skripsi proposal fix

Upload: tokosatu-limadelapan

Post on 01-Mar-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

minyak goreng dari cpo

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang dan Tujuan Perancangan

    Pada era yang penuh dengan globalisasi sekarang ini, sektor industri dipilih sebagai

    jalur alternatif yang turut serta berperan terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah

    satunya adalah industri kimia, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

    besar bagi pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Karena pada umumnya industri

    kimia akan mengalami pertumbuhan yang pesat seiring dengan kebutuhan manusia

    yang semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Jadi sangat

    pantas apabila sektor industri mendapat perhatian yang serius, karena sektor industri

    ini merupakan sektor pendukung bagi berkembangnya sektor-sektor perekonomian

    yang lain.

    Industri kelapa sawit dalam satu dasawarsa ini sangat berkembang cukup pesat

    dengan banyak tumbuh dan berkembangnya perusahaan kelapa sawit di tanah air.

    Sistem agroindustri kelapa sawit di Indonesia semakin lama semakin berkembang

    karena dipengaruhi oleh kondisi industri yang mempengaruhinya yang saling

    kompetitif. Dalam perkembangannya sistem agroindustri kelapa sawit mengalami

    berbagai macam perubahan strategi yang menuntut untuk menjaga kelangsungan

    efisiensi dan efektivitas operasional sistem agroindustri kelapa sawit.

  • 2

    Tabel 1.1 Kondisi Pasar dunia dan pasar dalam ngeri terhadap Minyak Goreng

    Tahun Pasar Internasional Pasar dalam Negeri

    Konsumsi Produksi Konsumsi Produksi

    1999 19.837 20.625 2.494,1 2.598,4

    2000 21.771 21.867 2.606,1 2.923,2

    2001 23.869 23.984 3.137,9 3.303,2

    2002 25.595 25.392 3.508,1 3.732,7

    2003 28.201 28.111 3.964,9 4.217,9

    2004 30.050 30.909 4.527,7 4.766,2

    2005 33.156 33.326 5.062,8 5.385,8

    Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di

    wilayah Indonesia bagian timur. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan

    hasil pertambangan ini mempunyai ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua

    kabupaten/kota dan merupakan sarana angkutan utama di samping angkutan darat,

    dengan sungai yang terpanjang Sungai Mahakam. Provinsi ini memiliki beberapa

    komoditi unggulan, di sektor perkebunan dengan komoditi yang diunggulkan berupa

    kakao, karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, aren dan lada.

    Perkebunan kelapa sawit jadi primadona seiring manfaat positif pertumbuhan

    ekonomi yang dirasakan masyarakat. Sampai saat ini (tahun 2013) luas areal kelapa

    sawit baru mencapai 1.115.415 Ha yang terdiri dari 230.266 Ha sebagai tanaman

    plasma / rakyat, 22.367 Ha milik BUMN sebagai inti dan 862.782 Ha milik

    Perkebunan Besar Swasta.

  • 3

    Tabel 1.2 Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Kelapa Sawit

    Tahun Luas TM (Ha) Luasan Total (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas

    (Kg/Ha) TKP (Orang)

    2013 456.145,00 1.115.415,00 7.600.298,00 16.662,00 354.605

    2012 374.482,00 961.802,00 5.734.464,00 15.313,00 333.216

    2011 312.440,00 827.347,00 4.471.546,00 14.312,00 317.647

    2010 219.377,00 663.533,00 3.054.707,00 13.924,46 294.297

    2009 188.044,00 530.554,00 2.298.185,50 12.221,53 174.525

    2008 156.104,50 409.564,00 1.664.311,00 10.661,52 148.029

    2007 132.867,00 339.292,50 2.041.163,00 15.362,45 126.570

    2006 113.437,00 225.337,00 1.268.600,00 11.215,83 88.014

    2005 108.567,00 201.087,00 1.012.788,50 9.328,70 77.757

    2004 99.142,00 171.580,50 957.058,00 9.653,41 72.250

    2003 95.130,50 159.079,00 791.064,00 8.315,57 64.339

    2002 68.994,00 132.173,50 760.292,50 11.019,69 51.737

    2001 51.001,50 117.055,00 446.729,00 8.759,13 12.568

    2000 49.085,00 116.887,50 433.645,00 8.834,57 12.567

  • 4

    Tabel 2. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Menurut

    Kabupaten/Kota 2013

    Kabupaten/Kota Luasan Total

    (Ha)

    Produksi

    (Ton)

    Produktivitas

    (Kg/Ha)

    TKP

    (Orang)

    1.Kutai Kartanegara 178.864 1.112.442 15.137 85.803

    2. Kutai Timur 359.519 3.402.408 20.986 67.463

    3. Kutai Barat 82.670 203.705 17.009 40.577

    4. Mahakam Hulu - - - -

    5. Penajam P. U. 48.699 367.266 10.697 11.585

    6. P a s e r 181.946 1.043.318 14.827 74.598

    7. B e r a u 91.591 766.487 17.196 28.566

    8. Samarinda 1.489 5.911 7.819 758

    9. Balikpapan 10 65 8.125 4

    10. Bontang 38 - - 16

    11. Bulungan 59.823 178.957 10.703 4.104

    12. Nunukan 95.791 519.726 12.439 39.499

    13. Malinau 1.050 - - 976

    14. Tana Tidung 13.925 13 1.857 656

    15. Tarakan - - - -

    Tahun 2013 1.115.415 7.600.298 16.662 354.605

    Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2014)

    Areal pertanaman kelapa sawit yang cukup luas saat ini terpusat di Kabupaten Kutai

    Timur, Kutai Kartanegara dan Paser. Sedangkan beberapa Kabupaten dan Kota

    lainnya masih dalam luasan terbatas. Namun sayangnya hal ini tidak didukung

    dengan adanya unit pengolahan turunan minyak kelapa sawit yang dapat

    meningkatkan nilai suatu daerah khususnya Kalimantan Timur. Oleh karena itu

    pendirian pabrik pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) menjadi minyak goreng

  • 5

    penting adanya di wilayah kalimantan timur untuk meningkatkan kapasitas ekspor

    minyak goreng di dunia internasional.

    Industri Minyak goreng dapat dan mampu dibangun di wilayah kalimantan timur,

    karena memenuhi berbagai aspek teknis dan non-teknis. Ketersedian bahan baku

    utama (CPO) yang ada di kalimantan timur merupakan yang terbesar di indonesia.

    Dengan potensi perkebunan yang ada di Kalimantan Timur, maka Pemerintah RI

    telah menetapkan Kalimantan Timur sebagai zona claster industry berbasis oleo

    chemical, yang berlokasi di Maloy Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

    dengan nama Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy. Hal ini

    juga sejalan dengan potensi pasar minyak goreng yang cukup pesat berkembang di

    berbagai negara-negara tujuan ekspor minyak goreng seperti china dan india.

    Pendirian pabrik pengolahan minyak goreng di wilayah kalimantan timur juga akan

    mendorong kemajuan penduduk lokal, dengan semakin banyak terserap tenaga kerja

    ke wilayah industri.

    Tabel 2 Distribusi Pangsa Pasar dalam Industri Minyak Goreng di Indonesia

    No Pelaku Usaha Kapasitas

    Produksi

    Market Share

    1 Wilmar group (5 perusahaan) 2.819.400 18.27%

    2 Musim Mas (6 perusahaan) 2.109.000 13.67%

    3 Permata hijau group (3 perusahaan) 932.000 6.04%

    4 PT smart 713.027 4.62%

    5 Salim Group 654.900 4.24%

    6 PT Bina Karya Prima 370.000 2.40%

    7 PT Tunas Baru Lampung 355.940 2.31%

    8 BEST Group 341.500 2.04%

    9 PT Pacific Palmindo Industri 310.800 2.01%

    10 PT Asian Agro Agung Jaya 307.396 1.99%

    11 Lainnya 6.542.637 42.40%

  • 6

    Dengan pertimbangan peningkatan jumlah area kelapa sawit yang ada di Kalimantan

    timur maka dapat menjadi potensi jika didirikan pabrik pengolahan CPO menjadi

    minyak goreng. Kapasitas yang diambil adalah 250.000 Ton/tahun berdasarkan

    jumlah produksi CPO dengan pertimbangan kapasitas produksi yang ada di pabrik-

    pabrik pengolahan minyak goreng yang telah dibangun sebelumnya.

    1.2 Lokasi Pabrik

    Penetapan lokasi pendirian pabrik pengolahan minyak goreng akan menentukan

    kedudukan pabrik dalam persaingan maupun penentuan kelangsungan produksinya.

    Beberapa lokasi potensial yang dapat dipertimbangkan sebagai lokasi pabrik minyak

    goreng bila menggunakan efisiensi transportasi bahan baku ke lokasi pabrik

    disamping pertimbangan kesediaan tenaga kerja dan infrastruktur adalah Balikpapan,

    Kabupaten Pasir, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, atau

    Nunukan. Dari 5 lokasi potensial tersebut bila dilakukan pertimbangan tata ruang

    wilayah di masing-masing wilayah maka Kabupaten Kutai Timur adalah lokasi

    paling tepat. Alasan untuk hal ini karena Kabupaten Kutai Timur telah mempunyai

    tata ruang Kawasan Industri Maloy (KIM) di Kecamatan Maloy. KIM ini akan

    dilengkapi dengan kawasanpendukung seperti pelabuhan Maloy yang direncanakan

    mempunyai terminal cargo dan CPO. Pemilihan lokasi pabrik minyak goreng di

    KIM ini akan memberikan beberapa kemudahan seperti meminimalisasi kesulitan

    pembebasan lahan, tersedianya infrastruktur yang diperlukan oleh suatu industri

    pengolahan, dan dapat mengakses pelabuhan laut secara langsung yang sangat

    penting untuk transpor bahan baku dan produk dari produsen ke konsumen atau

    sebaliknya. Selain daripada itu pemilihan lokasi pendirian pabrik juga didasarkan

    pada:

    a. Letak Sumber bahan Baku

    Wilayah kutai timur merupakan wilayah penghasil CPO terbesar kedua di

    Kalimantan timur yakni dengan luas perkebunan kelapa sawit sebesar 283.377 Ha

    dan mampu menghasilkan CPO sebanyak 2.767.525 ton, sehingga memiliki

  • 7

    produktivitas 2.550 Ton/Ha. Letak bahan baku yang cukup dekat dengan penetapan

    lokasi pendirian pabrik pengolahan minyak goreng karena masih dalam satu

    kabupaten sehingga memudahkan dalam hal transportasi dan masalah perijinan.

    b. Pasar

    Kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sejalan dengan

    pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk di daerah asia dan timur jauh telah

    mencapai 3,2 milyar atau meliputi 50% penduduk dunia). Dari sisi konsumsi

    minyak goreng, kawasan asia masih memiliki tingkat konsumsi di bawah rata-rata

    konsumsi dunia, dan sejalan dengan tingkat kemakmuran yang akan terus meningkat

    di wilayah ini, maka konsumsi minyak goreng juga akan terus tumbuh. Hal ini

    menunjukkan potensi pasar yang besar untuk minyak goreng sawit. Walaupun

    demikian, indonesia dikatakan tidak memerlukan lagi minyak goreng karena telah

    memenuhi kebutuhan dalam negri. Pada saat ini pabrik minyak goreng terbesar ada

    di pulau jawa, padahal di pulau jawa hanya memiliki daerah perkebunan kelapa

    sawit sebanyak 0.45 %, berbanding terbalik dengan yang ada di kalimantan timur.

    Kalimantan timur dapat memotong ongkos transportasi jikalau mampu membuat

    pabrik pengolahan minyak goreng sendiri di wilayahnya. Hal ini akan mampu

    meningkatkan APBD dan menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal. Sehingga pasar

    yang lebih potensial sebenarnya ada di daerah lokal sendiri (kalimantan Timur)

    sehingga bisa menekan harga pasaran minyak goreng yang telah ada.

    c. Tenaga Kerja

    Melihat keberadaan dan kemampuan tenaga ahli di bidang kimia di Indonesia

    khususnya kalimantan timur yang begitu banyak, maka akan menjamin

    terlaksananya pendirian pabrik pengolahan minyak goreng di Indonesia. Ketersedian

    tenaga kerja yang melimpah di Indonesia khususnya kalimantan timur membuat

    pengolahan minyak goreng akan berjalan lancar, serta perekrutan tenaga kerja

    menurut kualifikasi tertentu merupakan pertimbangan yang penting demi kemajuan

    suatu pabrik.

  • 8

    d. Legalitas

    Dalam rangka pengembangan industri minyak goreng, pemerintah telah melakukan

    berbagai kebijakan di tingkat nasional hingga daerah. Secara nasional, pemerintah

    Indonesia telah memberikan pembebasan bea masuk atas impor mesin yang terkait

    langsung dengan kegiatan industri/jasa, kemudahan dalam perijinan dan sejumlah

    insentif lainnya. Adapun prosedur penanaman modal asing maupun dalam negeri

    diatur sesuai dengan keputusan Kepala Badan Koordinasi Penawaran Modal

    (BKPM) No.57/SK/2004, dengan tahapan sebagai berikut :

    - Mengajukan permohonan kepala BKPM untuk PMA dan PMDN.

    - Kepala BKPM mengeluarkan dan menandatangani Surat Persetujuan (SP)

    penanaman modal dalam rangka PMDA dan PMA.

    - Surat persetujuan tersebut diterbitkan selambat-lambatnya 10 hari pada hari

    kerja..

    1.3 Kapasitas Pabrik

    Pra-rancangan pabrik minyak goreng (olein) dari minyak kelapa sawit (CPO) dengan

    proses Refined Bleached and Deodorized Palm Oil kapasitas 300.000 Ton/thn

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Salah satu dari beberapa tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan

    minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). kelapa sawit (Elaeis

    Guinensis JACQ), merupakan komoditas non migas yang telah ditetapkan sebagai

    salah satu komoditas yang dikembangkan menjadi produk lain untuk ekspor. Buah

    kelapa sawit terdiri dari kulit (Evocarp), serabut (Mesocarp), cangkang

    (Endocarp), dan inti (Kernel).

    Kalimantan Timur merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia.

    Perkebunan di Kalimantan Timur telah dibuka sejak penjajahan Belanda.

    Komoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Kalimantan Timur saat ini

    antara lain adalah kelapa sawit dan terdapat tiga Perkebunan Besar BUMN dan

    ratusan Perkebunan Besar Swasta.

    Pada tahun 2005, hampir semua komoditi perkebunan rakyat di Kalimantan Timur

    mengalami peningkatan. Produksi kelapa sawit terus meningkat dari 2,2 juta ton

    pada tahun 2001 menjadi sekitar 3,6 juta ton pada tahun 2005 (BPS, 2005).

    2.1 Minyak Sawit

    Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari kulit kelapa sawit dinamakan minyak

    sawit mentah (Crude Palm Oil). CPO ini mengandung sekitar 500 700 ppm

    karotin, dan merupakan bahan pangan terbesar. Minyak yang terdapat di alam

    dibagi menjadi tiga golongan yaitu minyak mineral (Natural Oil), minyak

    nabati

  • 10

    (Edible Oil), dan minyak atsiri (Volatil Oil atau Esential Oil). Minyak yang terdapat

    pada hewani disebut sterol (Kolesterol) sedangkan pada tumbuhan (Fitosterol) yang

    mengandung asam lemak tak jenuh, sehingga umumnya berbentuk cair. Dimana

    minyak dari nabati ini dapat di golongkan menjadi tiga golongan yaitu:

    1. Drying oil, yang akan membentuk lapisan keras bila mengering di udara

    misalnya minyak yang dapat digunakan untuk cat dan pernik, contoh minyak

    kemiri, jarak, kedelai dan lain lain

    2. Semi drying oil seperti minyak jagung, biji kapas dan minyak bunga

    matahari

    3. Non drying oil seperti minyak kelapa.

    Sifat sifat minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh ikatan kimia unsur C, dan jumlah

    atom C yang membangun asam lemak tersebut, seadangkan sifat sifat fisik

    dipengaruhi oleh sifat sifat kimianya. Minyak sawit merupakan gliserida yang

    terdiri dari berbagai asam lemak, sedangkan titik cair gliserida tersebut tergantung

    pada kejenuhan asam. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titk cair dari

    minyak sawit tersebut. Minyak sawit murni mempunyai titik cair 24,4C - 40C dan

    komposisi CPO dan PKO dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

    Tabel 2.1 komposisi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit PKO)

    As. Lemak Rumus Kimia CPO

    (%)

    PKO

    As. Kaprilat

    As. Kaproat

    As. Laurat

    As. Miristat

    As. Palmitat

    As. Stearat

    As. Oleat

    As. linoleat

    CH3(CH2)6CO2H

    CH3(CH2)8CO2H

    CH3(CH2)10CO2H

    CH3(CH2)12CO2H

    CH3(CH2)14CO2H

    CH3(CH2)16CO2H

    CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CO2H

    CH3(CH2)4=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H

    -

    -

    -

    1.1 2.5

    40 46

    3.6 3.7

    39 45

    3.0 4.0

    3.0 7.0

    46 52

    14 17

    6.5 9.6

    1.0 2.5

    13 19

    (Sumber: Ketaren, 1986)

  • 11

    Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan asam oleat ini adalah dari minyak

    sawit mentah. Kelapa sawit dewasa ini sedang dibudidayakan secara besar- besaran

    oleh pemerintah. Adapun sifat-sifat kimia dan fisika CPO adalah sebagai berikut :

    Sifat Kimia

    a. Bilangan iodin (mgl/1000 gr) = 52-54

    b. Bilangan penyabunan (mg KOH /gr) = 198-205

    c. Asam lemak bebas (%) = 2,5-4,5

    d. Kelembaban (%) = 0,1

    e. Pengaruh indeks pemutihan (%) = 2,3-2,4

    f. Kandungan karbon (%)

    C14

    = 40-52

    C16 = 14-18

    C18 = 7-9

    C18F1 = 1-3

    C18F2 = 11-19

    C18F3 = 1 maks

    g. Bersifat hidrolisis

    h. Tidak stabil pada suhu kamar

    i. Mengandung zat warna alfa dan beta karotenoit (0,05-0,2 %)

    j. Kandungan karoten 297-313

    Sifat Fisika

    a. Spesifik gravity (25 0C / 15,5

    0C) = 0,917-0,919

    b. Density (gr/ml) = 0,8910

    c. Massa jenis = 0,9

    d. Indeks bias = 1,4565-1,0445885

  • 12

    e.

    f.

    g.

    Berat molekul

    Melting point (0C)

    Boiling point (0C), P= 10 mmHg

    = 200,31

    = 33-39

    = 170

    Asam lemak adalah senyawa organik yang merupakan penyusun lemak dan

    minyak, baik nabati maupun hewani. Untuk mengkonversi atau mengubah minyak

    atau lemak menjadi asam lemak dapat dilakukan dengan beberapa proses kimia

    seperti, hidrolisa, hidrogenasi, alkalisasi, dan sulfonasi.

    Asam oleat dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak yang diperoleh dari proses

    pengubahan minyak menjadi asam lemak. Dalam hal ini proses yang digunakan

    adalah proses hidrolisis. Reaksi hidrolisis yang terjadi adalah :

    O

    CH2 O C R CH2OH

    O

    CH O C R + 3H2O CH OH + 3 RCOOH

    O

    CH2 O C R CH2OH

    Trigliserida Air Gliserol Asam Lemak

    Asam oleat dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak yang diperoleh dari

    hidrolisis lemak. Dalam industri asam oleat banyak digunakan sebagai surface

    active, emulsifier, dan dalam produk-produk kosmetika. Sifat-sifat fisika dan kimia

    asam oleat adalah sebagai berikut :

    Sifat Fisika

    a. Berat molekul (kg/mol) = 280,45

    b. Spesifik gravity = 0,895

    c. Melting point (0C) = 16,3

  • 13

    d. Boiling point (0C) = 360

    e. Tidak larut dalam air

    f. Mudah terhidrogenasi

    g. Merupakan asam lemak tak jenuh

    h. Tidak berwarna

    Sifat Kimia

    a. Rumus = C18H34O2

    b. Bilangan asam = 280,1

    c. Larut dalam pelarut organik seperti alkohol

    (sumber : Daniel,1982)

    2.2. PROSES PEMBUATAN ASAM OLEAT

    Pada prinsipnya pembuatan asam oleat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

    1. Proses pemisahan gum (Degumming)

    2. Proses hidrolisis minyak sawit mentah, dan

    3. Proses fraksinasi asam lemak

    2.2.1. Proses pemisahan Gum (Degumming)

    Pemisahan gum merupakan proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang terdiri

    dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin. Biasanya proses ini

    dilakukan dengan dehidrasi gum atau kotoran lain, supaya bahan tersebut lebih

    mudah terpisah dari minyak, kemudian diteruskan dengan proses pemusingan

    (centrifusi). Caranya ialah dengan memasukkan uap air panas ke dalam minyak

    disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya di sentrifisi sehingga bagian lender

    terpisah dari air. Pada waktu proses sentrifusi berlangsung, ditambahkan bahan

    kimia yang dapat menyerap air misalnya asam mineral pekat atau garam dapur

    (NaCl). Suhu minyak pada waktu proses centrifusi berpisah antara 32-50 0C, dan

    pada suhu tersebut kekentalan minyak akan berkurang sehingga gum mudah terpisah

    dari minyak. ( Ketaren, 1986)

  • 14

    2.2.2. Proses Hidrolisis Minyak Sawit Mentah

    Minyak sawit mentah merupakan bahan baku pembuatan asam oleat. Asam oleat

    dihasilkan melalui proses hidrolisis asam lemak dari minyak sawit mentah dalam

    Splitting, proses ini dilakukan secara kontinu dan berlawanan arah pada temperatur

    dan tekanan tinggi, sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserin yang

    berupa/sweet water. Sistem berlawanan arah terjadi pada temperatur 240 0C dan

    tekanan 47-49 atm (Bailey,1964). Minyak dipompakan dari bagian menara kira-kira

    90 cm dari atas menara, sedangkan air dialirkan melalui puncak menara.

    Perbandingan antara minyak dan air yang direaksikan adalah 40-50 % berat minyak

    (Bailey,1964). Minyak disemburkan menembus campuran gliserin yang

    terakumulasi di bagian bawah menara, selanjutnya menembus campuran air dan

    minyak sehingga mencapai hidrolisis yang sempurna. Sistem yang kontinu dan

    berlawanan arah dengan temperatur dan tekanan tinggi dan akan menghasilkan

    derajat hidrolisis yang tinggi. Keuntungan dari pemakaian proses hidrolisis ini

    adalah proses pemisahan asam lemak dengan gliserol lebih murni, sedangkan

    kerugiannya asam lemak terhidrolisis masih mengandung air dengan kandungan air

    yang cukup tinggi.

    2.2.3. Proses Fraksinasi Asam Lemak

    Untuk menghasilkan asam lemak denagn kemurnian yang tinggi 98 %, maka

    dilakukan fraksinasi asam lemak yang merupakan hasil hidrolisis minyak sawit

    mentah. Ada 4 jenis proses fraksinasi asam lemak, yaitu :

    a. Proses fraksinasi kering (wenterizatio)

    Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang dilakukan didasarkan oleh

    berat molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah

    dibandingkan dengan proses yang lain namun hasil kemurnian fraksinasinya

    kurang memberi mutu yang baik.

    b. Proses fraksinasi basah (wet fractination)

    Fraksinasi basah adalah suatu fraksinasi menggunakan zat pembasah (weting

    agent) atau disebut juga proses hydrophilization atau detergent proses. Hasil

    fraksinasi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.

  • 15

    c. Proses fraksinasi dengan menggunakan solvent (pelarut) / solvent fractination

    Adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut yang digunakan

    adalah aseton. Proses ini lebih mahal dibandingkan denagan proses fraksinasi

    lainnya , karena menggunakan bahan pelarut serta tinggi biaya produksi.

    d. Proses fraksinasi dengan pengembunan (fractional Condensation)

    Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan kepada

    titik didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan

    kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini mempunyai biaya yang

    cukup tinggi, namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.

    Berdasarkan dari keuntungannya, maka pemisahan asam-asam oleat dari rancangan

    ini menggunakan fraksinasi dengan proses pengembunan, karena produk asam oleat

    yang diinginkan lebih kurang 98% sehingga asam oleat yang dihasilkan bersifat

    murni.

  • 16

    BAB III

    DESKRIPSI PROSES

    3.1 Pemilihan Proses

    Minyak sawit mentah merupakan bahan baku pembuatan asam oleat. Asam oleat

    dihasilkan melalui proses hidrolisis asam lemak dari minyak sawit mentah dalam

    Splitting, proses ini dilakukan secara kontinu dan berlawanan arah pada temperatur

    dan tekanan tinggi, sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserin yang

    berupa/sweet water. Sistem berlawanan arah terjadi pada temperatur 240 0C dan

    tekanan 47-49 atm (Bailey,1964). Minyak dipompakan dari bagian menara kira-kira

    90 cm dari atas menara, sedangkan air dialirkan melalui puncak menara.

    Perbandingan antara minyak dan air yang direaksikan adalah 40-50 % berat minyak

    (Bailey,1964). Minyak disemburkan menembus campuran gliserin yang

    terakumulasi di bagian bawah menara, selanjutnya menembus campuran air dan

    minyak sehingga mencapai hidrolisis yang sempurna. Sistem yang kontinu dan

    berlawanan arah dengan temperatur dan tekanan tinggi dan akan menghasilkan

    derajat hidrolisis yang tinggi. Keuntungan dari pemakaian proses hidrolisis ini

    adalah proses pemisahan asam lemak dengan gliserol lebih murni, sedangkan

    kerugiannya asam lemak terhidrolisis masih mengandung air dengan kandungan air

    yang cukup tinggi.

    3.1 Persiapan Bahan Baku

    Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan asam oleat ini adalah dari minyak

    sawit mentah. Kelapa sawit dewasa ini sedang dibudidayakan secara besar- besaran

    oleh pemerintah. Adapun sifat-sifat kimia dan fisika CPO adalah sebagai berikut :

    Sifat Kimia

    a. Bilangan iodin (mgl/1000 gr) = 52-54

  • 17

    b. Bilangan penyabunan (mg KOH /gr) = 198-205

    c. Asam lemak bebas (%) = 2,5-4,5

    d. Kelembaban (%) = 0,1

    e. Pengaruh indeks pemutihan (%) = 2,3-2,4

    f. Kandungan karbon (%)

    C14

    = 40-52

    C16

    = 14-18

    C18

    = 7-9

    C18F1

    = 1-3

    C18F2

    = 11-19

    C18F3

    = 1 maks

    g. Bersifat hidrolisis

    h. Tidak stabil pada suhu kamar

    i. Mengandung zat warna alfa dan beta karotenoit (0,05-0,2 %)

    j. Kandungan karoten 297-313

    Sifat Fisika

    a. Spesifik gravity (25 0C / 15,5

    0C) = 0,917-0,919

    b. Density (gr/ml) = 0,8910

    c. Massa jenis = 0,9

    d. Indeks bias = 1,4565-1,0445885

    e.

    f.

    g.

    Berat molekul

    Melting point (0C)

    Boiling point (0C), P= 10 mmHg

    = 200,31

    = 33-39

    = 170

    Tangki bahan baku CPO yang dibeli dari luar dipompakan ketangki bahan baku yang

    dirancang sesuai dengan kapasitas dari asam oleat. Di dalam tangki ini suhu tetap

    dipertahankan 300C dengan kemurnian CPO 98 %.

  • 18

    3.2 Proses Degumming

    Proses degumming terjadi di separator dengan suhu 300C dan tekanan 1,013 bar.

    Proses degumming adalah tahap yang meliputi proses penghilangan lendir dan getah-

    getah dengan penambahan bahan H3PO4 = 1 % dari bahan baku CPO. Bahan baku

    ini kemudian dipompakan ke tangki splitting (SP-01) dengan suhu 80 0C.

    Proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum agar bahan tersebut lebih mudah

    terpisah dari CPO, caranya ialah dengan memasukkan uap air panas ke dalam

    minyak disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya di sentrifisi sehingga bagian

    lender terpisah dari air. kemudian dilanjutkan dengan proses pemusingan

    (sentrifusi). Caranya ialah dengan pengaliran air dan selanjutnya disentrifusi

    sehingga bagian gum, lendir, dan kotoran terpisah dari CPO.

    3.3 Proses Hidrolisa

    Spilitter adalah sebagai tempat berlangsungnya proses hidrolisis minyak sawit

    mentah . reaksi hidrolisis minyak sawit mentah dapat dituliskan sebagi berikut

    O

    CH2 O C R CH2OH

    O

    CH O C R + 3H2O CH OH + 3 RCOOH

    O

    CH2 O C R CH2OH

    Trigliserida Air Gliserol Asam Lemak

    Lemak masuk pada temperatur 750C dari dasar menara. Sedangkan air masuk dari

    bagian atas menara. Perbandingan air masuk adalah 40-50% berat dari lemak.

    Tekanan splitting 50-55 atm dengan temperatur 225 0C, reaksi berlangsung secara

    kontinu (terus menerus).

  • 19

    Pada splitting terbentuk dua produk yaitu produk atas yang mempunyai titik didih

    tinggi menghasilkan asam lemak, sedangkan produk bawah yang mempunyai titik

    didih rendah akan menghasilkan gliserol. Asam lemak yang keluar dari splitting akan

    mengalir ke kolom flash tank pada tekanan 58,5 bar, sedangkan gliserol yang

    keluar dari bawah mengalir ke flash tank gliserol pada tekanan yang sama (

    Bailey,1982).

    3.4 Flash Tank Asam Lemak

    Produk yang keluar dari splitting, kemudian mengalir ke flash tank asam lemak.

    Pada splitting produk yang keluar pada tekanan sangat tinggi, maka pada flash

    tank tekanan tersebut akan diturunkan, air yang ada akan diuapkan. Kondisi

    proses ini diekspansikan dari tekanan 1,013 bar dan suhu 225 0C, komposisi yang

    keluar dari splitting adalah asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat.

    (Dieckelmann dan Heinz,1988).

    3.5 Kolom fraksinasi-01

    Kolom fraksinasi-01 untuk pemisahan asam lemak antara fraksi berat dan fraksi

    ringan berdasarkan titik didih. Asam lemak yang berasal dari flash tank akan di

    pompakan ke kolom fraksinasi-01 kemudian dipanaskan pada suhu 225 0Cdan

    tekanan 1 atm. Pada kolom fraksinasi-01 ini akan dipisahkan asam lemak antara

    fraksi ringan yaitu asam miristat, asam palmitat, H2O dan asam stearat sebagai

    produk atas dan fraksi berat yaitu asam stearat, asam oleat sebagai produk bawah.

    Produk atas sebagai fraksiringan pada fase uap akan dikondensasikan pada unit

    condenser-01 dan kemudian dipompakan ke tangki penyimpanan asam mirisitat (T-

    02). Sedangkan produk bawah sebagai fraksi berat akan dipompakan ke fraksinasi-

    02 untuk pemisah lanjutan dengan mendapatkan asam oleat.

    3.6 Kolom Fraksinasi-02

    Pada kolom fraksinasi-02 pemisahan lanjutan terjadi untuk mendapatkan asam

    oleat sebagai fraksi berat atau sebagai produk bawah. Umpan dari bagian

    bawah fraksinasi-01 akan di pompakan ke kolom fraksinasi-02 kemudian

  • 20

    dipanaskan pada suhu 225 0C dan tekanan 1 atm. Pada kolom fraksinasi-02 ini akan

    dipisahkan asam oleat sebagi fraksi ringan yaitu asam stearat dan asam oleat di

    produk atas dan asam palmitat sebagai fraksi berat yaitu asam oleat di produk

    bawah. Produk atas sebagai fraksi ringan pada fase uap akan dikondensasikan pada

    unit condenser-02 dan kemudian dipompakan ke tangki penyimpanan asam palmitat

    (T-04). Sedangkan produk bawah sebagai fraksi berat akan diturunkan suhunya

    menjadi 30 0C di unit cooler-01 dan kemudian dipompakan ke tangki penyimpanan

    asam oleat(T-03).

    3.7 Penanganan Produk Akhir

    Asam oleat yang berbentuk cair dengan suhu 2600C sebelum dipompakan ke tangki

    produk didinginkan di cooler. Titik beku dari CPO adalah 20-260C, maka temperatur

    tangki adalah 300C lebih tinggi dari titik bekunya. Tangki asam oleat dirancang dari

    stainless steel yang tahan korosi. Asam oleat yang dihasilkan dari kolom fraksinasi-

    02 dengan kemurnian 98% yang siap untuk dipasarkan atau dapat diolah menjadi

    produk lain.

    3.8 Diagram Alir Proses Kualitatif

    separator CPO

    H2O

    H2O

    H2O

    impuritis

    splitter

    CPO H2O

    CPO H2O

    Gliserol

    steam

    Flash tank

    Asam Lemak

    H2O

    H2O

    Asam lemak

    (C18)

    Flash tank

    H2O

    CPO

    Gliserol

  • 21

    PRA RANCANGAN PABRIK ASAM OLEAT DENGAN PROSES HIDROLISIS

    DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 250.000 TON/TAHUN

    Oleh:

    Aswar tahad 1109065011

    Eky Wijanarko 1109065036

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MULAWARMAN

    2015

  • 22