pndahuluan gel etosom

Upload: andi-ade-nurqalbi

Post on 17-Oct-2015

138 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Pemberian obat melalui kulit menjadi perhatian khusus bagi peneliti dalam mengembangkan sistem penghantaran obat (Bendas dan Mina. 2007). Menurut Selvam dkk. (2010), sistem penghantaran obat secara transdermal merupakan suatu bentuk sediaan yang diberikan pada kulit, menghantarkan obat masuk ke dalam sistem sirkulasi dengan kecepatan yang terkontrol. Bentuk transdermal menjadi pilihan terutama untuk obat-obat yang apabila diberikan secara oral bisa memberi efek samping yang tidak diinginkan. Pathan dan Setty (2009) menyatakan bahwa pemberian obat secara transdermal memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan rute oral, yaitu menghindari metabolisme lintas pertama obat, mampu untuk mengontrol pelepasan obat untuk waktu yang lebih lama (

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPemberian obat melalui kulit menjadi perhatian khusus bagi peneliti dalam mengembangkan sistem penghantaran obat (Bendas dan Mina. 2007). Menurut Selvam dkk. (2010), sistem penghantaran obat secara transdermal merupakan suatu bentuk sediaan yang diberikan pada kulit, menghantarkan obat masuk ke dalam sistem sirkulasi dengan kecepatan yang terkontrol. Bentuk transdermal menjadi pilihan terutama untuk obat-obat yang apabila diberikan secara oral bisa memberi efek samping yang tidak diinginkan. Pathan dan Setty (2009) menyatakan bahwa pemberian obat secara transdermal memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan rute oral, yaitu menghindari metabolisme lintas pertama obat, mampu untuk mengontrol pelepasan obat untuk waktu yang lebih lama (penghantaran obat jangka panjang dan terkontrol), dan mampu mengubah sifat-sifat barrier biologis untuk penyerapan. Selain itu, sistem transdermal juga memberikan kenyamanan terhadap pasien karena menghilangkan efek samping obat yang bersifat mengiritasi sistem gastrointestinal (Parashar dkk. 2013). Lapisan terluar kulit, stratum korneum, merupakan suatu barrier penetrasi obat ke dalam tubuh. Untuk meningkatkan permeasi obat ke dalam kulit, beberapa metode telah dilakukan, baik secara fisika maupun kimia, seperti iontoforesis, sonoforesis, penggunaan sistem berbasis lipid dan lain-lain (Parashar dkk. 2013). Sistem berbasis lipid menjadi metode yang sempurna dalam sistem penghantaran obat secara transdermal karena biokompatibilitasnya dan dengan mudah bercampur dengan lipid pada kulit (Chourasia dkk. 2011). Salah satunya adalah dengan menggunakan sistem pembawa vesikuler yang baru yaitu etosom. Menurut Anitha (2011), etosom adalah suatu pembawa obat yang mampu masuk dan mencapai lapisan kulit paling dalam hingga masuk ke sistem sirkulasi. Etosom merupakan lipid vesikel yang mengandung fosfolipid, alkohol (etanol dan isopropil alkohol) konsentrasi tinggi dan air.

Fenilbutazon adalah salah satu obat golongan antiinflamasi non steroid (AINS) tertua kedua setelah aspirin (Soma dkk. 2011). Pada tahun 1952, fenilbutazon dipasarkan di Amerika Serikat untuk pengobatan rheumatoid arthritis dan gout (Dodman dkk. 2010). Fenilbutazon (butazolidin), 96% berikatan dengan protein, telah dipakai selama bertahun-tahun untuk mengobati arthritis rematoid dan gout akut. Obat ini mempunyai waktu paruh yang sangat panjang, 50-65 jam, sehingga sering timbul reaksi yang merugikan dan akumulasi obat dapat terjadi. Panjangnya waktu paruh yang dimiliki oleh obat ini sering menimbulkan reaksi yang merugikan, terutama bila digunakan secara oral berupa iritasi lambung yang terjadi pada 10-45% pasien (Kee dan Evelyn. 1996). Untuk mengurangi efek pada saluran cerna, pendekatan yang dilakukan adalah dengan membuat sediaan transdermal yaitu sistem penghantaran yang memanfaatkan kulit sebagai tempat masuknya obat (Sukmawati dan Suprapto. 2010).Transdermal adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat berupa krim, gel atau patch yang digunakan pada permukaan kulit, namun mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Depkes RI. 1995). Keuntungan sediaan gel dibandingkan sediaan topikal yang lain adalah mudah merata jika dioleskan pada kulit tanpa penekanan, memberi sensasi dingin, tidak menimbulkan bekas dikulit, dan mudah digunakan.Formulasi gel fenilbutazon-etosom untuk penggunaan transdermal diharapkan dapat menjadi suatu alternatif untuk menghindari variabilitas ketersediaan hayati obat pada penggunaan per oral, menghindari kontak langsung obat dengan mukosa lambung sehingga mengurangi efek sampingnya, juga untuk memperoleh konsentrasi obat terlokalisir pada tempat kerjanya sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pasien. B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana formulasi gel fenilbutazon dalam pembawa vesikuler etosom sebagai sediaan transermal yang baik?

2. Bagaimana uji organoleptis, uji homogenitas, uji viskositas, uji pH, dan uji stabilitas dalam mengevalusi sediaan gel fenilbutazon-etosom?C. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk:

1. Memformulasikan gel fenilbutazon dalam pembawa vesikuler etosom sebagai sediaan transdermal yang stabil.

2. Mengevaluasi sediaan gel fenilbutazon-etosom melalui uji organoleptis, uji homogenitas, uji viskositas, uji pH, dan uji stabilitasnya.D. Manfaat PenelitianDiharapkan penelitian ini dapat :

1. Menambah wawasan keilmuan peneliti terutama pada bidang formulasi sediaan transdermal.

2. Sebagai salah satu sumber informasi mengenai formulasi gel dengan pembawa vesikuler etosom yang dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Sebagai salah satu bentuk terobosan dalam dunia pengobatan penyakit arthritis rematoid dan gout akut

4. Sebagai bentuk sediaan yang baru dari fenilbutazon yang bersifat lebih nyaman digunakan terhadap pasien dengan penyakit arthritis rematoid dan gout akut.