sintesis polimer nanokomposit
Embed Size (px)
DESCRIPTION
polimer nanokompositTRANSCRIPT

TUGAS MATAKULIAH
NANOTEKNOLOGI KONVERSI DAN PENYIMPANAN ENERGI
MAKALAH
SINTESIS POLIMER NANOKOMPOSIT
Disusun oleh :
Reza Wanjaya
NIM 150514602933
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI JURUSAN TEKNIK MESIN
NOPEMBER 2015

DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang............................................................................ 1
BAB II ISI
2.1 Polimer....................................................................................... 2
2.2 Aditif dan Filler.......................................................................... 3
2.3 Polimer Nanokomposit............................................................... 4
2.4 Mekanisme Degradasi................................................................ 5
2.5 Pembuatan Aditif dan Polimer Alam......................................... 6
2.6 Pembuatan Komposit Polimer.................................................... 7
2.7 Karakteristik Sifat Fisik dan Mekanik....................................... 8
2.7.1 Karakteristik Biodegrable................................................ 10
2.7.2 Karakteristik Khusus........................................................ 11
2.8 Pembuatan Nanopartikel Khitosan dan Tapioka........................ 12
2.9 Pembuatan Nanokomposit Polimer............................................ 13
2.10 Karakterisasi............................................................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia industri polimer khususnya plastik sangat membebani dengan
limbahnya karena biaya pengolahan limbahnya begitu tinggi sehingga
sekarang ini digunakan polimer (plastik) biodegradable yang berasal dari
monomer yang biodegradable, seperti polylactic acid (PLA),
polyhydroxyalkanates (PHAs) Trigfycerides, Cellulose, cotton, wood dan silk.
Masalah polimer (plastik) biodegradable ini terletak pada biaya produksi yang
mahal dan sifat mekanik/fisik yang lebih rendah dibandingkan polimer
sintetik lainnya. Oleh sebab itu sampai sekarang pemakaian polimer sintetik
(polietilen, polipropilen, polistiren, polivinil klorida dan efoksi) masih terus
digunakan, akibatnya limbah plastik tersebut menjadi masalah lingkungan dan
kesehatan.
Pengembangan plastik sebagai pengemas terus dilakukan dalam
bentuk komposit, yaitu bahan plastik berbentuk polimer sintetik dicampur
dengan berbagai jenis filler, : pengaruh filler pasir dalam berbagai polimer,
peranan serbuk jerami dan gergaji dalam polimer komposit, penambahan
tepung maizena pada berbagai polimer. Pengembangan plastik sebagai
pengemas dalam bentuk komposit terus berlanjut berdasarkan bahwa bila
ukuran sampel pOlimer dilakukan dalam ukuran nanopartikel ternyata laju
degradasi mengalami peningkatan yang dratis, Surface erosion pada polimer
nanokomposit lebih besar dibandingkan polimer sintetik berbentuk komposit
sehingga lama waktu dan proses biodegradasi polimer nanokomposit akan
lebih baik, artinya filler berbentuk nanopartikel yang dicampur dengan
polimer membentuk polimer nanopartikel mempunyai surface erosion yang
lebih besar. Hasil dari mekanisme proses degradasi plastik akan dihasilkan
CO2 , H20, CH4 dan produk lainnya. Disamping itu cara bekerja bakteri
(mikroba) di dalam tanah (alam terbuka) pada proses degradasi bahan
polimer komposit untuk polimer nanokomposit yang mengandung oksigen

akan mempermudah kerja mikroba di alam terbuka. Disamping itu sifat
mekanik polimer nanokomposit tidak kalah unggul dibandingkan dari poiimer
sintetik sehingga dapat berfungsi sebagai pengemas
Polimer sintetik dalam aplikasi untuk memenuhi berbagai keperluan
hidup manusia selalu ditambahkan berbagai aditif termasuk stabilizer dan
modifier. Manfaat aditif didalam polimer untuk menstabilkan, memodifikasi
dan meningkatkan unjuk kerja dibandingkan dari poiimer sintetik sehingga
dapat berfungsi sebagai pengemas. polimer. Disamping itu juga ditambahkan
filler seperti Ti02, Si02, Talc, Zn02, dan CaC03 ke dalam polimer guna
memperbaiki sifat-sifat fisika dan umumnya murah sehingga dapat
mengurangi biaya produksi dari berbagai jenis filler diatas.
Berbagai jenis aditif yang digunakan dalam polimer seperti anti
blocking agent, anti fogging agent, antioksidan, anti static, heat stabilizer;
Impact modifier, plasticizer, UV stabilizer, UV screening agent, antioksidan
dan processing agent. Berbagai penelitian tentang peranan berbagai aditif dan
filler didalam polimer telah dilakukan seperti : Peranan UV stabilizer pada
berbagai polimer, Perilaku polietilen terhadap pendinginan, Pengaruh
antioksidan pada berbagai sifat polietilen. Penambahan filler Zn02 pada
pembuatan polipaduan ABS-PP . Dari data tersebut diatas menunjukkan
bahwa keberadaan zat aditif dan filler sangat penting sekali didalam proses
pembuatan polimer/plastik yang berkualitas sehingga jenis aditif dan filler
ditentukan oleh fungsi dan kegunaannya selama pemrosesan maupun produk
akhirnya.
Agar fungsi polimer sebagai kemasan menjadi optimal maka
degradasi polimer yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sinar
matahari , panas , umur dan faktor alam. Oleh sebab itu dalam proses
pembuatannnya, polimer ditambahkan berbagai aditif dan filler guna
mengatasi proses degradasi oleh berbaga i faktor diatas. Dari berbagai hal
diatas maka telah dilakukan pembuatan nanokomposit berbasis polimer
termoplastik dengan filler berukuran nanokomposit sehingga diharapkan
diperoleh plastik kemasan yang ramah lingkungan.

Disini digunakan jenis filler berbentuk tapioka dan chitosan yang
berasal dari limbah , sehingga komposit yang terbentuk bersifat
biodegradable dan dapat berfungsi sebagai kemasan untuk bahan pertanian
termasuk makanan .Disamping meningkatkan nilai tambah dari bahan baku
lokal berupa tapioka dan chitosan, . diharapkan berbagai jenis masalah pada
kemasan plastik berupa sorption (berkurangnya berat bahan yang dikemas ,
seperti bahan pertanian, ikan dan pangan), juga masalah desorption (migrasi
komponen plastik ke dalam bahan yang dikemas), photo degradation
(sensitivitas terdahap radiasi ultra violet) , interaksi antara bahan yang
dikemas dengan plastik dan berakibat perubahan sifat mekanik dan masalah
permeation (sifat permeability terhadap moisture, gas dan cahaya yang dapat
memicu pertumbuhan mikroorganisme) dapat diatasi.

BAB II
ISI
2.1 Polimer
Bila ditinjau dari sumber dan jenis prod uk, polimer terbagi menjadi
2 (dua) katagori yaitu polimer alam dengan sumber agricultural seh ingga
menghasilkan cotton, wood, silk dan karet alam sedangkan polimer sintetik
dengan sumber gas alam , petroleum dan petrochemicals akan menghasilkan
produk berupa plastik , fiber dan elastomer sintetik
Dalam rangka memenuhi keperluan manusia maka polimer sintetik
menjadi pilihan mengingat jumlah dan ketersediaan yang melimpah
dibandingkan dengan polimer alam . Tabel 1 berikut menunjukkan komoditas
berbagai polimer sintetik yang telah diperdagangan di Indonesia (1998)
adalah :
No Jenis Polimer/Plastik Nilai Ekspor
(US $ Juta)
Nilai Impor
(US $ Juta)
1 Polietilen (PE) 82,793 97,713
2 Polipropilen (PP) 58 ,872 85 ,614
3 Polietilen Tereftalat (PET) 205 ,324 61 ,738
4 Polivinil Klorida (PVC) 84 ,051 2,161
5 Polistiren (PS) 13,639 24 ,297
6 Crumb Rubber 900,354 1,027
7 SelulosaJPulp 489,341 0,406
Tabel 1. Berbagai Jenis Polimer dengan Nilai Komoditas
Pada polimer termoplastik tersebut diatas , pemakaian polimer PE dan
PP dalam jumlah besar dan kecenderungan meningkat setiap tahunnya,
dikarenakan polimer PE dan PP dapat dibentuk berbagai produk dan
harganya murah dibandingkan polimer sintetik lainnya . Jenis polimer PE
berupa HOPE , LOPE, LLOPE dan XPE , pada umumnya LOPE dan HOPE

banyak digunakan sebagai bahan baku industri polimer dibandingkan jenis
polimer PE lainnya.
Sedangkan polimer PP, pemakaiannya bergantung parameter proses
yaitu MFI (Melt Flow Index) dan kandungan isotaktik dengan ataktik. Bila
digunakan PP dengan MFI besar maka akan diperoleh polimer PP dalam
jumlah yang besar persatuan waktu dan berlaku sebaliknya. Sementara itu
kandungan isotaktik dengan ataktik mempengaruhi kejernihan polimer PP,
bila kandungan ataktik besar maka akan diperoleh polimer PP dengan
kejernihan yang baik dan berlaku sebaliknya.
2.2 Aditif dan Filler
Polimer sintetik dalam aplikasi untuk memenuhi berbagai keperluan
hidup manusia selalu ditambahkan berbagai aditif termasuk stabilizer dan
modifier. Manfaat aditif didalam polimer untuk menstabilkan, memodifikasi
dan meningkatkan unjuk kerja polimer. Disamping itu juga ditambahkan
filler seperti Ti02, Si02, Talc, Zn02, dan CaC03 ke dalam polimer guna
memperbaiki sifat-sifat fisika dan umumnya murah sehingga dapat
mengurangi biaya produksi' dari berbagai jenis filler diatas, filler CaC03 yang
paling banyak digunakan dalam industri polimer dikarenakan murah,ukuran
dan bentuknya yang serbuk.
Berbagai jenis aditif yang digunakan dalam polimer seperti anti
blocking agent, anti fogging agent, antioksidan, anti static, heat stabilizer,
Impact modifier, plasticizer, UV stabilizer, UV screening agent, antioksidan
dan processing agent. Berbagai penelitian tentang peranan berbagai aditif dan
filler didalam polimer telah dilakukan seperti : Peranan UV stabilizer pada
berbagai polimer, Perilaku polietilen terhadap pendinginan, Pengaruh
antioksidan pada berbagai sifat polietilen. Penambahan filler Zn02 pada
pembuatan polipaduan.

Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa keberadaan zat aditif
dan filler sangat penting sekali didalam proses pembuatan polimer/plastik
yang berkualitas sehingga jenis aditif dan filler ditentukan oleh fungsi dan
kegunaannya selama pemrosesan maupun produk akhirnya.
3.3 Polimer Nanokomposit
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ternyata
pembuatan polimer komposit berbasis berbagai polimer belum mendapatkan
polimer yang terbiodegradasi dialam oleh bakteri . Oleh sebab itu
dikembangkan pembuatan polimer yang berasal dari monomer yang dapat
dibiodegradasi , seperti polylactic acid (PLA) , polyhydroxyalkanates (PHAs),
dan Triglycerides, dapat juga digunakan polimer dengan sumber bahan alam ,
seperti : cotton, wood, silk dan karet alam. Tetapi polimer-polimer tersebut
terbatas pada pemakaian dan harga yang mahal sehingga perlu dilakukan
penelitian dengan mengembangkan polimer komposit seperti diatas. 8erbagai
penelitian polimer komposit telah dilakukan , seperti : pengaruh filler pasir
dalam berbagai polimer , peranan serbuk jerami dan gergaji dalam polimer
komposit , penarnbahan tepung maizena pada berbagai polimer.
Dari hal tersebut di atas , bila ukuran sampel polimer dilakukan
dalam ukuran nanopartikel ternyata laju degradasi mengalami peningkatan
yang dratis, seperti diperlihatkan pada Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. pengaruh ukuran buitr terhadap perbandingan laju degradasi

Dari hal tersebut diatas, akan dilakukan penelitian pembuatan master
batch polimer nanokomposit berbasis polimer termoplastik dan termoset
sehingga akan diperoleh polimer biodegradasi dengan karakterisasi sifat-
sifatnya termasuk didalamnya uji aplikasi pada industri polimer.
2.4 Mekanisme Degradasi
Degradasi polimer dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sinar
matahari, panas, umur dan faktor alam. Oleh sebab itu dalam proses
pembuatannnya, polimer ditambahkan berbagai aditif guna mengatasi proses
degradasi oleh berbagai faktor diatas.
Surface erosion pada polimer nanokomposit lebih besar dibandingkan
polimer sintetik berbentuk komposit sehingga lama waktu dan proses
biodegradasi polimer nanokomposit akan lebih baik, artinya filler berbentuk
nanopartikel yang dicampur dengan polimer membentuk polimer nanopartikel
mempunyai surface erosion yang lebih besar. Hasil dari mekanisme proses
degradasi plastik akan dihasilkan gas CO 2 , H20, CH4 dan produk lainnya.
Gambar 2 memperlihatkan mekanisme degradasi polimer/plastik di alam.
Gambar 2. Mekanisme proses degradasi plastik

Untuk polimer nanokomposit yang dibuat dengan metode blending
dan polimer nanokomposit yang mengandung oksigen akan mempermudah
kerja mikroba di alam terbuka.
2.5 Pembuatan Aditif dan Polimer Alam
Peran polimer alam (tapioka dan atau chitosan) dan aditif (platisizer
dan stabilizer) dalam rangka pembuatan komposit polimer akan dipelajari
termasuk pembuatannya. Pembuatan polimer komposit dilakukan dengan
metode blending pada suhu tertentu dan dilakukan variasi waktu blending .
Dari hasil pembuatan polimer alam (tapioka dan chitosan) akan
diperoleh berbagai bentuk dan ukuran. Hasil ini akan diljadikan variasi pada
proses pembuatan komposit polimernya.
2.6 Pembuatan Komposit Polimer
Polimer termoplastik yang sudah sering digunakan sebagai pengemas,
seperti polietilen, polipropilen, dan polivinil klorida (PVC) dicampur dengan
filler (pengisi) tapioka dan atau chitosan. Selain juga dilakukan variasi
komposisi filler (pengisi), lamanya waktu blending dan penambahan aditif
sehingga diperoleh berbagai bentuk produk kemasan yang akan dibuat.
2.7 Karakterisasi Sifat Fisik dan Mekanik
Masing-masing sampel dari berbagai variasi pembuatan ditentukan
sifat mekanik (kekuatan tarik, kekuatan luluh, perpanjangan putus, kekuatan
robek, perpanjangan tetap), sifat fisik, dan karakterisasi lainnya meliputi
ukuran partikel (partikel analizer), analisis strukturmikro (SEM), sifat termal
(STA/TG, DSC) dan struktur kristal (XRD) .

2.7.1 Karakterisasi Biodegradable
Dari sintesis komposit polimer termoplastik (polietilen dan
polipropilen) yang dicampur dengan filler pollimer alam (tapioka dan
chitosan). Hal ini dilakukan karena bentuk filler akan mempengaruhi waktu
dan jenis degradasi yang terjadi, hal yang sama juga dilakukan untuk aditif.
Uji degradasi meliputi : soil butirast test dan udara terbuka.
2.7.2 Karakterisasi Khusus
Karakterisasi dilakukan dengan membuat bah an pengemas berbentuk
kantong plastik untuk produk pangan yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Langkah-Iangkah utama dalam keseluruhan penelitian ini , secara skematik
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini :
Gambar . Skema Pembuatan Plastik Kemasan Produk Pangan
2.8 Pembuatan Nanopartikel Khitosan dan Tapioka
Khitosan hasil sintesis dari Pusat Aplikasi Teknologti dan Isotop
Radiasi (PATIR) diperlihatkan pada gambar , seperti dibawah ini :

Gambar Khitosan sebelum dilakukan milling dengan a) pembesaran 35 kali
dan b) pembesaran 4000 kali.
Kemudian dilakukan milling dengan variasi waktu, untuk memperoleh
khitosan berukuran nanometer, hasil dari pengukuran SEM diperlihatkan pada
gambar dibawah.
Gambar Hasil milling a) 6 jam,
b) 9jam dan c) 15jam
Grafik Hasil Pengukuran XRD dengan variasi waktu milling HEM

Dari hasil pengukuran SEM tersebut diatas, dilakukan pengukuran XRD
untuk mengetahui ukuran kristalit dari milling 6 jam , 9 jam dan 15 jam .
Gambar diatas menunjukkan hasil pengukuran XRD.
Gambar. Hasil Pengukiran XRD
Dari data XRD tersebut diatas menunjukkan bahwa khitosan dengan
milling 6 jam sudah dapat dikatogorikan sebagai filler dengan ukuran
nanometer. Oleh sebab itu khitosan milling 6 jam selanjutnya digunakan
untuk pembuatan komposit berbasis khitosan atau tapioka dengan berbagai
polimer termoplastik (polietilen dan polipropilen) .
Hal yang sama juga dilakukan, untuk tepung tapioka sehingga
diperoleh ukuran nanometer. Gambar 8 meggambarkan hasil milling dengan
berbagai lama waktu Uam) dengan menggunakan SEM .

Gambar. Hasil SEM untuk tapioka hasil berbagai waktu milling
2.9 Pembuatan Nanokomposit Polimer
Telah dilakukan pembuatan nanokomposit berbasis khitosan dengan
berbagai polimer termoplastik, yaitu polietilen jenis linier densitas rendah
(LLDPE) dan polipropilen (PP). Pemilihan kedua jenis polimer tersebut
didasarkan pada pemakaian jenis kedua polimer tersebut seringkali digunakan
sebagai plastik kemasan berbagai fungsi.
Untuk pembuatan nanokomposit polimer dilakukan blending antara
khitosan atau tapioka berukuran nanometer dengan termoplastik polietilen
(LLDPE) atau polimer jenislain seperti polipropilen (PP) . Suhu blending
dilakukan sesuai dengan polimer termoplastik yang digunakan, yaitu untuk
LLDPE pada suhu 180°C, sedangkan PP pada suhu 200°C dengan waktu
blending selama 10 menit.. Selanjutnya dilakukan pembuatan lembaran film
dengan hot press dan cold press.
Gambar dibawah memperlihatkan hasil pengukuran SEM pada
lembaran nanokomposit polimer, meliputi termoplastik LLPE dan Polipropilen
(PP).

Gambar Nanokomposit : a) LLDPE-Khitosan dan b) PP-Khitosan
2.10 Karakterisasi
Lembaran plastik berbentuk nanokomposit khitosan atau tapioka
berbasis termoplastik polietilen dan polipropilen, dilakukan karakterisasi
meliputi sifat mekanik dan sifat khusus sebagai bahan kemasan pangan.
Untuk karakterisasi biodegradabel (soil butiral test) dilakukan, dimana
lembaran plastik dipotong dengan bentuk dumbbell.
Gambar dibawah memperlihatkan dumbbell dati lembaran
nanokomposit khitosan atau tapioka berbasis termoplastikl polietilen atau
polipropilen.
Gambar. Dumbbell Nanokomposit
Sifat mekanik meliputi Modolus 300 (M300), yield strength , tensile strength
dan elongation at break telah dilakukan, seperti diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat Mekanik Nanokomposit berbasis khitosan
No Jenis Sampel Tebal(mm) Tensile
(Kg/cm2)
Elongation at
Break(%)
1 PP+30% Khitosan 0,28 126,08 …
2 LLDPE+30% Khitosan 0,42 86,64 50
3 LLDPE+40% Khitosan 0,40 77,29 42
4 LLDPE+SO% Khitosan 0,43 64,83 30
Gambar dibawah memperlihatkan hasil uji soil butiral, artinya lembaran
plastik berbentuk dumbbell dipendam didalam tanah sedalam 30 cm.
Kemudian dengan periode tertentu dilakukan pengamatan.
Gambar. Hasil uji soil butiral nanokomposit

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Dan Saran
Dari hasil percobaan yang dilakukan maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Telah berhasil dibuat khitosan dan tapioka berukuran nanometer, untuk
digunakan sebagai filler dalam nanokompost polimer termoplastik polietilen
dan polipropilen
2. Secara umum, peningkatan kandungan (komposisi) filler dalam komposit,
akan menurunkan sifat mekanik dari komposit polimer yang terbentuk. Hal
ini berlaku pada sifat Modulus 300, yield strength dan tensile strength,
sedangkan elongation at break terjadi sebaliknya.
3. Nanokomposit polimer termoplastik berbasis khitosan dan tapioka dapat
dilakukan sehingga komposisi 50 %berat, tetapi pembuatan plastik kemasan
dengan mesin cetak (single extraction) diperoleh komposisi terbaik pada
komposisi 30 %berat
4. Perlu dilakukan paket teknologi untuk nanokomposit polimer termoplastik
polietilen dan polipropilen berbasis khitosan dan tapioca dengan melibatkan
industri terkait

DAFTAR PUSTAKA
[1]. K. Hoppenheidt and J. Trankler, Biodegradable Plastics and Biowaste
Options For Common Treatment, Proccedings of the Biowaste '95
Conference, Aalborg, Denmark, 21-14 Mei 1995.
[2]. Sudirman, Aloma Karo Karo, Teguh Yulius S.P.P., Anik S., dan Isni
M., Studi Peranan Anti Ultraviolet Komposit Berbasis Polimer LOPE dan
EVA Sebagai Plastik Pertanian, Jurnal Sanis dan Teknologi Nuklir Indonesia,
Vol.lV Edisi Khusus 3, Agustus 2003, ISSN. 1411-3481, Hal. 21-32 .
[3]. Sudirman , Dkk, Analisis Struktur Termoplastik Polivinilklorida (PVC)
Akibat Iradiasi Ultraviolet, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah
Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, Yogyakarta , 8 -10
Juli 1997. Hal. 147 153. ISSN 0216-3128.
[4]. Sudirman dkk, Pengaruh Quenching Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur
Molekul Polietilena, Prosiding Seminar Nasional Himpunan Kimia Indonesia,
Serpong, 8 September 1999. ISBN 979-95799-0-2.
[5] . Sugik S., Aloma K.K ., Sudirman, Evy H., dan Sudaryanto,
Karakterisasi Sifat Mekanik Dan Termal Komposit Etil Vinil Asetat-Irganok,
Prosiding Simposium Nasional Polimer IV, Himpunan Polimer Indonesia
(HPI) , Jakarta, 8 Juli 2003, ISSN 1410-8720, Hal. 209-214.
[6] . Sugik S., Aloma K. K., Sudirman dan Evy Hertinvyana ., Karakterisasi
Sifat Mekanik Dan Termal Komposit LDPE-Irganok. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Iptek Bahan '02, P3IB-Batan , Serpong, 22-23 Oktober 2002 , ISSN
1411-2213, Hal. 241245.
[7] . Reni Tri YS., Hendro Juwono , dan Sudirman, Pengaruh Penambahan
Zinc Stearate Terhadap Degradasi Termal Pada Polipaduan Akrilonitril-
ButadienaStirena dan Polipropilena Sena Karakterisasi Mekanik dan Infra
Merah , Jurnal Sains Materi Indonesia , Vol. 4 NO.3 Juni 2003 , ISSN 1411-
1098, Hal. 26-32 .