rinitis alergi.doc

11
Rinitis Alergi A. Pendahuluan Alergi adalah respons jaringan yang berubah terhadap antigen spesifik atau allergen. Hipersensitivitas pejamu bergantung pada dosis antigen, frekuensi paparan, polesan genetic dari individu tersebut, dan kepekaan relatif tubuh pejamu. Gangguan alergi yang melibatkan hidung ternyata lebih sering daripada perkiraan dokter maupun orang awam, yaitu menyerang sekitar 10% dari populasi umum. Hidung, sebagai salah satu organ syok yang menonjol pada penyakit alergi, terganggu oleh manifestasi alergi primer, rhinitis kronik, dan sinusitis yang menunggangi perubahan alergi, komplikasi pada obstruksi anatomis yang relatif ringan karena edema, dan akhirnya, efek lanjut gangguan alergik kronik, seperti hipertrofi mukosa dan poliposis. Aliran udara hidung dapat terganggu oleh kongesti hidung dan rinore yang terjadi pada rhinitis alergi, baik langsung maupun tidak langsung. Rinitis alergi ini merupakan salah satu manifestasi Reaksi Hipersensitifitas Tipe 1 Gell & Comb yang diperantarai oleh IgE dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran. Gejala-gejala yang banyak dikeluhkan yaitu bersin-bersin, hidung tersumbat, rinore dan gatal pada hidung, yang dapat disertai dengan keluhan lain atau juga tidak. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala sistemik, menurunkan kualitas hidup, mengganggu sekolah dan kegiatan akademis serta mengurangi produktivitas kerja. Hal ini menyebabkan penatalaksanaan yang baik diperlukan bagi penderita rinitis alergi sehingga dapat menjalani hidup dengan kualitas yang lebih baik.

Upload: freddy-panjaitan

Post on 14-Dec-2014

66 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rinitis Alergi.doc

Rinitis Alergi

A. PendahuluanAlergi adalah respons jaringan yang berubah terhadap antigen spesifik atau allergen. Hipersensitivitas pejamu bergantung pada dosis antigen, frekuensi paparan, polesan genetic dari individu tersebut, dan kepekaan relatif tubuh pejamu.Gangguan alergi yang melibatkan hidung ternyata lebih sering daripada perkiraan dokter maupun orang awam, yaitu menyerang sekitar 10% dari populasi umum. Hidung, sebagai salah satu organ syok yang menonjol pada penyakit alergi, terganggu oleh manifestasi alergi primer, rhinitis kronik, dan sinusitis yang menunggangi perubahan alergi, komplikasi pada obstruksi anatomis yang relatif ringan karena edema, dan akhirnya, efek lanjut gangguan alergik kronik, seperti hipertrofi mukosa dan poliposis. Aliran udara hidung dapat terganggu oleh kongesti hidung dan rinore yang terjadi pada rhinitis alergi, baik langsung maupun tidak langsung.Rinitis alergi ini merupakan salah satu manifestasi Reaksi Hipersensitifitas Tipe 1 Gell & Comb yang diperantarai oleh IgE dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran. Gejala-gejala yang banyak dikeluhkan yaitu bersin-bersin, hidung tersumbat, rinore dan gatal pada hidung, yang dapat disertai dengan keluhan lain atau juga tidak. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala sistemik, menurunkan kualitas hidup, mengganggu sekolah dan kegiatan akademis serta mengurangi produktivitas kerja. Hal ini menyebabkan penatalaksanaan yang baik diperlukan bagi penderita rinitis alergi sehingga dapat menjalani hidup dengan kualitas yang lebih baik.

Page 2: Rinitis Alergi.doc

Rinitis alergi menurut Von Pirquet (1986) adalah penyakit inflamasi akibat reaksi alergi pada pasien atopi. Reaksi alergi menyebabkan dilepaskannya mediator kimia ketika terjadi paparan ulang oleh alergen yang sama. Paparan awal menimbulkan sensitasi sedangkan paparan ulang oleh alergen yang sama menimbulkan reaksi alergi.Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas memiliki peran penting. Pada 20-30% semua populasi dan pada 10-15% anak semuanya atopi. Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai 50%.Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki kecenderungan alergi. Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk sari, dan lain-lain.

B. DefinisiRinitis alergi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yg diperantarai oleh IgE.

Page 3: Rinitis Alergi.doc

Rinitis alergi menurut Von Pirquet (1986) adalah penyakit inflamasi akibat reaksi alergi pada pasien atopi. Reaksi alergi menyebabkan dilepaskannya mediator kimia ketika terjadi paparan ulang oleh alergen yang sama. Paparan awal menimbulkan sensitasi sedangkan paparan ulang oleh alergen yang sama menimbulkan reaksi alergi.

C. Tinjauan PustakaRinitis alergi adalah penyakit/kelainan yang merupakan manifestasi klinis reaksi kerusakan jaringan tipe I (Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran. Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai oleh IgE.

1. PatofisiologiStimulasi pada reseptor H-1 di ujung saraf sensoris menyebabkan gejala bersin-bersin dan gatal hidung. Gejala-gejala tersebut timbul beberapa saat setelah terpapar allergen. Fase ini disebut Reaksi Alergi Fase Cepat dengan histamine sebagai mediator utama sehingga preparat antihistamin efektif untuk mengatasi gejala.Gejala dapat berlanjut sampai 6-8 jam kemudian yang timbul akibat aktifitas berbagai mediator, tetapi histamine bukan pemegang peran utama. Fase ini disebut Reaksi Alergi Fase Lambat dengan gejala yang menonjol terutama adalah obstruksi hidung.

Page 4: Rinitis Alergi.doc

Gambar 2. Mekanisme Rinitis Alergi

2. Etiologi dan EpidemiologiPenyakit ini diderita 20-25% populasi penduduk. Dapat mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan dari semua golongan umur, tetapi biasanya mulai timbul pada anak dan dewasa muda. Seperti penyakit alergi pada umumnya, factor herediter pada rinitis alergi juga berperan. Rinitis Alergi umumnya tampak mengenai orang yang

Page 5: Rinitis Alergi.doc

berumur kurang dari 45 tahun. Rinitis Alergi dapat mulai tampak pada pasien saat berusia 2 tahun dan bisanya mencapai puncaknya pada usia 21-30 tahun. Kemudian dapat stabil atau menurun secara perlahan hingga pasien berumur 60 tahun (Fig. 13-1).Penyebab tersering adalah alergen inhalan (dewasa) dan ingestan (anak-anak). Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Diperberat oleh factor nonspesifik, seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca, dan kelembaban yang tinggi.

3. Klasifikasi Rinitis AlergiDahulu rhinitis alergi dibedakan dalam dua macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu :1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis).

Di Indonesia tidak dikenal rhinitis alergi musiman, hanya ada di negara yang mempunyai 4 musim. Allergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari (pollen) dan spora jamur.

2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial).Gejala pada penyakit ini timbul intermiten atau terus-menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab yang paling sering ialah allergen inhalan, terutama pada orang dewasa, dan allergen ingestan.

Gangguan fisiologik pada golongan perennial lebih ringan dibandingkan dengan golongan musiman tetapi karena lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan.Saat ini digunakan klasifikasi Rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :1. Intermiten (kadang-kadang) bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4

minggu.

Page 6: Rinitis Alergi.doc

2. Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, Rinitis alergi dibagi menjadi :1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai,

berolah raga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.2. Sedang-Berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.

3. Morbiditas dan MortalitasRinitis Alergi sering dihubungkan dengan otitis media, rinosinusitis, dan asma – baik sebagai faktor pemicu/pencetus atau gejala yang memperburuk keadaan.Rinitis alergi dapat menurunkan secara signifikan kualitas hidup dan mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, karena efek samping dari pengobatan yang digunakan untuk memperbaiki gejala.

4. DiagnosisDiagnosis Rinitis alergi ditegakkan berdasarkan :a. AnamnesisAnamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi di hadapan pemeriksa. Hampir 80% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala Rinitis Alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluarnya ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).Kadang-kadang didapati gatal pada mata dan tenggorok. Sering disertai penyakit alergi lainnya seperti asma, urtikaria, atau eksim.

b. Pemeriksaan FisikBila penyakit berlangsung cukup lama (lebih dari 2 tahun) pada anak dapat dijumpai gejala spesifik yang lain yaitu allergic salute (anak sering menggosok hidung) sehingga lama kelamaan terbentuk lipatan kulit melintang pada dorsum nasi yang timbul akibat kebiasaan tersebut (allergic crease).Gejala lain adalah allergic shiners yaitu didapati bayangan gelap di daerah kelopak mata bawah, yang merupakan akibat sekunder dari tersumbatnya hidung. Allergic face ditandai oleh pernafasan melalui mulut, letak arkus palatum yang tinggi dan maloklusi gigi.Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak mukosa edem berwarna pucat atau livid serta secret yang serous/seromukous yang banyak. Gambaran ini terlihat pada saat serangan. Bila tidak dalam serangan mukosa kembali normal, kecuali bila penyakit telah berlangsung lama. Pada keadaan ini perubahan mukosa menjadi hipertrofi, dan bersifat ireversibel.

Page 7: Rinitis Alergi.doc

Gambar 3. Allergic Crease dan Allergic Shiner

Figure 1 Boggy inferior turbinate in an allergic patient.

Table 1. Gejala Klinis Rinitis Alergi

Subyektif Serangan bersin Iritasi hidung (gatal-gatal) Obstruksi hidung Rhinore yang encer Iritasi konjungtiva berupa lakrimasiObyektif Mukosa hidung bengkak dan sensitif Mukosa hidung livid Sekret mukoid

c. Pemeriksaan Penunjang1) In vitroPaling sederhana dan mudah adalah pemeriksaan sitologi secret hidung. Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan rhinitis akibat infeksi atau alergi. Pada alergi dijumpai eosinofil dalam jumlah banyak. Hitung jumlah eosinofil darah tepi dan kadar IgE total serum dapat normal atau sedikit meningkat.

Page 8: Rinitis Alergi.doc

2) In vivoAlergen penyebab ditetapkan dengan pemeriksaan khusus seperti uji provokasi hidung/uji inhalasi, uji kulit epidermal (prick dan scratch test), uji kulit intradermal tunggal atau ganda (skin endpoint titration – SET), uji diet eliminasi atau provokasi, dan menghitung kadar IgE spesifik (RAST).

5. Diagnosis Bandinga. Rinitis Non-alergib. Rinitis Infeksic. Common cold

6. PenatalaksanaanPada prinsipnya pengobatan rinitis alergi adalah sebagai berikut :a. Kontrol Lingkungan

Mengusahakan untuk menghindari kontak dengan alergen penyebab (avoidance/elimination) sehingga reaksi alergi tidak terjadi. Cara ini yang pertama harus dilakukan sebelum member pengobatan lain – walaupun pelaksanaannya seringkali tidak mudah.

b. FarmakoterapiBila penghindaran tidak berhasil/tidak dapat dilakukan dengan baik, dapat diberi preparat obat :1. Antihistamin2. Dekongestan3. Kortikosteroid topikal/oral

c. ImunoterapiCara ini tidak dianjurkan untuk alergen penyebab yang dapat dihindari. Hanya dilakukan untuk kasus yang berat dan telah berlangsung lama, terutama bila alergen penyebab debu rumah dan tungau debu rumah.Tujuannya adalah agar ambang kepekaan penderita terhadap allergen penyebab dinaikkan. Karena pengobatan ini mengandung bahaya terjadinya reaksi anafilaksis, sebaiknya dilakukan di rumah sakit/klinik yang memiliki fasilitas resusitasi jantung-paru yang siap pakai.

d. PembedahanBerperan kecil untuk pengobatan rinitis alergi. Diperlukan bila telah terjadi komplikasi seperti sinusitis, hipertrofi konka, atau polip nasi.Rujuk penderita untuk hal-hal tersebut di atas.

7. Komplikasia. Polip hidungb. Otitis media

Page 9: Rinitis Alergi.doc

c. Rinosinusitis paranasal

8. KesimpulanRinitis alergi, penyakit inflamasi saluran nafas atas, adalah salah satu masalah yang paling umum ditemukan pada pasien rawat jalan. Klinisi sering kali dapat mendiagnosis rhinitis alergi hanya melalui anamnesia. Gejala Rinitis Alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluarnya ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).Dapat mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan dari semua golongan umur, tetapi biasanya mulai timbul pada anak dan dewasa muda. Seperti penyakit alergi pada umumnya, factor herediter pada rinitis alergi juga berperan. Rinitis Alergi umumnya tampak mengenai orang yang berumur kurang dari 45 tahun. Rinitis Alergi dapat mulai tampak pada pasien saat berusia 2 tahun dan bisanya mencapai puncaknya pada usia 21-30 tahun. Kemudian dapat stabil atau menurun secara perlahan hingga pasien berumur 60 tahun.