siti kamilah fitk

Upload: nida

Post on 03-Mar-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    1/70

    ABSTRAK

    Siti Kamilah

    Manajemen Kearsipan Personil Pendidikan di SMK Harapan Bangsa Depok

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui bagaimanakah

    pelaksanaam manajemen kearsipan personil pendidikan dan untuk mengetahui seberapaefektif manajemen kearsipan personil pendidikan dalam rangka proses menunjang

    pendidikan.Hasil penelitian ini adalah digambarkan bahwa pelaksanaan manajemen kearsipan

    personil pendidikan Di SMK Harapan Bangsa Depok dikategorikan cukup baik. Hal ini

    dapat dilihat dari fasilitas kearsipan yang tersedia di SMK Harapan Bangsa Depok cukup

    lengkap sehingga memudahkan pegawai kearsipan melaksanakan kegiatan kearsipan,mulai dari pencatatan dan pendistribusian surat, penyimpanan arsip, penemuan kembali

    arsip, pemeliharaan arsip, penyusutan, pemindahan dan pemusnahan arsip. Disamping itu

    tenaga yang ada juga mendukung keterlaksanaan pengelolaan arsip dengan baik.Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    deskriptif. Untuk memudahkan penganalisaan data, fakta dan informasi yang akanmengungkapkan dan menjelaskan permasalahan data penelitian ini penulis menggunakanmetode deskriptif melalui penelitian lapangan (field research). Metode ini dimaksudkan

    agar dapat memberikan gambaran dan analisis secara obyektif tentang pelaksanaan

    pengelolaan kearsipan personil pendidikan. Responden sebagai sumber data dalam

    penelitian ini adalah kepala Tata Usaha SMK Harapan Bangsa Depok.Namun demikian tentunya masih terdapat banyak kekurangan dalam pengelolaan

    kearsipan itu sendiri, diantaranya belum adanya pegawai arsiparis yang tetap (khusus

    mengelola arsip) karena pegawai arsiparis masih merangkap sebagai tata usaha yangtentunya banyak hal lain yang harus diselesaikan.

    i

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    2/70

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK.................. i

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... iv

    BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A.

    Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4

    C.

    Pembatasan Masalah ....................................................................... 5

    D. Perumusan Masalah ........................................................................ 5

    E. Kegunaan Hasil Penelitian .............................................................. 5

    BAB II : KAJIAN TEORI .................................................................................. 7

    A. ARSIP PERSONIL PENDIDIKAN ................................................ 7

    1.

    Pengertian Arsip Personil Pendidikan ....................................... 7

    2. Fungsi Arsip Personil Pendidikan ............................................. 9

    3.

    Jenis-jenis Arsip dan Media Penyimpanan Arsip ..................... 15

    B.

    PENGELOLAAN ARSIP PERSONIL PENDIDIKAN ................. 17

    1. Pentingnya Kearsipan Yang Baik .. .................................. 18

    2. Kegiatan Pengelolaan Kearsipan............................................... 18

    BAB III : METODE PENELITIAN .................................................................... 41

    A. Tujuan Penelitian ............................................................................ 41

    B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 41

    C.

    Sumber Data .................................................................................... 41D.

    Metodologi Penelitian ..................................................................... 42

    E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 42

    F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 42

    BAB IV : HASIL PENELITIAN ......................................................................... 42

    A. Gambaran Objek Penelitian ............................................................ 43

    B. Pelaksanaan Manajemen Kearsipan Personil pendidikan Di SMK

    Harapan Bangsa Depok ................................................................... 51

    C. Faktor-faktor Kearsipan yang baik.................................................. 59

    iv

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    3/70

    v

    BAB V : PENUTUP ........................................................................................... 64

    A.Kesimpulan........................................................................................64

    B.Saran..................................................................................................64

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    4/70

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Pedoman wawancara dengan kepala tata usaha .................................... 42

    Tabel 2 Struktur organisasi ................................................................................45

    Tabel 3 Data tenaga guru SMK Harapan Bangsa depok....................................46

    Tabel 4 Data guru dan karyawan SMK Harapan Bangsa Depok .......................46

    Tabel 5 Jumlah siswa tahun ajaran 2006/2007 ..................................................48

    Tabel 6 Keadaan sarana dan prasarana SMK Harapan Bangsa Depok ..............49

    vi

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    5/70

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang Masalah

    Dewasa ini, informasi menjadi kebutuhan mutlak bagi setiap

    organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Setiap pekerjaan dan

    kegiatan di perkantoran memerlukan data dan informasi.1 Oleh karena itu,

    informasi menjadi bagian yang sangat penting untuk mendukung proses kerja

    administrasi dan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dari birokrasi di

    dalam menghadapi perubahan situasi dan kondisi yang berkembang dengan

    cepat.

    Salah satu sumber informasi penting yang dapat menunjang proses

    kegiatan administrasi maupun birokrasi adalah arsip (record). Sebagai

    rekaman informasi dari seluruh aktivitas organisasi, arsip berfungsi sebagai

    pusat ingatan, alat bantu pengambilan keputusan, bukti eksistensi organisasi

    dan untuk kepentingan organisai yang lain. Berdasarkan fungsi arsip yang

    sangat penting tersebut maka harus ada manajeman atau pengelolaan arsip

    yang baik sejak penciptaan sampai dengan penyusutan.

    Prosedur kearsipan yang baik dilakukan secara sentralisasi ataupun

    secara desentralisasi; bermaksud menyediakan pelayanan informasi yang

    terkandung dalam record setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya bila

    1Zulkifli Amsyah,Manajemen Kearsipan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), h. 2

    1

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    6/70

    2

    diperlukan. Adapun ciri-ciri penyelenggaraan prosedure record yang baik

    antara lain:

    1. Sedikit record.Recordyang sedikit, benar-benar bermutu baik

    2. Untuk informasi sekarang, maupun yang akan datang

    3. Prosedur yang dipilih mengakibatkan penghematan biaya tanpa

    mengurangi efisiensi dan efektivitas.2

    Untuk dapat mencapai ciri-ciri tersebut, diperlukan sistem-sistem filing

    yang menunjang tercapainya efisiensi. Penerapan sistem filing di tiap-tiap unit

    kerja dengan memperhatikan unsur-unsur dasar sebagai motor penggerak bagi

    penyelenggaraan sistem filing.

    Realitas tersebut dapat dilihat dalam berbagai kesempatan diskusi dan

    seminar bidang kearsipan yang senantiasa muncul keluhan dan persoalan

    klasik seputar tidak diperhatikannya bidang kearsipan suatu instansi atau

    organisasi, pimpinan yang memandang sebelah mata tetapi selalu ingin

    pelayanan cepat dan tentu saja persoalan tidak sebandingnya insentif yang

    diperoleh pengelola kearsipan dengan beban kerja yang ditanggungnya.

    Problema-problema tersebut tentu sangat memprihatinkan, karena

    muaranya adalah pada citra yang tidak baik pada bidang kearsipan. Padahal

    bidang inilah yang paling vital dalam kerangka kerja suatu administrasi. Tertib

    administrasi yang diharapkan hanya akan menjadi omong kosong apabila

    tidak dimulai dari tertib kearsipannya.

    Arsip memang bukan hanya sekedar hasil samping dari kegiatan

    organisasi, arsip diterima dan diciptakan oleh organisasi dalam rangka

    pelaksanaan kegiatan dan disimpan sebagai bukti kebijakan dan aktivitasnya.

    Sebagai salah satu sumber informasi arsip memiliki banyak fungsi yang

    signifikan untuk menunjang proses kegiatan administratif dan fungsi-fungsi

    manajemen birokrasi, disamping sebagai sumber primer bagi para

    peneliti/akademisi. Sehubungan dengan itu semua, maka peningkatan dan

    penyempurnaan bidang kearsipan merupakan bagian integral daripada bidang

    2

    E. Martono, Kearsipan, Rekod manajemen dan Filing dalam Praktek PerkantoranModern, (Jakarta: Karya Utama, 1994), Cet. Ke-5, h. 74

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    7/70

    3

    administrasi dan manajemen.

    Persoalan mendasar yang dihadapi para pengelola kearsipan

    sebenarnya bukan terletak pada sulitnya menerapkan suatu sitem kearsipan,

    tetapi lebih pada bagaimana meyakinkan orang untuk mau menerapkan sistem

    kearsipan yang baik. Banyak arsip hanya terkelola seadanya tanpa pengelolaan

    yang intensif. Padahal arsip merupakan hal yang sangat penting.

    Arsip perlu dipelihara, dijamin keselamatannya agar dapat digunakan

    untuk berbagai keperluan. Ini berarti bahwa setiap organisasi mempunyai

    tugas dan tanggung jawab untuk menyelematkan bahan pertanggung jawaban

    kegiatan organisasi. Upaya ini disamping melakukan pembinaan di bidang

    sistem kearsipannya, juga merancang penggunaan ruangan dan peralatan

    sesuai dengan ketentuan teknis kearsipan.

    Kelengkapan pusat arsip harus dirancang agar mampu menampung

    arsip dalam jumlah besar dan dengan biaya serendah mungkin. Penempatan

    pusat arsip harus dirancang sedemikian rupa, yang disesuaikan dengan kondisi

    dan karakteristik organisasinya. Untuk penempatannya ada beberapa pilihan

    yang dapat dilakukan, diantaranya adalah pusat arsip dibangun menjadi satu

    dengan gedung induk, atau dapat pula dibangun terpisah dari gedung

    kantornya. Bagi organisasi yang tidak besar (sedang atau kecil) dengan jumlah

    arsip yang relatif kecil, pada umumnya pusat arsip dibangun menjadi satu

    dengan gedung kantor. Untuk gedung yang bertingkat ditempatkan pada lantai

    bawah agar tidak membebani kontruksi gedung kantor. Sedangkan bagi

    gedung kantor yang tidak bertingkat, dapat ditempatkan ditengah, dengan

    syarat terhindar dari lalu lalang pegawai unit kerja lainnya. Hal ini agar lebih

    mudah melayani pengguna arsip, dan dipihak lain juga untuk menjaga

    keamanan informasi dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Ruangan dan

    perlengkapan disediakan dengan memperhatikan keamanan arsip dari bahaya

    kebakaran, air, serangga, suhu dan kelembaban.3

    Pengelolaan arsip memegang peranan penting bagi jalannya suatu

    3

    Boedi Martono, Penataan Berkas dalam Manajemen Kearsipan, (Jakarta: Pustaka Sinar,1992), Cet. Ke-1, h. 89

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    8/70

    4

    organisasi, yaitu sebagai sumber informasi dan sebagai pusat ingatan

    organisasi, yang dapat bermanfaat untuk bahan penilaian, pengambilan

    keputusan atau penyusunan program pengembangan dari organisasi yang

    bersangkutan. Hal ini seringkali diabaikan dengan berbagai macam alasan.

    Berbagai kendala seperti kurangnya tenaga arsiparis maupun terbatasnya

    sarana prasarana selalau menjadi alasan buruknya pengelolaan arsip. Kondisi

    semacam itu diperparah dengan image yang selalu menempatkan bidang

    kearsipan sebagai bidang pinggiran di sekolah sehingga pengelolaannya pun

    kurang begitu diperhatikan.

    Selain itu, tidak adanya kontrol yang baik dari kepala sekolah membuat

    keadaan arsip tidak begitu terjaga. Arsip-arsip hanya menjadi sesuatu hal yang

    sifatnya pelengkap bukan menjadi data penting yang semestinya harus terjaga

    dengan baik.

    SMK Harapan Bangsa sebagai salah satu pusat kegiatan pendidikan

    formal pasti memproduksi berbagai dokumen harus dipelihara dengan baik

    agar dapat dimanfaatkan oleh warga sekolah yang bersangkutan. Oleh karena

    itu sekolah sangat membutuhkan tata kelola arsip yang baik.

    Masih pada kenyataan bahwa banyak sekolah yang kurang peduli

    dengan kearsipan sehingga sekolah mengalami kendala-kendala dalam

    mengambil kembali data-data yang dibutuhkan.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas

    dan menuangkan masalah ini dalam bentuk skripsi dengan judul

    Manajemen Kearsipan Personil pendidikan di SMK Harapan Bangsa

    Depok.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat

    diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

    1.

    Belum terkelola dengan baik arsip-arsip yang ada di sekolah.

    2. Terbatasnya keterampilan yang dimiliki pegawai kearsipan dalam

    mengelola arsip-arsip yang ada di sekolah.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    9/70

    5

    3. Minimnya kontrol pimpinan terhadap keadaan arsip-arsip yang ada di

    sekolah.

    4. Kurangnya kebijakan yang menunjang pengelolaan arsip-arsip yang ada di

    sekolah.

    5. Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang tata kelola arsip yang baik.

    6. Minimnya perhatian khusus yang diberikan pimpinan dan pegawai

    administrasi dalam menjaga arsip personil pendidikan di sekolah.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah dan untuk membatasi kajian

    pendidikan hanya pada pengelolaan kearsipan personil pendidikan. Adapun

    yang dimaksud dengan pengelolaan kearsipan personil pendidikan adalah

    pengelolaan informasi yang direkam dalam bentuk atau medium apapun,

    dibuat,diterima dan dipelihara oleh suatu organisasi /lembaga /

    badan/perorangan dalam rangka pelaksanaan kegiatan kearsipan personil

    pendidikan termasuk di dalamnya adalah guru.

    D. Perumusan Masalah

    Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan

    masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kearsipan personil pendidikan di

    SMK Harapan Bangsa Depok?

    2.

    Seberapa efektif manajemen kearsipan personil pendidikan dalam rangka

    membantu proses pendidikan?

    E. Kegunaan Hasil Penelitian

    Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara

    akademik dalam pengembangan ilmu manajemen kearsipan. Selain itu

    penelitian diharapkan memberikan manfaat secara praktis bagi berbagai pihak,

    terutama:

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    10/70

    6

    a. Penelitian ini diharapkan berguna bagi penulis dalam menambah wawasan,

    pengalaman, dan pengetahuan tentang materi atau kajian yang dibahas.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para kepala sekolah sebagai

    masukan positif dalam menciptakan kondisi sekolah yang baik.

    c. Penelitian ini diharapkan berguna bagi guru untuk memperbaiki

    komunikasi yang baik antar sesama guru demi terciptanya hubungan kerja

    yang baik dan harmonis.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    11/70

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. ARSIP PERSONIL PENDIDIKAN

    1.

    Pengertian Arsip Personil Pendidikan

    Menurut bahasa referensi, arsip atau recordsmerupakan informasi

    yang direkam dalam bentuk atau medium apapun, dibuat, diterima, dan

    dipelihara oleh suatu organisasi/lembaga/badan/perorangan dalam rangka

    pelaksanaan kegiatan. Secara etimologi arsip berasal dari bahasa asing,

    orang Yunani mengatakan Archivum yang artinya tempat untuk

    menyimpan.1

    Pengertian-pengertian tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan

    betapa sebenarnya bidang kearsipan itu sudah cukup akrab di indera

    dengar kita disamping juga sudah cukup tua umur kemunculannya. Lebih

    dari sekedar diskusi tentang istilah arsip, sebenarnya secara akademis kita

    juga akan lebih jauh melihat eksistensi kearsipan sebagai ilmu

    pengetahuan. Bila ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan yang tersusun

    dan pengetahuan adalah pengamatan yang disusun secara sistematis, maka

    kearsipan tentu dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan. Semua itu

    dikemukakan sebagai justifikasi terhadap eksistensi kearsipan. Lebih jauh

    lagi kita dapat melacak kedudukan kearsipan dalam kerangka ilmu

    informasi. Dalam ilmu informasi kita mengenal dokumentasi yang

    1 Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, (Yogyakarta, Liberty, 1985), Cet. Ke-1, h. 1

    7

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    12/70

    8

    didalamnya meliputi dokumen dalam wujud korporil (museum), dokumen

    dalam wujud literair (perpustakaan), dan dokumen privat (kearsipan).

    Yang dimaksud dengan kearsipan adalah tata cara pengurusan

    penyimpanan warkat menurut aturan dan prosedur yang berlaku dengan

    mengingat tiga unsur yaitu penyimpanan, penempatan dan penemuan

    kembali.2

    George R. Terry dalam bukunya Office Management and

    Control mengatakan kearsipan adalah penempatan kertas-kertas dalam

    tempat-tempat penyimpanan yang baik menurut aturan yang telah

    ditentukan terlebih dahulu sedemikian rupa sehingga setiap kertas apabila

    diperlukan dapat diketemukan kembali dengan mudah dan cepat.3Dalam

    istilah kearsipan, arsip adalah tulisan yang dapat memberikan keterangan

    tentang kejadian-kejadian dan pelaksanaan organisasi yang dapat berwujud

    surat menyurat, data dan bahan-bahan yang dapat berbicara dan dapat

    memberikan keterangan yang jelas dan tepat.

    Pengertian Arsip menurut undang-undang Nomor 43 Tahun 2009

    tentang Kearsipan, yang dinyatakan bahwa arsip adalah rekaman kegiatan

    atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan

    perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan

    diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan,

    perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan

    perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

    dan bernegara.4

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa arsip tercipta dari

    setiap kegiatan baik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga negara, badan-

    badan pemerintah, swasta maupun perorangan dalam pelaksanaan kegiatan

    pemerintahan maupun kehidupan kebangsaan.

    2Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 3

    3Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 3

    4Undang-undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    13/70

    9

    Personil pendidikan dalam arti luas meliputi guru, pegawai, dan siswa. dimaksud

    dengan personil pendidikan adalah golongan petugas yang membidangi kegiatan

    edukatif dan yang membidangi kegiatan non edukatif (ketatausahaan ).5Personil

    bidang edukatif adalah mereka yang bertanggung jawab dalam kegiatan belajar

    mengajar, yaitu guru dan konselor dan konseling ( BK ), sedangkan yang

    termasuk didalam kelompok personil bidang non edukatif adalah petugas tata

    usaha dan penjaga atau pesuruh sekolah.

    Tiap kelompok personil diperlukan pembagian tugas dan tanggung

    jawab serta hubungan kerja yang jelas. Seorang pimpinan sekolah/kepala

    sekolah dapat dibantu oleh seseorang atau beberapa orang wakil kepala

    yang mengkoordinasikan urusan kurikulum/kegiatan belajar mengajar,

    urusan kesiswaan, urusan sarana prasarana pendidikan, urusan hubungan

    sekolah masyarakat, dan sebagainya.

    2. Fungsi Arsip Personil Pendidikan

    Dilihat dari segi fungsi arsip dibedakan menjadi dua yaitu arsip

    dinamis dan arsip statis (Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang

    Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan). Hal ini agak berbeda dengan

    pengertian arsip dinamis di Amerika yang disebut sebagai records,

    sedangkan arsip statis merupakan pengalihan arti dari archives. Arsip

    dinamis adalah arsip yang dapat dipergunakan secara langsung di dalam

    perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan dan

    pemerintahan pada umunya atau dipergunakan secara langsung di dalam

    penyelenggaraan administrasi negara. Sementara arsip statis tidak lagi

    dipergunakan didalam fungsi-fungsi menajemen organisasi pencipta, tapi

    dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan penelitian.

    Sementara itu menurut Sauki (1999 : 6) setidaknya ada 4 fungsi

    arsip yaitu (1) sebagai memori kolektif instansi (corporate memory), (2)

    sebagai penyedia data atau informasi bagi pengambilan keputusan

    (decisions making), (3) sebagai bahan pendukung proses pengadilan

    5

    http://www.google.co.id/search?q=pengertian+personil+pendidikan&hl=id&ei=DBuWTP7bFYe3cPL9haQF&start=40&sa=N

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    14/70

    10

    (lagition support), dan (4) penyusutan berkas kerja (retention). Fungsi-

    fungsi ini akan dapat dicapai apabila arsip dikelola dengan tepat antara

    lain melalui Sistem Informasi Kearsipan.

    Arsip dinamis berdasarkan pada kepentingan penggunaannya

    dibedakan menjadi dua yaitu arsip dinamis aktif (active records) dan

    inaktif (inactive records).Arsip dinamis aktif merupakan arsip yang secara

    langsung dan terus-menerus dibutuhkan dan dipergunakan di dalam

    penyelenggaraan administrasi. Sedangkan arsip dinamis inaktif merupakan

    arsip yang frekwensi penggunaannya untuk penyelenggaraan administrasi

    sudah berkurang.

    Menurut Betty R. Rikcs, suatu arsip dapat dipertimbangkan

    menjadi arsip inaktif jika dipergunakan kurang dari 10 kali dalam satu

    tahun. Frekwensi penggunaan ini sebenarnya bergantung pada kebutuhan

    organisasi masing-masing. Setiap organisasi dapat memiliki tingkat

    frekwensi penggunaan terhadap arsip berbeda-beda meskipun mungkin

    jenis arsipnya sama. Dengan melihat fungsi dan kegunaannya, maka arsip

    sebagai salah satu sumber informasi pada dasarnya harus dikelola di dalam

    suatu sistem (manajemen), sehingga memberi kemungkinan untuk dapat

    disajikan informasinya secara tepat kepada orang yang tepat pada waktu

    yang tepat dengan biaya yang diusahakan serendah mungkin.

    Berdasarkan fungsinya, arsip digolongkan menjadi dua yaitu arsip

    dinamis dan arsip statis.6 Arsip Dinamis, yaitu arsip yang masih

    diperlukan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan,

    penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya, atau arsip yang

    digunakan secara langsung dalam penyelengaraan administrasi negara.

    Arsip Statis, yaitu arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk

    perencanaan pelaksanaan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada

    umumnya, maupun untuk penyelenggaraan administrasi sehari-hari.

    Berdasarkan fungsinya dan juga untuk kepentingan tugas pekerjaan sehari-

    hari arsip dinamis dibedakan atas :

    6Zulkifli Amsyah,Manajemen Kearsipan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), h 2

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    15/70

    11

    a. Arsip aktif adalah arsip yang masih sering dipergunakan bagi

    kelangsungan pekerjaan dilingkungan satuan kerja pada suatu

    organisasi.b. Arsip inaktif adalah arsip yang tidak dipergunakan lagi secara terus

    menerus atau frekuensi kegunaannya oleh unit pengolahan sudah

    jarang dan hanya dipergunakan sebagai frekuensi bagi satu

    organisasi.7

    Arsip yang tercipta secara garis besar terbagi menjadi dua, yakni

    arsip biasa dan arsip vital. Kalau arsip biasa adalah jika terjadi sesuatu

    dengan arsip tersebut organisasi tidak akan terhenti kehidupannya.

    Sementara itu, arsip vital yaitu arsip yang sangat dibutuhkan olehorganisasi karena jika arsip ini hilang akan berakibat terhentinya kegiatan

    organisasi, dan organisasi tidak akan mampu menyusun kembali rekaman

    informasi yang dapat diterima.

    Mengingat pentingnya keberadaan arsip vital perlu dibuat suatu

    program yang sistematis mulai dari identifikasi arsip vital dari organisasi,

    prosedur penyimpanannya, dan prosedur perlindungannya. Program

    perlindungan arsip dinamis vital mengidentifikasi apa saja yang dicakup

    oleh arsip dinamis vital, prosedur penyimpanan atau prosedur

    penyimpanan duplikat arsip dinamis di tempat yang aman.8 Melalui

    program ini dapat dibuat suatu metode yang sistematis dan lebih spesifik

    yang disesuaikan dengan kondisi arsip dan kepentingan organisasi yang

    bersangkutan.

    Hilangnya arsip vital akan berakibat negatif bagi organisasi

    misalnya organisasi tidak dapat beroperasi lagi, timbul kekacauan dalam

    organisasi dan lain-lain. Oleh karena itu, arsip vital perlu mendapatkan

    perhatian dan perlindungan serta melakukan penataan yang baik dan

    benar. Hal ini memberikan pengertian bahwa arsip vital harus dilindungi

    dan diselamatkan dengan melakukan pengelolaan manajemen kearsipan,

    khususnya penataan dan perlindungan arsip vital.

    7Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 89-90

    8

    Sulistyo Basuki, Manajemen Pengelolaan Arsip Dinamis, (Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 2003), h. 229.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    16/70

    12

    Lebih jauh lagi kita dapat melacak kedudukan kearsipan dalam

    kerangka ilmu informasi. Dalam ilmu informasi kita mengenal

    dokumentasi yang didalamnya meliputi dokumen dalam wujud korporil

    (museum), dokumen dalam wujud literair (perpustakaan), dan dokumen

    privat (kearsipan).

    Sekarang ini, informasi telah menjadi kebutuhan mutlak informasi

    menjadi bagian yang sangat penting dalam fungsi manajemen di dalam

    menghadapi perubahan situasi dan kondisi yang berkembang dengan

    cepat. Menurut Schwart dan Hernon informasi saat sekarang merupakan

    sumber ekonomi yang memiliki nilai dan biaya produksi (Value and a cost

    of production) (1993:202). Nilai ekonomi dapat dilihat dari semakin

    komersialnya informasi, sehingga mempunyai nilai signifikan dan

    memberi peluang untuk dapat diperjualbelikan. Disamping itu proses

    pengelolaan yang tepat, dan penemuan kembali informasi dengan cepat,

    akurat dan lengkap memiliki nilai kuantitatif yang dapat diukur secara

    ekonomi. Arsip (records) sebagai salah satu sumber informasi terekam

    (recorded information) memiliki fungsi yang sangat penting untuk

    menunjang proses kegiatan administrasi negara dan manajemen birokrasi.

    Di samping itu arsip (archives) dapat pula dimanfaatkan oleh lembaga dan

    instansi pemerintah serta masyarakat umum bagi pendidikan dan

    penelitian. Sebagai endapan informasi kegiatan administrasi dan

    menajemen, arsip akan terus tumbuh dan berkembang secara akumulatif

    sejalan dengan semakin kompleksnya fungsi dan organisasi. Dampaknya

    arsip semakin menumpuk secara tidak terkontrol. Arsip-arsip cenderung

    diabaikan oleh pengelolaannya, karena dipandang tidak perlu disimpan di

    dalam suatu sistem. Akibatnya, apabila organisasi membutuhkan informasi

    arsip untuk kebutuhan pelaksanaan tugas ataupun untuk pengambilan

    keputusan (decision making), jadi sulit atau memerlukan waktu yang

    relatif lama untuk ditemukan kembali. Arsip sebagi salah satu sumber

    informasi membutuhkan suatu sistem pengelolaan (management) yang

    tepat sehingga dapat menciptakan efektifitas, efisiensi dan produktifitas

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    17/70

    13

    bagi organisasi.

    Apapun sebutan dan istilahnya, yang dimaksud dengan arsip

    adalah setiap catatan yang tertulis, tercetak, atau ketikan, dalam bentuk

    huruf, angka atau gambar, yang mempunyai arti dan tujuan tertentu

    sebagai bahan komunikasi dan informasi, yang terekam pada kertas (kartu,

    formulir), kertas film, media komputer, dan lain-lain.9

    Dari pengertian ini dapat ditarik beberapa pemahaman mendasar.

    Pertama, arsip harus merupakan bukti (evidence) dari suatu kejadian, tetapi

    bukti itu merupakan bukti dari lebih satu orang. Dengan kata lain, suatu

    arsip harus berisi data yang mempunyai arti sosial. Kedua, arsip harus

    disimpan di dalam bentuk yang nyata. Tiga media arsip secara umum

    terdiri dari kertas (paper), film dan (magnetic media). Arsip berbasis

    kertas merupakan data, gambar atau teks yang disimpan pada sesuatu yang

    terkomposisi secara kimiawi tanpa melihat ukuran, warna atau berat

    kertas. Arsip film merupakan data, gambar atau teks yang disimpan pada

    film, termasuk pula bentuk khusus film, seperti microfilm.

    Sementara arsip media magneticmerupakan data, gambar atau teks

    yang disimpan dan ditemukan kembali melalui penulisan kode secara

    magneticdan khusus berkaitan dengan komputer. Ketiga, arsip harus dapat

    ditemukan kembali secara fisik maupun informasinya. Arsip dapat

    dibedakan dengan non arsip (non record), karena non arsip merupakan

    keseluruhan informasi dalam bentuk yang tidak nyata. Satu contoh dari

    non arsip adalah percakapan biasa. Non arsip ini dalam kondisi lingkungan

    tertentu dapat menjadi arsip. Dalam pengertian yang hampir sarna,

    Milburn D. Smith ill, menyatakan bahwa arsip (record) merupakan

    keseluruhan bentuk inforrnasi yang terekam. Media arsip (record)

    merupakan keseluruhan bentuk informasi yang terekam. Media arsip

    menurutnya dapat berupa kertas, film, microfilm, media magnetik atau

    disk optik (1986:4). Pendapat ini sedikit berbeda dengan Lundgren dan

    Lundgren, karena media optik telah dimasukkan sebagai sebagai salah satu

    9Amsyah,Manajemen Kearsipan..., h. 3

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    18/70

    14

    media arsip. Smith ill membagi media arsip ke dalam beberapa kategori.

    Pertama, arsip-arsip dengan media elektronik (electronic media)

    yang meliputi disk magnetic, diskette, pita magnetic dan disk optik.

    Umumnya media elektronik digunakan untuk menyimpan informasi arsip

    dalam jenis dan jumlah yang besar.

    Kedua, media mikrofotografik (microphotographic media) yang

    meliputi mikrofilm atau microfiche dan komputer output microforms

    (COM). Media ini digunakan untuk menyimpan informasi yang

    membutuhkan akses cepat atau penyimpanan yang sangat lama.

    Bentuk media yang ketiga adalah arsip-arsip dalam basis kertas.

    Arsip ini umumnya berbentuk hard copy seperti memo-memo, surat,

    kontrak-konrak dan berkas proyek. Keuntungan bentuk ini adalah dapat

    menyediakan informasi untuk referensi jangka pendek dan sering kali

    digunakan untuk arsip vital (vital record). Bentuk media terakhir adalah

    media video dan suara atau biasa dikenal sebagai audio visual media.

    Media ini digunakan untuk menyimpan arsip-arsip gambar bergerak dan

    suara seperti kaset, audio kaset, dan video tape. Kecenderungan terakhir

    mengarah kepada media digital seperti laser disk, video compact disk

    (VCD) yang menyimpan arsip-arsip multidata, teks, gambar, grafik dan

    suara.

    Berdasarkan pada dua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan

    bahwa apapun jenis arsip harus memiliki tiga unsur yaitu, (1) arsip

    merupakan informasi terekam, (2) memiliki bentuk media yang nyata

    dalam arti dapat dilihat dan dibaca, diraba dan didengar dan yang terakhir

    (3) arsip memiliki fungsi dan kegunaannya. Berkaitan dengan hal itu pula,

    setidaknya ada beberapa fungsi arsip personil pendidikan, diantaranya

    adalah untuk menjaga informasi-informasi yang berkaitan dengan personil

    pendidkan suatu organisasi, menjadi keberlangsungan sebuah organisasi

    itu sendiri dan memudahkan kerja dan kinerja elemen yang ada dalam

    sebuah organisasi.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    19/70

    15

    3. Jenis-jenis dan Media Penyimpanan Arsip

    Arsip dinamis aktif yaitu arsip-arsip yang masih sering

    dipergunakan bagi kelangsungan pekerjaan dilingkungan satuan kerja (unit

    pengolah) pada suatu organisasi. Pada saat-saat tertentu arsip aktif

    mengalami perubahan nilai dan artinya menurut fungsinya dalam

    administrasi, sehingga arti dan nilainya dalam kehidupan administrasi

    mulai berkurang, dalam arti bahwa arsip aktif sudah jarang dipergunakan

    lagi. Pada tahap ini arsip dikatakan mencapai tahap inaktif/semi statis.

    Sedangkan arsip dinamis inaktif yaitu arsip-arsip yang tidak

    dipergunakan lagi secara terus menerus atau frekuensi kegunaannya oleh

    unit pengolah sudah jarang dan hanya dipergunakan sebagai referensi bagi

    suatu organisasi. Pada tahap inaktif arsip tersebut tidak lagi berada pada

    satuan kerja/unit pengolah, akan tetapi penyimpanannya dipusatkan di

    Pusat Penyimpanan Arsip.

    Menurut Agus Sugiarto dan Teguh Wahyono, jenis-jenis Arsip

    yaitu :

    a.

    Arsip menurut Subyek atau Isinya :

    1) Arsip Kepegawaian, contoh : data riwayat hidup pegawai, surat

    lamaran, rekaman dsb.

    2) Arsip Keuangan, contoh : laporan keuangan, bukti pembayaran,

    daftar gaji, SPMU dsb.

    3) Arsip Pemasaran, contoh : surat penawaran, surat pesanan, daftar

    harga dsb.

    4)

    Arsip Pendidikan, contoh : kurikulum, satuan pelajaran, rapor,

    transkrip mahasiswa dsb.10

    b. Arsip menurut Bentuk dan Wujud Fisik, dapat dibedakan menjadi :

    a) Surat, contoh : naskah perjanjian/kontrak, surat keputusan dsb.

    b) Pita rekaman, mikrofilm, disket dan CD.11

    c.

    Arsip menurut Nilai atau Kegunaannya, yaitu :

    10Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 10

    11Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan, h. 10

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    20/70

    16

    1) Arsip bernilai Informasi, contoh : pengumuman, pemberitahuan,

    undangan dsb.

    2) Arsip bernilai Administrasi, contoh : ketentuan-ketentuan

    organisasi, prosedur kerja dsb.

    3) Arsip bernilai Hukum, contoh : akte pendirian perusahaan, akte

    kelahiran, akte perkawinan dsb.

    4)

    Arsip bernilai Sejarah, contoh : laporan tahunan, notulen rapat,

    gambar/foto peristiwa dsb.

    5) Arsip bernilai Ilmiah, contoh : hasil penelitian

    6) Arsip bernilai Keuangan, contoh : kuitansi, bon penjualan, laporan

    keuangan dsb.

    7) Arsip bernilai Pendidikan, contoh : kurikulum, satuan pelajaran,

    program pengajaran dsb.12

    d. Arsip menurut sifat kepentingannya :

    1) Arsip nonesensial , contoh Surat Undangan dsb.

    2) Arsip berguna/biasa, contoh surat permohonan cuti, surat pesanan

    barang dsb.

    3) Arsip Penting, contoh : surat keputusan, laporan keuangan dsb.

    4) Arsip Vital, contoh : akte pendirian perusahaan, sertifikat

    tanah/bangunan dsb.13

    e. Arsip menurut Fungsinya :

    1)Arsip Dinamis yaitu arsip yang masih dipergunakan secara

    langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari.

    2)

    Arsip Statis yaitu arsip yang sudah tidak dipergunakan secara

    langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari.

    f. Arsip menurut tempat/tingkat pengelolaannya, dibedakan menjadi :

    1) Arsip Pusat, arsip yang disimpan secara sentralisasi atau berada

    dipusat organisasi. Berkaitan dengan lembaga pemerintah; Arnas

    Pusat di Jakarta.

    12Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan, h. 11

    13Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan, h. 11

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    21/70

    17

    2) Arsip Unit, arsip yang berada di unit-unit dalam organisasi.

    Berkaitan dengan lembaga pemerintah; Arnas Daerah di ibukota

    Propinsi.14

    g. Arsip menurut keasliannya dapat dibedakan :

    1) Arsip Asli, yaitu dokumen yang langsung terkena hentakan mesin

    ketik, cetakan printer, dengan tanda tangan dan legalisasi yang asli,

    yang merupakan dokumen utama.

    2) Arsip Tembusan, yaitu dokumen kedua, ketiga dst. yang dalam

    proses pembuatannya bersama dengan dokumen asli, tetapi

    ditujukan pada pihak lain selain penerima dokumen asli.

    3) Arsip salinan, yaitu dokumen yang proses pembuatannya tidak

    bersama dengan dokumen asli, tetapi memiliki kesesuaian dengan

    dokumen asli.

    4) Arsip Petikan, yaitu dokumen yang berisi bagian dari suatu

    dokumen asli.15

    h. Arsip menurut Kekuatan Hukum, dibedakan :

    1)

    Arsip Otentik adalah arsip yang diatasnya terdapat tanda tangan

    asli dengan tinta (bukan fotocopy atau film) sebagai tanda

    keabsahan dari isi arsip bersangkutan. Arsip otentik dapat

    dipergunakan sebagai bukti hukum yang sah.

    2) Arsip Tidak Otentik adalah arsip yang diatasnya tidak terdapat

    tanda tangan asli dengan tinta. Arsip ini berupa foto copy, film,

    mikrofilm, hasil print komputer dan lain sebagainya.

    B. PENGELOLAAN ARSIP PERSONIL PENDIDIKAN

    Kegiatan pengelolaan arsip personil pendidikan sangat diperlukan

    untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

    Personil pendidikan yang dimaksud meliputi guru, tenaga kependidikan,

    14Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan, h. 11

    15Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan, h. 11

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    22/70

    18

    kepala sekolah dan pegawai tata usaha. Pengelolaan arsip personil pendidikan

    yang dimaksud meliputi:

    1. Pentingnya Kearsipan yang Baik

    Untuk membantu kelancaran dalam pengelolaan kearsipan,

    terutama untuk mempermudah penemuan kembali suatu arsip, maka

    diperlukan banyak hal diantaranya sistem dan tenaga pengelola arsip itu

    sendiri. Sistem yang baik perlu didukung oleh manusia yang baik pula.16

    Sistem penyimpanan arsip yang tepat sangat menentukan dalam

    penemuan kembali arsip dari tempat penyimpanannya secara mudah dan

    tepat. Fasilitas kearsipan yang baik juga dapat mendukung keberhasilan

    pengelolaan suatu arsip. Fasilitas tersebut diantaranya adalah kertas, mesin

    tik, komputer, mesin stensil, map, folder, lemari, filing cabinet dan

    pencahayaan yang baik.

    Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah petugas arsip

    sendiri. Seseorang diberi tugas mengelola kearsipan harus memiliki

    syarat-syarat tertentu agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

    Syarat-syarat tersebut diantaranya adalah memiliki pengetahuan tentang

    kearsipan, mengetahui seluk-beluk organisasi, terampil, tekun, sabar, teliti,

    loyal, cerdas, serta dapat menyimpan rahasia.

    Berdasarkan pendapat di atas, maka setiap petugas arsip hendaknya

    memperhatikan sistem kearsipan yang ada di kantornya. Sistem kearsipan

    tersebut hendaknya sesuai dengan ciri-ciri seperti yang tersebut di atas.

    Apabila sistem kearsipan sesuai dengan ciri-ciri tersebut, maka tidak dapat

    dipungkiri lagi bahwa pengelolaan kearsipan akan berjalan lancar.

    2. Kegiatan Pengelolaan Kearsipan

    Daur hidup suatu arsip menurut Patricia E. Wallace mencakup

    proses penciptaan arsip (record creation), pendistribusian (records

    distribution), penggunaan (records utilization), penyimpanan arsip aktif

    16

    Moeftie Wiriadihardja, Beberapa Masalah Kearsipan Di Indonesia, (Jakarta, BalaiPustaka, 1987), Cet. Ke-1, h. 46

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    23/70

    19

    (storage-active record), pemusnahan arsip (record disposal) dan

    menyimpan arsip secara permanen (permanent storage). Sedangkan Betty

    R. Ricks etat, membagi daur hidup arsip dalam beberapa fase yakni

    penciptaan dan penerimaan (creation and receipt) pendistribusian

    (distribution), penggunaan (use), pemeliharan (maintenance) dan

    penyusutan (dispotition) arsip.

    Dari beberapa konsep mengenai daur hidup arsip sesungguhnnya

    dapat disederhanakan dalam tiga fase yaitu fase penciptaan arsip,

    penggunaan dan pemeliharaan arsip, dan fase penyusutan arsip sebagai

    masa istirahat arsip. Fase Penciptaan sebagai tahap awal arsip, baik pada

    daur hidup arsip menurut Wallace maupun Ricks, akan menentukan

    "perjalanan hidup" arsip selanjutnya. Pada fase inilah sesungguhnya cikal

    bakal suatu informasi akan menjadi arsip atau tidak. Oleh karenanya

    pengelolaan (manajemen) arsip dimulai pada fase penciptaan ini.

    a. Fase Penciptaan

    Masa penciptaan arsip merupakan awal dari lahirnya suatu

    active record (arsip dinamis aktif). Menurut Suzan Z. Diamond, proses

    penciptaan arsip mulai ketika perlu dituliskan diatas kertas, data

    dimasukkan ke dalam komputer atau informasi ditangkap ke dalam

    film. Arsip dinamis dapat berwujud berbagai media seperti kopi makas

    (hard copy), media magnetis, mikrobentuk, atau cakram optik (optical

    disc).17Betty R. Ricks et al, dalarn bukunya Information and Image

    Management. : A. Records Sistem Approach menyatakan bahwa

    arsip-arsip tercipta pada seluruh level organisasi mulai dari tingkat

    clerk sampai tingkat pimpinan eksekutif (1992 : 10). Pada masa

    penciptaan arsip ini menurut Robek, Brown and Maedke dilaksanakan

    beberapa proses manajemen adalah manajemen desain formulir,

    manajemen korespondensi dan manajemen pelaporan.

    1).Manajemen dan Desain Formulir

    17Basuki,Manajemen Pengelolaan Arsip Dinamis..., h. 229

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    24/70

    20

    Formulir bagi organisasi merupakan alat dasar bagi seluruh

    pekerjaan yang administratif, dandapat digunakan untuktransaksi,

    mentransmisi keterangan-keterangan, memberikan data untuk

    pengawasan dan mengurangi kesalahan-kesalahan administratif.

    Formulir dapat memberikan fasilitas terhadappengumpulan dan

    pemindahan data dan informasi dengan cepat dalam bentuk yang

    ringkas dan padat. Formulir merupakan alat penting untuk

    menciptakan dokumen karena formulir menentukan informasiapa

    yang akan dikumpulkan dan disimpan (Smith ill, 1986 : 1949).

    Formulir-formulir dinas harus dirancang terlebih dahulu sesuai

    dengan kebutuhan. Untuk itu suatu program manajemen formulir

    sangat dibutuhkan. Manajemen formulir merupakan salah satu

    fungsi menajemen arsip dinamis, yang dirancang untuk

    memperoleh pengumpulan dan distribusi informasi secara efisien

    (Rikcs,et al 1992 : 358). Menurut Smith III manajemen formulir

    bertujuan untuk membuat desain, produksi dan distribusi formulir-

    formulir untuk suatu kegiatan seefisien mungkin (1986 : 149).

    Manajemen formulir merupakan fase penciptaan standarisasi dari

    desain formulir, akan menentukan data dan infomasi apa saja yang

    layak direkarn. Isi data dan informasi yang akan direkarn

    sebaiknya juga akan menentukan kualitas kertas dan formulir.

    Informasi yang dianggap penting bagi organisasi atau sangat vital

    bagi keberlangsungan hidup organisasi akan menggunakan kualitas

    kertas yang tinggi. Dengan demikian desain formulir merupakan

    fase yang penting di dalam manajemen formulir.

    2).Manajemen Korespondensi

    Surat-surat yang berisi informasi kedinasan dalam bentuk

    pernyataan tertulis yang dibuat oleh organisasi sebagai sarana

    komunikasi pada dasarnya harus dikelola secara tepat agar dapat

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    25/70

    21

    meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi. Pengelolaan

    terhadap surat bagi organisasi merupakan hal yang penting. Hal ini

    berangkat pada efisiensi informasi yang akan direkam dalam surat

    dinas, yang memberikan pengaruh terhadap masa simpan fisik dan

    informasi surat. Sistem pengelolaan ini merupakan correspondence

    management atau yang seringkali disebut sebagai tata persuratan.

    Pada masa penciptaan, tata persuratan akan merancang dan

    mengatur bentuk, sistematik dan susunan, ukuran, kualitas kertas.

    Perancangan dan pengaturan sejak tahap awal keberlangsungan

    hidup arsip, akan mempermudah penyimpanan maupun pemilihan

    sarana simpannya dan membantu di dalam penemuan kembali.

    3).Manajemen Pelaporan

    Pelaporan merupakan proses kegiatan menginformasikan

    fakta-fakta dan kejadian-kejadian secara actual dan tertulis didalam

    rangka upaya pembinaan organisasi. Naskah laporan ini harus

    didistribusikan dengan cepat dan tepat dan disimpan untuk bahan-

    bahan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Untuk

    memperoleh laporan yang berkualitas, diperlukan suatu sistem

    (manajemen) yang mengatur keseluruhan proses penyusunan

    laporan. Manajemen pelaporan akan memberikan batas-batas

    sistematik di dalam menyusun dan merancang suatu laporan, baik

    yang menyangkut bahasa, materi dan format serta prosedur

    pendistribusiannya. Laporan yang berkualitas pada umumnya harus

    memiliki kriteria, antara lain:

    a) Laporan harus mentransmisi keterangan-keterangan.

    b) Laporan harus berisi fakta dan solusi dan bukan opini-opini.

    c) Laporan harus memberikan penjelasan yang rinci (exposition).

    Laporan harus bersifat objektif sehingga hal- hal yang

    bersifat subjektif dan emosional harus dihindarkan.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    26/70

    22

    b. Fase Penggunaan dan Pendistribusian Arsip

    Pengurusan surat merupakan salah satu elemen dan fungsi arti

    program manajemen kearsipan. Pengelolaan surat yang dilaksanakan

    secara efisien merupakan hal yang penting di dalam mendistribusikan

    informasi dari satu unit kerja ke unit kerja lain di dalam organisasi dan

    distribusi informasi antar organisasi. Dengan melaksanakan

    pengelolaan surat secara efektif akan mempercepat proses pelaksanaan

    kerja.

    Proses pengelolaan surat meliputi kegiatan-kegiatan

    penerimaan, pengarahan/penilaian, pencatatan, pendistribusian,

    pengendalian, pengolahan dan pengiriman surat dinas. Surat-surat yang

    telah selesai diolah atau selesai tindak lanjutnya disimpan (storage)

    pada tempat penyimpanan dengan suatu sistem tertentu.

    1).Sistem Penyimpanan dan Pemberkasan

    Surat-surat yang telah mendapat disposisi dapat dikatakan

    telah menjadi arsip. Arsip dapat disimpan dengan penataan

    terhadap arsip-arsip yang sudah memberkas (mengelompok).

    Kegiatan penataan berkas ini merupakan kegiatan yang bersifat

    mengatur, menyusun dan menata semua jenis arsip dalam bentuk

    tatanan yang sistematis dan logis agar dapat diketemukan kembali

    dengan cepat, tepat, akurat dan lengkap. Di dalam skema,

    pemberkasan, sistem penyimpanan dan penemuan kembali dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Sistem Pemberkasan Penyimpanan (storage) => Temu

    Kembali (Fisik) => informasi. Di dalam menyimpan arsip yang

    harus diperhatikan masalah asas pengorganisasian arsip. Arsip-

    arsip dinamis (aktif) dapat disimpan dan dikelola secara sentralisasi

    pada satu unit khusus di dalam organisasi yang biasa dikenal

    sebagai central file. Secara organisatoris pusat arsip merupakan

    bagian integral dari suatu organisasi, mengemban tugas

    melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan arsip inaktif dalam

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    27/70

    23

    lingkungannya.18 Teknik pengurusan penyelenggaraan rekod

    secara sentral sudah tentu amat menguntungkan bagi organisasi

    yang masih sederhana atau organisasi kecil yang urusannya tidak

    begitu rumit.19Dengan menerapkan asas sentralisasi maka sistem

    penyimpanan yang digunakan akan menjadi standar. Seluruh arsip

    akan dapat disimpan dan diketemukan kembali dengan aturan dan

    prosedur yang sama.

    Untuk organisasi yang relatif besar, asas penyimpanan yang

    tepat untuk diterapkan adalah desentralisasi. Dalam asas ini semua

    unit pengolah/kerja diberikan otoritas untuk menyimpan dan

    mengelola arsip aktifnya masing-masing. Asas ini dapat diterapkan

    apabila organisasi mempunyai rentang tugas yang panjang, beban

    kerja yang besar dan lokasinya berpencar dan berjauhan.

    Disamping dua asas ini, organisasi juga dapat menerapkan asas

    gabungan yang merupakan kombinasi asas sentralisasi dan

    desentarlisasi. Prinsip asas ini adalah bahwa setiap unit pengolah

    diberikan otoritas untuk melakukan penyimpanan dan pengelolaan

    arsip dengan kontrol atau pengendalian sistem secara terpusat oleh

    satu unit khusus di dalam organisasi.

    Untuk melakukan penyimpanan arsip-arsip aktif ini ada

    beberapa Classification sistem yang dapat diterapkan (Lundgren

    and Lundgren, 1989 : 83). Beberapa pakar kearsipan menyebut

    terminology sistem klasifikasi sebagai filing sistem (sistem

    pemberkasan) dan filing methods (metode pemberkasan) (Lih :

    Robek, 1987 : 157 dan Penn, 1989 : 122). Pemilihan sistem

    pemberkasan yang akan digunakan sangat bergantung pada

    kegunaan masing-masing arsip bagi pengguna dan jenis arsip itu

    18 Boedi Martono, Penataan Berkas dalam Manajemen Kearsipan, (Jakarta: PustakaSinar, 1992), Cet. Ke-1, h. 87

    19

    E. Martono, Kearsipan, Rekod manajemen dan Filing dalam Praktek PerkantoranModern, (Jakarta: Karya Utama, 1994), Cet. Ke-5, h. 12

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    28/70

    24

    sendiri. Sehingga dapat terjadi beberapa arsip yang berbeda

    diberkaskan dengan sistem yang berbeda pula.

    Di dalam menentukan sistem pemberkasan yang akan

    diterapkan perlu dipertimbangkan beberapa hal diantaranya adalah

    bentuk arsip, sifat serta bidang-bidang kegiatan organisasi dan

    karakteristik organisasi bersangkutan. Perlu juga diperhatikan

    bahwa sistem pemberkasan yang akan diterapkan harus

    menggambarkan secara jelas bentuk berkas arsipnya, sehingga di

    dalam penemuan kembalinya dapat dilakukan secara cepat dan

    tepat. Beberapa sistem pemberkasan diantaranya adalah Numeric,

    Alphabetcal dan Alphanumeric (Penn, 1989 : 123-124) atau

    menurut Lundgren dan Lundgren membedakan atas Alphabetic

    Classification, Numeric Classification dan Subject Clasification

    (1989 :83-87).

    2).Penemuan Kembali

    Prosedur kearsipan yang baik dilakukan secara sentralisasi

    ataupun secara desentralisasi bermaksud menyediakan pelayanan

    informasi yang terkandung dalam rekod setepat-tepatnya dan

    secepat cepatnya bila diperlukan.

    Penataan berkas sebagai salah satu bagian dari kegiatan

    kantor sudah tenti mempunyai sasaran tujuan yang hendak

    dicapai. Kegiatan mengurus warkat merupakan mata rantai yang

    penting dalam penyelenggaraan administrasi perkantoran pada

    umumnya dan ketatausahaan pada khususnya. Administrasi dalam

    arti sempit ialah tata usaha.20Pekerjaan tata usaha itu merupakan

    pekerjaan kantor yang senantiasa dikerjakan dengan teliti dan

    terus menerus.

    Maksud suatu warkat disimpan adalah agar bila perlu

    memperoleh informasi yang terkandung di dalam warkat itu dapat

    20 E. Martono, Dasar-Dasar Kesekretariatan dan Kearsipan, (Jakarta: Karya Utama,

    1985), Cet. Ke-4, h. 21

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    29/70

    25

    diperoleh kembali bila diperlukan. Oleh karena itu inti dari filing

    adalah penemuan kembali warkat dengan cepat dan tepat. 21

    Sistem filing yang dipergunakan hendaknya menjamin

    kemudahan pencarian kembali warkat yang tersimpan, apapun

    sistem yang dipergunakan.

    Masalah lain yang sering timbul dalam penyelenggaraan

    tata kearsipan/tata berkas antara lain berupa:

    a) Kesulitan memperoleh kembali warkat karena hilang

    b) Kesulitan menemukan arkat baru didapat setelah

    membongkari tumpukan berkasc) Setiap kali warkat senantiasa bertambah volumenya

    d)

    Kesulitan memperoleh tempat penyimpanan yang

    layak dan memenuhi syarat

    e) Kekurangan pegawai yang cukup terlatih di bidang

    tata berkas.22

    Untuk mengatasi dan memecahkan masalah di bidang tata

    berkas, sebenarnya disinilah letak pengertian filing sesungguhnya.

    c.

    Fase Pemeliharaan

    Agar arsip dapat terkelola dan tertata dengan rapi serta apik,

    maka sangat diperlukan tenaga pengelola yang profesional dengan

    didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap, untuk

    melahirkan sumber daya aparatur yang terampil di bidang kearsipan.

    Kemudian pembenahan adiministrasi kearsipan, hendaknya senantiasa

    sejalan dengan tujuan pelaksanaan tata kearsipan, baik sebagai sumber

    infomasi, pusat ingatan, alat pengendali dan sarana pengungkapan

    sejarah, sarana penelitian maupun sebagai sarana evaluasi dalam

    penyelenggaraan pemerintahan. Selanjutnya, untuk mendorong

    terciptanya sikap aparat kearsipan sesuai tuntutan zaman dan

    kebutuhan, antara lain perlu diperhatikan pengembangan karir yang

    bersangkutan.

    21Martono, Kearsipan, Rekod manajemen dan Filing,h. 74

    22Martono, Kearsipan, Rekod manajemen dan Filing,h. 75

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    30/70

    26

    d. Fase Penyusutan

    Tidak selamanya arsip-arsip harus disimpan di dalam tempat

    penyimpanan. Kalau semua arsip harus disimpan terus, dapat

    dibayangkan bahwa kantor-kantor akan dipenuhi oleh arsip.

    Penyusutan adalah termasuk kegiatan yang harus dilakukan dalam

    pengelolaan kearsipan. Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah N0. 34

    tahun 1979 disebutkan, penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan

    arsip dengan cara:

    1) Memindahkan arsip inaktif dari unit pengolahan ke unit

    kearsipan dalam lingkungan lembaga-lembaga Negara atau

    badan pemerintah masing-masing.

    2) Memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan-ketentuan

    yang berlaku.

    3) Menyerahkan arsip statis oleh unit kearsipan kepada Arsip

    Nasional.23

    Untuk keperluan itu hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai

    berikut di bawah ini:

    1) Angka pemakaian

    2)

    Jadwal retensi arsip

    3) Nilai kegunaan arsip

    4) Pemindahan arsip

    5) Pemusnahan arsip24

    Dari kelima hal tersebut di atas, tiga di muka merupakan

    rambu-rambu penyusutan arsip. Jadi dalam menentukan penyusutan

    arsip dapat berkonsultasi dengan angka pemakaian, jadwal retensi

    arsip dan nilai kegunaan arsip.

    Arsip akan lahir dengan sendirinya bila aktivitas-aktivitas

    dalam pelaksanaan fungsi instansi berjalan. Arsip tidak pernah

    diciptakan secara khusus tetapi ia merupakan hasil samping (by

    23Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 52

    24Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 52

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    31/70

    27

    product) dari kegiatan organisasi atau instansi. Di sini terlihat

    kaitan erat antara arsip dengan creating agency(instansi penciptanya)

    sebagai bukti dokumenter mengenai penyelesaian berbagai

    persoalan, bukti-bukti transaksi maupun perencanaan ke depan dari

    instansi yang bersangkutan.

    Untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas operasional

    instansi, sebagaimana tujuan diselenggarakannya manajemen arsip

    dinamis (records management), arsip harus disusutkan. Manfaat

    penyusutan yang konsisten dan prosedural dapat menghemat ruang

    penyimpanan, peralatan kearsipan, tenaga, waktu dan akhirnya akan

    tercapai penghematan biaya operasional. Arsip yang frekuensi

    penggunaannya sudah sangat rendah yang digunakan kurang dari

    enam kali dalam satu tahun (standar International Council on

    Archives), harus disimpan di tempat yang nilai ekonominya lebih

    rendah, yaitu Unit Kearsipan (Records Centre) sebagai arsip inaktif.

    Persoalannya adalah bahwa di Indonesia belum ditemukan

    tradisi menghitung frekuensi penggunaan berkas. Sering

    diperdebatkan pengertian frekuensi penggunaan sangat menurun ini,

    antara pihak Unit Pengolah dengan pihak petugas arsip/arsiparis.

    Dalam situasi seperti tersebut ada kecenderungan anggapan di Unit

    Pengolah, bahwa arsip yang masih sesekali digunakan dianggap masih

    aktif dan hanya arsip yang sudah tidak digunakan saja yang disebut in

    aktif. Akibat langsung dan kecenderungan ini ialah bahwa Unit

    Kearsipan diidentikkan dengan tempat penyimpanan sampah, atau

    bahkan petugas arsip pada Unit Kearsipan cenderung dianggap tidak

    ada sama saja.

    Untuk mengatasi hal tersebut, maka Jadwal Retensi Arsip

    (JRA) sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun

    1979, merupakan kompetensi pimpinan instansi. Jadwal retensi adalah

    suatu daftar yang memuat kebijaksanaan seberapa jauh sekelompok

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    32/70

    28

    arsip dapat disimpan atau dimusnahkan.25 Penyusunan JRA, dengan

    sendirinya tidak lepas dari tindakan untuk menilai suatu arsip, baik

    atas dasar jenisnya, fisiknya maupun informasinya. Dari penilaian-

    penilaian yang dapat dilakukan itu, penilaian yang paling esensial

    ialah penilaian atas dasar informasi yang terkandung di dalam arsip.

    Dengan adanya informasi yang terkandung dalam arsip itu, maka

    dapat ditentukan nilai kegunaannya.

    Penilaian mengandung pengertian tindakan analisis seri berkas

    berdasarkan nilai gunanya. Penilaian dilakukan dalam rangka

    penetapan jangka simpan (retensi), serta menentukan simpan

    permanen dan musnah. Penilaian arsip adalah dasar dari penyusutan

    arsip. Tidak ada standar yang pasti untuk menilai arsip, dan tata cara

    penentuan nilai tidak dapat dilakukan secara mekanis. Syarat-syarat

    yang perlu diperhatikan dalam rangka menilai arsip adalah:

    1) Penilaian dilakukan dengan memperhatikan hubungan

    antara seri berkas dengan yang lainnya.

    2) Penilaian diselenggarakan atas dasar pengetahuan

    bersangkutan.

    3)

    Penilaian harus memperhatikan arti dari sumber arsip yang

    menciptakan dan memperhatikan kedudukan masing-

    masing unit organisasi dan struktur pemerintahan, sifat

    kegiatannya.

    4) Penilaian harus memperhatikan faktor biaya untuk

    pemeliharaannya.26

    Jadwal Retensi Arsip (JRA) merupakan pedoman kerja

    petugas arsip/arsiparis dalam penyusutan arsip yang secara minimal

    harus mencakup jenis arsip, jangka simpan, dan keterangan nasib

    akhirnya. Ini berbeda dengan tradisi barat yang melihat JRA (Records

    Retention Schedule) sebagai inisiatif petugas arsip (records clerk,

    records management, archivist) dan merupakan rangkaian kegiatan

    25Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 55

    26

    Boedi Martono, Sistem Kearsipan Praktis; Penyusutan dan Pemeliharaan Arsip,(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), Cet. Ke-1, h. 47

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    33/70

    29

    pemilahan arsip untuk dirundingkan retensinya dengan pimpinan Unit

    Pengolah dan Pimpinan instansi yang bersangkutan.

    Setiap upaya penyusutan arsip harus dilaksanakan sesuai

    dengan ketentuan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia.

    Dan aspek hukum terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan:

    Pertama, Ketentuan yang mengatur bidang kearsipan. Dalam hal ini

    dapat disebutkan antara lain: Undang-undang No. 7 tahm 1971,

    Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1979 dan Surat Edaran Kepala

    Arsip Nasional RI No. 01/SE/1981 dan No. 02/SE/1983. Meskipun

    demikian dokumen untuk pengertian arsip perusahaan, juga perlu

    diperhatikan Undang-undang No. 8 tahun 1997. Kedua, Ketentuan

    yang mengatur bidang operasionaI instansi pencipta arsip (creating

    agency) setiap naskah dinas (official paper) sebagai unsur pokok

    arsip, pada prinsipnya adalah konfidensial. Artinya harus mengikuti

    ketentuan hukum yang mengatur keberadaan dan cara kerja instansi

    pencipta. Beberapa produk hukum tertentu yang menyangkut

    ketentuan bagaimana suatu naskah dinas itu harus dikelola. Ketiga,

    Ketentuan hukum yang mengatur ketentuan-ketentuan lain, namun

    mengingat cara instansi/perusahaan memperlakukan arsipnya (statute

    of limitation). Dalam hal ini dapat disebutkan antara lain Kitab

    Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Hukum Pidana, Hukum

    Perdata, ISO 9000, dan kontrak-kontrak kerja (business) yang

    menyangkut hal-hal khusus. Pengertian khusus dihubungkan dengan

    teknologi tinggi, operasi intelijen, dan lain-lain.

    Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun

    1979, pasal 4, bahwa setiap Lembaga Negara dan Badan-Badan

    Pemerintah wajib memliki JRA yang berupa daftar berisi sekurang-

    kurangnya jenis arsip beserta jangka waktu penyimpanannya sesuai

    dengan nilai kegunaannya dan dipakai sebagai pedoman penyusutan

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    34/70

    30

    arsip.27 Maka dapat diartikan bahwa penyusutan arsip harus di

    lakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Artinya

    penyusutan arsip bukanlah hanya sesuatu masalah yang mendesak,

    melainkan sebuah kewajiban konstitusional yang harus dilaksanakan

    dengan tanggung jawab hukum yang jelas. Harus ada prosedur standar

    operasional dalam pelaksanaannya sehingga setiap ketentuan dapat

    diukur dan dituntut pertanggung jawabannya.

    Manajemen arsip pada prinsipnya adalah manajemen naskah

    dinas (official papers) dan bentuk konfidensial. Artinya informasi di

    dalamnya hanya boleh diketahui atau dilihat oleh orang yang

    memerlukan dan berhak. Karena itu harus ada ketentuan hukum yang

    mengatur keterbukaan informasi (access), sehingga keberadaan JRA,

    pada dasarnya hanya merupakan pedoman kerja bagi para petugas

    arsip/arsiparis yang secara fungsional menjadi bagian dari struktur

    organisasi pencipta arsipnya.

    Dalam aspek keilmuan, JRA memiliki dua tujuan, yaitu

    sebagai sub sistem dari manajemen peningkatan efisiensi operasional

    instansi dan perlindungan terhadap informasi pertanggungjawaban

    nasional serta upaya pelestarian nilai budaya bangsa. Adanya JRA,

    maka petugas arsip/arsiparis di instansi yang bersangkutan dapat

    secara langsung melakukan penyusutan arsip secara sistematis

    berdasarkan pedoman yang sah. Dengan demikian peningkatan

    kecepatan akumulasi arsip dapat diimbangi dengan kelancaran

    penyusutan, sehingga hanya arsip yang masih benilai guna sajalah

    yang disimpan. Hal ini akan bermuara untuk penemuan arsip

    (retrieval). Hal penting dari manajemen arsip yang baik adalah bahwa

    unit kearsipan menjadi bagian fungsional manajemen instansi dalam

    rangka meningkatkan efisiensi operasional.

    Penyusutan arsip, dalam perspektif ilmu pengetahuan adalah

    fungsi pelestarian arsip yang bernilai guna sekunder bagi kehidupan

    27Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1979 Tentang Penyusutan Arsip.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    35/70

    31

    kebangsaan. Dengan adanya pedoman penyusutan arsip sejak awal

    telah dapat dipantau dan dilakukan langkah penyelamatan bukti

    pertanggung jawaban nasional dan bukti prestasi intelektual berupa

    nilai budaya bangsa yang terekam dalam bentuk arsip. Bukti

    pertanggung jawaban dan prestasi budaya tersebut bukan saja

    bermanfaat bagi kepentingan penelitian sosial, budaya dan sejarah

    dalam rangka pembentukan kesadaran jati diri bangsa, melainkan

    yang terpenting justru memberikan dukungan data atau informasi

    dalam perumusan kebijaksanaan nasional.

    Penentuan jangka simpan arsip, sebagai bagian terpenting

    dalam penyusutan arsip, pada prinsipnya harus mempertimbangkan

    dua nilai guna arsip dan pertanggungjawaban hukum dalam

    penyelenggaraan kehidupan kenegaraan dari aspek nilai guna, sesuai

    dengan Surat Edaran Kepala ANRI Nomor 02/SE/1983, dapat

    dibedakan antara. nilai guna primer dan nilai guna sekunder. Dan

    aspek hukum pada prinsipnya harus mempertimbangkan beberapa hal:

    Pertama, Ketentuan hukum yang mengatur bidang kearsipan; Kedua,

    ketentuan hukum yang mengatur bidang operasional instansi yang

    bersangkutan.

    Nilai guna primer pada prinsipnya adalah nilai yang melekat

    pada kepentingan operasional instansi yang bersangkutan. Dalam hal

    ini dapat dibedakan dalam lima nilai guna yaitu:

    1)

    Administrasi

    2)

    Hukum

    3) Fiskal.

    4) Ilmiah&Teknologi

    5) Nilai perorangan.28

    Di samping nilai guna primer, sebagian kecil arsip memiliki

    nilai guna sekunder yaitu kegunaan arsip di luar kepentingan

    organisasi yaitu untuk kepentingan penelitian di dalam kaitannya

    28Martono, Sistem Kearsipan Praktis; Penyusutan dan Pemeliharaan Arsip, h. 48-50

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    36/70

    32

    dengan berbagai ilmu pengetahuan serta kepentingan masyarakat luas

    lainnya. Termasuk dalam nilai guna sekunder, adalah nilai guna

    informasional dan nilai-nilai guna kebuktian.29 Arsip bernilai guna

    informasional pada prinsipnya adalah semua hal yang mengenai

    peristiwa/fenomena orang/organisasi/tempat yang menjadi bagian

    langsung dari arus peristiwa nasional dan/tokoh nasional. Arsip

    bernilai guna evidential, merupakan arsip bukti keberadaan sejarah

    lembaga, pencipta (creating agency) arsip yang bersangkutan atau

    keberadaan sesuatu fenomena sejarah, termasuk pula arsip semua

    produk hukum yang bersifat mengatur dari instansi yang

    bersangkutan dan bukti prestasi budaya/intelektual yang bersifat

    original.

    Semua arsip yang bernilai guna sekunder, tersebut dalam

    prinsipnya adalah arsip bernilai guna permanen, artinya harus

    dilestarikan keberadaannya. Untuk arsip, bernilai guna permanen,

    dapat disimpan secara terus menerus di lembaga pencipta (creating

    agency) dan apabila. sudah tidak diperlukan lagi wajib diserahkan

    kepada Arsip Nasional Republik Indonesia sebagai arsip statis.

    Persoalan kapan arsip tersebut disusutkan, harus ditetapkan

    dalam pedoman jangka simpan arsip yang secara umum disebut

    Jadwal Retensi Arsip (JRA). Prosedur dan teknik Penentuan jangka

    simpan arsip menjadi wilayah kerja Pak Burhan

    Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 34

    Tahun 1979, sebuah JRA setidak-tidaknya harus berisi informasi

    tentang tiga hal, yaitu jenis arsip, jangka simpan dan keterangan.

    Berdasarkan ketentuan tersebut untuk penentuan model JRA terbuka

    luas, sesuai kebutuhan instansi masing-masing. Artinya dapat

    dilakukan perubahan lebih rinci, misalnya menyangkut jangka, simpan

    aktif, inaktif, dan lain-lain. Berdasarkan pengalaman teoritis dan

    praktek, sebuah JRA sangat tepat bila disusun dalam format yang

    29Martono, Sistem Kearsipan Praktis; Penyusutan dan Pemeliharaan Arsip, h. 50

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    37/70

    33

    jelas. Jenis arsip merupakan susunan arsip dan sebuah seri keglatan

    (Records Series). Sementara jangka simpan dibedakan antara, arsip

    aktif dengan inaktif. Pada kolom ditempatkan disposisi mengenai

    nasib akhir bagi setiap seri arsip.

    JRA pada prinsipnya adalah produk hukum untuk menjamin

    bahwa penyusutan arsip dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum

    yang berlaku. Keberadaan JRA sesuai dengan Ketentuan PP Nomor

    34/1979 merupakan keharusan bagi setiap instansi

    Pemerintah/Perusahaan Negara. Kehadiran UU Nomor 8/1997 tidak

    merubah esensi penyusutan arsip, dan bahkan menjadikan penyusatan

    sebagai komitmen nasional karena setiap perusahaan wajib

    menyerahkan arsip statis yang bernilai pertanggungjawaban nasional

    ke Badan Arsip. Dengan demikian, diperlukan kerjasama yang baik

    dengan Badan Arsip agar penyusutan arsip secara sistematis dapat

    dilaksanakan dengan baik oleh setiap instansi/perusahaan.

    Oleh karena itu, JRA adalah sebuah produk hukum, sebuah

    keputusan pucuk pimpinan instansi (Menteri, Kepala LPND, Direksi

    Perusahaan), untuk menjamin bahwa penyusutan arsip di instansinya

    telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan hukum yang berlaku.

    Dengan demikian juga merupakan jaminan akuntabilitas kegiatan

    instansi/perusahaan dan sekaligus perlindungan hukurn bagi petugas

    arsip/Arsiparis yang melakukan penyusutan arsip di masing-masing

    instansi/perusahaan.

    Sedangkan muara akhir dari Jadwal Retensi Arsip ada dua:

    yakni memusnahkan atau menyerahkan arsip statis ke Arsip Nasional

    Republik Indonesia. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka

    diperlukan kesepakatan ANRI dengan perancang JRA, mengingat tiga

    hal

    1)

    Aspek Efisiensi: Dengan adanya JRA yang telah disetujui ANRI,

    berarti sesuatu instansi dapat melakukan penyusutan arsipnya

    sendiri sesuai ketentuan JRA;

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    38/70

    34

    2) Aspek Akuntabilitas: Dengan bekerjasama dengan ANRI

    memungkinkan setiap instansi melestarikan arsip statis yang

    dianggap mewakili akuntabilitas perannya secara nasional;

    3) Aspek Budaya: Dengan adanya peran ANRI dalam perumusan

    JRA, berarti setiap instansi dapat menyelamatkan arsip bukti

    pertanggungiawaban nasional dan bukti keberadaan/sejarah

    instansinya secara otomatis sejak arsip masih aktif

    Secara hukum proses penentuan JRA diatur dalam PP Nomor

    34/1979. Secara umum, dapat dikatakan sebagai berikut :

    1) Perumusan rancangan JRA sesuatu instansi/perusahaan disusun

    oleh suatu tim yang dibentuk oleh pimpinan instansi/perusahaan;

    2) Arsip Nasional Republik Indonesia dapat ditempatkan sebagai nara

    sumber perumusan JRA instansi/Perusahaan;

    3) Rancangan JRA harus diajukan kepada Kepala Arsip Nasional

    Republik Indonesia untuk memperoleh persetujuan. Dalam hal

    mengenai arsip Keuangan perlu dipertimbangan pendapatnya

    Ketua BPK, dan Ketua BAKN untuk arsip Kepegawaian, serta

    Menteri Dalam Negeri untuk Arsip Pemerintahan Daerah;

    4) Pimpinan instansi/Direksi Perusahaan menetapkan Keputusan

    berlakunya JRA dilingkungan instansinya setelah memperoleh

    persetujuan Kepala ANRI.30

    JRA pada prinsipnya tidak berlaku surut artinya hanya untuk

    arsip yang tercipta sejak terbit surat Keputusan berlakunya JRA.

    Sementara itu, sebagai lembaga yang tumbuh berkelanjutan setiap

    instansi akan memiliki arsip yang tercipta sejak sebelum berlakunya

    JRA. Baik arsip yang tercipta sebelum berlaku JRA maupun setelah

    berlaku JRA yang semuanya perlu disusutkan. Berdasarkan kenyataan

    tersebut, maka dapat dinyatakan: Pertama, Arsip yang tercipta setelah

    bertaku JRA disusutkan berdasarkan JRA instansi yang bersangkutan;

    Kedua, Arsip yang tercipta sebelum berlaku JRA disusutkan sesuai

    30Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1979 Tentang Penyusutan Arsip.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    39/70

    35

    dengan Surat Edaran Kepala ANRI Nornor Ol/SE/1981; Ketiga, JRA

    yang ada dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusutan dan

    penyusunan Daftar Pertelaan Arsip yang akan disusutkan/dimus-

    nahkan; Keempat, Penyusutan arsip berdasarkan JRA dapat dilakukan

    secara sistematis oleh instansi masing-masing, kecuali arsip tersebut

    dinyatakan dinilai kembali atau berjangka simpan 10 tahun/lebih;

    Kelima, Pemusnahan arsip sebelum terbit JRA dapat dilakukan hanya

    setelah memperoleh persetujuan Kepala Arsip Nasional Republik

    Indonesia, setelah mendengar pertimbangan pimpinan instansi yang

    berkepentingan.

    Dewasa ini belum banyak yang mengenal adanya penyusutan

    arsip dinamis. Kondisi ini terjadi karena belum memasyarakatnya

    masalah kearsipan di negara kita, dan juga ilmu kearsipan di Indonesia

    belum begitu berkembang. Dampak yang ditimbulkan adalah sangat

    luas terutama bagi perkembangan Ilmu Kearsipan itu sendiri dan juga

    bagi pemasyarakatan masalah kearsipan. Sehingga timbul masalah

    penyusutan arsip dinamis, seperti:

    1) Kurang adanya kesadaran untuk menyerahkan arsip kepada ANRI

    2) Perlakuan yang sama antara arsip penting dengan tidak penting

    3) Sistem yang dipilih tidak tepat

    4) Kemampuan SDM yang kurang

    Dalam penyusutan arsip dinamis harus selalu berpedoman

    kepada:

    1)

    UU No 7/1971, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan2) PP No 34/1979, tentang Penyusutan Arsip (Dinamis)

    SE Ka ANRI No. SE/01/1981, tentang penanganan arsip inaktif

    sebagai pelaksanaan ketentuan peralihan PP tentang penyusutan

    arsip dinamis. (bagi instansi yang belum memiliki JRA)

    3) SE Ka ANRI No. SE/02/1983, tentang pedoman umum untuk

    menentukan nilai guna arsip

    Dengan demikian inti dari penyusutan arsip adalah upaya

    pengurangan arsip yang tercipta baik dengan cara pemindahan,

    pemusnahan, maupun penyerahan. Dari pengertian penyusutan arsip

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    40/70

    36

    tersebut di atas ada beberapa hal yang perlu ditelaah den dijelaskan

    lebih lanjut baik menyangkut komponen serta persyaratan yang perlu

    dipenuhi.

    1. Memindahkan arsip

    Memindahkan arsip dari unit pengolah ke pusat arsip adalah

    dengan cara menyiangi (weeding) arsip yang telah habis jangka

    waktu penyimpanannya dan sudah tidak dipergunakan lagi.31

    Tujuannya agar arsip dinamis yang frekuensi penggunaannya

    masih tinggi atau sering digunakan dalam rangka pelaksanaan

    pekerjaan (dinamis aktif) mudah ditemukan kembali bila

    diperlukan. Dan arsip yang frekuensi penggunaannya sudah

    menurun (arsip dinamis inaktif), mungkin hanya satu kali

    digunakan, dapat diselamatkan dengan mudah, dengan cara

    memindahkannya ke pusat arsip sehingga dapat didayagunakan

    sebagai referensi atau berbagai kepentingan. Sasaran lain hendak

    dituju adalah kedua jenis arsip tersebut tidak bercampur baur

    menjadi satu sehingga dapat menyulitkan temu kembali arsipnya.

    Pengertian yang kedua adalah bila beban tugas suatu

    instansi itu luas atau besar maka arsip aktifnya dapat disimpan di

    unit pengolah masing-masing. Tetapi bila lingkup kerjanya sempit

    dan arsip yang dihasilkan juga sedikit maka disarankan untuk

    memusatkan penyimpanan arsip aktifnya. Kedua cara tersebut bila

    arsipnya telah mencapai masa inaktif arsip dipindahkan ke pusat

    arsip sebagai pusat penyimpanan arsip inaktif. Tetapi bila suatu

    organisasi yang rentang tugasnya kecil dan volume arsipnya

    sedikit, arsip aktif dan inaktif dapat disimpan secara terpusat pada

    suatu unit yang ditugaskan untuk mengelolanya. Pengertian

    pemindahan arsip aktif ke inaktif dapat dilakukan dari filing

    cabinetsatu kefiling cabinetkedua. Filing cabinet satu berisi arsip

    aktif dan filing cabinet kedua berisi arsip inaktif. Meskipun

    31Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 59

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    41/70

    37

    pemindahan tersebut dilakukan dalam ruang yang sama asalkan

    beda tempat penyimpanannya dapat disebut sebagi penyusutan

    arsip. (arsip inaktif dapat juga disimpan di rak arsip).

    Hal lain yang perlu dijelaskan dalam definisi penyusutan

    sebagaimana tertuang dalam PP 34 tersebut memperlihatkan

    adanya konsepsi pusat arsip. Pusat arsip (dinamis) adalah tempat

    penyimpanan arsip inaktif, atau sering disebut record centre.32

    Manfaat adanya pusat arsip dinamis di samping memperoleh

    efisiensi dan penghematan, juga dalam rangka pendayagunaan arsip

    inaktif. Arsip inaktif dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai

    referensi atau sumber informasi organisasi. Fungsi dari pusat arsip

    dinamis adalah untuk menghindarkan terjadinya penumpukan arsip

    inaktif di unit kerja. Dengan demikian mengurangi beban bagi unit

    kerja juga memudahkan perawatannya. Adanya pusat arsip dinamis

    dapat memberikan kepastian terhadap arsip-arsip yang bernilai

    guna permanen. Dan yang lebih penting lagi adalah terjadinya

    efisiensi baik penggunaan ruanganm, peralatan, tenaga, dan waktu.

    2. Memusnahkan arsip

    Memusnahkan arsip berarti menghapus keberadaan arsip

    dari tempat penyimpanan. Jadi pemusnahan arsip adalah tindakan

    menghancurkan secara fisik arsip-arsip yang sudah berakhir

    fungsinya dan sudah tidak memiliki nilai kegunaan lagi.33

    Penghancuran arsip harus dilakukan secara total, sehingga

    hilang sama sekali identitas arsip yang bersangkutan. Pelaksanaan

    pemusnahan arsip dapat dilakukan dengan cara:

    a) Pembakaran arsip

    b) Penghancuran arsip dengan bahan kimia (misalnya dengan

    soda api)

    32Martono, Penataan Berkas dalam Manajemen Kearsipan, h. 87

    33Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 61

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    42/70

    38

    c) Pencacahan arsip dengan mesin pencacah arsip.34

    Arsip-arsip yang sudah habis masa berlakunya dan telah

    diputuskan untuk dimusnahkan, tidak dibenarkan dimanfaatkan

    dengan cara digunakan sebagai sampul surat apalagi dijual nantinya

    digunakan sebagai alat pembungkus. Pemanfaatan arsip yang sudah

    tidak digunakan lagi hanya dibenarkan apabila sudah berujud

    kawul, yaitu sudah dicacah dengan mesin pencacah arsip.

    Dalam melakukan pemusnahan arsip perlu memperhatikan

    ketentuan-ketentuan yang berlaku, yaitu:

    a) Perlu membuat daftar pertelaan untuk arsip-arsip yang akan

    dimusnahkan.

    b) Harus dibuatkan berita acara pemusnahan

    c)

    Harus disaksikan oleh dua orang pejabat yang berwenang.35

    Apabila diadakan penyusutan, maka terjadi pemidahan

    arsip, tetapi arsip tidak akan menjadi susut kalau tidak

    dimusnahkan arsip-arsip yang tidak berfungsi dan tidak berguna

    lagi.

    3. Menyerahkan arsip ke ANRI

    Selanjutnya dalam hal penyusutan untuk penyerahan arsip

    ke ANRI, prosedur pelaksanaannya sbb:

    a) Penyerahan arsip ke ANRI dilakukan untuk arsip yang

    memiliki nilai guna sebagai bahan pertanggungjawaban

    nasional, tetapi sudah tidak diperlukan lagi untuk

    penyelenggaraan administrasi sehari-hari dan juga setelahmelampaui jangka waktu penyimpanannya.

    b)

    Bagi arsip-arsip yang disimpan oleh lembaga-lembaga negara

    atau badan-badan pemerintah di tingkat pusat harus diserahkan

    ke ANRI . Sedangkan bagi yang ada di tingkat daerah harus

    diserahkan ke Arsip Nasional Wilayah.36

    34Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 61

    35Sularso, et.al,Dasar-dasar Kearsipan, h. 61-62

    36http://arsiparis.blogspot.com/2008/03/penyusutan-arsip.html

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    43/70

    39

    Inti dari kegiatan-kegiatan tata usaha, yaitu:

    1. Pencarian data

    2.

    Pencatatan data

    3. Pengolahan data

    4. Penggandaan data

    5.

    Pengiriman data

    6. Penyimpanan data

    7. Pemusnahan data.37

    Sedangkan tata usaha menurut Pedoman Pelayanan Tata

    Usaha sebagai berikut: Tata usaha ialah segenap kegiatan

    pengelolaan surat-menyurat yang dimulai dari menghimpun(menerima), mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan

    menyimpan semua bahan keterangan yang diperlukan oleh

    organisasi. Tata usaha merupakan salah satu unsur administratif.

    Selanjutnya kantor di mana tata usaha dilaksanakan kini tidak lagi

    dipandang sebagai tempat kerja tambahan saja dalam sesuatu badan

    usaha, melainkan telah merupakan bagian yang tidak terpisahkan

    dalam setiap organisasi yang ingin mencapai suatu tujuan. Jadi,

    pada pelaksanaan setiap pekerjaan operatif apa pun dan dalam

    sesuatu organisasi manapun tentu dilaksanakan tata usaha.

    Dalam garis besarnya tata usaha mempunyai 3 pokok

    peranan sebagai berikut:

    1. Melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif

    untuk mencapai tujuan dari sesuatu organisasi.

    2. Menyediakan keterangan-keterangan bagi pimpinan

    organisasi itu unuk membuat keputusan atau melakukan

    tindakan yang tepat.

    3. Membantu kelancaran perkembangan organisasi

    sebagai suatu keseluruhan.

    Mengenai peranan pokok yang pertama dari tata usaha ini

    Litlifield dan Peterson menegaskan sebagai berikut: pekerjaan

    37Martono,Dasar-Dasar Kesekretariatan dan Kearsipan, h. 23

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    44/70

    40

    kantor sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan fungsi-fungsi

    produksi, penjualan, keuangan, teknik, pembelian, kepegawaian

    atau fungsi lainnya yang mungkin perlu dalam sesuatu organisasi

    tertentu. Sebaliknya ini adalah suatu proses atau sekelompok proses

    yang dipergunakan guna melaksanakan salah satu dari fungsi-

    fungsi tersebut. Sumbanganya yang khas ialah menyediakan

    keterangan yang diperlukan dalam melakukan salah satu fungsi itu.

    Selanjutnya tata usaha membantu pihak pimpinan sesuatu

    organisasi dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan

    yang tepat. Pencatatan keterangan-keterangan itu selain untuk

    keperluan informasi juga bertalian dengan fungsi

    pertanggungjawaban dan fungsi kontrol.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    45/70

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah

    pelaksanaan manajemen kearsipan personil pendidikan dan untuk mengetahui

    seberapa efektif manajemen kearsipan personil pendidikan dalam rangka

    proses menunjang pendidikan.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMK Harapan Bangsa Depok, tepatnya di

    Jl. Akses UI No. 89 Depok. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah selama satu bulan dimulai sejak tanggal 26 Maret s/d 30 April 2010.

    C. Sumber Data

    Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah

    ketersediaan sumber data. Betapapun menariknya sebuah masalah penelitian

    apabila sumber datanya tidak tersedia dan sulit dijangkau, niscaya tidak dapat

    diteliti. Nara sumber sebagai sumber data adalah kepala Tata Usaha dan kepalasekolah SMK Harapan Bangsa Depok. Menurut Arikunto, sumber data dalam

    penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini

    yang dijadikan sumber data adalah:

    a. Data Primer, yakni data yang diperoleh langsung dari responden

    b. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh dari catatan-catatan atau

    dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari instansi yang terkait.

    41

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    46/70

    42

    D. Metodologi Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu

    penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena

    objek yang diteliti.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu

    terjun langsung dilokasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan.

    Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

    ini adalah wawancara, dokumen, observasi. wawancara yaitu suatu dialog

    yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh informasi dari responden

    untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan manajemen kearsipan

    personil pendidikan di SMK Harapan Bangsa Depok.

    Tabel 1

    Pedoman Wawancara dengan Kepala Tata Usaha

    No Indikator No Item1. Pelaksanan manajemen kearsipan pegawai

    a. Pencatatan dan pendistribusian suratb. Penyimpanan arsipc. Penemuan kembali arsipd. Pemeliharaan arsip

    e. Penyusutan, pemindahan dan pemusnahan arsip

    1, 2

    3, 4

    5

    6

    7, 8, 9

    2. Faktor-faktor kearsipan yang baik

    a. Pegawai kearsipan yang cakapb. Fasilitas kearsipan yang memadai

    10, 11, 12

    13

    F. Teknik Analisis Data

    Setelah data terkumpul, selanjutnya melakukan analisis data untuk

    mengambil sebuah kesimpulan akhir yang bersifat kualitatif. Proses analisis

    data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari wawancara,

    dokumen dan observasi.

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    47/70

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

    Sekolah Menengah Kejuruan Harapan Bangsa Depok, berdiri diatas

    tanah seluas 4300 m dengan luas bangunan 810 m. Bangunan utama 3 lantai

    yang dilengkapi sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan dunia

    pendidikan dengan total luas 2292 m. Untuk lab perhotelan sekarang dalam

    pengajaran untuk tahap pertama lantai satu dari rencana tiga lantai. SMK

    Harapan Bangsa Depok ini berlokasi di Jl. Akses UI No. 89 Depok dan

    merupakan lembaga pendidikan formal.

    SMK Harapan Bangsa Depok ini berada di tengah-tengah pemukiman

    penduduk, suatu kondisi yang strategis karena dekat dengan masyarakat yang

    merupakan sasaran objek pendidikan. Disamping itu proses belajar mengajar

    di SMK Harapan Bangsa Depok tidak tergannggu dengan kendaraan yang lalu

    lalang dikarenakan jauh dari area jalan raya sehingga proses belajar mengajar

    mengalami kondisi yang cukup kondusif. Selain itu kegiatan proses belajar

    mengajar juga didukung dengan adanya fasilitas-fasilitas seperti lapangan dan

    halaman yang biasa digunakan siswa untuk kegiatan upacara atau acaralainnya.

    1. Tujuan

    Sejalan dengan pendidikan SMK Harapan Bangsa Depok, maka

    beberapa tujuan yang menjadi prioritas SMK Harapan Bangsa Depok:

    43

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    48/70

    44

    a. Pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan ketentuan yang

    standar yang ditetapkan oleh DIKNAS dalam hal ini direktorat

    Sekolah Menengah Kejuruan

    b.

    Melaksanakan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu

    sumber daya manusia/siswa dan lulusannya

    c.

    Melaksanakan pembinaan IMTAQ dalam proses pembelajaran untuk

    mencetak manusia seutuhnya sesuai dengan agama yang dianutnya

    d. Melaksanakan proses pembelajaran dengan membekali siswa dengan

    kompetensi-kompetensi atau keahlian sesuai dengan bidangnya guna

    mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja

    e.

    Menjadikan SMK Harapan Bangsa Depok sebagai salah satu pusat

    lembaga pendidikan dan pelatihan bagi siswa berstandar nasional.

    2. Visi dan Misi

    a. Visi

    Menciptakan tenaga kerja yang profesional yang berakhlak.1

    b. Misi

    1) Memelihara budaya bangsa sebagai aset pariwisata

    2)

    Mengintegrasikan ilmu pariwisata dengan budaya bangsa yang

    bermoral dan religius

    3) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritis

    dalam kerangka profesionalitas

    4) Mengedepankan pendidikan agama dan menciptakan tenaga

    kerja yang berakhlak mulia

    5)

    Mendidik tenaga terampil melalui guru industri berpengalamandan dapat dipertanggung jawabkan guna kepentingan kerja

    dalam dan luar negeri

    6) Industri sebagai partner dalam mengembangkan kompetensi

    siswa/i untuk job training dan penempatan kerja

    1Dokumentasi, Profil Smk Harapan Bangsa Depok tahun 2010

  • 7/26/2019 Siti Kamilah Fitk

    49/70

    45

    7) Setiap alumni dibekali sikap dan mental yang mampu bersaing

    dalam dunia kerja

    3.

    Struktur Organisasi.

    Dalam suatu lembaga pendidikan struktur organisasi itu sangat

    penting peranannya. Struktur organisasi sekolah merupakan gerak langkah

    yang diatur secara kontrol disipliner agar dapat bekerja sama den