praktikum bsn 2

37
LAPORAN PRAKTIKUM BASIC SCIENCE OF NURSING II Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Basic Science of Nursing II Disusun oleh : Nuridha Fauziyah 220110110057 i

Upload: nuridha-fauziyah

Post on 29-Nov-2015

721 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum BSN 2

LAPORAN PRAKTIKUM

BASIC SCIENCE OF NURSING II

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Basic Science of Nursing II

Disusun oleh :

Nuridha Fauziyah

220110110057

Fakultas KeperawatanUniversitas Padjadjaran

2011

i

Page 2: Praktikum BSN 2

Daftar Isi

Daftar Isi.......................................................................................................................................i

LAPORAN PRAKTIKUM I.......................................................................................................2

LAPORAN PRAKTIKUM II......................................................................................................6

LAPORAN PRAKTIKUM III.....................................................................................................9

LAPORAN PRAKTIKUM IV..................................................................................................12

LAPORAN PRAKTIKUM V....................................................................................................14

LAPORAN PRAKTIKUM VI..................................................................................................16

LAPORAN PRAKTIKUM VII.................................................................................................20

LAPORAN PRAKTIKUM VIII................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................ii

i

Page 3: Praktikum BSN 2

LAPORAN PRAKTIKUM IPEMERIKSAAN AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG DAN INTERPRETASI EKG

Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan aktivitas listrik jantung dengan

menggunakan alat EKG

2. Mahasiswa dapat menginterpretasi aktivitas jantung pada gambaran EKG

3. Mahasiswa dapat membuat kesimpulan mengenai gambaran EKG.

Landasan Teori

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik hasil pencatatan aksi potensial atau perubahan

kelistrikan yang dihasilkan ileh kontraksi otot jantung (antrium dan ventrikel). Aksi potensial

adalah aktivitas listrik yang menyebabkan kontraksi otot. Kondasi ini berlangsung karena

adanya konduktivitas sel miokard. Konduktivitas adalah kemampuan sel-sel otot jantung

untuk mengirim impuls sepanjang membran-membran selnya. Jaringan khusus sepanjang

sistem konduksi jantung mengandung sel ke membran sel berikutnya. Penyebaran impuls ini

akan merangsang kontraksi otot yang bersangkutan.

Elektrokardiogram diperoleh melalui pengukuran potensial listrik di antara berbagai titik di

tubuh dengan menguunakan biomedical instrumentation amplifier.

Sandapan (lead) merekam sinyal listrik jantung dari kombinasi tertentu elektrode yang

ditempatkan pada titik tertentu di tubuh klien. Berikut titik-titik yang biasa di gunakan untuk

pengukuran :

V1 : Ruang sela iga IV disebalah pinggir kanan sternum

V2 : ruang sela iga IV disebelah pinggir kiri strenum

V3 : ditengah antara V2 dan V4

V4 : ruang sela iga ke V pada garis miklavikula kiri

V5 : garis aksilaris anterior kiri setinggi V5

V6 : garis midaksilaris kiri setinggi V5

Tujuan pencatatan elektrokardiogram dilakukan untuk mengetahui hal-hal berikut ini.

1. Kelainan irama jantung (dysrithmia).

2. Gangguan konduksi miokard (heart block).

3. Kelainan miokardium (iskemia dan infark miokard, serta hipertrofi atrium dan

ventrikel).

4. Efek pemberian obat-obatan terutama golongan quinidine dan digitalis.

5. Gangguan elektrolit (terutama kalium dan kalsium) yang biasanya juga memengaruhi

kemampuan kontraksi miokard.

2

Page 4: Praktikum BSN 2

6. Proses inflamasi pada jaringan miokard (perikarditis, miokarditis, endokarditis) dan

kelainan katup jantung.

Heart Rate (HR)

Ada beberapa cara menghitung denyut jantung pada strip EKG, yaitu sebagai berikut.

1. Ambil EKG strip dalam 6 detik kemudian hitung jumlah gelombang R yang ada

kemudian kalikan 10 atau ambil strip EKG dalam 10 detik kemudian hitung jumlah

gelombang R yang ada dan kalikan 6.

2. Ambil EKG strip, 1500 dibagi jumlah KK antara puncak gelombang R ke puncak

gelombang R berikutnya dalam satu lead.

3. Bila interval R-R (jarak gelombang R dalam satu lead) berjarak :

1KS = HR 300 bpm

2KS = HR 150 bpm

3KS = HR 100 bpm

Bila denyut jantung :

>100 bpm = (sinus) Takikardia

< 60 bpm = (sinus) Bradikardi

140-250 bpm = Takkardia abnormal

250-350.1 m = Flutter

>350 bpm = Fibrilasi

Gelombang P

1. Lebar : <0,10 detik atau < 2,25 mm.

2. Tinggi / amplitudo :<2,5 mV atau < 2,5 mm.

3. Positif di lead : I, II, aVF, V2-V6.

4. Negatif di lead aVR.

5. Positif, negatif, bifasik di lead : III, aVL, V1.

Kompleks QRS

1. Interval Q-R-S (lamanya aktif depolarisasi ventrikel yaitu jarak antara permulaan

gelombang Q sampai akhir gelombang S).

2. Normal : 0,06 – 0,12 detik.

3. Bila > 0,12 detik menunjukkan Bundle Branch Block (BBB) atau hiperkalemia.

Interval P-R

1. Jumlah waktu depolarisasi atrium ditambah waktu perlambatan AV Node.

2. Normal : 0,12-0,20 detik.

3. Bila < 0,12 detik : pada keadaan hantaran dipercepat.

3

Page 5: Praktikum BSN 2

4. Bila > 0,20 detik : pada AV Block.

5. Berubah-ubah pada wadering pace-maker.

Gelombang T

1. Tinggi / amplitudo : minimum 1mm.

a. < 10 mm (0,1 mV) di lead prekordial (V1-V6).

b. < 5mm (0,05 mV) di lead ekstremitas / limb lead (I,II, aVR, aVL, aVF).

2. Positif di lead II, Iii, aVF, V2-V6.

3. Negatif di lead aVL.

4. Positif, negatif, bifasik di lead III, aVL, dan V1.

Alat yang digunakan

1. Tempat tidur

2. Mesin & Kertas EKG

Evaluasi

EKG

a. HR : 82 x/m

b. gel P : Posisi di kedua atrium

Waktu : 0,12 detik

Amplitudo : 0,3 mV

c. P-R interval : nodus SA menuju serabut purkinje 0,12 – 0,20 detik

d. QRS complex : lebar = 0,06 – 0,12 detik

e. ST segment : yang naik di atas isoelektris dinamakan elevasi dan yang turun

di bawah isoelektris dinamakan ST depresi

f. Gel.T : Posisi di kedua ventrikel

Amplitudo :

Kesimpulan

Hasil pemeriksaan EKG yang dilakukan oleh orang percobaan adalah normal, karena dilihat

dari gelombang P, Q, R, S, dan T tidak mengalami kejanggalan. Hasil yang didapatkan sesuai

dengan teori yakni dimana P-R interval diperoleh sesuai dengan teori normalnya kondisi

jantung orang percobaan.

Hasil rekaman EKG orang percobaan

Nama : Tri Aji

Tanggal : 14 Desember 2011

4

Page 6: Praktikum BSN 2

TD : 5mm/mv // 25mm/s

I

HR : 84

II

HR : 82

III

HR : 84

AVR

HR : 80

AVL

HR : 82

AVF

HR : 81

V1

HR : 78

V2

HR : 81

V3

HR : 76

V4

HR : 70

V5

HR : 75

V6

HR : 73

5

Page 7: Praktikum BSN 2

LAPORAN PRAKTIKUM IIDENYUT JANTUNG (ICTUS CORDIS), BUNYI JANTUNG, DAN PENGARUH

PERUBAHAN POSISI DAN AKTIVITAS TERHADAP TEKANAN DARAH DAN

DENYUT JANTUNG

Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan denyut jantung

2. Mahasiswa mengidentifikasi bunyi jantung menggunakan stetoskop

3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh aktivitas terhadap denyut jantung dan tekanan

darah.

Landasan Teori

Awal kontraksi ventrikel (sistolik) terjadi pada saat menutupnya katup mitral dan katup

trikuspidalis, dimana kedua katup ini terbuka selama atrium berkontraksi (fase diastolic)

penutupan katup mitral dan trikuspidalis menimbulkan bunyi Lub yang disebut Bunyi Jantung

1 (BJ1/S1).

Awal relaksasi ventrikel (diastolic) terjadi waktu katup aorta dan katup pulmonal

menutup, dimana kedua katup ini terbuka saat ventrikel berkontraksi (fase sistolik). Penutupan

katup aorta dan pulmonal menimbulkan bunyi Dup yang disebut Bunyi Jantung 2 (BJ2/S2).

Bunyi – bunyi ini dapat didengar dengan cara menempelkan telinga langsung pada

dinding dada atau dapat digunakan stetoskop. Denyut jantung (kontraksi) dapat dirasakan

dengan tangan yang diletakkan di dada. Denyut jantung ini terjadi diantara bunyi jantung

pertama dan kedua.

Meningkatnya denyut jantung pada saat beraktivitas karena untuk mempertahankan

aktivitas otot – otot rangka yang sedang bekerja, sehingga peningkatan aliran darah untuk

memenuhi kebutuhan oksigen dan zat gizi sel – sel otot tersebut.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah.

Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan

tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau penurunan elastisitas pembuluh

darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah.

Tekanan darah dalam arteri berubah – ubah secara berirama sejalan dengan denyut

jantung yang mencapai maksimum saat ventrikel kiri mengeluarkan darah ke aorta (sistole)

dan turun kembali selama diastole, yang mencapai minimum tepat sebelum denyut jantung

berikutnya.

Alat yang diperlukan

1. Sphygmomanometer

6

Page 8: Praktikum BSN 2

2. Stetoskop

3. Bangku kayu

Tata Kerja Praktikum

II.A Denyut Jantung Denyut Jantung (Ictus Cordis)

1. Mintalah orang percobaan melepas bajunya dan perhatikan apa yang tampak pada ruang

intercostal V sedikit medial dari garis medioclavicularis. Untuk lebih jelasnya suruh

orang percobaan sedikit membungkuk badannya

2. Lihat dan raba dan hitung denyut jantungnya

3. Catat apa yang akan terjadi bila orang percobaan melakukan ekspirasi atau inspirasi

yang dalam.

IIB. Bunyi Jantung

Dengarkan bunyi jantung pada tempat-tempat berikut ini :

1. Apex (LUB dup)

2. Sela iga II sebelah kanan dari sternum (lub DUP)

3. Sela iga II sebelah kiri dari sternum (LUB dub)

4. Sela iga IV sebelah kanan sternum (LUB dup)

5. Sela iga IV sebelah kiri sternum (lup DUP)

IIC. Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut

Jantung

1. Mintalah orang percobaan untuk relax

2. Hitunglah denyut nadi orang percobaan

3. Pasang manset pada lengan atas

4. Pompa karet berkali-kali sampai airraksa pada manometer naik mencapai 20 – 40

mmHg diatas rata-rata tekanan darah normal sambil meletakkan stetoskop diatas arteri

dibawah pemasangan manset

5. Buka klep pengatur perlahan-lahan

6. Dengarkan dengan seksama suara yang terdengar melalui stetoskop

7. Tentukan sistolik dan diastolik

8. Lakukan pemeriksaan tekanan darah pada posisi tidur, duduk, dan berdiri

9. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x / menit

selama 3 menit tanpa istirahat

10. Periksa kembali denyut nadi dan tekanan darah orang percobaan segera setelah 1’, 2’,

dan 3’ melakukan aktivitas.

7

Page 9: Praktikum BSN 2

Hasil Praktikum

Denyut Jantung (Ictus Cordis) & Bunyi Jantung

Hasil auskultasi: bunyi jantung yang terdengar lebih kencang adalah bunyi loop.

Hasil pencatatan:

1. Waktu antara sistol ke diastol berikutnya: detik

2. Waktu antara sistol ke sistol berikutnya: detik

3. Waktu antara diastol ke diastol berikutnya: detik

4. Waktu antara dua sistol: detik

5. Waktu antara dua nadi arteri: 0,57 detik

6. Denyut jantung rata-rata berdasar hasil di atas: 102 /menit

Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut

Jantung

Denyut Nadi saat istirahat : 79/min

Tekanan darah pada posisi tiduran : 120/75 mmHg

Tekanan darah pada posisi duduk : 110/78 mmHg

Tekanan darah pada posisi berdiri : 111/76 mmHg

Denyut nadi setelah aktivitas : 1’ 115/min 2’ 115/min 3’ 108/min

Tekanan darah setelah aktivitas : 1’ 96/83 mmHg 2’ 121/85 mmHg 3’ 116/71 mmHg

Kesimpulan

Tekanan darah akan normal pada saat kita dalam posisi tidur, karena kondisi tidur adalah

kondisi dimana badan kita tidak mempunyai beban, atau relax. Berdasarkan hasil praktikum

diatas pada saat posisi tidur tekanan darah dapat dikatakan normal yakni sekitar 120/75 mmHg

dibanding posisi saat duduk sekitar 110/78. Dan pada saat berdiri tekanan darah menjadi naik

yaitu 111/76, tidak terlalu jauh dengan posisi ketika duduk. Hal ini disebabkan karena posisi

tersebut mempercepat denyut jantung. Hal ini selaras dengan teori yang menyebutkan bahwa

tekanan darah dalam arteri berubah – ubah secara berirama sejalan dengan denyut jantung,

disaat denyut jantung kita cepat, maka tekanan darah pun akan naik, begitu pun sebaliknya.

Jadi, sekecil apapun perubahan pada posisi tubuh akan mengalami perubahan tekanan darah.

8

Page 10: Praktikum BSN 2

LAPORAN PRAKTIKUM IIIPENGARUH CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS

TERHADAP JARINGAN TUBUH

Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada sel akibat adanya cairan hipotonis,

isotonis, dan cairan hipertonis yang berada di lingkungan sel.

Landasan Teori

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau

homeostasis tubuh. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif

(anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuskular,

elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.

Cairan dalam tubuh ma nusia tidaklah terkumpul di dalam satu tempat saja, melainkan

didistribusikan ke dalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.

Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat di dalam sel dengan jumlah sekitar 40% dari

berat badan, dan merupakan bagian dari protoplasma.

Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat di luar sel dengan jumlah sekitar 20%

dari berat badan, dan berperan dalam memberi bahan makanan bagi sel dan mengeluarkan

sampah sisa metabolisme. Cairan ekstraseluler ini terbagi dua ,yaitu cairan interstitial dan

cairan intravaskuler. Cairan interstitial adalah cairan yang terdapat pada celah antarsel atau

disebut pula cairan jaringan, berjumlah sekitar 15% dari berat badan. Cairan intravaskuler

merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh darah dan merupakan plasma, berjumlah

sekitar 5% dari berat badan.

Cairan Isotonis

Cairan yang diklasifikasikan isotonik mempunyai osmolalitas total yang mendekati cairan

ekstraseluler dan tidak menyebabkan sel darah merah mengkerut atau membengkak.

Komposisi dari cairan – cairan ini mungkin atau mungkin juga tidak mendekati komposisi

CES. Cairan isotonis meningkatkan volume cairan ekstraseluler. Satu liter cairan isotonis

meningkatkan cairan ekstraseluler sebessar 1 liter, meskipun demikian cairan ini

meningkatkan plasma hanya sebesar 14

liter karena cairan isotonis merupakan cairan kristaloid

dan berdifusi dengan cepat ke dalam kompartemen CES. Untuk alasan yang sama, 3 liter

cairan isotonis dibutuhkan untuk mengggantikan 1 liter darah yang hilang.

Cairan Hipotonis

9

Page 11: Praktikum BSN 2

Salah satu tujuan dari larutan hipotonis adalah untuk menggantikan cairan seluler karena

larutan ini bersifat hipotonis dibandingkan dengan plasma. Tujuan lainnya adalah untuk

menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Cairan ini menghasilkan tekanan

osmotik yang kurang dari cairan ekstraseluler. Selain itu, cairan ini juga menyebabkan sel

darah merah membengkak / menggembung.

Cairan Hipertonis

Cairan hipertonik osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan plasma sehingga menarik

cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Cairan ini

mampu menstabilkan tekanan darah dan mengurangi edema (bengkak).

Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.

Alat yang diperlukan

1. Tabung reaksi 3 (tiga) buah

2. Berbagai cairan dengan kekuatan yang berbeda terdiri dari:

Cairan hipotonis: Nacl 0.45%

Cairan isotonis: NaCl 0.9%

Caairan hipertonis: NaCl 3%

3. Spuit disposible 5 ml

4. Kapas alkohol

5. Basin Kidney

Tata Kerja Praktikum

1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml NaCl 0.45%, NaCl

0.9% dan NaCl 3%

2. Mintalah salah satu mahasiswa untuk secara sukarela diambil darah vena sejumlah 3 ml

3. Masukkan darah volunteer kedalam tabung reaksi yang sudah berisi cairan tadi

4. Kocok campuran tadi secara perlahan – lahan

5. Perhatikan perubahan apa yang terjadi pada ketiga tabung reaksi tersebut !

6. Jelaskan mengapa dan bagaimana terjadinya perubahan tersebut !

Hasil Praktikum

Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45% menghasilkan: warna darah menjadi gelap /kental

(merah tua) dengan endapan bewarna hitam yang sedikit bercampur.

Kesimpulan: Cairan NaCl yang masuk ke dalam sel darah merah akan mengakibatkan warna

darah menjadi gelap dan kental serta terbentuknya endapan yang bewarna hitam, dan pada saat

ini terjadi peristiwa osmosis.

10

Page 12: Praktikum BSN 2

Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9% menghasilka n : warna darah menjadi sedikit gelap,

tidak encer maupun kental, dan tidak juga terjadi endapan disini.

Kesimpulan: Apabila darah bercampur dengan cairan NaCL 0,9 % tidak terjadi peristiwa

osmosis, karena larutan NaCl 0,9 % isotonis dengan cairan sel darah merah.

Campuran darah dengan cairan NaCl 3% menghasilkan : gumpalan yang bewarna hitam

terpisah, dan terjadi perubahan warna sel darah merah menjadi merah terang dan juga encer.

Kesimpulan: Sel darah merah menjadi encer disebabkan karena terjadinya peristiwa osmosis,

yaitu perpindahan sel darah merah ke dalam larutan NaCl 3%.

11

Page 13: Praktikum BSN 2

LAPORAN PRAKTIKUM IVPENGARUH KELEBIHAN CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS

TERHADAP PEMBENTUKAN URINE

Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan jumlah urine dalam waktu tertentu sebagai dampak

dari penambahan cairan hipotonis, isotonis, dan hipertonis.

Landasan Teori

Berat jenis urine

Rentang fisiologi: 1001 – 1040; specimen acak dengan masukan cairan normal kira – kira

1010 – 1020.

Berat jenis mengukur berat larutan dalam hubungannya dengan air (air = 1000). Berat jenis

urin kurang dapat dipercaya sebagai indikator konsentrasi ketimbang osmolalitas urin karena

berat jenis dipengaruhi baik oleh berat dan jumlah zat terlarut. Terdapatnya sejumlah zat

terlarut dalam urin seperti glukosa atau protein dapat menyebabkan seolah – olah berat jenis

tinggi.

Alat yang diperlukan

1. Gelas ukuran

2. Cairan untuk diminum :

Aqua 1 liter

NaCl 0. 9% 1 liter

Dextrose 10% 1 liter

3. Kertas dan ballpoint untuk mencatat

Tata Kerja Praktikum

1. Mintalah 3 orang mahasiswa untuk menjadi orang percobaan

2. Berikan kesempatan kepada ketiga orang percobaan untuk mengosongkan kandung

kemihnya

3. Orang percobaan I diminta untuk minum Aqua 1000 ml, orang percobaan II minum

NaCl 0.9%, dan orang percobaan III minum Dextrose 10%

4. Tunggulah ½ jam., 1 jam, dan 2 jam kemudian untuk mengosongkan kembali kandung

kemihnya

5. Catatlah jumlah masing-masing urine yang di keluarkan oleh ketiga orang percobaan

6. Adakah perbedaan jumlah dan berat jenis urine pada ketiga orang percobaan tersebut ?

mengapa demikian, jelaskan mekanismenya !

12

Page 14: Praktikum BSN 2

Hasil Praktikum

Orang Percobaan I minum Aqua 1 liter menghasilkan :

1/2 jam kemudian : 12 ml dg BJ: tidak dapat diukur karena volume kurang

1 jam kemudian : 91 ml dg BJ: 0,08

2 jam kemudian : 263 ml dg BJ: 0,05

Orang Percobaan II minum NaCl 0.9 % 1 liter menghasilkan :

½ jam kemudian : 26 ml dg BJ: tidak dapat diukur karena volume kurang

1 jam kemudian : 98 ml dg BJ: 0,05

2 jam kemudian : 337 ml dg BJ: 0,03

Orang Percobaan III minum Dextrosa 10% 1 liter menghasilkan :

½ jam kemudian : 30 ml dg BJ: tidak dapat diukur karena volume kurang

1 jam kemudian : 98 ml dg BJ: 0,05

2 jam kemudian : 337 ml dg BJ: 0,03

Kesimpulan

Karakteristik urin yang disekresikan tergantung pada intake cairan yang masuk ke dalam

tubuh. Begitu pulang dengan cairan isotonis, hipotonis, dan hipertonis yang diminum, hal ini

akan sangat berpengaruh terhadap pengeluaran urin. Mengapa? Karena diantara cairan cairan

tersebut mempunyai karakteristik masing masing yang dapat mempengaruhi karakteristik urin

yang disekresikan. Hal ini dibuktikan pada percobaan yang telah dilakukan, yakni orang yang

meminum dextrose mengeluarkan urine lebih banyak daripada orang percobaan lain yang

meminum aqua dan pocari sweat. Ini disebabkan karena dextrose merupakan cairan hipertonis,

dimana larutan ini mempunyai konsentrasi terlarut tinggi yang akan meningkatkan produksi

urin. Hal ini disebabkan pula oleh sifat cairan hipertonis yang osmolaritasnya lebih tinggi

dibandingkan plasma sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke

dalam pembuluh darah.

13

Page 15: Praktikum BSN 2

LAPORAN PRAKTIKUM VPENGARUH BERBAGAI PENUTUP TERHADAP PENGUAPAN

Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak terhadap kehilangan panas.

Alat yang diperlukan

a. Thermometer air

b. Gelas dengan ukuran 200 ml 3 buah

c. Minyak goreng 100 ml

b. Kain wool untuk penutup gelas

c. Kain tipis dari katun penutup gelas

d. Panci berisi air dan kompor untuk memasak air

Tata Kerja Praktikum

1. Panaskan 500 ml air hingga mendidih

2. Masukkan kedalam ketiga 3 gelas masing-masing sampai berisi 2/3 bagian

3. Gelas I ditutup dengan kain tipis dari katun

Gelas II ditutup dengan kain wool

Pada Gelas III ditambahkan minyak goreng 50 ml

4. Ukur suhu masing-masing gelas setiap 15 menit selama 2 jam dan catatlah hasilnya.

Hasil Praktikum

Gelas I menghasilkan:

¼ jam I : 53oC ¼ jam V :31oC

¼ jam II : 42oC ¼ jam VI :30oC

¼ jam III : 37oC ¼ jam VII : 30oC

¼ jam IV : 34oC ¼ jam VIII :30oC

Gelas II menghasilkan:

¼ jam I : 52oC ¼ jam V :32oC

¼ jam II :41oC ¼ jam VI :30oC

¼ jam III :37oC ¼ jam VII :30oC

¼ jam IV : 33oC ¼ jam VIII :30oC

Gelas III menghasilkan:

14

Page 16: Praktikum BSN 2

¼ jam I :48oC ¼ jam V :31oC

¼ jam II :39oC ¼ jam VI :29,5oC

¼ jam III :35oC ¼ jam VII :29,5oC

¼ jam IV :34oC ¼ jam VIII :29,5oC

Kesimpulan

Panas yang berada di gelas III (ditutupi minyak goreng) tidak cepat turun karena panas dari air

mendidih terhalang oleh lemak (minyak). Pada tubuh manusia, kulit, jaringan subkutan, terutama

lemak di jaringan subkutan bekerjasama sebagai insulator panas tubuh. Lemak penting karena

penyaluran panas disini hanya sepertiga bila dibandingkan di jaringan lain. Daya penyekatan yang

terletak dibawah kulit merupakan alat yang efektif untuk menjaga suhu inti internal yang normal dan

dapat juga memungkinkan agar suhu kulit dapat mendekati suhu lingkungan.

Panas pada gelas II (ditutupi kain wol) tidak cepat hilang seperti panas pada gelas I(ditutupi

kain katun). Pakaian dapat mencegah udara keluar diantara kulit dan rajutan pakaian sehingga aliran

udara konveksi berkurang dan panas tetap terperangkap di dalam. Akibatnya, kecepatan kehilangan

panas dari tubuh melalui konduksi dan konveksi sangat menurun. Karakteristik bahan pakaian dapat

menentukan baik tidaknya suatu pakaian dapat menahan panas yang keluar dari tubuh. Dalam kasus

ini, wol merupakan bahan insulator panas yang baik dibandingkan katun biasa karena wol memiliki

sejumlah kecil kandungan lemak yang telah diketahui sebelumnya bahwa lemak merupakan bahan

insulator panas yang baik.

15

Page 17: Praktikum BSN 2

LAPORAN PRAKTIKUM VIPERNAFASAN DAN SUHU TUBUH

Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme pengaturan pernafasan

2. Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan suhu tubuh sebagai dampak dari perbedaan

cara pengukuran.

Landasan Teori

Fungsi sistem pernapasan adalah mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel

tubuh dan untuk mentransfor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh

kembali ke atmosfer.

Respirasi melibatkan proses-proses berikut ini.

1. Ventilasi pulmonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dari saluran

pernapasan dan paru-paru.

2. Respirasi eksternal adalah difusi oksigen dan karbon dioksida antara udara dalam paru

dan kapiler pulmonar.

3. Respirasi internal : difusi oksigen dan karbon dioksida antara sel darah dan sel-sel

jaringan.

4. Respirasi seluler adalah penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh untuk produksi energi

dan pelepasan produk oksidasi CO2 dan air oleh sel-sel tubuh.

Dalam pengukuran temperature tubuh penting disadari bahwa walaupun temperatur normal

yang umum adalah 36 - 37oC . Namun, terdapat variasi yang signifikan dari angka ini pada

keadaan normal. Pertama, harus dibedakan antara temperatur tubuh inti dan perifer

(permukaan) karena nilainya berbeda:

1. Temperatur inti (internal) 37oC

2. Temperatur aksila (ketiak) 36,5o C

3. Temperatur permukaan – kulit kepala 35o C

4. Temperatur permukaan – kaki 29o C

Alat yang diperlukan

1. Stopwatch

2. Kantong kertas

3. Thermometer oral

16

Page 18: Praktikum BSN 2

4. Thermometer aksila

5. Air es

Tata Cara Praktikum

VIA. Pernafasan Pada Manusia

Pernafasan Kuat dan Apnoe

1. Catat pernafasan normal selama 5 detik. Sekarang catat pernafasan kuat, cepat, dan dalam

selama 2-3 menit. Kemudian bernafas biasa dan lupakan pernafasan tadi (jangan mengatur

pernafasan dengan sengaja). Catat masa pemulihan ini sebaik-baiknya. Apa yang Saudara

lihat? Adakah masa apnoe, hitung waktunya!

2. Ulangi percobaan di atas, tetapi gunakan kantong kertas untuk pernafasan kuat.

VIB. Titik Penghentian

1. Catat lama penghentian (berhentilah bernafas) setelah hal-hal berikut. Istirahat selama 5

menit setelah tiap mengerjakan ini.

Ekspirasi biasa

Ekspirasi tunggal kuat

Inspirasi tunggal kuat

Inspirasi kuat setelah pernafasan kuat 1 menit

Inspirasi tunggal kuat segera sesudah latihan (lari ditempat selama 3 menit)

Ulangi penahanan nafas ini (no.5) tiap 40 detik kemudian, sampai nafas hampir normal

VIC. SUHU TUBUH DAN TATA PANAS

A. Suhu pada Ketiak

Orang percobaan berbaring dengan tubuh bagian atas terbuka (tidak memakai baju) dan

bernafas melalui hidung (mulut sudah tertutup). Pasang termometer klinik ke dalam ketiak

(ketiak harus kering dari keringat). Biarkan termometer selama 10 menit dan bacalah

hasilnya.

B. Suhu Mulut

Turunkan termometer, bersihkan termometer dengan air dan alkohol. Pasang termometer

di bawah lidah orang percobaan yang sama. Biarkan selama 10 menit dan bacalah

hasilnya. Bandingkan dengan (A).

C. Pengaruh Penguapan

Orang percobaan yang sama sambil berbaring bernafas dengan tenang melalui mulut

selama 2 menit. Pasang termometer di dalam mulut. Baca hasilnya pada 5 menit pertama

dan pada 5 menit kedua (tidak perlu diturunkan dahulu setelah 5 menit pertama).

17

Page 19: Praktikum BSN 2

D. Pengaruh Luar terhadap Temperatur Mulut

Orang percobaan berkumur-kumur dengan air es selama satu menit. Kemudian ukur suhu

mulutnya. Baca suhu pada 5 menit pertama dan pada 5 menit kedua (suhu termometer

tidak perlu diturunkan dahulu).

Lakukan percobaan A, B, C, dan D pada orang percobaan yang lain. Catat nama, jenis

kelamin, umur, dan suhu ruangan.

Hasil Praktikum

VIA. Pernafasan Pada Manusia

Pernafasan Kuat dan Apnoe

RR Normal: 19/menit dengan kantong kertas 19/menit

RR setelah nafas kuat cepat: 249/2 menit dengan kantong kertas 292/2 menit

Masa Pemulihan: 30 detik dengan kantong kertas 37 detik

Masa Apnoe: - dengan kantong kertas -

Penjelasan: Pusing dengan kantong kertas Lebih Pusing

VIB. Titik Penghentian

Lama henti antara:

Ekspirasi biasa : 2,45

Ekspirasi tunggal kuat : 0,29

Inspirasi tunggal kuat : 0,44

Inspirasi kuat setelah pernafasan kuat 1 menit : 0.54

Inspirasi kuat dari sebuah kantong oksigen : -

Inspirasi tunggal kuat segera sesudah latihan (lari ditempat selama 3 menit) : 0,2

Ulangi penahanan nafas ini (no.7) tiap 40 detik kemudian, sampai nafas hampir normal

VIC. SUHU TUBUH DAN TATA PANAS

Suhu pada Ketiak : 36,8 10 menit: 37,4

Suhu Mulut : 33.3 10 menit: 35,9

Suhu Mulut (nafas melalui mulut) 5’ pertama 36,7 5’ kedua 37

Suhu Mulut (kumur dg es) 5’ pertama 36,2 5’ kedua 37,4

Kesimpulan

VI A. Pernafasan pada manusia

18

Page 20: Praktikum BSN 2

Pada percobaan menunjukkan perbandingan antara pernafasan biasa,kuat dengan kantong

kertas dan tidak dengan kantong kertas.Percobaan pernafasan menggunakan kantong kertas

lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kantong kertas.Pada pernafasan

biasa jumlahnya sama saja karena menurut saya percobaan yang dilakukan hanya 5

detik.Sedangkan setelah pernafasan kuat cepat dalam kantong kertas RR nya lebih sedikit

karena lemas akibat kekurangan oksigen sehingga pernafasan menjadi lebih lambat.

VI B. Titik Penghentian

Setelah ekspirasi kuat waktu yang diperlukan untuk inspirasi lagi lebih lama daripada ekspirasi

biasa karena karena ekspirasi kuat terjadi setelah inspirasi kuat sehingga otomatis udara (O2)

yang masuk lebih banyak daripada inspirasi biasa.Jika udara yang masuk lebih banyak maka

kebutuhan tubuh akan oksigen juga berkurang untuk jangka waktu tersebut sehingga waktu

yang dibutuhkan untuk inspirasi yang berikutnya juga agak lama.Sebaliknya yang terjadi pada

saat tubuh melakukan aktifitas maka waktu yang dibutuhkan untuk inspirasi lebih sedikit

karena tubuh membutuhkan oksigen lebih cepat.

VI C. Suhu Tubuh dan Tata Panas

Hasil menunjukkan bahwa pada suhu ketiak lebih kecil dibandingkan suhu pada mulut karena

ketiak adalah bagian eksternal tubuh sehingga mungkin sudah terpengaruh dengan udara

luar.Sedangkan pada mulut yang tertutup dan bernafas melalui hidung suhunya lebih tinggi

dibandingkan dengan yang bernafas lewat mulut dengan mulut terbuka.Menurut saya,hal ini

terjadi karena dengan mulut yang tertutup maka udara pernafasan yang melewati faring (yg

merupakan persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke

tenggorokan ) tidak keluar melalui mulut dan akan meningkatkan suhu pada mulut.Sedangkan

jika bernafas melalui mulut dengan mulut terbuka maka udara akan keluar sehingga suhu pada

mulut tidak terlalu tinggi.Jika ditambahkan air es,jelas suhu mulut menjadi rendah karena

terpengaruh oleh suhu dingin es tersebut.

19

Page 21: Praktikum BSN 2

LAPORAN PRAKTIKUM VIITES TOLERANSI GLUKOSA

Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa darah sebagai dampak dari asupan

karbohidrat sederhana.

Landasan Teori

Kadar guia dalam darah harus terus dipertahankan dalam jumlah yang normal di dalam darah.

Pada masa pasca absortif, glukosa dalam intestine dapat menjadi sumber utama konsentrasi gula di

dalam darah, akan tetapi waktu setelah absorbsi kadar gula darah akan diseimbangkan oleh glukosa

dari hati yang merupakan pool untuk glukosa di dalam darah.

Setelah makan makanan yang tinggi karbohidrat, gula darah akan tinggi, mengakibatkan

uptake glukosa oleh hati menjadi meningkat, dan proses pembentukan glikogen hati akan meningkat

melalui suatu proses yang disebut glikogenesis.

Selama puasa, kadar glukosa darah menurun, kadar insulin menurun, dan kadar

glukagon meningkat. Perubahan hormone – hormon ini menyebabkan hati menguraikan

glikogen melalui proses glukoneogenesis sehingga kadar glukosa dapat dipertahankan. Saat

puasa, darah mengandung hanya sekitar 20 gr glukosa. Oleh karena itu, pasokan glukosa darah

harus diisi lagi. Hati melakukan fungsi ini selama proses puasa. Hati menghasilkan glukosa

dengan menguraikan simpanan glikogennya dan melalui glukoneogenesis.

Setelah puasa satu malam, kadar glokosa darah dipertahankan baik oleh glikogenolisis

maupun glukoneogenesis. Namun, setelah 30 jam berpuasa, simpanan glikogen hati habis.

Sesudah itu, glukoneogenesis adalah satu – satunya sumber glukosa darah.

Perubahan dalam metabolisme glukosa yang berlangsung selama perpindahan dari

keadaan kenyang ke keadaan puasa diatur oleh hormon insulin dan glukagon. Insulin

meningkat pada saaat kenyang, dan glukagon meningkat selama puasa. Glukagon melawan

efek insulin yang merangsang pelepasan simpanan bahan bakar dan perubahan laktat, asam

amino, serta gliserol menjadi glukosa.

Alat yang diperlukan

1. Gelas ukuran

2. Cairan untuk diminum :

Air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air minum

3. Alat pemeriksaan kadar gula darah

4. Kertas dan ballpoint untuk mencatat.

Tubuh menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi untuk aktifitas sel. Karbohidrat dapat

20

Page 22: Praktikum BSN 2

ditemukan dalam makanan yang mengandung pati seperti roti, nasi, kentang dan lain-lain.

Karbohidrat terdiri dari:

1. Karbohidrat sederhana yang terdiri dari 6 karbon monosakarida, dan yang termasuk ke

dalam monosakarida adalah glukosa, galaktosa dan fruktos8.

2. Disakarida, seperti laktosa dan sukrose

3. Polisakarida atau karbohidrat kompleks seperti patL.

Tata Kerja Praktikum

1. Diet 3 hari cukup karbohidrat

2. Puasa 12-14 jam kemudian diperiksa gula darah puasanya

3. Minum air gula (75 gram gula 9ilarutkan dalam 300 ml air minum) selama 5 menit

4. Gula darah diperiksa kembali setelah 30 menit, 1 jam dan setelah 2 jam

Hasil akan menunjukan ada gangguan toleransi atau ada gangguan uptake glukosa apabila

hasil pemeriksaan : Puasa > 120 mg/dL dan 2 jam setelah makan < 140 mg/dL

Hasil

1. Sebelum meminum air gula (saat masih berpuasa) : 75 mg/dL

2. 30 menit setelah meminum air gula : 140 mg/dL

3. 1 jam setelah meminum air gula : 116 mg/dL

4. 2 jam setelah meminum air gula : 82 mg/dL

Kesimpulan

Saat masih berpuasa (sebelum meminum air gula) kadar glukosa dalam darah menurun. Ini

diakibatkan oleh terbatasnya asupan nutrisi yang bisa meningkatkan kadar glukosa dalam

darah. Namun setelah meminum air gula, 30 menit kemudian kadar glukosa darah meningkat.

Hal ini disebabkan adanya asupan nutrisi yang mengandung glukosa yang secara otomatis

akan mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Tetapi hal ini tidak berjalan lama, karena

kadar gula darah akan kembali stabil lagi ke kadar glukosa pada saat berpuasa sekitar 1 dan 2

jam setelah meminum air gula, karena glukosa dalam tubuh dinamis, tidak statis. Glukosa

akan diproses, diuraikan, dan diolah menjadi energi.

Hasil percobaan yang telah didapat, ternyata sama dengan teorinya, yakni kadar glukosa akan

stabil/normal pada saat kita berpuasa, dan akan meningkat apabila asupan karbohidrat yang

kita konsumsi banyak.

21

Page 23: Praktikum BSN 2

LAPORAN PRAKTIKUM VIIIPENGARUH AKTIVITAS PADA KADAR GLUKOSA DARAH

Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa darah sebagai dampak dari aktivitas

fisik.

Landasan Teori

Sama halnya ketika kita berpuasa, sewaktu kita melakukan aktivitas (pada percobaan

aktivitas yang dilakukan adalah lari) saat sel otot menyerap glukosa dari darah dan

mengoksidasinya untuk memperoleh energi. Selama beraktivitas (lari), hati memasok glukosa

ke dalam darah melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis.

Pada awalnya otot yang bekerja menggunakan bahan bakar endogen, bahan bakar dari

simpanannya sendiri. Sewaktu otot berkontraksi, ATP mengalami hidrolisis. Awalnya, otot

mengalami penurunan kadar ATP yang bermakna dengan membentuk kembali ATP dari

keratin fosfat. Namun, sewaktu berolahraga jumlah keratin fosfat dalam sel otot hanya dapat

bertahan selama beberapa milidetik. Oleh karena itu, simpanan glikogen otot juga mulai

terurai, memasok glukosa yang kemudian dioksidasi di dalam otot untuk menghasilkan ATP.

Pada saat seseorang berlari dengan kecepatan sedang selama beberapa menit. Pasokan glukosa harus

diisi lagi. Hati melakukan fungsi ini melalui proses yang serupa dengan proses yang digunakan selama

olahraga. Hati menghasilkan glukosa dengan menguraikan simpanan glukonegenesis selama olahraga,

tentu saja, adalah laktat, yang dihasilkan oleh otot selama berkontraksi tetapi asam amino dan gliserol

juga digunakan. Epinefrin yang dilepaskan selama olahraga merangsang hati melakukan glikogenesis

dan glukeogenesis melalui peningkatan konsentrasi cAMP.

Jelas karena asam lemak dan sejumlah kecil badan keton terdapat di dalam darah, dan otot

mengoksidasi bahan bakar ini selain memanfaatkan glukosa. Asam lemak dan badan keton dibentuk

akibat lipolisis triasilgliserol jaringan adiposa. Selama beraktivitas, asam lemak menjadi bahan bakar

yang digunakan oleh otot yang berkontraksi.

Kita menyimpan glukosa sebagai glukogen yang bersama dengan glukoneogenesis, menghasilkan

glukosa apabila diperlukan untuk menghasilkan energi. Laktat, salah satu sumber karbon bagi

glukoneogenesis, sebenarnya dihasilkan dari glukosa oleh jaringan yang memperoleh energi dengan

mengoksidasi glukosa menjadi piruvat melalui glikilisis. Piruvat kemudian direduksi menjadi laktat, di

salurkan melalui aliran darah, dan diubah kembali menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis di

hati. Siklus ini dikenal sebagai siklus cori.

Alat yang diperlukan

1. stopwatch

22

Page 24: Praktikum BSN 2

2. Alat pemeriksaan kadar gula darah

3. Kertas dan ballpoint untuk mencatat

Tata Kerja Praktikum

1. Mintalah orang percobaan untuk relax, periksa glukosa darah sewaktu

2. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x / menit

selama 12 menit tanpa istirahat

3. Periksa glukosa darah segera setelah aktivitas, menit ke-30, menit ke-60, dan menit

ke-120 setelah melakukan aktivitas.

Hasil

- Kadar glukosa darah pada saat relax (12.18 pm) = 125 mg/dL

- Kadar glukosa darah setelah beraktivitas (12.30 pm) = 84 mg/dL

- Kadar glukosa darah menit ke-30 (13.00 pm) = 80 mg/dL

- Kadar glukosa darah menit ke-60 (13.30 pm) = 124 mg/dL

- Kadar glukosa darah menit ke-120 (14.30 pm) = 103 mg/dL

-

Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan diatas, saya menyimpulkan bahwa pada saat kita beraktivitas

(disini lari), maka kadar glukosa dalam darah akan menurun dibandingkan pada saat kita

sedang relax. Hal ini disebabkan karena pada saat beraktivitas (disini lari), otot akanlebih

banyak menyerap glukosa dan mengoksidasinya untuk memperoleh energi berupa ATP.

Namun, selang 60 menit kemudian kadar gula darah akan kembali stabil lagi seperti saat kita

dalam keadaan relax, karena glikogen mulai diuraikan oleh proses glikogenolisis, dan glukosa

yang terbentuk dibebaskan ke dalam darah. Glikogenolisis ini merupakan pengubahan

glikogen menjadi glukosa. Glikolisis, mengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa

membutuhkan oksigen, hal inilah yang menyebabkan glukosa dibebaskan kedalam darah

sehingga kadar gula darah dalam tubuh akan kembali stabil. Hal ini membuktikan bahwa

percobaan yang dilakukan sesuai dengan teorinya.

23

Page 25: Praktikum BSN 2

DAFTAR PUSTAKA

Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Cambridge. 1999. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan dan Sistem Kardiovaskuler Edisi 2.

Jakarta: EGC.

Fatimah, Sari. 2009. Fisiologi Kardiovaskuler Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC.

James, Joyce. 2008. Prinsip – prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga.

Masud, Ibnu. 1996. Dasar – dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

ii