referat ika rspau halim fix

58
REFERAT HEMOFILIA DISUSUN OLEH: FAJAR ANNISA 11-2013-044 KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK 7 JULI – 20 SEPTEMBER 2014 RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA 1

Upload: leobalda-purnama

Post on 27-Jan-2016

248 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ikaaa

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Ika Rspau Halim Fix

REFERAT HEMOFILIA

DISUSUN OLEH:

FAJAR ANNISA

11-2013-044

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK

7 JULI – 20 SEPTEMBER 2014

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA

1

Page 2: Referat Ika Rspau Halim Fix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5

II. 1 DEFINISI ........................................................................................ 5

II.2 KLASIFIKASI ................................................................................. 5

II.3 PATOFISIOLOGI ............................................................................ 6

II.4 PREVALENSI .................................................................................. 8

II. 5 TINGKATAN HEMOFILIA ........................................................... 9

II.6 DIAGNOSIS HEMOFILIA .............................................................. 9

II.7 KOMPLIKASI KRONIK .................................................................. 13

II.8 KARIER ............................................................................................ 17

II.9 DIAGNOSIS BANDING .................................................................. 18

II.10 PENATALAKSANAAN ................................................................ 24

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37

2

Page 3: Referat Ika Rspau Halim Fix

BAB I

PENDAHULUAN

Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya

kekurangan faktor pembekuan darah. Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno,

yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti

cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang

artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.

Perkiraan insidensi hemofilia berkisar antara 1-4 juta populasi. Hasil tes darah

dari donor yang asimtomatik menunjukkan adanya autoantibodi hampir 15-17%

dari kasus yang ada. Studi terbaru menunjukkan bahwa insiden dari hemofilia

banyak yang terabaikan dimasa lalu, dikarenakan kasus hemofilia termasuk

jarang yaitu sekitar dua kasus per satu juta populasi setiap tahun.1,2

Jumlah orang yang terkena di seluruh dunia diperkirakan kurang

lebih 400.000. Hemofilia A lebih sering dijumpai daripada hemofilia B, yang

merupakan 80-85% dari keseluruhan. Harapan hidup orang yang lahir dengan

hemofilia, yang memiliki akses untuk terapi adekuat, harusnya mendekati

normal dengan terapi yang saat ini tersedia.4

Hemofilia A timbul jika ada kelainan pada gen yang menyebabkan

kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII). Sedangkan, hemofilia B disebabkan

kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). Hemofilia A dan B tidak dapat dibedakan

karena mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola pewarisan gen yang

serupa. Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah

dicatat. Kelainan perdarahan yang diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki

tercatat dalam berkas Talmud pada Abad Kedua, dimana saat itu terjadi kematian

yang berulang setelah perdarahan sirkumsisi pada anak laki-laki. Sejarah modern

dari hemofilia dimulai pada tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya

anak yang menderita hemofilia. Pada tahun 1820, untuk pertama kalinya

dilakukan ulasan tentang hemofilia oleh Nasse. Pembuktian adanya kecacatan

3

Page 4: Referat Ika Rspau Halim Fix

pada proses pembekuan darah pada hemofilia dilakukan oleh Wright pada tahun

1893. Namun, faktor VIII (FVIII) belum teridentifikasi hingg tahun 1937

ketika Patek danTaylor berhasil mengisolasi faktor pembekuan dari darah, yang

saat itu disebut sebagai faktor antihemofilia (AHF). Suatu bioasai dari faktor VIII

diperkenalkan pada tahun 1950. Walaupun hubungan antara FVIII dan faktor von

Willbrad (vWF) telah diketahui, namun hal ini tidak disadari saat itu. Pada tahun

1952, penyakit christmas pertama kali dideskripsikan dan nama penyakit tersebut

diambil dari nama keluarga pasien pertama yang diteliti secara menyeluruh.

Penyakit ini sangat berbeda dari hemofilia karena pencampuran plasma pasien

penyakit christmas dengan plasma pasien hemofilia menormalkan masa

pembekuan (clotting time/CT) karena itu hemofilia A dan B kemudian dibedakan.

4

Page 5: Referat Ika Rspau Halim Fix

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II. 1 DEFINISI

Hemofilia adalah kelainan perdarahan kongenital terkait kromosom

X dengan frekuensi kurang lebih satu per 10.000 kelahiran. Hemofilia

disebabkan oleh defisiensi faktor koagulasi VIII (FVIII) (Hemofilia A) yaitu

85% atau faktor IX (FIX) (Hemofilia B) 15% yang berkaitan dengan mutasi

gen faktor pembekuan. Hemofilia bisa disebabkan rendahnya jumlah faktor

pembekuan ataupun pembentukan faktor pembekuan yang tidak komplit.

Penderita hemofilia dapat mengalami perdarahan yang lebih lama dibandingkan

orang normal setalah mengalami luka atau kecelakaan. Perdarahan bahkan juga

bisa terjadi di dalam tubuh khususnya di persendian (lutut, tumit dan siku).4,5

II. 2 KLASIFIKASI HEMOFILIA

HEMOFILIA A DAN B

Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu : 2,6,7

1. Hemofilia A merupakan suatu penyakit herediter yang disebabkan

karena kelainan gen faktor VIII yang mengakibatkan rendahnya

kadar serta aktivitas faktor VIII yang selanjutnya menyebabkan

perdarahan yang sulit berhenti. Hemofilia A merupakan bentuk yang

paling sering dijumpai (80-85%). Prevalensinya adalah 1:10.000

kelqhiran bayi laki-laki. Derajat beratnya sangat tergantung pada

kadar faktor VIII dalam tubuh. Hemofilia A juga disebut sebagai:

Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling

banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.

5

Page 6: Referat Ika Rspau Halim Fix

Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan

faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan

masalah pada proses pembekuan darah.

2. Hemofilia B prevalensi hemofilia B adalah 15-20 %. Disini terjadi

defisiensi faktor IX yang berhubungan dengan pemanjangan aPTT,

namun PT dan Thrombin time dalam batas normal. yang dikenal juga

dengan nama :

Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya

pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada

Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan

faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan

masalah pada proses pembekuan darah

II. 3 PATOFISIOLOGI

Hemofilia merupakan kelainan bawaan yang disebabkan defek pada gen

yang menentukan bagaimana tubuh membuat faktor pembekuan darah VIII dan

IX. Gen ini terletak pada kromosom x.

Skema pembekuan darah :

6

Page 7: Referat Ika Rspau Halim Fix

Gangguan itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu

kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses

pembekuan darah yang terjadi antara orang normal (Gambar 1) dengan penderita

hemofilia (Gambar 2).  Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan pembuluh darah

yang terluka di dalam darah tersebut terdapat faktor-faktor pembeku yaitu zat

yang berperan dalam menghentukan perdarahan.2,4

a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka

pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah

mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari

pembuluh.

b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.

c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada

pembuluh.

d. Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat

anyaman (benang - benang fibrin) yang akan

menutup luka sehingga darah berhenti mengalir

keluar pembuluh.

Gambar 1  

   

7

Page 8: Referat Ika Rspau Halim Fix

Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.

a. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.

b. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada

pembuluh.

c. Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,

mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk

sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir

keluar pembuluh.

Gambar 2

II. 4 PREVALENSI

Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan.

Hemofilia A terjadi sekurang - kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B

lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang. Hemofilia tidak mengenal

ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa. Hemofilia paling banyak di derita

hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya

adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pembawa sifat (carrier). Dan ini

sangat jarang terjadi. Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena

hemofilia sejak ia dilahirkan, akan tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu

terditeksi di tahun pertama kelahirannya. Bukti klinis terbaru menunjukkan bahwa

insidesi hemofilia dapatan telah baik telah diremehkan atau di under diagnosis di

masa lalu.2, 5

II. 5 TINGKATAN HEMOFILIA

8

Page 9: Referat Ika Rspau Halim Fix

Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu :2,6

 Klasifikasi  Kadar Faktor VII dan Faktor IX di dalam darah

 Berat  Kurang dari 1% dari jumlah normalnya

 Sedang  1% - 5% dari jumlah normalnya

 Ringan  5% - 30% dari jumlah normalnya

Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII

atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat

mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan

terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas.2,6

Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan

dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh

yang terlalu berat, seperti olah raga yang berlebihan.2,6

Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka

mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut

gigi atau mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan

pengalami perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.2,6

II. 6 DIAGNOSIS HEMOFILIA

Diagnosis yang akurat penting dan esensial untuk penatalaksanaan

efektif. Hemofilia harus dicurigai pada pasien-pasien dengan riwayat:5,7

Mudah memar pada masa kanak-kanak;

Perdarahan spontan (terutama pada sendi dan jaringan lunak);

dan

Perdarahan eksesif setelah trauma atau pembedahan.

9

Page 10: Referat Ika Rspau Halim Fix

Meskipun riwayat perdarahan biasanya dialami sepanjang hidup,

beberapa anak dengan hemofilia berat mungkin tidak mengalami gejala

perdarahan sampai usia 1 tahun atau lebih ketika mereka mulai berjalan dan

menjalani kehidupannya. Pasien dengan hemofilia ringan mungkin tidak

mengalami perdarahan berlebihan kecuali mengalami trauma atau menjalani

pembedahan.5,7

Biasanya terdapat riwayat perdarahan pada keluarga .

Hemofilia umumnya mengenai jenis kelamin pria pada pihak

ibu. Namun, baik gen FVIII dan IX rentan terhadap mutasi baru,

dan sebanyak 1/3 dari seluruh pasien mungkin tidak memiliki

riwayat keluarga untuk kelainan ini.

Tes skrining akan menunjukkan pemanjangan activated partial

thromboplastin time (aPTT) pada kasus berat dan moderat

namun bisa tidak ada pemanjangan pada hemofilia ringan.

Diagnosis definitif tergantung pada pemeriksaan faktor untuk

menunjukkan adanya defisiensi FVIII atau IX.

Derajat beratnya manifestasi perdarahan pada hemofilia

biasanya berkaitan dengan kadar faktor pembekuan seperti

yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tes skrining

10

Page 11: Referat Ika Rspau Halim Fix

Tes-tes berikut dapat digunakan untuk menyaring seorang pasien yang

diduga mengalami kelainan perdarahan: hitung trombosit, BT, PT, dan aPTT.

Berdasarkan tes-tes ini, kategori kelainan perdarahan dapat diidentifikasi (lihat

tabel di bawah). Tes-tes skrining ini mungkin tidak bisa mendeteksi abnormalitas

pada pasien-pasien dengan kelainan perdarahan ringan dan yang dengan defisiensi

faktor XIII (FXIII) atau yang dengan aktivitas inhibitor fibrinolitik rendah (alfa 2

antiplasmin, PAI-1).5,6,7,8

Pemeriksaan faktor

Pemeriksaan faktor dibutuhkan pada situasi-situasi berikut:5,7

a. Untuk menentukan diagnosis

b. Untuk memonitor terapi

- Monitoring laboratorik untuk

konsentrat faktor pembekuan dimungkinkan dengan melakukan

pemeriksaan kadar faktor pembekuan sebelum dan setelah infusi.

- Jumlah aktual dari faktor pembekuan

yang diberikan pada pasien harus memprediksikan kenaikan di dalam

kadar darah. Pendekatan ini terutama penting jika akan dilakukan prosedur

bedah. Ini juga berguna untuk mengetahui hubungan respon dosis.

- Pemulihan yang lebih lambat dari

yang diharapkan dapat menjadi indikator awal untuk adanya inhibitor.

11

Page 12: Referat Ika Rspau Halim Fix

b. Untuk menguji kualitas kriopresipitat

- Pengecekan konsentrasi FVIII yang

ada di dalam kriopresipitat sebagai bagian dari kontrol kualitas produk ini

sangat membantu. Pedoman dari American Association of Blood Banks

saat ini merekomendasikan kandungan faktor VIII sebesar 80 unit per

kantong.

c. Untuk mendeteksi karier

- Analisis fenotip atau genetik dari

karier hemofilia membutuhkan keahlian yang tidak tersedia pada banyak

laboratorium.

- Dalam kasus analisis fenotip, rasio

faktor VIII:C (FVIII:C) terhadap antigen faktor Von Willebrand

(VIII:C/VWF:Ag) normalnya adalah 1.0. Hasil kurang dari 0.7

memberikan kemungkinan 80% dari seorang wanita menjadi karier. Tes

ini harus diulang sebelum diagnosis dipastikan.

- Karena beberapa karier obligat dapat

memiliki rasio FVIII:C/VWF:Ag yang normal, mungkin tidak bisa

mendeteksi karier hemofilia secara fenotip pada semua kasus.

- Oleh karena itu, tes genotip

merupakan metode yang lebih akurat untuk deteksi karier berdasarkan

analisis linkage atau identifikasi mutasi secara langsung.

12

Page 13: Referat Ika Rspau Halim Fix

MANIFESTASI PERDARAHAN PADA HEMOFILIA5,6

13

Page 14: Referat Ika Rspau Halim Fix

II. 7 KOMPLIKASI KRONIK DARI HEMOFILIA5,6

Komplikasi muskuloskeletal:

- Artropati hemofilik kronik;

Sinovitis kronik;

Artropati yang menyebabkan deformitas;

- Kontraktur;

- Pembentukan pseudotumor (jaringan lunak dan tulang);

- Fraktur;

Inhibitor terhadap FVIII/ IX;

Infeksi terkait transfusi pada orang dengan hemofilia:

- Human immunodeficiency virus (HIV)

- Virus Hepatitis B (HBV);

- Virus Hepatitis C (HCV);

- Virus Hepatitis A (HAV);

- Parvovirus B19;

- Lain-lain.

Problem Pada Muskuloskeletal 11,12

Perdarahan yang tak terkontrol dan berulang merupakan suatu gejala

klinis dari hemofilia. Perdarahan dapat terjadi dimana saja tetapi yang

paling sering adalah pada sendi dan jaringan lunak atau otot.

Berat dan ringan gejala klinis sangat tergantung dari presentase kadar

faktor pembekuan dalam darah.

14

Page 15: Referat Ika Rspau Halim Fix

Biggs & Mac Farlane membuat korelasi antara presentasi faktor

pembekuan dengan gejala klinis sebagai berikut :

Level kadar dalam darah (faktor VIII) Klinis

25 – 50% Tendensi perdarahan berlebihan

setelah trauma yang hebat.

5 – 25% Perdarahan hebat setelah cedera

ringan atau saat pembedahan

1 – 5% Perdarahan yang luas setelah

cedera atau hemarthrosis dan

perdarahan spontan

0 – 1% Hemofilia berat, hemarthrosis dan

kaku sendi, perdarahan dalam

jaringan lunak

Arthropati Hemofilia

Sendi untuk bertumpu adalah sendi yang paling sering terkena, dengan

urutan kekerapan sebagai berikut :

- Sendi lutut

- Sendi siku

- Sendi bahu

- Sendi pergelangan kaki

- Sendi pergelangan tangan

- Sendi panggul

Sedangkan vertebra (tulang belakang) sangat jarang terkena.

Hemorthrosis serta perdarahan yang berulang, kemudian akan

menimbulkan reaksi pada sendi yang dikenal dengan synovitis. Bila

15

Page 16: Referat Ika Rspau Halim Fix

synovitis menjadi kronis akan menimbulkan degenerasi pada tulang

rawan dan beakhir dengan kerusakan sendi.

Patofisiologis :

Pada saat cedera terjadi robekan pada pembuluh darah synivium

dan darah akan terakumulasi dalam sendi. Perdarahan akan terus

berlangsung sampai tekanan hidrostatik intra artikuler melebihi

tekanan arteri dan kapiler dalam sinovium sendi. Sebagai akibat efek

tampnade ini akan menyebabkan iskhemi pada synovium dan tulang

sub khondral. Dengan perdarahan berulang terjadi hiperplasi dan

fibrosis dari jaringan synovial. Proliverasi jaringan synovial akan

membentuk Pannus dan Pannus ini akan mengikis tulang rawan sendi

daerah perifer dan menutupi serta menekan permukaan tulang rawan di

daerah tengah.

Tulang rawan sendi juga akan rusak akibat enzim proteolitik yang

dihasilkan jaringan synovial yang mengalami inflamasi diatas akan

merusakkan tulang rawan sendi disamping itu juga akan terjadi

pembatasan ruang lingkup sendi dan kontaktur sendi akibat fibrosis

kapsul dan synovial sendi. Iskhemi lokal juga akan menyebabkan

terbentuknya kista sub khindral tulang. Reaksi inflamasi juga

menyebabkan peningkatan sirkulasi darah sehingga memacu

pertumbuhan panjang tulang.

Stimulasi pada pertumbuhan tulang ini bisa menimbulkan :

- Pertumbuhan yang asimetri sehingga menghasilkan deformitas varus

atau valgus

- Penutupan dini pertumbuhan tulang sehingga menghasilkan

perpendekan tungkai

16

Page 17: Referat Ika Rspau Halim Fix

Gejala Klinis

Tergantung dari berat ringannya perdarahan dan saat terjadinya

(akut, sub akut dan khronis). Pada yang akut biasanya dijumpai nyeri

dan bengkak disertai distensi dari kapsul sendi. Kulit diatas sendi

nampak terenggang dan lebih berkilat. Pada perabaan umumnya hangat

dan nyeri serta keterbatasan dari ruang lingkup sendi. Sub akut

haemorthrosis timbul setelah beberapa kali episode perdarahan dalam

sendi, nyeri minimal dan jaringan synovium sudah menebal serta

terdapat kekakuan sendi.

Haemorthrosis khronik terbentuk setelah 6 bulan terjadinya

perdarahan sendi yang berulang – ulang. Persendian menjadi sangat

kaku, fibrosis dan sendi mengalami kehancuran.

Gambaran Radiologis

Gambaran radiologis dari sendi hemofilia dapat ditemukan bermacam

– macam kelainan, mulai dari pembengkakan jaringan lunak,

osteoporosis pada tulang, pemebesaran epifisis, kista subkhondral,

penyempitan selah sendi dan pembentukan osteofit.

Arnold dan Hilgartner membagi kelainan arthropati hemofilia atas 5

tingkatan :

Tingkat / Stage Gambaran Xray

I Pembengkakan jaringan lunak tulang & sendi masih normal

II Overgrowth & osteoporosis dari epifisis, sendi masih baik

III  Celah sendi mulai menyempit, kista sub khondral

Patella berbentuk segi empat

Pelebaran intercondiler notch dari lutut dan trochlea notch

17

Page 18: Referat Ika Rspau Halim Fix

dari siku

IV Celah sendi sangat sempit dengan kerusakan rawan sendi

V Celah sendi hilang, rawan sendi sangat tidak rata, epifisis

irreguler dan overgrowth

II. 8 KARIER

Karena merupakan kelainan terkait kromosom X, penyakit ini

biasanya mengenai laki-laki, sedangkan perempuan adalah karier. Kebanyakan

karier bersifat asimptomatik. Beberapa karier dapat memiliki kadar faktor

pembekuan dalam rentang hemofilia – kebanyakan pada kategori ringan –

namun pada keadaan yang jarang, karier dapat berada dalam rentang moderat atau

berat inaktivasi kromosom X yang ekstrim. Karier dengan kadar faktor dalam

rentang hemofilia dapat mengalami manifestasi perdarahan yang setara dengan

derajat defisiensi faktor pembekuannya, terutama selama trauma dan

pembedahan. Menoragia merupakan manifestasi umum pada mereka dengan

kadar faktor yang signifikan rendah (< 30%). Pil KB dan agen antifibrinolitik

berguna untuk mengendalikan gejala. Karier hemofilia sebaiknya

dikategorikan sebagai hemofilia dengan derajat berat yang sesuai dan

ditatalaksana menurut kategori tersebut. Kerabat dekat perempuan (ibu,

saudara perempuan, dan anak perempuan) dari seseorang dengan hemofilia

harus diperiksa kadar faktor pembekuannya, terutama sebelum prosedur

invasif atau jika ada gejala.5,8

18

Page 19: Referat Ika Rspau Halim Fix

II.9 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

1. Defisiensi Faktor XI

Penyebab:

Kekurangan (defisiensi) faktor XI di plasma dan mutasi di gen faktor XI.

Gejala/Tanda:

Luka (memar) di tempat yang tak biasa. Pucat (pallor), lelah

(fatigue), dan tachycardia (jantung berdetak > 100 x per menit) disertai

perdarahan hebat (excessive bleeding). Perdarahan paska operasi dan

paska trauma (luka). Kadang juga mengalami epistaksis (mimisan),

hematuria (kencing bercampur darah). Pada wanita, menoragia (menstruasi

memanjang). Perdarahan spontan jarang. Defisiensi berat tidak otomatis

mengalami perdarahan spontan. Perdarahan paling umum terjadi setelah

prosedur bedah (surgery) yang melibatkan membran mukosa (mucosal

membranes).

Diagnosis Laboratorium

Hasil Laboratorium menunjukkan defisiensi faktor XI, nilai aPTT

(activated partial thromboplastin time) memanjang, sedangkan waktu

protrombin (prothrombin time / PT), waktu trombin (thrombin time / TT),

dan waktu perdarahan normal.

Terapi:

Terapi penggantian untuk episode perdarahan dilakukan dengan

plasma beku segar. Terapi plasma dengan dosis 10-15 mL/Kg tiap 24 jam

efektif. Produk plasma, misalnya: fresh-frozen plasmaga (FFP), solvent-

detergent–treated FFP.Factor XI concentrates. Perekat fibrin (fibrin glue),

contohnya: fibrin sealant (Tisseel VH). Antifibrinolytic agents, seperti:

aminocaproic acid (Amicar). Perhatian: Untuk penderita defisiensi faktor

XI, vaksinasi hepatitis A dan B sebaiknya diperbarui.

19

Page 20: Referat Ika Rspau Halim Fix

Catatan: Prevalensinya 1 kasus setiap 100 ribu populasi. Di United

Kingdom, ada 383 pasien dari 58 juta orang. Terbanyak pada suku bangsa

Ashkenazi dan keturunan Yahudi Irak (Iraqi Jewish). Defisiensi faktor XI

didapat (acquired) dijumpai pula pada penderita systemic lupus

erythematosus dan penyakit imunologis lainnya. Pada bayi (infant) yang

normal, kadar faktor XIc memang rendah sampai berusia lebih dari 6

bulan.

2. PENYAKIT VON WILLEBRAND

A. Pengertian

Von Willebrand Penyakit (VWD) adalah koagulasi herediter yang

paling umum kelainan dijelaskan pada manusia, meskipun juga dapat

diperoleh sebagai hasil dari kondisi medis lainnya. Ini muncul dari

kekurangan kualitatif atau kuantitatif dari faktor von Willebrand(vWF),

sebuah protein multimerik yang diperlukan untuk adhesi trombosit. Hal ini

diketahuimempengaruhi manusia dan anjing

Gen vWF terletak pada kromosom dua belas (12p13.2). Memiliki

52 ekson mencakup 178kbp. Jenis 1 dan 2 diwariskan sebagai sifat

dominan autosom dan tipe 3 diwariskan sebagai resesif autosomal. Kadang

kadang tipe 2 juga mewarisi resesif. Prevalensi vWD adalah sekitar 1

dalam 100 individu. Namun sebagian besar orang-orang ini tidak memiliki

gejala. Prevalensi kasus klinis yang signifikan adalah 100 per juta. Dia

pertama kali dijelaskan pada tahun 1926.

B. Gejala

Berbagai jenis vWD hadir dengan berbagai tingkat kecenderungan

perdarahan, biasanya dalam bentuk yang mudah memar, mimisan dan gusi

berdarah. Perempuan mungkin mengalami periode menstruasi berat dan

20

Page 21: Referat Ika Rspau Halim Fix

kehilangan darah selama bersalinan. Perdarahan internal atau sendi yang

parah jarang terjadi (yang hanya terjadi pada tipe 3 vWD).

D. Diagnosa

Ketika dicurigai, plasma darah pasien perlu diselidiki kekurangan

kuantitatif dan kualitatif vWF. Hal ini dicapai dengan mengukur jumlah

vWF dalam uji antigen vWF dan fungsi vWF dengan glikoprotein (GP)

assay Ib mengikat, alat tes kolagen yang mengikat atau,a'' ristocetin

kofaktor aktivitas'' (RiCof) atau ristocetin'' diinduksi aglutinasi platelet''

(RIPA) tes. Faktor VIII tingkat juga dilakukan karena faktor VIII terikat

untuk vWF yang melindungifaktor VIII dari kerusakan yang cepat dalam

darah. Defisiensi vWF oleh karena itu dapat menyebabkan penurunan

tingkat faktor VIII.

Pemeriksaan lainnya dilakukan di semua pasien dengan masalah

perdarahan adalah hitung darah lengkap (jumlah trombosit terutama),

APTT (diaktifkan parsial tromboplastinwaktu), waktu protrombin, waktu

trombin dan kadar fibrinogen. Pengujian untuk faktor IXjuga dapat

dilakukan jika hemofilia B dicurigai. Tes koagulasi lain faktor dapat

dilakukantergantung pada hasil layar koagulasi. Pasien dengan penyakit

Von Willebrand biasanya akan menampilkan waktu protrombin normal

dan perpanjangan variabel waktu tromboplastin parsial.

3. DEFEK HAGEMAN

          Hageman faktor pertama kali ditemukan pada tahun 1955 ketika

sampel darah rutin pra operasi dari tukang rem 37 tahun kereta api John

Hageman (1918) ditemukan memiliki waktu pembekuan lama dalam

tabung reaksi, meskipun ia tidak memiliki gejala hemoragik. Hageman

kemudian diperiksa oleh Dr Oscar Ratnoff yang menemukan bahwa Mr.

Hageman kekurangan faktor pembekuan sebelumnya tak dikenal.

21

Page 22: Referat Ika Rspau Halim Fix

             Dr Ratnoff kemudian menemukan bahwa kekurangan faktor

Hageman adalah autosomal resesif gangguan, ketika memeriksa orang-

orang terkait yang memiliki beberapa kekurangannya.

       Paradoksnya, emboli paru menyebabkan kematian Hageman setelah

kecelakaan kerja. Sejak itu, studi seri kasus klinis mengidentifikasi

hubungan antara trombosis dan kekurangan Factor XII. hepatosit ekspres

pembekuan darah faktor XII.  Koagulasi Faktor XII juga dikenal

sebagai faktor  hagemen.

         Kekurangan Faktor  XII  adalah gangguan langka yang diwariskan

secara resesif autosom. Tidak seperti kekurangan faktor pembekuan, faktor

kekurangan XII sama sekali tanpa gejala dan tidak menyebabkan

perdarahan berlebih. Hal ini benar karena secara in vivo faktor XII

memainkan sedikit bagian dalam pembentukan gumpalan  jalur intrinsik

bukan yang diaktifkan sebagian besar pada faktor XI oleh trombin yang

dihasilkan oleh jalur ekstrinsik.  Faktor XII tidak memainkan peran

penting dalam pembentukan bekuan selama dalam pengukuran in vitro

dari waktu tromboplastin parsial namun menyebabkan pengukuran ini

akan  nyata berkepanjangan pada pasien dengan defisiensi

factor  XII  biasanya jauh melampaui bahkan apa yang dilihat di hemofilia

A  hemofilia B  atau faktor kekurangan XI.                   

Akibatnya, perhatian utama yang berkaitan dengan defisiensi  factor  XII

adalah pengujian yang tidak perlu, penundaan dalam perawatan, khawatir,

dll yang mungkin akan diminta oleh hasil laboratorium yang

abnormal.  Semua ini, termasuk mekanisme warisan, juga berlaku untuk

faktor-faktor kontak lain, prekallikrein  (Fletcher faktor) dan tinggi berat

molekul kininogen. Tingkat normal atau kelebihan faktor XII dapat

mempengaruhi terhadap risiko yang lebih besar trombosis vena karena

faktor peran XII sebagai salah satu katalis untuk konversi dari

plasminogen menjadi bentuk aktif fibrinolitik atas plasmin

22

Page 23: Referat Ika Rspau Halim Fix

4. Defisiensi Vitamin K

Vitamin K merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein,

termasuk dalam pembekuan darah. Vitamin K disebut juga vitamin

koagulasi karena bertugas menjaga konsistensi aliran darah dan

membekukannya saat diperlukan.  Di samping itu, vitamin K juga

dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan pemeliharaan

ginjal. Kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis

bakteri di dalam sistem pncernaan.

Penyerapan vitamin K memerlukan penyerapan lemak yang normal.

Malabsorbsi lemak merupakan penyebab paling sering timbulnya

defisiensi vitamin K. Derivat vitamin K dalam bentuk alami hanya diserap

bila ada garamgaram empedu, seperti lipid lainnya, dan didistribusikan

dalam aliran darah lewat system limfatik dalam kilomikron. Menadion,

yang larut dalam air , diserap bahkan dalam keadaan tanpa adanya garam-

garam empedu, dengan melintas langsung ke dalam vena porta hati.

Vitamin K ternyata terlibat dalam pemeliharaan kadar normal factor

pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di dalam

hati mula- mula sebagai precursor inaktif.

Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentu

residu karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase

yang tergantung vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic. Banyak

jaringan dan memerlukan oksigen molekuler, karbondioksida serta

hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K dan di dalam siklus ini, produk 2,3

epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh enzim 2,3 epoksida

reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan zat

pereduksi ditiol yang masih belum teridentifikasi. Reduksi selanjutnya

bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus

vitamin K untuk menghasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut.

23

Page 24: Referat Ika Rspau Halim Fix

Defisiensi atau kekurangan vitamin K dapat menyebabkan terjadinya

penyakit hemoragik pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan karena

plasenta tidak meneruskan vitamin K secara efisien. Vitamin K tersebar

luas dalam jaringan tanaman dan hewan yang digunakan sebagai bahan

makanan dan produksi vitamin K oleh mikroflora intestinal pada

hakekatnya menjamin tidak terjadinya defisiensi vitamin K.

Defisiensi vitamin K dapat terjadi oleh malabsorbsi lemak yang mungkin

menyertai disfungsi pancreas, penyakit biliaris, atrofi mukosa intestinal

atau penyebab steatore lainnya.Di samping itu, sterilisasi usus besar oleh

antibiotik juga dapat mengakibatkan defisiensi vitamin K. Bila dicurigai

adanya kekurangan vitamin K, dilakukan pemeriksaan darah untuk

mengukur kadar protrombin, salah satu faktor pembekuan darah yang

memerlukan vitamin K. Kadar yang rendah (kurang dari 50% dari normal)

menunjukkan adanya kekurangan vitamin K. Tetapi kadar protrombin

yang rendah juga dapat disebabkan oleh obat antikoagulan atau kerusakan

hati. 

Biasanya diagnosa akan semakin kuat jika setelah penyuntikkan vitamin

K, terdapat peningkatan kadar protrombin dalam beberapa jam dan

perdarahan berhenti dalam 3-6 jam. Jika penderita memiliki penyakit hati

yang berat, hati tidak mampu mensintesa faktor pembekuan walaupun

telah disuntikkan vitamin K. Pada kasus seperti ini diperlukan transfusi

plasma untuk melengkapi faktor-faktor pembekuan.

Kekurangan Vitamin K dapat memanifestasikan dirinya dalam

bentuk gejala-gejala berikut ini :

Ø  Luka akibat pendarahan yang berlebihan

Ø  Pendarahan gastrointestinal

Ø  Perdarahan menstruasi berat

Ø  Gusi berdarah

24

Page 25: Referat Ika Rspau Halim Fix

Ø  Pendarahan ovarium

Ø  Perdarahan pada bagian Mata

Ø  Penyakit demam pada bayi baru lahir

Ø  Pembekuan berkepanjangan

Ø  Urin berwarna

Ø  Darah dalam urin

Ø  Mudah memar

Ø  Hiperkalsiuria

Ø  Pengapuran jaringan lunak, terutama katup jantung

Ø  Mudah patah tulang

II. 10 PENATALAKSAAAN HEMOFILIA

Prinsip Perawatan

Prinsip umum perawatan untuk penatalaksanaan hemofilia meliputi

berikut ini:5,6,8

Tujuan penatalaksanaan hemofilia adalah pencegahan perdarahan.

Perdarahan akut harus diterapi sedini mungkin (jika mungkin dalam

dua jam).

Terapi di rumah seharusnya digunakan hanya pada kasus

perdarahan ringan/moderat yang tidak disertai komplikasi.

Semua perdarahan berat harus ditangani di dalam klinik atau rumah

sakit.

25

Page 26: Referat Ika Rspau Halim Fix

Penggantian konsentrat faktor pembekuan sebaiknya diberikan untuk

mencapai kadar faktor pembekuan yang diinginkan sebelum dilakukan

prosedur invasif.

Sebisa mungkin, pasien harus menghindari trauma dengan

menyesuaikan gaya hidupnya.

Pasien harus dinasehati untuk menghindari penggunaan obat-

obatan yang mempengaruhi fungsi trombosit, terutama asam asetil

salisilat (ASA) dan anti inflamasi non steroid (NSAID), kecuali

beberapa inhibitor COX-2. Penggunaan paracetamol/acetaminofen adalah

alternatif analgesia yang aman.

Injeksi intramuskuler, flebotomi yang sulit, dan pungsi arteri harus

dihindari.

Latihan secara rutin harus dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan

otot, melindungi sendi, serta meningkatkan kebugaran.

Olahraga kontak harus dihindari, namun berenang dan bersepeda

dengan pakaian yang sesuai diperbolehkan.

Penatalaksanaan perdarahan

Selama episode perdarahan akut, harus dilakukan kajian untuk

mengidentifikasi lokasi perdarahan dan terapi harus diberikan secara dini.5,6,8,9

Pasien biasanya mengenali tanda-tanda awal perdarahan bahkan

sebelum manifestasi dari tanda-tanda fisik mereka seringkali mengalami

‘aura’ atau sensasi kesemutan. Tindakan untuk menghentikan perdarahan

lebih dini pada fase ini akan menyebabkan lebih sedikit kerusakan jaringan

dan lebih sedikit menggunakan konsentrat faktor pembekuan.

Semua pasien harus membawa identitas yang mudah dikenali, yang

menunjukkan diagnosis, berat hemofilia, status inhibitor, tipe produk yang

dipakai, serta informasi kontak dari dokter/klinik pemberi terapi. Ini

26

Page 27: Referat Ika Rspau Halim Fix

akan mempermudah penatalaksanaan pada keadaan emergensi dan

mencegah investigasi yang tidak perlu.

Pada episode perdarahan berat, terutama pada kepala, leher, dada,

dan regio abdomen serta gastrointestinal yang berpotensi mengancam jiwa,

terapi harus dimulai segera, bahkan sebelum kajian selesai dilakukan.

Jika perdarahan tidak mereda, meskipun telah diberikan terapi

adekuat, kadar faktor pembekuan harus dimonitor dan inhibitor harus

diperiksa jika kadarnya rendah.

Pemberian desmopresin dapat meningkatkan kadar FVIII cukup

tinggi (2-8 kali kadar semula) pada pasien-pasien dengan hemofilia A

derajat ringan sampai sedang.

Kadar Faktor Pembekuan Dan Durasi Pemberian

Tabel 1A dan 1B menunjukkan kadar faktor plasma dan durasi

penggantian yang umumnya direkomendasikan, yang mencerminkan berbagai

praktek di beberapa negara dimana tidak ada hambatan sumber daya yang

signifikan (1A) dan beberapa negara dimana produk terapi terbatas (1B).9,10,11

27

Page 28: Referat Ika Rspau Halim Fix

28

Page 29: Referat Ika Rspau Halim Fix

Penatalaksanaan tambahan

Strategi-strategi terapi berikut penting, terutama jika konsentrat faktor

pembekuan terbatas atau tidak tersedia, dan dapat mengurangi jumlah produk

terapi yang diperlukan.5,6,9,11

RICE (rest, ice, compression, dan elevation) adalah

penatalaksanaan tambahan yang penting untuk perdarahan pada otot dan

sendi selain meningkatkan kadar faktor pembekuan dengan konsentrat

faktor pembekuan atau desmopresin pada hemofilia A ringan. Otot dan sendi

yang berdarah dapat diistirahatkan dengan pembebatan, pemasangan gips

atau menggunakan kruk (crutch) atau kursi roda. Pemakaian kantong es

29

Page 30: Referat Ika Rspau Halim Fix

atau dingin berguna untuk mengurangi inflamasi, namun es harus

dibungkus handuk dan tidak digunakan secara langsung pada kulit.

Direkomendasikan agar es digunakan selama 20 menit, setiap empat sampai

enam jam, sampai bengkak dan nyeri berkurang.

Obat-obat antifibrinolitik (misalnya asam traneksamat, asam amino

kaproat epsilon) selama 5-10 hari efektif sebagai terapi tambahan untuk

perdarahan mukosa (misalnya epistaksis, perdarahan mulut) dan

digunakan untuk mengurangi penggunaan produk-produk koagulasi pada

tindakan ekstraksi gigi. Obat-obat ini harus dihindari pada perdarahan ginjal

karena gumpalan yang tidak lisis di dalam pelvis renal dan ureter dapat

berakibat seperti batu, menyebabkan kolik ureter dan nefropati obstruktif.

Obat-obat antifibrinolitik sebaiknya tidak digunakan secara bersamaan

dengan konsentrat kompleks protrombin baik yang teraktivasi maupun

tidak karena potensi komplikasi trombotik.

Beberapa inhibitor COX-2 dapat digunakan untuk inflamasi sendi

setelah perdarahan akut dan pada artritis kronik.

Terapi di rumah

Terapi di rumah memungkinkan pasien memperoleh terapi awal yang

optimal. Strategi ini idealnya dapat dicapai dengan penyediaan konsentrat

faktor pembekuan atau produk liofilik lain yang aman dan dapat disimpan

di dalam kulkas serta mudah disiapkan. Namun, terapi di rumah

dimungkinkan pemberian kriopresipitat, dengan syarat pasien memiliki lemari

pembeku yang sederhana namun dapat diandalkan di rumah (ini sulit

dilakukan). Tetapi konsentrat faktor pembekuan tidak boleh beku. Terapi di

rumah harus diawasi secara ketat oleh pusat perawatan komprehensif dan dimulai

setelah diberikan pendidikan dan cara penyediaan obat yang adekuat. Sebuah

program sertifikasi dapat dikerjakan dan teknik dimonitor pada kunjungan

secara komprehensif. Pengajaran harus meliputi pengenalan perdarahan dan

komplikasi pada umumnya, perhitungan dosis, penyediaan obat, penyimpanan

30

Page 31: Referat Ika Rspau Halim Fix

serta pemberian faktor pembekuan, teknik aseptik, cara melakukan pungsi vena

(atau akses kateter vena sentral), pencatatan, dan juga penyimpanan yang sesuai,

pembuangan jarum serta penanganan terhadap tumpahan darah. Dorongan,

dukungan, dan supervisi merupakan kunci untuk keberhasilan terapi rumah dan

pengkajian kembali secara periodik terhadap kebutuhan edukasional, teknik,

serta kepatuhan harus dilakukan. Program resertifikasi periodik dapat

dilakukan. Pasien atau orang tua harus mencatat kejadian perdarahan yang

meliputi tanggal dan lokasi perdarahan, dosis dan jumlah produk yang dipakai,

juga tiap efek samping. Perawatan rumah dapat dimulai pada anak-anak

muda dengan akses vena adekuat dan anggota keluarga yang sudah

dimotivasi serta menjalani pelatihan adekuat. Anak-anak yang lebih tua dan

remaja dapat belajar menginfus sendiri dengan bantuan keluarga. Alat akses

vena yang diimplantasi (Port-A-Cath) dapat membuat terapi injeksi jauh lebih

mudah, namun, berkaitan dengan infeksi lokal dan trombosis. Sehingga,

risiko dan keuntungan harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan pasien

dan/atau orang tuanya.5,9,11

Profilaksis

Profilaksis adalah pemberian faktor pembekuan secara teratur untuk

mencegah perdarahan dan harus menjadi tujuan dari semua program

perawatan hemophilia. Tindakan profilaksis primer diketahui dari pengamatan

bahwa pasien hemofilia moderat dengan kadar faktor pembekuan >1% jarang

mengalami perdarahan spontan dan memiliki fungsi sendi yang jauh lebih

baik. Penggantian faktor pembekuan secara profilaktik telah terbukti berguna

bahkan jika kadar faktor tersebut tidak selalu dipertahankan di atas 1%. Pada

pasien-pasien dengan perdarahan berulang, terutama pada sendi tertentu

(sendi target), profilaksis sekunder jangka pendek selama 4-8 minggu dapat

digunakan untuk memutus siklus perdarahan. Ini dapat dikombinasikan

dengan fisioterapi intensif atau sinoviortesis. Pemberian konsentrat faktor

pembekuan secara profilaktik dianjurkan sebelum melakukan aktivitas dengan

resiko cedera yang lebih besar untuk mencegah perdarahan. Saat ini, protokol

31

Page 32: Referat Ika Rspau Halim Fix

profilaksis yang paling umum dianjurkan adalah infus 25-40 IU/kg

konsentrat faktor pembekuan tiga kali seminggu untuk hemofilia A dan dua kali

seminggu untuk hemofilia B. Namun, harus diketahui bahwa banyak protokol

berbeda diikuti untuk profilaksis, bahkan di dalam negara yang sama, dan

rejimen optimal tetap perlu ditetapkan. Berbagai protokol penggantian faktor

pembekuan untuk profilaksis saat ini sedang dievaluasi. Rejimen seperti itu

pada anak yang lebih muda seringkali (tidak selalu) membutuhkan pemasangan

alat akses vena yang harus dijaga tetap bersih untuk menghindari

komplikasi infeksi dan dibilas secara adekuat setelah pemberian obat untuk

mencegah pembentukan jendalan darah. Risiko dan morbiditas yang berkaitan

dengan alat-alat seperti itu harus dipertimbangkan terhadap keuntungan

dimulainya profilaksis secara lebih awal. Profilaksis primer, seperti yang

dilakukan sekarang, adalah terapi mahal dan dapat dicapai hanya jika sumber

daya signifikan tersedia di perawatan hemofilia, seperti pada negara-negara

maju, dan bagi beberapa pasien di negara-negara berkembang yang dapat

menjangkaunya. Namun, profilaksis telah terbukti mengurangi perdarahan sendi

dengan menjaga fungsi sendi dan meningkatkan kualitas hidup. Sehingga, bersifat

efektif biaya pada jangka panjang karena mengurangi beban biaya tinggi yang

berkaitan dengan penatalaksanaan kerusakan sendi. Studi-studi efikasi biaya

dirancang untuk mengidentifikasi dosis minimum yang dibutuhkan untuk

mengurangi biaya perawatan dan memungkinkan akses terhadap profilaksis

secara lebih luas.5,6,9,10

Pembedahan

Isu-isu berikut memiliki kepentingan utama ketika melakukan operasi

elektif pada seseorang dengan hemofilia:5,8

Prosedur bedah harus dilakukan dalam koordinasi dengan tim

yang berpengalaman dalam penatalaksanaan hemofilia.

32

Page 33: Referat Ika Rspau Halim Fix

Prosedur harus dilakukan di sebuah pusat dengan dukungan

laboratorium adekuat untuk monitoring kadar faktor pembekuan yang

andal.

Kajian preoperatif harus meliputi skrining inhibitor.

Pembedahan harus dijadwalkan lebih dini pada minggu tersebut

dan lebih dini pada hari tersebut untuk mendapatkan dukungan

laboratorium dan bank darah secara optimal jika dibutuhkan.

Ketersediaan jumlah konsentrat faktor pembekuan harus dipastikan

sebelum melakukan pembedahan mayor untuk hemofilia.

Dosis dan durasi konsentrat faktor pembekuan tergantung pada

tipe operasi yang dilakukan

Perawatan gigi

Bagi orang-orang dengan hemofilia, kebersihan mulut yang baik penting

untuk mencegah penyakit gusi. Gigi harus disikat paling tidak dua kali sehari

untuk pengendalian plak. Sebaiknya menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluoride. Obat kumur yang mengandung triclosan atau chlorhexidine dapat juga

membantu mengurangi plak. Orang dengan kelainan perdarahan membutuhkan

kerjasama erat antara dokter dan dokter giginya agar mendapatkan perawatan gigi

yang aman dan komprehensif. 5,6

Pedoman untuk terapi gigi reguler pada orang dengan kelainan perdarahan

adalah sebagai berikut:5,6

Perjanjian dengan dokter gigi untuk anak-anak dengan kelainan

perdarahan dan juga edukasi mengenai seluk beluk gigi yang bersifat

preventif bagi anak serta perawatnya, harus dimulai ketika gigi bayi mulai

tumbuh.

33

Page 34: Referat Ika Rspau Halim Fix

Injeksi dalam, prosedur bedah terutama yang melibatkan tulang

(ekstraksi, gigi implan) atau blok anestesi lokal regional harus dilakukan

hanya setelah kadar faktor pembekuan ditingkatkan secara tepat.

Infeksi mulut harus diobati dengan antibiotik sebelum dilakukan

prosedur bedah.

Kajian gigi secara komprehensif dibutuhkan pada usia kira-kira 12

atau 13, untuk merencanakan di masa mendatang dan untuk memutuskan

pencegahan kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh overcrowding atau

misplaced gigi molar ketiga atau gigi lainnya.

Untuk orang dengan hemofilia ringan atau moderat, terapi gigi non

bedah dapat dilakukan dengan perlindungan antifibrinolitik (asam

traneksamat atau asam amino kaproat epsilon), namun harus dikonsultasikan

dengan ahli hematologi sebelum dilakukan prosedur lain.

Untuk penderita hemofilia berat, penggantian faktor pembekuan

diperlukan sebelum operasi atau injeksi blok regional atau pembersihan

karang.

Penggunaan obat kumur asam traneksamat sebelum serta setelah

ekstraksi gigi adalah metode yang aman dan murah untuk membantu

mengendalikan perdarahan.

Perdarahan dapat diperberat oleh pereda nyeri (analgesik) seperti

NSAID lain seperti indometasin. Paracetamol/acetaminofen dan kodein

adalah analgesik alternatif yang aman.

Setelah ekstraksi gigi, diet cairan dingin dan makanan padat halus

harus dijalani selama 5-10 hari.

Setiap pembengkakan, kesulitan menelan (disfagia), atau suara serak

harus selalu dilaporkan pada dokter gigi/ahli hematologi dengan segera.

34

Page 35: Referat Ika Rspau Halim Fix

Adanya infeksi yang ditularkan lewat darah pada orang dengan

hemofilia sebaiknya tidak mempengaruhi akses ke perawatan gigi.

Semua pencegahan, sama seperti untuk tiap prosedur bedah, harus

diperhatikan. Orang dengan hemofilia atau kecenderungan perdarahan kongenital

adalah kelompok prioritas untuk perawatan kesehatan mulut dan gigi, karena

perdarahan setelah terapi gigi dapat menyebabkan komplikasi yang berat bahkan

fatal. Perawatan mulut yang sehat dan pencegahan problem gigi memiliki

kepentingan yang besar, tidak hanya untuk kualitas hidup dan nutrisi namun juga

untuk menghindari bahaya pembedahan.

Persalinan Bayi dengan Hemofilia atau Diduga Hemofilia

Persalinan bayi dengan hemofilia atau diduga hemofilia harus atraumatik

untuk mengurangi resiko perdarahan. Hindari penggunaan ekstraksi forseps atau

vakum pada persalinan pervaginam, dan prosedur-prosedur invasif pada janin,

seperti pengambilan sampel darah kulit kepala serta elektroda internal pada kulit

kepala janin. Pada karier dengan kadar faktor yang signifikan rendah (< 50%),

penggantian faktor pembekuan dibutuhkan untuk prosedur bedah atau invasif,

termasuk persalinan, meskipun kadar FVIII biasanya meningkat hingga rentang

normal selama trimester kedua dan ketiga. Kebutuhan untuk penggantian faktor

pembekuan harus direncanakan pada periode prenatal.5,8

Vaksinasi

Orang-orang dengan kelainan perdarahan harus divaksinasi, tapi harus

mendapat vaksin secara subkutan bukan intramuskuler. Poin-poin berikut harus

dipertimbangkan:5,8

Vaksin virus hidup (seperti vaksin polio oral, MMR) harus dihindari

pada mereka dengan infeksi HIV.

35

Page 36: Referat Ika Rspau Halim Fix

Orang-orang dengan hemofilia yang menderita HIV harus diberi

vaksin pneumokokus dan influenza tahunan.

Imunisasi terhadap hepatitis B dan A penting untuk setiap orang

dengan hemofilia dan lebih baik diberikan secara subkutan daripada

injeksi intramuskuler.

Anggota keluarga pasien yang menderita hemofilia juga harus

mendapat vaksinasi, namun hal ini kurang penting bagi mereka yang

menggunakan produk virus tidak aktif.

36

Page 37: Referat Ika Rspau Halim Fix

BAB III

KESIMPULAN

Hemofilia (Hemophilia) adalah suatu penyakit keturunan, yang artinya ia

dapat diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut

dilahirkan.Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan

sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada penderita hemofilia tidak

secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan

waktu untuk proses pembekuan darahnya.

Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu: Hemofilia A dan B. Hemofilia A

terjadi pada sekitar 1 dari setiap 5000 kelahiran hidup bayi laki-laki. Hemofilia A

dan B terjadi hamper pada semua kelompok ras. Hemophilia A terjadi sekitar

empat kali lebih umum daripada hemophilia jenis B. Hemofilia B terjadi pada

sekitar 1 dari 20.000-34.000 kelahiran hidup bayi laki-laki.

Hemofilia dapat bervariasi dalam tingkat keparahannya, tergantung pada

tipe mutasi (kerusakan genetik) yang terjadi. Derajat gejala tergantung pada kadar

faktor pembekuan yang terkena. Penyakit hemophilia berat didefinisikan sebagai

aktivitas faktor <1%, 1% sampai 5% aktivitas faktor dikatagorikan sebagai

penyakit yang sedang, dan lebih besar dari 5% merupakan aktivitas faktor

penyakit ringan. Luas perdarahan juga tergantung pada keparahan (jumlah

aktivitas faktor) dan adalah serupa pada kedua jenis hemofilia, A dan B.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita

hemofilia adalah Jumlah trombosit normal, Waktu perdarahan normal, Waktu

37

Page 38: Referat Ika Rspau Halim Fix

pembekuan normal, Protrombin Time, Trombin time, Pemeriksaan spesifik untuk

faktor VII, IX, XI

DAFTAR PUSTAKA

1. Adonis Lorenzana, Hadi Sawaf, Lawrence F Jardine. Hemophilia A and B.

dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hemofilia, diakses pada tanggal 31

Agustus 2014.

2. Indonesian Haemophilian Society. Hemofilia Indonesia. Dalam

http://www.hemofilia.or.id/hemofilia.php yang dikutip dari Canadian

Hemophilia Society, What is Hemophilia ? - 1999, diakses pada tanggal 31

Agustus 2014.

3. The Haemophilia Society of Malaysia. Haemophilia. Dalam

http://www.kairos2.com/67_Haemophilia.pdf, diakses pada tanggal 31

Agustus 2014.

4. Medic8 clinics. Haemophilia.

http://www.medic8.com/healthguide/articles/haemophilia.html, diakses pada

tanggal 31 Agustus 2014

5. Srivastava A. Guidelines For The Management Of Hemophilia. World

Federation of Hemophilia. 2005.

6. Farrugia, A. Guide for the assessment of clotting factor concentrates for

the treatment of hemophilia. World Federation of Hemophilia. 2003.

7. Kitchen, S. and Angus McCraw. Diagnosis of hemophilia and other

bleeding disorders: A laboratory manual. World Federation of Hemophilia.

2000.

38

Page 39: Referat Ika Rspau Halim Fix

8. Karabus, C., ed. Treatment guidelines for hemophilia in South Africa. South

African Hemophilia Foundation.

9. Kasper, C.K., and Meirione Costa e Silva. Registry of clotting factor

concentrates. Fifth edition. World Federation of Hemophilia. 2004.

10. National Hemophilia Foundation. Standards and criteria for the care of

persons with congenital bleeding disorders. 2002.

11. Carviglia HA, Palazzi FF, Maffei E : Chemical Synoviorthesis for Hemophilic

Synovitis. Clin. Orthop. 343 : 30-35;1997

12. Palazzi FF, Rivas S, Cibeira JL : Radioactive Synoviorthesis in Hemophilic

Hemarthrosis. Clin.Orthop. 328:14 – 18;1996

39

Page 40: Referat Ika Rspau Halim Fix

40