perubahan jumlah dan diameter serat otot …

11
Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleus pada tikus berusia 1 hari, 3 bulan, dan 12 bulan 39 Vol. 13, No.1, Februari 2014 PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT GASTROKNEMIUS DAN SOLEUS PADA TIKUS BERUSIA 1 HARI, 3 BULAN, DAN 12 BULAN CHANGES IN NUMBER AND DIAMETER OF MUSCLE FIBER OF GASTROCNEMIUS AND SOLEUS IN RATS AGED 1 DAY, 3 MONTHS, AND 12 MONTHS Veronika Maria Sidharta ARTIKEL PENELITIAN ABSTRACT Background: Skeletal muscle is a dynamic tissue. Its development and re- generation processes are influenced by various growth factors. There are many opinions on how the number and diameter of muscle fiber changes during developmental period. The total number of skeletal muscle fibers has tradi- tionally considered unchanged. Objectives: The purpose of this study was to determine whether there is an increase in the number and diameter of skeletal muscle fiber in the rats of 3 different age groups. It is assumed that with age increase, there will be incre- ment of the number and diameter of skeletal muscle. Methods: This is a cross-sectional study. Subjects are male Sprague-Dawley rats, divided into 3 age groups: 1-4 days (A), 3-4 months (B), and 12-16 months (C). Gastrocnemius and soleus muscle was chosen as each represent different types of skeletal muscle. Slides were made and stained with hematoxylin- eosin. Microphotographs were analysed using Digimizer Image Analyzer. Results: Mean number of muscle fiber from gastrocnemius muscle are 3127±68, 10766±380, and 11867±387, from soleus muscle are 307±15, 2866±281, and 2936±162 for the group A, B, and C, respectively. Mean dia- meter of muscle fiber from gastrocnemius muscle are (5.64±0.12) μm, (22.14±1.31) μm, and (38.61±1.16) μm, from soleus muscle were (5.42±0.9) μm, (21.11±1.21) μm, and (27.67±0.89) μm for the group A, B, and C, respec- tively. Conclusion: The number and diameter of skeletal muscle fiber is increase according to age. Key Words: fiber diameter, fiber number, skeletal muscle development ABSTRAK Latar belakang: Otot rangka adalah jaringan yang dinamis. Proses perkembangan dan regenerasinya dipengaruhi oleh berbagai faktor pertumbuhan. Banyak pendapat yang dikemukakan mengenai perubahan jumlah dan diameter serat otot selama masa perkembangan. Pada awalnya jumlah serat otot rangka dianggap tidak mengalami perubahan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan memastikan adanya peningkatan jumlah dan diameter serat otot rangka pada 3 kelompok usia tikus. Dihipotesiskan bahwa Damianus Journal of Medicine; Vol.13 No.1 Februari 2014: hlm. 3949 Departemen Histologi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2, Jakarta Utara 14440 Korespondensi: Veronika Maria Sidharta, Departemen Histologi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2, Jakarta Utara 14440. E-mail: [email protected]

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan

39Vol. 13, No.1, Februari 2014

PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT GASTROKNEMIUS DANSOLEUS PADA TIKUS BERUSIA 1 HARI, 3 BULAN, DAN 12 BULAN

CHANGES IN NUMBER AND DIAMETER OF MUSCLE FIBER OFGASTROCNEMIUS AND SOLEUS IN RATS AGED 1 DAY, 3 MONTHS,

AND 12 MONTHS

Veronika Maria Sidharta

ARTIKEL PENELITIAN

ABSTRACT

Background: Skeletal muscle is a dynamic tissue. Its development and re-generation processes are influenced by various growth factors. There are manyopinions on how the number and diameter of muscle fiber changes duringdevelopmental period. The total number of skeletal muscle fibers has tradi-tionally considered unchanged.

Objectives: The purpose of this study was to determine whether there is anincrease in the number and diameter of skeletal muscle fiber in the rats of 3different age groups. It is assumed that with age increase, there will be incre-ment of the number and diameter of skeletal muscle.

Methods: This is a cross-sectional study. Subjects are male Sprague-Dawleyrats, divided into 3 age groups: 1-4 days (A), 3-4 months (B), and 12-16 months(C). Gastrocnemius and soleus muscle was chosen as each represent differenttypes of skeletal muscle. Slides were made and stained with hematoxylin-eosin. Microphotographs were analysed using Digimizer Image Analyzer.

Results: Mean number of muscle fiber from gastrocnemius muscle are3127±68, 10766±380, and 11867±387, from soleus muscle are 307±15,2866±281, and 2936±162 for the group A, B, and C, respectively. Mean dia-meter of muscle fiber from gastrocnemius muscle are (5.64±0.12) µm,(22.14±1.31) µm, and (38.61±1.16) µm, from soleus muscle were (5.42±0.9)µm, (21.11±1.21) µm, and (27.67±0.89) µm for the group A, B, and C, respec-tively.

Conclusion: The number and diameter of skeletal muscle fiber is increaseaccording to age.

Key Words: fiber diameter, fiber number, skeletal muscle development

ABSTRAK

Latar belakang: Otot rangka adalah jaringan yang dinamis. Prosesperkembangan dan regenerasinya dipengaruhi oleh berbagai faktorpertumbuhan. Banyak pendapat yang dikemukakan mengenai perubahanjumlah dan diameter serat otot selama masa perkembangan. Pada awalnyajumlah serat otot rangka dianggap tidak mengalami perubahan.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan memastikan adanya peningkatan jumlah dan

diameter serat otot rangka pada 3 kelompok usia tikus. Dihipotesiskan bahwa

Damianus Journal of Medicine;Vol.13 No.1 Februari 2014: hlm. 39–49

Departemen Histologi, FakultasKedokteran Unika Atma Jaya, Jl. PluitRaya No. 2, Jakarta Utara 14440

Korespondensi:

Veronika Maria Sidharta, DepartemenHistologi, Fakultas Kedokteran UnikaAtma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2,Jakarta Utara 14440. E-mail:[email protected]

Page 2: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

40 Vol. 13, No.1, Februari 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

seiring bertambahnya usia akan terjadi peningkatan jumlah dan diameter

otot rangka.

Metode: Desain penelitian ini adalah perbandingan potong lintang. Subjek

adalah tikus Sprague-Dawley jantan usia 1-4 hari (A), 3-4 bulan (B), dan 12-

16 bulan (C). Serat otot gastroknemius dan soleus dipilih karena mewakili

jenis serat otot rangka yang berbeda. Sediaan diwarnai dengan pewarnaan

hematoksilin-eosin. Fotomikro dianalisis dengan menggunakan Digimizer

Image Analyzer.

Hasil: Secara berurutan dari kelompok A, B, dan C, rerata jumlah serat otot

gastroknemius adalah 3127±68, 10766±380, dan 11867±387, sedangkan

rerata jumlah serat otot soleus adalah 307±15, 2866±281, dan 2936±162.

Kemudian secara berurutan pula dari kelompok A, B, dan C, rerata diameter

serat otot gastroknemius adalah (5,64±0,12) µm, (22,14±1,31) µm, dan

(38,61±1,16) µm, sedangkan rerata diameter serat otot soleus adalah

(5,42±0,9) µm, (21,11±1,21) µm, dan (27,67±0,89) µm.

Kesimpulan: Jumlah dan diameter serat otot rangka mengalami peningkatan

seiring pertambahan usia.

Kata Kunci: diameter serat, jumlah serat, perkembangan otot rangka

PENDAHULUAN

Pada pertumbuhan pascalahir, serat otot

bertambah panjang dan tebal, hingga mencapai

diameter 10-70 µm, tergantung jenis otot dan

spesiesnya. Serat-serat otot dari otot yang

samapun bisa bervariasi tebalnya. Pada masa

dewasa, serat otot dapat mengalami peningkatan

diameter lebih lanjut sebagai respons terhadap

aktivitas otot yang terus-menerus, disebut

hipertrofi akibat penggunaan (hypertrophy of

use).1

Hipertrofi otot bisa terjadi pada miofibril atau

sarkoplasma. Hipertrofi miofibrilar disebabkan

tegangan otot tingkat tinggi, sedangkan hipertrofi

sarkoplasmik disebabkan kelelahan glikolitik

tingkat tinggi. Olah raga beserta kerusakan dan

deplesi yang disebabkannya akan meningkatkan

berbagai hormon, seperti somatotropin (growth

hormone, GH), somatomedin (terutama insulin-

like growth factor-1, IGF-1), testosteron, dan in-

sulin. Hormon-hormon ini akan meningkatkan

sintesis protein anabolik dan penyerapan protein

oleh serat otot. Sebaliknya serat otot juga bisa

menjadi lebih tipis bila tidak digunakan dalam

waktu cukup lama, misalnya akibat imobilisasi

dengan plaster of Paris (gips) karena tulang

patah, disebut atropi akibat tidak digunakan (atro-

phy of disuse).

Selain hipertrofi, juga terjadi hiperplasia, yaitu per-

tambahan jumlah serat otot.2,3 Ada dua meka-

nisme terjadinya hiperplasia otot. Pertama adalah

pembelahan serat otot melalui pembelahan longi-

tudinal serat otot.2,4,5 Kedua adalah pembentukan

serat baru yang dihasilkan oleh sel satelit.2,6-12

Hiperplasia disebabkan oleh tegangan otot yang

sangat tinggi disebabkan kontraksi dan

peregangan.

Berkat adanya sel satelit ini pula, bila terjadi ke-

rusakan serat otot, rangka dapat memperbaiki

diri, sehingga tidak terjadi pengurangan massa

Page 3: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan

41Vol. 13, No.1, Februari 2014

otot. Kerusakan serat otot dapat terjadi akibat

penggunaan sehari-hari (wear and tear). Proses

pertumbuhan otot dan rangsangan pada otot,

misalnya olah raga atau terjadinya kerusakan,

dapat mengaktifkan sel satelit yang kemudian

akan mengalami serangkaian respons selular

yang kesinambungan. Sel satelit berproliferasi

dan berdiferensiasi menjadi mioblas lalu miosit,

berfusi satu sama lain atau dengan serat otot

yang lama. Proses ini sama dengan yang terjadi

pada masa embrional.6,11 Dengan demikian,

terbentuklah serat otot rangka yang baru untuk

menggantikan yang rusak. (Gambar 1)

Proses penuaan akan menyebabkan penurunan

fungsi dan massa otot rangka (atropi). Otot tetap

harus digunakan dan pasti akan mengalami

kerusakan yang memerlukan perbaikan. Sel

punca, dalam hal ini sel satelit, berperan untuk

mempertahankan jumlah dan fungsi serat otot,

serta memperbaiki kerusakan. Namun seiring

bertambahnya usia, kemampuan otot rangka

yang rusak untuk memperbaiki diri akan menurun.

Pada model aves dan mamalia, sel satelit secara

dinamis berperan dalam perbaikan otot rangka

sepanjang masa dewasa, kemudian aktivitasnya

mulai menurun pada proses penuaan. Proses

penuaan akan meningkatkan kerentanan sel

satelit terhadap apoptosis, sehingga akan terjadi

penurunan jumlah sel satelit. Akibatnya terjadi pe-

nurunan respons regenerasi bila terjadi kerusak-

an. Perubahan ini diduga disebabkan oleh per-

ubahan pada lingkungan mikro (niche) yang akhir-

nya menghambat regulasi sel satelit. Proses

penuaan juga memengaruhi komposisi matriks

ekstraselular di sekitar otot, termasuk berbagai

molekul dan faktor-faktor pertumbuhan yang

disekresinya, yang berpengaruh pada proses

regenerasi otot rangka.8-12

Berkaitan dengan proses penuaan otot rangka,

terdapat berbagai pendapat mengenai perbedaan

jumlah dan diameter otot rangka antar usia. Ada

yang berpendapat bahwa jumlah serat otot

rangka akan berkurang seiring bertambahnya

usia dari lahir sampai tua. Pendapat lain me-

Gambar 1. Reaksi seluler pada pembentukan otot rangka embrionalyang terulang pada proses regenerasi otot rangka11

Page 4: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

42 Vol. 13, No.1, Februari 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

nyatakan bahwa penurunan jumlah serat baru

terjadi sejak usia 60 tahun. Penelitian-penelitian

pada berbagai mamalia lainnya (tikus, anjing,

babi, dan sapi) menunjukkan adanya penurunan

jumlah serat otot rangka dari usia muda ke de-

wasa. Di lain pihak ada juga yang justru tidak me-

nemukan perubahan jumlah serat otot mencit

usia satu hari sampai enam bulan. Penelitian pa-

da perkembangan otot pterigoideus tikus ber-

bagai usia menunjukkan bahwa jumlah serat otot

pada tikus jantan bertambah dua kali lipat antara

sejak lahir dan enam minggu kemudian. Pening-

katan ini kemudian diikuti oleh penurunan sampai

lebih dari 10% antara usia enam minggu sampai

tahap dewasa. Jumlah serat pterigoideus lateral

meningkat sekitar 45% antara sejak lahir hingga

dewasa.13 Penelitian perkembangan pada 12

ekor tikus dari usia remaja (25 hari) sampai

dewasa (365 hari) menunjukkan bahwa tidak

terjadi perubahan, dalam hal ini penurunan jumlah

serat dari usia remaja sampai dewasa.14

Beberapa penelitian menemukan bahwa pada

proses penuaan akan terjadi atropi otot rangka,

terutama tipe II. Tetapi beberapa penelitian yang

lain justru tidak menemukan adanya perbedaan

diameter.9-12

METODE

Hewan Coba

Subjek penelitian adalah 27 ekor tikus putih jantan

galur Sprague-Dawley, dibagi dalam tiga kelom-

pok usia, yaitu neonatus (kelompok A, usia 1-4

hari), remaja (kelompok B, usia 3-4 bulan), dan

dewasa (kelompok C, usia 12-16 bulan).15 Sub-

jek penelitian diperoleh dari Laboratorium Hewan

Coba Puslitbang Biomedis dan Farmasi Depkes

RI. Kaji etik dikeluarkan oleh Litbangkes Depkes

RI. Penelitian dilakukan di Laboratorium

Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Uni-

versitas Indonesia.

Jenis kelamin ditentukan sama, yaitu jantan, untuk

menyamakan kondisi hormonal subjek penelitian,

karena hormon (estrogen/testosteron) merupa-

kan salah satu faktor yang memengaruhi per-

kembangan otot. Penentuan usia neonatus untuk

melihat kondisi pada saat laju pertumbuhan dan

perkembangan sangat pesat, serta pada saat ini

regenerasi diketahui berlangsung sangat baik.

Usia remaja dipilih 3-4 bulan karena sudah masuk

masa puber, sehingga sudah ada pengaruh hor-

mon tapi tidak terlalu jauh dengan usia neonatus

dan usia dewasa, dibandingkan dengan usia ma-

nusia kira-kira 15 tahun, perkembangan masih

cukup pesat, kapasitas regenerasi masih baik.

Usia dewasa dipilih dengan membandingkan

dengan usia manusia kira-kira 30 tahun, yaitu

sudah mencapai masa akhir perkembangan,

semua organ bisa dikatakan sudah matur, juga

kapasitas regenerasi sudah menurun.15,16 (Tabel

1 dan 2)

Permasalahan yang timbul adalah ketika harus

mengambil otot gastroknemius dan otot soleus

dari tungkai belakang tikus neonatus karena

masih sangat halus sehingga sulit dibedakan.

Oleh karena itu, keseluruhan tungkai belakang

diambil dan diproses sampai menjadi blok parafin

dengan mengatur posisi tungkai sedemikan rupa,

sehingga diperkirakan akan mendapatkan

potongan melintang terbaik yang mengenai kedua

otot yang diinginkan. Setelah dilakukan

Page 5: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan

43Vol. 13, No.1, Februari 2014

pewarnaan, identifikasi kedua otot dilakukan

berdasarkan posisinya terhadap kulit, tulang tibia,

dan fibula, serta orientasi dengan otot-otot

lainnya.17 (Gambar 2)

Metode Penghitungan

Pada tahap pertama, diambil tiga buah sediaan

otot terbaik dari tiap subjek (otot gastroknemius

dan otot soleus), yaitu bagian median panjang

otot, paramedian kiri, dan paramedian kanan.

Pada subjek remaja dan dewasa, sebelumnya

sediaan dipindai dengan pemindai Canoscan

N640P, kemudian hasil disimpan dalam format

JPEG. Pada sediaan otot neonatus, fotomikro otot

gastroknemius dan otot soleus langsung dilaku-

kan tanpa pemindaian, setelah sebelumnya diten-

tukan terlebih dahulu posisi kedua otot tersebut.

Dari masing-masing sediaan diambil 5 lapangan

pandang besar (10x40) yang dipilih secara acak,

lalu dibuat fotomikro dengan kamera digital Kodak

EasyShare V1003 dalam format JPEG. Mikro-

meter okuler sudah terpasang di lensa okuler, se-

hingga pada foto akan terlihat dan bisa dijadikan

panduan pengukuran. Setelah itu, dengan piranti

lunak Digimizer Image Analyzer (versi 3.6.1.0,

Belgium) dilakukan penilaian.

Usia tikus (bulan) Usia tikus (tahun) Usia tikus dibandingkan dengan usia manusia

1,5 bulan (pubertas) 0,125 tahun 12,5 tahun (pubertas)6 bulan (kematangan sosial) 0,5 tahun 18 tahun (kematangan sosial)12 bulan 1 tahun 30 tahun18 bulan 1,5 tahun 45 tahun24 bulan 2 tahun 60 tahun30 bulan 2,5 tahun 75 tahun36 bulan 3 tahun 90 tahun42 bulan 3,5 tahun 105 tahun45 bulan 3,75 tahun 113 tahun48 bulan 4 tahun 120 tahun

Tabel 2. Perbandingan Usia Tikus dengan Usia Manusia15,16

Periode Usia tikus Usia manusia

Sepanjang hidup 13,2 hari = 1 tahunMasa penyapihan 42,4 hariMasa prepubertas 3,3 hariMasa remaja 10,5 hariDewasa 11,8 hariMenua 17,1 hariRerata 16,4 hari

Tabel 1. Perbandingan usia manusia dengan usia tikus pada berbagai tahapan kehidupan16

Page 6: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

44 Vol. 13, No.1, Februari 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

Hasil pemindaian sediaan otot tikus remaja dan

dewasa dianalisis luas masing-masing penam-

pang ototnya (satuan mm2). Fotomikro (neona-

tal, remaja, dan dewasa) dianalisis dengan

Digimizer Image Analyzer, ditentukan area peng-

hitungan dengan panduan mikrometer, lalu

dihitung seluruh jumlah serat yang ada dalam area

tersebut dengan sistem tagging. Dihitung rerata-

nya dari kelima lapangan pandang. Penghitungan

jumlah serat otot dilakukan dengan membagi lu-

as penampang otot dengan luas area pemandu,

dikali jumlah rerata serat. Hasil berupa data

numerik.

Diukur diameter terpendek dari lima buah serat

otot rangka, dengan panduan mikrometer. Serat

otot dipilih secara acak dari tiap sediaan, posisi

kiri atas, kanan atas, tengah, kiri bawah, kanan

bawah. Hasil pengukuran diambil nilai reratanya.

Hasil berupa data numerik.

HASIL

Gambaran Histologi Otot Rangka Ketiga

Kelompok Usia

Gambaran histologi otot gastroknemius dan so-

leus tikus neonatus memperlihatkan sel-serat

otot yang berukuran kecil, inti terletak di tepi, rasio

inti dan sitoplasma lebih kecil dibandingkan serat

otot remaja dan dewasa. Masih bisa dijumpai sel

mesenkim. (Gambar 3)

Perbedaan Jumlah Serat Otot Rangka

Ketiga Kelompok Usia

Jumlah serat otot rangka yang dihitung dalam tiap

sediaan paling sedikit di kelompok A (gastro-

knemius = 3127±68; soleus = 307±15), jumlah-

nya meningkat di kelompok B (gastroknemius =

10766±380; soleus = 2866±281) dan kelompok

C (gastroknemius = 11867±387; soleus =

2936±162). (Gambar 4)

Gambar 2. Skema anatomis tungkai belakang tikus17

Page 7: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan

45Vol. 13, No.1, Februari 2014

Perbedaan Diameter Serat Otot Rangka

antara Ketiga Kelompok Usia

Diameter serat otot rangka di kelompok A me-

rupakan yang terkecil (gastroknemius =

5,64µm±0,12; soleus = 5,42µm±0,9), bertambah

besar di kelompok B (gastroknemius =

22,14µm±1,31; soleus= 21,11µm±1,21) dan ter-

besar di kelompok C (gastroknemius =

38,61µm±1,16; soleus = 27,67µm±0,89).

(Gambar 5)

PEMBAHASAN

Gambaran histologi otot tikus remaja serupa

dengan gambaran otot rangka tikus dewasa. Pa-

da kedua kelompok umur tersebut jelas terlihat

peningkatan ukuran serat otot rangka, terutama

dibandingkan dengan tikus neonatus. Inti terletak

di tepi, rasio inti dan sitoplasma lebih besar diban-

dingkan serat otot tikus neonatus. Perbedaan an-

tara otot tikus remaja dengan tikus dewasa

adalah pada jumlah dan diameter sel per lapang-

an pandang. Ruang antar serat otot rangka pada

seluruh gambaran histologi tidak memperlihatkan

adanya matriks ekstrasel yang masih utuh. Inti

sel fibroblas dan sel darah dapat terlihat di ruang

ekstrasel, namun tidak terlihat substansi dasar

dan serat-serat sebagai komponen matriks

ekstrasel. Penyebabnya adalah hilangnya

komponen matriks ekstrasel pada saat proses

pembuatan sediaan.

Uji normalitas data (One-Sample Kolmogorov-

Smirnov) menunjukkan data jumlah serat otot

gastroknemius dan otot soleus pada ketiga

kelompok usia terdistribusi normal. Tetapi uji

homogenitas data menunjukkan bahwa data pada

ketiga kelompok usia tidak homogen. Uji statistik

yang dipilih untuk menilai perbedaan jumlah serat

otot gastroknemius dan otot soleus pada ketiga

kelompok usia tersebut bermakna atau tidak

adalah One-Way Anova. Analisis perbandingan

dengan uji Least Significant Difference (LSD)

menunjukkan perbedaan antar kelompok usia

satu dengan yang lain. Semuanya menunjukkan

perbedaan yang bermakna, kecuali pada jumlah

Gambar 3. Perbandingan gambaran histologis potongan melintang otot rangka tikus Sprague-Dawley padaketiga kelompok usia (perbesaran 400x)

Kelompok A Kelompok B Kelompok C

Page 8: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

46 Vol. 13, No.1, Februari 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

serat otot soleus kelompok usia remaja dan

dewasa. Jumlah serat otot gastroknemius antar

kelompok usia berbeda bermakna. Tetapi jumlah

serat otot soleus antara kelompok remaja dan

dewasa tidak menunjukkan perbedaan

bermakna. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah

serat otot soleus tidak mengalami peningkatan

jumlah yang berarti dari usia remaja sampai

dewasa. Penambahan massa otot bukan

terutama karena hiperplasi otot.

Gambar 4. Perbandingan jumlah serat otot gastroknemius dan soleus ketiga kelompok usia

Page 9: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan

47Vol. 13, No.1, Februari 2014

Uji normalitas dan homogenitas data diameter

serat otot gastroknemius dan otot soleus ketiga

kelompok usia menunjukkan distribusi normal dan

homogen. Hasil Uji Anova adalah perbedaan dia-

meter serat otot gastroknemius dan otot soleus

antar kelompok sangat bermakna. Analisis

perbandingan (multiple comparison) dengan LSD

menunjukkan perbedaan bermakna antar

kelompok usia satu dengan yang lain. Semuanya

menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Gambar 5. Perbandingan diameter serat otot gastroknemius dan soleus ketiga kelompok usia

Page 10: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

48 Vol. 13, No.1, Februari 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

Perubahan diameter serat otot rangka meng-

gambarkan proses hipertrofi serat otot rangka.

Serat otot rangka tikus masih imatur. Serat otot

rangka remaja berada pada masa pertumbuhan

dan perkembangan sehingga diameter seratnya

lebih besar dari serat otot rangka neonatus, tetapi

lebih kecil dari serat otot tikus dewasa. Serat otot

rangka tikus dewasa sudah mengalami maturasi

lengkap, sehingga diameternya paling besar di

antara ketiga kelompok usia.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat

disimpulkan bahwa seiring bertambahnya usia

otot rangka, maka (1) jumlah serat otot rangka

akan mengalami peningkatan, dari yang paling

sedikit pada kelompok usia neonatus sampai

paling banyak pada kelompok usia dewasa dan

(2) diameter serat otot rangka akan mengalami

peningkatan diameter, dari yang paling kecil pada

kelompok usia neonatus sampai paling besar

pada kelompok usia dewasa.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada

segenap staf Departemen Histologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, khususnya

staf laboran, atas bantuannya selama proses

penelitian berlangsung dari awal sampai akhir.

Ucapan terima kasih juga diberikan ke pihak Uni-

versitas Katolik Indonesia Atma Jaya atas bantuan

dana penelitian, sehingga penelitian ini dapat

terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fawcett DW. Bloom and Fawcett: A Textbook

of Histology. 12th ed. New York: Chapmanand Hall; 1994.

2. Tamaki T, Akatsuka A, Yoshimura S, Roy RR,Edgerton VR. New fiber formation in the in-terstitial spaces of rat skeletal muscle dur-ing postnatal growth. J Histochem Cytochem.2002; 50(8):1097-111.

3. Lewis SEM, Kelly FJ, Goldspink DF. Pre- andpost-natal growth and protein turnover insmooth muscle, heart and slow- and fast-twitch skeletal muscles of the rat. BiochemJ. 1984; 217:517-26.

4. Goldspink G, Ward PS. Changes in rodentmuscle fibre types during post-natal growth,undernutrition and exercise. J Physiol.1979;296;453-69

5. Ho KW, Roy RR, Tweedle CD, HeusnerWW, Van Huss WD, Carrow RE. Skeletalmuscle fiber splitting with weight-lifting exer-cise in rats. Am J Anat. 1980; 157(4):433-40.

6. Le Grand F, Rudnicki MA. Skeletal musclesatellite cells and adult myogenesis. CurrOpin Cell Biol. 2007;19(6):628-33.

7. Hurme T, Kalimo H. Adhesion in skeletalmuscle during regeneration. Muscle Nerve.1992;15(4):482-9.

8. Williams GN, Higgins MJ, Lewek MD. Agingskeletal muscle: physiologic changes and theeffects of training. Phys Ther. 2002; 82:62-8.

9. Nicks DK, Beneke WM, Key RM, Timson BF.Muscle fibre size and number following im-mobilization atrophy. J Anat. 1989; 163:1-5.

10. Siu PM, Pistilli EE, Always SE. Apoptotic re-sponses to hindlimb suspension in gastroc-nemius muscles from young adult and agedrats. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol.2005; 289:1015-26.

Page 11: PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT …

Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan

49Vol. 13, No.1, Februari 2014

11. Chargé SBP, Rudnicki MA. Cellular and mo-

lecular regulation of muscle regeneration.

Physiol Rev. 2004; 84:209-38.

12. Grounds MD, White JD, Rosenthal N,

Bogoyevitch MA. The role of stem cells in

skeletal and cardiac muscle repair. J

Histochem Cytochem. 2002; 50(5): 589-610.

13. Rayne J, Crawford GNC. Increase in fibre

numbers of the rat pterygoid muscles dur-

ing postnatal growth. J Anat. 1975;

119(2):347-57

14. Timson BF, Dudenhoeffer GA. Skeletal

muscle fibre number in the rat from youth toadulthood. J Anat. 1990; 173:33-6

15. Hanson A. How old is a rat in human years?[document on the Internet]. 2012 [cited 2014Apr 28]. Available from: http://www.ratbehavior.org/RatYears.htm.

16. Sengupta P. The laboratory rat: relating itsage with human's. Int J Prev Med. 2013 June;4(6): 624-30

17. Wang LC, Kernell D. Quantification of fibretype regionalisation: an analysis of lowerhindlimb muscles in the rat. J Anat. 2001;198:295-308