewa, 2009),

karena kompetensi meniadakan keberadaan sebuah kurikulum serta mempersempit

materi (Jackson dkk,1994 dalam Tantra, 2009).

Kurikulum berbasis kompetensi memberikan beban perkuliahan bagi

mahasiswa, sehingga dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang tepat waktu

maka mahasiswa dituntut untuk dapat membagi waktu serta melaksanakan strategi

pembelajaran yang efektif bagi dirinya sendiri. Beban tersebut menimbulkan

kecemasan yang tinggi pada mahasiswa, bahkan tidak jarang pada sebagian

mahasiswa menjadi stres. Dampak dari KBK bagi mahasiswa adalah keadaan yang

melelahkan atau keadaan keletihan fisik, sehingga mahasiswa tidak dapat

berkonsentrasi dan fokus.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep diartikan sebagai model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Sekaran ,2006 dalam Hidayat,

2007). Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, maka kerangka konsep pada

penelitian ini adalah:

Page 20: SKRIPSI STRES BAB II

26

Skema 1Kerangka konsep penelitian

Variabel independen Variabel Dependen

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan

antara dua Variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoadmodjo, 2005).

Berdasarkan teoritis tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping

mahasiswa angkatan pertama (A 2008) Program Studi Ilmu Keperawatan yang

menjalani kurikulum berbasis kompetensi.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping mahasiswa

angkatan pertama (A 2008) Program Studi Ilmu Keperawatan yang menjalani

kurikulum berbasis kompetensi.

Tingkat stres Mahasiswa A 2008 Keperawatan Universitas Riau dalam menjalankan kurikulum berbasis kompetensi:

1. Rendah

2. Sedang

3. tinggi

Mekanisme koping Mahasiswa A 2008 Keperawatan Universitas Riau dalam menjalankan kurikulum berbasis kompetensi:

1. positif

2. negatif