new mkalah retardasi mental

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Retardasi mental bukanlah suatu penyakit; melainkan akibat suatu proses patologis di otak yang ditandai adanya keterbatasan fungsi adaptif intelektual. Penyebab retardasi mental sering kali tidak teridentifikasi, dan akibat- akibatnya terlihat jelas pada seseorang dalam bentuk kesulitan secara intelektual dan keterampilan hidup adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun. Sejak publik law 94-142 (Education for all handicapped children act) disetujui pada tahun 1975, sistem sekolah umum telah diberi mandate untuk menyediakan layanan pendidikan yang memadai bagi anak dengan disabilitas. Individuals with disabilities act of 1990 memperluas dan memodifikasi peraturan di atas. Saat ini, penyediaan pendidikan umum untuk semua anak, termasuk anak dengan disabilitas, diatur berdasarkan hokum dan harus diberikan “di dalam lingkungan yang paling tidak membatasi”. Prevalensi retardasi mental pada satu waktu diperkirakan sekitar 1 persen dari populasi. Insiden retardasi mental sulit dihitung karena retardasi mental ringan kadang-kadang tidak dikenali hingga masa kanak-kanak pertengahan. Pada beberapa kasus, meskipun fungsi intelektual terbatas, keterampilan adaptif yang baik tidak terganggu sampai masa kanak-kanak akhir atau masa remaja awal, dan diagnosis tidak ditegakkan sebelum masa tersebut. Insiden tertinggi pada 1

Upload: esty

Post on 29-Jan-2016

243 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fghgjk

TRANSCRIPT

Page 1: New Mkalah Retardasi Mental

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Retardasi mental bukanlah suatu penyakit; melainkan akibat suatu proses patologis di

otak yang ditandai adanya keterbatasan fungsi adaptif intelektual. Penyebab retardasi

mental sering kali tidak teridentifikasi, dan akibat-akibatnya terlihat jelas pada seseorang

dalam bentuk kesulitan secara intelektual dan keterampilan hidup adaptif yang ditemukan

sebelum orang berusia 18 tahun.

Sejak publik law 94-142 (Education for all handicapped children act) disetujui pada

tahun 1975, sistem sekolah umum telah diberi mandate untuk menyediakan layanan

pendidikan yang memadai bagi anak dengan disabilitas. Individuals with disabilities act

of 1990 memperluas dan memodifikasi peraturan di atas. Saat ini, penyediaan pendidikan

umum untuk semua anak, termasuk anak dengan disabilitas, diatur berdasarkan hokum

dan harus diberikan “di dalam lingkungan yang paling tidak membatasi”.

Prevalensi retardasi mental pada satu waktu diperkirakan sekitar 1 persen dari

populasi. Insiden retardasi mental sulit dihitung karena retardasi mental ringan kadang-

kadang tidak dikenali hingga masa kanak-kanak pertengahan. Pada beberapa kasus,

meskipun fungsi intelektual terbatas, keterampilan adaptif yang baik tidak terganggu

sampai masa kanak-kanak akhir atau masa remaja awal, dan diagnosis tidak ditegakkan

sebelum masa tersebut. Insiden tertinggi pada anak usia sekolah, dengan usia puncak 10

hingga 14 tahun. Retardasi mental kira-kira lebih sering pada laki-laki sekitar 1,5 kali di

bandingkan perempuan. Pada lansia, prevalensinya lebih rendah; orang dengan retardasi

mental berat memiliki angka mortalitas tinggi akibat komplikasi gangguan fisik yang

terkait.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

1. Mampu memahami dan mengetahui tentang gangguan psikiatri pada anak dan

remaja retardasi mental.

1

Page 2: New Mkalah Retardasi Mental

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi tentang gangguan retardasi mental.

2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi tentang gangguan retardasi mental.

3. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis tentang gangguan

retardasi mental.

4. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi tentang gangguan retardasi

mental.

5. Untuk mengetahui dan memahami komorbiditas tentang gangguan retardasi

mental.

6. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri perkembangan orang dengan

retardasi mental.

7. Untuk mengetahui dan memahami diagnosis banding dari retardasi mental.

8. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan retardasi mental

9. Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan retardasi

mental.

2

Page 3: New Mkalah Retardasi Mental

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI

Retardasi mental ialah keadaan dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak

masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan

mental yang kurang secara keseluruhan (seperti juga pada demensia), tetapi gejala utama

(yang menonjol) ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga

ologofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.

(Maramis,1995).

International classification of disease revisi ke 10 (ICD-10) menggunakan istilah

“retardasi mental” tetapi mendefinisikannya agak berbeda dari yang terdapat dalam DSM-

IV. Menurut ICD-10, “retardasi mental adalah suatu kondisi terhentinya atau tidak

lengkapnya perkembangan pikiran, yang terutama ditandai oleh gangguan keterampilan

yang dimanifestasikan selama periode perkembangan, yang mempengaruhi keseluruhan

tingkat kecerdasan, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

Istilah “kelemahan pikiran” (feeble-minded-ness) pernah digunakan di masa lalu

dalam literature amerika dan Inggris, dimana istilah “kecacatan mental” (mental

handicap) juga digunakan sampai belakangan ini untuk menyebutkan bentuk retardasi

mental yang ringan. Istilah “oligofrenia” di gunakan di rusia, skandinavia, dan Negara-

negara eropa lain. “amentia” tidak lagi digunakan dalam psikiatri modern kecuali kadang-

kadang dimaksudkan pada stadium terminal suatu penyakit degeneratif.

Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi

intelektual yang dibawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan.

2.2 ETIOLOGI

Faktor etiologis retardasi mental terutama dapat berupa genetik, perkembangan, didapat,

atau kombinasi berbagai faktor. Penyebab genetik meliputi kondisi kromosomal dan

diwariskan; faktor perkembangan mencakup perubahan kromosom seperti trisomi atau

pajanan pranatal terhadap infeksi dan toksin; dan sindrom yang didapat mencakup

trauma perinatal (seperti prematuritas) dan faktor sosiokultural. Di antara gangguan

metabolik dan kromosom, sindrom Down, fragile X syndrome, dan fenilketonuria (PKU)

adalah gangguan tersering yang biasanya menghasilkan sedikitnya retardasi mental

3

Page 4: New Mkalah Retardasi Mental

sedang. Orang dengan retardasi mental ringan kadang-kadang memiliki pola familial

yang tampak pada orang tua dan saudara kandungnya. Kurangnya gizi, pengasuhan, dan

stimulasi sosial turut berperan dalam perkembangan retardasi mental. Pengetahuan

terkini mengesankan bahwa faktor genetik, lingkungan, biologis, dan psikososial turut

bekerja di dalam retaradsi mental.

1. Faktor Genetik

Kelainan kromosom abnormal menyebabkan retardasi mental, meskipun

penyimpangan kromosom seks tidak selalu menyebabkan retardasi mental

(seperti sindrom Turner dengan XO dan sindrom Krinefelter dengan variasi

XXY,XXXY, dan XXYY).

1) Sindrom Down

Meskipun teori dan hipotesi yang dikembangkan didalam 100 tahun

belakangan ini melimpah ruah, penyebab Sindrom Down masih belum

diketahui. Masalah penyebab bahkan semakin rumit sejak dikenalinya baru-

baru ini tiga jenis penyimpangan kromosom di dalam Sindrom Down:

a) Pasien dengan trisomi 21 (tiga kromosom 21, yang seharusnya dua)

menunjukkan mayoritas yang berlebihan; pasien tersebut memiliki 47

kromosm, dengan ekstra kromosom 2.

b) Gagal berpisah pada pembelahan sel setelah fertilisasi menyebabkan

mosaikisme, keadaan adanya sel normal dan trisomi didalam berbagai

jaringan.

c) Di dalam translokasi, terdapat penyatuan dua kromosom, sebagian besar

yaitu kromosom 21 dan 15, sehingga tetap menghasilkan 46

kromosom, ,meskipun ada tambahan kromosom 21. Gangguan ini, tidak

seperti trisomi 21, biasanya diwariskan.

Retardasi mental merupakan gambaran yang menumpang tindih Sindrom

Down. Sebagian besar orang dengan sindrom ini mengalami retardasi sedang atau

berat, hanya sebagian kecil yang memiliki IQ diatas 50. Perkembangan mental

tampak normal dari lahir hingga usi 6 bulan; nilai IQ secara bertahap menurun

dari hampir normal pada usia 1 tahun hingga sekitar 30 pada usia yang lebih tua.

Penurunan intelegensi dapat nyata atau jelas: uji infantil mungkin tidak

mengungakpkan tingkat defek sepenuhnya, yang mungkin terungkap ketika uji

yang lebih canggih digunakan pada masa kanak-kanak awal. Menurut banyak

4

Page 5: New Mkalah Retardasi Mental

sumber, anak dengan sindrom Down terlihat tenang, ceria, dan kooperatif, serta

mudah beradaptasi dirumah . Pada remaja, gambaran berubah: anak remaja dapat

mengalami berbagai kesulitan emosional, gangguan perilaku, dan (terkadang)

gangguan psikotik.

Diagnosis sindrom Down ditegakkan dengan relatif mudah pada anak berusia

lebih tua tetapi sering sulit pada bayi yang baru lahir. Tanda yang paling penting

pada neonatus mencakup hipotonia menyeluruh, fisura palpebra miring, kulit

leher berlebih, tengkorak datar dan kecil, tulang pipi tinggi, dan lidah menonjol.

Tangan lebar dan tebal, dengan garis transversal tunggal pada telapak tangan serta

jari kelingking pendek dan melengkung kedalam. Refleks moro lemah atau tidak

ada. Lebih dari 100 tanda atau stigamata telah digambarkan didalam sindrom

down tetapi jarang ditemukan semuanya pada satu orang. Harapan hidup dulunya

kira-kira12 tahun; dengan ditemukannya antibiotik, hanya sedikit pasien muda

yang tidak dapat melawan infeksi, tetapi banyak yang tidak dapat hidup diatas

usia 40 tahun. Meskipun demikian, harapan hidup mereka meningkat.

Orang dengan sindrom Down cenderung menunjukkan kemunduran nyata di

dalam bahasa, memori, keterampilan, merawat diri, dan memecahkan masalah

pada usia 30-an. Studi pasca kematian pada pasien dengan sindrom Down di atas

usia 40 tahun menunjukkan tingginya insidensi plak senilis dan kekusutan

neurofiblil, seperti yang ditemukan pada penyakit Alzheimer. Kekusutan

neurofibril diketahui terdapat pada berbagai penyakit degeneratif, sedangkan plak

senilis tampak paling sering ditemukan pada penyakit Alzheimer dan sindrom

Down. Karena itu, patofisiologi kedua gangguan ini memiliki kesamaan dalam

beberapa hal.

2) Fragile X syndrome

Fragile X syndrome merupakan penyebab tunggal retardasi mental yang

terbanyak kedua. Sindrom ini terjadi akibat mutasi kromosom X pada tempat

yang dikenal sebagai fragile site (Xq27.3). Profil perilaku orang dengan

sindrom ini mencakup tingginya angka ADHA, gangguan belajar, dan

gangguan perkembangan pervasif, seperti autisme.

5

Page 6: New Mkalah Retardasi Mental

3) Sindrom Prader-Willi

Sindrom Prader Willi didalilkan terjadi akibat delesi kecil yang mengenai

kromosom 15, biasanya terjadi secara sporadis. Prevalensinya kurang dari 1

dalam 10.000. Orang dengan sindrom ini menunjukkan perilaku makan

kompulsif dan sering obesitas, retardasi mental, hipogonadisme, perawakan

kecil, hipotonia, dan kaki serta tangan yang kecil. Anak dengan sindrom ini

sering memilki perilaku menentang dan menyimpang.

4) Fenilketonuria

PKU diturunkan sebagai ciri mendelian autosomal resesif sederhana. Sebagian

besar pasien dengan PKU mengalami retardasi berat, tetapi beberapa

diantaranya dilaporkan memiliki intelegensi dalam batas ambang atau normal.

Meskipun gambaran klinisnya beragam, anak dengan PKU biasanya

hiperaktif; mereka menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak dapat diduga

serta sulit diatur. Perilakunya kadang-kadang menyerupai anak dengan anak

autisme atau skizofrenia.

5) Gangguan Rett

Gangguan Rett dihipotesiskan sebagai sindrom retardasi mental dominan

terkait-X, bersifat degeneratif, dan hanya mengenai perempuan. Kemunduran

keterampilan komunikasi, perilaku motorik, dan fungsi sosial dimulai pada

kira-kira usia 1 tahun. Gejala mirip-autistik lazim ditemukan, demikian juga

ataksia, seringai wajah, menggeretakkan gigi, dan hilangnya pembicaraan.

6) Sindrom Lesch-Nyhan

Sindrom Lesch-Nyhan adalah gangguan langka yang disebabkan oleh

defisiensi enzim yang terlibat di dalam metabolisme purin. Gangguan ini

terkait-X; pasien mengalami retardasi mental, mikrosefali, kejang,

koreoatetosis, dan spastisitas. Sindrom ini juga disertai mutilasi diri kompulsif

berat dengan menggigit mulut serta jari. Sindrom Lesch-Nyhan merupakan

contoh lain sindrom yang ditentukan secara genetik dengan pola perilaku yang

spesifik dan dapat diduga.

2. Faktor Perkembangan dan Faktor yang Didapat

6

Page 7: New Mkalah Retardasi Mental

a. Periode Pranatal

Infeksi meternal selama kehamilan, terutama infeksi virus, diketahui

menimbulkan kerusakan janin dan retardasi mental. Derajat kerusakan janin

bergantung pada berbagai variabel seperti jenis infeksi virus, usia gestasional

janin, dan keparahan penyakit.

1) Rubella (Campak Jerman)

Rubella telah menggantikan sifilis sebagai penyebab utama malformasi

kongenital dan retardasi mental yang disebabkan oleh infeksi maternal.

Anak dari ibu dengan infeksi ini dapat menunjukkan beberapa kelainan,

termasuk penyakit jantung kongenital, retardasi mental, katarak, tuli,

mikrosefali, dan mikroftalmia. Penentuan waktu sangatlah penting, karena

derajat dan frekuensi komplikasi berbanding terbalik dengan usia

kehamilan pada waktu infeksi maternal. Rubella maternal dapat dicegah

dengan imunisasi.

2) Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

Banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah mencapai usia cukup

bulan karena aborsi spontan atau lahir mati. Pada mereka yang dilahirkan

dan terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV), hingga setengahnyaa

mengalami ensefalopati progresif, retardasi mental, dan kejang dalam

tahun-tahun pertama kehidupan. Anak yang dilahirkan terinfeksi HIV

seringkali hanya dapat hidup beberapa tahun; meskipun demikian,

sebagian besar bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV, tidak

terinfeksi virus tersebut.

3) Sindrom Alkohol Janin

Sindrom alkohol janin mengakibatkan retardasi mental dan gambaran

fenotipik yang khas berupa dismorfisme wajah yang mencakup

hipertelorisme, mikrosefali, fisura palpebra yang pendek, lipatan

epikantus yang dalam, serta hidung yang pesek dan terdongak ke atas.

Anak yang memiliki sindrom ini sering mengalami gangguan belajar,

ADHD, dan retardasi mental tanpa dismorfisme wajah.

4) Pajanan Obat Pranatal

7

Page 8: New Mkalah Retardasi Mental

Pajanan pranatal terhadap opiat, seperti heroin, sering menghasilkan bayi

yang kecil untuk usia kehamilan, dengan lingkar kepala dibawah persentil

ke-10 dan gejala putus zat yang nyata dalam 2 hari pertama

kehidupannnya. Gejala putus zat pada bayi mencakup iritabilitas,

hipertonia, tremor, muntah, menangis dengan nada tinggi, serta pola tidur

abnormal. Kejang tidak lazim terjadi, tetapi sindrom putus zat dapat

mengancam nyawa bayi jika tidak di obati. Diazepam (Valium),

Phenobarbital (Luminal), chlorpromazine (Thorazine), dan paregoric telah

digunakan untuk menerapi putus zat opiat pada neonatus.

5) Komplikasi Kehamilan

Toksemia kehamilan dan diabetes maternal yang tidak terkontrol

membahayakan bagi janin dan kadang-kadang menimbulkan retardasi

mental. Malnutrisi maternal selama kehamilan sering menimbulkan

prematuritas dan komplikasi obstetris lain. Perdarahan vagina, plasenta

previa, pelepasan plasenta yang prematur, dan prolaps tali pusat dapat

merusak otak janin karena menimbulkan anoksia. Potensi efek teratogenik

agen farmakologis yang diberikan selama hamil telah dipublikasikan

secara luas setelah tragedi thalidomide (obat yang menyebabkan tingginya

persentase bayi cacat ketika diberikan kepada perempuan hamil).

Penggunaan lithium (Eskalith) selama kehamilan baru-baru ini dikaitkan

dengan beberapa malformasi kongenital, terutama sistem kardiovaskular

(cth., anomali Ebstein).

b. Periode Perinatal

Beberapa bukti menunjukkan bahwa bayi prematur dan bayi dengan berat

lahir rendah memilki resiko tinggi mengalami gangguan neurologis dan

intelektual yang nyata selama masa sekolah. Sejumlah studi baru-baru ini

mendokumentasikan bahwa di antara anak-anak dengan berat lahir sangat

rendah (kurang dari 1.000 gram), 20 persennnya ditemukan mengalami cacat

bermakna, termasuk palsi serebral, retardasi mental, autisme, dan intelegensi

rendah dengan masalah belajar yang berat.

8

Page 9: New Mkalah Retardasi Mental

1) Gangguan Masa Kanak-Kanak yang Didapat

Kadang-kadang, status perkembangan anak berubah secara dramatis

sebagai akibat penyakit spesifik atau trauma fisik. Dahulu, kadang-

kadang sulit untuk memastikan gambaran lengkap kemajuan

perkembangan anak sebelum adanya penyakit atau trauma, tetapi efek

merugikan pada perkembangan atau keterampilan anak terjadi

setelahnya.

2) Infeksi

Infeksi yang paling serius dan memengaruhi integritas otak adalah

ensefalitis dan meningitis. Sebagian besar episode ensefalitis disebabkan

oleh virus. Meningitis yang terlambat didiagnosis, bahkan jika kemudian

diikuti terapi antibiotik, dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak

secara serius.

3) Trauma Kepala

Penyebab cedera kepala yang paling dikenal baik dan menimbulkan

kecacatan perkembangan, termasuk kejang, adalah kecelakaan kendaraan

bermotor, tetapi lebih banyak lagi cedera kepala yang disebabkan oleh

kecelakaan rumah tangga, seperti jatuh dari meja, dari jendela yang

terbuka, dan dari tangga. Penganiayaan anak juga merupakan penyebab

cedera kepala.

4) Masalah Lain

Salah satu penyebab kerusakan otak parsial adalah asfiksia akibat hampir

tenggelam. Pajanan jangka panjang terhadap timbal adalah penyebab

gangguan intelegensi dan keterampilan belajar yang telah ditetapkan.

Tumor intrakranial dengan berbagai jenis dan asalnya, pembedahan, dan

kemoterapi juga dapat merugikan fungsi otak.

5) Faktor Lingkungan dan Sosiolkultural

Retardasi ringan dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi,

pengasuhan, serta stimulasi yang tepat secara bermakna. Anak yang

mengalami keadaan ini dapat mengalami kerusakan jangka panjang pada

perkembangan fisik dan emosinya. Lingkungan prenatal yang diganggu

oleh perawatan medis yang buruk dan gizi maternal yang buruk dapat

merupakan faktor yang turut berperan di dalam timbulnya retardasi

9

Page 10: New Mkalah Retardasi Mental

mental ringan. Kehamilan remaja merupakan faktor resiko dan disertai

komplikasi obstetrik, prematuritas, serta berat lahir rendah. Perawatan

medis pascalahir yang buruk, malnutrisi, pajanan zat toksik seperti

timbal, dan trauma fisik adalah faktor resiko retardasi mental ringan.

Ketidakstabilan keluarga, sering berpindah-pindah, dan jumlah pengasuh

yang banyak tetapi tidak memadai dapat megurangi hubungan emosional

yang penting pada bayi, menyebabkan gagal tumbuh serta potensi resiko

terhadap otak yang sedang berkembang. (Kaplan,2010).

2.3 MANIFESTASI KLINIS

Survei telah mengidentifikasi beberapa gambaran klinis yang terdapat dalam frekuensi

yang lebih besar pada orang dengan retardasi mental dibandingkan populasi umum.

Gambaran ini, yang dapat terjadi sendiri atau sebagai bagian dari gangguan mental,

termasuk hiperaktivitas, toleransi yang remdah terhadap frustasi, agresi, ketidakstabilan

afektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan berbagai perilaku mencederai diri

sendiri. Perilaku mencederai diri sendiri tampak lebih sering dan lebih intens pada

retardasi mental yang semakin berat. Penentuan apakah gambaran klinis ini merupakan

gangguan mental kormobid atau gejala sisa langsung keterbatasan perkembangan yang

terkait dengan retardasi mental sering sulit dilakukan. (Kaplan, 2010)

2.4 KLASIFIKASI

1. Retardasi Mental Ringan ( IQ 50-55 hingga 70 ).

Mereka tidak selalu dapat dibedakan dari anak-anak normal sebelum mulai

bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan

akademik yang kurang lebih sama dengan dengan level kelas 6. Ketika dewasa

mereka mampu melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan atau di

balai karya di rumah penampungan, meskipun mereka mungkin membutuhkan

bantuan dalam masalah sosial dan keuangan. Mereka bisa menikah dan mempunyai

anak.

2. Retardasi Mental Sedang ( IQ 35-40 hingga 50-55 ).

10

Page 11: New Mkalah Retardasi Mental

Orang-orang yang mengalami retardasi mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik

dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal,

seperti memegang dan mewarnai di dalam garis, dan keterampilan motorik kasar,

seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu dengan banyak bimbingan dan latihan,

bepergian sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi mereka.

3. Retardasi Mental Berat ( IQ 20-25 hingga 35-40 )

Orang-orang tersebut umumnya memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan

keterbatasan dalam pengendalian sensori motorik. Sebagian besar dimasukkan dalam

institusi penampungan dan membutuhkan bantuan dan supervisi terus-menerus.

Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktivitas secara mandiri dan sering terlihat

lesu karena kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif pasif dan

kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit stimulasi.

4. Retardasi Mental Sangat Berat ( IQ di bawah 20-25 )

Hanya 1 hingga 2 persen dari mereka yang mengalami retardasi mental yang masuk

dalam kelompok retardasi mental sangat berat, yang membutuhkan supervisi total dan

sering kali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sabagian besar mereka memiliki

abnormalitas fisik berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri

kemanapun. Tingkat kematian di masa kanak-kanak pada orang-orang yang

mengalami retardasi mental sangat berat dan sangat tinggi. (Davidson Gerald,2004).

2.5 KOMORBIDITAS

1) Prevalensi

Survei epidemiologis menunjukkan bahwa hingga dua pertiga anak dan orang dewasa

dengan retardasi mental memiliki gangguan mental kormobid; angka ini beberapa kali

lebih tinggi dibandingkan pada sampel komunitas yang tidak mengalami retardasi

mental. Prevalensi psikopatologi tampaknya terkait dengan derajat retardasi mental.

Studi epidemiologis terkini menemukan bahwa 40,7 persen anak berusia antara 4 dan

18 tahun yang memiliki disabilitas intelektual memenuhi kriteria sedikitnya satu

gangguan psikiatri. Keparahan retardasi berdampak kepada jenis gangguan psikiatri.

Mereka yang mengalami retardasi mental berat lebih kecil kemungkinannya untuk

menunjukkan gejala psikiatri.

2) Gangguan Neurologis

11

Page 12: New Mkalah Retardasi Mental

Didalam tinjauan terkini mengenai gangguan psikiatri pada anak dan remaja dengan

retardasi mental dan epilepsi, kira-kira sepertiganya juga memiliki gangguan autistik

atau keadaan mirip autistik. Kombinasi retardasi mental, epilepsi aktif, dan autisme

atau keadaan mirip autisitik terjadi 0,07 persen di dalam populasi umum.

3) Sindrom Genetik

Sejumlah bukti menunjukkan bahwa sindrom berdasar genetik seperti fragile X

syndrome, sindrom prader-willi, dan sindrom Down terkait dengan manifestasi

perilaku spesifik yang komorbid. Orang dengan fragile X syndrome diketahui

memiliki angka gangguan defisit perhatian/hiperaktivitas (attention

deficit/hyperactivity disorder-ADHD) yang sangat tinggi (hingga tigaperempat dari

pasien yang diteliti). Tingginya perilaku interpersonal dan fungsi bahasa yang

menyimpang sering memenuhi kriteria gangguan autistik dan gangguan kepribadian

menghindar. Sindrom prader-willi hampir selalu disertai gangguan makan kompulsif,

hiperfagia, dan obesitas.

4) Sindrom Psikososial

Kesulitan komunikasi meningkatakan kerentanan orang dengan retardasi mental

terhadap perasaan frustasi dan canggung. Perilaku yang tidak sesuai, seperti penarikan

diri, lazim ditemukan. Perasaan terasing dan tidak mampu yang terus-menerus, telah

dikaitkan dengan perasaan ansietas, marah, disforia, dan depresi. (Kaplan, 2010).

2.6 CIRI PERKEMBANGAN ORANG DENGAN RETARDASI MENTAL

Derajat

Retardasi Mental

Usia Prasekolah (0-5)

Pematangan dan

Perkembangan

Usia Sekolah (6-20)

Pelatihan dan

Pendidikan

Dewasa (21 dan

Lebih) Kemampuan

Sosial dan

Keterampilan Kerja

Sangat berat Retardasi hebat;

kapasitas untuk

berfungsi di dalam

area sensori motorik

kecil; memerlukan

asuhan perawat;

memerlukan bantuan

terus-menerus dan

Terdapat sejumlah

perkembangan

motorik;dapat

berespon terhadap

pelatihan

kemandirian minimal

atau terbalas.

Terdapat sejumlah

perkembangan bicara

dan motorik; bisa

mencapai perawatan

diri yang sangat

terbatas;

membutuhkan asuhan

12

Page 13: New Mkalah Retardasi Mental

pengawasan. perawat

Berat Perkembangan

motorik buruk;

pembicaraan

minimal; umumnya

tidak bisa mengambil

manfaat dari

pelatihan

kemandirian;

keterampilan

komunikasi sedikit

atau tidak ada.

Dapat bicara atau

belajar

berkomunikasi; dapat

dilatih kebiasaan

kesehatan dasar; bisa

mengambil manfaat

dari pelatihan

kebiasaan yang

sistematik; tidak bisa

mengambil manfaat

dari pelatihan

kejujuran.

Dapat berpartisipasi

secara sebagian untuk

perawatan diri di

bawah pengawasan

menyeluruh; dapat

mengembangkan

keterampilan

pertahanan diri hinga

taraf kegunaan

minimal dalam

lingkungan yang

terpantau

Sedang Dapat bicara atau

belajar

berkomunikasi;

kewaspadaan sosial

buruk; perkembangan

motorik sedang; bisa

mengambil manfaat

dari pelatihan

kemandirian; dapat

ditatalaksana dengan

pengawasan sedang

Dapat mengambil

manfaat dari

pelatihan

keterampilan sosial

dan pekerjaan;

cenderung tidak

dapat mengikuti

materi akademik

lebih dari kelas dua,

dapat belajar

berpergian sendiri ke

tempat-tempat yang

dikenali

Bisa mencapai

perawatan diri di

dalam pekerjaan

tanpa keterampilan

atau semiterampil di

dalam tempat

pernaungan;

membutuhkan

pengawasan dan

petunujuk ketika

berada di dalam stres

sosial atau ekonomi

ringan

Ringan Bisa

mengembangkan

keterampilan sosial

dan komunikasi;

retardasi minimal

dalam area sensori-

motorik; sering tidak

Dapat mempelajari

keterampilan

akademik hingga

kira-kira kelas ensam

pada akhir untuk

masa remaja; dapat

diarahkan untuk

Biasanya dapat

mencapai

keterampilan sosial

dan kejuruan yang

cukup untuk

menyokong diri

sendiri secara

13

Page 14: New Mkalah Retardasi Mental

dapat dibedakan

dengan orang normal

sampai usia yang

lebih tua.

penyesuaian sosial minimal tetapi

membutuhkan

petunjuk dan bantuan

ketika berada di

bawah stress sosial

atau ekonomi yang

tidak biasa.

Diadaptasi dari Mental Retarded Activities of the U.S. Departement of Health, Education

and Welfare. Washington DC: US Government Printing Office; 1989: 2. Digunakan dengan

izin. Kriteria DSM-IV-TR pada dasarnya diadaptasi dari table ini. (Kaplan,2010).

2.7 DIAGNOSIS BANDING

Menurut defenisi, retardasi mental harus dimulai sebelum usia 18 tahun. Beberapa

hendaya sensorik, terutam tuli dan buta, dapat dikelirukan dengan retardasi mental jika

selama uji tidak digunakan alat bantu. Defisit pembicaraan dan palsi serebral sering

membuat anak tampak mengalami retardasi, bahkan saat intelegensinya berada dalam

batas ambang atau normal. Jenis penyakit kronis dan melemahkan apapun dapat

menurunkan fungsi anak pada semua area. Gangguan konfulsif dapat memberikan kesan

adanya retardasi mental, terutama saat adanya kejang yang tidak terkontrol. Sindrom

otak kronis dapaat mengakibaatkan cacat tertentu-tidak dapat membaca (aleksia), tidak

dapat menulis (agrafia), tidak dapat berkomunikasi (afasia), dan beberapa cacat lain-

yang mungkin terdapat pada orang dengan intelegensi normal atau bahkan superior.

Anak dengan gangguan belajar, yang dapat terjadi bersamaan dengan retardasi mental,

mengalami keterlambatan atau kegagalan perkembangan pada area khusus seperti

membaca atau matematika, tetapi anak tersebut berkembang normal pada area lain.

Sebaliknya, anak dengan retardasi mental menunjukkan keterlambatan umum pada

sebagian besar area perkembangan.

Retardasi mental dan gangguan perkembangan pervasif sering terdapat bersamaan.

Karena tingkat fungsi mereka yang biasa saja, anak dengan perkembangan pervasif

memilki lebih banyak masalah dengan hubungan sosial dan mengalami penyimpangan

bahasa yang lebih dibandingkan anak yang mengalami retardasi mental.

Anak dibawah usia 18 tahun yang memenuhi kriteria diagnostik demensia dan

menunjukkan IQ kurang dari 70 diberikan diagnosis demensia dan retardasi mental.

14

Page 15: New Mkalah Retardasi Mental

Mereka yang IQ-nya turun hingga kurang dari 70 setelah usia 18 tahun dan yang memilki

onset baru gangguan kognitif tidak diberikan diagnosis retardasi mental tetapi hanya

diagnosis demensia. (Kaplan, 2010).

2.9 PENATALAKSANAAN

1) Terapi

Retardasi mental dikaitkan dengan berbagai gangguan psikiatri komorbid dan paling

sering membutuhkan berbagai dukungan psikososial. Terapi orang dengan retardasi

mental didasari pada penilaian akan kebutuhan sosial dan lingkungan serta perhatian

terhadap komorbidnya. Terapi optimal untuk keadaan yang dapat menyebabkan

retardasi mental adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier.

a) Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan

atau mengurangi keadaan yang menimbulkan terjadinya gangguan yang terkait

dengan retardasi mental. Cara-caranya mencakup edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat umum dan kesadaran akan retardasi mental: upaya

professional kesehatan yang berkelanjutan untuk meyakinkan dan

memperbaiki kebijakan kesehatan: undang-undang untuk menyediakan

perawatan kesehatan anak dan ibu yang optimal: dan eradikasi gangguan yang

diketahui diakibatkan oleh kerusakan SSP.

b) Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dan pengobatan dini keradangan otak,

perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat,

dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kongenital, operasi

tidak menolong).

c) Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus,

sebaiknya disekolah luar biasa. Dapat diberi neroleptika kepada yanag gelisah,

hiperaktif atau destruktif. Amphetamine dan kadang-kadang juga antihistamin

berguna juga pada hiperkinesa. Barbiturate kadang-kadang dapat menimbulkan

efek paradoxal dengan menambah kegelisahan dan ketegangan. Dapat dicoba

juga obat-obat yang memperbaiki mikrosirkulasi di otak (membuat masuknya

zat asam dan makanan dari darah ke sel-sel otak lebih mudah) atau yang

15

Page 16: New Mkalah Retardasi Mental

langsung memperbaiki metabolisme sel-sel otak, akan tetapi hasilnya, kalau

ada, tidak segera dapat dilihat. (Kaplan,2010).

Konseling pada orangtua dilakukan secara flexsibel dan pragmatis dengan

tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustasi oleh karena

mempunyai anak dengan retardasi mental. Mereka sering perlu ditenangkan

dan sekaligus dianjurkan dengan mengatakan bahwa bukanlah salah mereka

bahwa anak ini menderita retardasi mental, tetapi adalah salah bila mereka

tidak mau berusaha untuk mengatasi keadaan anak itu. Karena orangtua sering

menghendaki anak itu diberi obat, dapat diberi penerangan bahwa sampai

sekarang belum ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme)

sel-sel otak, akan tetapi biarpun anak itu menelan obat semacam itu banyak dan

lama sekali (tidak mengganggu badan), ia tidak akan maju kalau ia tidak belajar

melalui latihan dan pendidikan.

Latihan dan Pendidikan.

Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah:

a. Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas

yang ada.

b. Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang antisosial.

c. Mengajarkan suatu keahlian (“Skill”) agar anak itu dapat mencari

nafkah kelak.

Latihan anak-anak ini lebih sukar daripada anak-anak biasa karena

perhatian mereka mudah sekali tertarik kepada hal-hal yang lain. Harus

diusahakan untuk mengikat perhatian mereka dengan merangsang

pancaindera, misalnya dengan alat permainan yang berwarna atau yang

berbunyi, dan semuanya harus konkrit, artinya dapat dilihat, didengar dan

diraba. Prinsip-prinsip ini yang mula-mula dipakai oleh Froebel dan

Pestalozzi, hingga sekarang masih digunakan ditaman kanak-kanak. Mereka

dipelajari membuat gedung-gedung, jembatan, menara dan sebagainya dengan

blok-blok, kemudian baru membaca, menulis dan berhitung. Selanjutnya

diberi pekerjaan yang praktis dan yang tidak memerlukan inteligensi yang

16

Page 17: New Mkalah Retardasi Mental

tinggi, seperti menjahit, membuat keranjang, membuat keset dan alat-alat dari

kayu (pertukangan kayu).

Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :

Latihan dirumah : Pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian

sendiri, kebersihan badan.

Latihan disekolah : Yang penting dalam hal ini ialah perkembangan rasa

sosial.

Latihan teknis : Diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan

kedudukan sosial. Pada pria umpamanya peternakan,

pertanian, pekerjaan administrasi, tukang sepatu, tukang

kayu, percetakan, penjahit, penatu dan sebagainya.

Latihan moral : Dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa

yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap

pelanggaran disiplin perlu disertai dengan hukuman dan

tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah. Hukuman

dapat berupa: dimarahi, tidak diberi makanan yang disukai,

larangan bermain untuk sementara waktu dan sebagainya.

Hadiah dapat berupa : kata-kata pujian, mainan, makanan

dan sebagainya.

Selanjutnya perhatian kita perlu juga dicurahkan pada lingkungan anak

tersebut; ayah, ibu dan orang-orang lain disekitarnya harus memberi contoh

yang baik. (Maramis,1995).

2) Edukasi Untuk Anak

Tatanan edukasi untuk anak yang mengalami retardasi mental harus mencakup

program komprehensif yang memberikan pelatihan keterampilan adaptif, pelatihan

keterampilan sosial, dan pelatihan kejujuran. Perhatian khusus harus difokuskan pada

komunikasi dan upaya untuk memperbaiki kualitas kehidupan. Terapi kelompok

sering menjadi format yang berhasil asalkan anak dengan retardasi mental dapat

17

Page 18: New Mkalah Retardasi Mental

belajar dan mempraktikkan situasi kehidupan yang nyata dihipotesiskan dan

mendapatkan umpan balik yang mendukung.

3) Terapi Perilaku, Kognitif, dan Psikodinamik

Terapi perilaku telah digunakan selama beberapa tahun untuk membentuk dan

meningkatkan perilaku sosial serta untuk mengendalikan dan meminimalkan perilaku

agresif dan destruktif orang tersebut. Terapi kognitif, seperti menghilangkan

keyakinan yang salah serta latihan relaksasi dengan instruksi diri sendiri, telah

direkomendasikan untuk pasien retardasi mental yang dapat mengikuti perintah.

Terapi psikodinamik digunakan pada pasien dan keluarga nya untuk mengurangi

konflik mengenai pengharapan yang menimbulkan ansietas, kemarahan, dan depresi

yang menetap.

4) Edukasi Keluarga

Salah satu area yang paling penting yang dapat dilakukan klinisi adalah memberikan

edukasi kepada keluarga pasien dengan retardasi mental mengenai cara untuk

meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil mempertahankan pengharapan yang

realistik untuk pasien. Orang tua bisa mendapatkan keuntungan dari konseling yang

berkelanjutan atau terapi keluarga dan harus diberikan kesempatan untuk

mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa, sedih, penyesalan berulang, dan

kemarahan terhadap gangguan serta masa depan anaknya. Psikiater harus siap untuk

memberikan orang tua semua dasar dan informasi medis terkini mengenai penyebab,

terapi, dan area terkait lainnya (seperti pelatihan khusus dan perbaikan defek

sensorik).

5) Intervensi Sosial

Olimpiade khusus international adalah program olah raga rekreasional yang dibuat

untuk populasi ini. Disamping menyediakan forum untuk mengembangkan kebugaran

fisik, olimpiade khusus juga meningkatkan interaksi sosial, persahabatan, dan

diharapkan, harga diri umum.

6) Farmakologi

Pendekatan farmakologis untuk terapi gangguan mental komorbid pada pasien dengan

retardasi mental sama untuk pasien tanpa retardasi mental. Semakin banyak data yang

menyokong penggunaaan berbagai obat psikotropik untuk pasien dengan gangguan

jiwa dan juga retardasi mental. (kaplan,2010).

18

Page 19: New Mkalah Retardasi Mental

2.10 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Diagnosis retardasi mental dapat ditegakkan setelah anamnesis, penilaian intelektual

standar, dan pengukuran fungsi adaptif menunjukkan bahwa perilaku anak saat ini secara

signifikan berada dibawah tingkat yang diharapkan. Diagnosis ini sendiri tidak merinci

penyebab atau prognosis. Uji laboratorium dapat digunakan untuk mengetahui penyebab

serta prognosis.

a. Anamnesis

Anamnesis paling sering diambil dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian

khusus terhadap kehamilan ibu, dan persalinan; adanya riwayat keluarga dengan

retardasi mental; orang tua dengan perkawinan sedarah; dan ganggun herediter.

Sebagai bagian dari anamnesis, klinisi menilai keseluruhan tingkat fungsi dan

kapasitas intelektual orang tua serta iklim emosional di dalam rumah.

b. Wawancara Psikiatrik

Dua faktor yang sangat penting ketika mewawancarai pasien: sikap pewawancara

dan cara berkomunikasi dengan pasien. Pewawancara tidak boleh terarahkan oleh

usia mental pasien, karena tidak dapat secara utuh mencirikan orang tersebut.

Kemampuan verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif, harus

dinilai sesegera mungkin, dengan mengamati komunikasi verbal dan nonverbal

antara pemberi perawatan pasien serta dengan melakukan anamnesis. Pertanyaan

yang mengarahkan harus dihindari karena orang dengan retardasi dapat mudah

tersugesti dan ingin menyenangkan orang ain. Pengarahan dan struktur yng

samar-samar, serta penguatan mungkin perlu untuk membuat mereka tetap berada

di dalam topik atau tugasnya.

Secara umum, pemeriksaan psikiatrik pada pasien dengan retardasi harus

mengungkapkan bagaimana pasien menghadapi tahap-tahap perkembangan.

c. Pemeriksaan Fisis

Bagian tubuh yang berbeda-beda mungkin memiliki ciri khas tertentu yang

dihasilkan penyebab prenatal dan lazim ditemukan pada orang dengan retardasi

mental. Selama pemeriksaan, klinisi harus mengingat bahwa anak dengan

retardasi mental, terutama mereka dengan masalah perilaku terkait, memiliki

peningkatan resiko mengalami penganiayaan anak.

d. Pemeriksaan Neurologis

19

Page 20: New Mkalah Retardasi Mental

Rontgen tengkorak biasanya dilakukan secara rutin tetapi hanya memberikan

kejelasan pada relatif sedikit keadaan, seperti kraniosinostosis, hidrosefalus, dan

gangguan lain yang mengakibatkaan kalsifikasi intrakranial (contohnya

toksoplasmosis, sklerosis tuberose, angiomatosis serebral, dan

hipoparatiroidisme). Pemindaian computed tomography (CT) dan magnetic

resonance imaging (MRI) telah menjadi alat yang penting untuk mengungkap

patologi sistem saraf pusat (SSP) yang terkait retardasi mental. Temuan berupa

hidrosefalus internal, atrofi korteks, atau porensefali yang kadang-kadang

ditemukan pada anak dengan retardasi mental berat dan dengan kerusakan otak

tidak di anggap penting untuk gambaran umum.

e. Pemeriksaan Laboratorium

Uji laboratorium yang digunakan untuk menjelaskan penyebab retardasi mental

mencakup analisis kromosom, tes urine dan darah untuk gangguan metabolik,

serta pencitraan saraf. Kelainan kromosom merupakan satu-satunya penyebab

retardasi mental yang paling lazim ditemukan pada orang yang penyebab

retardasinya dapat diidentifikasi.

f. Studi Kromosom

Penentuan kariotipe di dalam laboratorium genetik dipertimbangkan setiap kali

kecurigaan adanya gangguan kromososm atau ketika penyebab retardasi mental

tidak teridentifikasi.

Amniosentesis, yaitu sejumlah kecil cairan amnion diambil dari rongga amnion

transabdominal pada kira-kira usia kehamilan 15 minggu, berguna di dalam

mendiagnosis kelainan kromosom prenatal. Amniosentesis sering

dipertimbangkan jika terdapat resiko janin yang meningkat untuk sindrom Down,

seperti meningkatnya usia maternal. Banyak gangguan herediter serius dapat di

perkirakan dengan amniosentesis, dan harus dipertimbangkan pada perempuan

hamil berusia diatas 35 tahun.

Chronic villi sampling (CVS) adalah teknik penapisan untuk menentukan

kelainan kromosom janin. Jika hasilnya abnormal, keputusan untuk mengakhiri

kehamilan dapat di ambil dalam trimester pertama.

g. Analisis Darah dan Urine

Sindrom Lesch-Nyhan, galaktosemia, PKU, sindrom Hurler, dan sindrom Hunter

merupakan contoh gangguan yang mencakup retardasi mental dan dapat

20

Page 21: New Mkalah Retardasi Mental

diidentifikasi melalui analisis enzim yang sesuai atau asam amino maupun

organik. Kelainan enzim di dalam gangguan kromosom, terutama sindrom Down,

menjanjikan untuk menjadi alat diagnostik yang berguna. Kelainan pertumbuhan

yang tidak dapat dijelaskan, gangguan kejang, tonus otot yang buruk, ataksia,

kelainan tulang atau kulit, dan kelainan mata adalah beberapa indikasi untuk

dilakukannya uji fungsi metabolik.

h. Penilaian Psikologis

Uji psikologis yang dilakukan oleh psikolog berpengalaman, merupakan bagian

dari evaluasi standar untuk retardasi mental. Skala Gesell dan Bayley serta catell

infant intelligence scale adalah yang paling sering digunakan pada bayi. Untuk

anak, Stanford Binet Intelligence Scale dan Wechsler Intelligence Scale for

Children edisi ketiga (WISC-III) adalah yang paling luas digunakan di amerika

serikat.

No Diagnosa Keperawatan Intervensi

1 Resiko cedera Untuk memastikan keamanan

klien.

a. Ciptakan lingkungan yang aman

bagi klien. Singkirkan benda-

benda kecil dari area yang akan

dilalui dan jauhkan benda-

benda tajam dari jangkauan

klien.

b. Letakkan benda-benda yang

sering kali digunakan klien

ditempat yang mudah

dijangkau.

c. Lapis pagar tempat tidur dan

kepala tempat tidur klien

dengan riwayat kejang.

21

Page 22: New Mkalah Retardasi Mental

d. Cegah serangan fisik daan unjuk

laku (acting out) dengan

mengenali tanda-tanda klien

mulai aagitasi.

Tujuan :

Klien tidak akan mengalami

cedera.

Kriteria hasil :

1. Klien tidak mengalami bahaya

fisik.

2. Klien berespons terhadap upaya

pencegahan perilaku agitasi.

2 Defisit Perawatan Diri Tujuan jangka pendek :

1. klien akan dapat berpartisipasi

dalam aspek-aspek perawatan diri.

Tujuan jangka panjang :

1. semua kebutuhan perawatan diri

klien terpenuhi.

Intervensi:

1. identifikasi aspek perawatan diri

yang dapat dilakukan oleh klien.

Ajarkan satu aspek perawatan diri

pada satu waktu. Berikan

penjelasan yang singkat dan

konkret. Karena kemampuan klien

sangat bervariasi tingkatannya,

penting untuk mengenali masing-

masing kemampuan serta

22

Page 23: New Mkalah Retardasi Mental

memastikan bahwa klien tidak

mengalami kegagalan.

2. beri umpan balik positif untuk

usaha yang dilakukan ketika

membantu perawatan dirinya

sendiri. Penguatan positif

meningkatkan rasa percaya diri dan

mendorong pengulangan perilaku

yang diharapkan.

3. ketika satu aspek perawtan diri

telah dikuasai semaksimal mungki

lanjutkan pada aspek lain. Dorong

kemandirian, namun lakukan

intervensi apabila klien tidak

mampu melakukannya.

Kenyamanan dan keamanaan klien

adalah prioritas keperawatan.

Criteria hasil :

1. klien melakukan aktivitas

perawatan diri semampunya.

2. kebutuhan perawatan diri klien

terpenuhi.

3 Hambatan Komunikasi Verbal Tujuan jangka pendek:

1. klien akan membina rasa

percaya dengan pemberi asauhan

dan mengembangkan cara untuk

mengomunikasikan kebutuhan.

Tujuan jangka panjang:

1. kebutuhan klien terpenuhi

melalui cara komunikasi yang

dikembangkan.

2. jika klien tidak dapat

23

Page 24: New Mkalah Retardasi Mental

berbicara/berkomunikasi dengan

cara lain, kebutuhan klien dipenuhi

oleh pemberi asuhan dengan

mengantisipasi kebutuhan klien.

Intervensi:

1. pertahankan konsistensi staf

yang ditugaskan selama ini. Hal ini

memfasilitasi rasa percaya serta

kemampuan untuk memahami

tindakan dan komunikasi klien.

2. penuhi dan antisipasi kebutuhan

klien hingga terbina pola

komunikasi yeng memuaskan.

Pelajari (dari keluarga, jika

memungkinkan) kata-kata khusus

yang digunaka klien yang berbeda

dari normal.

3. identifikasi sikap atau sinyal

nonverbal yang mungkin

digunakan klien untuk

menyampaikan kebutuhan apabila

komunikasi verbal tidak ada. Latih

keterampilan komunikasi tersebut

terus menerus. Beberapa anak

retardasi mental, khususnya pada

tingkat berat dapat belajar hanya

melalui pelatihan kebiasaan

sistematis.

Criteria hasil:

1. klien mampu berkomunikasi

24

Page 25: New Mkalah Retardasi Mental

dengan pemberi asuhan yang tetap.

2. (bagi klien yang tidak mampu

berkomunikasi) : kebutuhan klien,

sebagaiman yang diantisipasi oleh

pemberi asuhan, terpenuhi.

4 Hambatan Interaksi Sosial Tujuan jangka pendek:

1. klien akan mencoba berinteraksi

dengan orang lain pada saat

ditemani oleh pemberi asuhan yang

dipercaya.

Tujuan jangka panjang:

1. klien akan mampu berinteraksi

dengan orang lain menggunakan

perilaku yang dapat diterima secara

social serta sesuai dengan tingkat

perkembangan.

Intervensi:

1. temani klien selama interaksi

pertama dengan orang lain di unit.

Kehadiran orang yeng dipercaya

memberikan rasa aman.

2. jelaskan kepada klien lain

tentang makna dibalik beberapa

sikap dan sinyal nonverbal klien.

Orang lain akan lebih menerima

bahwa klien berbeda apabila

mereka lebih memahami perilaku

klien.

3. gunakan bahasa sederhana untuk

menjelaskan kepada klien perilaku

yang dapat diterima dan tidak

dapat diterima. Susun suatu

25

Page 26: New Mkalah Retardasi Mental

prosedur modifikasi perilaku yang

memberikan penghargaan atas

perilaku sesuai dan memberikan

penguatan aversi sebagai respons

terhadap pengunaan perilaku yang

tidak sesuai. Penguatan positif,

negative, dan aversi dapat berperan

dalam perubahan perilaku yang

diharapkan. Hak-hak istimewa dan

hukuman ditetapkan secara pribadi

saat staf mempelajari kesukaan dan

ketidaksukaan klien.

Criteria hasil :

1. klien berinteraksi dengan orang

lain dalam cara yang tepat secara

social.

BAB III

PENUTUP

26

Page 27: New Mkalah Retardasi Mental

3.1 Kesimpulan

Retardasi mental ialah keadaan dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa

perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan

mental yang kurang secara keseluruhan (seperti juga pada demensia), tetapi gejala utama

(yang menonjol) ialah intelegensi yang terbelakang.

Faktor etiologis retardasi mental terutama dapat berupa genetik, perkembangan,

didapat, atau kombinasi berbagai faktor. Penyebab genetik meliputi kondisi kromosomal

dan diwariskan; faktor perkembangan mencakup perubahan kromosom seperti trisomi

atau pajanan pranatal terhadap infeksi dan toksin; dan sindrom yang didapat mencakup

trauma perinatal (seperti prematuritas) dan faktor sosiokultural. Di antara gangguan

metabolik dan kromosom, sindrom Down, fragile X syndrome, dan fenilketonuria (PKU)

adalah gangguan tersering yang biasanya menghasilkan sedikitnya retardasi mental

sedang.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis dalam pembuatan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan

dan ketidaksempurnaan  maka perkenankan kami untuk meminta kepada pembaca agar

dapat memberikan kritik atau sarannya untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.F. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

27

Page 28: New Mkalah Retardasi Mental

Kaplan, J.B., & Sadock T.C. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2, Jakarta: EGC.

Davidson Gerald C. Neille, ANN M. Kring. 2004. Psikologi abnormal. Edisi ke-9: Rajawali Press.

28