proposal group project fisiologi tumbuhan fix blm pembahasan

18
PROPOSAL GROUP PROJECT FISIOLOGI TUMBUHAN PENGARUH PEMBERIAN ABU VULKANIK SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERKECAMBAHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Disusun oleh: KELOMPOK 3 PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS C Gahar Ajeng Prawesthi (13304241064) Aditya Rizka Puspita (13304241066) Uhti Intan Rahma K (13304241068) Nurhayatun Nikmah (13304244007) Arif Muhammad AF (13304244033) JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENDIDIKAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

Upload: cenaxh-cenixh-nicmah

Post on 31-Jan-2016

53 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

PROPOSAL GROUP PROJECT FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH PEMBERIAN ABU VULKANIK SEBAGAI

MEDIA TANAM TERHADAP PERKECAMBAHAN TANAMAN

JAGUNG (Zea mays)

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS C

Gahar Ajeng Prawesthi (13304241064)

Aditya Rizka Puspita (13304241066)

Uhti Intan Rahma K (13304241068)

Nurhayatun Nikmah (13304244007)

Arif Muhammad AF (13304244033)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENDIDIKAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

Page 2: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah yang dikelilingi oleh pegunungan berapi paling aktif di dunia,

yang tersebar di berbagai pulau. Meletusnya gunung berapi di Indonesia seperti gunung Merapi

dan gunung Kelud di wilayah Jawa menimbulkan kerusakan disekitarnya. Hal ini disebabkan

pada saat gunung berapi meletus mengeluarkan bahan material vulkanik yang salah satunya

adalah abu vulkanik. Ada beberapa pendapat mengenai abu vulkanik , ada yang mengatakan

kalau abu vulkanik bersifat asam ada juga pendapat yang menyatakan kalau abu vulkanik dapat

meningkatkan pH tanah. Tetapi jika merujuk pada kenyataan bahwa tanah-tanah disekitar

gunung merapi sangat subur sepertinya pendapat yang menyatakan abu vulkanik dapat

mengasamkan tanah mungkin tidak benar. Jadi untuk jangka panjang abu vulkanik sangat

menguntungkan petani karena dapat menyuburkan tanah.

Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara

pada saat terjadi letusan. Secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas Silika dan Kuarsa.

Abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi

total unsur tertinggiyaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur

mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu . Mineral tersebut berpotensi sebagai penambah cadangan

mineral tanah, memperkaya susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat

digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah -tanah yang miskin hara atau tanah yang

sudah mengalami pelapukan lanjut.

Penambahan abu vulkanik pada media tanam dengan komposisi abu vulkanik yang berbeda

memberikan pengaruh pertumbuhan yang berbeda. Untuk mengetahui pengaruh abu vulkanik

terhadap pertumbuhan tanaman maka dilakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini kelompok

kami memilih tanaman jagung sebagai objek penelitian. Tanaman jenis ini dipilih sebagai objek

penelitian karena berdasarkan observasi penulis,tanaman jagung merupakan tanaman alternatif

yang sering ditanam oleh petani. Selain itu, jagung juga merupakan tanaman holtikultura yang

cukup penting dan banyak ditanam di pulau Jawa.

I.2. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh pemberian abu vulkanik sebagai media tanam terhadap

perkecambahan tanaman jagung (Zea mays)?

2. Bagaimana pengaruh pemberian abu vulkanik sebagai campuran media tanam

terhadap perkecambahan tumbuhan jagung (Zea mays) ?

I.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian abu vulkanik sebagai media tanam

terhadap perkecambahan tanaman jagung (Zea mays).

2. Mengetahui efek yang timbul akibat pemberian abu vulaknik sebagai campuran media

tanam terhadap perkecambahan tanaman jagung (Zea mays).

Page 3: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tinjauan Pustaka

Perkecambahan, Pertumbuhan, danPerkembangan

Secara harfiah, pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversibel

(tidak dapat balik), dan terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel dan pembesaran dari tiap-

tiap sel. Pada proses pertumbuhan biasa disertai dengan terjadinya perubahan bentuk.

Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif.Sedangkan perkembangan adalah

proses menuju dewasa. Proses perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan. Berbeda

dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang tidak dapat diukur. Dengan kata

lain, perkembangan bersifat kualitatif, tidak dapat dinyatakan dengan angka.

Pada tanaman, pertumbuhan dimulai dari proses perkecambahan biji. Perkecambahan dapat

terjadi apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air ke dalam biji

melalui proses imbibisi. Apabila proses imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan.

Struktur yang pertama muncul, yang menyobek selaput biji adalah radikula yang

merupakan calon akar primer. Radikula adalah bagian dari hipokotil. Pada bagian ujung sebelah

atas terdapat epikotil (calon batang). Berdasar letak kotiledonnya, ada dua jenis perkecambahan

yaitu tipe epigeal, dan tipe hipogeal.

Gambar 1.Perkecambahan tipe hipogeal

Page 4: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

Gambar 2.Perkecambahan tipe epigeal

Pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder

Biji yang sudah berkecambah akan segera diikuti oleh pertumbuhan primer karena pada

pucuk dan ujung akar terdapat jaringan yang bersifat meristematik (selalu membelah).

Pemanjangan ujung akar dan ujung batang tersebut disebut pertumbuhan primer. Pada

tumbuhan dikotil terdapat jaringan kambium yang merupakan meristem sekunder akan

menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekunder (membesar). Kambium akan membelah ke

arah luar membentuk kulit kayu (floem), dan membelah ke arah dalam membentuk kayu (xilem).

Pada monokotil tidak terdapat kambium sehingga hanya mengalami pertumbuhan primer saja.

Pertumbuhan primer dan sekunder berlangsung terus menerus selama tumbuhan tersebut hidup.

Pertumbuhan pada tumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

a.    Faktor luar

Faktor luar adalah materi atau hal-hal yang terdapat diluar tanaman yang berdampak pada

tanaman itu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Termasuk ke dalam faktor luar adalah

cahaya, temperatur, air, garam-garam mineral, iklim, gravitasi bumi, dan lain-lain.

1. Nutrisi

Tumbuhan memerlukan unsur mineral dengan jumlah tertentu. Unsur yang diperlukan

dalam jumlah banyak disebut unsur makro, sedangkan unsur yang diperlukan dalam jumlah

sedikit disebut unsur mikro.

2. Cahaya

Cahaya mutlak diperlukan oleh semua tumbuhan hijau untuk melakukan fotosintesis, tetapi

pengaruhnya terhadap pertumbuhan perkecambahan tumbuhan adalah menghambat, karena

cahaya dapat menyebabkan terurainya auxin sehingga dapat menghambat pertumbuhan. Hal ini

dapat dibuktikan apabila kita meletakkan dua kecambah, yang satu di tempat gelap dan yang lain

di tempat terang. Dalam jangka waktu yang sama, kecambah di tempat gelap tumbuh lebih cepat

tetapi tidak normal. Pertumbuhan yang amat cepat di dalam gelap ini disebut etiolasi.

Pada tumbuhan terdapat pigmen yang disebut fitokrom, yang berfungsi mengontrol

pertumbuhan dan perkembangan kloroplas, sintesis klorofil, pembentukan hormon tumbuhan

(misalnya giberelin), dan pengaturan posisi daun terhadap sinar matahari. Selain itu, fitokrom

berpengaruh juga terhadap fotoperiodisme, yaitu pengaruh lamanya pengaruh pencahayaan

terhadap pertumbuhan dan pembentukan bunga.

3. Suhu

Secara umum, suhu akan berpengaruh terhadap kerja enzim. Bila suhu terlalu tinggi, enzim

akan rusak,  dan bila suhu terlalu rendah enzim menjadi tidak aktif.

Page 5: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

4. Kelembaban atau kadar air

Sampai pada batas-batas tertentu, makin tinggi kadar air, pertumbuhan akan makin cepat.

Karena lebih banyak kadar air yang diserap dan lebih sedikit yang diuapkan, akan menyebabkan

pembentangan sel-sel, dengan demikian sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimalnya.

b.    Faktor dalam

Selain faktor genetik, yang termasuk faktor-faktor dalam adalah hormon-hormon yang

terlibat dalam pertumbuhan tanaman. Hormon merupakan substansi yang dihasilkan oleh

tumbuhan, biasanya dalam jumlah yang sangat sedikit yang berfungsi secara fisiologis

mengendalikan arah dan kecepatan tumbuh bagian-bagian dari tumbuhan.

Berikut ini adalah macam-macam hormon pada tumbuhan beserta fungsinya:

Auksin : Auksin dibentuk oleh ujung batang dan ujung akar. Auksin yang dihasilkan oleh

ujung batang akan mendominasi pertumbuhan batang utama, sehingga pertumbuhan cabang

relatif sedikit. Keadaan ini dikenal dengan istilah dominansi apikal (apical dominance). Dengan

memotong ujung batang, dominansi apikal akan hilang, sehingga pertumbuhan cabang-cabang

batang berjalan dengan baik. Auksin dapat terurai bila terkena cahaya. Bila suatu koleoptil

dikenai cahaya dari samping, maka bagian koleoptil yang terkena cahaya auksinnya akan terurai

sehingga pertumbuhannya lebih lambat daripada bagian koleoptil yang tidak terkena cahaya.

Akibatnya koleoptil akan tumbuh membelok ke arah datangnya sinar.

Giberelin : Hormon ini berfungsi mengatur pemanjangan batang (ruas batang), juga

pertumbuhan pucuk dan pembentukan buah. Secara umum fungsi giberelin adalah untuk

merangsang pertumbuhan meraksasa dan terbentuknya buah tanpa biji (partenokarpi).

Sitokinin : Hormon tumbuhan ini mempengaruhi pertumbuhan, pengaturan pembelahan

sel, dan pemanjangan sel. Konsentrasi sitokinin dan auksin yang seimbang merupakan hal yang

sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Sitokinin sendiri tampaknya mempunyai peranan

dalam memperpanjang usia jaringan.

Asam Absisat (= dormin) : Asam absisat ditemukan pada umbi-umbian dan biji-biji yang

dorman, beberapa jenis buah-buahan, daun, dan jaringan tumbuhan lain. Secara fungsi asam

absisat adalah mempercepat penuaan daun, merangsang pengguguran daun, dan memperpanjang

masa dormansi (menghambat perkecambahan biji).

Gas etilen : Buah yang sudah tua menghasilkan gas etilen yang dianggap sebagai hormon

yang dapat mempercepat pemasakan buah yang masih mentah. Gas etilen meningkatkan respirasi

sehingga buah yang asalnya keras dan masam, menjadi empuk dan berasa manis.

Kalin: Kalin adalah hormon yang merangsang pembentukan organ tubuh. Berdasarkan

organ yang dibentuknya, kalin dibedakan atas:

Kaulokalin : merangsang pembentukan batang

Rhyzokalin : merangsang pembentukan akar. Sekarang telah diketahui bahwa rhyzokalin

identik dengan vitamin B1 (thiamin)

Filokalin : merangsang pembentukan daun

Page 6: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

Antokalin : merangsang pembentukan bunga

Asam traumalin : Batang atau akar tumbuhan dapat mengalami luka. Tumbuhan memiliki

kemampuan untuk memperbaiki bagian yang luka, disebut daya restitusi atau regenerasi.

Peristiwa ini terjadi dengan bantuan hormon luka atau kambium luka atau asam traumalin. Luka

yang terjadi dapat tertutup kembali dengan membentuk jaringan kalus dan jaringan yang rusak

dapat diganti dengan yang baru.

Abu Vulkanik

Endapan material akibat letusan gunung berapi mulai dari Merapi pada tahun 2010 hingga

Kelud pada tahun 2014 telah menyebabkan lapisan permukaan lahan-lahan pertanian di

sekitarnya menjadi tertutup oleh tebalnya material panas dari gunung tersebut, terutama oleh abu

vulkanik. Dampak yang ditimbulkan menyebabkan lahan untuk produksi pertanian menjadi tidak

subur lagi.Hasil penelitian sebelumnya (Nurlaenydkk.,2012) menunjukkan bahwa pada

kombinasi mediatanamtanahyang mengandung persentase abu vulkanik Merapi dalam jumlah

besar ternyata memberikan nilai bobot kering pupus tanaman yang sanga trendah.Hal ini

membuktikan bahwa keberadaan material vulkanik yang masih merupakan bahan baru (recent

material) dalam suatu media tanam belum dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara

optimal, terutama dalam mendukung ketersediaan air dan unsure hara bagi tanaman.Sifat fisika

abu vulkanik Merapi yang khas adalah apabila jatuh kepermukaan tanah menyebabkan abu akan

cepat mengeras dan sulit ditembus air, baik dari atas ataupun dari bawah permukaan tanah,

Namun, di samping sisi negative adanya abu vulkanik, ada sisi positif dari adanya abu

vulkanik, material dari letusan gunung berapi merupakan bahan yang kaya akan unsure hara

sehingga berpotensi meningkatkan kesuburan tanah pertanian di kemudian hari dan dapat

memperbaharui sumber daya tanah (Munir, 1996). Komponen material yang dikandung

diantaranya kuarsa (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besioksida (Fe2O3) dalam jumlah sangat

tinggi, selain juga terkandung unsure Ca, Mg, Na serta material lainnya (Hartosuwarno, 2010).

Hasil pelapukan lanjut dari abu vulkanik ini mengakibatkan terjadinya penambahan kation-

kation hara (Ca, Mg,K dan Na) di dalam tanah sebanyak hampir 50% dari keadaan sebelumnya

(Fiantis, 2006).

Seiring dengan berjalannya waktu, residu yang tersimpan di dalam kombinasi media tanam

berasal dari pelapukan campuran abu vulkanik Merapi yang tertinggal didalam media tanam.

Setelah melalui proses pelapukan yang cukup lama, abu vulkanik yang terdeposisi di atas

permukaan tanah akan mengalami pelapukan secara fisik maupun kimiawi dengan bantuan air

dan asam-asam organik yang ada di dalam tanah. Proses pelapukan secara alami ini ternyata

memerlukan waktu yang sangat lama bahkan dapat mencapai ribuan sampai jutaan tahun

(Fiantis, 2006).

Pelapukans ecara fisik dapat terjadi karena factor kelembaban, fluktuasi suhu dan juga

pertumbuhan tanaman. Fluktuasi suhu yang terja diantara siang dan malam menyebabkan

pengembangan dan kontraksi antar bagian permukaan dandalam batuan atau mineral, sehingga

menghasilkan cekaman (stress), pengelupasan (splitting), retakan (fissuring) dan perombakan

(decay) (Sutanto, 2005). Akibat perubahan suhu yang drastic dan hantaman air hujan secara fisik

Page 7: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

maka abu vulkanik hasil erupsi yang menutupi lapisan tanah lambat laun akan mengalami

pelapukan (Hanafiah, 2010).

Secara kimiawi, proses pelapukan berlangsung dengan adanya bantuan dari larutan tanah

dan asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik tanah (Hardjowigeno, 2007; Syukur

dan Harsono, 2008). Adanya residu bahan organik yang bersumber dari sisa-sisa pupuk kandang

sapi serta gulma yang dibenamkan dan akar tanaman jagung di dalam kombinasi media tanam

akan meningkatkan kadar air serta kapasitas pegang air di dalam media tanam tersebut, sehingga

proses pelapukan abu vulkanik dapat dipercepat dan melepaskan unsur-unsur hara.

Jagung

Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenisrumputan/graminae yang

mempunyai batang tunggal, meski terdapatkemungkinan munculnya cabang anakan pada

beberapa genotipe danlingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun

jagungtumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletakpada bagian

terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukansilang. Jagung merupakan

tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukanpada saat inisiasi bunga jantan, dan

dikendalikan oleh genotipe, lamapenyinaran, dan suhu (Subektidkk, 2010).

Gambar 3.Tanaman jagung

Klasifikasi jagung

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Page 8: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L. (plantamor.com)

Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung

akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliamset

al., 1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses

imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang

tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang

tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula,asam-asam lemak, dan asam amino yang

dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza

memanjangmenembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah radikelmuncul,

kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktuyang sama atau sesaat kemudian

plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang

mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam

pemunculankecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaantanah,

pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptildan menembus permukaan

tanah.

II.2. Kerangka Berpikir

III.3. Hipotesis Awal

Ho : penambahan abu vulkanik dalam media tanam tidak mempengaruhi

pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays)

Ha : penambahan abu vulkanik dalam media tanam mempengaruhi pertumbuhan

tanaman jagung (Zea mays).

Tanaman jagung Sawah/ ladang

Erupsi

Gunung berapi

Dampak

Tempat tumbuh

Jenis tanahsubur

Abu vulkanik

Pengamatan

terhadap

perkecambah

an

humus

Page 9: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

BAB III

METODOLOGI

III.1. Variabel

Bebas : Banyaknya abu vulkanik

Terikat : pertumbuhan tanaman Jagung (Zea mays)

Kontrol : kadar air, intensitas cahaya, suhu tanam, pH media tanam, biji tanaman

jagung berkualitas sama dengan ukuran yang hampir sama

III.2. Waku dan Tempat

Waktu : 08 November – 20 November 2014

Tempat : Kebun percobaan biologi (green house)

III.3. Alat dan Bahan

Alat :

Polybag 25cm x 25cm x 0.006mm 6 kantong

Timbangan 1 buah

Gelas ukur 1 buah

Penggaris 30cm 1 buah

Ayakan pasir 1 buah

Page 10: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

Bahan :

Pasir 5kg

Biji Jagung (Zea mays) 50 biji

Abu vulkanik 5kg

Air

III.4. Langkah Penelitian

1. Praktikan menyiapkan alat dan bahan

2. Memasukkan media tanam yang dipakai (pasir dan abu vulkanik) ke dalam polybag

sesuai dengan perlakuan yang ditentukan

Perlakuan A : 0% bagian abu vulkanik dari keseluruhan media tanam seberat

± 2kg

Perlakuan B : 50% bagian abu vulkanik dari keseluruhan media tanam seberat

± 2kg

Perlakuan C : 100% bagian abu vulkanik dari keseluruhan media tanam seberat

± 2kg

3. Menggemburkan media tanam yang sudah dalam polybag dengan air secukupnya

4. Pada saat yang sama, menyortir biji jagung yang akan digunakan dalam percobaan

dengan memasukkannya ke dalam air

5. Memasukkan 5 keping biji jagung ke dalam tiap polybag yang berisi media tanam

yang telah siap

6. Meletakkan polybag yang telah berisi biji-biji jagung pada ruang dan intensitas

cahaya yang sama

7. Melakukan penyiraman satu kali sehari pada sore hari dengan volume air yang sama

pada setiap polybag

8. Mengamati pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tiap tanaman di setiap

polybag setiap tiga hari sekali dan mencatatnya dalam tabulasi data dengan 5 kali

pengamatan.

Page 11: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan ini digunakan sistem rancangan acak lengkap (RAL) karena unit

eksperimen yang diambil datanya benar-benar diupayakan untuk homogen, mulai dari jenis biji

jagung yang dipakai, masa perendaman biji, ukuran biji, media tanam, kecepatan angin di sekitar

lingkungan penanaman, intensitas cahaya yang diterima tanaman sampai pada suhu tanam. Jenis

data yang dieroleh berupa data rasio dari pengukuran tinggi/ panjang tanaman dengan parameter

awal tidak diketahui. Pada percobaan ini pula data yang didapat bukan merupakan data

berpasangan karena data hanya diambil setelah diberi perlakuan, maka guna mencari nilai

korelasi antar perlakuan diujikan analisis korelasi parametrik untuk mncari derajat hubungan

antar variable dengan menggunakan program SPSS dan didapatkan hasil :

Page 12: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

Dari hasil analisis yang dilakukan terlihat jumlah data yang diambil tiap perlakuan adalah 30 data mencakup pengulangan dan pengamatan yang dilakukan. Rata-rata data tinggi tanaman yang dihasilkan pada perlakuan tanpa abu (0% abu dari keseluruhan berat media tanam) menunjukkan nilai seebesar 17,9117; sedangkan rata-rata tinggi tanaman untuk perlakuan setengah abu (50% abu dari keseluruhan berat media tanam) menunjukkan nilai 17,7750; dan rata-rata data tinggi tanaman untuk perlakuan full abu (100% abu dari keseluruhan berat media tanam) meunjukkan nilai 10.1867. Hal ini memperlihatkan perlakuan pemberian abu mempengaruhi tinggi tanaman jagung yang dipakai, semakin banyak kadar pemberian abu pada media tanam akan membuat rata-rata tinggi tanaman jagung yang dipakai menurun.

Analisis selanjutya adalah korelasi atau hubungan antara control yang ditetapkan dengan perlakuan yang diberikan pada percobaan. Analisis ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang dibuat sebelum percobaan dilakukan. Nilai pearson correlation(rhitung) pada perlakuan 50% kadar abu dari berat total media tanam menunjukkan angka 0.736 dan untuk perlakuan 100% kadar abu dari berat total media tanam menunjukkan nilai 0.757. Sedangkan nilai r tabel dengan nilai derajat bebas (db) = N-2 = 28 pada taraf kesalahan 1% sebesar 0,463. Dari hasil ini maka diperoleh rhitung = 0,736 > r(0.01,28) = 0,463 untuk pemberian abu dengan kadar 50% dari berat total media tanam. Pada pemberian abu dengan kadar 100% dari berat total media tanam didapatkan hasil rhitung = 0,757 > r(0.01,28) = 0,463. Dari kedua hasil ini maka dapat dinyatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang brarti ada pengaruh pemberian abu vulkanik pada media tanam dalam perkecambahan tanaman jagung. Pengaruh yang diberikan telah disampaikan melalui data deskriptif yang telah dijelaskan sebelumnya.

Page 13: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

Fiantis, D. 2006. Laju Pelapukan Kimia Debu Vulkanis G. Talang dan Pengaruhnya terhadap

Proses Pembentukan Mineral Liat Non-Kristalin. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas.

Jurnal. http://repositoryunand.blogdetik.com/2011/03/29/jurnal-tahun-2006/ (diaksestanggal

18 Oktober 2014, pukul 19.54 WIB).

Hanafiah, K.A. 2010.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta :Rajawali Pers.

Hardjowigeno, S. 2007.Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta : Akademika Pressindo.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan

Pemanfaatannya. Jakarta : Pustaka Jaya.

Nurlaeny, N., Saribun, D.S., & Hudaya, R. 2012. Pengaruh Kombinasi Abu Vulkanik Merapi,

Pupuk Kandang Sapi dan Tanah Mineral terhadap Sifat Fisika-Kimia Media Tanam serta

Page 14: Proposal Group Project Fisiologi Tumbuhan Fix Blm Pembahasan

Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal. Bionatura Vol. 14 (3):186-194

(diakses tanggal 18 Oktober 2014, pukul 20.15 WIB).

McWilliams, D.A., D.R. Berglund, and G.J. Endres. 1999. Corn Growth and Management Quick

Guide.www.ag.ndsu.edu (diakses tanggal 20 November 2014, pukul 19.09 WIB).

Subekti, Nuning Argo. dkk. 2010. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai

Penelitian Tanaman Serealia Maros.

Jurnal.http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/empat.pdf (diakses tanggal

20 November 2014, pukul 20.15 WIB)

Syukur, A. & Harsono E.S. 2008.Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan NPK terhadap

Beberapa Sifat Kimia dan Fisika Tanah Pasir Pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan

Lingkungan. 8 (2): 138-145 (diakses tanggal 18 Oktober 2014, pukul 20.00 WIB).

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301 (diakses tanggal 20 November 2014, pukul

20.45 WIB)