retardasi mental

28
1. Retardasi Mental Keterbelakangan mental atau lazim disebut retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit danfren = jiwa) atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berprilaku adaptif. Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III (PPDGJ III) adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Etiologi a. Kelainan Kromosom i. Sindrom Down Sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retardasi mental serta anomali fisik yang beragam. Untuk seorang ibu usia

Upload: dani-fahma-qurani

Post on 27-Dec-2015

127 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Retardasi Mental

TRANSCRIPT

Page 1: Retardasi Mental

1. Retardasi Mental

Keterbelakangan mental atau lazim disebut retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan

dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau

sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara

keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental

disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit danfren = jiwa) atau tuna mental.

Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-

rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau

berprilaku adaptif.

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III (PPDGJ III)

adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang

terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga

berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik,

dan sosial.

Etiologi

a. Kelainan Kromosom

i. Sindrom Down

Sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya

kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retardasi

mental serta anomali fisik yang beragam. Untuk seorang ibu usia

pertengahan (> 32 tahun), resiko memiliki anak dengan sindroma Down

adalah kira-kira 1 dalam 100 kelahiran. Retardasi mental adalah cirri yang

menumpang pada sindrom Down. Sebagian besar pasien berada dlam

kelompok retardasi sedang sampai berat., hanya sebagian kecil yang

memiliki IQ di atas 50. Diagnosis sindrom Down relative mudah pada

anak yang lebih besar tetapi seringkali sukar pada neonates. Tanda yang

paling penting pada neonates adalah hipotonia umum, fisura palpebra yang

oblik, kulit leher yang berlebihan, tengkorak yang kecil dan datar, tulang

pipi yang tinggi, dan lidah yang menonjol. Dapat dilihat juga tangan tebal

Page 2: Retardasi Mental

dan lebar, dengan garis transversal tunggal pada telapak tangan, dan jari

kelingking pendek dan melengkung ke dalam.

Karakteristik Sindroma Down

ii. Sindrom Fragile X

Sindrom fragile X merupakan bentuk retardasi mental yang

diwariskan dan disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X. Diyakini

terjadi pada kira-kira 1 tiap 1000 kelahiran laki-laki dan 2000 kelahiran

perempuan. Derajat retardasi mental terentang dari ringan sampai berat.

Ciri perilakunya adalah tingginya angka gangguan defisit

atensi/hiperaktivitas, ganguan belajar, dan gangguan perkembangan

pervasive seperti gangguan akuisitik. Defisit dalam fungsi bahasa adalah

pembicaraan yang cepat dan perseveratif dengan kelainan dalam

mengkombinasikan kata-kata membentuk frasa dan kalimat.

iii. Sindrom Prader-Willi

Kelianan ini akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15,

biasanya terjadi secara sporadik. Prevalensinya kurang dari 1 dalam

10000. Orang dengan sindrom ini menunjukkan perilaku makan yang

kompulsif dan sering kali obesitas, retardasi mental, hipogonadisme,

Page 3: Retardasi Mental

perawakan pendek, hipotonia, dan tangan dan kaki yang kecil. Anak –anak

dengan sindrom ini seringkali memiliki perilaku oposisional yang

menyimpang.

Karakteristik Sindrom Prader-Willi

iv. Sindrom tangisan kucing (cat-cry [cri-du-chat] syndrome)

Anak-anak dengan sindrom tangisa kucing kehilangan bagian dari

kromosom 5. Mereka mengalami retardasi mental berat dan menunjukkan

banyak stigmata yang seringkali disertai dengan penyimpangan

kromosom, seperti mikrosefali, telinga yang letaknya rendah, fisura

palpebra oblik, hipertelorisme, dan mikrognatia. Tangisan seperti kucing

yang khas (disebabkan oleh kelainan laring) yang memberikan nama

sindrom secara bertahap berubah dan menghilang dengan bertambahnya

usia.

b. Kelainan kromosom lain

Sindrom penyimpangan autosomal lain yang disertai dengan

retardasi mental adalah jauh lebih jarang terjadi dibandingkan Sindrom

Down.

Page 4: Retardasi Mental

c. Faktor Genetik Lain

Phenylketonuria (PKU) merupakan gangguan yang menghambat

metabolisme asam phenylpyruvic, menyebabkan retardasi mental kecuali bila

pola makan amat dikontrol. PKU ditransmisikan dengan trait Mendel autosomal

resesif yang sederhana dan terjadi pada kira-kira yang di institusi adalah kira-kira

1 persen dalam setiap 10.000 sampai 15.000 kelahiran hidup. Bagi orang tua yang

telah memiliki anak dengan PKU, kemungkinan memiliki anak lain dengan PKU

adalah satu dalam setiap empat sampai lima kehamilan selanjutnya. Defek

metabolisme dasar pada PKU adalah ketidakmampuan untuk mengubah

fenilalanin, suatu asam amino esensial, menjadi paratirosin karena tidak adanya

atau tidak aktifnya enzim fenilalanin hidroksilase, yang mengkatalisis perubahan

tersebut.

Sebagian besar pasien dengan PKU mengalami retardasi yang berat, tetapi

beberapa dilaporkan memiliki kecerdasan yang ambang atau normal. Walaupun

gambaran klinis bervariasi, anak PKU tipikal adalah hiperaktif dan menunjukkan

perilaku yang aneh dan tidak dapat diramalkan, yang menyebabkan sulit

ditangani. Mereka seringkali memiliki temper tantrum dan seringkali

menunjukkan gerakan aneh pada tubuhnya dan anggota gerak atas dan manerisme

memutir tangan, dan perilaku mereka kadang-kadang meyerupai anak autistik

atau skizofrenik. Komunikasi verbal dan nonverbal biasanya sangat terganggu

atau tidak ditemukan. Koordinasi anak adalah buruk, dan mereka memiliki

banyak kesulitan perseptual.

d. Faktor Prenatal

Page 5: Retardasi Mental

Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi dan

penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi

adalah Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat

menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital.

Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi bayi

melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik dan retardasi mental

yang parah. Anak-anak yang ibunya minum alkohol selama kehamilan sering

lahir dengan sindrom fetal dan merupakan kasus paling nyata sebagai penyebab

retardasi mental. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen atau cedera

kepala, infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis, terkena racun, seperti cat

yang mengandung timah sangat berpotensi menyebabkan retardasi mental.

e. Faktor Perinatal

Beberapa bukti menunjukkan bahwa bayi prematur dan bayi dengan berat

badan lahir rendah berada dalam risiko tinggi mengalami gangguan neurologis

dan intelektual yang bermanifestasi selama tahun-tahun sekolahnya. Bayi yang

menderita pendarahan intrakranial atau tanda-tanda iskemia serebral terutama

rentan terhadap kelainan kognitif. Derajat gangguan perkembangan saraf biasanya

berhubungan dengan beratnya perdarahan intrakranial.

f. Gangguan Didapat Pada Masa Anak-anak

Kadang-kadang status perkembangan seorang anak dapat berubah secara

dramatik akibat penyakit atau trauma fisik tertentu. Secara retrospektif, kadang-

kadang sulit untuk memastikan gambaran kemajuan perkembangan anak secara

lengkap sebelum terjadinya gangguan, tetapi efek merugikan pada perkembangan

atau keterampilan anak tampak setelah gangguan. Beberapa penyebab yang

didapat pada masa anak-anak antara lain :

Infeksi.

Infeksi yang paling serius mempengaruhi interitas serebral adalah

ensefalitis dan meningitis.

Trauma kepala

Page 6: Retardasi Mental

Penyebab cedera kepala yang terkenal pada anak-anak yag menyebabkan

kecacatan mental, termasuk kejang, adalah kecelakaan kendaraan

bermotor. Tetapi, lebih banyak cedera kepala yang disebabkan oleh

kecelakaan di rumah tangga, seperti terjatuh dari tangga. Penyiksaan anak

juga suatu penyebab cedera kepala.

Masalah lain

Cedera otak dari henti jantung selama anestesia jarang terjadi. Satu

penyebab cedera otak lengkap atau parsial adalah afiksia yang

berhubugan dengan nyaris tenggelam. Pemaparan jangka panjang dengan

timbal adalah penyebab gangguan kecerdasan dan keterampilan belajar.

Tumor intrakranial dengan berbagai jenis dan asal, pembedahan, dan

kemoterapi juga dapat merugikan fungsi otak.

g. Faktor Lingkungan dan Sosiokultural

Suatu bentuk retardasi mental dipengaruhi oleh lingkungan dengan

sosioekonomi rendah. Faktor-faktor psikososial, seperti lingkungan rumah atau

sosial yang miskin, yaitu yang memberi stimulasi intelektual, penelantaran atau

kekerasan dari orang tua, dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam

perkembangan retardasi mental pada anak-anak. Tidak ada penyebab biologis

yang telah dikenali pada kasus tersebut.

Anak-anak dalam keluarga yang miskin dan kekurangan secara

sosiokultural adalah sasaran dari kondisi merugikan perkembangan dan secara

potensial patogenik. Lingkungan prenatal diganggu oleh perawatan medis yang

buruk dan gizi maternal yang buruk. Kehamilan remaja sering disertai dengan

penyulit obstetrik, prematuritas, dan berat badan lahir rendah. Perawatan medis

setelah kelahiran buruk, malnutrisi, pemaparan dengan zat toksin tertentu seperti

timbal dan trauma fisik adalah sering terjadi. Ketidakstabilan keluarga, sering

pindah, dan pengasuh yang berganti-ganti tetapi tidak adekuat sering terjadi.

Selain itu, ibu dalam keluarga tersebut sering berpendidikan rendah dan tidak siap

memberikan stimulasi yang sesuai bagi anak-anaknya.

Page 7: Retardasi Mental

Masalah lain yang tidak terpecahkan adalah pengaruh ganguan mental

parental yang parah. Gangguan tersebut dapat menganggu pengasuhan dan

stimulasi anak dan aspek lain dari lingkungan mereka, dengan demikian

menempatkan anak pada resiko perkembangan. Anak-anak dari orang tua dengan

gangguan mood dan skizofrenia diketahui berada dalam risiko mengalami

gangguan tersebut dan gangguan yang berhubungan. Penelitian terakhir

menunjukkan tingginya prevalensi gangguan keterampilan motorik dan gangguan

perkembangan lainnya tetapi tidak selalu disertai retardasi mental.

Diagnosis

Menurut pedoman diagnostik PPDGJ III intelegensia bukan merupakan

karakteristik yang berdiri sendiri, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar

ketrampilan khusus yang berbeda. Meskipun ada kecenderungan umum bahwa semua

ketrampilan ini akan berkembang ke tingkat yang serupa pada setiap individu, tetapi ada

ketimpangan (discrepancy) yang luas, terutama pada penyandang RM. Orang yang

demikian mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu bidang tertentu (misalnya

bahasa) atau mungkin mempunyai suatu area ketrampilan tertentu yang lebih tinggi

(misalnya tugas visuospasial sederhana) pada RM berat. Keadaan ini akan menimbulkan

kesulitan dalam menentukan kriteria diagnostik dimana seorang penyandang RM harus

diklasifikasikan.

Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia,

termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan dengan latar belakang

budayanya), dan hasil tes psikometrik.

Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang

meningkatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan

sosial biasa sehari – hari. Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai retardasi mental

mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan penggunaan dari semua

keterampilannya. Oleh karena itu kategori diagnostik yang dipilih harus berdasarkan

penilaian kemampuan global dan bukan atas suatu hendaya atau ketrampilan khusus.

Page 8: Retardasi Mental

Tingkat IQ yang ditetapkan hanya merupakan petunjuk dan seharusnya tidak ditetapkan

secara kaku dalam memandang keabsahan permasalahan lintas budaya.

Kriteria diagnostik untuk RM menurut DSM IV – TR adalah sebagai berikut :

1. Fungsi intelektual dibawah rata – rata (IQ 70 atau kurang) yang telah diperiksa secara

individual.

2. Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (sama dengan kekurangan

individu untuk memenuhi tuntutan standar perilaku sesuai dengan usianya dari

lingkungan budayanya) dalam sedikitnya 2 hal, yaitu komunikasi, self-care,

kehidupan rumah-tangga, ketrampilan sosial/interpersonal, menggunakan sarana

komunitas, mengarahkan diri sendiri, ketrampilan akademis fungsional, pekerjaan,

waktu senggang, kesehatan dan keamanan

3. Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun

Kode diagnostik dan derajat RM menurut DSM IV – TR adalah sebagai berikut :

317 Retardasi mental ringan, IQ 50 – 55 sampai 70

318 Retardasi mental sedang, IQ 35 – 40 sampai 50 – 55

318.1 Retardasi mental berat, IQ 20 – 25 sampai 35 – 40

318.2 Retardasi mental sangat berat, IQ dibawah 20 atau 25

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya

dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. Dapat dihitung dengan :

IQ = MA/CA x 100%

MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes

CA = Chronological Age, umur yang didapat berdasarkan perhitungan tanggal lahir

Diagnosis retardasi mental dapat dibuat setelah riwayat penyakit, pemeriksaan

intelektual yang baku, dan pengukuran fungsi adaptif menyatakan bahwa perilaku anak

sekarang adalah secara bermakna di bawah tingkat yang diharapakan. Diagnosis sendiri

tidak menyebutkan penyebab ataupun prognosisnya. Suatu riwayat psikiatrik adalah

berguna untuk mendapatkan gambaran longitudinal perkembangan fungsi anak, dan

Page 9: Retardasi Mental

pemeriksaan stigma fisik, kelainan neurologis, dan tes laboratorium dapat digunakan

untuk memastikan penyebab dan prognosis.

h. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh,

dengan perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran. Terdapat

riwayat keluarga retardasi mental, hubungan darah pada orangtua, dan gangguan

herediter. Juga dapat menilai latar belakang sosiokultural pasien, iklim emosional

di rumah, dan fungsi intelektual pasien.

i. Wawancara Psikiatrik

Dua faktor yang sangat penting saat jika mewawancarai pasien adalah

sikap pewawancara dan cara berkomunikasi dengan pasien. Kemampuan verbal

pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif, harus dinilai sesegera mungkin

dengan mengobservasi komunikasi verbal dan nonverbal antara pengasuh dan

pasien dan dari riwayat penyakit. Sangat membantu jika memeriksa pasien dan

pengasuhnya bersama-sama. Jika pasien menggunakan bahasa isyarat, pengasuh

dapat sebagai penerjemah.

Orang terertardasi mengalami kegagalan seumur hidup dalam berbagai

bidang, dan mereka mungkin mengalami kecemasan sebelum menjumpai

pewawancara. Pewawancara dan pengasuh harus berusaha untuk memberikan

pasien suatu penjelasan yang jelas, suportif, dan konkret tentang proses

diagnostik, terutama pasein dengan bahasa reseptif yang memadai. Dukungan dan

pujian harus diberikan dalam bahasa yang sesuai dengan usia dan pengertian

pasien.

Pengendalian pasien terhadap pola motilitas harus dipastikan, dan bukti

klinis adanya distraktibilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus

diperiksa. Pemakaian bahasa, tes realitas, dan kemampuan menggali dan

pengalaman penting untuk dicatat. Sifat dan maturitas pertahanan pasien

(menundukkan diri sendiri menggunakan penghindaran, represi, penyangkalan,

introyeksi, dan isolasi) harus diamati. Potensi sublimasi, toleransi frustasi, dan

pengendalian impuls (terutama terhadap dorongan motorik, agresif, dan seksual)

Page 10: Retardasi Mental

harus dinilai. Juga penting adalah citra diri dan peranannya dalam perkembangan

keyakinan diri, dan juga penilaian keuletan, ketetapan hati, keingintahuan, dan

kemauan menggali hal yang tidak diketahui.

Pada umumnya pemeriksaan psikiatrik pasien yang teretardasi harus

mengungkapkan bagaimana pasien mengalami stadium perkembangan. Dalam hal

kegagalan atau regresi, juga dapat mengembangkan sifat kepribadian yang

memungkinkan perencanaan logis dari penatalaksanaan dan pendekatan

pengobatan.

j. Pemeriksaan Fisik

Berbagai bagian tubuh memiliki karakteristik tertentu yang sering

ditemukan pada orang retardasi mental dan memiliki penyebab prenatal. Sebagai

contoh, konfigurasi dan ukuran kepala memberikan petunjuk terhadap berbagai

kondisi seperti mikrosefali, hidrosefalus, dan sindroma Down. Wajah pasien

mungkin memiliki beberapa stigmata retardasi mental yang sangat mempermudah

diagnosis. Tanda fasial tersebut adalah hipertelorisme, tulang hidung yang datar,

alis mata yang menonjol, lipatan epikantus, opasitas kornea, perubahan retina yag

letaknya rendah atau bentuknya aneh, lidah yang menonjol, dan gangguan gigi

geligi. Lingkaran kepala harus diukur sebagai bagian dari pemeriksaan klinis.

Warna dan tekstur kulit dan rambut, palatum dengan lengkung yang tinggi,

ukuran kelenjar tiroid, dan ukuran anak dan batang tubuh dan ekstremitasnya

adalah bidang lain yang digali.

k. Pemeriksaan Neurologis

Gangguan sensorik sering terjadi pada orang retardasi mental, sebagai

contoh sampai 10 persen orang retardasi mental mengalami gangguan

pendengaran empat kali lebih tinggi dibandingkan orang normal. Gangguan

sensorik dapat berupa gangguan pendengaran dan gangguan visual. Gangguan

pendengaran terentang dari ketulian kortikal sampai deficit pendengaran yang

ringan. Gangguan visual dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep

ruang, pengenalan rancangan, dan konsep citra tubuh.

Page 11: Retardasi Mental

Gangguan dalam bidang motorik dimanifestasikan oleh kelainan pada

tonus otot (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperefleksia), dan gerakan

involunter (koreoatetosis). Derajat kecacatan lebih kecil ditemukan dalam

kelambanan dan koordinasi yang buruk.

l. Tes Laboratorium

Tes laboratorium yang digunakan pada kasus retardasi mental adalah

pemeriksaan urin dan darah untuk mencari gangguan metabolik. Penentuan

kariotipe dalam laboratorium genetik diindikasikan bila dicurigai adanya

gangguan kromosom.

Amniosintesis, di mana sejumlah kecil cairan amniotik diambil dari ruang

amnion secara transabdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, telah

berguna dalam diagnosis berbagai kelainan kromosom bayi, terutama Sindroma

Down. Amniosintesis dianjukan untuk semua wanita hamil berusia di atas 35

tahun.

Pengambilan sampel vili korionik (CVS; chorionic villi sampling) adalah

teknik skrining yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukan

pada usia kehamilan 8 dan 10 minggu. Hasilnya tersedia dalam waktu singkat

(beberapa jam atau hari), dan jika kehamilan adalah abnormal, keputusan untuk

mengakhiri kehamilan dapat dilakukan dalam trimester pertama. Prosedur

memiliki resiko keguguran antara 2 dan 5 persen.

m. Pemeriksaan Psikologis

Tes psikologis, dilakukan oleh ahli psikologis yang berpengalaman, adalah

bagian standar dari pemeriksaan untuk retardasi mental. Pemeriksaan psikologis

dilakukan untuk menilai kemampuan perseptual, motorik, linguistik, dan

kognititf. Informasi tentang faktor motivasional, emosional, dan interpersonal

juga penting.

Klasifikasi

Page 12: Retardasi Mental

Menurut PPDGJ-III retardasi mental dibagi menjadi :

F70 Retardasi Mental Ringan

Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50 – 69

menunjukkan retardasi mental ringan.

Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai tingkat,

dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan kemandirian

dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan

bahasa, tapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan bicara untuk keperluan sehari –

hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai

ketrampilan praktis dan ketrampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya

agak lambat daripada normal.

Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat

akademis dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis.

Etiologi organik hanya dapat diidentifikasikan pada sebagian kecil penderita.

Keadaan lain yang menyertai, seperti autisme, gangguan perkembangan lain, epilepsi,

gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam berbagai proporsi.

Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode diagnosis tersendiri.

F71 Retardasi Mental Sedang

IQ biasanya berada dalam rentang 35 – 49. Umumnya ada profil kesenjangan dari

kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam ketrampilan

visuo-spasial daripada tugas – tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang

lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan

sederhana.

Tingkat perkembangan bahasa bervariasi, ada yang dapat mengikuti percakapan

sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan

dasar mereka.

Page 13: Retardasi Mental

Suatu etiologi organik dapat diidentifikasikan pada kebanyakan penyandang

retardasi mental sedang. Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif

lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai pengaruh besar pada

gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan yang dibutuhkan. Epilepsi, disabilitas

neurologik dan fisik juga lazim ditemukan meskipun kebanyakan penyandang retardasi

mental sedang mampu berjalan tanpa bantuan.

Kadang – kadang didapatkan gangguan jiwa lain, tetapi karena tingkat

perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis dan harus

tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya. Setiap

gangguan penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri.

F72 Retardasi Mental Berat

IQ biasanya berada dalam rentang 20 – 34. Pada umumnya mirip dengan retardasi

mental sedang dalam hal :

- Gambaran klinis

- Terdapatnya etiologi organik

- Kondisi yang menyertainya

- Tingkat prestasi yang rendah

- Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan motorik yang

mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya kerusakan

atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan

saraf pusat.

F73 Retardasi Mental Sangat Berat

IQ biasanya dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, hanya

mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana. Keterampilan

visuospasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokkan

mungkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat, penderita

mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga.

Page 14: Retardasi Mental

Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus. Biasanya

ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas, seperti

epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada gangguan perkembangan

pervasif dalam bentuk sangat berat khususnya autisme yang tidak khas (atypical autism)

terutam pada penderita yang dapat bergerak.

F78 Retardasi Mental Lainnya

Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan

memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya

gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu, tuli dan penderita yang perilakunya

terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.

F79 Retardasi Mental YTT

Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk

menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.

Penatalaksanaan

Retardasi mental berhubungan dengan beberapa gangguan heterogen dan berbagai

faktor psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan primer,

sekunder, dan tersier.

A. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk

menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan

gangguan yang disertai dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :

Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

umum tentang retardasi mental.

Usaha terus-menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan

memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.

Page 15: Retardasi Mental

Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang

optimal.

Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf

pusat.

Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi

mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetik yang berhubungan

dengan retardasi mental. Untuk anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi rendah,

pelayanan medis prenatal dan perinatal yang sesuai dan berbagai program

pelengkap dan bantuan pelayanan sosial dapat menolong menekan komplikasi

medis dan psikososial.

B. Pencegahan Sekunder dan Tersier

Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali,

gangguan harus diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan

sekunder) dan untuk menekan sekuele atau kecacatan yang terjadi setelahnya

(pencegahan tersier).

Gangguan metabolik dan endokrin herediter, seperti PKU dan

hipotiroidisme, dapat diobati dalam stadium awal dengan kontrol diet atau dengan

terapi penggantian hormon.

Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan

perilaku yang memerlukan terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang

terbatas yang dimiliki anak tersebut memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang

dimodifikasi berdasarkan tingkat kecerdasan anak.

a. Pendidikan untuk anak

Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental

harus termasuk program yang lengkap yang menjawab latihan

keterampilan adaptif, latihan keterampilan sosial, dan latihan kejujuran.

Perhatian khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk

meningkatkan kualitas hidup. Terapi kelompok seringkali merupakan

format yang berhasil dimana anak-anak dengan retardasi mental dapat

Page 16: Retardasi Mental

belajar dan mempraktekkan situasi hidup nyata dan mendapatkan umpan

balik yang mendukung.

b. Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika

Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental

adalah luas dan sangat bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau

dalam kombinasi mungkin berguna.

Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk

membentuk dan meningkatkan perilaku sosial dan untuk mengendalikan

dan menekan perilaku agresif dan destruksi pasien. Dorongan positif untuk

perilaku yang diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut hak

istimewa) untuk perilaku yang tidak diinginkan telah banyak menolong.

Terapi kognitif seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan

relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk

pasien retardasi mental yang mampu mengikuti instruksi pasien.

Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien retardasi mental

dan keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang

menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.

c. Pendidikan keluarga

Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien

dengan retardasi mental adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan

harga diri sambil mempertahankan harapan yang realistik untuk pasien.

Keluarga seringkali merasa sulit untuk menyeimbangkan antara

mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh dan

suportif bagi anak retardasi mental, yang kemungkinan mengalami suatu

tingkat penolakan dan kegagalan di luar konteks keluarga.

Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang

terus-menerus atau terapi keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan

untuk mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa, kesedihan,

penyangkalan yang terus-menerus timbul, dan kemarahan tentang

Page 17: Retardasi Mental

gangguan dan masa depan anak. Dokter psikiatrik harus siap untuk

memberikan semua informasi medis dasar dan terakhir tentang penyebab,

terapi, dan bidang lain yang berhubungan (seperti latihan khusus dan

perbaikan defek sensorik).

d. Intervensi farmakologis

Pendekatan farmakologis dalam terapi gangguan mental komorbid pada

pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien

yang tidak mengalami retardasi mental. Semakin banyak data yang

mendukung pemakaian berbagai medikasi untuk pasien dengan gangguan

mental yang tidak retardasi mental. Beberapa penelitian telah memusatkan

perhatian pada pemakaian medikasi untuk sindrom perilaku berikut ini

yang sering terjadi di antara retardasi mental:

Agresi dan perilaku melukai diri sendiri

o Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa

lithium (Eskalith) berguna dalam menurunkan agresi dan

perilaku melukai diri sendiri.

o Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah

dilaporkan menurunkan perilaku melukai diri sendiri pada

pasien retardasi mental yang juga memenuhi kriteria

diagnostik untuk gangguan austik infantil. Satu hipotesis

yang diajukan sebagai mekanisme kerja terapi naltrexone

adalah bahwa obat mempengaruhi pelepasan opioid

endogen yang dianggap berhubungan dengan melukai diri

sendiri.

o Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene)

adalah medikasi yang juga bermanfaat pada beberapa

kasus perilaku melukai diri sendiri.

Gerakan motorik stereotipik

Page 18: Retardasi Mental

Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan

chlorpromazine (Thorazine), menurunkan perilaku stimulasi diri

yang berulang pada pasien retardasi mental, terapi medikasi

tersebut tidak meningkatkan perilaku adaptif. Beberapa anak dan

orang dewasa (sampai sepertiga) dengan retardasi mental

menghadapi resiko tinggi mengalami tardive dyskinesia dengan

pemakaian kontinu medikasi antipsikotik.

Perilaku kemarahan eksplosif

Penghambat-β, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar), telah

dilaporkan menyebabkan penurunan kemarahan ekspolasif di

antara pasien dengan retardasi mental dan gangguan autistik.

Penelitian sistematik diperlukan sebelum obat dapat ditetapkan

sebagai manjur.

Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas

Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental

ringan dengan gangguan defisit atensi/hiperaktivitas telah

menunjukkan perbaikan bermakna dalam kemampuan

mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas. Penelitian

terapi metylphenidate tidak menunjukkan bukti adanya perbaikan

jangka panjang dalam keterampilan sosial atau belajar.