riba
TRANSCRIPT
KOLEJ TEKNOLOGI ANTARABANGSA
CYBERNETICS
’SIYASAH SYAR IYYAH
3063DIB
: . PENSYARAH PUAN AZUA HUSSIN
: NAMA ANDRIAN FAUZI BIN ISMAN
. :09040035NO MATRIK
: ( 4)PROGRAM DIPLOMA PERBANKAN ISLAM SEMESTER
ISI KANDUNGAN.
PENGENALAN RIBA
DEFINISI RIBA
HUKUM/DALIL RIBA
JENIS-JENIS RIBA
PENDAPAT ULAMA
PERBEZAAN RIBA
RUMUSAN/KESIMPULAN
LAMPIRAN
PENGENALAN
Saya andrian fauzi bin isman,mengambil tajuk(RIBA)ini kerana saya telah melihat kes-
kes riba ini berleluasa dalam kehidupan seharian seorang manusia.ianya berlaku tidak
mengikut umur,pangkat,tempat,masa ataupun waktu.saya telah mengkaji kes-kes riba
ini n saya juga ingin mengambil topik riba ini sebagai tugasan saya.
Dari artikel yang saya ambil dalam internet ialah tentang permasalahan riba dalam
sistem perbankan.saya dapati dalam artikel ini mengandungi unsur-unsur riba,unsur-
unsur penipuan,gharar,maisir dan lain lain.Dalam artikel ini mengandungi riba yang
boleh menindas golongan yang lemah,kerana ianya meminjam duit,tetapi hanya
mampu membayar duit pokok sahaja kerana akibat (bunga) faedah.riba dalam sistem
perbankan ini boleh mencipta jurang antara yang miskin dan juga yang kaya,yang
miskin terus miskin kerana ditimpa hutang yang banyak(bunga)dari wang yang
dipinjam,dan yang kaya terus kaya kerana ianya mendapat manfaat dari duit (bunga)
tersebut.pada zaman sekarang,kes riba ini berlaku di mana-mana sahaja,oleh itu
marilah kita meninggalkan riba ini kerana boleh menyebabkan perbalahan antara kaum
kaum yang lain dan saling tindas menindas antara satu sama lain.Allah swt akan
melaknat pada sesiapa yang member riba atau menerima riba tersebut.Oleh itu,mari lah
kita sama-sama menghapuskan gejala riba ini bagi generasi yang akan datang.
Definisi ribaSecara literal, riba bermakna tambahan (al-ziyadah). Sedangkan menurut istilah; Imam
Ibnu al-‘Arabiy mendefinisikan riba dengan; semua tambahan yang tidak disertai
dengan adanya pertukaran kompensasi. Imam Suyuthiy dalam Tafsir
Jalalain menyatakan, riba adalah tambahan yang dikenakan di dalam mu’amalah, uang,
maupun makanan, baik dalam kadar maupun waktunya. Di dalam kitab al-
Mabsuuth, Imam Sarkhasiy menyatakan bahwa riba adalah al-fadllu al-khaaliy ‘an
al-‘iwadl al-masyruuth fi al-bai’ (kelebihan atau tambahan yang tidak disertai
kompensasi yang disyaratkan di dalam jual beli). Di dalam jual beli yang halal terjadi
pertukaran antara harta dengan harta. Sedangkan jika di dalam jual beli terdapat
tambahan (kelebihan) yang tidak disertai kompensasi, maka hal itu bertentangan
dengan perkara yang menjadi konsekuensi sebuah jual beli, dan hal semacam itu
haram menurut syariat. Dalam Kitab al-Jauharah al-Naiyyirah, disebutkan; menurut
syariat, riba adalah aqad bathil dengan sifat tertentu, sama saja apakah di dalamnya
ada tambahan maupun tidak.Perhatikanlah, anda memahami bahwa jual beli dirham
dengan dirham yang pembayarannya ditunda adalah riba; dan di dalamnya tidak ada
tambahan.
Di dalam Kitab Nihayat al-Muhtaaj ila Syarh al-Minhaaj, disebutkan; menurut syariat,
riba adalah ‘aqd ‘ala ‘iwadl makhshuush ghairu ma’luum al-tamaatsul fi mi’yaar al-syar’
haalat al-‘aqd au ma ta`khiir fi al-badalain au ahadihimaa”(aqad atas sebuah
kompensasi tertentu yang tidak diketahui kesesuaiannya dalam timbangan syariat, baik
ketika aqad itu berlangsung maupun ketika ada penundaan salah satu barang yang
ditukarkan)
Hukum/dalil ribaSeluruh ‘ulama sepakat mengenai keharaman riba, baik yang dipungut sedikit maupun
banyak. Seseorang tidak boleh menguasai harta riba; dan harta itu harus dikembalikan
kepada pemiliknya, jika pemiliknya sudah diketahui, dan ia hanya berhak atas pokok
hartanya saja.
Al-Quran dan Sunnah dengan sharih telah menjelaskan keharaman riba dalam
berbagai bentuknya; dan seberapun banyak ia dipungut. Allah swt berfirman;
الذين يأكلون الربا ل يقومون إل كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المس ذلك بأنهم قالوا إنما البيع مثل الربا وأحل ال البيع
وحرم الربا فمن جاءه موعظة من ربه فانتهى فله ما سلف وأمره إلى ال ومن عاد فأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat),
“Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya”. [TQS Al Baqarah (2): 275].
أيها الذين آمنوا اتقوا ال وذروا ما بقي من الربا إن كنتم مؤمنين، فإن لم تفعلوا فأذنوا بحرب من ال ورسوله وإن تبتم فلكم يا
رؤوس أموالكم ل تظلمون ول تظلمون
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya
akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. [TQS Al Baqarah
(2): 279].
Sunnah, Nabiyullah Mohammad saw
درهم ربا يأكله الرجل وهو يعلم أشد من ست وثلثين زنية
“Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan dia mengetahui (bahwa itu adalah
riba), maka itu lebih berat daripada enam puluh kali zina”. (HR Ahmad dari Abdullah bin
Hanzhalah).
الربا ثلثة وسبعون بابا أيسرها مثل أن ينكح الرجل أمه, وإن أربى الربا عرض الرجل المسلم
“Riba itu mempunyai 73 pintu, sedang yang paling ringan seperti seorang laki-laki yang
menzinai ibunya, dan sejahat-jahatnya riba adalah mengganggu kehormatan seorang
muslim”. (HR Ibn Majah).
لعن رسول ال صلى ال عليه وسلم آكل الربا وموكله وكاتبه وشاهديه, وقال: هم سواء
“Rasulullah saw melaknat orang memakan riba, yang memberi makan riba, penulisnya,
dan dua orang saksinya. Belia bersabda; Mereka semua sama”. (HR Muslim)
Di dalam Kitab al-Mughniy, Ibnu Qudamah mengatakan, “Riba diharamkan
berdasarkan Kitab, Sunnah, dan Ijma’. Adapun Kitab, pengharamannya didasarkan
pada firman Allah swt,”Wa harrama al-riba” (dan Allah swt telah mengharamkan riba)
(Al-Baqarah:275) dan ayat-ayat berikutnya. Sedangkan Sunnah; telah diriwayatkan dari
Nabi saw bahwasanya beliau bersabda, “Jauhilah oleh kalian 7 perkara yang
membinasakan”. Para shahabat bertanya, “Apa itu, Ya Rasulullah?”.Rasulullah saw
menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan,
menuduh wanita-wanita Mukmin yang baik-baik berbuat zina”. Juga didasarkan pada
sebuah riwayat, bahwa Nabi saw telah melaknat orang yang memakan riba, wakil,
saksi, dan penulisnya”.[HR. Imam Bukhari dan Muslim]…Dan umat Islam telah
berkonsensus mengenai keharaman riba.”
Imam al-Syiraaziy di dalam Kitab al-Muhadzdzab menyatakan; riba merupakan perkara
yang diharamkan. Keharamannya didasarkan pada firman Allah swt, “Wa ahall al-
Allahu al-bai` wa harrama al-riba” (Allah swt telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba)[Al-Baqarah:275], dan juga firmanNya, “al-ladziina ya`kuluuna al-
riba laa yaquumuuna illa yaquumu al-ladziy yatakhabbathuhu al-syaithaan min al-mass”
(orang yang memakan riba tidak bisa berdiri, kecuali seperti berdirinya orang yang
kerasukan setan)”. [al-Baqarah:275]…..Ibnu Mas’ud meriwayatkan sebuah hadits,
bahwasanya Rasulullah saw melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi, dan
penulisnya”. [HR. Imam Bukhari dan Muslim]
Imam al-Shan’aniy di dalam Kitab Subul al-Salaam mengatakan; seluruh umat telah
bersepakat atas haramnya riba secara global
Di dalam Kitab I’aanat al-Thaalibiin disebutkan; riba termasuk dosa besar, bahkan
termasuk sebesar-besarnya dosa besar (min akbar al-kabaair). Pasalnya, Rasulullah
saw telah melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi, dan penulisnya.Selain itu,
Allah swt dan RasulNya telah memaklumkan perang terhadap pelaku riba. Di
dalam Kitab al-Nihayah dituturkan bahwasanya dosa riba itu lebih besar dibandingkan
dosa zina, mencuri, dan minum khamer. Imam Syarbiniy di dalamKitab al-Iqna’ juga
menyatakan hal yang sama.Mohammad bin Ali bin Mohammad al-Syaukaniy
menyatakan; kaum Muslim sepakat bahwa riba termasuk dosa besar.
Imam Nawawiy di dalam Syarh Shahih Muslim juga menyatakan bahwa kaum Muslim
telah sepakat mengenai keharaman riba jahiliyyah secara global. Mohammad Ali al-
Saayis di dalam Tafsiir Ayaat Ahkaam menyatakan, telah terjadi kesepakatanatas
keharaman riba di dalam dua jenis ini (riba nasii’ah dan riba fadlal). Keharaman riba
jenis pertama ditetapkan berdasarkan al-Quran; sedangkan keharaman riba jenis kedua
ditetapkan berdasarkan hadits shahih. Abu Ishaq di dalam Kitab al-
Mubadda’ menyatakan; keharaman riba telah menjadi konsensus, berdasarkan al-
Quran dan Sunnah.
Jenis-jenis riba
Riba terbagi menjadi empat macam; (1) riba nasiiah (riba jahiliyyah); (2) riba fadlal; (3)
riba qaradl; (4) riba yadd.
Riba Nasii`ah.
-Riba Nasii`ah adalah tambahan yang diambil karena penundaan pembayaran utang
untuk dibayarkan pada tempoh yang baru, sama saja apakah tambahan itu merupakan
sanksi atas keterlambatan pembayaran hutang, atau sebagai tambahan hutang baru.
Misalnya, si A meminjamkan uang sebanyak 200 juta kepada si B; dengan perjanjian si
B harus mengembalikan hutang tersebut pada tanggal 1 Januari 2009; dan jika si B
menunda pembayaran hutangnya dari waktu yang telah ditentukan (1 Januari 2009),
maka si B wajib membayar tambahan atas keterlambatannya; misalnya 10% dari total
hutang. Tambahan pembayaran di sini bisa saja sebagai bentuk sanksi atas
keterlambatan si B dalam melunasi hutangnya, atau sebagai tambahan hutang baru
karena pemberian tenggat waktu baru oleh si A kepada si B. Tambahan inilah yang
disebut dengan riba nasii’ah.
Adapun dalil pelarangannya adalah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim;
الربا في النسيئة
” Riba itu dalam nasi’ah”.[HR Muslim dari Ibnu Abbas]
Ibnu Abbas berkata: Usamah bin Zaid telah menyampaikan kepadaku bahwa
Rasulullah saw bersabda:
آل إنما الربا في النسيئة
“Ingatlah, sesungguhnya riba itu dalam nasi’ah”. (HR Muslim).
Riba Fadlal.
-Riba fadlal adalah riba yang diambil dari kelebihan pertukaran barang yang
sejenis. Dalil pelarangannya adalah hadits yang dituturkan oleh Imam Muslim.
الذهبسس بالذهبسس والفضة بالفضة والبر بالبر والشعير بالشعير والتمر بالتمر والملحسس بالملحسس مثل بمثل سسسواء بسسسواء يدا بيد فإذا
اختلفت هذه الصناف فبيعوا كيف شئتم إذا كان يدا بيد
“Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan
sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam, semisal, setara, dan kontan.
Apabila jenisnya berbeda, juallah sesuka hatimu jika dilakukan dengan kontan”.HR
Muslim dari Ubadah bin Shamit ra).
الذهب بالذهب وزنا بوزن مثل بمثل والفضة بالفضة وزنا بوزن مثل بمثل فمن زاد أو استزاد فهو ربا
“Emas dengan emas, setimbang dan semisal; perak dengan perak, setimbang dan
semisal; barang siapa yang menambah atau meminta tambahan, maka (tambahannya)
itu adalah riba”. (HR Muslim dari Abu Hurairah).
عسن فضالة قال: اشتريست يوم خيسبر قلدة باثنسي عشسر دينارا فيهسا ذهسب وخرز، ففصسلتها فوجدت فيهسا أكثسر مسن اثنسي عشسر
“ل تباع حتى تفصل” دينارا، فذكرت ذلك للنبي صلى ال عليه وسلم فقال:
“Dari Fudhalah berkata: Saya membeli kalung pada perang Khaibar seharga dua belas
dinar. Di dalamnya ada emas dan merjan. Setelah aku pisahkan (antara emas dan
merjan), aku mendapatinya lebih dari dua belas dinar. Hal itu saya sampaikan kepada
Nabi saw. Beliau pun bersabda, “Jangan dijual hingga dipisahkan (antara emas dengan
lainnya)”. (HR Muslim dari Fudhalah)
Dari Said bin Musayyab bahwa Abu Hurairah dan Abu Said:
أن رسسول ال صسلى ال عليسه وسسلم بعسث أخسا بنسي عدي النصساري فاسستعمله على خيسبر، فقدم بتمسر جنيسب [نوع مسن التمسر مسن
أعله وأجوده] فقال رسسول ال صسلى ال عليسه وسسلم: ”أكل تمسر خيسبر هكذا“؟ قال: ل وال يسا رسسول ال، إنسا لنشتري الصساع
بالصاعين من الجمع [نوع من التمر الرديء وقد فسر بأنه الخليط من التمر]، فقال رسول ال صلى ال عليه وسلم: ”ل تفعلوا
ولكن مثل بمثل أو بيعوا هذا واشتروا بثمنه من هذا، وكذلك الميزان“
“Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus saudara Bani Adi al-Anshari untuk
dipekerjakan di Khaibar. Kamudia dia datang dengan membawa kurma Janib (salah
satu jenis kurma yang berkualitas tinggi dan bagus). Rasulullah saw bersabda, “Apakah
semua kurma Khaibar seperti itu?” Dia menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah .
Sesunguhnya kami membeli satu sha’ dengan dua sha’ dari al-jam’ (salah satu jenis
kurma yang jelek, ditafsirkan juga campuran kurma). Rasulullah saw bersabda, “Jangan
kamu lakukan itu, tapi (tukarlah) yang setara atau juallah kurma (yang jelek itu) dan
belilah (kurma yang bagus) dengan uang hasil penjualan itu. Demikianlah timbangan
itu”. (HR Muslim).
Riba al-Yadd.
-Riba yang disebabkan karena penundaan pembayaran dalam pertukaran barang-
barang. Dengan kata lain, kedua belah pihak yang melakukan pertukaran uang atau
barang telah berpisah dari tempat aqad sebelum diadakan serah terima. Larangan riba
yadd ditetapkan berdasarkan hadits-hadits berikut ini;
الذهبسس بالذهبسس ربا إل هاء وهاء والبر بالبر ربا إل هاء وهاء والتمر بالتمر ربا إل هاء وهاء والشعير بالشعير ربا إل هاء
وهاء
“Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan, gandum dengan gandum
riba kecuali dengan dibayarkan kontan; kurma dengan kurma riba kecuali dengan
dibayarkan kontan; kismis dengan kismis riba, kecuali dengan dibayarkan kontan (HR
al-Bukhari dari Umar bin al-Khaththab)
الورق بالذهب ربا إل هاء وهاء والبر بالبر ربا إل هاء وهاء والشعير بالشعير ربا إل هاء وهاء والتمرالتمر ربا إل هاء وهاء
“Perak dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan; gandum dengan gandum
riba kecuali dengan dibayarkan kontan kismis dengan kismis riba, kecuali dengan
dibayarkan kontan; kurma dengan kurma riba kecuali dengan dibayarkan kontan“. [Ibnu
Qudamah, Al-Mughniy, juz IV, hal. 13]
Riba Qardl
-Riba qaradl adalah meminjam uang kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan
atau keuntungan yang harus diberikan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman. Riba
semacam ini dilarang di dalam Islam berdasarkan hadits-hadits berikut ini;
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Burdah bin Musa; ia berkata,
““Suatu ketika, aku mengunjungi Madinah.Lalu aku berjumpa dengan Abdullah bin
Salam. Lantas orang ini berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya engkau berada di suatu
tempat yang di sana praktek riba telah merajalela. Apabila engkau memberikan
pinjaman kepada seseorang lalu ia memberikan hadiah kepadamu berupa rumput ker
ing, gandum atau makanan ternak, maka janganlah diterima. Sebab, pemberian
tersebut adalah riba”.
Juga, Imam Bukhari dalam “Kitab Tarikh”nya, meriwayatkan sebuah Hadits dari Anas ra
bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Bila ada yang memberikan pinjaman (uang
maupun barang), maka janganlah ia menerima hadiah (dari yang meminjamkannya)”.
[HR. Imam Bukhari]
Hadits di atas menunjukkan bahwa peminjam tidak boleh memberikan hadiah kepada
pemberi pinjaman dalam bentuk apapun, lebih-lebih lagi jika si peminjam menetapkan
adanya tambahan atas pinjamannya. Tentunya ini lebih dilarang lagi.
Pelarangan riba qardl juga sejalan dengan kaedah ushul fiqh, “Kullu qardl jarra
manfa’atan fahuwa riba”. (Setiap pinjaman yang menarik keuntungan (membuahkan
bunga) adalah riba”.[Sayyid Saabiq, Fiqh al-Sunnah, (edisi terjemahan); jilid xii, hal.
113]
riba yang sering dilakukan oleh bank adalah riba nasii’ah, dan riba qardl; dan kadang-
kadang dalam transaksi-transaksi lainnya, terjadi riba yadd maupun riba fadlal. Seorang
Muslim wajib menjauhi sejauh-jauhnya praktek riba, apapun jenis riba itu, dan
berapapun kuantitas riba yang diambilnya. Seluruhnya adalah haram dilakukan oleh
seorang Muslim. [Syamsuddin Ramadhan An Nawiy- Lajnah Tsaqafiyyah]
Jenis-jenis riba
Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua. Yaitu riba hutang-piutang dan riba
jual-beli. Riba hutang-piutang terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah.
Sedangkan riba jual-beli terbagi atas riba fadhldan riba nasi’ah.
Riba Qardh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang
berhutang (muqtaridh).
Riba Jahiliyyah
Hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar
hutangnya pada waktu yang ditetapkan.
Riba Fadhl
Pertukaran antarbarang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda,
sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.
Riba Nasi’ah
Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan
dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya
perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan
yang diserahkan kemudian
Pendapat ulama
Secara bahasa riba berarti bertambah tumbuh tinggi dan naik. Adapun menurut istilah
syariat para fuqaha sangat beragam dlm mendefinisikannya. Sementara definisi yg
tepat haruslah bersifat jami’ mani’ yaitu mengumpulkan hal-hal yg termasuk di dlm dan
mengeluarkan hal-hal yg tdk termasuk darinya.
Definisi paling ringkas dan bagus adl yg diberikan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu dlm Syarah Bulughul Maram bahwa makna riba
adalah: “Penambahan pada dua perkara yg diharamkan dlm syariat ada tafadhul antara
kedua dgn ganti dan ada ta`khir dlm menerima sesuatu yg disyaratkan qabdh .”
Definisi di atas mencakup riba fadhl dan riba nasi`ah. Permasalahan ini insya Allah
akan dijelaskan nanti.
Faedah penting: Setiap jual beli yg diharamkan termasuk dlm kategori riba. Dengan
cara seperti ini dapat diuraikan makna hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
الربا ثلثة وسبعون بابا
“Riba itu ada 73 pintu.”
Bila tiap sistem jual beli yg terlarang masuk dlm kategori riba maka akan dgn mudah
menghitung hingga bilangan tersebut. Namun bila riba itu hanya ditafsirkan sebagai
sistem jual beli yg dinashkan sebagai riba atau krn ada unsur penambahan pada mk
akan sulit mencapai bilangan di atas. Wallahu a’lam.
Madzhab ini dihikayatkan dari sekelompok ulama oleh Al-Imam Muhammad bin Nashr
Al-Marwazi rahimahullahu dlm kitab As-Sunnah . Lalu beliau berkata : “Menurut
madzhab ini firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وأحل ال البيع
“Dan Allah menghalalkan jual beli.”
memiliki makna umum yg mencakup semua sistem jual beli yg tdk disebut riba. Dan tiap
sistem jual beli yg diharamkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk dlm firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وحرم الربا
“Dan Allah mengharamkan riba.”
Juga dihikayatkan oleh As-Subuki dlm Takmilah Al-Majmu’ bahwa madzhab ini
disandarkan kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dan ‘Umar bin Al-Khaththab
radhiyallahu ‘anhu.
Hal ini juga diuraikan oleh Ibnu Hajar Al-Imam Ash-Shan’ani Al-Imam Asy-Syaukani dan
sejumlah ulama lainnya. Madzhab ini shahih dgn dalil-dalil sebagai berikut:
1. Atsar Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata:
ل يصلح صفقتان في صفقة، إن رسول ال صلى ال عليه وسلم لعن آكل الربا وموكله وشاهديه وكاتبه
“Tidak boleh ada dua akad dlm satu akad jual beli. Sesungguh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba yg memberi makan orang lain dgn riba dua
saksi dan pencatatnya.” dgn sanad hasan}
Al-Marwazi dlm Sunnah- menyatakan: “Pada ucapan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu ini ada dalil yg menunjukkan bahwa tiap jual beli yg dilarang adl riba.”
2. Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
السلف في حبل الحبلة ربا
“Salaf pada hablul habalah adl riba.” }
Al-Imam As-Sindi dlm Hasyiyatun Nasa‘i menjelaskan: “Sistem salaf dlm hablul habalah
adl sang pembeli menyerahkan uang kepada seseorang yg mempunyai unta bunting.
Sang pembeli berkata: ‘Bila unta ini melahirkan kemudian yg ada di dlm perut telah
melahirkan mk aku beli anak darimu dgn harga ini.’ Muamalah seperti ini diserupakan
dgn riba sebab hukum haram seperti riba dipandang dari sisi bahwa ini adl menjual
sesuatu yg tdk dimiliki oleh si penjual dan dia tdk mampu utk menyerahkan barang
tersebut. Sehingga ada unsur gharar padanya.”
PERBANDINGAN KONSEP
KEUNTUNGAN DENGAN RIBA
KEUNTUNGAN
Konsep pinjam meminjam adalah berteraskan kebajikan,ada pun perniagaan adalah
berteraskan jual beli,sewa menyewa,upah mengupah dah seupamanya.namun ada
masih yang menganggap keuntungan yang diperolehi dalam perniagaan berasaskan
keadah islam adalah sama dengan elemen faedah(bunga)atau riba dalam hutang
piutang konvensional.Kalau nilai untung dan faedah adalah sama,maka tiada
perbezaan diantara kedua duanya.Di sisi agama adalah berbeza sama sekali.matlamat
atau dasar perniagaan ialah mencari keuntungan.pada asasnya,harga jualan akan
melebihi kos untuk member nilai ganjaran keuntungan.Wujud mubadalah tukaran
barang dengan barang atau dengan bayaran wang.Wang yang disimpan tanpa dilabur
tidak akan bertambah.malah wang itu,kalau cukup nisab dah haulnya,akan merosot dari
setahun ke setahun kerana dikenakan zakat 2.5%.Aktiviti pembekuan matawang adalah
bertentangan dengan dasar ekonomi islam.
Islam tidak mengiktiraf bunga menerusi hutang,dan riba adalah konsep yang
mementingkan satu pihak sahaja maka ia berunsur menindas.islam mementingkan
kepentingan masyarakat lebih daripada kepentingan individu atau satu pihak sahaja.
RIBA
Riba ialah dimana seseorang itu mengambil kesempatan atas seseorang yang
meminjam duit dengan melipat ganda duit yang dipinjam oleh peminjam tersebut,jikalau
terlambat bayar,(bunga)akan naik dan membebankan si peminjam.selain itu,duit yang
yang telah dipinjam tersebut datang ya dari hasil yang haram,seperti
perjudian,penipuan dan lain-lain.Allah SWT melarang umatnya mengambil riba dan
sesiapa yang mengambil riba akan dilaknat oleh Allah SWT.
ARTIKLE TENTANG
PERMASALAHAN RIBAPermasalahan Riba
[Print View] [kirim ke Teman]
Masalah 1: Hukum Menyimpan Wang di Bank
Al-Lajnah Ad-Da `imah menjawab (13/345):
"Simpan wang di bank dan semisalnya dengan permintaan atau tempoh tertentu untuk
mendapatkan bunga sebagai pampasan dari wang yang dia tabung adalah haram.
(Demikian juga) menyimpan wang tanpa bunga di bank-bank yang bermuamalah
dengan riba adalah haram, sebab ada unsur membantu bank tersebut bermuamalah
dengan riba dan menguatkan mereka untuk memperluaskan rangkaian riba. Kecuali
bila sangat terpaksa kerana bimbang hilang atau dicuri, sementara tidak ada cara lain
kecuali disimpan di bank riba. Bisa jadi dia mendapatkan rukhsah (keringanan) dalam
keadaan seperti ini kerana kecemasan ... "
Jawapan senada juga disampaikan secara khusus oleh Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz
rahimahullah. Lihat Fatawa Ibn Baz (2 / 194) dan Fatawa Buyu '(hal. 127). Semak pula
Fatawa Al-Lajnah (13/346-347, dan 13/376-377).
Masalah 2: Apakah Bunga Bank termasuk Riba?
Al-Lajnah Ad-Da `imah menjawab (13/396-397):
"Riba dengan kedua-dua jenisnya: fadhl dan nasi` ah, adalah haram berdasarkan Al-
Kitab, As-Sunnah, dan ijma '. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا الربا أضعافا مضاعفة
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda." (Ali 'Imran: 130)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman pula:
وأحل ال البيع وحرم الربا
"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al-Baqarah: 275)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman juga:
فإن تفعلوا فأذنوا بحرب من ال ورسوله يا أيها الذين آمنوا اتقوا ال وذروا ما بقي من الربا إن كنتم مؤمنين.
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangi kamu. " (Al-Baqarah: 278-279)
Disebutkan dalam hadis yang sahih bahawa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat
pemakan riba, yang memberi riba, penulis, dan kedua saksinya. Sabda beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam:
هم سواء
"Mereka semua sama."
Dengan demikian diketahui bahawa bunga yang diberikan kepada pelanggan berupa
peratusan daripada wang pokoknya, baik itu pada pekan, bulanan atau tahunan,
semuanya termasuk riba haram yang dilarang secara syar'i, baik peratusan ini
berfluktuatif maupun tidak (suku bunga flat) .... "
Al-Lajnah Ad-Da `imah juga pernah ditanya:" Apa hukum penambahan ukuran dasar
yang diambil oleh bank? "
Mereka menjawab (13/349): "Faedah (bunga) yang diambil bank dari pelanggan dan
bunga yang diberikan bank kepada nasabah adalah riba yang telah tetap (pasti)
keharamannya berdasarkan Al-Kitab, As-Sunnah, dan ijma '."
Masalah 3: Bolehkah Mengambil Bunga Bank (Riba)?
Al-Lajnah Ad-Da `imah menjawab (13/354-355):
"Bunga harta yang riba adalah haram. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وأحل ال البيع وحرم الربا
"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al-Baqarah: 275)
Wajib atas pihak yang di tangannya ada sesuatu dari bunga tersebut untuk berlepas diri
darinya, dengan cara menginfakkannya untuk hal yang bermanfaat bagi kaum
muslimin. Di antaranya adalah membina jalan, membina sekolah, dan memberikannya
kepada faqir miskin. Adapun masjid, tidak boleh dibina dari harta riba. Dan tidak
dibenarkan bagi seorang untuk mengambil bunga bank, tidak pula terus-menerus
mengambilnya .... "
Fadhilatusy Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullahu mempunyai fatwa yang panjang
tentang masalah ini. Kita nukilkan di sini kerana hal ini sangat penting.
Beliau ditanya: "Ada seorang pemuda yang tengah belajar di Amerika. Dia terpaksa
menyimpan wang di bank riba. Konsekuensinya, pihak bank memberinya bunga.
Adakah boleh baginya mengambil dan memanfaatkannya untuk hal-hal yang baik?
Sebab bila tidak diambil akan dimanfaatkan oleh pihak bank . "
Beliau menjawab:
"Pertama, tidak dibolehkan bagi seseorang untuk menyimpan wang di bank-bank
tersebut, kerana pihak bank automatik akan mengambil dan memanfaatkan wang itu
untuk usaha. Perkara yang telah dimaklumi, kita tidak dibenarkan memberi kuasa
kepada pihak kafir atas harta kita, yang mana mereka akan menjadikannya sebagai
(modal) usaha. Namun bila keadaannya kecemasan, bimbang hartanya dicuri atau
dirampas, bahkan berisiko kehilangan nyawa demi mempertahankannya, maka tidak
mengapa dia menyimpan uangnya di bank-bank tersebut kerana darurat.
Namun, bila dia menyimpannya (di bank itu) kerana darurat, dia tidak boleh mengambil
sebarang sebagai ganti. Haram ke atasnya untuk mengambil sesuatu (faedah). Bila dia
mengambilnya maka itu adalah riba. Bila itu adalah riba, maka Allah Subhanahu wa
Ta'ala telah berfirman:
فإن تفعلوا فأذنوا بحرب من ال ورسوله وإن تبتم فلكم يا أيها الذين آمنوا اتقوا ال وذروا ما بقي من الربا إن كنتم مؤمنين.
رءوس أموالكم ل تظلمون ول تظلمون
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangi kamu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi
kalian pokok harta kalian; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. "(Al-
Baqarah: 278-279)
Ayat di atas secara tegas dan jelas menunjukkan bahawa kita tidak boleh mengambil
sesuatu darinya.
http://aljazirah.blogspot.com/2008/07/artikel-keharaman-riba.html
KESIMPULAN DARI ARTIKEL
kesimpulan artikel ini adalah mengenai penindasan terhadap golongan yang lemah
kerana tidak mampu untuk membayar duit pinjaman yg dipinjam kerana di naik kan
kadar faedah.Disebabkan itu,ia boleh menyebabkan berlakunya jurang antara yang
kaya dan miskin,yang kaya tetap kaya,dan yang miskin tetap miskin.oleh itu,islam
melarang kepada umatnya mengunakan riba.kerana ianya menyebabkan perbalahan
antara satu sama lain.Oleh itu,jgn la sesekali mengambil riba atau mengunakan riba
dalam apa apa jua perkara dalam kehidupan kita.Selain itu juga,riba ini mempunyai
unsur-unsur yang tidak pasti contoh ya gharar,kecacatan pada barang dan lain lain
lagi .
Rumusan/kesimpulan
Kesimpulan dalam tugasan saya ini ialah,Allah swt telah menegaskan bahawa Allah
telah melarang umatnya mengunakan konsep riba dalam kehidupan kerana dengan
riba ini lah yang membuatkan manusia berpecah belah,menindas antara satu sama
lain.mencipta jurang antara yang miskin dan yang kaya.oleh itu,marilah kita sama-sama
menghapuskan gejala riba ini dalam hidup kita semua.
Lampiran
Segala maklumat tentang tugasan saya ini,saya mengambil di laman web ini
www.asysyariah.com juga buku asas transaksi islam semester 2 dahulu dah juga nota-
nota lama yg pensyarah bagi kepada saya.