praktikum pk infeksi

Upload: charles-patrice-isaupu-gansang

Post on 06-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

infeksi

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Patologi KlinikModul Indera

KELOMPOK 1

Risna ArianiFAA 111 0011KristianFAA 110 033Irka Gibriela MiaFAA 111 0049 Alivia SoerayaFAA 111 0043Charles Patrice I.FAA 111 0028 Karina Lucia IndrianiFAA 111 0005ApriadiFAA 111 0019 Mega PratiwiFAA 110 035Chintya Nurul F.FAA 111 0034LofianiFAA 110 007Inggrid RacheliaFAA 111 0031Nindya Abelina O. L.FAA 110 024Ratnasari Ridar W.FAA 111 0009

FASILITATORFatmaria, S.farm., apt Program Studi Pendidikan DokterUniversitas Palangkaraya2014BAB IPendahuluanRespons imun tubuh merupakan hal yang mendasar dan penting bagi kesehatan tubuh manusia dan pencegahan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi yang masih tetap merupakan penyebab kesakitan utama di Indonesia dan negara berkembang di daerah tropis.Penyakit infeksi semakin meningkat baik jenis maupun sifatnya sehingga timbul emerging infectious disease.Beberapa permasalahan yang menonjol sehubungan dengan penyakit infeksi pada dua dekade terakhir adalah HIV, bioterrorism, malaria, TBC, diare infektif, dan flu burung.Selain penyakit infeksi, respons imun juga berperan baik dalam patogenesis penyakit autoimun, keberhasilan transplantasi, perancangan kit diagnostik maupun pembuatan vaksin dan obat sebagai imunoterapi.Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme padaorganismeyang melindungi tubuh terhadap pengaruhbiologisluar dengan mengidentifikasi dan membunuhpatogenserta seltumor.Imunitas atau sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atausystem imunnon spesifikdanimunitas adaptifatau sistem imun spesifik.Sedangkan patologi klinik(clinical pathology) adalah patologi yang diterapkan pada pemecahan problem klinis khususnya penggunaan metode laboratorium dalam diagnosis klinis.Sebagai penelitian perubahan yang timbul pada penyakit dalam hal susunan kimia dan mekanisme biokimia tubuh -perubahan ini bisa sebab-akibat.Ilmu patologi klinik termasuk dalam cabang ilmu kedokteran pada paraklinik kadang dikenal sebagai biokimia klinik.Pentingnya patologi klinik dalam infeksi imunologi adalah karena pertama, perubahan yang timbul pada penyakit tidak selamanya memperliuhatkan tanda klinik yang dapat dideteksi secara klinis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.Kedua, perubahan tersebut dapat dalam bentuk subklinis atau asimptonatik.Ketiga, perubahan dapat dideteksi lebih awal.Perannya adalah pemeriksaan rutin, membantu skreening terhadap penyakit dan penegakan diagnosis.

TujuanTujuan Umum Mahasiswa mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium dan melakukan penilaian hasil pemeriksaan secara tepat dalam upaya menegakkan diagnosis, memantau aktifitas penyakit dan pengobatan serta menentukan prognosis Tujuan Khusus 1. Menjelaskan patofisiologi kelainan laboratorium2. Memilih pemeriksaan laboratorium dan menilai hasil pemeriksaan laboratoriumAlat Dan Bahan0. Alat Buku penuntun praktikum0. Bahan Kertas kerja western blot HIV Kertas gambar pola hasil pemeriksaan ANA Kertas gambar pola hasil pemeriksaan dsDNA Anti-TB Kertas MultisetTM Lab report Kertas MultisetTM Physician report Rapid tes HIV Kertas Schematic representation of the UNAIDS and WHO HIV testing strategiesCara Kerja1. Mengamati dan memahami kertas demontrasi yang diberikan dosen pembimbing praktikum.1. Mencatat bagian-bagian yang dijelaskan dosen pembimbing praktikum.1. Kemudian membuat laporan praktikum.BAB IITinjauan PustakaSistem imun melibatkan pasrtisipasi dari berbagai jenis sel dengan fungsi saling terkait yang merupakan suatu jaringan aktivitas yang secara efektif mempertahankan tubuh dari benda asing dan organisme, contohnya virus dan bakteri. Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan DNA manusia; mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain; serta menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi serangan bakteri dan virus asing ke dalam tubuh. Tugas sistem imun adalah mencari dan merusak invader (penyerbu) yang membahayakan tubuh manusia.Apabila tubuh mendapatkan serangan dari benda asing maupun infeksi mikroorganisme (kuman penyakit, bakteri, jamur, atau virus) maka sistem kekebalan tubuh akan berperan dalam melindungi tubuh dari bahaya akibat serangan tersebut. Ada beberapa macam imunitas yang dibedakan berdasarkan cara mempertahankan dan berdasarkan cara memperolehnya. Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit, imunitas dibedakan menjadi dua, yaitu imunitas nonspesifik dan imunitas spesifik. Adapun berdasarkan cara memperolehnya dibedakan menjadi kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

1. Imunitas Nonspesifik Pertahanan tubuh terhadap serangan (infeksi) oleh mikroorganisme telah dilakukan sejak dari permukaan luar tubuh yaitu kulit dan pada permukaan organ-organ dalam. Tubuh dapat melindungi diri tanpa harus terlebih dulu mengenali atau menentukan identitas organisme penyerang. Imunitas nonspesifik didapat melalui tiga cara berikut, yaitu:1. Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Organ Tubuh Tubuh memiliki daerah-daerah yang rawan terinfeksi oleh kuman penyakit berupa mikroorganisme, yaitu daerah saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Saluran pencernaan setiap hari dilewati oleh berbagai macam makanan dan air yang diminum. Makanan tersebut tidak selalu terbebas dari kuman penyakit baik berupa jamur maupun bakteri sehingga terinfeksi melalui saluran pencernaan kemungkinannya tinggi.1. Pertahanan dengan Cara Menimbulkan Peradangan (Inflamatori) Mikroorganisme yang telah berhasil melewati pertahanan di bagian permukaan organ dapat menginfeksi sel-sel dalam organ. Tubuh akan melakukan perlindungan dan pertahanan dengan memberi tanda secara kimiawi yaitu dengan cara sel terinfeksi mengeluarkan senyawa kimia histamin dan prostaglandin. Senyawa kimia ini akan menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah di daerah yang terinfeksi. Hal ini akan menaikkan aliran darah ke daerah yang terkena infeksi. Akibatnya daerah terinfeksi menjadi berwarna kemerahan dan terasa lebih hangat. Apabila kulit mengalami luka akan terjadi peradangan yang ditandai dengan memar, nyeri, bengkak, dan meningkatnya suhu tubuh. Jika luka ini menyebabkan pembuluh darah robek maka mastosit akan menghasilkan bradikinin dan histamin. Bradikinin dan histamin ini akan merangsang ujung saraf sehingga pembuluh darah dapat semakin melebar dan bersifat permeabel. Kenaikan permeabilitas kapiler darah menyebabkan neutrofil berpindah dari darah ke cairan luar sel. Neutrofil ini akan menyerang bakteri yang menginfeksi sel. Selanjutnya, neutrofil dan monosit berkumpul di tempat yang terluka dan mendesak hingga menembus dinding kapiler. Setelah itu, neutrofil mulai memakan bakteri dan monosit berubah menjadi makrofag (sel yang berukuran besar). Makrofag berfungsi fagositosis dan merangsang pembentukan jenis sel darah putih yang lain.

Gambar. Mekanisme pertahanan tubuh dengan respon inflamatori

Berdasarkan gambar tersebut, sistem pertahanan tubuh dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Jaringan mengalami luka, kemudian mengeluarkan tanda berupa senyawa kimia yaitu histamin dan senyawa kimia lainnya. 1. Terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang menyebabkan bertambahnya aliran darah, menaikkan permeabilitas pembuluh darah. Selanjutnya terjadi perpindahan sel-sel fagosit. 1. Sel-sel fagosit (makrofag dan neutrofil) memakan patogen.

Sinyal kimia yang dihasilkan oleh jaringan yang luka akan menyebabkan ujung saraf mengirimkan sinyal ke sistem saraf. Histamin berperan dalam proses pelebaran pembuluh darah. Makrofag disebut juga big eaters karena berukuran besar, mempunyai bentuk tidak beraturan, dan membunuh bakteri dengan cara memakannya.Bakteri yang sudah berada di dalam makrofag kemudian dihancurkan dengan enzim lisosom. Makrofag ini juga bertugas untuk mengatasi infeksi virus dan partikel debu yang berada di dalam paru-paru. Sebenarnya di dalam tubuh keberadaan makrofag ini sedikit, tetapi memiliki peran sangat penting. Setelah infeksi tertanggulangi, beberapa neutrofil akhirnya mati seiring dengan matinya jaringan sel dan bakteri. Setelah ini sel-sel yang masih hidup membentuk nanah. Terbentuknya nanah ini merupakan indikator bahwa infeksi telah sembuh. Jadi reaksi inflamatori ini sebagai sinyal adanya bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih memakan bakteri yang menginfeksi tubuh. Selain sel monosit yang berubah menjadi makrofag juga terdapat sel neutrofil yang akan membunuh bakteri (mikroorganisme asing lainnya).1. Pertahanan Menggunakan Protein Pelindung Jenis protein ini mampu menghasilkan respons kekebalan, di antaranya adalah komplemen. Komplemen ini dapat melekat pada bakteri penginfeksi. Setelah itu, komplemen menyerang membran bakteri dengan membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasmanya. Hal ini menyebabkan ion-ion Ca+ keluar dari sel bakteri, sedangkan cairan serta garam-garam dari luar sel bakteri akan masuk ke dalam tubuh bakteri. Masuknya cairan dan garam ini menyebabkan sel bakteri hancur.

Gambar. Mekanisme penghancuran bakteri oleh protein komplemen1. Imunitas Spesifik Imunitas spesifik diperlukan untuk melawan antigen dari imunitas nonspesifik. Antigen merupakan substansi berupa protein dan polisakarida yang mampu merangsang munculnya sistem kekebalan tubuh (antibodi). Mikrobia yang sering menginfeksi tubuh juga mempunyai antigen. Selain itu, antigen ini juga dapat berasal dari sel asing atau sel kanker. Tubuh kita seringkali dapat membentuk sistem imun (kekebalan) dengan sendirinya. Setelah mempunyai kekebalan, tubuh akan kebal terhadap penyakit tersebut walaupun tubuh telah terinfeksi beberapa kali. Sebagai contoh campak atau cacar air, penyakit ini biasanya hanya menjangkiti manusia sekali dalam seumur hidupnya. Hal ini karena tubuh telah membentuk kekebalan primer. Kekebalan primer diperoleh dari B limfosit dan T limfosit. Adapun imunitas spesifik dapat diperoleh melalui pembentukan antibodi. Antibodi merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh sel darah putih. Semua kuman penyakit memiliki zat kimia pada permukaannya yang disebut antigen. Antigen sebenarnya terbentuk atas protein. Tubuh akan merespon ketika tubuh mendapatkan penyakit dengan cara membuat antibodi. Jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik atau berbeda-beda untuk setiap jenis kuman penyakit. Dengan demikian diperlukan antibodi yang berbeda pula untuk jenis kuman yang berbeda. Tubuh memerlukan macam antibodi yang banyak untuk melindungi tubuh dari berbagai macam kuman penyakit. Dalam kehidupan sehari-hari tubuh tidak dapat selalu berada dalam kondisi terbebas dari kotoran dan mikroorganisme (steril). Tubuh dapat dengan cepat merespon infeksi suatu kuman penyakti apabila di dalam tubuh sudah terdapat antibodi untuk jenis antigen tertentu yang berasal dari kuman.

1. Cara Mendapatkan Antibodi Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua macam kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan pasif. 1. Kekebalan Aktif Kekebalan aktif terjadi jika seseorang kebal terhadap suatu penyakit setelah diberikan vaksinasi dengan suatu bibit penyakit. Jika kekebalan itu diperoleh setelah orang mengalami sakit karena infeksi suatu kuman penyakit maka disebut kekebalan aktif alami. Sebagai contohnya adalah seseorang yang pernah sakit campak maka seumur hidupnya orang tersebut tidak akan sakit campak lagi. Vaksin mengandung bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit penyakit tersebut masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh sistem imun dengan cara membentuk antibodi. Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam menghasilkan antibodi. Sel B (B limfosit) membentuk sistem imunitas humoral, yaitu imunitas dengan cara membentuk antibodi yang berada di darah dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali antigen asing serta berperan membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri, seperti Streptococcus, Meningococcus, virus campak, dan Poliomeilitis. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan melumpuhkannya. Sel B ini juga mampu membentuk sel pengingat (memory cell). Sel ini berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen yang sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel pengingat ini akan segera meningkatkan antibodi dan membentuk sel plasma dalam waktu cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu menghasilkan antibodi dalam darah dan limfa. Sel T (T limfosit) membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker, serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan di glandula timus dan bekerja secara fagositosis. Namun T limfosit tidak menghasilkan antibodi. T limfosit secara langsung dapat menyerang sel penghasil antigen. Sel T kadang ikut membantu produksi antibodi oleh sel B. Sel T dan sel B berasal dari sel limfosit yang diproduksi dalam sumsum tulang. Pada gambar, Sel limfosit yang melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi sel B. Baik sel B maupun sel T dilengkapi dengan reseptor antigen di dalam plasma membrannya. Reseptor antigen pada sel B merupakan rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Reseptor antigen dari sel T berbeda dari antibodi, namun reseptor sel T mengenali antigennya secara spesifik. Spesifikasi dan banyaknya macam dari sistem imun tergantung reseptor pada setiap sel B dan sel T yang memungkinkan limfosit mengidentifikasi dan merespon antigen. Saat antigen berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan limfosit, limfosit akan aktif untuk berdeferensiasi dan terbagi menaikkan populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem humoral, sel B diaktifkan oleh ikatan antigen yang akan meningkatkan sel efektor yang disebut dengan sel plasma. Sel ini mensekresi antibodi untuk membantu mengurangi antigen.

Gambar. Tempat pembentukan Sel B dan Sel T

1. Kekebalan Pasif Setiap antigen memiliki permukaan molekul yang unik dan dapat menstimulasi pembentukan berbagai tipe antibodi.Sistem imun dapat merespon berjuta-juta jenis dari mikroorganisme atau benda asing.Bayi dapat memperoleh kekebalan (antibodi) dari ibunya pada saat masih berada di dalam kandungan.Sehingga bayi tersebut memiliki sistem kekebalan terhadap penyakit seperti kekebalan yang dimiliki ibunya.Kekebalan pasif setelah lahir yaitu jika bayi terhindar dari penyakit setelah dilakukan suntikan dengan serum yang mengandung antibodi, misanya ATS (Anti Tetanus Serum).Sistem kekebalan tubuh yang diperoleh bayi sebelum lahir belum bisa beroperasi secara penuh, tetapi tubuh masih bergantung pada sistem kekebalan pada ibunya.Imunitas pasif hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja.1. Struktur Antibodi Setiap molekul antibodi terdiri dari dua rantai polipeptida yang identik, terdiri dari rantai berat dan rantai ringan. Struktur yang identik menyebabkan rantai-rantai polipeptida membentuk bayangan kaca terhadap sesamanya. Empat rantai pada molekul antibodi dihubungkan satu sama lain dengan ikatan disulfida (ss) membentuk molekul bentuk Y. Dengan membandingkan deretan asam amino dari molekul-molekul antibodi yang berbeda, menunjukkan bahwa spesifikasi antigen- antibodi berada pada dua lengan dari Y. Sementara cabang dari Y menentukan peran antibodi dalam respon imun.

Gambar. Model struktur antibodi

1. Cara Kerja AntibodiCara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam. Prinsipnya adalah terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh antibodi. 1. Netralisasi Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau toksik dari patogen dapat dikurangi. 1. Penggumpalan Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi yang memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen.Molekul antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat bergabung dengan antigen-antigen yang berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri secara cepat.1. Pengendapan Prinsip pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, tetapi pada pengendapan antigen yang dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigen-antigen tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga selsel makrofag mudah dalam menangkapnya.

1. Aktifasi Komplemen Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk melakukan penyerangan terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan dapat terjadi lisis.

Gambar. Reaksi antibodi pada antigen dan sel asing dalam penonaktifan antigenSistem imun dapat mengenali antigen yang sebelumnya pernah dimasukkan ke dalam tubuh, disebut memori imunologi. Dikenal respon primer dan respon sekunder dalam sistem imun yang berkaitan dengan memori imun. Berikut adalah gambaran respon primer dan sekunder.

Gambar. Memori primer dan sekunder pada sistem imun

BAB IIIHasil dan Pembahasan0. Tes anti TBPemeriksaan serologis untuk tuberculosis pertama kali ditemukan oleh Arloing pada tahun 1898 dengan tehnik hemaglutinasi.Dan pada hari ini, pemeriksaan serologis TB Paru berkembang dengan pesat dan menggunakan prinsip antigen-antibodi.IgG anti TB merupakan suatu pemeriksaan immunoassay kromatografi, yang spesifik untuk mendeteksi Antigen Mycobacterium tuberculosis di dalam serum manusia atau plasma dapat dideteksi keberadaanya pada serum penderita pada 1-2 bulan setelah infeksi bakteri Mycobacteriumtuberculosis. Test ini memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik untuk mendeteksi penyakit tuberculosis. Bakteri memiliki Mycobacterium tuberculosis memiliki dinding sel untuk melindungi dirinya. Kapsul yang menyelubungi bakteri ini memiliki struktur protein yang bergabung dengan unsur lain membentuk antigen yang nantinya akan dikenali oleh tubuh dalam rangka membentuk system pertahanan yang akan digunakan untuk mengaktifkan sel-sel imunitas dan komplemen. Pada beberapa isolat antigen Mycobacterium tuberculosis yang didapat, memiliki beberapa antigen yang berbeda satu sama lain, hal ini menimbulkan antibodi yang berbeda timbul dari pasien-pasien yang diteliti.

Beberapa jenis antigen yang terdapat pada dinding sel Mycobacterium tuberculosis antara lain Tuberculous Glycolypid (TBGL); Lypoarabinomannan (LAM); Antigen-60 (A60); golongan trehalose yangmengandung glycolipid, seperti 2,3-di-asiltrehalose, 2,3,6-triasiltrehalose, cord factor (6,6'-dimycolate), dan sulfolipid I (SL-I). Setiap dari antigen iniakan memicu timbulnya imunoglobulin yang berbeda pula, dan tidak setiappasien memiliki semua imunoglobulin untuk. Hal ini dipengaruhi olehkarena respon HLA manusia.Terkadang reaksi silang tidak bisa dielakkan dalam melakukan tesserologis. Sering kali hal ini menimbulkan reaksi false-positif, hal inidikarenakan karena infeksi TB Paru yang bersifat laten. Tingkat sensitivitasdalam tes ini cukup tinggi menggunakan antigen-60, namun, tingkatsensitivitas ini akan sangat meningkat jika semua antigen yang terdapat didinding sel disertakan.Dilakukan penelitian denganmenggunakan semua antigen ini, dan peningkatan sensitivitas menjadi>88% dan spesifitas >90%.Namun, penggunaan antigen-60 sebagai tessudahlah cukup. Namun, pada beberapa peneltian, didapatkan antigen 38-kdmerupakan antigen yang terbaik.Berikut ini adalah cara penggunaan tes Anti TB, yaitu sebagai berikut:

IgG anti TB di tubuh manusia dihasilkan oleh sel plasma yang merupakan hasil diferensiasi dari Sel B limfosit. IgG merupakan suatu protein globulin yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh humoral manusia yang spesifik untuk antigen tertentu. Fungsi utama dari Immunoglobulin adalah mengikat dan menghancurkan antigen dan sebagai aktivator dari komplemen yang akan menghasilkan proses opsonisasi. IgG ini dibentuk setelah infeksi berjalan kronik atau pada proses memori dari antigen. Imunoglobulin merupakan suatu molekul glikoprotein yang terdiri atas komponen polipeptida sebanya 82-96% dan selebihnya karbohidrat, yang pada proses elektroforesis tergolong pada kelompok gama-globulin. Molekul ini terdiri dari satu rantai berat dan dua rantai ringan.Rantai yang berat merupakan fragmen yang konstan (Fc), yang berfungsi untuk mengaktifkan komplemen, sedangkan rantai yang ringan merupakan fragmen yang melekat pada antigen (Fab) yang spesifik terhadap antigen tertentu. Proses pembentukan IgG pertama-tama diawali oleh destruksi kuman TB oleh makrofag. Proses ini mula-mula terhambat dikarenakan mekanisme kuman TB di dalam menghindari proses fagositosis dengan cara:a. Menghambat proses pengasaman fagosom dengan menghambat pompa asamb. Beberapa molekul di dinding sel bakteri seperti LAM, dan phenolic glycolipid merupakan scavenger oxidantc. Adanya TACO (Tryptophan Aspartate Coat Protein) akan menghambat maturasi dari fagosom.Semua proses ini akan dilawan oleh IFN-, yang akan merangsang makrofag untuk meningkatkan iNOS (inducible Nitrit Oxide Synthetase) yang akan menghancurkan bakteri. Antigen yang berasal dari kuman yang mati kemudian di proses dan di presentasikan melalui MHC II (MajorHistocompatibility Complex) dengan bantuan IL-12 kepada sel Limfosit T0. Sel limfosit ini kemudian menghasilkan IL-2 untuk mengaktivasi dirinya sendiri serta berdifferensiasi menjadi Sel Th1 dan Th2 sesuai dengan keseimbangan IFN- dengan IL-4, apabila IFN- lebih dominan maka jumlah subset Th1 akan lebih banyak, dan hal ini lebih fisiologik. Subset Th1 akan lebih lanjut menghasilkan IFN-, TNF-, dan IL-2 yang akan menghasilkan Delayed Response Hipersensitivity yang berperan di dalameliminasi kuman TB. Bersamaan dengan itu, Subset Th2 akan menghasilkan Il-4 yang akan memacu sel Limfosit B berdiferensiasi menjadi sel Plasma yang akan menghasilkan Immunoglobulin termasuk IgG. Antigen yang sesuai ini di presentasi oleh sel Limfosit T helper.Proses dari pengenalan antigen ini sangat dipengaruhi jumlah kuman yang ada di dalam tubuh, jika kuman terdapat dalam jumlah di luar sel, seperti yang dijumpai pada pasien dengan BTA positif, akan menghasilkan proses imunologik humoral yang lebih banyak dibandingkan jika pada pasien dengan kuman yang kebanyakan terdapt di intraseluler karena lebih seringnya kontak dengan bakteri. Dan proses pembentukan antibodi ini lebih berguna karena dapat melawan kuman di luar sel.

0. Anti-Nuclear Antibodies (ANA)

Anti-nuklir antibodi (juga dikenal sebagai anti-nuclear factor atau ANF) adalah autoantibodi yang mempunyai kemampuan mengikat pada struktur-struktur tertentu didalam inti (nukleus) dari sel-sel lekosit.ANA yang merupakan imunoglobulin (IgM, IgG, dan IgA) bereaksi dengan inti lekosit menyebabkan terbentuknya antibodi, yaitu anti-DNA dan anti-D-nukleoprotein (anti-DNP).Anti-DNA dan anti-DNP hampir selalu dijumpai pada penderita SLE. Temuan anti-DNA akan berfluktuasi bergantung pada proses penyakit ini, yang disertai dengan remisi dan eksaserbasi. Anti-DNA 95% dapat ditemukan pada penderita nefritis lupus.Uji ANA merupakan skrining untuk lupus eritematosus sistemik (SLE) dan penyakit kolagen lainnya.Kadar total ANA juga dapat meningkat pada penyakit skleroderma, rheumatoid arthritis, sirosis, leukemia, mononukleosis infeksiosa, dan malignansi.Untuk mendiagnosis lupus, temuan uji ANA harus dibandingkan dengan hasil uji lupus lainnya.ANA ditemukan pada pasien dengan sejumlah penyakit autoimun, seperti SLE (penyebab tersering), sklerosis sistemik progresif (PSS), sindrom Sjrgen, sindrom CREST, rheumatoid arthritis, skleroderma, mononukleosis infeksiosa, polymyositis, 's tiroiditis Hashimoto, juvenile diabetes mellitus, penyakit Addison, vitiligo, anemia pernisiosa, glomerulonefritis, dan fibrosis paru.ANA juga dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi yang tidak dianggap sebagai penyakit autoimun klasik, seperti infeksi kronis (virus, bakteri), penyakit paru (fibrosis paru primer, hipertensi paru), penyakit gastrointestinal (kolitis ulseratif, penyakit Crohn, sirosis bilier primer, penyakit hati alkoholik), kanker (melanoma, payudara, paru-paru, ginjal, ovarium dan lain-lain), penyakit darah (idiopatik trombositopenik purpura, anemia hemolitik), penyakit kulit (psoriasis, pemphigus), serta orang tua dan orang-orang dengan keluarga dengan riwayat penyakit reumatik.Nilai Rujukan: HASIL NORMAL:Negatif( kurang dari 20 Units) HASIL ABNORMAL:Equivocal: 20 60 Units,Positif: lebih dari 60 Units atau titer 1/160atau lebih.Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium: Obat-obatan tertentu yang mempengaruhi hasil pengujian (lihat pengaruh obat) Proses penuaan dapat menyebabkan peningkatan kadar ANA.

0. Pemeriksaan CD4 dengan Flowcytometer

Monitoring status imunologi pada infeksi HIV bisa dilakukan dengan metode flow cytometry. Pemeriksaan menggunakan flow cytometer yang berbasis flow cytometry merupakan pemeriksaan yang paling baik untuk limfosit T helper/inducer (CD4+) atau limfosit T supressor/cytotoxic (CD8+). Virus HIV menginfeksi limposit T helper atau melalui antigen CD4+.Limposit yang terinfeksi ini kemudian lisis ketika virion baru dilepaskan atau dipindahkan oleh sistem imun selular. Pada infeksi HIV yang progresif, jumlah CD4+ dan limposit T menurun. Jumlah absolut CD4+ merupakan pengukuran yang penting untuk memprediksi, menentukan derajat, dan monitoring progresivitas serta respons terhadap pengobatan pada infeksi HIV.Pemeriksaan jumlah virus melengkapi pemeriksaan laboratorium untuk monitoring penyakit.Besarnya berbanding terbalik dengan jumlah CD4+. Jadi, jumlah CD4+ dan jumlah virus secara langsung menunjukkan status imun penderita. Ini berguna untuk menentukan diagnosa, prognosa, dan manajemen pengobatan pada penderita yang terinfeksi HIV.Nilai normal limfosit T: Dewasa: Limfosit T CD4 absolut :lebih besar dari 500/cmm3 Limfosit T CD4 % :lebih besar dari 25% Bayi 12 bulan:- Limfosit T CD4 absolut :lebih besar dari 1.500/cmm3- Limfosit T CD4 % :lebih besar dari 25% Anak-anak 1-5 tahun:- Limfosit T CD4 absolut :lebih besar dari 1.000/cmm3- Limfosit T CD4 % :lebih besar dari 25%Contoh pemeriksaan laboratorium a.Persiapan sampel : 3 ml darah vena dimasukkan ke dalam tabung vakum K3EDTA dan ditutup rapat (pada suhu kamar, sampel stabil 99%).Pemeriksaan kedua dilakukan jika serum pada pemeriksaan pertama memberikan hasil reaktif.Jika pada pemeriksaan pertama hasil nya non-reaktif, maka dilaporkan hasil tes nya negatif.Pemeriksaan pertama menggunakan reagensia dengan sensitivitas tertinggi dan pada pemeriksaan kedua dipakai reagensia yang lebih spesifik serta berbeda jenis antigen atau teknik nya dari yang dipakai pada pemeriksaan pertama.Bila hasilnya pemeriksaan kedua juga reaktif, maka disimpulkan sebagai terinfeksi HIV.Namun jika hassil pemeriksaan yang kedua adalah non-reaktif, maka pemeriksaan harus diulang dengan ke-2 metode. Bila hasil tetap tidak sama, maka dilaporkan sebagai indeterminate.Pemeriksaan ketiga menggunakan 3 kali pemeriksaan.Bila hasil pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga reaktif, maka dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut memang terinfeksi HIV.1. Tahapan penurunan CD4 1. Normal (asimtomatik) kadar CD4 1000-500 sell1. Menurun (Asimtomatik) kadar CD4 500-200 sell1. Sangat menurun (gejala makin parah dan persisten, sudah AIDS) kadar CD4 200-50 sell1. Sangat rendah (stadium akhir, meningkatkan infeksi oportunistik dan mortalitas) kadar CD4