proposal skripsi wahyu

25
PENGARUH MINAT BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGANTAR TIK KELAS X TKJ SMK NEGERI 3 MALANG TAHUN AJARAN 20010/2011 PROPOSAL SKRIPSI OLEH WAHYU NUGRAHA PUTRA NIM 108533414504 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA NOVEMBER 2010

Upload: wahyu-nugraha-putra

Post on 29-Jun-2015

700 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Skripsi Wahyu

PENGARUH MINAT BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TGT (TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT)

TERHADAP HASIL BELAJAR PENGANTAR TIK KELAS X TKJ SMK

NEGERI 3 MALANG TAHUN AJARAN 20010/2011

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

WAHYU NUGRAHA PUTRA

NIM 108533414504

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

NOVEMBER 2010

Page 2: Proposal Skripsi Wahyu

A. JUDUL:

Pengaruh Minat Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif TGT (Tipe Teams

Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Pengantar TIK Kelas X TKJ SMK

Negeri 3 Malang Tahun Ajaran 20010/2011

B. LATAR BELAKANG

Mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor, yaitu siswa, pengelola sekolah

(Kepala Sekolah, karyawan dan Dewan/Komite Sekolah), lingkungan orangtua,

masyarakat, sekolah), kualitas pembelajaran, kurikulum dan sebagainya.

(Edy Suhartoyo. 2005: 2). Hal senada juga disampaikan oleh Djemari Mardapi

(2003: 8) bahwa Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui

peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling

terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik.

Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan

strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih

baik. Dengan demikian salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan

pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan.

Sebagian siswa beranggapan pelajaran yang banyak memuat teori merupakan

pelajaran yang kurang menarik. Kurangya kegiatan yang menarik dalam

pembelajaran dapat menyebabkan rendahnya keinginan siswa dalam belajar. Selain

itu menyebabkan siswa kurang berminat mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh

guru tersebut. Siswa merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti pelajaran sehingga

tidak ada motivasi dalam dirinya untuk memahami apa yang telah di ajarkan.

Hal ini terlihat dari pelaksanaan pendidikan di beberapa sekolah, salah satunya

di SMK Negeri 3 Malang yang dalam pembelajarannya masih dilakukan secara

konvensional yaitu dengan metode ceramah. Pembelajaran melalui ceramah

merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).

Metode ini dapat menyebabkan siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran

termasuk dalam pembelajaran pengantar TIK karena metode ini tidak memberikan

kesempatan proporsional pada siswa untuk mencerna dan memahami prinsip-prinsip

pada topik bahasan yang disajikan.

Page 3: Proposal Skripsi Wahyu

Akibatnya siswa merasa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran

(student centered) sehingga siswa mudah merasa bosan untuk mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Metode pembelajaran teacher centered harus mulai dirubah menjadi student

centered agar dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Selain pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran di kelas

diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa (bukan sekedar

menghafal). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan

transaksi diantara para siswa dalam proses pembelajaran yang memenuhi kaidah-kaidah

dalam pandangan kontruktivisme (Parlan, 2006:46). Selain membantu siswa dalam

memahami konsep-konsep yang sulit, pembelajaran kooperatif juga dapat membantu

siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama dalam kelompoknya dan menumbuhkan

rasa ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Sehingga dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan dan motivasi

belajar siswa.

Menurut Anni (2004: 49) tugas guru dalam proses pembelajaran adalah: (1)

memperlancar siswa dengan cara mengajarakan membuat informasi bermakna dan

relevan dengan siswa, (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

atau menerapkan gagasannya sendiri, (3) menanamkan kesadaran belajar dan

menggunakan strategi belajarnya sendiri. Oleh karena itu, diperlukan metode yang

dapat membangkitkan minat belajar dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran

pengantar TIK. Salah satu upaya untuk membangkitkan minat dan pemahaman siswa

pada mata pelajaran pengantar TIK yaitu dengan penggunaan metode pembelajaran

kooperatif TGT

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang

dilaksanakan di kelas X TKJ SMK Negeri 3 Malang ?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran

kooperatif TGT dengan model pembelajaran konvensional?

Page 4: Proposal Skripsi Wahyu

3. Apakah terdapat perbedaan minat belajar menggunakan model pembelajaran

kooperatif TGT dengan model pembelajaran konvensional

4. Bagaimanakah minat dan hasil belajar siswa kelas X SMK TKJ Negeri 3 Malang

yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT dibandingkan dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada mata

pelajaran pengantar TIK?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif TGT yang

dilaksanakan di kelas X TKJ SMK Negeri 3 Malang.

2 . Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Malang

yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran

pengantar TIK.

3. Mengetahui perbedaan minat siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Malang yang

dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran pengantar

TIK.

4. Mendeskripsikan hasil belajar dan minat siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3

Malang yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran

pengantar TIK.

E. HIPOTESIS

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka

hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1 : Ada perbedaan minat belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan minat belajar siswa yang

dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran pengantar TIK.

Page 5: Proposal Skripsi Wahyu

H1: Ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan hasil belajar siswa yang

dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran pengantar TIK.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan belajar

mengajar yang efektif untuk siswa di sekolah. Selain itu, juga dapat dijadikan

sebagai acuan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

pada mata pelajaran yang lain.

2. Bagi Siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

menumbuhkan kerjasama dalam kelompok, keaktifan dalam pembelajaran,

mengemukakan pendapat, belajar bersosialisasi, dan bertanggung jawab terhadap

pembelajaran pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Instansi Terkait

Sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran inovatif untuk

meningkatkan kualitas pendidikan.

G. ASUMSI PENELITIAN

1. Nilai pre test siswa diasumsikan sebagai kemampuan awal belajar siswa dan

nilai post test diasumsikan sebagai kemampuan akhir belajar siswa

2. Kondisi fisiologis dan psikologis siswa saat mengikuti pembelajaran dan

pada saat tes adalah sama sehingga siswa dengan sungguh-sungguh

mengerjakan soal tes yang diberikan.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar selain strategi

pembelajaran yang diterapkan diasumsikan konstan.

H. RUANG LINGKUP DAN BATASAN PENELITIAN

1. Metode pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran kooperatif

tipe TGT untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional yang berupa

metode ceramah untuk kelas control.

Page 6: Proposal Skripsi Wahyu

2. Penelitian ini dilakukan di SMKN 3 malang kelas X TKJ.

3. Penelitian ini hanya dibatasi pada kemampuan mata pelajaran pengantar TIK.

4. Minat belajar siswa, dan hasil belajar belajar siswa.

I. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran di mana siswa belajar

bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap

pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.

2. TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu:

tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams),

permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok

( team recognition).

3. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan

mengajar yang ditandai dengan perubahan perilaku, pola berpikir, dan mental.

4. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktifitas tanpa ada yang menyuruh

J. KAJIAN PUSTAKA

1. Pembelajaran kooperatif

Merupakan suatu pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan

mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif,

siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama

untuk menyelesaikan tugas akademik.

Ada beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang dikemukakan

oleh para ahli. Menurut Slavin (dalam Rahayu, 1998:156) pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa belajar bersama, saling

menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap hasil pencapaian

belajar secara individu maupun kelompok. Menurut Cohen (dalam Parlan,

2006:47), dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok kecil

di mana masing-masing siswa berpartisipasi dalam tugas bersama atau

kolektif yang telah disepakati

Page 7: Proposal Skripsi Wahyu

Pada pembelajaran kooperatif terdapat suatu elemen-elemen yang

memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi dan Senduk, 2004:61-62)

menyebutkan elemen-elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah (1) saling

ketergantungan positif (positive interpendence ), (2) interaksi tatap muka

(Face-to face interaction), (3) pertanggungjawaban individu (individual

accountability), (4) keterampilan berinteraksi antar individu dan kelompok, (5)

keefektifan proses kelompok (group processing).

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa

tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor

sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat

belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan

yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan

siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,

kejujuran, kerja sama,persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:

1. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian

kelas,biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan

ceramah,diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini ,siswa harus

benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru,karena

akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada

saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok ( team )

Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang

siswa.Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman

kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar

bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

Page 8: Proposal Skripsi Wahyu

3. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji

pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar

kelompok.Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana

bernomor.Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan

yang sesuai dengan nomor itu.Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan

mendapatkan skor.

4. Turnamen

Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor

undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar

kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar

keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu

lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1

tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama.

Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila

menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah

menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan

chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab

soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1,chalenger 1,

chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan

kunci jawaban. Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta

berubah searah jarum jam.Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi

reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2,

reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus

dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.

5. Penghargaan kelompok (team recognise)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,masing-masing

team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi

kriteria yang ditentukan.

Page 9: Proposal Skripsi Wahyu

3. Minat belajar

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang

pengertian minat. Menurut Slameto (2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih

suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang

menyuruh. Menurut Sardiman (1992: 76) minat adalah suatu kondisi yang

terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang

dihubungkan dengan keinginan dan kebutuhannya sendiri. Menurut Winkel

(1991: 30) minat adalah kecenderungan yang mantap dalam diri subyek yang

merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung

dalam dunia tersebut. Selanjutnya menurut Muhibin Syah 16 (2003: 151) minat

adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu.

Dari beberapa pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa minat

belajar adalah kecenderungan untuk memperhatikan sesuatu dalam kegiatan

belajar yang merupakan modal untuk mencapai tujuan dengan rasa senang.

3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar, yaitu faktor Internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri

siswa yang sedang belajar. Faktor internal sangat besar pengaruhnya terhadap

minat belajar siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri

siswa. Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan faktor non sosial.

3.2 Peranan Minat Belajar

Peranan minat belajar dan proses belajar mengajar, yaitu menimbulkan

perhatian spontan, mempermudah dan memperkuat ingatan bahan pelajaran,

mencegah terjadi gangguan perhatian, mencegah kebosanan. Menimbulkan

perhatian spontan dimana siswa yang berminat akan memberikan perhatian

secara spontan, tiba-tiba karena siswa melakukan sesuatu karena dorongan hati

bukan karena anjuran atau paksaan. Mempermudah dan memperkuat ingatan

bahan pelajaran. Siswa yang berminat akan rajin, giat, dan tekun belajar selalu

memperhatikan penjelasan guru sehingga siswa mudah mengingat materi

pelajaran dan dengan mudah siswa menjawab dan menjelaskan materi.

Page 10: Proposal Skripsi Wahyu

Mencegah terjadi gangguan perhatian. Siswa yang berminat dengan senang

memperhatikan penjelasan guru, konsentrasi tinggi, dan kuat sehingga

gangguan yang dating tidak mudah mempengaruhi perhatian atau konsentrasi

siswa pada pelajaran. Dengan adanya minat yang dimiliki siswa, siswa akan

merasa senang dalam mengikuti proses balajar mengajar dan tidak akan merasa

bosan.

4. Hasil belajar

4.1 Pengertian belajar

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang

pengertian belajar. Menurut Marris L. Brigge dalam Darsono (2003 : 3) belajar

adalah suatu perubahan yang menetapkan kehidupan seseorang yang tidak

diwariskan secara genetis Perubahan yang terjadi pada pemahaman, perilaku,

persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai

akibat dari pengalaman dalam keadaan tertentu.

Menurut Oemar Hamalik (2003 : 27-28) belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan sehingga

akan terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.

Menurut Slameto (2003 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang berlangsung secara kesinambungan yang akan menyebabkan

perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun belajar

berikutnya. Dalam belajar, perubahan akan bertambah dan tertuju untuk

memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Purwanto (1990 : 85) belajar adalah merupakan suatu

perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-

perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap

sebagai belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang bayi.

Menurut Sardiman (1992 : 22) belajar senantiasa merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.

Page 11: Proposal Skripsi Wahyu

Belajar akan lebih baik jika siswa itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak

bersifat verbalistik.

Dari beberapa pegertian yang telah diungkapkan oleh para ahli diatas

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan

tingkah laku dalam diri seseorang (individu) yang disebabkan oleh proses aktif

yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.

4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dari penjelasan di atas mengungkapakan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang disebabkan adanya

pengalaman. Faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua

golongan,yaitu factor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2003: 54).

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor

jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelehan.Faktor ekstern adalah faktor yang

ada di luar diri individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor

yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

4.3 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar yang biasanya

terlihat dalam perubahan, kebiasaan, ketrampilan, sikap, pengamatan dan

kemampuan. Hasil belajar dapat dilihat dan diukur. Keberhasilan dalam proses

belajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerimapengalaman belajar (Sudjana, 1990 :

22). Jadi hasil belajar adalah akibat dari suatu aktivitas yang dapat diketahui

perubahannya dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap

melalui ujian tes atau ujian.

Menurut pendapat Bloom dalam Arikunto (2001 : 117) hasil belajar

dibedakan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan Psikomotorik. Ketiga

ranah tersebut dibedakan karena cirri-cirinya yang berbeda. Kognitif

berhubungan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa.

Afektif berhubungan dengan pengembangan perasaan dan sikap siswa.

Sedangkan psikomotorik berhubungan dengan cara siswa pada waktu

mengembangkan kedua hasil belajar tersebut, ketiga hasil belajar adalah saling

berkaitan.

Page 12: Proposal Skripsi Wahyu

Oleh karena itu penilaian hasil belajar merupakan upaya untuk

mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan yang meliputi kemajuan dalam

proses berfikir, kemajuan dalam menggunakan panca indera dan kemampuan

dalam pembinaan moral dan kepribadian.

4.4 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi

dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor Intern

Faktor intern yang ada dalam diri siswa. Faktor inter dapat

dikelompokkan, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a. Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah meliput faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses

kegiatan seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain

itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika

badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, kesehatan badanya

harus tetap terjamin. Keadaan cacat tubuh mempengaruhi belajar. Siswa yang

cacat belajarnya juga terganggu.

b. Faktor pikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu

intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor yang

sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa. Siswa yang

intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik.

Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki

perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan,

mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu

menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang

cerdas menunjukkan cirri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak

latihan, membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu melakukan

abstraksi (Hamalik, 2001 : 59).

Page 13: Proposal Skripsi Wahyu

Faktor Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada

suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran

yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 1992 : 44). Adanya perhatian siswa

terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat penting untuk dapat menjamin hasil

belajar yang baik. Bahan pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa akan

membosankan.

Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan akibatnya hasil belajarn

menjadi rendah atau menurun. Untuk menimbulkan perhatian diperlukan

dorongan atau moivasi. Dalam hal ini orang tua di rumah, sangat diharapkan

peranannya. Jika kebosanan terjadi di sekolah, maka guru dapat mengarahkan

siswa untuk memperhatikan pelajaran.

Minat belajar sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, memiliki pengaruh yang besar. Minat sangat besar pengaruhnya dalam

mencapai hasil belajar dalam suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Minat

mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan pendorong bagi

perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif-motif yang mendorong

manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan

menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring). Dari manipulasi dan

explorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan akan timbul

minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya

untuk berbuat lebih giat dan lebih baik (Purwanto, 1990 : 56).

Jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil

belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih

giat lagi dalam belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu didalam belajar,

didalam membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya

latihan-latihan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan sangat

perlu dalam belajar.

c. Faktor kelelahan

Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan

baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar

Page 14: Proposal Skripsi Wahyu

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ekstern

dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan

faktor masyarakat. Keluarga lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan

siswa. Salah satu faktor penentu dalam keluarga adalah orang tua.orang tua

harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana si anak berkembang dalam

suasana ramah tamah, kejujuran dan kerjasama yang diperlihatkan oleh masing-

masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari.

Faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar anak dalam keluarga, meliputi

cara mendidik, hubungan orang tua dengan anak dan ekonomi keluarga.

Sekolah sebagai tempat dimana siswa menuntut ilmu juga ikut

menentukan hasil belajar siswa. Hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa

dengan siswa lain, kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan prasarana yang

tersedia dan lain-lain. Masalah-masalah yang ada di sekolah dan kurang

menarik bagi siswa akan mengurangi minat belajar siswa di sekolah. Dan hasil

belajar yang diperoleh tidak akan maksimal.

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Jika masyarakat di sekitar siswa melakukan kebiasaan yang tidak

baik, akan berpengaruh jelek pada siswa yang ada di lingkungan itu. Akibatnya

belajarnya terganggu dan bahkan siswa kehilangan semangat belajar.

Sebaliknya jika lingkungan siswa adalah orang yang baik-baik, siswa

terpengaruh ke hal-hal baik. Pengaruh itu dapat mendorong siswa untuk belajar

lebih giat, dan hasil belajar yang diperoleh akan baik.

4.5 Kerangka Berpikir

Pembelajaran pengantar TIK masih menggunakan metode pembelajaran

konvensional, yaitu metode ceramah yang sekali-kali divariasiakan dengan

metode lain, seperti metode tanya jawab dan pemberian latihan soal. Metode

ini memposisikan siswa sebagai objek pembelajaran dan guru sebagai pusat

kegiatan belajar. Metode pembelajaran ini cenderung menjadikan suasana

menjadi kaku, monoton dan kurang menggairahkan, sehingga siswa kurang

aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Page 15: Proposal Skripsi Wahyu

Penggunaan metode konvensional dalam proses belajar mengajar tidak

selalu jelek, jika penggunaan metode ini dipersiapkan dengan baik dan

didukung dengan alat dan media yang baik pula tidak menutup kemungkinan

mendapatkan hasil belajar yang baik.

Dengan kemajuan dan semakin perkembangnya dunia pendidikan,

muncul banyak metode-metode pembelajaran yang dapat mendukung proses

belajar mengajar untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Metode belajar

konvensional yaitu metode pembelajaran dengan ceramah, tanya jawab dan

latihan soal. Menurut Dalvi (2006) metode ini cenderung menjadikan suasana

belajar kaku, monoton dan kurang menggairahkan, sehingga siswa menjadi

kurang aktif dan tidak bersemangat dalam belajar. Untuk membangkitkan

semangat siswa dalam belajar adalah dengan penggunaan metode belajar yang

tepat.

Menurut Rohani (2004: 170) keberhasilan belajar peserta didik tidak

semata-mata ditentukan oleh kemampuan yang dimilikinya, tetapi juga

ditentukan oleh minat, perhatian, dan motivasi belajarnya. Sehingga studi

mengenai kebutuhan peserta didik dalam proses pengajaran menjadi bagian

penting dalam menumbuhkan minat, perhatian, dan motivasi belajarnya.

Salah satu metode belajar yang dapat digunakan pada proses belajar

mengajar adalah metode pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams

Games Tournaments). Dalam hal ini siswa dilatih keterampilan yang spesifik

untuk membantu sesama temannya bekerja sama dalam satu permainan

kelompok kecil agar mampu dan bisa mandiri dalam menyelesaikan soal-soal

pada mata pelajaran pengantar TIK.

Dengan adanya pertandingan akademis ini, maka terciptalah kompetisi

antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi

yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.

Dengan adanya usaha dan motivasi siswa dalam belajar, maka mereka akan

merasa mudah dalam menyelesaikan soal-soal pada mata pelajaran pengantar

TIK.

Page 16: Proposal Skripsi Wahyu

K. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu. Rancangan

penelitian ekisperimental semu digunakan untuk mengungkapkan hubungan

sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat dengan cara melibatkan

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Ibnu, dkk., 2003:50). Rancangan

eksperimental semu dapat digunakan untuk eksperimen di dalam kelas, di mana

kelompok-kelompok eksperimen dan kontrol terkumpul secara alamiah.

Rancangan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Posttes Only Control

Design.

Bentuk rancangan penelitian disajikan pada Tabel 3.1.

Keterangan:

O1 : Observasi pada kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan

O2 : Observasi pada kelas kontrol setelah mendapat perlakuan

X : Obsevasi kelas kontrol setelah mendapat perlakuan

Pada penelitian ini digunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Kelas eksperimen dikenai perlakuan dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan kelas kontrol menggunakan

pembelajaran konvensional.

2. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yaitu

model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diberlakukan pada kelas

eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Variabel terikat yaitu hasil belajar dan minat belajar. Sedangkan variabel

kontrol dalam penelitian ini berupa kesamaan beberapa instrumen yang

digunakan seperti bahan ajar, LKS, alokasi waktu tiap pertemuan, jumlah

pertemuan dan postes (ulangan harian).

Page 17: Proposal Skripsi Wahyu

3. Populasi dan sampel penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002 : 108 ).

Populasi dari penelitian ini adalah keseluruan dari siswa kelas X TKJ SMK

NEGERI 3 malang. Sedangkan sampel dari penelitian ini terdiri dari dua kelas,

yaitu kelas X TKJ1 dan X TKJ2. Dalam penelitian ini akan dibagi menjadi

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jumlah dari masing-masing yaitu untuk

kelas X TKJ1 sebanyak 39 siswa dan untuk kelas X TKJ2 sebanyak 40 siswa.

4. Instrumen Penelitian

1) Soal Tes

Digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa.

1. Penyusunan Tes

2. Uji Coba Perangkat Tes

Setelah perangkat tes disusun, ssoal tes diuji cobakan kepada

objek tertentu untuk mngetahui validitas, realibilitas, tingkat kesukaran

dan daya pembeda

3. Analisis Perangkat tes.

a) Validitas :

Suatu instrumen (tes) dikatakan mempunyai validitas yang tinggi

apabila instrumen (tes) tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan

hasil ukur yang tepat atau akurat sesuai dengan maksud dari instrumen (tes)

tersebut. Dalam pengukuran ini digunakan validitas isi yang meliputi validitas

ahli dan validitas empirik.

(1) Validitas Ahli

Validasi ahli ditetapkan berdasarkan pertimbangan dan penilaian

dari validator, yaitu tim penilai yang terdiri dari beberapa dosen dan

guru TIK tempat penelitian.

(2) Validitas Empirik

Setelah dilakukan validasi oleh ahli, instrumen kemudian diuji

coba untuk mendapatkan validitas empirik. Hasil uji coba kemudian

dianalisis dan dilihat validitas butir soalnya dengan menggunakan

korelasi Product Moment Pearson (Pearson Correlation ) dengan

Page 18: Proposal Skripsi Wahyu

bantuan SPSS 16 for windows. Pedoman pengambilan keputusan

sebagai berikut.

Pengumpulan Data

b) Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2003).

Reliabilitas soal obyektif pada penelitian ini, dihitung dengan

menggunakan formula Kuder-Richardson-20 (KR-20), dengan rumus

sebagai berikut.

Kriteria tingkat reliabilitas butir soal dengan KR-20 keseluruhan

ditunjukkan pada Tabel 3.2.

c) Tingkat Kesukaran

Soal tes yang baik yaitu tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar. Dengan soal yang terlalu mudah, minat siswa untuk memecahkan

soal tersebut berkurang karena dianggap kurang menantang. Sebaliknya

soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak

mempunyai semangat untuk memecahkan soal karena mereka

menganggap hal tersebut diluar kemampuan mereka. Perhitungan taraf

kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft Excel

dengan rumus sebagai berikut:

Page 19: Proposal Skripsi Wahyu

Klasifikasi tingkat kesukaran suatu soal ditentukan berdasarkan P

dengan kriteria ditunjukkan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut.

d) Daya Beda

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa

yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan

besarnya daya beda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.

Perhitungan daya beda dalam penelitian ini menggunakan bantuan

Microsoft Excel dengan rumus sebagai berikut.

Perhitungan daya beda dilakukan dengan cara membagi seluruh

peserta tes menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok

bawah. Penentuan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan

cara mengurutkan atau meringking skor dari skor tertinggi sampai skor

terendah. Kriteria penentuan daya beda disajikan pada Tabel 3.5 sebagai

berikut

Page 20: Proposal Skripsi Wahyu

2) Lembar Observasi/kuesioner

Digunakan untuk mengukur tingkat minat siswa terhadap mata

pelajaran pengantar TIK.

1. menyusun kuesioner

2. Uji Coba Perangkat Tes

Setelah kuesioner disusun, kuesioner diuji cobakan kepada objek

tertentu untuk mengetahui validitas, realibilitas angket.

3. Analisis kuesioner

a. Validitas butir angket

Teknik analisa yang digunakan untuk mengukur validitas butir

soal adalah product moment.

b. Reliabilitas Angket

Realibilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002 :

154). Dalam penelitian ini reliabilitas angket diukur dengan

menggunakan rumus Alpha.

5. Analisis Data

1) Pengujian tahap awal

Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu diadakan matching antara

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tujuannya adalah agar dalam

penelitian kedua kelompok berangkat dari titik yang sama (Sutrisno Hadi 1992:

475). Hal ini dilakukan dengan Matched Group Design atau M-G.

Dalam penelitian ini, matching dilakukan terhadap nilai hasil belajar yang

diambil dari nilai pre-tes

Page 21: Proposal Skripsi Wahyu

Pola M-G terdiri dari tiga langkah yaitu:

a. Mean matching

Mean matching adalah persamaan dari kelompok yang turut dalam

penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila mean

kedua kelompok sama atau hampir sama, maka dikatakan data tersebut telah di

matching. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Kelas eksperimen:

Keterangan:

Me : mean matching pada kelompok eksperimen

Xe : jumlah nilai kelompok eksperimen

Ne : banyaknya subjek pada kelompok eksperimen

Kelas kontrol:

Keterangan:

Me : mean matching pada kelompok kontrol

Xe : jumlah nilai kelompok kontrol

Ne : banyaknya subjek pada kelompok control

b. Varian matching

Varian matching digunakan untuk mempersamakan antara varian dari

kedua kelompok. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut

Page 22: Proposal Skripsi Wahyu

Keterangan:

Vb : varians yang lebih besar

Vk : varians yang lebih kecil

nb : jumlah subyek yang mempunyai varians besar

nk : jumlah subyek yang mempunyai varians kecil

(Sutrisno Hadi 1992: 477)

Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap data yang ada dibandingkan

dengan nilai F tabel distribusi F dengan taraf signifikansi 5% sehingga dapat

diketahui apakah varian-varian tersebut berbeda atau tidak. Jika Fhitung < Ftabel

maka dikatakan kedua kelompok berasal dari populasi yang sama.

c. t-matching

t-matching merupakan perpaduan antara mean matching dengan varian

matching. Rumus yang digunakan dalam t-matching adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Mk : mean kelompok kontrol

Me : mean kelompok eksperimen

SD2Mk : varian matching kelompok kontrol

SD2Me : varian matching kelompok eksperimen

nk : banyaknya anggota kelompok kontrol

ne : banyaknya anggota kelompok eksperimen.

2) Pengujian tahap akhir

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui data yang dianalisa berdistribusi normal atau

tidak digunakan rumus Chi-Kuadrat.

Page 23: Proposal Skripsi Wahyu

Keterangan:

X2 : Chi Kuadrat

Ei : frekuensi yang diharapkan

Oi : frekuensi pengamatan

Jika X2hitung < X2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k-3 maka data

berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki

tingkat varians data yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians

data dari kedua kelompok rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

(Sudjana 1996: 239)

Nilai F yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan F tabel

yang mempunyai taraf signifikansi = 5%. Ho diterima jika Fhitung < Ftabel dan Ho

ditolak jika Fhitung > Ftabel.

c. Uji Hipotesis

Untuk menguji perbedaan rata-rata maka pasangan hipotesis yang akan

diuji yaitu:

Ho : μ1 = μ2

Ho : μ1 ≠ μ2

Maka digunakan rumus:

(Sudjana 1996: 241)

Page 24: Proposal Skripsi Wahyu

Kriteria pengujiannya adalah ditolak Ho jika diperoleh:

Dengan :

d. Uji ketuntasan hasil belajar

Setelah melalui tahap awal dan tahap akhir, maka dilanjutkan dengan uji

ketuntasan belajar yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu metode

pengajaran berperan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu

materi pelajaran secara tuntas, sehingga metode tersebut dikatakan efektif.

Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila siswa tersebut telah mencapai

nilai standar yaitu telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 7,0.

jika siswa tersebut tidak mencapai nilai 7,0 maka siswa tersebut dikatakan tidak

tuntas belajar sehingga perlu perbaikan dan pengayaan. Untuk mengetahui

ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan

: nilai rata-rata kelompok eksperimen

μ0 : nilai rata-rata standar

s : standar deviasi

Terima Ha jika t hitung > t1-α(n-1)

Page 25: Proposal Skripsi Wahyu

L. DAFTAR RUJUKAN

Anni, Chatarina. 2004. Psilologi belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta:

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Intuisi Press.

Kagan, Spencer. 2003. Cooperative Learning Resources for Teacher. Jakarta:

Karanganyar Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi: Universitas Negeri

Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas XI IPS SMAN I

Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Remaja Resda Karya.

Rineka Cipta.

Rineka Cipta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, A. M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo

Semarang.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Sudjana, N. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.

Sudjana, N. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Susilowati, Astuti. 2006. Pengaruh Minat dan Kedisiplinan Belajar terhadap

Syah, Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: