referat jiwa

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan suatu kejadian yang umum terjadi akibat paparan peristiwa traumatis yang penting untuk ditanggulangi. Di Amerika diperkirakan prevalensi penduduk yang menderita PTSD berkisar 1% sampai 14% dari populasi yang ada. 1 Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Universitas Syiah Kuala, International Organization for Migration (IOM), dan Universitas Harvard pada september 2006 ditemukan penduduk yang menderita depresi mencapai 65%, 69% mengalami gejala kecemasan dan 34% mengalami gejala PTSD. Survey berikutnya yang dilakukan pada tahun 2007, sekitar 3 tahun setelah tsunami di 14 kabupaten di Aceh ditemukan data sebanyak 35% menderita depresi, 10% menderita PTSD, dan 39% mengalami gejala kecemasan. Hasil penelitian kesehatan jiwa pada pasien Puskesmas di Aceh tahun 2002 menunjukkan 8,8% dari 1000 responden mengalami PTSD akibat konflik. 2,3 Individu dengan PTSD mengalami gangguan kecemasan yang berkembang pada beberapa paparan peristiwa traumatis seperti pertempuran, kekerasan seksual atau fisik, kecelakaan yang serius, atau kesaksian dari seseorang yang terluka atau terbunuh. PTSD merupakan 1

Upload: dara-purnamasari-dersya

Post on 23-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ilmu kejiwaan

TRANSCRIPT

Page 1: referat jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan suatu kejadian yang

umum terjadi akibat paparan peristiwa traumatis yang penting untuk

ditanggulangi. Di Amerika diperkirakan prevalensi penduduk yang menderita

PTSD berkisar 1% sampai 14% dari populasi yang ada.1

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Universitas Syiah Kuala,

International Organization for Migration (IOM), dan Universitas Harvard pada

september 2006 ditemukan penduduk yang menderita depresi mencapai 65%,

69% mengalami gejala kecemasan dan 34% mengalami gejala PTSD. Survey

berikutnya yang dilakukan pada tahun 2007, sekitar 3 tahun setelah tsunami di 14

kabupaten di Aceh ditemukan data sebanyak 35% menderita depresi, 10%

menderita PTSD, dan 39% mengalami gejala kecemasan. Hasil penelitian

kesehatan jiwa pada pasien Puskesmas di Aceh tahun 2002 menunjukkan 8,8%

dari 1000 responden mengalami PTSD akibat konflik.2,3

Individu dengan PTSD mengalami gangguan kecemasan yang berkembang

pada beberapa paparan peristiwa traumatis seperti pertempuran, kekerasan seksual

atau fisik, kecelakaan yang serius, atau kesaksian dari seseorang yang terluka atau

terbunuh. PTSD merupakan masalah gangguan jiwa yang harus ditangani segera

dan tepat.4

Pengobatan pada PTSD terdiri dari psikoterapi dan farmakoterapi.

Psikoterapi yang paling efektif untuk pengobatan PTSD adalah cognitive

behavioural therapy (CBT). CBT adalah suatu bentuk psikoterapi yang

menekankan pada pentingnya proses berpikir dan bertindak. CBT difokuskan

pada perasaan distress, pikiran, dan perilaku yang nantinya akan mengarah pada

perubahan yang positif. Individu yang menerima CBT pada akhirnya diharapkan

memiliki pikiran yang positif sehingga akan memperlihatkan perilaku yang juga

positif dalam menjalani kehidupannya. 5,6,7

1

Page 2: referat jiwa

Untuk menilai pelatihan dalam bentuk tingkah laku baik dalam kegiatan

menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan yang berkaitan dengan

PTSD dapat digunakan taksonomi bloom.22

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui definisi,

etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, dan penatalaksanaan PTSD

khususnya mengenai Cognitive Behavioural Therapy (CBT).

2

Page 3: referat jiwa

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

2.1.1 Definisi

Trauma psikologis dapat terjadi akibat menyaksikan suatu peristiwa yang

dianggap mengancam jiwa atau menimbulkan potensi terjadinya cidera serius

pada diri sendiri atau orang lain. Pengalaman seperti itu sering disertai dengan

rasa takut yang dalam, horor, dan ketidakberdayaan yang dapat mengarah pada

PTSD.7

PTSD merupakan gangguan berupa kecemasan yang timbul setelah seseorang

mengalami peristiwa yang mengancam keselamatan jiwa atau fisiknya. Ketika dalam

bahaya ketakutan itu wajar dirasakan. Ketakutan ini memicu banyak perubahan

sepersekian detik dalam tubuh untuk mempersiapkan diri, membela, melawan

bahaya atau untuk menghindarinya. Ini merupakan reaksi yang sehat dimaksudkan

untuk melindungi seseorang dari bahaya. Namun dalam PTSD, reaksi ini berubah

atau rusak. Orang yang memiliki PTSD mungkin merasa stres atau ketakutan

bahkan ketika mereka tidak lagi dalam bahaya.8

PTSD adalah sebuah gangguan yang dapat terbentuk dari peristiwa

traumatik yang mengancam keselamatan diri dan membuat diri merasa tidak

berdaya. PTSD adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada fisik dan

psikologis seseorang sebagai akibat dari kejadian yang menekan atau mengancam

kehidupan, seperti bencana alam, perang, kekerasan fisik, seksual dan emosional,

kecelakaan dan semua kejadian yang membuat seseorang merasa tertekan, putus

asa dan merasa dirinya dalam bahaya.6

2.1.2 Epidemiologi

Perkiraan prevalensi seumur hidup untuk PTSD dalam sampel komunitas

berkisar antara 1% sampai 14%. Dalam populasi yang telah terkena peristiwa

traumatis, prevalensinya jauh lebih tinggi. Tingkat prevalensi 30% ditemukan

untuk veteran Vietnam dalam satu studi, sementara tingkat prevalensi antara 31%

dan 57% telah ditemukan untuk korban perkosaan.1

3

Page 4: referat jiwa

PTSD dapat terjadi pada semua usia. Gejala umumnya muncul tak lama

setelah trauma. Namun, dalam beberapa kasus gejala tidak akan berkembang

sampai berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah kejadian. Sekitar

setengah dari kasus, gejala spontan timbul setelah 3 bulan. Dalam kasus lain

gejala dapat bertahan, sering selama bertahun-tahun, dan dapat menyebabkan

kerusakan jangka panjang pada fungsi kehidupan.1,9

Tidak jelas mengapa beberapa orang yang terkena trauma dapat

mengembangkan PTSD dan beberapa tidak. Beberapa karakteristik dari trauma

dikenal untuk memprediksi kemungkinan dan memutuskan gejala. Kontak

langsung dengan kejadian tersebut, keparahan yang lebih besar, durasi yang lebih

lama, dan perancaman kematian semua dikaitkan dengan peningkatan

risiko. Faktor premorbid yang dapat mengembangkan PTSD meliputi riwayat

keluarga gangguan mental, riwayat penyakit jiwa, ciri-ciri kepribadian

neurotisisme tinggi dan miskin kepercayaan diri, awal pemisahan dari orang tua,

kemiskinan, pendidikan yang terbatas, penyalahgunaan orangtua, kesalahan pada

anak-anak, dan riwayat trauma.1

2.1.3 Etiologi dan Patofisiologi

a. Peristiwa traumatik

Peristiwa traumatik merupakan penyebab utama dari gejala PTSD.

Pandangan yang dominan menyatakan bahwa peristiwa traumatis itu sendiri

bukanlah penyebab yang cukup untuk menimbulkan gejala. Banyak diduga

penyebab organik sebagai penyebab penyulit psikologis kronis. Reaksi terhadap

peristiwa traumatis yang sementara dengan kepribadian yang tidak stabil , sudah

ada konflik neurotik maupun mental penyakit akan mengembangkan gejala-gejala

kronis. Orang-orang dengan kepribadian yang sehat bisa berkembang signifikan

secara klinis gejala psikologis jika mereka terkena stres mengerikan. Hal itu

demikian diakui bahwa peristiwa traumatis seperti pertempuran, pemerkosaan dan

buatan manusia atau bencana alam menimbulkan pola karakteristik gejala

psikologis. Klasifikasi ICD-10 menekankan peran kausal stres traumatik

memproduksi disfungsi psikologis bahkan lebih jelas dalam kelompok tertentu,

gangguan terjadi sebagai reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian.

4

Page 5: referat jiwa

Gangguan ini muncul sebagai akibat langsung dari stres akut atau trauma

berlanjut. Kejadian stres adalah faktor penyebab utama terjadinya gangguan.9

Kriteria yang merupakan stressor traumatis telah dimodifikasi sejak

diagnosis PTSD diperkenalkan. Awalnya PTSD dianggap terjadi hanya mengikuti

kejadian diluar pengalaman manusia. DSM - IV menekankan ancaman terhadap

integritas fisik sebagai unsur umum trauma dan memperhitungkan bahwa respon

subjektif seseorang untuk suatu kejadian penting dalam menentukan apakah

kejadian tersebut dialami sebagai keadaan traumatis yang membuat seseorang

mengalami ketakutan ekstrim, tidak berdaya atau horor selama kejadian.9

b. Kenangan Trauma

Memori yang dihasilkan untuk keadaan ini tampaknya berbeda dari

kenangan otobiografi biasa. Ini memiliki efek aspek memori yang dapat dengan

mudah dipicu dan kembali dialami seolah-olah mereka sedang terjadi bukan

sebagai kenangan dari peristiwa masa lalu. Mekanisme yang tepat dari kelainan

memori saat ini sedang diselidiki.10

c. Pengkondisian Klasik

Teori pengkondisian klasik menunjukkan bahwa rangsangan yang dialami

pada saat trauma berhubungan dengan rasa takut. Akibatnya, rangsangan

menyerupai orang-orang yang hadir selama peristiwa traumatis memicu tekanan

berat dan dihindari.9

d. Interpretasi individu dari peristiwa traumatis dan konsekuensi

Tingkat ancaman yang dirasakan manusia selama peristiwa traumatis

tergantung pada apa yang di interpretasi. Saat orang merasa bahwa hidup mereka

dalam bahaya selama peristiwa traumatis memiliki dampak besar pada

kemungkinan mengembangkan PTSD.9

Begitu pula saat mereka menarik diri dari keadaan yang ada merupakan

faktor penting dalam mempertahankan PTSD, misalnya jika penderita PTSD

merasa bersalah atau malu tentang apa yang terjadi dan menyalahkan diri untuk

hal-hal yang mereka pikir mereka bertanggung jawab, mereka tidak mungkin

untuk berdamai dengan keadaan dan melanjutkan kehidupan mereka seperti

sebelumnya. Jika penderita PTSD menafsirkan trauma sebagai makna bahwa

mereka beresiko besar trauma lebih lanjut, mereka terus merasa terancam dalam

5

Page 6: referat jiwa

kehidupan sehari-hari mereka. Penafsiran karakteristik PTSD tidak hanya

menyangkut peristiwa traumatis tetapi juga yang konsekuensi yang dihadapi

termasuk tanggapan dari orang lain pasca kejadian tersebut, gejala PTSD awal dan

cedera fisik.9

e. Strategi Bertahan Tidak Membantu

Trauma kenangan yang menyakitkan dan gejala PTSD yang menyedihkan .

Dalam upaya mereka untuk mengatasi keadaan dan gejala yang mereka alami,

korban trauma mungkin berusaha untuk berbagai strategi bertahan yang muncul

untuk membantu pada saat itu, tapi strategi tersebut memperpanjang atau

memperburuk gejala. Ini termasuk penekanan kenangan trauma dan emosi,

ruminasi tentang kejadian, disosiasi, penarikan sosial, penghindaran dan

penggunaan substansi.9

f. Dukungan sosial dan hubungan dengan orang lain yang signifikan

Kurangnya dukungan sosial pasca trauma dikaitkan dengan risiko lebih

besar pada PTSD kronis. Pengalaman peristiwa traumatis sering memiliki dampak

negatif pada kemampuan korban untuk mempercayai orang lain dan terlibat dalam

hubungan dekat khususnya jika keadaan ini melibatkan kerugian yang dilakukan

orang lain. Penderita mungkin merasa terasing dari orang lain dan menarik diri

dari hubungan sebelumnya yang signifikan. Hal ini dapat berkontribusi pada

pemeliharaan masalah dan mengganggu hubungan saling percaya dengan

profesional kesehatan.9

g. Proses Pengadilan

Hipotesis bahwa laporan gejala PTSD terutama karena berpura-pura sakit

dan mencari kompensasi belum didukung oleh penelitian yang sistematis. Di sisi

lain proses hukum yang berlarut-larut dapat memperburuk penderitaan penderita

PTSD dan membuat sulit bagi mereka untuk menempatkan keadaan tersebut di

masa lalu. Ini mungkin juga menjelaskan banyak hubungan antara gejala PTSD

dan proses hukum.9

h. Kelainan aksis hipotalamus - hipofisis - adrenal

Orang dengan PTSD saat ini mungkin menunjukkan tingkat abnormal

rendah kortisol dibandingkan dengan individu yang mengalami trauma tanpa

PTSD. Selain itu, penderita PTSD juga mungkin memiliki peningkatan jumlah

6

Page 7: referat jiwa

reseptor limfosit glukokortikoid. Ketika diberi dosis rendah deksametason pada

penderita PTSD terjadi hypersuppression kortisol. Dengan demikian penderita

PTSD cenderung menunjukkan pola yang sangat berbeda dari hipotalamus-

hipofisis-adrenal axis respon dari pasien dengan depresi berat. Pola temuan

menunjukkan bahwa axis HHA di PTSD ditandai dengan peningkatan umpan

balik negatif. Dapat terjadi juga downregulation corticotrophin - releasing factor

reseptor di hipofisis anterior karena peningkatan kronis pada corticotrophin -

releasing factor. Secara keseluruhan pola temuan menunjukkan bahwa axis HHA

di PTSD diatur untuk menghasilkan besar tanggapan terhadap stres lebih lanjut.7,9

i. Kelainan Neurokimia

Beberapa sistem neurotransmitter dapat tidak teregulasi di PTSD. Penelitian

menunjukkan sensitisasi dari sistem noradrenergik. Subkelompok lain dari

penderita PTSD tampaknya ditandai dengan sistem serotonergik yang peka. Opiat

endogen telah diduga memediasi gejala mati rasa, emosional dan amnesia.

Dopaminergik, asam gamma-aminobutyric (GABA) dan sistem N - methyl - D -

aspartat juga telah terlibat dalam PTSD , tapi bukti untuk hipotesis ini jarang pada

tahap ini.9

j. Ukuran Hippocampal

Orang dengan PTSD yang lama mungkin memiliki hippocampus lebih kecil

dari yang tidak menderita PTSD. Temuan terbaru menunjukkan bahwa ukuran

hippocampus kecil mungkin menjadi faktor kerentanan dari konsekuensi trauma.9

k. Faktor Kerentanan

Berbagai faktor kerentanan untuk PTSD telah diidentifikasi. Ini termasuk

riwayat pribadi atau keluarga sebelumnya dengan gangguan kecemasan atau

gangguan afektif, neurotisisme, kecerdasan yang lebih rendah, jenis kelamin

perempuan dan riwayat trauma sebelumnya. Faktor genetik dan dampak trauma

awal pada sistem neurobiologis juga memiliki peran.11,12

2.1.4 Faktor Resiko13

1. Jenis kelamin perempuan, 2 hingga 4 kali lipat dibandingkan pada laki-laki

meskipun laki-laki lebih cenderung mengalami kejadian traumatik.

7

Page 8: referat jiwa

2. Gangguan jiwa sebelumnya (preexisting anxiety disorder atau preexisting

major depression) beresiko 2 kali lipat dibandingkan mereka yang tidak

mengalami gangguan jiwa.

3. Adanya gangguan psikiatrik sebelum trauma baik pada individu yang

bersangkutaan maupun keluarganya.

4. Adanya trauma masa kanak, seperti kekerasan fisik maupun seksual.

5. Ciri kepribadian ambang, paranoid, dependent, atau antisosial.

6. Mempunyai karakter yang bersifat introvert atau isolasi sosial; adanya

problem menyesuaikan diri.

7. Adanya kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi secara bermakna.

8. Terpapar oleh kejadian-kejadian dalam kehidupan yang luar biasa

sebelumnya baik tunggal maupun ganda dan dirasakan secara subjektif oleh

suatu kondisi atau peristiwa yang menimbulkan penderitaan bagi dirinya.

2.1.5 Manifestasi Klinis5,8,9

1. Merasakan kembali peristiwa traumatik (Re-Experiencing Symptoms)

ditunjukkan dengan:

selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah dialami

flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan terulang

kembali)

nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang membuatnya

sedih)

reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan

akan peristiwa yang menyedihkan.

2. Penghindaran dan emosional yang dangkal (Avoidence Symptoms),

ditunjukkan dengan:

menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan

yang berhubungan dengan trauma.

kehilangan minat terhadap semua hal

perasaan terasing dari orang lain

emosi yang dangkal.

3. Sensitifitas yang meningkat (Hyperaurosal Symptoms), ditunjukkan dengan:

8

Page 9: referat jiwa

susah tidur

mudah marah/tidak dapat mengendalikan marah

susah berkonsentrasi

kewaspadaan yang berlebih

respon yang berlebihan atas segala sesuatu

Seseorang dikatakan menderita PTSD jika memenuhi kriteria berikut ini

dalam waktu minimal 1 bulan:8

a) Mengalami kejadian atau peristiwa traumatis

b) Minimal memiliki 1 tanda re-experiencing symptoms

c) Minimal memiliki 3 tanda avoding symptoms

d) Minimal memiliki 2 tanda hyper-arousal symptoms

e) Tanda dan gejala yang menyebabkan individu kesulitan dalam menjalani

kehidupan sehari-hari, sekolah atau bekerja, berinteraksi dengan teman,

menyelesaikan tugas-tugas penting lainnya.

2.1.6 Diagnosis

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III:15

a. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun

waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang berkisar

antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jangan sampai melampaui 6

bulan).Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya

waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal

saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak terdapat alternative kategori

gangguan lainnya.

b. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus dibedakan bayang-bayang atau

mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang

kembali (flashbacks).

c. Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya

dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.

9

Page 10: referat jiwa

d. Suatu “sequelae” manahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar

biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan

dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama

setelah mengalami katastrofa).

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Stress Pascatraumatik (DSM-IV,

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,ed 4):17,28

a. Orang yang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik di mana kedua

dari berikut ini terdapat:

1. Orang mengalami,menyaksikan,atau dihadapkan dengan suatu kejadian

atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematianatau kematian

yang sesungguhnya atau cedera yang serius atau ancaman kepada

integritas fisik diri sendiri atau orang lain.

2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat,rasa tidak berdaya

atau horror.

b. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu (atau lebih) cara berikut:1. Rekoleksi yang menderitakan,rekuren,dan mengganggu tentang

kejadian,termasuk bayangan,pikiran,atau persepsi.

2. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian.

3. Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi

kembali.

4. Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal

atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek

kejadian traumatik.

5. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal ataueksternal

yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik.

c. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma dan

kaku karena responsivitas umum (tidak ditemukan sebelum trauma),seperti

yang ditunjukan oleh tiga (atau lebih) berikut ini:

1. Usaha untuk menghindari pikiran,perasaan,atau percakapan yang

berhubungan dengan trauma.

10

Page 11: referat jiwa

2. Usaha untuk menghindari aktivitas,tempat,atau orang yang

menyadarkan rekoleksi dengan trauma.

3. Tidak mampu untuk mengingat aspek penting dari trauma

4. Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas yang

bermakna.

5. Perasaan terlepas atau asing dari orang lain.

6. Rentang aspek yang terbatas.

7. Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek.

d. Gejala menetap adanya peningkatan kesadaran (tidak ditemukan sebelum

trauma),seperti yang ditunjukkan oleh dua (atau lebih) berikut:

1. Kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur.

2. Iritabilitas atau ledakan kemarahan.

3. Sulit berkonsentrasi.

4. Kewaspadaan berlebihan.

5. Respon kejut yang berlebihan.

E. Lama gangguan (gejala dalam kriteria B,C,D ) lebih dari satu bulan.

F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,pekerjaan,atau fungsi penting lain.

2.1.7 Diagnosis Banding

PTSD dibedakan dari gangguan penyesuaian berdasarkan tingkat keparahan

peristiwa traumatis, dalam mendiagnosis PTSD peristiwa yang terjadi harus

ekstrim. Stres akut disorder dikatakan sebagai diagnosis jika gambar gejala

menyerupai PTSD tetapi peristiwa itu terjadi kurang dari 4 minggu yang lalu. Jika

terdapat pikiran yang mengganggu harus berhubungan dengan trauma; jika tidak,

harus dipertimbangkan diagnosis gangguan obsesif-kompulsif. Demikian pula,

kilas balik yang dalam terkadang menyerupai halusinasi terkait dengan gangguan

psikotik. Namun, selama mereka berhubungan dengan trauma diagnosis yang

mungkin adalah PTSD.1

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Psikoterapi

11

Page 12: referat jiwa

a. Psikoterapi psikodinamik singkat

Terapi psikodinamik mendorong individu untuk menggunakan hubungan

suportif dengan terapis dan pemindahan yang terjadi dalam hubungan itu, untuk

merenungkan pengalaman mereka. Proses ini memungkinkan dihadirkan pikiran

sadar, mendesak dan emosi untuk dibawa ke dalam kesadaran, yang pada

gilirannya memungkinkan aspek kognitif, emosional dan sosial dari pengalaman

untuk diintegrasikan ke dalam struktur bermakna yang membantu orang untuk

menerima dan beradaptasi dengan pengalaman mereka. Terapi psikodinamik

singkat memfokuskan pada konflik emosional yang disebabkan oleh peristiwa

traumatis tertentu. Pasien didorong untuk menempatkan pengalaman mereka

dalam kata-kata dan memeriksa makna bahwa peristiwa dan keadaan sekitarnya

berlaku untuk mereka. Dengan menceritakan kembali apa yang dirasakan, terapis

membantu individu untuk mengintegrasikan keadaan dan membangun kembali

rasa, tujuan dan makna hidup.14

b. Desensitisasi dan pengolahan gerakan mata/ Eye Movement Desentisitation

and Reprocessing (EMDR)

Tipe lain dari intervensi psikologis trauma difokuskan EMDR, pengobatan

untuk PTSD dikembangkan oleh Shapiro di akhir 1980-an. EMDR didasarkan

pada asumsi bahwa selama peristiwa traumatis, emosi berlebihan atau proses

disosiatif dapat mengganggu pengolahan informasi. Ini mengarah pada

pengalaman yang disimpan dengan cara yang ' belum diproses ', terputus dari

memori yang ada pada jaringan. Dalam EMDR orang tersebut diminta untuk

fokus pada citra yang terkait dengan trauma, pikiran negatif, emosi, dan sensasi

tubuh sekaligus menggerakkan mata mereka bolak-balik mengikuti gerakan jari

terapis di bidang mereka selama 20-30 detik atau lebih. Proses ini dapat diulang

berkali-kali. Diusulkan bahwa perhatian ganda ini memudahkan pengolahan

memori traumatis ke jaringan pengetahuan yang ada meskipun mekanisme tepat

yang terlibat tidak diketahui. Bentuk stimulasi bilateral selain mengikuti jari

seorang terapis, seperti penyadapan, cahaya bar, atau rangsangan pendengaran,

juga telah digunakan.14,18

Seiring waktu , EMDR semakin dapat menjadi komponen pengobatan yang

lebih sebanding dengan cognitive behaviour therapy (CBT). Ini termasuk jalinan

12

Page 13: referat jiwa

kognitif (analog dengan terapi kognitif), template imaginal (latihan penguasaan

atau mengatasi respon antisipasi terhadap stres), dan standar paparan in vivo.

Dikombinasikan dengan masuknya awal fokus imaginal gambar traumatis, EMDR

mencakup sebagian besar elemen inti dari standar trauma-focused CBT (TF -

CBT).14,18

c. Terapi Kelompok

Terapi kelompok untuk PTSD memasukkan pendekatan perilaku suportif,

psikodinamik dan kognitif (termasuk eksposur, terapi proses kognitif, pemecahan

masalah, dll). Fitur umum meliputi: keanggotaan relatif kelompok yang homogen,

penyediaan saling mendukung, pengakuan dan validasi pengalaman traumatis, dan

normalisasi tanggapan traumatis. Kehadiran orang lain dengan pengalaman yang

sama dapat membantu untuk mengatasi keyakinan bahwa terapis tidak bisa

membantu karena dia tidak mengalami trauma tertentu. Kelompok ini juga dapat

digunakan untuk mempromosikan pendekatan yang tidak menghakimi terhadap

perilaku yang diperlukan untuk bertahan hidup selama peristiwa traumatis.14

d. Hipnoterapi

Hipnoterapi adalah aplikasi terapi hipnotis untuk berbagai masalah

kesehatan mental. Hipnosis dicapai melalui proses induksi dan dapat disamakan

dengan bentuk disosiasi. Kondisi hipnosis ditandai dengan fokus mental tinggi

dan sugesti, yang memungkinkan terapis untuk menanamkan saran yang

membantu individu agar lebih baik mengendalikan gejala mereka. Penting

disadari bahwa hipnosis bukan intervensi dalam dirinya sendiri melainkan induksi

keadaan relaksasi dan penerimaan yang (konon) membuat intervensi lebih mudah

untuk diterapkan.14

Jadi, hipnosis di PTSD dapat digunakan sebagai pendahulu untuk beberapa

intervensi termasuk citra, manajemen stres teknik, ego memperkuat self-talk, dan

eksposur.14

e. Pencitraan Terapi

Pencitraan terapi latihan adalah pendekatan perilaku kognitif untuk

pengobatan trauma kronis terkait mimpi buruk. Terapi ini melibatkan orang

13

Page 14: referat jiwa

mengingat mimpi dan kemudian mengubah citra dari mimpi dengan cara bahwa

keadaan ini tidak mengganggu dan meningkatkan rasa penguasaan atau kontrol.

Individu kemudian berlatih merubah citra dalam imajinasi mereka terutama

sebelum tidur.14

f. Interapy

Interapy adalah istilah yang luas digunakan untuk berbagai terapi internet -

dimediasi. Meskipun beberapa intervensi berbasis web beroperasi sebagai

swadaya murni pendekatan tanpa keterlibatan terapis, dalam banyak kasus ada

beberapa kontak yang terbatas antara terapis dan individu dengan PTSD melalui

komputer. Pendekatan ini mungkin akan sangat berguna untuk orang yang tinggal

di daerah terpencil, bagi mereka yang cacat fisik dan telah membatasi mobilitas,

atau yang tidak bersedia untuk mencari terapi face -to-face karena kecemasan atau

takut stigmatisasi. Pengobatan berbasis web untuk PTSD biasanya mencakup

psikoedukasi, manajemen gejala, eksposur, dan penilaian kembali kognitif, yang

semuanya melibatkan penulisan tugas terstruktur yang dapat diserahkan kepada

terapis untuk umpan balik.14

g. Terapi Interpersonal

Terapi interpersonal adalah terapi terbatas waktu yang pada awalnya

dirancang untuk pengobatan depresi. Terapi ini menganggap hubungan

interpersonal penting untuk pembentukan dan pemeliharaan masalah psikologis

karena hubungan yang kuat antara gejala dan lingkungan sosial, yaitu interaksi

dengan orang lain mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan sebaliknya. Terapi

interpersonal memfokuskan pada identifikasi masalah yang spesifik dan pola

dalam hubungan pribadi dan membangun keterampilan untuk meningkatkan

fungsi interpersonal dan meningkatkan dukungan sosial. Ini mungkin termasuk

mengatasi kesedihan atas kehilangan hubungan, harapan yang berbeda dalam

hubungan, perubahan peran dalam hubungan, dan meningkatkan keterampilan

sosial.14

h. Terapi Berbasis Kesadaran

14

Page 15: referat jiwa

Terapi berbasis kesadaran dianggap sebagai bagian dari ' gelombang ketiga '

dari psikoterapi kognitif dan perilaku, dan termasuk penerimaan dan komitmen

terapi, terapi perilaku kognitif berbasis kesadaran dan meditasi sadar. Meski

relatif baru untuk pendekatan Barat, mindfulness memiliki sejarah panjang praktik

dalam filsafat Timur (misalnya Buddhisme, Taoisme dan Yoga). Mindfulness

dapat didefinisikan sebagai memperhatikan dalam cara tertentu : sengaja, pada

saat ini dan tidak menghakimi.14

i. Terapi Paparan Narasi/ Narrative Exposure Therapy (NET)

NET adalah standar intervensi jangka pendek diadaptasi dari terapi

kesaksian (tradisional digunakan dengan korban penyiksaan dan korban sipil

perang), serta dari paparan utama pendekatan. Pada awalnya dikembangkan baik

untuk mengobati korban dan untuk mendokumentasikan pelanggaran hak asasi

manusia. Dalam NET orang tersebut diminta untuk membangun sebuah narasi

kehidupan mereka dari anak usia dini sampai sekarang, fokus secara rinci pada

peristiwa traumatis dan mengelaborasi pada pikiran dan emosi yang terkait.

Diusulkan bahwa karya-karya NET dalam dua cara : mempromosikan pembiasaan

kenangan traumatis melalui paparan, dan merekonstruksi memori otobiografi

individu.14

j. Manajemen Stres

Manajemen stres digunakan untuk menutupi berbagai fokus kognitif yang

bukan trauma, perilaku dan teknik fisiologis yang bertujuan untuk mengurangi

tingkat gairah dan memodifikasi faktor gaya hidup yang berkontribusi tingkat

stres atau kecemasan dari individu. Penerapan manajemen stres untuk PTSD

bertujuan untuk mengurangi gairah gejala, mengatasi dampak kecemasan dan

menghindari gejala pada gaya hidup individu. Inti komponen manajemen stres

yang digunakan dalam PTSD dapat mencakup : a) strategi fisik seperti latihan

relaksasi, mengontrol pernapasan (untuk melawan hiperventilasi), latihan aerobik,

kebersihan tidur dan diet; b) strategi kognitif seperti adaptif mengatasi pernyataan

diri untuk digunakan saat menghadapi situasi yang ditakuti atau dihindari,

gangguan teknik dan berhenti berpikir; dan c) strategi perilaku seperti penataan

15

Page 16: referat jiwa

rutinitas sehari-hari, meningkatkan kegiatan menyenangkan dan memanfaatkan

dukungan sosial.14

k. Konseling Suportif dan Pusat Terapi Saat Ini

Konseling memfokuskan pada aspek kehidupan dengan maksud untuk

menangani dan memecahkan masalah saat ini. Dalam PTSD konseling suportif

menangani masalah-masalah yang timbul dari psikopatologi pasca trauma serta

keadaan kehidupan umum lainnya. Hal ini bertujuan untuk membantu individu

lebih memahami dan membantu diri mereka sendiri melalui penerapan praktis

pemecahan masalah dan strategi coping. Tingkat arah terapis dan saran bervariasi

dalam konseling suportif. Salah satu varian konseling suportif adalah terapi yang

berpusat saat ini.14

l. Trauma-Focused Cognitive Behavioural Therapy (TF-CBT)4,14,20

TF-CBT sering kali berisi psikoedukasi dan manajemen strategi gejala

(terutama pengurangan gairah). Dua intervensi inti di bawah rubrik TF-CBT

untuk PTSD adalah eksposur dan restrukturisasi kognitif. Dengan demikian,

strategi TF-CBT berasal dari teori perilaku dan kognitif. Ini adalah jangka pendek

terstruktur intervensi psikologis yang bertujuan untuk mengatasi gejala sisa

emosional, kognitif dan perilaku paparan peristiwa traumatis. Meskipun jenis

intervensi berikut ini dijelaskan secara terpisah, ada banyak tumpang tindih dan

pengalaman dokter sering menggunakan kombinasi dalam praktek klinis rutin.

Pendekatan yang umum akan menggunakan psikoedukasi, manajemen kecemasan,

paparan, restrukturisasi kognitif, dan pencegahan kambuh untuk mengobati

PTSD.

CBT merupakan terapi jangka pendek, kolaboratif, metode yang berfokus

pada masalah yang bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas

hidup orang dengan gangguan emosional . CBT telah disempurnakan, diuraikan,

dan dievaluasi dalam berbagai studi empiris. Karena telah diuji secara ketat CBT

sekarang dianggap sebagai pengobatan empiris didukung untuk berbagai

gangguan, seperti gangguan kecemasan, gangguan mood, kesulitan belajar,

masalah seksual, dan bulimia nervosa. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa

16

Page 17: referat jiwa

CBT juga dapat berhasil diterapkan dalam pengobatan gangguan mental yang

lebih serius, seperti skizofrenia dan gangguan bipolar.19

CBT menggabungkan dua pendekatan teoretis dan terapi yang berbeda yang

dihasilkan dari dua paradigma yang berbeda namun saling melengkapi dari sifat

manusia dan psikopatologi. Salah satunya adalah paradigma perilaku, berdasarkan

teori belajar dan model psikologi eksperimental. Ide dasarnya adalah setiap

perilaku, baik adaptif atau maladaptif yang telah dipelajari . Yang lainnya adalah

paradigma kognitif, yang menyatakan bahwa gangguan mental timbul dari proses

perubahan kognitif yaitu kesalahan tertentu dalam pengolahan informasi.21

Tujuan dari Cognitive behaviour therapy adalah untuk memodifikasi fungsi

berfikir, perasaan, bertindak, dengan menekankan fungsi otak dalam menganalisa,

memutuskan, bertanya, berbuat, dan mengambil keputusan kembali. Dengan

merubah status pikiran dan perasaannya, klien diharapkan dapat merubah perilaku

negatif menjadi positif. CBT pada klien PTSD bertujuan untuk memutuskan

hubungan negatif yang tercipta antara pikiran dan perilaku. Diharapkan akhirnya

dengan putusnya hubungan antara pikiran dan perilaku yang negatif, maka secara

keseluruhan cara berpikir dan berperilaku individu tersebut tidak mengarah pada

maladaptif.6,21

Beberapa karakteristik dari Cognitive Behaviour therapy yaitu:7

1. Empirically based (berdasarkan pada pembuktian atau hasil penelitian)

Metode psikoterapi ini perlu didukung pembuktian yang luas untuk

mengatasi banyaknya masalah klinis.

2. Goal oriented (berorientasi pada tujuan)

Pasien dan terapis mengidentifikasi tujuan yang jelas dengan menggunakan

evaluasi perkembangan pasien dan hasil yang telah dicapai.

3. Practical (lebih merupakan praktek)

Pasien dan terapis berfokus pada penjelasan dan pemecahan masalah

kehidupan, mendiskusikan masalah saat ini dan sekarang bukan riwayat

pasien.

17

Page 18: referat jiwa

4. Collaborative (kerjasama)

Kerjasama dan partisipasi aktif pasien dalam proses terapi sangat diperlukan

karena dapat membantu pasien untuk berubah.

5. Open (terbuka)

Proses dalam terapi ini adalah terbuka dan fleksibel dimana antara pasien

dan terapis dapat berdiskusi didalam proses terapi.

6. Homework (tugas pekerjaan rumah)

Pasien diberikan tugas rumah untuk mengumpulkan data terkait dengan

keterampilan yang dimiliki, dan memberikan penguatan terhadap respons

tersebut.

7. Measurements (ada pengukuran)

Data dasar penilaian masalah perilaku di buat selama proses pengkajian

Penilaian tersebut di ulang selama interval yang teratur dan sampai pada

penyelesaian tindakan. Proses tindakan tersebut diawasi secara ketat.

8. Active (aktif)

Perubahan dan kemajuan yang bermakna dalam perawatan pasien dapat

memberikan dampak pada kualitas hidup pasien. Baik pasien ataupun

therapis aktif dalam therapy. Therapis adalah sebagai pembimbing dan

pelatih dan pasien mempraktekkan strategi pembelajaran dalam therapy.

9. Short term (jangka pendek)

CBT biasanya digunakan dalam jangka waktu yang pendek yang terdiri dari

6 sampai 20 sesi.

CBT terdiri atas:

Terapi paparan (Exposure Therapy)

Terapi paparan telah lama didirikan sebagai pengobatan yang efektif untuk

berbagai gangguan kecemasan. Tujuan terapi paparan adalah untuk membantu

orang menghadapi objek kecemasan mereka. Prinsip dasar mendasari proses

eksposur adalah bahwa pembiasaan, gagasan bahwa jika orang dapat disimpan

dalam kontak dengan stimulus kecemasan - memprovokasi cukup lama,

kecemasan mereka pasti akan berkurang. Hal ini dapat terjadi dalam suatu sesi

paparan (dalam sesi habituasi) atau di serangkaian sesi (antara - sesi habituasi).

Model kontemporer menekankan pengolahan informasi sebagai mekanisme kunci.

18

Page 19: referat jiwa

Terapi pemaparan dimulai dengan perawatan desensitisasi awal dengan para

veteran yang dilakukan oleh Keane dan rekan-rekan dan kemudian dikembangkan

oleh Foa ini kelompok ke kontak yang terlalu lama, telah menjadi dasar

pengobatan psikologis PTSD. Pencahayaan terapi untuk PTSD melibatkan

menghadapi memori pengalaman traumatik dalam lingkungan yang terkendali dan

aman, serta menghadapi situasi dan kegiatan menghindari trauma berhubungan

melalui eksposur in vivo.

Memperpanjang eksposur sampai kecemasan telah berkurang, dan

mengulangi item paparan sampai membangkitkan kecemasan minimal adalah

pusat untuk paparan pendekatan tradisional.

Terapi kognitif

Beck memperkenalkan terapi kognitif sebagai pengobatan untuk depresi

pada tahun 1970-an , dan beberapa orang lain yang mempromosikan pendekatan

serupa sekitar waktu yang sama. Sejak saat itu, telah berhasil digunakan dalam

pengobatan berbagai gangguan emosional lainnya termasuk gangguan kecemasan,

psikosis dan gangguan kepribadian. Dalam pengobatan PTSD terapi kognitif

membantu individu untuk mengidentifikasi, menantang dan memodifikasi pikiran

bias atau terdistorsi dan kenangan traumatis mereka, serta setiap keyakinan

maladaptif atau tidak membantu selanjutnya tentang diri mereka sendiri dan dunia

bahwa mereka mungkin telah dikembangkan.

Terapi pengolahan kognitif

Salah satu bentuk terapi kognitif telah disempurnakan secara khusus untuk

pengobatan PTSD adalah proses kognitif terapi. Terapi muncul sebagai 12 - sesi

kognitif-perilaku pengobatan manual untuk PTSD secara sistematis. Tema pasca

trauma, termasuk keamanan, kepercayaan, kekuasaan dan kontrol, harga diri dan

keintiman. Pengobatan ini membantu orang untuk mengidentifikasi pikiran dan

keyakinan yang tidak membantu, menantang mereka, dan menggantinya dengan

rasional alternatif di adaptasi dari pendekatan terapi kognitif standar. Hal ini juga

memiliki keuntungan untuk membantu mengatasi masalah yang terkait seperti

depresi, rasa bersalah dan kemarahan.

m. Pendekatan alternatif

19

Page 20: referat jiwa

Beberapa pengobatan baru untuk PTSD telah dipromosikan dan bekerja jauh

lebih cepat daripada pengobatan standar, meskipun studi terkontrol dengan baik

umumnya kurang pada saat ini. Terkadang secara kolektif dikenal sebagai " terapi

listrik " . Yang paling terkenal di antaranya adalah teknik kebebasan emosi (EFT).

EFT memerlukan klien untuk fokus pada memori traumatis sementara terapis

melakukan akupunktur tradisional pada titik meridian di wajah, tubuh bagian atas

dan tangan. EFT yang mendasari adalah asumsi bahwa gangguan emosi terkait

dengan peristiwa traumatik disebabkan oleh gangguan dalam bidang energi tubuh

(sistem meridian) yang dapat dikembalikan dengan menggunakan teknik ini.

Pendekatan terkait lainnya termasuk terapi lapangan berpikir, visual kinestetik

disosiasi dan pengurangan insiden traumatis. Pendekatan alternatif lain yaitu

metode perhitungan yang dikembangkan oleh Ochberg. Metode ini melibatkan

terapis menghitung dengan suara keras dari 1 sampai 100 sebagai pasien berjalan

melalui memori traumatis dari awal sampai akhir dalam pikiran mereka.

Penghitungan itu sendiri dianggap sebagai cara untuk membantu pasien untuk

mempertahankan fokus pada memori traumatis dan menghambat penghindaran.14

2. Intervensi farmakologis untuk PTSD

Pengobatan farmakologis yang digunakan dalam PTSD dimaksudkan untuk

memperbaiki gejala dan sebagai hasilnya dapat memperbaiki fungsi. Ketika

seseorang dengan gejala minimal mungkin lebih mudah untuk menghadapi

kenangan trauma sejalan dengan proses pemulihan. Obat ini sering digunakan

dalam kombinasi dengan pengobatan psikologis. Berbagai psikotropika

(mempengaruhi kondisi mental seseorang) telah diperiksa dan digunakan dalam

praktek klinis untuk mengobati PTSD.14

Antidepresan

Ada banyak kelas yang berbeda dari obat antidepresan. Antidepresan

generasi baru SSRI adalah kelas yang paling banyak digunakan pada PTSD dan

yang memiliki basis penelitian terkuat. Agen umum termasuk fluoxetine,

sertraline, paroxetine, dan escitalopram. Obat ini relatif mudah digunakan, relatif

aman, dan memiliki lebih sedikit efek samping daripada antidepresan yang lebih

tua. Sejak SSRI hadir ke pasar, beberapa antidepresan generasi baru lainnya telah

20

Page 21: referat jiwa

muncul seperti serotonin reuptake inhibitor - noradrenalin (SNRIs , misalnya ,

venlafaxine); noradrenalin selektif reuptake inhibitor (NRIs); inhibitor

noradrenalin - dopamin reuptake (NDRIs); dan noradrenergik dan spesifik

antidepresan serotonergik (NaSSAs). The monoamine oxidase inhibitor (MAOI)

merupakan antidepresan waktu yang lama. Yang paling terkenal dari MAOIs

adalah phenelzine, obat yang telah digunakan dalam PTSD. Masalah utama

dengan MAOI antidepresan adalah bahwa obat ini sangat sulit untuk digunakan

dan memerlukan pembatasan diet. Baru-baru ini, jenis baru dari MAOI telah

dikembangkan yang dikenal sebagai inhibitor reversibel monoamine oxidase

(RIMA misalnya moclobemide) yang lebih mudah digunakan dan tidak

memerlukan pembatasan diet. Kelas obat antidepresan yang lebih tua yang paling

umum lainnya adalah antidepresan trisiklik (TCA misalnya imipramine). Obat ini

telah digunakan dengan beberapa keberhasilan dalam PTSD di masa lalu tetapi

kurang umum digunakan sekarang dan cenderung tidak aman dengan dosis yang

tinggi.14

Antipsikotik atipikal

Generasi baru dari obat antipsikotik biasanya dikenal sebagai ' antipsikotik

atipikal ' , kadang-kadang digunakan farmakoterapi sebagai tambahan pada PTSD

untuk melengkapi obat lain dalam kasus-kasus resisten kompleks dan pengobatan.

Antipsikotik yang biasa digunakan di Australia termasuk olanzapine, quetiapine,

clozapine, risperidone dan obat ini telah dirancang untuk mengobati agitasi yang

sering terlihat pad PTSD kronis dan kompleks.14

Agen Hipnosedative

Tipe lain dari obat psikotropika yang dapat digunakan untuk mengobati

PTSD dan gejala terkait termasuk agen hipnosedative yang dirancang untuk

mengurangi kecemasan dan mengobati insomnia. Obat ini memiliki kedua obat

penenang (menenangkan, tranquilising) dan hipnotis efek. Kelompok ini termasuk

benzodiazepin (misalnya, diazepam, temazepam, alprazolam), barbiturat

(sekarang hanya digunakan dalam keadaan langka ) dan obat tidur lainnya.14

Obat lain

21

Page 22: referat jiwa

Meskipun umumnya tidak didukung oleh data empiris, beberapa kelas lain

dari obat sering digunakan dalam PTSD. Stabilisator mood digunakan untuk

mengobati perubahan suasana hati yang dalam dan berkelanjutan, gangguan

bipolar adalah contoh utama, tetapi beberapa orang dengan PTSD kronis juga

menunjukkan perubahan intens dalam suasana hati. Stabilisator mood umum di

Australia termasuk carbamazepine dan topiramate. Meskipun awalnya

dikembangkan untuk pengobatan epilepsi, antikonvulsan juga tampaknya

memiliki sifat yang dapat menstabilkan suasana hati dan kadang-kadang

digunakan dalam PTSD.14

Obat-obatan yang tidak tradisional dianggap psikotropika juga telah

dipinjam dari daerah lain obat untuk menargetkan gejala PTSD tertentu. Yang

paling umum digunakan di antaranya adalah obat yang mengubah fungsi

adrenergik. Ini termasuk beta - blockers (propranolol), agonis alpha - 1 adrenergik

(prazosin), dan alpha - 2 agonis adrenergik (clonidine . Obat ini mungkin berguna

dalam mengurangi gairah fisiologis. Contoh terakhir dari obat non - psikotropika

yang telah digunakan untuk mengobati gejala PTSD adalah obat-obatan

antihistamin.14

2.1.9 Prognosis

Timbulnya gejala biasanya di bulan pertama setelah peristiwa traumatis,

tetapi dalam minoritas yaitu kurang dari 15 % mungkin ada penundaan bulan atau

tahun sebelum gejala mulai muncul. Gangguan stres pasca -trauma menunjukkan

pemulihan alami substansial dalam bulan-bulan awal dan tahun setelah peristiwa

traumatis. Sedangkan proporsi yang tinggi dari korban trauma awalnya akan

mengembangkan gejala PTSD, sebagian besar dari orang-orang sembuh tanpa

pengobatan dalam tahun-tahun berikutnya, dengan penurunan tajam dalam tingkat

PTSD yang terjadi pada tahun pertama. Di sisi lain, setidaknya sepertiga dari

individu-individu yang awalnya mengembangkan PTSD tetap bergejala selama 3

tahun atau lebih dan berada pada risiko masalah sekunder seperti penyalahgunaan

zat. Hal ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan penting ketika pengobatan harus

ditawarkan setelah peristiwa traumatis dan bagaimana orang-orang yang tidak

mungkin untuk sembuh sendiri dapat diidentifikasi. Salah satu indikator penting

dari kebutuhan perawatan tampaknya keparahan gejala PTSD dari sekitar 2-4

22

Page 23: referat jiwa

minggu setelah trauma dan seterusnya. Namun penting untuk dicatat bahwa

keparahan gejala pada hari-hari awal setelah trauma (sampai sekitar 1 minggu)

bukan merupakan prediktor yang baik dari PTSD persisten. Bukti menunjukkan

bahwa kemungkinan penderita PTSD akan mendapatkan keuntungan dari

pengobatan seiring waktu berlalu sejak peristiwa traumatik.9,20,21

2.2 Taksonomi Bloom

Taksonomi bloom pada referat ini bertujuan untuk menilai pelatihan dalam

bentuk tingkah laku baik dalam kegiatan menganalisis atau mengklasifikasikan

sebuah pandangan yang berkaitan dengan PTSD.

2.2.1 Pengertian dan Sejarah

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk 

mengklasifikasi dan  nomos  yang berarti aturan. Taksonomi 

berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari

klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian-

sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa 

skema taksonomi.22

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam

Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan

bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata

persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk

mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari

konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya

merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).

Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses

pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya

pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil

mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy

Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang

mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.

23

Page 24: referat jiwa

Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus

dipenuhi lebih dulu.22

2.2.2 Pembagian Ranah Taksonomi Bloom

Dalam teori ini tujuan pelatihan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

1. Ranah Kognitif (Cognitive Domain), yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berpikir.22,23

Ranah Kognitif-Pengetahuan22,23

No.

Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

1. Pengetahuan Ingat, atau pengakuan dari istilah, ide, prosedur, teori, dll

Mendefinisikan, menyusun daftar, menamai,menyatakan, mengidentifikasikan,mengetahui, menyebutkan, membuatrerangka, menggaris bawahi, menggambarkan,menjodohkan, memilih

2. Pemahaman Menerjemahkan, menafsirkan, meramalkan kemungkinan, tetapi tidak melihat implikasi penuh atau transfer ke situasi lain, lebih dekat dengan terjemahan harfiah

Menerangkan, menjelaskan , menguraikan,membedakan, menginterpretasikan,merumuskan, memperkirakan, meramalkan,menggeneralisir, menterjemahkan, mengubah,memberi contoh, memperluas, menyatakankembali, menganalogikan, merangkum

3. Penerapan Terapkan abstraksi, prinsip-prinsip umum, atau metode untuk situasi konkret tertentu.

Menerapkan, mengubah, menghitung,melengkapi, menemukan. membuktikan,menggunakan, mendemonstrasikan,memanipulasi, memodifikasi, menyesuaikan,menunjukkan, mengoperasikan,

24

Page 25: referat jiwa

menyiapkan,menyediakan, menghasilkan

4. Analisa Pemisahan ide yang kompleks menjadi bagian-bagian penyusunnya dan pemahaman tentang organisasi dan hubungan antara bagian-bagian. Termasuk mewujudkan perbedaan antara hipotesis dan fakta serta antara variabel yang relevan dan asing

Menganalisa, mendiskriminasikan, membuatskema /diagram, membedakan,membandingkan, mengkontraskan, memisahkan, membagi, menghubungkan,menunjukan hubungan antara variabel,memilih, memecah menjadi beberapa bagian,menyisihkan, mempertentangkan.

5. Sintesa Kreatif, konstruksi mental ide dan konsep dari berbagai sumber untuk membentuk ide-ide yang kompleks menjadi subjek pola baru, terpadu, dan bermakna untuk diberikan kendala.

Mengkategorikan mengkombinasikan,mengatur memodifikasi, mendisain,mengintegrasikan, mengorganisir,mengkompilasi, mengarang, menciptakan,menyusun kembali, menulis kembali,merancang, merangkai, merevisi,menghubungkan, merekonstruksi,menyimpulkan, mempolakan

6. Evaluasi Untuk membuat penilaian ide atau metode menggunakan bukti eksternal atau kriteria dipilih sendiri diperkuat oleh pengamatan atau rasionalisasi informasi.

Mengkaji ulang, membandingkan,menyimpulkan, mengkritik, mengkontraskan,mempertentangkan menjustifikasi,mempertahankan, mengevaluasi,membuktikan, memperhitungkan,menghasilkan, menyesuaikan, mengkoreksi,melengkapi, menemukan.

25

Page 26: referat jiwa

Revisi Ranah Kognitif-Pengetahuan22

No.

Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

1. Mengingat Kemampuan menyebutkankembali informasi /pengetahuan yang tersimpandalam ingatan.

Mendefinisikan, menyusun daftar,menjelaskan, mengingat, mengenali,menemukan kembali, menyatakan,mengulang, mengurutkan, menamai,menempatkan, menyebutkan.

2. Memahami Kemampuan memahamiinstruksi dan menegaskan pengertian/makna ide ataukonsep yang telah diajarkan baikdalam bentuk lisan, tertulis,maupun grafik/diagram

Menerangkan, menjelaskan,menterjemahkan, menguraikan, mengartikan, menyatakan kembali, menafsirkan,menginterpretasikan, mendiskusikan,menyeleksi, mendeteksi, melaporkan,menduga, mengelompokkan, membericontoh, merangkum menganalogikan,mengubah, memperkirakan.

3. Menerapkan Kemampuan melakukan sesuatudan mengaplikasikan konsepdalam situasi tetentu. Contoh:Melakukan proses pembayarangaji sesuai dengan sistemberlaku.

Memilih, menerapkan, melaksanakan,mengubah, menggunakan,mendemonstrasikan, memodifikasi,menginterpretasikan, menunjukkan,membuktikan, menggambarkan,mengoperasikan, menjalankanmemprogramkan, mempraktekkan, memulai.

4. Menganalisis Kemampuan memisahkankonsep kedalam beberapakomponen dan mnghubungkansatu sama lain untukmemperoleh pemahaman ataskonsep tersebut secara

Mengkaji ulang, membedakan,membandingkan, mengkontraskan,memisahkan, menghubungkan, menunjukanhubungan antara variabel, memecah menjadibeberapa bagian, menyisihkan, menduga,mempertimbangkan

26

Page 27: referat jiwa

utuh. mempertentangkan,menata ulang, mencirikan, mengubahstruktur, melakukan pengetesan,mengintegrasikan, mengorganisir,mengkerangkakan.

5. Mengevaluasi/ menilai

Kemampuan menetapkanderajat sesuatu berdasarkannorma, kriteria atau patokantertentu

Mengkaji ulang, mempertahankan,menyeleksi, mempertahankan, mengevaluasi,mendukung, menilai, menjustifikasi,mengecek, mengkritik, memprediksi,membenarkan, menyalahkan.

6. Mencipta Kemampuan memadukan unsurunsurmenjadi sesuatu bentukbaru yang utuh dan koheren,atau membuat sesuatu yangorisinil.

Merakit, merancang, menemukan,menciptakan, memperoleh,mengembangkan, memformulasikan,membangun, membentuk, melengkapi,membuat, menyempurnakan, melakukaninovasi, mendisain, menghasilkan karya.

2. Ranah Afektif (Affectif Domain) berisi perilaku-perilaku yang menekankan

aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara

penyesuaian diri.22,23

Ranah Afektif-Sikap22,23

No.

Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

1. Penerimaan Menunjukkan keinginan untuk berpartisipasi dalam kegiatan

menanyakan, mengikuti, memberi, menahan /mengendalikan diri, mengidentifikasi,memperhatikan, menjawab.

2. Responsif Menunjukkan minat pada obyek, fenomena, atau kegiatan dengan mencari keluar atau mengejar untuk kesenangan

Menjawab, membantu, mentaati, memenuhi,menyetujui, mendiskusikan, melakukan, memilih, menyajikan, mempresentasikan,

27

Page 28: referat jiwa

melaporkan, menceritakan, menulis,menginterpretasikan, menyelesaikan,mempraktekkan.

3. Nilai yang dianut Menginternalisasi apresiasi (nilai-nilai) tujuan, fenomena, atau kegiatan.

Menunjukkan, mendemonstrasikan, memilih,membedakan, mengikuti, meminta,memenuhi, menjelaskan, membentuk,berinisiatif, melaksanakan, memprakarsai,menjustifikasi, mengusulkan, melaporkan,menginterpretasikan, membenarkan,menolak, menyatakan / mempertahankanpendapat,

4. Organisasi Mulai membandingkan nilai yang berbeda, dan menyelesaikan konflik di antara mereka untuk membentuk sistem internal konsisten dari nilai-nilai.

Mentaati, mematuhi, merancang, mengatur,mengidentifikasikan, mengkombinasikan,mengorganisisr, merumuskan, menyamakan,mempertahankan, menghubungkan,mengintegrasikan, menjelaskan, mengaitkan,menggabungkan, memperbaiki, menyepakati,menyusun, menyempurnakan, menyatukanpendapat, menyesuaikan, melengkapi,membandingkan, memodifikasi

5. Karakteristik Mengadopsi sistem nilai jangka panjang yang "merasuk, konsisten, dan dapat diprediksi".

Melakukan, melaksanakan, memperlihatkanmembedakan, memisahkan, menunjukkan,mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasi,mempraktekkan,

28

Page 29: referat jiwa

mengusulkan, merevisi,memperbaiki, membatasi, mempertanyakan,mempersoalkan, menyatakan, bertindak,Membuktikan, mempertimbangkan.

3. Ranah Psikomotor (Psycomotor Domain) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,

mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.22,23

Ranah Psikomotor-Keterampilan22,23

No.

Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

1. Persepsi Menggunakan isyarat sensoris untuk memandu tindakan.

Mendeteksi, mempersiapkan diri, memilih,menghubungkan, menggambarkan,mengidentifikasi, mengisolasi, membedakanmenyeleksi.

2. Kesiapan Menunjukkan kesiapan untuk mengambil tindakan untuk melakukan tugas atau tujuan.

Memulai, mengawali, memprakarsai,membantu, memperlihatkan mempersiapkandiri, menunjukkan, mendemonstrasikaan.

3. Reaksi yang diarahkan

Mengetahui langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau tujuan.

Meniru, mentrasir, mengikuti, mencoba,mempraktekkan, mengerjakan, membuat,memperlihatkan, memasang, bereaksi,menanggapi.

4. Reaksi natural Melakukan tugas atau tujuan dengan sedikit percaya diri, secara mahir, dan kebiasaan.

Mengoperasikan, membangun, memasang,membongkar, memperbaiki, melaksanakansesuai standar, mengerjakan, menggunakan,merakit, mengendalikan, mempercepat,memperlancar, mempertajam, menangani.

5. Reaksi yang kompleks

Melakukan tugas atau tujuan dalam percaya

Mengoperasikan, membangun, memasang,

29

Page 30: referat jiwa

diri, secara mahir, dan kebiasaan.

membongkar, memperbaiki, melaksanakansesuai standar, mengerjakan, menggunakan,merakit, mengendalikan, mempercepat,memperlancar, mencampur, mempertajam,menangani, mngorganisir, membuat draft/sketsa, mengukur

6. Adaptasi Melakukan tugas atau tujuan seperti di atas, tetapi juga dapat memodifikasi tindakan untuk memperhitungkan situasi baru atau bermasalah.

Mengubah, mengadaptasikan, memvariasikan,merevisi, mengatur kembali, merancang kembali, memodifikasi.

7. Kreativitas Membuat tugas baru atau tujuan menggabungkan sesuatu yang dipelajari

Merancang, membangun, menciptakan,mendisain, memprakarsai,mengkombinasikan, membuat, menjadipioneer

30

Page 31: referat jiwa

BAB III

KESIMPULAN

1. Post traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan yang

diakibatkan satu atau lebih kejadian traumatik yang dialami atau

disaksikan oleh dan apabila tidak ditangani dengan benar dapat

berlangsung kronis dan berkembang menjadi gangguan stress pasca

trauma yang kompleks dan gangguan kepribadian.

2. Faktor premorbid yang dapat mengembangkan PTSD meliputi riwayat

keluarga gangguan mental, riwayat penyakit jiwa, ciri-ciri kepribadian

neurotisisme tinggi dan miskin kepercayaan diri, awal pemisahan dari

orang tua, kemiskinan, pendidikan yang terbatas, penyalahgunaan

orangtua, kesalahan pada anak-anak, dan riwayat trauma.

3. Manifestasi klinis pada PTSD yaitu merasakan kembali peristiwa

traumatik (Re-Experiencing Symptoms), penghindaran dan emosional yang

dangkal (Avoidence Symptoms), sensitifitas yang meningkat

(Hyperaurosal Symptoms).

4. Diagnosis PTSD dapat ditegakkan dengan menggunakan pedoman

diagnostik PPDGJ III maupun DSM-IV.

5. Penatalaksanaan pada PTSD terdiri dari psikoterapi dan farmakologi.

Psikoterapi yang paling efektif untuk pengobatan PTSD adalah cognitive

behavioural therapy (CBT). CBT difokuskan pada perasaan distress,

pikiran, dan perilaku negatif yang nantinya akan mengarah pada

perubahan yang rasional.

6. Untuk menilai pelatihan dalam bentuk tingkah laku baik dalam kegiatan

menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan yang berkaitan

dengan PTSD dapat digunakan taksonomi bloom yaitu struktur hierarkhi

yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga

yang tinggi.

31

Page 32: referat jiwa

DAFTAR PUSTAKA

1. American Institute for Cognitive Therapy. Chapter 6 : Posttraumatic

Stress Disorder. diakses pada 13 Januari 2014

http://cognitivetherapynyc.com/docs/leahch06.pdf

2. Anonimous. 2006. Penelitian Kebutuhan Psikososial Masyarakat yang

Terkena Dampak Konflik Di Kabupaten Bireun, Pidie, dan Aceh

Utara. International Organization for Migration (IOM), the Department

of Social Medicine from Harvard Medical School dan Syiah Kuala

University (SKU)

3. Anonimous. 2007. Sebuah Penelitian Kebutuhan Psikososial Terhadap

Komunitas-Komunitas Di 14 Kabupaten Yang Terkena Dampak

Konflik Di Aceh. International Organization for Migration (IOM), the

Department of Social Medicine from Harvard Medical School dan Syiah

Kuala University (SKU)

4. Follete, V. G & Ruzek, J. I. 2006. Cognive-Behavioral Therapies for

Trauma. Second Edition. The Guilford Press: New York

5. National Center for PTSD. 2011. Understanding PTSD Treatment. U. S.

Department of Veterans Affairs

6. NICE. 2005. Post-traumatic stress disorder (PTSD): the treatment of

PTSD in adults and children. Abba Litho Sales Limited: London

7. Sherin, J. E & Nemeroff C, B. 2011. State of The Art: Post-traumatic

stress disorder: the neurobiological impact of psychological trauma.

Dialogues in Clinical Neuroscience 13(3): 263-278

8. National Institute of Mental Health. Post-Traumatic Stress Disorder

(PTSD). U.S. Department of Health and Human Services

9. Royal College of Psychiatrists. 2005. Post-Traumatic Stress Disorder.

The British Psychological Society

10. Brewin, C. R. 2005. Systematic review of screening instruments for the

detection of posttraumatic stress disorder in adults. Journal of

Traumatic Stress, in press

32

Page 33: referat jiwa

11. Brewin, C. R., Andrews, B. & Valentine, J. D. 2000. Meta-analysis of

risk factors for post-traumatic stress disorder in trauma-exposed

adults. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 68, 748–766.

12. Heim, C. & Nemeroff, C. B. 2001. The role of childhood trauma in the

neurobiology of mood and anxiety disorders: preclinical and clinical

studies. Biological Psychiatry, 49, 1023–1039.

13. University of Missoury. 2001. Post Traumatic Stress Disorder.

University of Missoury & RCEP7

14. Australian Centre for Posttraumatic mental Health. 2013. Australian

Guidlines for The Treatment of Acute Stress Disorder &

Posttraumatic Strss Disorder. Australian Government: National Health

and Medical Research Council

15. Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

PPDGJ III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran

Unika Atma Jaya

16. Kaplan, Sadock, Grebb, MD. 2007. Sinopsis Psikiatri. Jilid ke-2,

Binapura Angkasa, Jakarta: 68-75

17. DHCC. 2011. Post Traumatic Stress Disorder. DHCC Clinical Helpline

18. Clinical Coverage Guidline. 2008. Eye Movement Desensitization

Therapy. Clinical Coverage Guidline: Wellcare

19. Jokic-Begic N. 2010. Cognitive-Behavioral Therapy and Neuroscience

Towards Closer Integration.Psychological Topics 19(2):235-254

20. Murray, J., Ehlers A., Mayou, R. 2002. Dissociation and Post-Traumatic

Stress Disorder: Two prospective studies of Road Traffic accident

Survivors. BJPsych 180:363-368

21. Resick, P. A., Nishith, P., Weaver, L. T., Astiin, M. C., Feuer, C. A. 2002.

A Compariison of Cognitive-Processing Therapy With Prolonged

Exposure and a Waiting Condition for the Treatment of Chronic

Posttraumatic Stress Disorder in Female Rape Victims. NIH Public

Access: American Psychological Association

22. Utari, R. Taksonomi Bloom. Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK

33

Page 34: referat jiwa

23. The Center for Teaching and Learning : Division of Academic Affairs.

2014. Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. The University of

North Carolina at Charlotte diakses pada 24 Januari 2014

http://teaching.uncc.edu/learning-resources/articles-books/best-practice/

goals-objectives/blooms-educational-objectives

34