retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis dan emosional anak-dewasa

Upload: alrahman-joneri

Post on 10-Oct-2015

164 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Retardasi Mental, Gangguan Perkembangan Psikologis Dan Emosional Anak-Dewasa

TRANSCRIPT

DISKUSI TOPIKRETARDASI MENTAL, GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS DAN GANGGUAN EMOSIONAL DENGAN ONSET YANG BIASANYA PADA MASA KANAK-KANAK DAN DEWASA

Disusun oleh:Nimas PritaI11107057

Penyanggah:Yohanes SilihYeni AnggrainiAnggi PatranitaSarifah Sari SafuarAlrahman Joneri

SMF PSIKIATRI RS KHUSUSFakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanProgram Studi Pendidikan DokterUniversitas Tanjungpura Pontianak2011

Lembar Persetujuan

Telah disetujui DiskusiTopik dengan judul :Gangguan Perkembangan Psikologis, Gangguan Perilaku dan Emosional Dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Modul Psikiatri

Telah disetujui,Pontianak, 29 Juli 2011PembimbingDiskusiTopik,

dr.Edi Hermeni,Sp.KJ

Disusun oleh :

Nimas Prita R K WNIM I11107057

RETARDASI MENTAL

A. Definisi Retardasi MentalRetardasi mental ialah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan (seperti juga pada demensia), tetapi gejala utama (yang menonjol) ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo=kurang atau sedikit dan fren= jiwa) atau tuna mental.The American Association of Mental Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode perkembangan-yaitu sebelum usia 18 tahun. International Classification of Dissease revisi ke-10 (ICD-10) menggunakan istilah retardasi mental tetapi mendefinisikannya agak berbeda dari yang terdapat dalam DSM-IV. Menurut ICD-10, retardasi mental adalah suatu kondisi terhentinya atau tidak lengkapnya perkembangan pikiran yang terutama ditandai oleh gangguan keterampilan yang dimanifestasikan selama periode perkembangan, yang mempengaruhi keseluruhan tingkat kecerdasan, yaitu, kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.

B. Etiologi Penyebab retardasi mental mungkin faktor keturunan (retardasi mental genetik), mungkin juga tidak diketahui (retardasi mental simpleks). Kedua-duanya ini dinamakan juga retardasi mental primer. Retardasi mental sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar yang diketahui dan faktor-faktor ini mempengaruhi otak pada waktu pranatal, perinatal, atau postnatal.Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa ke-1 (PPDGJ-1) memberikan subkategori-subkategori klinis atau keadaan-keadaan yang disertai retardasi mental sebagai berikut:1. Akibat infeksi dan intoksikasiDalam kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat atau toksik lainnya.Beberapa contoh adalah: Parotis epidemika, rubela, sifilis, dan toxoplasmosis kongenital. Ensefalopatia karena infeksi postnatal Ensefalopatia karena toksemia gravidarum atau karena intoksikasi lain Ensefalopatia bilirubin (Kernicterus) Ensefalopatia post-imunisasi

2. Akibat rudapaksa dan sebab fisik lainRudapaksa: rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar X, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat menyebabkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.Pada waktu lahir (perinatal) kepala dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Juga terjadi kekurangan O2 ( asfixia neonatum) yang terjadi pada 1/5 dari semua kelahiran. Hal ini dapat terjadi karena aspirasi lendir, aspirasi liquor amnii, anestesia ibu dan prematuritas. Bila zat asam berlangsung terlalu lama maka akan terjadi degrenasi sel-sel korteks yang kelak mengakibatkan retardasi mental.PPDGJ-1 menyebutkan: Ensefalopatia karena kerusakan pranatal. Ensefalopatia karena kerusakan pada waktu lahir. Ensefalopatia karena kerusakan postnatal

3. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau giziSemua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolisme zat lipida, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau zat gizi termasuk dalam kelompok ini.Gangguan gizi yang berat dan langsung lama sebelum umur 4 tahun dapat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat menyebabkan retardasi mental. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum 6 tahun, sesudah ini, biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan yang bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.Beberapa contoh keadaan yang sering mengakibatkan retardasi mental dalam sub kategori ini ialah: Lipidosis otak infantil (penyakit Tay-Sach) Histiositosis lipidum jenis keratin ( penyakit Gaucher) Histiositosis lipidum jenis fosfatid ( penyakit Niemann-Pick) Fenilketonuria: diturunkan melalui suatu gen yang resesif.

4. Akibat Penyakit Otak yang NyataDalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk tumbuhan sekunder karena rudapaksa atau keradangan) dan beberapa reaksi sel-sel yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya. Reaksi sel-sel otak (reaksi struktural) ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, skelerotik atau reparatif, misalnya: Neofibromatosis (penyakit von Recklinghausen) Angiomantosis otak trigemini( penyakit Sturge-Weber-Dimitri) Skerosis spinal( ataxia Friedreich)

5. Akibat Penyakit atau Pengaruh pranatal yang tidak jelasKeadaan ini sudah diketahui sudah ada sejak lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial primer dan efek kongenital yang tidak diketahui sebabnya. Anensefali dan hemi-ensefali Kelainan pembentukan giri Porensefali kongenital Kraniostenosis Hidrosefalus kongenital Hipertelorisme Makrosefali (Megalensefali) Mikrosefali primer Sindrome Laurence-Moon-Biedl

6. Akibat kelainan kromosomKelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlahnya atau dalam bentuknya.Kelainan dalam jumlah kromosom: sindrom Down atau Langton-Down atau mongolisme (trisomi otomosalatau trisomi kromosom 21)Kelainan dalam bentuk kromosom: Cri Du Cat: tidak terdapat cabang pendek pada kromosom 5. Cabang pendek pada kromosom 18 tidak terdapat.

7. Akibat prematuritasDalam kelompok ini termasuk dalam retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/ dengan massa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam subkategori sebelum ini.

8. Akibat gangguan jiwa yang beratRetardasi mental mungkin juga suatu gangguan jiwa yang berat dalam masa anak-anak. Untuk membuat diagnosis ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak. Penderita skizofrenia residual dengan deteriorasi mental tidak termasuk dalam kelompok ini.

9. Akibat deprivasi psikososialRetardasi mental dapat disebabkan oleh faktor-faktor biomedis ataupun sosiobudaya (yang berhubungan dengan deprivasi psikososial dan penyesuaian diri).Retardasi mental kultural-familial berdasarkan pada dua buah anggapan, yaitu bahwa deprivasi kultural dapat mengakibatkan retardasi mental ringan dan bahwa deprivasi kultural itu mungkin merupakan akibat retardasi familial. Dengan demikian, untuk mendiagnosis retardasi mental kultural-familial harus di dapatkan retardasi mental paling sedikit pada salah seorang dari orang tua penderita dan pada seorang atau lebih saudaranya. Retardasi mental jenis ini biasanya ringan.Retardasi mental akibat deprivasi lingkungan timbul karena kurangnya rangsangan dari lingkungan. Penelitian tentang deprivasi sensorik membuktikan pentingnya rangsangan sensorik yang memdai bagi perkembangan intelektual anak kecil. Tingkat rangsangan sensorik itu mungkin terlalu rendah (terlalu tinggi juga menegangkan dan membingungkan), misalnya kurang komunikasi verbal mengakibatkan kesukaran mengutarakan isi pikiran dalam kata-kata dan penalaran konkret serta menghambat perkembangan pemikiran abstrak. Deprivasi lingkungan mungkin juga karena gangguan pancaindera. Tingkat retardasi biasanya ringan atau perbatasan.

C. Klasifikasi Derajat atau tingkat retardasi mental diekspresikan dalam berbagai istilah. DSM-IV memberikan empat tipe retardasi mental yang mencerminkan tingkat gangguan intelektual beserta rentang IQ-nya:Retardasi mental ringan: tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70Retardasi mental sedang: tingkat IQ 35-40 sampai kira-kira 50-55Retardasi mental berat: tingkat IQ 20-25 sampai kira-kira 35-40Retardasi mental sangat berat: tingkat IQ dibawah 20 atau 25Retardasi mental, keparahan tidak ditentukan: jika terdapat kecurigaan kuat adanya retardasi mental tetapi intelegensi pasien tidak dapat diuji oleh tes intelegensi baku. Tipe tersebut dapat diterapkan pada bayi yang secara klinis dicurigai memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata yang bermakna tetapi pada siapa tes yang ada tidak memberikan nilai IQ numerik. Tipe tersebut tidak boleh digunakan jika kecerdasan dianggap di atas 70.

D. Penanganan masalah retardasi mentalTernyata bahwa banyak penderita retardasi mental ringan, sedang, berat, dan sangat berat dapat mengalami perkembangan kepribadian normal seperti orang dengan intelegensi normal. Sebagian besar jumlah penderita retardasi mental dapat mengembangkan penyesuaian sosial dan vokasional yang baik serta kemampuan hubungan dan kasih sayang antarmanusia yang wajar bila terdapat lingkungan keluarga yang mau memahaminya dan memberi semangat padanya secara memadai serta fasilitas pendidikan dan latihan vokasional yang tepat.

Ciri-ciri Perkembangan Penderita Retardasi mentalTingkat retardasi mental Umur pra-sekolah:0-5 tahun pematangan dan perkembanganUmur sekolah:6-20 tahun latihan dan pendidikanMasa dewasa: 21 tahun atau lebih kecukupan sosial dan pekerjaan

Berat sekali Retardasi berat: kemampuan minimal untuk berfungsi dalam bidang sensori motorik, membutuhkan perawatan

Perkembangan motorik sedikit: dapat bereaksi terhadap latihan mengurus diri sendiri secara minimal atau terbatasPerkembangan motorik dan bicara sedikit: dapat mencapai mengurus diri sendiri secara sangat terbatas, membutuhkan perawatan.

Berat Perkembanagan motorik kurang , bicara minimal, umumnya tidak dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri, keterampilan komunikasi tidak ada atau hanya sedikit sekaliDapat berbicara atau belajar berkomunikasi dapat di latih dalam kebiasaan kesehatan dasar, dapat dilatih secara sistematikdalam kebiasan Dapat mencapai sebagian dalam mengurus diri sendiri dalam pengawasan penuh, dapat mengembangkan secara minimal berguna keterampilan menjaga diri dalam lingkunagan yang terkontrol

Sedang Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, kesadaran sosial kurang, perkembangan motorik cukup, dapat belajar mengurus diri sendiri, dapat diatur dengan pengawasan sedang.Dapat dilatih dengan kerketerampilan sosial dan pekerjaan, sukar untuk maju lewat kelas dua SD dalam mata pelajaran akademik, dapat belajar bepergian sendirian di tempat yang sudah di kenal.Dapat mencari nafkah dalam pekerjaan kasar( unskilled) atau setengah terlatih dalam keadaan terlindun, memerlukan pengawasan dan bimbingan bila mengalami stress sosial atau stress ekonomi yang ringan.

Ringanmengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi, keterbelakangan minimal dalam bidang sesorimotorik, sering tidak dapat di bedakan dari normal hingga usia lebih tua.Dasar belajar keterampilan akademik sampai kira-kira kelas 6 pada umur belasaan tahun,dekat umur 20 tahun, dapat di bimbing ke arah konformitas sosialBiasanya dapat mencapai keterampilan sosial dan pekerjaan yang cukup untuk mencari nafkah, tetapi memerlukan bimbingan dan bantuan bila mengalami stres sosial atau stres ekonomi yang luar biasa.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KepribadianSeseorang dengan retardasi mental, karena keadaannya, sepanjang hidupnya menghadapi lebih banyak resiko daripada orang yang normal. Resiko ini rupanya bertambah sesuai dengan beratnya retardasi mental.Sikap umum masyarakat terhadap retardasi mental sangat mempengaruhi reaksi orang tua terhadap anaknya dengan retardasi mental dalam keluarga mereka. Bila anak dengan retardasi mental menjadi lebih besar, maka diterimanya dia oleh anak-anak yang lain di pengaruhi sikap, toleransi dan emosi pribadi orang tua anak-anak itu terhadap retardasi mental.

F. Diagnosis dan Diagnosis BandingUntuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu di ambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan psikologis, labolatorium, diadakan evaluasi pendengaran, dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik di samping retardasi mental.Diagnosis banding ialah anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi ransangan yang berat (retardasi mental ini reversibel bila di beri rangsangan yang baik secara dini).

GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

Gangguan yang termasuk dalam gangguan perkembangan psikologis umunya mempunyai gambaran sebagai berikut:a) Onset bervariasi selama masa bayi atau kanakb) Hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat;c) Berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa.Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, ketrampilan visuo-spasial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas ialah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (walaupun defisit yang lebih ringan sering menetap sampai masa dewasa). Biasanya riwayat penyakitnya ialah suatu kelambatan atau hendaya yang sedini mungkin dapat dideteksi, tanpa didahului masa perkembangan yang normal. Sebagian besar kondisi ini terdapat beberapa kali lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan.Khas pada gangguan perkembangan terdapat riwayat keluarga dengan gangguan yang sama atau sejenisnya dan ada bukti faktor genetik memainkan peran penting dalam etiologi pada banyak kasus. Faktor lingkungan sering mempengaruhi fungsi perkembangan yang terganggua tetapi pada sebagian besar kasus tidak merupakan pengaruh penting. Walaupun secara umum terdapat keserasian konsep gangguan pada bagian ini, tetapi etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui dan tetap terdapat ketidakpastian mengenai batasan dan subdivisi dari gangguan perkembangan ini. Selain itu, dua tipe dari kondisi dimasukkan dalam bagian ini yang sama sekali tidak memenuhi definisi konseptual yang luas. Pertama, gengguan yang didahului oleh suatu fase perkembangan normal sebelumnya, seperti gangguan disintegrtif masa kanak, sindrom LandauKleffner, dan beberapa kasus autisme. Kondisi demikian dimasukkan karena meskipun onsetnya berbeda namun ciri-ciri khas serta perjalanannya mempunyai banyak kesamaan dengan kelompok gangguan perkembangan; selain itu tidak diketahui bahwa etiologinya berbeda. Kedua, ada gangguan yang secara primer lebih sering didefinisi dengan istilah deviance (penyimpangan) daripada kelambatan pada fungsi perkembangan; hal ini terutama pada autisme. Gangguan autistik dimasukkan dalam bagian ini karena walaupun termasuk penyimpangan, kelambatan perkembangan pada beberapa tingkatan hampir tidak ada.Dalam PPDGJ III, gangguan perkembangan psikologis dibagi menjadi:1. Gangguan perkembagan khas berbicara dan berbahasaGangguan ini merupakan gangguan pola normal penguasaan bahasa sejak fase awal perkembangan. Kondisi ini tidak secara langsung diakibatkan oleh kelainan neurologis atau kelainan mekanisme berbicara, hendaya sensorik, retardasi mental atau faktor lingkungan. Anak mungkin lebih mampu berkomunikasi atau mengerti pada situasi tertentu yang sangat dikenalnya dariapda situasi lain, tetapi kemampuannya berbahasa pada setiap keadaan terganggu.

2. Gangguan perkembangan belajar khasGangguan perkembangan belajar khas adalah suatu gangguan pada pola normal kemampuan penguasaan keterampilan yang terganggu sejak stadium awal dari perkembangan. Gangguan ini lebih banyak diperkirakan berasal dari kelainan proses kognitif, khususnya beberapa tipe disfungsi biologis. Kondisi lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki.Gangguan perkembangan belajar khas terdiri dari sekelompok gangguan yang ditandai oleh adanya hendaya yang khas dan bermakna dalam belajar ketrampilan skolastik. Hendaya dalam belajar ini tidak merupakan hasil langsung dari gangguan lain (seperti retardasi mental, defisit neurologis yang besar, masalah visus dan daya dengar yang tidak terkoreksi, atau gangguan emosional), walaupun mungkin terdapat bersamaan dengan kondisi tersebut. Gangguan perkembangan belajar khas sering sekali terdapat bersama dengan sindrom klinis lain (seperti gangguan pemusatan perhatian atau gangguan tingkah laku) atau gangguan perkembangan lain (seperti gangguan perkembangan motorik khas atau gangguan perkembangan khas berbicara atau berbahasa).Terdapat beberapa syarat dasar untuk diagnosis gangguan perkembangan belajar khas. Pertama, secara klinis terdapat hendaya yang bermakna dalam ketrampilan skolastik tertentu. Kedua, hendayanya harus khusus dalam bahwa tidak semata-mata karena adanya retardasi mental atau hendaya ringan pada intelegensia umum. Ketiga, hendaya harus dalam perkembangannya, dalam arti harus sudah ada pada awal usia sekolah dan tidak didapatkan kemudian dalam proses perjalanan pendidikan. Keempat, harus tidak ada faktor luar yang menjadi alasan kesulitas skolastik. Kelima, gangguan perkembangan belajar khas tidak langsung disebabkan oleh hendaya visus atau pendengaran yang tak terkoreksi.3. Gangguan perkembangan motorik khasGambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan koordinasi motorik yang tidak semata-mata disebabkan oleh retardasi intelektual umum atau kelainan kongenital atau gangguan neurologis yang didapat (kecuali satu yang implisit dalam kelainan koordinasi). Sering bahwa kelambanan motorik dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan melakukan tugas kognitif visuo-spasial.

4. Gangguan perkembangan khas campuranKelainan ini merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas, konsepnya inadekuat dengan gangguan perkembangan khas campuran dari berbicara dan berbahsa, ketrampilan akademik, dan/atau fungsi motorik, tetapi tidak ada satu gejala yang cukup dominan untuk dibuat sebagai diagnosis utama.

5. Gangguan perkembangan pervasifKelompok gangguan ini ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi, dan kecendrungam minat dan gerakan terbatas, stereotifik, berulang. Abnormalitas kualitatif ini merupakan gambaran yang meluas ( pervasive ) dari fungsi individu dalam segala situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahanny. Pada kebanyakan kasus terdapat riwayat, perkembangan yang abnormal sejak masa bayi dan, kebann gambaran yang meluas ( pervasive ) dari fungsi individu dalam segala situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahanny. Pada kebanyakan kasus terdapat riwayat, perkembangan yang abnormal sejak masa bayi dan, kebanyakan kondisinya nyata dalam 5 tahun pertama. Biasanya, dapat terjadi hendaya kognitif umum tetapi gangguanya batasan sebagai perilaku yang menyimpang dalam hubungan dengan usia mental ( tak peduli individu retardasi atau tidak ). Terdapat beberapa ketidakpekaan terhadap subdivisi dari keseluruhan kelompok gangguan perkembangan pervasif ini.

Gangguan perkembangan pervasif dibagi menjadi:a. Autisme masa kanakGangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya abnormalitas dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri fungsi yang abnormal dalam tiga bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang.Biasanya tak ada riwayat perkembangan abnormal yang jelas, tetapi jika dijumpai, abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun.

b. Autisme tak khasGangguan perkembangan pervasif yang dibedakan dari autisme dalam usia awalnya atau dari tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi abnormalitas dan/ atau hendaya perkembangan baru timbul untuk pertama kalinya setelah berusia diatas 3 tahun; dan/ atau tidak cukup ditunjukan abnormalitas dalam satu atau dua dari tiga bidang psikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnosis autisme ( interaksi sosial timbal balik, komunikasi dan perilaku terbatas, stereotipik, dan berulang ) meskipun terdapat abnormalitas yang khas dalam bidang lain. Autisme tak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental yang berat, yang sangat rendah kemampuannya sehingga pasien tidak mampu menampakkan gejala yang cukup untuk menegakkan diagnosis autisme; ini juga tampak pada individu dengan gangguan perkembangan yang khas dari bahasa reseptif yang berat . jadi autisme tak khas secara bermakna merupakan kondidi yang terpisah dari autisme.

c. Sindrom RettSuatu kondisi yang belum diketahui sebabnya, sejauh ini hanya dilaporkan terjadi pada anak perempuan, yang telah dirinci atas dasar onsetnya, perjalanan penyakitnya, serta pola gejalanya. Secara khas ditemukan bahwa disamping suatu pola perkembangan awal yang normal atau mendekati normal terdapat suatu kehilangan keterampilan gerakan tangan yang telah didapat, sebagian atau menyeluruh dan kemampuan berbicara, bersamaan dengan terdapatnya kemundura/ perlambatan pertumbuhan kepala, yang biasanya terjadi sekitar usia 7 24 bulan. Gejala yang khas adalah gerakan tangan seperti memeras sesuatu yang stereotipik, hiperventilasi serta hilangnya kempuan untuk gerakan tangan yang bertujuan. Perkembangan fungsi sosialisasi dan bermain terhenti pada usia 2 atau 3 tahun pertama, tetapi perhatian sosial cenderung untuk tetap dipertahanan. Pada usia menengah kanak kanak terdapat ataksia tubuh, apraksia, disertai skoliosis atau kifosis. Selalu terjadi suatu dampak gangguan jiwa yang berat, pertama berkembang pada masa kanak awal atau menengah.

d. Gangguan disintegratif masa kanak lainnyaSuatu gangguan perkembangan pervasif (diluar sindrom Rett) yang ditandai oleh adanya periode perkembangan normal sebelum onset penyakit, serta adanya kehilangan yang nyata dari keterampilan terlatih pada beberapa bidang perkembanganan, setelah beberapa bulan penyakit nerlangsung, disertai dengan adanya abnormalitas yang khas dari fungi sosia, komunikasi dan perilaku. Kadang-kadang ada periode prodromal berupa keadaan sakit yang samar-samar, anak menjdi gelisah, mudah tersinggung, cemah, overaktif. Yang diikuti dengan adanya kemiskinan dan kemudian kehilangan kemampuan berbicara dan berbahasa, disertai dengan disintegrasi perilaku.

e. Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotipikIni adalah suatu gangguan yang tak jelas batasannya dengan validitas yang nosologis belum pasti. Kategori ini dibuat karena anak dengan retardasi mental berat (IQ < 50) yang menunjukan masalah besar dalam hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian sering memperliahtkan perilaku stereotipik, beberapa anak cenderung tidak responsive terhadap obat stimulansia (tidak seperti penderita dengan IQ yang normal) dan mungkin juga memperlihatkan suatu reaksi disforik berat (kadang dengan retardasi psikomotor) saat mendapat stimulansia. Pada anak remaja gejala overaktif cenderung diganti dengan aktivitas yang menurun (suatu gambaran yang tidak terjadi pada anak hiperkinetik dengan IQ normal). Juga sering terdapat hubungan sindrom ini dengan perlambatan yang bervariasi, baik yang khusus maupun umum.Arah selanjutnya pola perilaku sebagai fungsi dari rendahnya IQ atau adanya cedera otak organik tidaklah diketahui. Dan juga tidak jelas apakah penderita dengan IQ sedang yang menderita sindrom hiperkinetik dapat dikategorikan disini atau pada F90. Saat ini gangguan tersebut termasuk pada F90.

f. Sindrom AspergerSuatu gangguan dengan validitas nosologis yang belum pasti, ditandai oleh abnormalitas yang kualitatif sama seperti pada autisme, yaitu hendaya dalam interaksi sosial yang timbal balik, disertai dengan keterbatasan perhatian dan aktivitas yang sifatnya stereotipik dengan pengulangan pola yang sama. Gangguan ini berbeda dengan autisme karena tidak adanya keterlambatan atau retardasi umum kemampuan berbahasa atau perkembangan kognitif. GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL DENGAN ONSET BIASANYA PADA MASA KANAK DAN REMAJA

A. Gangguan hiperkinetikKelompok gangguan ini mempunyai ciri : onset dini; suatu kombinasi perilaku terlalu aktif, perilaku kurang bermodulasi dengan ditandai sangat kurangnya perhatian serta ketekunannya dalam melakukan tugas; dan ciri perilaku ini mewarnai pelbagai situasi dan berlanjut secara lama.Ciri utama hiperkinetik adalah berkurangnya perhatian dengan aktifitas berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik). Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum selesai. Anak ini seringkali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan relative tenang. Hal ini tergantung dari situasinya. Tolak ukur untuk penilainannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks yang diharapkan pada situasi dan dibandingkan dengan anak lain yang sama umurnya dan nilai IQ-nya.

B. Gangguan tingkah lakuGangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya suatu pola tingkah laku dissosial, agresif atau menentang, yang berulang dan menetap. Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan tingkat perkembangan anak. Diagnosis tidak dianjurkan kecuali bila tingkah laku berlanjut selama 6 bulan atau lebih.

C. Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanakDalam psikiatri anak secara tradisional telah dibedakan antara gangguan emosional khas pada masa kanak dan remaja serta gangguan neurotik tipe dewasa. Terdapat 4 alasan untuk mengadakan pembedaan ini. Pertama, hasil penelitian secara konsisten telah menunjukkan bahwa kebanyakan anak yang menderita gangguan emosional tumbuh menjadi orang dewasa yang normal; hanya sebagian kecil saja yang menampakkan gangguan neurotik pada masa dewasa. Sebaliknya banyak gangguan neurotik pada masa dewasa berawal dari masa dewasa pula tanpa menunjukkan riwayat psikopatologis yang bermakna semasa kanak. Terdapat kesenjangan antara gangguan emosional yang muncul pada kedua kelompok usia tersebut. Kedua, banyak dari gangguan emosional pada masa kanak ternyata hanya merupakan kecenderungan perkembangan normal yang agak berlebihan, daripada fenomena yang secara kuantitatif abnormal dalam diri mereka sendiri. Ketiga, berkaitan dengan pertimbangan terdahulu, sering terdapat mekanisme teoritis bahwa mekanisme mental yang berkaitan dengan gangguan emosional pada masa kanak mungkin tidak sama dengan neurosis pada masa dewasa. Keempat, gangguan emosional pada masa kanak tidak begitu jelas pembatasannya yang dipandang spesifik seperti gangguan fobik, atau gangguan obsesif.Etiologi dari gangguan cemas pada anak adalah sebagai berikut: Faktor psikososialAnak kecil, imatur dan tergantung pada tokoh ibu, adalah yang terutama rentan terhadap kecemasan yang berhubungan dengan perpisahan. Karena anak mengalami urutan ketakutan perkembangan-takut kehilangan ibu, takut kehilangan cinta ibu, takut cedera tubuh, takut akan impulsnya, dan takut akan cemas hukuman dari superego dan rasa bersalah-sebagian besar anak mengalmi cemas perpisahan didasarkan pada salah satu atau lebih ketakutan-ketakutan tersebut. Tetapi gangguan cemas perpisahan terjadi jika anak memiliki ketakutan yang tidak sesuai akan kehilangan ibu. Dinamika yang sering adalah penyangkalan dan pengalihan persaan kemarahan anak terhadap tokoh orangtua kepada lingkungan, yang selanjutnya menjadi sangat mengancam. Faktor belajarKecemasan fobik dapat dikomunikasikan dari orangtua kepada anak-anak dengan modeling langsung. Jika orangtua penuh ketakutan, anak kemungkinan memiliki adaptasi fobik terhadap situasi baru, terutama pada lingkungan sekolah. Beberapa orangtua tampaknya mengajari anaknya untuk cemas dengan melindungi mereka secara berlebihan dari bahaya yang diharapkan atau dengan membesar-besarkan bahaya. Sebaliknya orangtua yang menajdi marah pada nak selama awal permsalahan fobik tentang binatang dapat menanamkan permasalah fobik pada anak-anak dengan intensitas kemarahan yang diekspresikan. Faktor genetik Intensitas mana cemas perpisahan dialami oleh anak individual kemungkinan memiliki dasar genetik. Penelitian keluarga telah menunjukkan bahwa keturunan biologis dari orang dewasa dengan gangguan cemas adalah rentan terhadap gangguan cemas perpisahan pada masa kanak-kanak.

Menurut PPDGJ III, gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak dibagi menjadi :1. Gangguan anxietas perpisahan masa kanakSuatu tingkat cemas perpisahan (separation anxiety) adalah fenomena yang universal dan merupakan bagian yang diperkirakan pada perkembangan anak yang normal. Bayi menunjukkan cemas perpisahan dalam bentuk cemas terhadap orang asing (stranger anxiety) pada usia kurang dari 1 tahun jika bayi dan ibunya dipisahkan. Beberapa cemas perpisahan juga normal pada anak-anak kecil yang masuk sekolah untuk pertama kalinya. Tetapi gangguan cemas perpisahan, ditemukan jika secara perkembangannya adalah tidak sesuai dan kecemasan yag berlebihan timbul dalam hal perpisahan dari tokoh perlekatan yang utama. Pedoman diagnostik: Ciri diagnostik yang terpenting adalah anxietas yang berlebihan yang terfokus dan berkaitan dengan perpisahan dari tokoh yang akrab hubungannya dengan si anak. Anxietas dapat berbentuk sbb:a) Tidak realistis, kuatir yang mendalam ada bencana yang menimpa tokoh yang lekat atau kekhawatiran orang itu akan pergi dan tidak kembali lagib) Tidak realistis, kekuatiran mendalam akan terjadi peristiwa buruk c) Terus-menerus enggan masuk sekolah, semata-mata karena takut akan perpisahan d) Terus menerus enggan tidur tanpa ditemani atau didampingi oleh tokoh kesayangannyae) Terus menerus takut tidak wajar untuk ditinggalkan seorang diri atau tanpa ditemani orang yang akrab di rumah pada siang harif) Berulang mimpi buruk tentang perpisahang) Sering muncul gejala fisik (rasa mual, sakit perut, sakit kepala, muntah-muntah dsb) pada peristiwa perpisahan dari tokoh yang akrab dengan dirinya, sperti keluar rumah untuk pergi ke sekolah h) Mengalami susah berlebihan (yang tampak dari anxietas, menangis, mengadat, merana, apati, atau pengunduran sosial) pada saat sebelum, selama atau sehabis berlangsunya perpisahan dengan tokoh yang akrab dengannya. Diagnosis ini mensyaratkan tidak adanya gangguan umum pada perkembangan fungsi kepribadian.

2. Gangguan anxietas fobik masa kanakAnak seperti juga halnya orang dewasa, dapat mengalami rasa takut terhadap beraneka ragam objek atau situasi. Beberapa di antara ketakutan (atau fobia) bukanlah bagian normal dari suatu perkembangan psikososial. Namun ada rasa takut yang khas timbul pada suatu fase perkembangan tertentu pada anakPedoman Diagnostik Kategori ini hanya berlaku terhadap rasa takut yang khas timbul pada suatu fase perkembangan yang spesifik pada anak; Memenuhi kriteria:a) Onset pada usia perkembangan yang tidak sesuai.b) Taraf Anxietas secara klinis tidak normalc) Anxietas tidak merupakan gangguan yang menyeluruh.

3. Gangguan anxietas sosial pada masa kanakMerasa curiga terhadap orang yang tak dikenal merupakan fenomena yang normal pada 6 bulan kedua usia satu tahun dan rasa waswasa sosial atau anxietas pun sampai taraf tertentu normal selama mas dini kanak bila dihadapkan pada situasi baru, asing atau secara sosial mengancam. Pedoman Diagnostik Kategori ini hanya berlaku bagi gangguan yng timbul sebelum usia 6 tahun yang tidak lazim derajatnya dan disertai aneka masalah berkenaan dengan fungsi secara sosial, dan yang tidak merupakan bagian dari gangguan emosional yang bersifat menyeluruh. Anak dengan gangguan ini senantiasa dan berulang kali mengalami rasa was-was dan takut, menghindari orang yang tak dikenal, rasa takut itu dapat timbul hanya terhadap orang dewasa atau hanya dengan teman sebaya atau dengan kedua kelompok itu. Rasa takut itu berhubungan dengan kelekatan yang selektif dengan orangtuanya atau dengan orang lain yang akrab. Kecenderungan menghindar atau rasa takut terhadap perpisahan sosial bagi anak seusia itu dan berhubungand engan masalah fungsi sosial yang secara klinis bermakna.

4. Gangguan persaingan antar saudaraSebagian besar atau bahkan mayoritas anak usia dini menunjukkan gangguan emosional dengan kelahiran seorang adik. Pada kebanyakan peristiwa gangguan itu bersifat ringan saja, tetapi rasa persaingan atau iri hati yang timbul dapat berlangsung cukup lama. Rasa persaingan/iri hari antarsaudara mungkin ditandai oleh upaya bersaing yang nyata antarsaudara untuk merebut perhatian atau cinta orangtuanya, untuk menjadi abnormal persaingan itu harus ditandai oleh perasaan negatif yang berlebihan. Dalam kasus berat persaingan ini mungkin disertai oleh rasa permusuhan yang terbuka, trauma fisik dan/atau sikap jahat, dan upaya menjegal saudaranya. Dalam kasus ringan, rasa persaingan itu dapat terlihat dari keengganan berbagi-bagi, kurangnya pandangan positif, dan langkanya interaksi yang lemah.Pedoman Diagnostik Ciri khas dari gangguan ini mencakup gabungan dari: a) Bukti adanya persaingan atau iri terhadap saudara b) Onset selama beberapa bulan setelah kelahiran adik c) Gangguan emosional melampui tarap normal Rasa persaingan/iri hati antar saudara mungkin ditandai oleh upaya bersaing yang nyata antar saudara untuk merebut perhatian atau cinta orangtuanya Gangguan emsosional dapat mengambil beraneka bentuk, yang sering berbentuk bermacam-macam regresi dengan hilangnya berbagai ketrampilan yang telah dimilikinya.

B. Gangguan fungsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remajaIni merupakan kelompok gangguan yang agak heterogen , yang keseluruhannya secara bersama sama mencakup gangguan fungsi sosial yang berada pada kurun masa perkembangan, namun (berbeda dengan gangguan perkembangan pervasif) terutama tidak ditandai oleh suatu ketidakmampuan atau defisit konstitusi sosial yang nyata yang menyusup ke seluruh fungsi. Distorsi lingkungan atau penarikan diri yang serius ini lazimnya terkait dan diduga memainkan peran etiologis yang penting dalam banyak keadaan. Tidak ada perbedaan yang nyata antara jenis kelamin. Adanya kelompok gangguan fungsi sosial ini dikenali dengan jelas, namun demikian masih terdapat ketidakpastian dalam hal menentukan kriteria diagnostiknya, dan juga masih terdapat perbedaan paham mengenai pembagian serta klasifikasi yang tepat.

Dikelompokkan menjadi:1. Mutisme efektifCiri khas dari kondisi ini ialah pilihan orang yang diajak bicara secara emosional, anak menunjukkan kemampuan bertutur kata dalam situasi tertentu, namun tidak mampu dalam beberapa situasi lainnya. Lazimnya anak dapat bertutur kata di dalam rumah atau dengan sahabat karibnya, dan membisu di sekolah atau berhadapan dengan orang luar, tetapi juga dapat juga timbul pola yang berlaianan (termasuk tingkah laku yang sebaliknya).Pedoman Diagnostik Untuk diagnostik diperlukan :a) Tingkat pengertian bahasa yang normal atau hampir normalb) Tingkat kemampuan bertutur kata yang cukup untuk komunikasi sosialc) Bukti yang nyata bahwa anak tersebut dapat bertutur kata secara normal atau hampir normal dalam beberapa situasi tertentu.

2. Gangguan kelekatan reaktif masa kanakGangguan ini terjadi pada bayi dan anak kecil, ditandai oleh berlanjutnya gangguan pola hubungan sosial anak, yang berhubungan dengan gangguan emosional dan sikap reaktif terhadap perubahan lingkungan. Rasa takut dan waspada berlebihan yang tidak bereaksi terhadap upaya menenangkan merupakan suatu ciri umum, agresi terhadap diri sendiri dan orang lain sangat jarang terjadi, lazim didapatkan perasaan merana, dan dalam beberapa kasus terjadi kegagalan dalam pertumbuhan.Pedoman diagnostikCiri yang penting adalah pola abnormal dalam hubungan anak dengan para pengasuhnya yang timbul sebelum usia 5 tahun, yang meliputi ciri maladaptif yang lazimnya tidak terlihat pada anak yang normal, dan yang tetap berlanjut namun reaktif terhadap perubahan yang cukup jelas pada pola asuh.Gangguan kelekatan reaktif hampir selalu timbul berkaitan dengan pengasuhan anak yang sangat kurang memadai. Hal ini mungkin dalam bentuk penganiayaan psikologis atau penelantaran (yang tampak dari hukuman yang kejam, dan sikap yang senantiasa lalai memberi tanggapan terhadap upaya anak untuk berdamai, atau asuhan yang sangat kurang sempurna sebagai orang tua), atau penganiayaan fisik anak, (hal ini terbukti oleh sikap kurang memperhatkan kebutuhan fisik anak, berulangkali dengan sengaja mencederai anak, atau kurang memberi makan bergizi).

3. Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanakDiagnosis haruslah didasarkan kenyataan bahwa anak menunjukkan kelekatan selektif yang kabur selama 5 tahun pertama dan umumnya berhubungan dengan perilaku melekat sewaktu masih bayi dan / atau perangai ramah terhadap semua orang, dan perilaku menarik perhatian pada masa dini atau pertengahan kanak. Biasanya akan mengalami kesulitan dalam membina hubungan akrab, dan saling percaya dengan kelompok teman sebaya.

C. Gangguan ticTic adalah suatu gerakan motorik (lazimnya mengenai satu kelompok organ tertentu) yang tidak di bawah pengendalian, berlangsung cepat dan berulang ulang tidak berirama ataupun suatu hasil vokal yang timbul mendadak dan tidak ada tujuannya yang nyata.Ciri khas tic yang dapat membedakannya dari gangguan motorik lainnya adalah gerakan yang mendadak, cepat, sekejab dan terbatas, tanpa bukti gangguan neurologis yang mandasarinya ; sifatnya berulang; (biasanya) terhenti saat tidur; dan mudahnya gejala itu ditimbulkan kembali atau ditekan dengan kemauan.Tic dibagi menjadi:1. Tic sementara, pada umumnya memenuhi kriteria umm untuk diagnosis tic, tetapi tidak melampaui 12 bulan, merupakan bentuk tic yang paling sering dijumpai pada anak usia 4-5 tahun; biasanya tic itu merupakan kedipan di mata, muka menyeringai, atau kejutan kepala.2. Gangguan tic motorik atau vokal kronik pada umunya memenuhi kriteria umum suatu gangguan tic motorik atau vokal (namun bukan kedua - duanya); tic mungkin tunggal atau multipel (tetapi biasanya multipel), dan berlangsung lebih dari setahun. 3. Gangguan campuran tic vokal dan motorik multipel (sindrom de la tourette) merupakan suatu jenis gangguan tic dengan tic motorik multipel dan satu atau beberapa tic vokal, sekalipun tidak harus timbul secara serentak tetapi riwayatnya hilang timbul. Onset hampir selalu pada masa kanak atau remaja. Lazimnya terdapat riwayat tic motorik sebelum timbulnya tic vokal; sindroma ini sering memburuk pada usia remaja dan sering menetap sampai usia dewasa. " TIC " fokal sering bersifat multipel dengan letupan fokalisasi yang berulang-ulang seperti mendehem dan mengorok

D. Ganguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset biasanya pada masa kanak dan remajaMerupakan sekelompok gangguan heterogen yang berciri onsetnya pada masa kanak tetapi berbeda dalam banyak segi. Sebagian kondisinya merupakan sindrom dengan batasan jelas, namun ada pula yang sekedar kumpulan gejala yang tidak memiliki keabsahan nosologis, tetapi dimasukkan hanya karena sering ditemukan dan berhubungan dengan masalah psikososial, serta tidak dapat dikelompokkan dalam sindrom lain

1. Enuresis non organikSatu gangguan buang air seni tanpa kehendak, pada siang dan atau malam hari, yang tidak sesuai dengan usia mental anak dan bukan akibat dari kurangnya pengendalian kandung kemih akibat gangguan neurologi, serangan epilepsi, atau kelainan struktural pada kandung kemih. Tidak ada garis pemisah yang tegas antara gangguan enuresis dan variasi normal usia seorang anak berhasil mencapai kemampuan penegendalian kandung kemihnya. Naum, enuresis tidak lazim didiagnosis terhadap anak di bawah usia 5 tahun atau dengan usia mental kurang dari 4 tahun.

2. Enkopresis non organikCiri diagnostik yang menentukan adalah pengeluaran tinja secara tak layak, kondisi ini dapat timbul dengan berbagai cara: Mungkin menggambarkan kurang adekuatnya latihan kebersihan ( toilet training) Mungkin menggambarkan gangguan psikologis dengan pengendalian fisiologis BAB normal Mungkin akibat retensi fisiologis yang bertumpuk pada peletakan tinja ditempat yang tak layak

3. Gangguan makan masa bayi dan kanakGangguan makan dengan berbagai manifestasi biasanya spesifik pada masa bayi dan masa kanak dini. Pada umumnya meliputi penolakan makanan dan rewel menghadapi makanan yang memadai tanpa penyakit organik. Kesulitan kecil dalam makan adalah lazim pada masa bayi dan anak dalam bentuk penolakan seolah kurnag makan atau kebanyakan makan.

4. Pika masa bayi dan kanakGejala pika adalah terus menerus makan zat yang tidak bergizi (tanah, serpihan cat dsb). Pika dapat timbul sebagai salah satu gejala dari sejumlah gangguan psikiatrik yang luas, atau sebagai perilaku psikopatologis yang tunggal.

5. Gangguan gerakan stereotipikMerupakan aneka gerakan yang volunter, berulang, stereotipe, nonfungsional (dan sering bersifat ritmik) bukan merupakan bagian dari suatu kondisi psikiatrik atau neurologis yang dikenal.

6. Gagap (stuttering)/stammering.Cara bicara yang ditandai dengan pengulangan sara atau suku kata atau kata, atau sering gugup atau terhenti sehinggga mengganggu irama alur bicara. Disritmia ringan dari gangguan ini sering ditemukan sebagai suatu fase transisi pada usia dini anak atau sebagai pola bicara yang ringan namun berkelanjutan pada usia selanjutnya pada usia dewasa. Harus digolongkan sebagai gangguan hanya bila keparahnnya sangat mengganggu kelancaran berbicara. Mungkin kondisi ini disertai gerakan pada wajah dan atau bagian tubuh lainnya yang bersamaan waktu dengan pengulangan atau hambatan alur bicara. Tidak ditemukan gangguan neurologis yang mendasari.

7. Berbicara cepat dan tersendat (Cluttering)Cara berbicara cepat dengan gangguan kelancaran alurnya, namun tanpa pengulangan atau kegugupan, sehingga menyebakan kurang jelasnya ucapan. Bicaranya kurang menentu dan kurang berirama, dengan letupan cepat, tersendat sendat yang biasanya meliputi pola pengungkapan yang keliru.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.Kaplan, Harold I dan Benjamin J. Sadock, M.D. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.Maramis, Willy F dan Albert A.M. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.Maslim, R. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Unika Atmajaya