chapter ii skripsi

Upload: hasmaomo

Post on 14-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BAB II SKRIPSI

TRANSCRIPT

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    1/12

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. PENDAHULUAN

    Perancangan stabilitas struktur baja adalah kombinasi analisis untuk

    menentukan kuat perlu penampang struktur dan mendesainnya agar mempunyai

    kekuatan yang memadai. Menurut AISC, ada tiga aspek penting yang memperngaruhi

    perilaku stabilitas elemen, yaitu :

    1. Non-linieritas geometri

    Pada Struktur yang langsing, deformasi akibat pembebanan tidak dapat diabaikan.

    Hal tersebut biasanya diatasi dengan analisis orde-2. Faktor yang dievaluasi

    adalah pengaruh second-order-effect yaitu P- dan P-, dimana secara

    penyelesaian tradisional diatasi dengan faktor pembesaran momen B1 dan B2.

    Bila pengaruh non-linier geometri signifikan, maka kondisi cacat atau

    ketidaksempurnaan geometri (initial geometric imperfection), yang berupa

    ketidak-lurusan batang (member out-of-straightness), ketidak-tepatan rangka

    (frame out-of-plumbness), akibat fabrikasi/toleransi pelaksanaan, menjadi

    berpengaruh.

    2. Sebaran Plastis

    Elemen struktur baja umumnya berbentuk profil yang dihasilkan dari proses hot-

    rolled maupun pengelasan. Keduanya meninggalkan tegangan sisa (residual stress)

    pada penampang yang diakibatkan oleh proses pendinginan dan adanya restrain.

    Kondisi ini mengurangi kekuatan elemen.

    3.

    Kondisi batas elemen

    Kekuatan batas elemen struktur ditentukan oleh satu atau lebih kondisi batasnya,seperti kelelehan material, tekuk lokal, tekul global berupa tekuk lentur, tekuk

    torsi maupun tekuk torsi-lentur yang tergantung pada kondisi penampang.

    Berbagai metode disediakan untuk mendapatkan stabilitas suatu struktur (Ziemian,

    AISC 2010)

    Untuk tugas akhir ini, akan diperbandingkan antara Effective Length Method (ELM)

    yang sudah dipindahkan ke bab Appendix pada AISC 2010 dengan Direct Analysis

    Method(DAM) yang direkomendasikan oleh AISC 2010.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    2/12

    8

    2.2. DIRECT ANALYSIS METHOD

    Direct Analysis Method (DAM) merupakan suatu metode untuk mengatasi

    keterbatasan analisa struktur elastik yang tidak dapat mengakses stabilitas. Analisa

    struktur elastik adalah analisa struktur yang selama ini diajarkan pada tingkat S1 di

    jurusan teknik sipil yang dipakai pada perancangan struktur pada umumnya di mana

    pada analisa struktur elastik, tidak memperhitungkan pengaruh geometry imperfection

    dan reduksi kekakuan. Sedangkan pada Direct Analysis Method (DAM), pembebanan

    pada struktur dapat ditentukan lebih akurat karena telah memperhitungkan pengaruh

    geometry imperfectiondan reduksi kekakuan selama proses analisa struktur. (Wiryanto

    Dewobroto, 2011)

    2.2.1. Persyaratan Analisis StrukturDirect Analysis Method (DAM)

    Persyaratan analisa struktur dengan Direct Analysis Method (DAM) yang dikeluarkan

    oleh AISC 2010, yakni:

    1. Memperhitungkan deformasi-deformasi lentur, geser dan aksial dalam semua

    komponen struktur maupun sambungannya.

    2.

    Memperhitungkan pengaruh Orde ke-2 (P- dan P-).

    Adapun yang dimaksud P- adalah pengaruh pembebanan akibat deformasielemen (diantara dua nodal) dan P- adalah pengaruh pembebanan akibat

    terjadinya perpindahan titik nodal elemen. (Lihat Gambar II.1)

    Gambar 2.1. Pengaruh Orde ke-2 (AISC 2010)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    3/12

    9

    Umumnya progam komputer sudah dapat memperhitungkan pengaruh orde ke-2,

    meskipun kadang-kadang hasilnya bisa berbeda antara program yang satu dengan

    program lainnya. Oleh karena itu AISC 2010 mengeluarkan suatu benchmark

    supaya para pengguna program dapat memverifikasi program yang akan

    dipakainya apakah sudah dapat memperhitungkan pengaruh P- dan P-.

    Berikut benchmark yang dikeluarkan oleh AISC 2010.

    Gambar 2.2. Benchmark uji program analisa struktur orde-2 (AISC 2010)

    3. Memperhitungkan semua beban-beban arah gravitasi dan beban-beban lainnya

    yang mempengaruhi stabilitas suatu struktur.

    4. Untuk design menggunakan LRFD, analisa orde ke-2 harus mengacu kepada

    kombinasi beban untuk metode LRFD.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    4/12

    10

    2.2.2. Pengaruh cacat bawaan (initial imperfection)

    Cacat atau ketidak-sempurnaan struktur, seperti ketidaklurusan batang akibat

    adanya cacat bawaan dari pabrik maupun akibat dari konsekuensi adanya toleransi

    pelaksanaan lapangan, akan menghasilkan dengan apa yang disebut efek destabilizing.

    Maka untuk memperhitungkan efek destabilizing tersebut, dalam Direct Analysis

    Method (DAM) sesuai dengan AISC 2010, ada 2 cara untuk memperhitungkan cacat

    bawaan tersebut, yakni:

    1. Permodelan Langsung Cacat Bawaan (Initial Imperfection)

    Dalam semua kasus, cara permodelan langsung dapat diberikan pada titik nodal

    batang yang digeser sebesar nilai tertentu dimana besarnya diambil dari toleransi

    maksimum yang diperbolehkan dalam perencanaan maupun pelaksanaan. Pola

    pergeseran harus memberikan efek destabilizing terbesar dimana pola yang dipilih

    dapat mengikuti pola lendutan dari pembebanan atau pola tekuk yang mungkin

    terjadi. Dalam analisa struktur yang menerima beban gravitasi pada kolom, dinding

    maupun portal dimana rasio maksimum dari second-order drift per first-order drift

    untuk semua tingkat lebih kecil atau sama dengan 1,7 , maka permodelan langsung

    cacat bawaan hanya diperbolehkan pada analisa untuk kombinasi beban gravitasi

    saja dan tidak diperbolehkan pada beban kombinasi arah lateral.

    2. PemakaianNotional Load untuk mewakiliInitial Imperfection

    Beban notional (notional load)merupakan beban lateral yang diberikan pada titik

    nodal di semua tingkat berdasarkan beban vertikal yang bekerja pada tingkat

    tersebut yang diberikan pada sistem struktur penahan beban gravitasi melalui

    rangka atau kolom vertikal untuk mensimulasi pengaruh adanya cacat bawaan

    (initial imperfection). Persyaratan pemakaian notional load dalam AISC 2010

    adalah sebagai berikut:1. Notional Load diaplikasikan sebagai beban lateral yang diberikan pada titik

    nodal di semua tingkat.Notional Loadharus ditambahkan bersama-sama beban

    lateral lainnya dan juga pada semua beban kombinasi, kecuali untuk kasus pada

    AISC 2010 Section 2.2b (4) yang akan dipaparkan pada poin 4 di bawah.

    Besarnya beban notional (AISC 2010) adalah :

    Ni = 0.002Yi...........................................(Eq 2.1.)

    Dimana : = 1.0 (LRFD) ; = 1.6 (ASD)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    5/12

    11

    Ni= beban notional di level i

    Yi =beban gravitasi di level i dari hasil kombinasi cara LRFD

    maupun ASD

    2.

    Notional Load pada setiap tingkat harus didistribusikan pada tingkatan tersebut

    sesuai dengan beban gravitasi pada tingkat tersebut. Pemberian notional load

    harus diberikan pada arah lateral yang memberikan efek destabilizing terbesar.

    Pada bangunan gedung, jika kombinasi bebannya belum menyertakan beban

    lateral, maka notional load diberkan dalam dua arah alternatif ortogonal,

    masing-masing dalam arah positif dan negatif. Jika kombinasi bebannya sudah

    menyertakan beban lateral, maka notional load diberikan pada arah yang sama

    dengan resultan kombinasi beban lateral pada tingkat tersebut.

    3. Nilai 0.002 pada rumus diatas merepresentasikan nilai nominal rasio kemiringan

    tingkat (story out of plumbness) sebesar 1/500, yang mengacu pada AISC Code

    of Standard Practice. Jika struktur yang direncanakan mempunyai nilai yang

    berbeda, tentunya yang mempunyai kemiringan tingkat lebih besar, maka nilai

    tersebut perlu diatur ulang.

    4. Struktur dengan rasio maksimum second-order drift dengan maksimum first-

    order driftpada semua tingkat lebih kecil sama dengan 1.7, notional loadhanyadiberikan pada kombinasi beban gravitasi saja dan tidak dicantumkan pada

    kombinasi beban lateral lainnya.

    2.2.3. Penyesuaian Kekakuan

    Terjadinya leleh setempat (partial yielding) akibat adanya tegangan sisa pada

    profil baja (hot rolled atau welded) dapat menghasilkan perlemahan ketika mendekati

    batas kekuatan. Pada akhirnya akan terjadi efek destabilizingseperti yang terjadi akibat

    adanyageometry imperfection. Oleh karena itu, dalamDirect Analysis Method(DAM),

    permasalahan tersebut diatasi dengan cara penyesuaian kekakuan struktur, yaitu

    memberi suatu faktor reduksi kekakuan yaitu :

    EI*=0.8bEI dan EA*=0.8EA..................................(Eq 2.2.)

    Persyaratan-persyaratan untuk penyesuaian kekakuan dalam AISC 2010, yakni:

    1. Faktor 0.8 diperbolehkan untuk diperhitungkan pada semua kekakuan struktur

    yang diperkirakan akan mempengaruhi satbilitas struktur secara keseluruhan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    6/12

    12

    2. Penambahan nilai dari faktor b harus diikutsertakan dalam semua kekakuan

    lentur yang berpengaruh terhadap stabilitas struktur. Nilai b diambil berdasarkan

    ketentuan berikut:

    a) Jika Pr/Py 0.5 ; maka b = 1.0

    b)

    Jika Pr/Py 0.5 ; maka b= 4(Pr/Py)[1 (Pr/Py)]..........................(Eq 2.3.)

    Dimana : = 1.0 (LRFD) ; = 1.6 (ASD)

    Pr = Gaya aksial tekan yang terjadi (LRDF / ASD load

    combination)

    Py = Kekuatan Aksial Leleh (=Fy*Ag)

    3.

    Untuk struktur yang dianalisa dengan notional load, sebagai pengganti dalam

    menggunakan nilai b < 1.0 dimana Pr/Py 0.5, diperbolehkan untuk

    menggunakan nilai b = 1.0 pada semua elemen batang dengan persyaratan harus

    ditambahkan notional load sebesar 0.001Yi pada semua tingkat dan pada semua

    beban kombinasi kecuali untuk poin bagian 4 pada peraturan notional load,

    sehingga notional load menjadi:

    Ni = 0.003Yi...........................................(Eq 2.4.)

    4. Untuk struktur yang terdiri atas material lain daripada material baja yang dapat

    mempengaruhi stabilitas suatu struktur, maka reduksi kekakuan harus sesuai dengan

    spesifikasi dari material tersebut dan reduksi kekakuan juga harus diperhitungkan

    untuk komponen tersebut.

    Pada AISC 2010 bagian Commentary untuk Chapter C, dijelaskan alasan pemakaian

    faktor reduksi kekakuan tersebut, yakni:

    1.

    Portal dengan elemen batang langsing, yang kondisi batasnya ditentukan oleh

    stabilitas elastis, maka faktor 0.8 pada kekakuan dapat menghasilkan kuat batas

    sistem sebesar 0.8 batas stabilitas elastis. Hal ini sama dengan batas aman yang

    ditetapkan pada perencanaan kolom langsing caraEffective Length Method(ELM)

    yaitu Pn = 0.9 (0.887Pe) = 0.79Pe

    2.

    Portal dengan elemen batang tidak langsing (stocky column atau sedang) maka

    faktor 0.8b mengurangi kekakuan lentur untuk memperhitungkan perlemahan

    inelastis yang mendahului saat batang mendekati kuat batas rencananya. Faktor b

    mirip dengan faktor reduksi kekakuan inelastis kolom untuk memperhitungkan

    hilangnya kekakuan batang dengan gaya tekan sebesar Pr > 0.5Py, adapun

    faktor 0.8 memperhitungkan penambahan perlemahan (Softening) akibat

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    7/12

    13

    kombinasi aksial tekan dan lentur. Adalah kebetulan jika ternyata faktor reduksi

    kolom langsing dan kolom kaku mempunyai nilai yang saling mendekati atau

    sama, sehingga satu faktor reduksi bernilai 0.8b, dapat dipakai bersama untuk

    semua nilai kelangsingan batang.

    Pemakaian reduksi kekakuan di atas hanya berlaku untuk memperhitungkan

    kondisi batas kekakuan dan stabilitas struktur baja, dan tidak dapat digunakan pada

    perhitungan pergeseran (drift), lendutan, vibrasi dan penentuan periode getar. Untuk

    kemudahan praktis, dimana b= 1, reduksi EI* dan EA* dapat diberikan dengan cara

    memodifikasi niali E dalam analisis. Tetapi pada program komputer yang bekerja semi

    otomatis, perlu dipastikan bahwa reduksi E hanya diterapkan pada analisa orde-2.

    Sedangkan nilai modulus elastis untuk perhitungan kuat nominal penampang tidakboleh dikurangi, seperti saat menghitung tekuk torsi lateral pada balok tanpa tumpuan

    lateral.

    2.2.4. Perhitungan Kuat Nominal Penampang

    Perhitungan untuk kuat struktur nominal maupun kekuatan sambungan, baik

    digunakan analisis struktur dengan cara Direct Analysis Method (DAM) maupun

    Effective Length Method (ELM), tetap memakai prosedur seperti biasa yang tertera

    pada Chapter E sampai I (untuk penampang nominal), maupun Chapter J sampai K

    (untuk sambungan) pada AISC 2010, kecuali nilai faktor K pada kelangsingan batang

    (KL/r) untukDirect Analysis Method diambil konstan sebesar K=1.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    8/12

    14

    2.3. EFFECTIVE LENGTH METHOD (ELM)

    Effective Length Method (ELM) memperhitungkan pengaruh portal

    keseluruhan melalui perilaku kolom secara individu. Untuk melakukan hal tersebut,

    nomogram braced frame dan unbraced frame diperlukan untuk memperoleh nilai faktor

    panjang efektif dari kolom secara individu. Namun, penggunaan nomogram ini harus

    didasarkan atas asumsi-asumsi yang dinyatakan oleh spesifikasi AISC. Asumsi-asumsi

    tersebut, yakni :

    1. Perilakunya murni elastis

    2. Semua batang memiliki penampang yang konstan

    3. Semua sambungan diasumsikan sebagai sambungan kaku

    4.

    Untuk portal tidak bergoyang, rotasi di kedua ujung nilainya sama besar dan

    berlawanan arah sehingga menghasilkan single curvature

    5. Untuk portal bergoyang, rotasi di kedua ujung nilainya sama besar dan searah

    sehingga menghasilkan double curvature

    6. Parameter kekakuanLuntuk semua kolom adalah sama7. Pertemuan sendi didistribusikan melalui kolom diatas dan dibawah dengan

    proporsi I/L dari kedua kolom

    8.

    Semua kolom tertekuk bersamaan

    9.

    Tidak ada gaya aksial tekan yang signifikan pada balok utama

    Gambar 2.3. Tabel Pendekatan Nilai Faktor Panjang Efektif

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    9/12

    15

    Gambar 2.4. Nomogram untuk portal braced frame

    Gambar 2.5. Nomogram untuk portal unbraced frame

    Cara mencari nilai G adalah dengan persamaan :

    G =

    .................................(Eq 2.5.)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    10/12

    16

    Dimana : Ic= Inersia kolom ; Ib= Inersia balok

    Lc= Tinggi kolom ; Lb= Panjang balok

    Tidak seperti yang diharapkan bahwa masih banyak kasus dimana portal yang

    akan dianalisa tidak memenuhi kriteria asumsi-asumsi yang ditetapkan oleh AISC,

    namun para insinyur masih saja tetap menggunakan metode ini untuk merancang

    struktur portal. Perlu diketahui bahwa metode ini tidak dapat secara jelas

    memperhitungkan efek dari ketidaksempurnaan batang.

    Penggunaan notional load pada Effective Length Method (ELM)

    diperbolehkan tetapi hanya boleh dicantumkan pada kombinasi beban yang hanya

    merupakan beban gravitasi saja dan tidak untuk kombinasi beban yang mempunyai

    beban lateral.

    Untuk memperhitungkan efek orde dua, pada metode ini menggunakan cara

    pendekatan saja yaitu dengan menggunakan faktor pembesaran momenB1danB2.B1

    adalah faktor pembesaran momen beam-column dengan tidak ada perpindahan pada

    titik nodal atau struktur tidak bergoyang. B2 adalah faktor pembesaran momen beam-

    column dengan adanya perpindahan pada titik nodal atau struktur bergoyang.

    PersamaanB1danB2diberikan sebagai berikut :

    B1=

    .................................................(Eq 2.6.)

    Cm = 0,6 0,4

    .................................(Eq 2.7.)

    A

    B

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    11/12

    Dimana : Pe = Euler Cri

    = ( - ) f

    ( + )

    2.4. EFEK P-DELTA

    Pengaruh P-D

    berpengaruh terhadap h

    beban bergerak pada j

    sebagai berikut.

    Gambar 2.6.A dan B.

    Suatu kolom di

    aksial kolom tersebut

    dipelajari pada tingkat

    H dikalikan dengan tin

    kolom mengalami de

    eksentrisitas akibat defo

    linear sepanjang balok,

    2= .................................

    tical Load ; Pe = 2 EI /L2

    r single curvature bending

    or double curvature bending

    elta secara nyata mengubah karateristik

    sil analisa termasuk analisa statik/dinamik,

    embatan. Konsep dasar dari pengaruh P-

    A B

    olom Dibebani Gaya Aksial dan Transver

    beri beban aksial P dan gaya transversal H

    ama dengan P. Jika dilakukan analisa str

    1 pada gambar A, maka nilai momen tump

    ggi kolom. Namun jika ditinjau pada gam

    ormasi, maka ada tambahan momen ak

    masi transversal () dari beban H. Momen t

    etapi bergantung pada bentuk lendutan yan

    17

    ................(Eq 2.8.)

    struktur sehingga

    garis pengaruh dan

    elta digambarkan

    al Sekaligu

    di ujungnya. Gaya

    uktur elastik yang

    annya adalah gaya

    ar B yaitu setelah

    ibat gaya P dan

    dak lagi bervariasi

    dihasilkan gaya F

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/18/2019 Chapter II SKRIPSI

    12/12

    18

    tadi. Pada perhitungan P-Delta yang menyebabkan momen tambahan, hanya

    eksentrisitas akibat deformasi transversal saja yang dihitung agar tidak perlu iterasi

    berlebihan. Teknik ini biasa disebut sebagaisecond order analysis.

    2.5. PERBEDAANDirect Analysis Method - Effective Length Method

    Sejauh yang telah penulis pelajari, penulis mendapatkan beberapa perbedaan dalam

    kedua metode tersebut, yakni:

    Direct Analysis Method Effective Length Method

    Analisa Struktur Analisa struktur orde kedua

    yang dilakukan dengan

    menggunakan perangkat lunak.

    Analisa struktur elastik yang

    tidak memperhitungkan efek

    P-Delta seperti Metode SlopeDeflection, Cross, Clayperon.

    Efek orde kedua dapat

    dilakukan dengan

    menggunakan pendekatan

    faktorB1danB2.

    Dilakukan 2 tahapan analisa

    struktur untuk medapatkan

    nilai Mnt (Moment No

    Translation) dan Mlt (Moment

    Lateral Translation)

    Pengaruhketidaksempurnaan

    batang

    Dilakukan dengan permodelanlangsung atau dengan diberi

    notional load sewaktu analisa

    struktur

    Tidak dilakukan

    Reduksi Kekakuan

    untuk

    memperhitungkan leleh

    setempat

    Dilakukan sewaktu analisa

    struktur, tetapi tidak dilakukan

    pada perhitungan simpangan

    untuk gempa, penentuan

    periode getar, dan perhitungan

    kuat penampang nominal

    Tidak dilakukan

    Perhitungan nilai faktor

    panjang efektif, K

    Tidak dilakukan.

    Nilai K diambil konstan 1

    Dilakukan dengan mencari

    nilai GAdan GBkemudian

    dipakai nomogram untuk

    mendapatkan nilai K ataupun

    dengan menggunakan rumus

    Geschwinder.

    Tabel 2.1. Perbedaan Direct Analysis Method dengan Effective Length Method

    Universitas Sumatera Utara