referat fistula ani fix

28
BAB I PENDAHULUAN Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra-anal, disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum dan lobang lain di perineum di kulit perianal. Kadang fistel disebabkan oleh colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn. Fistel dapat terletak disubkutis, submukosa, antar sfingter, atau menembus sfingter, mungkin fistel terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks. Fistel dengan lubang kripta di sebelah anterior umumnya berbentuk lurus, fistel dengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi bengkok ke depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan dapat membentuk satu lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai Hukum Hoodsall. Penatalaksanaan fistula ani bertujuan untuk eradikasi sepsis tanpa menyebabkan inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri. Terapi konservatif medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren. FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013 1

Upload: sheila-mirza-nur-rachmi

Post on 06-Jul-2016

769 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

fistula ani sheila-dr.suryadi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra-anal, disebabkan

oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di

kripta diperbatasan anus dan rectum dan lobang lain di perineum di kulit perianal. Kadang fistel

disebabkan oleh colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn.

Fistel dapat terletak disubkutis, submukosa, antar sfingter, atau menembus sfingter, mungkin

fistel terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda.

Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks. Fistel dengan lubang kripta di

sebelah anterior umumnya berbentuk lurus, fistel dengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal

umumnya tidak lurus, tetapi bengkok ke depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar

m.puborektalis dan dapat membentuk satu lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai Hukum

Hoodsall.

Penatalaksanaan fistula ani bertujuan untuk eradikasi sepsis tanpa menyebabkan

inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri. Terapi konservatif

medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk

mencegah fistula rekuren.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

1

BAB II

EMBRIOLOGI

Embriologi saluran gastrointestinal terbentuk pada minggu ke-4 fase embrio, dimana

periode pertumbuhan mulai dari embrio sepanjang 4 mm sampai dengan 200 mm. Usus

terbentuk pada awal kehidupan disebut primitive gut, yang terdiri atas 3 bagian yaitu forgut,

midgut, dan hidgut. Forgut akan berdiferensiasi menjadi esofagus, trakea dan tunas paru,

lambung, duodenum di sebelah proksimal muara saluran empedu. Midgut akan menjadi

duodenum di sebelah distal muara saluran empedu, persambungan 2/3 bagian proksimal kolon

transversum dan 1/3 bagian distalnya sedangkan hindgut akan menjadi 1/3 distal kolon

transversum, kolon desendens, sigmoid, rektum, bagian atas kanalis analis, kandung kemih dan

uretra. Hindgut merupakan kelanjutan midgut sampai membrane kloaka, dimana membrane ini

terdiri dari endoderm kloaka dan ectoderm anal pit.

Pada periode usia gestasi 6 minggu, bagian akhir paling distal dari hindgut yaitu cloaca,

suatu rongga yang dilapisi endoderm dan ectoderm membentuk membrana kloaka.

Perkembangan selanjutnya, timbul suatu rigi melintang, yaitu septum urorektal, pada sudut

allantois dan usus belakang. Sekat ini tumbuh ke arah kaudal, karena itu membagi kloaka

menjadi bagian depan (sinus urogenitalis primitive) dan bagian posterior (kanalis anorektalis).

Ketika mudigah berumur 7 minggu, septum urorektal mencapai membrane kloaka dan daerah ini

terbentuk korpus perinealis. Membrana kloakalis kemudian terbagi menjadi membrane analis di

belakang dan membrane urogenitalis di depan.

Sementara itu, membran analis dikelilingi oleh tonjol-tonjol mesenkim, dan pada minggu

ke-8 selaput ini terletak di dasar cekungan ektoderm, yang dikenal sebagai celah anus atau

proktoderm. Pada minggu ke-9, membran analis koyak, dan terbukalah jalan antara rektum dan

dunia luar. Bagian atas kanalis analis berasal dari endoderm dan diperdarahi oleh pembuluh nadi

usus belakang, yaitu arteri mesentrika inferior. Akan tetapi, sepertiga bagian bawah kanalis

analis berasal dari ektoderm dan diperdarahi oleh aa. Rektales, yang merupakan cabang dari

arteri pudenda interna. Tempat persambungan antara bagian endoderm dan ektoderm dibentuk

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

2

oleh linea pektinata, yang terdapat tepat di bawah kolumna analis. Pada garis ini, epitel berubah

dari epitel torak menjadi epitel berlapis gepeng.

Gambar 1. Mudigah

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

3

BAB III

ANATOMI

Gambar 2. Anatomi Canalis Analis

( Sobotta, Atlas Anatomi Manusia )

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm, sedangkan

rektum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, maka pendarahan,

persarafan, serta penyaliran vena dan limfenya berbeda juga, demikian pula epitel yang

menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh

anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut

mukosa anus. Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.

Kanalis analis dan kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

4

terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan otonom dan tidak

peka terhadap nyeri.

Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura perinealis recti.

Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka pada waktu defekasi. Selaput

lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-lipatan vertikal yang tetap dan dinamakan

columnae rectales (columna anales) Morgagni. Biasanya columna anales Morgagni berukuran

panjang 8 mm – 12 mm, lebar 3 mm – 6 mm dan membentang sampai 12 mm – 20 mm di dalam

orifisium analis. Diantara columna anales morgagni terdapat lekukan-lekukan yang menyerupai

kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis (sinus analis, crypta analis). Lipatan yang

terdapat pada ujung columna analis dan membatasi sinus rectalis membentuk suatu katup yang

dinamakan valvula analis Morgagni. Columna anales mempunya puncak yang sering kali

menjulang ke atas tepi bawah columna rectalis dan berbentuk seperti tonjolan kecil yang

dinamakan papillae anales. Bersama-sama tepi atas valvula anales membentuk suatu garis

bergerigi yang dinamakan linea pectinea (linea dentata). Selaput lendir di atas linea pectinea

mempunyai epitel silindris sedangkan dibawahnya epitel gepeng. Didaerah ini terdapat kripta

anus dan kelenjar muara anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat

menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler

dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas

antara sfingter interna dan sfingter eksterna ( garis Hilton )

Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna dan

eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter interna, otot longitudinal,

bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan komponen m. sfingter eksternus. Muskulus

sfingter ani internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan muskulus sfingter ani eksternus

terdiri atas serabut otot lurik.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

5

Gambar 3. Anatomi Kanalis Analis

Keterangan (1). Rektum dilapisi mukosa usus (2). Lapisan otot sirkuler dinding rectum (3). Lapisan otot

longitudinal dinding rektum( 4). Tulang panggul (5). m.obturator internus (6). m.levator anus (7). m.pubo-rektal

(8). m.sfingter internus (9). m.sfingter externus (10). Garis atas-sfingter (dari hilton ) merupakan perbatasan antara

sfingter intern dan ekstern yang dapat diraba (11). Tonjolan rektum atau kolumna morgagni dengan muara

kelenjar rektum diantaranya di dalam kripta (12). Garis mokokuktan atau linea pektinata merupakan perbatasan

antara selaput lendir (=mukosa) rektum dan kutis (=kulit) anus (13). Kanalis analis dengan epitel gepeng

III.1 Pendarahan Arteri

Rectum dan canalis analis mendapat perdarahan dari :

1. Arteri hemoroidales superior adalah kelanjutan langsung a. mesenterika inferior.

2. Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna.

3. Arteri hemoroidalis inferior adalah cabang dari arteri pudenda interna.

Arteri hemoroidales superior merupakan nadi utama untuk rectum. Anastomasis tersebut

kepembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua ekstremitas

bawah.Pendarahan di pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luas dan kaya sekali darah.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

6

Gambar 4. Pendarahan Arteri-arteri rektum

Keterangan :(1). a.hemoroidalis inferior (2). a. pudenda (3). a.hemoroidalis media (4). a. iliaka interna(5).

a. hemoroidalis superior  (6). Cabang arteri sigmoidea (7). a. iliaka komunis dextra (8). a.mesenterika inferior (9).

Aorta (10). v.kava inferior  (11). a.sakralis

III.2 Pendarahan Vena

Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke

arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena

porta. Vena ini tidak terkatup sehingga tekanan rongga perut menentukan tekanan didalamnya.

Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena

iliaka interna dan sistem kava.

III.3 Aliran Limfe

Pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya menuju

ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus mengalir sampai ke kelenjar

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

7

limfe ilaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal.

Pembuluh limfe dari rectum diatas garis anorektum berjalan seirung dengan v.hemoroidalis

superior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk

eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe ini.

Gambar 5. Aliran Limfe

Keterangan :(1). Ke kelenjar inguinal (2). Kelenjar iliaka interna (3). Kelenjar parakolik (4). Kelenjar dimesenterium

(5). Kelenjar para aorta

III.4 Persarafan

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik berasal

dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral yang terbentuk dari ganglion

simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur simpatis plesksus ini menuju ke arah

struktur genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.

Persarafan parasimpatis (nervi ergentes) berasal dari saraf sacral kedua, ketiga, keempat dan

kelima. Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi

dengan cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini.

Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorectum; otot ini mempertajam sudut

tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

8

BAB IV

FISIOLOGI

Normalnya,  kelenjar rektum yang terdapat di kripta antar kolumna rektum berfungsi sebagai

barrier terhadap lewatnya mikroorganisme penyebab infeksi yang berasal dari lumen usus ke daerah

perirektal. Kelenjar ini mengeluarkan semacam lendir, berguna sebagai pelicin/ lubrikasi.  Saluran ini

memiliki klep satu arah agar produksi bisa keluar tapi feses tidak bisa masuk. Terhalangnya jalan keluar

produksi dari kelenjar ini akibat stasis menyebabkan  kuman dan cairan feses masuk ke dalam kelenjar.

Feses yang banyak kumannya berkembang biak ke dalam kelenjar, membentuk peradangan yang jadi

abses. Abses akan  mencari jalan keluar dan  membentuk semacam pipa yang menembus kulit.

Akibatnya, kulit jadi tampak seperti bisul lalu pecah. Pecahan ini tidak bisa menutup karena nanah selalu

keluar dan tidak bisa kering karena berhubungan dengan feses. Kondisi ini bisa berlangsung berbulan-

bulan hingga bertahun-tahun.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

9

BAB V

FISTULA ANI

V.1 Definisi

Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari

kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses anorektal, sehingga fistula ani

merupakan bentuk kronis dari abses anorektal. Dalam muara interna (primer) hampir selalu

berada dalam kripta, fistula biasanya tunggal dan hanya melibatkan bagian muskulus sfingter;

fistula majemuk atau fistula-fistula yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang

lazim ditemukan.

Hampir semua fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum,

sehingga kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rectum dan

lubang lain di perineum di kulit perianal. Kadang, fistula disebabkan oleh colitis disertai proktitis

seperti TBC, amobiasis dan morbus Crohn. Bila gejala diare menyertai fistula anorektal yang

berulang, perlu dipikirkan penyakit Crohn, karena 50 % penderita penyakit Crohn mengalami

fistula anus.

Fistula dapat terletak di subkutis, submukosa, antar sphingter atau menembus sfingter.

Fistula mungkin terletak di anterior, lateral atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok,

atau mirip sepatu kuda. Umumnya fingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks.

V.2 Insiden & Epidemiologi

Fistula perianal sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000

orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar

40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

10

V.3 Etiologi

Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum. Kadang-kadang

fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal. Terdapat sekitar 7-40% pada kasus

abses anorektal berlanjut menjadi fistel perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.

Organisme yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichia coli, Enterococcus sp dan

Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada penderita dengan penyakit Crohn, tuberkulosis,

devertikulitis, kanker atau cedera anus maupun rektum, aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada

anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan. Fistula yang menghubungkan rektum dan vagina bisa

merupakan akibat dari terapi sinat x, kanker, penyakit Crohn dan cedera pada ibu selama proses

persalinan.

V.4 Patofisiologi

Pada kanalis anal terdapat kelenjar kriptoglandur yang mengalir menuju kripta pada linea

dentata. Bila kelenjar mengalami infeksi dan salurannya tersumbat akan menyebabkan abses

anorektal. Dapat berada pada perianal, ischiorectal space, intersphincteric space, dan pelvirectal

space.

Bila keadaan ini terus berlanjut akan berlanjut menjadi fistula dimana abses akan

berusaha mencari jalan keluar dan dapat timbul juga setelah drainase, kadang jaringan granulasi

berlapis dapat tertinggal dan menyebabkan gejala berulang.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

11

V.5 Klasifikasi

Fistula diklasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan kompleks anal sphincter

sebagai berikut:

Fistula intersphincteric berawal dalam ruang diantara M. Sfingter Eksterna dan Interna

dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005

Fistula transsphincteric berawal dalm ruang diantara M. Sfingter Eksterna dan Interna,

kemudian melewati M. Sfingter Eksterna dan bermuara sepanjang ½ inchi di luar lubang

anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

12

Fistula suprasphincteric berawal dari ruang diantara M. Sfingter Eksterna dan Interna

dan membelah ke atas M. Puborektalis lalu turun diantara puborektal dan M. Levator ani

lalu muncul ½ inchi di luar anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005

Fistula extrasphincteric berawal dari rektum/colon sigmoid dan memanjang ke bawah,

,elewati M. Levator ani dan berakhir di sekitar anus. Biasanya akibat dari trauma,

Chron’s Disease, PID, dan abses supralevator.

Colon and Rectal Surgery, 2005

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

13

Schwartz’s Principles of Surgery, 2004

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

14

Hukum Goodsall

Fistula ani terdiri lubang interna dan eksterna. Dengan melihat adanya lubang externa

dapat diperkirakan letak lubang internanya dan salurannya dengan Goodsall’s rule. Secara

umum, jika lubang eksterna berada di sebelah anterior dari anal tranversal line maka salurannya

berjalan radier membentuk garis lurus. Sebaliknya bila lubang eksterna berada di sebelah

posterior dari anal transversal line maka saluran akan melengkung menuju posterior midline.

Goodsall Rule (emedicine.medscape.com) edition) Goodsall Rule (Sabiston Textbook of Surgery, 17th edition)

V.6 Penegakan Diagnosa

Anamnesis

Dari anamnesis biasanya ada riwayat kambuhan abses perianal dengan selang waktu

diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit-sedikit. Pada colok dubur umumnya fistel dapat

diraba antara telunjuk dianus (bukan di rectum) dan ibu jari dikulit perineum sebagai tali setebal

kira-kira 3mm (colok dubur bidigital). Jika fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di

kripta asalnya. Fistel perineum jarang menyebabkan gangguan sistemik, fistel kronik yang lama

sekali dapat mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit. Sering

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

15

memberikan sejarah yang dapat diandalkan nyeri sebelumnya, bengkak, dan spontan atau

drainase bedah direncanakan dari abses anorektal.

Tanda dan gejala sebagai berikut :

Nyeri pada saat bergerak, defekasi dan batuk

Ulkus

Keluar cairan purulen

Benjolan (Massa fluktuasi)

Pruritus ani

Demam

Kemerahan dan iritasi kulit di sekitar anus

General malaise

Fistula kompleks adalah sebagai berikut:

Radang usus

Divertikulitis

Sebelumnya terapi radiasi untuk kanker prostat atau dubur

Tuberkulosis

Terapi steroid

Infeksi HIV

Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisik tetap menjadi andalan diagnosis. Pada pemeriksaan fisik  di

daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal toucher) ditemukan satu atau lebih eksternal

opening  fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan kulit. Eksternal opening fistula

tampak sebagai bisul (bila abses belum pecah)  atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh

jaringan granulasi. Internal opening fistula

dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/ nodul di dinding anus setinggi garis dentata.

Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat hampir selalu hanya satu internal opening.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

16

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; studi pra operasi normal

dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.

Pemeriksaan Radiologi

- Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan

anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.

- Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam

kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi

transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari

beberapa ekstensi suprasfingter.

- MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki

rekurensi.

- CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau

irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada

umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.

- Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus.

- Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien

tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula

kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.

V.7 Penatalaksanaan

Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan inkonstinensia.

Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri.

Simple intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomy (membuka tract fistula),

kuretase, dan penyembuhan sekunder.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

17

Colon and Rectal Surgery, 2005

Pada fistula transsphinteric terapi tergantung dari lokasi kompleks sphincter yang

terkena. Bila fistula kurang dari 30% otot sphincter yang terkena dapat dilakukan sphincterotomy

tanpa menimbulkan inkonstinensia yang berarti. Bila fistulanya high transsphincteric dapat

dilakukan dengan pemasangan seton.

Pada fistula suprasphenteric biasanya diterapi juga dengan pemasangan seton.

Pada fistula extrasphincteric terapi tergantung dari anatomi dari fistula, biasanya bila

fistula diluar sphincter dibuka dan didrainase.

Seton digunakan untuk identifikasi tract, sebagai drainase, dan merangsang terjadinya

fibrosis dengan tetap menjaga fungsi dari sphincter. Cutting seton terbuat dari karet yang diletak

pada fistula untuk merangsang fibrosis. Noncutting seton terbuat dari plastic yang digunakan

sebagai drainase.

Beberapa metode telah diperkenalkan untuk mengidentifikasi tract fistula saat berada di

kamar operasi:

Memasukkan probe melalui lubang eksternal sampai ke bukaan internal, atau sebaliknya.

Menginjeksi cairan warna seperti methylene blue, susu, atau hidrogen peroksida, dan

memperhatikan titik keluarnya di linea dentata.

Mengikuti jaringan granulasi pada traktus fistula.

Memperhatikan lipatan kripta anal saat traksi dilakukan pada traktus. Hal ini dapat

berguna pada fistula sederhana namun kurang berhasil pada varian yang kompleks

Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis

antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

18

Terapi pembedahan:

- Fistulotomi : Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan

terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan fistulotomi.

- Fistulektomi : Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula.

Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.

- Seton : Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam Seton, cutting

Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk memotong otot sphincter secara

bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan

benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.

- Advancement Flap : Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu

besar.

- Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran fistula

yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan fibrin glue memang

tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan  jangka panjangnya

tidak tinggi, hanya 16%.

Pasca Operasi

  Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi. Namun

pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan

terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air

besar. Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik),

dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan antara lain

antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat

kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien

tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama. 

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

19

V.8 Komplikasi

Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :

Retensi urin

Pendarahan

Impaksi tinja

Thrombosed wasir

Komplikasi tertunda pascaoperasi, sebagai berikut :

Kambuh

Inkontinensia

stenosis Anal: Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis dari lubang anus. Bulking agen

untuk membantu mencegah bangku sempit.

V.9 Prognosis

Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang fistel tidak

turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi menempel permukaan. Setelah

fistulotomy standar, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia

tinja adalah 3-7%. Setelah menggunakan Seton, melaporkan tingkat kekambuhan adalah 0-17% dan

tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 0-17%. Setelah flap mukosa kemajuan, tingkat kekambuhan

dilaporkan adalah 1-17% dan tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 6-8%.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston D, Oswari J.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.1994.

3. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6. Jakarta :EGC.2000.

4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :Penerbit Buku

Kedokteran EGC.2004.Hal 747-748

5. Grace P, Borley N. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.Jakarta : Erlangga.2006.

6. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. 2000.

7. Corman, M.L. Colon and Rectal Surgery 5th Ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2005.

FISTULA ANI. SHEILA MIRZA NUR RACHMI. 07-138.FK-UKIKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT BEDAH RS UKI 2013

21