sinopsis siti nurbaya

32
Sinopsis : SITI NURBAYA Saat Siti Nurbaya masih kecil ibunya telah meninggal. Saat itu pula dia mengawali penderitaan hidup. Kini siti nurbaya tinggal bersama Baginda Sulaiman , ayah tercinta. Baginda Sulaiman adalah seorang pedagang yang sukses di kota Padang. Sebagian modal usahanya berasal dari pinjaman seorang rentenir bernama Datuk Maringgih. Awal mulanya usaha Baginda Sulaiman mengalami kemajuan yang sangat pesat . Datuk maringgih tidak rela atas kemajuan yang di alami baginda Sulaiman . Untuk melampiaskan ketidak relaannya, Datuk Maringgih menyuruh anak buahnya untuk membakar semua kios milik Baginda Sulaiman . Setelah semua kios Baginda Sulaiman habis dilalap api Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang kepada Datuk Maringgih. Keadaan itu dimanfaatkan oleh datuk Maringgi untuk memaksa Baginda Sulaiman agar menikahkan dirinya dengan Siti Nurbaya. Supaya dianggap

Upload: r-mediana-tantya

Post on 16-Apr-2015

369 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

SITI NURBAYA

TRANSCRIPT

Page 1: sinopsis SITI NURBAYA

Sinopsis :

SITI NURBAYA

Saat Siti Nurbaya masih kecil ibunya telah meninggal. Saat itu pula dia

mengawali penderitaan hidup. Kini siti nurbaya tinggal bersama Baginda Sulaiman ,

ayah tercinta. Baginda Sulaiman adalah seorang pedagang yang sukses di kota

Padang. Sebagian modal usahanya berasal dari pinjaman seorang rentenir bernama

Datuk Maringgih.

Awal mulanya usaha Baginda Sulaiman mengalami kemajuan yang sangat

pesat . Datuk maringgih tidak rela atas kemajuan yang di alami baginda Sulaiman .

Untuk melampiaskan ketidak relaannya, Datuk Maringgih menyuruh anak buahnya

untuk membakar semua kios milik Baginda Sulaiman . Setelah semua kios Baginda

Sulaiman habis dilalap api Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang kepada

Datuk Maringgih. Keadaan itu dimanfaatkan oleh datuk Maringgi untuk memaksa

Baginda Sulaiman agar menikahkan dirinya dengan Siti Nurbaya. Supaya dianggap

lunas , terpaksa Baginda Sulaiman menyetujui perjanjian tersebut .

Siti Nurbaya hanya bisa menangis menghadapi keputusan ayahnya. Apalagi

jika ia mengingat Samsul Bahri , kekasihnya yang bersekolah di Stovia , Jakarta .

Sebenarnya Ia tidak rela jika Ia harus menikah dengan rentenir tua Bangka itu.

Hanya demi ayahnyalah dia dengan berat hati menyetujuinya. Dan mereka menikah

Page 2: sinopsis SITI NURBAYA

Samsul Bahri yang berada di Jakarta mengetahui peristiwa yang terjadi di

desanya , lebih - lebih setelah menerima surat dari siti nurbaya yang menceritakan

tentang nasib yang dialami bersama ayahnya

Saat liburan Samsul Bahri pulang ke kampungnya . Dia menyempatkan

menjenguk Baginda Sulaiman yang sedang sakit keras. Saat Samsul Bahri berbincang

dengan Siti Nurbaya tiba – tiba Datuk Maringgih muncul. Datuk Maringgih marah

besar kepada Siti Nurbaya , melihat kejadian tersebut Samsul Bahri langsung

menghajar Datuk tua itu. Siti nurbaya berteriak – teriak agar mereka menghentikan

perkelaiannya. Karena Baginda sulaiman mendengar teriakan Siti Nurbaya ia

berusaha bangun dari tempat tidurnya , tetapi ia jatuh dan menghembuskan nafas

terakhirnya.

Datuk Maringgih langsung mengusir Siti Nurbaya kemudian Siti Nurbaya

hidup sebatangkara dan menumpang di salah satu rumah bibinya.

Samsul Bahri juga diusir oleh Sutan Mahmud, ayahnya karna dianggap

mencoreng nama baik keluarga penghulu. Samsul Bahri meninggalkan Padang

menuju Jakarta dan berjanji tidak akan kembali ke Padang lagi.

Mendengar kalau Samsul Bahri diusir juga , Siti Nurbaya berniat menyusul

kekasihnya ,Samsul Baahri ke Jakarta. Siti Nurbaya menaiki kapal untuk pergi ke

Jakarta. Saat di tengah laut tiba – tiba Ia didorong oleh seseorang hamper saja ia mati

tenggelam. Ternyata orang yang mendorongnya adalah anak buat Datuk Maringgih.

Page 3: sinopsis SITI NURBAYA

Setelah sampai di Jakarta Ia ditangkap polisi dengan tuduhan melarikan

sejumlah perhiasan milik Datuk maringgih. Akibatnya IA dipulangkan ke Padang .

namun sesampainya di Padang Ia tidak terbukti bersalah.

Saat Siti Nurbaya duduk- duduk di depan rumah bibinya ada penjual lemang

lewat kemudian dia membelinya. Kemudian Siti Nurbaya keracunan dan Ia

meninggal. Ternyata penjual lemang itu adalah orang suruhan Datuk maringgih

Suatu saat Padang terjadi keramaian dan kejahatan akibat ulah Datuk

Maringgih oleh karena itu Samsul Bahri yang telah masuk ketentaraan dikirimkan ke

padang . Ketika bertemu Datuk Maringgih di suatu keributan tanpa berpikir panjang

Samsul Bahri menembak Datuk Maringgih namun sebelum meninggal datuk

maringgih membacok kepala Samsul bahri .

Samsul bahri atau Letnan MAs segera dibawa ke rumah sakit . Ia berpesan

sebelum dia meninggal ia ingin bertemu sang ayan Sultan Mahmud namun ajal lebih

dulu terjadi sebelum pesannya terjadi

Page 4: sinopsis SITI NURBAYA

BAB III

PEMBAHASAN

3.2. Analisis Intrinsik

1.                     Tokoh  dan Penokohan1) Samsul Bahri sebagai pelaku utama (Tokoh Protagonis): anak Sultan Mahmud Syah (penghulu di Padang), wataknya: Orangnya pandai, tingkah lakuya sopan dan santun, halus budibahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.2) Siti Nurbaya sebagai pelaku utama (Tokoh Protagonis): anak Bginda Sulaeman (saudagar kaya di Padang), wataknya: Lemah lembut, penyayang, tutur bahasanya halus, sopan dan santun, baik hati, setia kawan, patuh terhadap orang tua.3) Datuk Maringgih sebagai pelaku utama (Tokoh Antagonis), laki-laki yang berwatak kikir, picik, penghasud, kejam, sombong, bengis, mata keranjang, penipu, dan selalu memaksakan kehendaknya sendiri.4)  Sultan Mahmud Syah sebagai pelaku tambahan (Toloh Protagonis), Ayahnya Samsul Bahri yang berwatak: Bijaksana, sopan, ramah, adil, penyayang.5) Siti Maryam sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana, sopan, ramah, adil, penyayang.6) Baiginda Sulaeman sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana,sopan, ramah, adil, penyayang.7) Zainularifin sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), temannya Samsul Bahri yang berwatak: Tingkah lakunya sopan dan santun, halus budi bahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.8) Bakhtiar sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), temannya Samsul Bahri yang berwatak: Tingkahlakunya sopan dan santun, halus budibahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.9) Alimah sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), saudaranya Siti Nurbaya, yang bewatak lemah lembut, santun setiakawan, bijaksana.10)  Pak Ali sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis).11)  Pendekar Tiga sebagai pelaku tambahan (Tokoh Antagonis)12)  Pendekar Empat sebagai pelaku tambahan (Tokoh Antagonis)13)  Penekar Lima sebagai pelaku tambahan (Tokoh Antagonis)14) Dokter sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis)

2.                     TemaNovel “ Siti Nurbaya” ini bertemakan sosial, moral, dan egois. Tema yang terkandung dalam novel ini yaitu; “Satu percintaan antara dua remaja yang tidak dapat berakhir dengan pernikahan karena penghianatan seseorang yang hanya mementingkan kekayaan dunia dan hawa nafsu.

3.                     AmanatAmanat yang terkandung dalan novel “Siti Nurbaya” yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :1) Kita hendaknya jangan terlalu di kuasai oleh perasan dengan tidak mempergunakan pikiran yang sehat karena akan berakibat hilangnya keperibadian yang ada pada diri kita.2) Jika hendak memutuskan sesuatu hendaklah pikirkan masak-masak lebih dulu agar kelak tidak menyesal.3) Siapa yang berbuat jahat tentu akan mendapat balasan kelak sebagai akibat dari perbuatan itu.

4.                     Latar atau Seting

Page 5: sinopsis SITI NURBAYA

Latar atau Seting ini terdiri atas dua bagian yaitu : latar waktu dan latar tempat. Latar tempat dalam novel “Siti Nirbaya” diantaranya: di sekolah, di kota Padang,di kota Jakarta, di Kebun Kelapa, di rumah, di halaman rumah, di kantor pos. Latar waktu: sekitar tahun 1920-an.

5.                     Plot/AlurDari segi penysunan peristiwa atau bagian-bagian yang membentuk, cerita dari novel “Siti Nurbaya” menggunakan plot kronologis atau progresif, yang lebih dikenal dengan Alur Maju. Jadi cerita novel “Siti Nurbaya” ini ceritanya benar-benar dimulai dari eksposisi, komplikasi, klimaks, dan berakhir dengan pemecahan masalah. Pengarang menyajikan ceritanya secara terurut atau secara alamiah. Artinya urutan waktu yang urut dari peristiwa A,B,C,D dan seterusnya.

6.                     Sudut PandangSudut pandang yag digunakan oleh pengarang movel “Siti Nurbaya” ini yaitu sudut pandang diaan-mahatahu. Pengarang berada di luar cerita hanya menjadi seorang pengamat yang maha tahu dan bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca.

7.                     Gaya Penulisan Gaya penulisan yang di gunakan masih menggunakan gaya bahasa dan sastra lama yang menggunakan ejaan tempo dulu, sehingga mengharuskan adanya pemahaman yang lebih dalam agar makna dalam novel tersebut dapat dipahami.

Baca Selengkapnya di >> http://pusat-berbagi.blogspot.com/2012/04/sinopsis-dan-unsur-intrinsik-novel.html#ixzz2I2IelGRE Mohon cantumkan sumbernya, jadilah blogger beretika.

A.UNSUR INTRINSIK

1. Tema

kisah cinta yang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri walaupun terpisahkan oleh jarak dan waktu.

2. Tokoh Karakter dan Penokohan

Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.

Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.

Baginda Sulaiman : pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang.

Sultan Mahmud : kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.

Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat.

3. Latar

Latar Tempat : Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)

Latar Waktu : pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana masih banyak pemberontakan – pemberontakan (diceritakan Datuk Maringgih salah satu dari pemberontak tersebut).

4. Alur

Page 6: sinopsis SITI NURBAYA

Eksposisi : dua sejoli yang akan berpisah karena Samsulbahri akan menuntut ilmu ke Jakarta.

Insiden Permulaan : Datuk Maringgih menjadi culas dan menyuruh anak buahnya membakar semua kiosnya.

Penanjakan Laku : Samsulbahri mengetahui Siti Nurbaya menikah dengan Datuk Maringgih

Klimak : Samsulbahri saling bunuh dengan Datuk Maringgih

Penurunan Laku : Samsulbahri ikut terbunuh setelah berhasil membunuh Datuk Maringgih

Penyelesaian : Samsulbahri dikuburkan didekat makam Siti Nurbaya

5. Sudut Pandang Pengarang :

Menggunakan sudut pandang orang ke – 3

6. Gaya Bahasa

Menggunakan gaya bahasa Melayu

7. Amanat

Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.

Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan di akhir khayatnya.

Page 7: sinopsis SITI NURBAYA

Karya sastra merupakan sebuah karya yang memiliki nilai edukasi, etika, dan

estetika.Karya sastra juga memiliki aspek yang sangat penting, yaitu unsur intrinsik

dan unsur ekstrinsik. Kedua aspek tersebut harus dipandang sama, tidak boleh

meletakkan bahwa unsurintrinsik yang lebih penting dari unsur ekstrinsik begitu juga

sebaliknya.

Analisis aspek intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai karya sastra itu sendiri

tanpa melihat kaitannya dengan data di luar cipta sastra sastra tersebut, aspek

ekstrinsik hanyalah dalam hubungan menetapkan nilai isinya (Sugiarti,2007:25).

Aspek intrinsik terdiri dari sebagai berikut:

1.      Tema

Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita yang terbentuk dalam sejumlah ide,

tendens, motif, atau amanat yang sama, yang tidak bertentangan satu dengan yang

lainnya (Sugiarti,2007:37).

2.      Setting atau Latar

Setting merupakan tempat terjadinya peristiwa baik yang berupa fisik, unsure tempat,

waktu dan ruang ataupun peristiwa cerita (Sugiarti, 2007:55)

3.      Alur atau Plot

Alur merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung menyambung

dalam sebuah cerita atau dapat dikatakan sebagai suatu jalur lintasan urutan peristiwa

yang berangkai sehingga menghasilkan suatu cerita (Sugiarti, 2007: 62).

4.      Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul

atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu dalam hati

pembaca.

5.      Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan hubungan antara tempat atau posisi pencerita dan

bagaimana visinya terhadap cerita yang dikisahkan (Sugiarti, 2007: 105).

6.      Tokoh

Tokoh merupakan pelaku cerita yang memerankan orang-orang yang ada dalam

cerita.

7.      Perwatakan

Page 8: sinopsis SITI NURBAYA

Perwatakan merupakan pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku

atau tokoh yang terdapat pada cerita (Sugiarti, 2007: 94).

     

            Analisis aspek unsur ekstrinsik ialah analisis karya sastra itu sendiri dari segi

isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar

karya sastra itu sendiri (Sugiarti, 2007: 22).Aspek ekstrinsik terdiri dari aspek sosial,

budaya, ekonomi, agama, maupun pendidikan.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1  Unsur Intrinsik dalam Novel “Orang-orang Proyek”

a.      Tokoh

1)      Tokoh Utama: Kabul

Bukti yang menunjukkan bahwa tokoh Kabul merupakan tokoh utama yaitu karena

Kabul merupakan tokoh yang sering muncul. Walaupun dalam awal narasi cerita Pak

Tarya yang pertama muncul dimana sedang bermain suling dipinggir sungai Cibawor,

tapi disetiap bagian dalam novel tersebut tokoh ini  selalu berdialog dengan tokoh-

tokoh yang ada.

Pada saat ini menunjukkan dimana tokoh Kabul dimunculkan pada awal dialog, yang

mengindikasikan tokoh Kabul adalah tokoh utama.

“Wah, bagus sekali.Tak tahunya Pak Tarya pandai main suling?”(Orang-orang

Proyek, 2007: 8)

Cupklikan dari dialog antara Kabul dan Pak Tarya ini menceritakan bagaimana awal

Kabul mendengarkan suara suling seorang pak tua yaitu Pak Tarya yang merdu, dan

membuat Kabul terasa senang dan sejuk hatinya, sehingga Kabul memuji dengan

ucapan “Wah, bagus sekali….”

Page 9: sinopsis SITI NURBAYA

Pada saat ini Kabul sebagai tokoh utama selalu berada dalam semua situasi dalam

cerita, dan ini juga mengindikasikan juga kalau tokoh Kabul merupakan tokoh utama.

“Eh Kades,” keluh Kabul.“Sayur asemnya bukan main.Ayo, santap dulu sebelum

dingin.hargailah prestasi istrimu. Khotbahmu bisa dilanjutkan lain waktu.”

(Orang-orang proyek, 2007: 40)

Pada saat ini tokoh Kabul mengalami konflik-konflik yang mengindikasikan juga

bahwa ia adalah tokoh utama.

“Maaf, Wat, aku memutuskan berhenti karena prinsip yang harus ku bela. Aku harus

pergi, namun aku minta kamu tetap bekerja sampai proyek ini selesai.Atau dianggap

selesai menjelang HUT GLM, kira-kira sebulan lagi.” (Orang-orang Proyek, 2007:

201)

Pada bagian ini menceritakan, dimana Kabul memberitahukan kepada Wati, bahwa ia

tidak bisa bekerja lagi sampai proyek ini selesai. Dan disini Wati merasakan gejolak

hatinya tersakiti, karena Kabul dengan begitu saja pergi darinya.

2)      Tokoh Sentral: Wati

Hal ini dikarenakan Wati menjadi pusat perhatian semua tokoh dan dibicarakan oleh

semua tokoh, yang dibuktikan dengan kutipan berikut:

“Atau menerima Wati juga tidak salah…” (Orang-orang Proyek, 2007: 24).

Kutipan tersebut merupakan narasi bahwa Kabul merasa senang dengan kehadiran

Wati karena dapat menjadi penyeimbang di proyek pembangunan jembatan yang

didominasi oleh lelaki. Kabul juga merasa, bahwa Wati memang teman kerja yang

patut diandalkan dan tepat untuk ia pertahankan.

“Memang, Pak Insinyur. Tapi yah, yang namanya manusia. Dan andaikata aku jadi

Wati, jangan-jangan aku pun akan berbuat sama.” (Orang-orang Proyek, 2007: 47).

Kutipan tersebut merupakan potongan kutipan antara Mak Sumeh dan Kabul saat

membicarakan Wati.Dimana Mak Sumah meyakinkan hati Kabul, bahwa Wati benar-

Page 10: sinopsis SITI NURBAYA

benar menyukainya. Disini hati Kabul merasa bingung, dan tidak apa yang harus

dilakukannya lagi.

“Tapi nak Wati kelihatan tak bergairah…” (Orang-orang Proyek, 2007: 77).

Kutipan ini merupakan pembicaraan istri Pak Tarya ketika Wati dan Kabul makan

bersama di rumah mereka, yang menunjukkan bahwa terlihatnya suasana hati Wati

yang tidak bergairah.Karena perasaannya yang begitu besar, tidak pernah direspon

oleh Kabul. Sehingga ia bungkam seribu bahasa.

3)      Tokoh Pembantu: Pak Tarya, Basar, Mak Sumeh, Tante Ana, Dalkijo, Kang

Martasatang, Wircumplung, Baldun, Aminah, Biyung dan Yos

a)      Pak Tarya:

“Ah, saya malu. Saya kan hanya tukang mancing…” (Orang-orang Proyek, 2007: 8)

Kutipan tersebut merupakan cuplikan percakapan Pak Tarya dengan Kabul pada saat

mereka berdialog.Dalam hal ini, Pak Tarya sedang memperbincangkan status sosial

antara Kabul yang sebagai insinyur dan dirinya yang hanya sebagai tukang mancing

dan pemain suling.

“Kan Zaman sudah edan, Mas.Pilihan kita hanya dua.Ikut edan atau jadi korban

keedanan.” (Orang-orang Proyek, 2007: 69)

Kutipan tersebut merupakan cuplikan Pak Tarya dengan Kabul, yang dimana Pak

Tarya kecewa dengan keadaan republik ini yang edan, baik dari pejabat, maupun

orang-orang proyek itu sendiri. Sehingga Pak Tarya mencurahkan isi hatinya kepada

Kabul, dimana zaman yang edan berubah menjadi sangat dan jauh lebih edan.

Page 11: sinopsis SITI NURBAYA

b)      Basar (Kades):

“Sekali lagi, ini bahasa ekstrem. Semua hal yang dimaksud termasuk lima rukun

dalam agama kita, bila pengamalan kelimanya tidak menjadi bagian internal, tidak

menghasilkan proses penyempurnaan akhlak atau budi luhur.” (Orang-orang Proyek,

2007: 40)

Dimana dalam kutipan ini tokoh Kabul, Pak Tarya dan Basar sedang berbincang

mengenai masalah religi yang dikaitkan dengan bagaimana keadaan system

pendidikan yang ada.Sehingga masalah kurangnya akhlak atau budi luhur yang

dimasyarakat bisa disempurnakan.

c)      Mak Sumeh:

“Eh, Pak Insinyur. Masa Iya, diminta makan bareng saja tak mau,” sela Mak Sumeh

langsung memanggil Sonah agar menyiapkan hidangan (Orang-orang Proyek. 2007:

54).

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Mak Sumeh menyuruh Kabul agar mau diajak

makan bersama Wati. Dalam hal ini, Mak Sumeh bisa dikatakan mak comblang

dalam proses kedekatan antara Wati dan Kabul.

d)     Tante Ana:

“….Maka malam mini Kabul menyilakan Tante Ana mbarang sepuasnya dihalaman

kantor proyek…”(Orang-orang Proyek. 2007: 58).

Dari cuplikan narasi tersebut, dapat dilihat bahwa Tante Ana hanyalah pengamen banci yang biasanya menghibur para pekerja proyek. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling disenangi oleh pekerja proyek, sebagaimana ia disanjung, dipuji dan orang-orang tidak pernah mengejeknya.

e)      Dalkijo:

“Ya.Keputusan itu ku ambil tadi malam setelah aku berbicara dengan pemilik proyek,

tokoh-tokoh partai, dan khususnya jajaran GLM.Mereka telah setuju kebijakan yang

ku ambil.Dan itu pula keputusan yang ku bawa saat ini.” (Orang-orang Proyek, 2007:

198)

Page 12: sinopsis SITI NURBAYA

Dari cuplikan narasi ini, dimana Dalkijo menghasut Kabul untuk menggunakan pasir

yang tidak bermutu, dan semua bahan bangunan yang tidak sesuai standar

pembangunan.Disini juga menunjukkan penggambaran bagaimana tokoh Dalkijo

yang serakah, tidak mau berbagi, ingin menang sendiri, egois dan lain-lain.

f)       Kang Martasatang:

“Pak Kabul, saya ingin sampeyan menjawab pertanyaan saya. Sebenarnya, ada

kegiatan apa di proyek ini pada malam selasa kemarin?” (Orang-orang Proyek, 2007:

128)

Dari kutipan ini, dimana Kang Martasatang menemui Kabul dengan wajah dan

bahasa yang kaku, dan menuduh Kabul menjadikan anaknya Sawin sebagai tumbal

pembanguan jembatan.Disni terlihat jelas, bawha masyarakat masih menganut

animisme atau hal-hal yang mistik. Sehingga apa bila terjadi kejanggalan sedikit saja

dilingkungan mereka, langsung dinyatakan bahwa itu adalah hal-hal yang ghoib.

g)      Biyung:

“….terasa betul Biyung tetap memandangnya sebagai anak yang masih kanak-

kanak….” (Orang-orang Proyek. 2007: 207).

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Biyung merupakan ibu dari Kabul yang

munculnya hanya sekilas dan mendukung tokoh pertama, yaitu Kabul. Dimana tokoh

biyung ini merupakan tokoh yang paling berjasa buat tokoh utama (Kabul), dan

sampai Kabul dewasa, ia masih memandang tokoh Kabul sebagai anak yang masih

kanak-kanak.

b.      Tema

Tema dalam novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari, yaitu mengenai

maraknya korupsi dan ketidak adilan yang dilakukan oleh para pejabat partai politik

maupun non partai politik dalam pembangunan proyek jembatan.Dan

mengindikasikan bahwa orang-orang yang berkecimpung dalam proyek itu identik

dengan keserakahan, meraih keuntungan pribadi, tanpa memikirkan kualitas dari

proyeknya tersebut.

Page 13: sinopsis SITI NURBAYA

c.       Alur

Alur yang ada dalam novel “Orang-orang Proyek”, yaitu alur maju. Hal ini

dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:

1)      Pelukisan Awal Cerita

Pelukisan awal cerita dalam novel ini didahului oleh narasi yang menceritakan

tentang kondisi sungai Cibawor. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:

“Pagi ini Sungai Cibawor kelihatan letih. Tiga hari yang lalu hujan deras di hulu

membuat sungai ini banjir besar….” (Orang-orang Proyek. 2007: 5).

Pada saat ini, dimana penulis menggambarkan keadaan sungai Cibawor yang kotor

dan penuh sampah, sehingga membuat sering terjadi banjir.

Ucapan kagum Kabul atas tiupan suling merdu Pak Tarya ketika mereka pertama kali

bertemu di sekitar Sungai Cibawor. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“ Wah, bagus sekali. Tak tahunya Pak Tarya pandai main seruling?” (Orang-orang

Proyek,2007: 8).

Obrolan Kabul dengan Mak Sumeh di warung Mak Sumeh mengenai Wati skretaris

Kabul. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:

“…Jadi percaya sajalah, Wati memang suka sama Pak Insinyur…” (Orang-orang

Proyek, 2007: 46).

Dibagian ini Mak Sumeh mencoba meyakinkan Kabul kalau Wati memang suka

padanya, dan Mak Sumeh merupakan salah satu tokoh yang menghiasi warna-warni

cerita cinta Kabul dan Wati.

Obrolan Kabul dengan Wati untuk berterimakasih, namun terkesan malu-malu. Hal

ini dibuktikan oleh kutipan berikut:

“Wat, terima kasih atas kebaikanmu kemarin,” ujar Kabul (Orang-orang Proyek,

2007: 48).

Page 14: sinopsis SITI NURBAYA

Disini Kabul bertemu dengan Wati dan mengucapkan rasa terimakasihnya, dengan

sikap yang malu-malu.

2)      Titik awal Pertikaian

Awal pertikaian ditunjukkan oleh percakapan antara Kabul dan Dalkijo.Di mana

mereka saling berdebap pendapat. Dalkijo menghendaki untuk melakukan korupsi

atas proyek pembuatan jembatan, sedangkan Kabul tidak setuju akan hal tersebut. Hal

ini dibuktikan oleh kutipan berikut:

“Yah, berapa kali harus saya katakan, seperti proyek yang kita kerjakan sebelum ini,

semuanya selalu bermula dari permainan…” (Orang-orang Proyek. 2007: 27).

Hal ini juga dipertegas oleh keluhan Kabul atas kondisi jembatan yang memakan

anggaran semakin membengkak, padahal pembangunannya belum selesai total.

“….Kabul mengeluh atas tingginya angka kebocoran yang berarti tambahan cukup

besar yang harus dipikul oleh anggaran proyek.” (Orang-orang Proyek. 2007: 26).

Selain itu, keberanian Mak Sumeh untuk menyatakan kepada Kabul bahwa Wati

menyukai Kabul. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:

“Anu.Tapi sebelumnya aku minta maaf. Apa Pak Insinyur belum tahu Wati…anu…

suka sama Pak Insinyur?” (Orang-orang Proyek. 2007: 46).

3)      Titik Puncak Cerita

Titik puncak cerita didukung oleh perkataan Mak Sumeh yang memojokkan Kabul

sehingga Kabul tersenyum samar. Hal ini dibuktikan melalui kutipan berikut:

“Pak Insinyur tahu, kepergian berdua dengan Wati kali ini jadi perhatian orang?

Soalnya, Pak Insinyur berdua dengan Wati naik sepeda motor. Dan cara Wati

menempel di punggung Pak Insinyur itu…wah.” (Orang-orang Proyek, 2007: 46)

Pada bagian ini Mak Sumeh menyampaikan kalau Kabul dengan Wati sedang

diperbincangkan oleh orang banyak.Mak Sumeh menceritakan kalau pada saat

mereka berdua naik motor, orang-orang menganggap bahwa Kabul dan Wati sudah

beropacara, sehingga membuat heboh orang-orang dilungkungan proyek.

Page 15: sinopsis SITI NURBAYA

Puncak permasalahan juga dilakukan Martasatang yang menuduh Kabul telah

menjadikan anaknya tumbal dalam pengecoran jembatan. Hal ini dibuktikan oleh

kutipan berikut:

“Anak saya, Sawin, hilang karena telah dijadikan tumbal proyek ini dan jasadnya ikut

dicor jadi bagian tiang jembatan. Sekarang jawab: Iya apa tidak?” (Orang-orang

Proyek, 2007: 129).

Disini terlihat jelas, begitu tingginya kadar animisme masyarakat, yang masih

percaya dengan hal-hal yang diluar akal atau ghoip, dan percaya kalau anaknya Sawin

dijadikan tumbal pada pembangunan jembatan.

Adanya pemaksaan yang dilakukan Dalkijo untuk tetap menggunakan besi bekas

membuat Kabul mengancam untuk mengundurkan diri karena khawatir akan kondisi

jembatan.

“Ya, saya tahu.Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi bekas itu.Bila

dipanaskan, lebih baik saya mengundurkan diri.” (Orang-orang Proyek. 2007:182).

4)      Resolusi

Resolusi dalam novel ini yaitu dimulai pada saat Kabul merasa tidak tahan dengan

sikap keserahan dan kekonyolan atasannya Dalkijo dan tidak ingin tdrlalu lama

terlibat dalam korupsi yang dilakukan Dalkijo, akhirnya Kabul memilih keluar dari

proyek tersebut.

“Maaf Pak. Keputusan saya tak bisa ditarik lagi.Saya keluar!” (Orang-orang Proyek.

2007: 200).

Karena pada saat ini, Kabul merasa bahwa dengan keluar dari pekerjaannya itu, ia

terbebas dari tindak kecurangan yang dilakukan oleh atasannya Dalkijo.

Ketika Kabul keluar dari proyek, Wati merengut agar Kabul memikirkan kedua kali

keputusannya itu. Saat itu Wati sangat kecewa, namun ia berjanji akan tetap

menghubungi Wati. Beberapa waktu kemudian mereka berpacaran dan Wati diajak

Kabul menemui Biyungnya karena mereka telah resmi pacaran.

Page 16: sinopsis SITI NURBAYA

“Kapan-kapan Wati kujemput, dan kuajak menemui Biyung, emakku.Kamu mau,

Wat?” (Orang-orang Proyek. 2007:202).

5)      Keputusan

Pada akhirnya, Kabul memutuskan keluar dari proyek jembatan sungai cibawor dania

istirahat sebentar dari hiruk-pikuk proyek di rumah Biyungnya. Selain itu, ia juga

sebenarnya ingin kembali ke kampus. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:

“Sebenarnya aku ingin kembali ke kampus, sebab bekerja di lapangan ternyata berat

buatku.Tapi entahlah bila aku bekerja di proyek milik swasta.” (Orang-orang Proyek.

2007: 201).

d.      Penokohan

Mengenai sifat-sifat tokoh yang ada dalam novel, yaitu sebagai berikut:

1)      Tokoh Utama: Kabulsifatnya kritis, idealis, optimis, dan perhatian.

Sifat idealis Kabul ditunjukkan oleh kutipan berikut:

“Pak Dalkijo, saya ingatkan ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1990, pemborong

wajib menjamin bangunan yang dikerjakan bisa dimanfaatkan          setidaknya

selama sepuluh tahun.” (Orang-orang Proyek, 2007: 182).

Dimana disini Kabul menasehati Dalkijo atasannya, bahwa dalam membangun

sebuah bangunan itu harus memikirkan bagaimana kualitasnya nanti, apakah bisa

dirasakan untuk sekian tahun atau tidak.

Sedangkan, sifat Kabul yang optimis ditunjukkan oleh kutipan berikut:

“…Aku masih punya keinginan kuat menyelesaikan proyek ini dengan mutu yang

bisa dipertanggungjawabkan….” (Orang-orang Proyek, 2007:158).

Disini tokoh Kabul menunjukkan partisipasinya untuk membangun jembatan dengan

baik, dengan mutu kualitas tertinggi, dan ia optimis bahwa ia bisa untuk

melakukannya.

Sifat perhatian Kabul ditunjukkan oleh kutipan berikut:

“Kamu sudah benar-benar sembuhkan, Wat?” (Orang-orang Proyek, 2007: 150).

Page 17: sinopsis SITI NURBAYA

2)      Tokoh Sentral: Wati, sifatnya perhatian dan cengeng.

Sifatnya yang perhatian ditunjukkan oleh kutipan berikut:

“Makan siang yuk. Mas sudah lapar, kan? Eh, nanti dulu. Aku punya ini

untukMas.Enak.Manis sekali.” (Orang-orang Proyek, 2007: 97).

Disini Wati menunjukkan sikap ramah dan perhatiannya terhadap Kabul, dengan

mengajaknya makan bersama, dan memberikan makanan yang dibawa dari

rumahnya.

Sifatnya yang cengeng ditunjukkan oleh kutipan berikut:

“Baik, Mas.” Akhirnya, mata Wati menyala (Orang-orang Proyek, 2007: 99).

Pada saat ini, dimana penggambaran sikap cengengnya, dimana Wati tidak terima

kalau Kabul meninggalkannya.Akhirnya yang terjadi, air mata Wati turun dan

berkaca-kaca.

3)      Tokoh Pembantu.

a)      Pak Tarya: sifatnya rendah diri, humoris dan baik.

Sifat Pak Tarya yang rendah diri ditunjukkan oleh kutipan berikut:

“Ah, saya malu. Saya kan hanya tukang mincing dan Pak Insinyur, pelaksana

pembangunan jembatan. Kok Pak Insinyur mau ngumpul dengan saya di tempat yang

kurang pantas ini?” (Orang-orang Proyek, 2007: 8).

Dari cuplikan dialog ini, menunjukkan tokoh Pak Tarya, yang sopan, humoris, baik

dan bergaul dengan siapa aja yang menurutnya baik.

Sifat humoris ditunjukkan oleh kutipan berikut:

“Jadi dalam soal mincing, insinyur bisa kalah dari saya.; iya kan?” (Orang-orang

Proyek, 2007: 20).

Disini Pak Tarya bercanda gurau dengan Kabul, dimana Pak Tarya membawa-bawa

hobbinya memancang kedalam perbincangan mereka.Sehingga gelak tawa tidak bisa

dihindarkan lagi.

Kebaikan Pak Tarya ditunjukkan oleh kutipan berikut:

Page 18: sinopsis SITI NURBAYA

“Karena Mas Kabul mau makan pagi di sini, istri saya sengaja menanak nasi khusus

dari beras rajalele…” (Orang-orang Proyek, 2007: 77).

Disini pak Taya menunjukkan sikap baiknya, dimana ia menyeduhkan nasi yang

seadanya ia punya yang diberikan kepada para tamunya.

b)      Dalkijo, sifatnya serakah dan pendendam.

Keserakahan Dalkijo ditunjukkan oleh kutipan berikut ini:

“Makanya, Dik Kabul, lebih baik bersikap seperti saya sajalah. Ikuti langgam serta

permaianan yang ada dan sabetlah keuntungan.Bila perlu kita jadi koboi.He-he.”

(Orang-orang Proyek, 2007: 27).

Pada cuplikan dialog ini, kita bisa melihat bagaimana akal busuk dari Dalkijo, yang

mencoba menghasut Kabul agar mengikuti kemauannya.

Sifat pendendam yang dimiliki Dalkijo ditunjukkan oleh kutipan berikut:

“Baik!Tapi jangan salahkan aku bila Dik Kabul harus menghadapi interogasi aparat

keamanan.Dan ini, Dik Kabul. Idealisme tidak akan membuatmu jadi pahlawan.

Kecuali Donkisot!” (Orang-orang Proyek, 2007: 200).

Pada saat ini, Dalkijo memarahi Kabul karena terus membangkan apa yang telah

diperintahkannya. Sehingga ia menunjukkan sifat-sifat jeleknya.

e.       Setting

1)      Setting tempat

a)      Sungai: “…Tapi sampai di pinggir kali ini ternyata air masih keruh…” (Orang-orang

Proyek, 2007: 8).

Disini dijelaskan bagaimana suasana tempat pada sungai Cibawor yang kotor dan

keadaan air yang keruh, dan menimbulkan ketidak nyamanan orang yang melihatnya.

b)      Warung Mak Sumeh: “Kabul masuk warung Mak Sumeh, menarik kursi sambil

minta minuman kesukaannnya…” (Orang-orang Proyek. 2007: 95).

Pada cuplikan ini, Kabul masuk warung Mak Sumeh dengan langsung mengambil

minuman kesukaannya.

c)      Rumah Pak Tarya: “…Kamu mimpi apa tadi malam, Bu, kok sekarang kita

menerima tamu orang penting?...” (Orang-orang Proyek. 2007: 77).

Page 19: sinopsis SITI NURBAYA

Pada cuplikan ini, dimana pak Tarya berdialog dengan istrinya bahwa ada tamu

penting yang datang kerumahnya.

d)     Rumah Wati: “Di pintu Kabul disambut oleh ibu Wati…” (Orang-orang Proyek.

2007: 116).

Pada cuplikan ini, menunjukkan suasana di rumah Wati, dimana Kabul mengunjungi

Wati yang tengah dirundung sakit.

e)      Kantor proyek: “Kula nuwun!” ujar Kang Martasatang di depan pintu kantor

proyek…” (Orang-orang Proyek. 2007: 128).

2)      Setting waktu

a)      Malam hari

“…mala mini Tante Ana muncul di proyek…” (Orang-orang Proyek. 2007: 58).

“Padahal udara malam kemarau terasa dingin dan kering…”

(Orang-orang Proyek. 2007: 61).

“Selarut ini Pak Tarya mau mincing?” (Orang-orang Proyek. 2007: 62).

“Malam ini Basar, kades, menerima tiga tamu lelaki…”

(Orang-orang Proyek. 2007: 79).

b)      Pagi hari

“…Basar hamper terlambat Salat Subuh karena bangun kesiangan…”

(Orang-orang Proyek. 2007: 89).

c)      Siang hari

“…Bila sudah panas, berteduh dulu” (Orang-orang Proyek. 2007: 95).

“Makan siang yuk. Mas sudah lapar, kan?...” (Orang-orang Proyek. 2007: 97).

Page 20: sinopsis SITI NURBAYA

d)     Malam minggu

“Namun setidaknya Kabul bisa menahan diri ketika malam minggu kemarin Wati

mengajaknya nonton film ke kota.” (Orang-orang Proyek. 2007: 99).

e)      Sore hari

“Tapi, tadi sore Wircumplung datang lagi…” (Orang-orang Proyek. 2007: 121).

“Namun ketika pergi memancing sore ini Pak Tarya tidak singgah ke warung Mak

Sumeh…” (Orang-orang Proyek. 2007: 17).

3)      Setting suasana

a)      Sepi, dibuktikan dengan kutipan narasi berikut:

“Sepi. Sehingga terdengar desis air yang menembus celah-celah batu tempat Kabul

dan Pak Tarya duduk..” (Orang-orang Proyek. 2007: 11).

“…Jawabannya ada di warung Mak Sumeh dan warung-warung lain yang sepi..”

(Orang-orang Proyek. 2007: 101).

b)      Rindang, dibuktikan dengan kutipan berikut:

“Sekali lagi batu-batu besar di pinggir Cibawor yang dipayungi kerindangan pohon

mbulu...” (Orang-orang Proyek. 2007: 17).

c)      Gelisah, dibuktikan dengan kutipan berikut ini:

“Kegelisahan.Rasanya sampeyan mulai tidak kerasan di proyek ini?” (Orang-orang

Proyek. 2007: 78).

d)     Emosi, keadaan ini ditunjukkan oleh beberapa kutipan berikut:

“Kegaduhan itu mengundang para pekerja datang. Cak Mun, Kang Acep, Bejo,

semua datang. Mereka membujuk Kang Martasatang dan Wircumplung

menghentikan amukan” (Orang-orang Proyek. 2007: 129).

“Dalkijo menarik kedua kakinya dari atas meja dan membantingnya ke lantai…”

(Orang-orang Proyek. 2007: 200).

f.       Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu sudut

pandang orang ketiga maha tahu. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu

Page 21: sinopsis SITI NURBAYA

menyebut nama tokoh-tokoh pemeran dalam novel tersebut, di mana seakan-akan

pengarang begitu mengerti mengenai perasaan yang dialami tokoh dalam cerita.

“Kabul menyalami Pak Tarya dengan kata-kata singkat namun disertai perasaan yang

dalam dan berat…” (Orang-orang Proyek. 2007: 215).

“Bagi Pak Tarya impotensi ternyata bisa juga dinikmati..” (Orang-orang Proyek.

2007: 17).

g.      Gaya Bahasa

1)      Gaya simbolik

“Lelaki itu telah lama menjadikan kerindangan pohon mbulu di tepi Sungai

Cibawor…”(Orang-orang Proyek. 2007: 6).

Cuplikan ini menandakan sungai Cibawor dengan pepohonannya yang rindang.

“…Basar mengangguk tanda mengerti..”(Orang-orang proyek. 2007: 102).

Dari cuplikan ini menggambarkan dimana Basar mengangguk pada saat mereka

berbincang, ini menandakan bahwa Basar tekah mengerti.

2)      Gaya Personifikasi

“…pemancing tua itu merasa dirinya benar-benar hadir dan ikut berdenyut dengan

alam di sekitarnya…” (Orang-orang Proyek. 2007: 6).

“Ketika ujung-ujung ranting yang menggantung itu mulai bergoyang oleh sentuhan

angin…” (Orang-orang Proyek. 2007: 7).

3)      Gaya hiperbola

Dibawah ini akan dipaparkan cuplikan dari novel yang mengandung gaya hiperbola

yaitu sebagai berikut:

“Mungkin karena benar-benar larut dalam perjalanan batin yang sangat mengasyikan,

dia tak menyadari ada orang lain hadir hanya beberapa langkahdi sampingnya”

(Orang-orang Proyek. 2007: 9).

“…Mata kedua tamunya sudah tampak berkobar…” (Orang-orang Proyek. 2007:

129).

Page 22: sinopsis SITI NURBAYA

“…hatinya serasa tertusuk…” (Orang-orang Proyek. 2007: 11).

4)      Gaya antiklimak

“…Bersamaan dengan tarikan napasnya yang kian melambat, matanya pun mulai

terpejam. Lelaki tua itu tertidur sambil duduk” (Orang-orang Proyek. 2007: 123).