referat tht fix

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laryngitis akut adalah radang akut laring , pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis ( common cold ). Pada anak laryngitis akut ini dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak.( buku ajar telinga hidung tenggorokan edisi ke VI FK UI ). Biasanya laryngitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40 tahun. Anak-anak tidak termasuk dalam kategori studi tersebut, dan termasuk dalam observasi laryngitis akut dimana usianya 3 tahun dan diatasnya. (K.Shah, Rahul) Dari penelitian di Seattle – Amerika, didapatkan angka serangan croup pada bayi usia 0-5 bulan didapatkan 5.2 dari 1000 anak per tahun, pada bayi usia 6-12 bulan didapatkan 11 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan 14.9 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5 dari 1000 anak per tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan 3.1 dari 1000 anak per tahun.( Foy dkk,1973)

Upload: dhitaputriindriani

Post on 18-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangLaryngitis akut adalah radang akut laring , pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis ( common cold ). Pada anak laryngitis akut ini dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak.( buku ajar telinga hidung tenggorokan edisi ke VI FK UI ).Biasanya laryngitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40 tahun. Anak-anak tidak termasuk dalam kategori studi tersebut, dan termasuk dalam observasi laryngitis akut dimana usianya 3 tahun dan diatasnya. (K.Shah, Rahul)Dari penelitian di Seattle Amerika, didapatkan angka serangan croup pada bayi usia 0-5 bulan didapatkan 5.2 dari 1000 anak per tahun, pada bayi usia 6-12 bulan didapatkan 11 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan 14.9 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5 dari 1000 anak per tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan 3.1 dari 1000 anak per tahun.( Foy dkk,1973)

Dari penelitian di Chapel Hill NC, didapatkan data-data perbandingannya yaitu 24.3, 39.7, 47, 31.2, dan 14.5, dan dari data-data tersebut didapatkan 1.26% membutuhkan perawatan di rumah sakit.Di Tuscon AZ didapatkan angka serangan croup selama tahun pertama kehidupan 107 kasus dari 961 anak. Laringitis atau croup mempunyai puncak insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum usia 6 tahun laki-laki lebih mudah terserang dibandingkan perempuan, dengan perbandingan laki-laki/perempuan. ( Danny dkk,1993)

Pada laringitis akut kebanyakan kasus dilapangan sering disebabkan virus. Virus tersering yang menyebabkan laringitis akut adalah Virus parainfluenza 1. Namun terdapat juga beberapa virus lain yang merupakan penyebab laringitis akut yaitu ; Virus parainfluenza 3, Virus Influenza A dan B, Adenovirus, dan Rhinovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. ( PDT, 2005)

Laringitis akut biasanya sembuh sendiri dan diobati dengan terapi konservatif, morbiditas dan mortalitas tidak dapat diperhitungkan.pasien dengan laringitis akut .Dari etiologi infeksi yang disebabkan oleh trauma vocal pada akhirnya dapat melukai plika vokalis. Ketidak sempurnaan produksi suara pada pasien dengan laringitis akut dapat diakibatkan oleh penggunaan kekuatan aduksi yang besar atau tekanan untuk mengimbangi penutupan yang tidak sempurna dari glottis selama episode laringitis akut. Tekanan ini selanjutnya menegangkan lipatan-lipatan (plika) vocal dan mengurangi produsi suara. Pada akhirnya menunda kembalinya fonasi normal. ( K Shah, Rahul)

Laringitis akut memiliki onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri. Jika pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3 minggu, keadaan ini diklasifikasikan sebagai laringitis kronik. Etiologi larigitis akut dapat berupa penyalahgunaan suara, pemaparan dengan agen yang berbahaya atau agen infeksius lainnya yang menyebabkan infeksi traktus respirasi bagian atas. Agen infeksius paling banyak adalah virus, akan tetapi kadang-kadang bakteri.

Biasanya laringitis akut dapat sembuh spontan dalam beberapa hari. Serak dapat menetap bila sekresi normal belum pulih. Beberapa pasien cenderung menderita afonia fungsioal setelah laringitis akut. Pemeriksaan tindak lanjut menunjukkan laring yang normal, akan tetapi hampir tanpa suara. Rujukan kepada ahli patologi suara akan dapat mengatasi keadaan tersebut.( Buku Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan.Penerbit Buku Kedokteran EGC,1991)

Oleh karena pada umumnya kebanyakan pasien datang dengan diagnosis laryngitis akut maka penulis berusaha berbagi informasi dan menyajikan referat tentang laryngitis akut. Penulis berusaha untuk menulis semua aspek tersebut dalam tinjauan pustaka referat ini dan diharapkan dapat bermanfaat.

1.2Rumusan MasalahBagaimana patofisiologi terjadinya laringitis akut ?1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan laporan laryngitis akut diharapkan mengetahui dan memahami penyakit laringitis akut1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk lebih mengenal dan mampu menjelaskan tentang ruang lingkup laryngitis akut dalah hal definisi , anatomi , fisiologi , etiologi , dan penatalaksanaan laryngitis akut. Mampu menjelaskan dan memberikan terapi menyeluruh dan edukasi kepada pasien mengenai upaya pencegahan kekambuhan pada laryngitis akut.1.4 Manfaat

Dengan di susunnya makalah laryngitis akut ini kita diharapkan sebagai dokter dapat mengetahui tentang etiologi , patofisiologi , dan juga dapat lebih tepat dalam mendiagnosa maupun memberikan terapi tepat.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1Anatomi Laring

Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi.

Gambar 2.1 Anatomi Laring ( www.google.com )2.1.1Struktur Penyangga Laring

Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa kartilago yang berpasangan ataupun tidak . Disebelah superior terdapat os hioideum, struktur yang berbentuk U dan dapat dipalpasi di leher depan dan lewat mulut pada dinding faring lateral. Meluas dari masing masing sibagian tengah atau os atau korpus hioideum adalah suatu prosesus panjang dan pendek yang mengarah ke posterior dan suatu prosesus pendek yang mengarah ke superior.tendon dan otot otot lidah, mandibula , dan kranium, melekat pada permukaan superior korpus kedua prosesus. Saat menelan kontraksi otot otot ini mengangkat laring . Namun bila laring dalam keadaan stabil, maka otot otot tersebut akan membuka mulut dan akan berperan dalam gerakan lidah. Di bawah os hioideum dan menggantung pada ligamentum tirohioideum adalah dua alae atau sayap kartilago tiroidea (perisai). Ke dua alae menyatu di garis tengah pada sudut yang lebih dulu dibentuk pada pria, lalu membentuk jakun (Adam apple). Pada tepi masing masing alae, terdapat kornu superior dan inferior. Artikulasio kornu inferius dan kartilago krikoidea, memungkinkan sedikit pergeseran atau pergerakan antara kartilago tiroidea dan krikodea.

Kartilago krikoidea yang juga mudah teraba dibawah kulit, melekat pada kartilago tiroidea lewat ligamentum krikotiroideum. Tidak seperti struktur penyokong lainnya dari jalan pernapasan,kartilago krikoidea berbentuk lingkaran penuh dan tak mampu mengembang. Permukaan posterior atau lamina krikoidea cukup lebar, sehingga kartilago ini tampak seperti signet ring. Intubasi endotrakea yang lama sering kali merusak lapisan mukosa cincin dan dapat menyebabkan stenosis subglotis, didapat disebelah inferior, kartilago trakealis pertama melekat pada krikoid lewat ligamentum interkartilaginosa.

Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritenoidea masing masing berbentuk seperti piramid berisi tiga. Basis piramidalis berartikulasi dengan krikoid pada artikulasio krikoatenoidea, sehingga dapat terjadi gerakan meluncur dari medial ke lateral dan rotasi. Tiap kartilago aritenoidea mempunyai dua prosesus , prosesus vokalis anterior dan prosesus muskularis lateralis. Ligamentum vokalis meluas ke anterior dan masing masing prosesus vokalis dan berisensi ke dalam kartilago tiroidea di garis tengah. Prosesus membentuk dua perlima bagian belakang dari korda vokalis. Sementara ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Bagian laring diatasnya disebut supraglotis dan dibawahnya subglotis. Terdapat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang tidak memiliki fungsi. Kartilago kornikulata terletak dalam jaringan diatas menutupi aritenoid. Disebelah lateralnya, yaitu didalam plika ariepiglotika terletak kartilago kuneiformis.

Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bat pingpong. Pegangan atau petiolus melekat melalui suatu ligamentum pendek pada kartilago tiroidea tepat diatas korda vokalis, sementara bagian racquet meluas keatas dibelakang korpus hioideum ke dalam lumen faring, memisahkan pangkal lidah dan laring. Epiglotis dewasa umumnya sedikit cekung pada bagian posterior. Namun pada anak dan sebagian orang dewasa, epiglotis jelas melengkung dan disebut epiglottis omega atau juvenillis. Fungsi epiglottis sebagai lunas yang mendorong makanan yang ditelan ke samping jalan napas laring. Selain itu, laring juga disokong oleh jaringan elastik. Di sebelah superior, pada ke dua sisi laring terdapat membran kuadrangularis yang meluas ke belakang dari tepi lateral epiglotis hingga tepi lateral kartilgo aritenoidea. Dengan demikian, membran ini membagi dinding antara laring dan sinus piriformis, dan batas superiornya disebut plika ariepiglotika. Jaringan pasangan elastik lainnya adalah konus elastikus ( membrana krikovokalis). Jaringan ini jauh lebih kuat daripada membran kuadrangularis, dan meluas keatas dan medial dari arkus kartilaginis krikoidea untuk bergabung dengan ligamentum vokalis pada masing masing sisi. Jadi konus elaktikus terletak dibawah mukosa di bawah permukaan korda vokalis.( Cohen JL,1997)

2.1.2 Otot-otot Laring

Otot otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok. Otot ekstrinsik yang terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sementara otot intrinsik menyebabkan gerakan antara struktur struktur laring sendiri. Otot ekstrinsik dapat digolongkan menurut fungsinya.

Otot depresor atau otot-otot leher ( omohioideus, sternotyroideus, sternohyoideus ) berasal dari bagian inferior. Otot levator ( milohyoideus, geniohyoideus, genioglosus, hyoglosus, digastrikus dan stilohyoideus ) meluas dari os hyoideum ke mandibula, lidah dan prosessus stiloideus pada kranium. Otot tirohioideus walaupun digolongkan sebagai otot otot leher, terutama berfungsi sebagai elevator. Melekat pada os hioideum dan ujung posterior alae kartilago tiroidea adalah otot konstriktor medius dan inferior yang melingkari faring disebelah posterior dan berfungsi pada saat menelan. Serat serat paling bawah dari otot konstriktor inferior berasal dari krikoid, membentuk krikofaringeus yang kuat, yang berfungsi sebagai sfingter esophagus superior.

Anatomi otot otot intrinsik laring paling baik dimengerti dengan mangaitkan fungsinya. Seratserat otot interaritenoideus (aritenoideus) tranversus dan oblikus meluas antara kedua kartilago aritenoidea. Bila berkontraksi, kartilago aritenoidea akan bergeser kearah garis tengah, mengaduksi korda vokalis. Otot krikoaritenoideus posterior meluas dari permukaan posterior lamina krikoidea untuk berinsersi kedalam procesus muskularis aritenoidea; otot ini menyebabakan rotasi aritenoid kearah luar dan mengaduksi korda vokalis. Antagonis utama otot ini, yaitu otot krikoaritenoideus lateralis berorigo pada arkus krikoidea lateralis; insersinya juga pada prosesus muskularis dan menyebabakan rotasi aritenoid ke medial, menimbulkan aduksi.

Yang membentuk tonjolan korda vokalis adalah otot vokalis dan tiroaritenoideus yang hampir tidak dapat dipisahkan; kedua otot ini ikut berperan dalam membentuk tegangan korda vokalis. Pada individu lanjut usia, tonus otot vokalis dan tiroaritenoideus agak berkurang; korda vokalis tampak membusur keluar dan suara menjadi lemah dan serak. Otot-otot laring utama lainnya adalah pasangan otot krikotiroideus, yaitu otot yang berbentuk kipas berasal dari arkus krikoidea disebelah anterior dan berinsersi pada permukaan lateral alae tiroid yang luas. Kontraksi otot ini menarik kartrilago tiroidea kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Kontraksi ini secara pasif juga memutar aritenoid ke medial,sehingga otot krikotiroideus juga dianggap sebagai otot abduktor.

2.1.3Persarafan

Dua pasangan saraf mengurus laring dengan persarafan sensorik dan motorik. Dua saraf laringeus superior dan dan dua inferior atau laringeus rekurens saraf laringeus merupakan cabang cabang saraf vagus. Saraf laringeus superior meninggalkan trunkus vagalis tepat dibawah ganglion nodusum melengkung ke anterior dan medial dibawah arteri karotis eksterna dan interna, dan bercabang dua menjadi suatu cabang sensorik interna dan cabang motorik eksterna. Cabang interna menembus membrana tirohioidea untuk mengurus persarafan sensorik valekula, epiglottis, sinus piriformis dan seluruh mukosa laring superior interna tepi bebas korda vokalis sejati. Masing masing cabang eksterna merupakan suplai motoric untuk satu otot saja, yaitu otot krikotiroideus. Disebelah inferior, saraf rekurens berjalan naik dalam alur diantara trakea dan esofagus, masuk kedalam laring tepat dibelakang artikulasio krikotiroideus, dan mengurus persarafan motorik semua otot interinsik laring kecuali krikotiroideus. Saraf rekurens juga mengurus sensasi jaringan dibawah korda vokalis sejati ( regio subglotis ) dan trakea superior. Karena perjalan saraf inferior kiri yang lebih panjang serta hubungannya dengan aorta, maka saraf ini lebih rentan cedera dibanding saraf kanan.

Gambar 2.2 Anatomi syaraf laring ( www.google.com )2.2Fisiologi Laring

Laring memiliki 3 fungsi yaitu untuk bersuara, bernapas, dan proteksi jalan napas.

2.2.1 Stadium respirasi

Kedua korda vokalis ditarik ke lateral oleh muskulus golongan abductor yaitu m. krikoaritenoideus posterior sehingga rima glottis terbuka.

2.2.2Stadium fonasi

Korda vokalis digerakkan ke medial oleh muskulus golongan aduktor sehingga rima glottis menutup. Suara terbentuk karena tiupan udara dari paru yang menggetarkan korda vokalis . Korda vokalis akan membuka dan menutup secara cepat sekali sehingga timbul getaran suara. Selain itu ada teori neurochronaxi yang mengatakan perlunya rangsangan saraf rekurens ke otot intrinsik laring supaya bergetar. ( Sri Herawati, Sri Rukmini 2002)

Untuk terjadinya suara yang nyaring diperlukan syarat-syarat yaitu:

a) Secara anatomi korda vokalis normal (tidak ada oedem, tumor, dan lain-lain).b) Secara visiologi korda vokalis normal ( korda vokalis harus dapat bergerak ke medial secara simetris dan merapat dengan baik di garis median).c) Arus udara yang cukup baik dari paru.

Jika salah satu syarat diatas tidak terpenuhi dapat terjadi suara parau. Agar dapat mengeluarkan suara bernada tinggi,korda vokalis harus dapat ditipiskan, ditegangkan, dan dipanjangkan. Untuk nada rendah terjadi sebaliknya agar terjadi suara rendah korda vokalis ditebalkan, dipendekkan, dan dikendorkan. Setelah suara terbentuk di laring oleh mulut,bibir, palatum,lidah dan gigi suara akan diubah menjadi huruf-huruf untuk bicara. (Sri Herawati, Sri Rukmini 2002)2.3Definisi

Laringitis akut adalah infeksi akut pada mukosa laring. Infeksi ini pada umumnya merupakan kelanjutan dari rhinitis akut atau nasofaring akut. (PDT, 2005)

Laringitis adalah peradangan kotak suara (laring) karena terlalu banyak digunakan, iritasi atau infeksi. Di dalam kotak suara terdapat pita suara dua lipatan selaput lendir yang membungkus otot dan tulang rawan ( Emirzaa, 2013)

Laringitis akut dapat merupakan infeksi lokal atau bagian dari infeksi sistem pernafasan atas. Pada anak dapat menimbulkan sumbatan, jalan nafas cepat karena rima glotisnya relatif lebih sempit, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak anak.

2.4Epidemiologi

Dari penelitian di Seattle Amerika, didapatkan angka serangan croup pada bayi usia 0-5 bulan didapatkan 5.2 dari 1000 anak per tahun, pada bayi usia 6-12 bulan didapatkan 11 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan 14.9 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5 dari 1000 anak per tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan 3.1 dari 1000 anak per tahun.( Foy dkk,1973)

Dari penelitian di Chapel Hill NC, didapatkan data-data perbandingannya yaitu 24.3, 39.7, 47, 31.2, dan 14.5, dan dari data-data tersebut didapatkan 1.26% membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Di Tuscon AZ didapatkan angka serangan croup selama tahun pertama kehidupan 107 kasus dari 961 anak. Laringitis atau croup mempunyai puncak insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum usia 6 tahun laki-laki lebih mudah terserang dibandingkan perempuan, dengan perbandingan laki-laki/perempuan. ( Danny dkk,1993)2.5Etiologi

Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.

Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.

Pada laringitis akut pada kebanyakan kasus dilapangan sering disebabkan virus. Virus tersering yang menyebabkan laringitis akut adalah Virus parainfluenza 1. Namun terdapat juga beberapa virus lain yang merupakan penyebab laringitis akut yaitu ; Virus parainfluenza 3, Virus Influenza A dan B, Adenovirus, dan Rhinovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. ( PDT, 2005)

Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca, pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia, merokok dan minum-minum alcohol, dan alergi.)2.6Patofisiologi

Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab terbanyak dari laringitis, masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium saluran nafas lokal yang bersilia, ditandai dengan edema dari lamina propria, submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi selular dengan histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilago krikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam, menjadikannya sempit, bahkan sampai hanya sebuah celah. Membran pelindung plika vokalis biasanya merah dan membengkak. Puncak terendah pada pasien dengan laringitis berasal dari penebalan yang tidak beraturan sepanjang seluruh plika vokalis. Beberapa penulis percaya bahwa plika vokalis mengeras daripada menebal. Pengobatan konservatif seperti yang disebutkan sebelumnya biasanya cukup mengatasi inflamsi laring dan mengembalikan aktivitas vibrasi plika vokalis. (K Shah, Rahul, 2010)2.7Diagnosa2.7.1Gejala klinis

1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai

suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan

nada lebih rendah 5 dari suara yang biasa / normal dimana terjadi

gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita

suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau

bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni). ( Faradilla 2009)

2. Sesak nafas dan stridor

3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.

4. Gejala radang umum seperti demam, malaise

5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga

sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami

peningkatan dari 38 derajat celsius.

7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebihdari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri

diseluruh tubuh .

8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,

membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga

didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau

paru .

9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti subglotis yang

terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak

berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah

berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang

dapat mengancam jiwa anak.

(www.nhsdirect.nhs.uk/articles/article, 13 Oktober 2010.)

2.7.2Pemeriksaan fisikInspeksi : terutama untuk melihat pembesaran kelenjar leher , laring , dan tiroid. Kelenjar leher pada umumnya baru bisa teraba apabila ada pembesaran lebih dari 1 cm.

Palpasi : untuk memeriksa pembesaran pada membrane krikotiroid atau tirohioid yang merupakan tanda ektensi tumor ke ektra laryngeal. Infiltrasi tumor ke kelenjar tiroid menyebabkan tiroid membesar dan keras. Memeriksa pembesaran getah bening leher. Palpasi dilakukan dengan posisi pemeriksa berada di belakang penderita dan di lakukan secara sistematik atau berurutan dimulai dari sub mental berlanjut ke arah angulus mandibula , sepanjang muskulus sternokleidomastoideus , klavikula , dan diteruskan sepanjang saraf asessorius. ( Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan EGC 2009 )

Pemeriksaan fisik yang di dapatkan pada laringitis akut:

a) Suara parau sampai afoni

b) Panas badan subfebrilc) Gejala sumbatan jalan napas atas:

Stridor Inspirasi

Sesak saat inspirasi

Retraksi supravikula, intercostal, epigastrial

d) Pemeriksaan laringoskopi indirekta atau direkta di dapatkan :

Mukosa laring dan korda vokalis hiperemi dan oedem

Rima glottis sempit ( terutama pada anak). ( PDT,2005)

Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis.

Gambar 2.3 Laringitis akut, gambaran ini mengambarkan laring wanita 53

tahun, dengan gejala utama serak dan suara terengah-engah. Catatan daerah-daerah

eritem dan mukosa normal yang bergantian pada plika vokalis. Juga ditandai

irregularitas pada kontur lipatam-lipatan vocal

Pemeriksaan darah rutin tidak memberikan hasil yang khas, namun biasanya ditemui leukositosis. pemeriksaan usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab, namun pada anak seringkali tidak ditemukan kuman patogen penyebab.

Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran nafas baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto.2.7.3Pemeriksaan penunjang

1. Foto rontgen leher AP : Tanda ini ditemukan pada 50% kasus, pemeriksaan rontagen leher tidak berperan dalam penentuan diagnosis, tetapi dapat ditemukan gambaranstaplle sign(penyempitan dari supraglotis)Foto rontgen leher AP bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasuspada foto AP dan penyempitan subglotis pada foto lateral, walaupun kadang gambaran tersebut tidak didapatkan. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan eksudatdi orofaring atau plika suara, pemeriksaan kulturdapat dilakukan.Dari darah didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.(K Shah, Rahul,2010)

Gambar 2.4 croup steeple ( http // en.Wikipedia.org./wiki/file:croupsteeple.jpg )2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksisekunder, leukosit dapat meningkat.

3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yangsangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akantampak dibawah pita suara.2.8 Diagnosis banding

Hampir setiap orang dapat terkena laringitis baik akut maupun kronis. Laringitis biasanya berkaitan dengan infeksi virus pada traktus respiratorius bagian atas. Akan tetapi inflamasi tesebut juga dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab diantaranya adalahlaringitis akutLaringitis kronis

1. Rhinovirus2. Parainfluenza virus3. Adenovirus4. Virus mumps5. Varisella zooster virus6. Penggunaan asma inhaler7. Penggunaan suara berlebih dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar8. Alergi9. Streptococcus grup A10. Moraxella catarrhalis11. Gastroesophageal refluks1. Infeksi bakteri2. Infeksi tuberkulosis3. Sifilis4. Leprae5. Virus6. Jamur7. Actinomycosis8. Penggunaan suara berlebih9. Alergi10. Faktor lingkungan seperti asap, debu11. Penyakit sistemik : wegener granulomatosis, amiloidosis12. Alkohol13. Gatroesophageal refluks

Table 2.1 diagnosis banding

2.9 Penatalaksanaan

2.9.1 Terapi

a) Instirahat, khususnya istirahat bicara.b) Terapi simptomatis analgesik-antipiretik untuk panas badan dan nyeri menelan.

c) Ekspektoran untuk batuk dan mengencerkan lendir.

d) Humidifikasi dalam ruangan yang sejuk, dan dingin.

e) Amoxycilline diberikan untuk mencegah infeksi sekunder. ( PDT 2005 )Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu.Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan.Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.

2.10 Pencegahan Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lender.( Faradilla N, 2009)2.11Prognosis

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik. (Faradilla N ,2009)Laringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi dilakukan dengan baik maka prognosisnya sangat baik. Pada laringitis kronis prognosis bergantung kepada penyebab dari laringitis kronis tersebut.BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan :

Laringitis akut merupakan proses peradangan atau inflamasi yang terjadi pada laring dan dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab. Penyebab tersering dari laringitis akut ini adalah virus parainfluenza.Gejala yang terjadi pada laringitis akut ini adalah batuk yang menggonggong, suara serak, stridor inspirasi dan sesak nafas, dapat juga disertai dengan demam. Gejala biasanya lebih berat pada malam hari. Bisa didahului oleh pilek, hidung tersumbat, batuk dan sakit menelan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara serak, coryza, faring yang meradang dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung yang meningkat, disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, infrasternal dan intercostal serta stridor terus menerus, megap-megap (air hunger), hipoksia, saturarsi oksigen yang rendah, dan sianosis. Dari pemeriksaan penunjang bisa didapatkan pada laringoskopi ditemukan kemerahan pada laring yang difus bersama dengan pelebaran pembuluh darah dari pita suara, kadang bercak-bercak dari sekresi, pergerakan pita suara dapat ditemukan asimetris dan tidak periodik. Dari pemeriksaan rontagen leher dapat ditemukan gambaran staplle sign pada foto AP dan penyempitan subglotis pada foto lateral. Dapat dilakukan pemeriksaan gram dan kultur dengan tes sensitivitas. Dari darah didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.

Laringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi dilakukan dengan baik maka prognosisnya sangat baik.3.2 Saran :

Menghindari penyebab terjadinya laryngitis akut, istirahat berbicara, dan bersuara selama 2-3 hari, menghirup udara lembab, menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok, makanan pedas atau minum es.

Antibiotic diberikan apabila peradangan berasal dari paru. Bila terdapat sumbatan laring, dilakukan pemasangan pipa endotrakea atau trakeotomi

BAB 1V

DAFTAR PUSTAKA

Herawati, Sri, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Untuk Mahasiswa FKG. Jakarta: EGC.Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media in: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. USA: Saunders Elsevier, 2632-2646Pedoman diagnosisi dan terapi.2005. Edisi III. Surabaya: bagian SMF Ilmu Penyakit THT RSUD Dr, Soetomo

Buku ajar ilmu kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 6. 2007. Jakarta K Shah, Rahul ; Acute Laryngitis, Available at :http://www.emedicine.com/ENT/topic353.htm. )

Cody R, Thane. Kern B. Lugene, Pearson W. Bruce. Serak dan Kelainan Suara. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Alih bahasa Samsudin Sonny, Editor, Adrianto Petrus, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1991, Hal 340-354)

Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76)

K.Shah,Rahul;AcuteLaryngitis,Availableat:http://www.emedicine.com/ENT/topic353.htm.Date Access : 15 Oktober 2010

Faradilla N Laringitis Akut,Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009

.

Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan EGC 2009 Gambar 2.4 Croup Steeple,sign,Available,at:http://en.wikipedia.org/wiki/File:Croup_steeple_sign.jpg