permasalahan penyakit degeneratif new

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di negara maju dan kota besar membawa perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa pula pada perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup sesorang. Kondisi tersebut mengubah banyaknya kasus-kasus penyakit infeksi yang pada awalnya menempati urutan pertama, namun sekarang bergeser pada penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik yang menempati urutan teratas (Ramadha, 2009). Prevalensi penyakit degeneratif saat ini semakin meningkat dari tahun ketahun. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun keatas di Indonesia adalah sebesar 31,7%, prevalensi stroke di Indonesia sebesar 8,3%, prevalensi penyakit jantung di Indnesia adalah 7,2% dan prevalensi DM di Indonesia adalah 1,1%. Prevalesnsi penyakit degeneratif tampak meningkat sesuai peningkatan umur responden (Riskesdas, 2007). Upaya paling baik untuk mengurangi kasus penyakit degeneratif adalah melalui upaya pencegahan. Pencegahan yang paling baik adalah dengan merubah faktor risiko utama penyebab penyakit degeneratif, yaitu dengan memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktifitas fisik. Faktor risiko ini meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup seperti kebiasaan makan masyarakat kearah konsumsi makanan tinggi lemak dan gula dan

Upload: sivanes-munishan

Post on 17-Jul-2016

77 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

penyakit degeneratif

TRANSCRIPT

Page 1: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di negara maju dan kota besar

membawa perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

pula pada perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang berhubungan

dengan gaya hidup sesorang. Kondisi tersebut mengubah banyaknya kasus-kasus penyakit

infeksi yang pada awalnya menempati urutan pertama, namun sekarang bergeser pada

penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik yang menempati urutan teratas (Ramadha,

2009).

Prevalensi penyakit degeneratif saat ini semakin meningkat dari tahun ketahun.

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur

18 tahun keatas di Indonesia adalah sebesar 31,7%, prevalensi stroke di Indonesia sebesar

8,3%, prevalensi penyakit jantung di Indnesia adalah 7,2% dan prevalensi DM di Indonesia

adalah 1,1%. Prevalesnsi penyakit degeneratif tampak meningkat sesuai peningkatan umur

responden (Riskesdas, 2007). Upaya paling baik untuk mengurangi kasus penyakit

degeneratif adalah melalui upaya pencegahan. Pencegahan yang paling baik adalah dengan

merubah faktor risiko utama penyebab penyakit degeneratif, yaitu dengan memperbaiki

pola makan dan meningkatkan aktifitas fisik. Faktor risiko ini meningkat seiring dengan

perubahan gaya hidup seperti kebiasaan makan masyarakat kearah konsumsi makanan

tinggi lemak dan gula dan jenis pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga

(sedentary) (Depkes, 2010). Secara nasional hampir separuh penduduk (48,2%) kurang

melakukan aktifitas fisik. Kurang aktifitas fisik paling tinggi terdapat di provinsi

Kalimantan Timur (61,7%) dan provinsi Riau (60,2%). Prevalensi kurang aktifitas fisik

dibawah rata-rata nasional terdapat di Nusa Tenggara Timur (27,3%), Sulawesi Tengah

(39,4%), dan Bengkulu (40,1%) (Riskesdas, 2007). Menurut kelompok umur, kurang

aktifitas fisik paling tinggi terdapat pada kelompok 75 tahun keatas (76%) dan umur 10 –

40 tahun (66,9%), dan perempuan (54,5%) lebih tinggi dibanding laki-laki (41,4%).

Berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin tinggi prevalensi

kurang aktifitas fisik. Prevalensi kurang aktifitas fisik penduduk perkotaan (57,6%) lebih

tinggi dibanding pedesaan (42,4%) (Riskesda, 2007). Gaya hidup sangat berpengaruh

terhadap kondisi fisik maupun psikis seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya

Page 2: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

2

perilaku hidup sehat dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Gaya hidup

berpengaruh ada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang dalam merespon kasehatan fisik

dan psikis, lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi. Gaya hidup sehat dilakukan dengan

tujuan agar hidup lebih panjang dan menghindari berbagai macam penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

a) Bagaimana pengaruh penyakit degeneratif pada para pekerja terhadap pekerjaan?

b) Bagaimana cara pencegahan penyakit degeneratif?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui dampak penyakit degenereatif pada pekerjaan.

b. Mengetahui cara pencegahan penyakit degeneratif.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan:

1) Dapat memberi informasi kepada masyarakat khususnya para pekerja agar dapat

lebih memperhatikan pola hidup, meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan

terhadap penyakit-penykait degeneratif.

2) Dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya penyakit degenerative agar dapat lebih meningkatkan

kualitas hidup para pekerja.

Page 3: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Pengertian Penyakit Degeneratif

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan penyakit ini

terjadi seiring bertambahnya usia. Penyakit degeneratif merupakan istilah yang secara

medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel tubuh

manusia tanpa sebab yang jelas, yaitu dari keadaan normal ke keadaan yang lebih buruk.

Penyebab penyakit sering tidak diketahui, termasuk diantaranya kelompok penyakit yang

dipengaruhi oleh faktor genetik.

Ada beberapa penyakit yang dahulu dimasukkan ke dalam penyakit degeneratif,

tetapi sekarang diketahui mempunyai suatu dasar gangguan metabolik, toksik dan nutrisi

(defisiensi zat tertentu) atau disebabkan suatu jenis virus. Dengan berkembangnya ilmu,

memang banyak penyakit yang dulu penyebabnya tidak diketahui akhirnya diketahui

sehingga tidak termasuk dalam bagian penyakit degeneratif. Sedangkan penyakit yang

penyebabnya tidak diketahui dan mempunyai kesamaan dimana terdapat disintegrasi yang

berjalan progresif lambat dari sistem susunan saraf dimasukkan ke dalam golongan ini.

Istilah yang agak membingungkan yaitu pemakaian yang tidak konsisten dari istilah

atrofi dan degeneratif, dua istilah ini digunakan pada penyakit degeneratif. Spatz

mengatakan bahwa gambarannya secara histopatologis berbeda. Atrofi gambaran khasnya

berupa proses pembusukan dan hilangnya neuron dan tidak dijumpai produk degeneratif,

hanya jarak antar sel yang melebar dan terjadi fibrous gliosis. Degeneratif menunjukkan

proses yang lebih cepat dari kerusakan neuron, mielin dan jaringan dengan akibat

timbulnya produk-produk degeneratif dan reaksi fagositosis yang hebat dan gliosis selular.

Jadi perbedaan atrofi dan proses degeneratif yaitu pada kecepatan terjadinya dan tipe

kerusakannya. Banyak penyakit yang merupakan proses degeneratif ternyata diketahui

kemudian penyebabnya adalah proses metabolik. Tetapi ternyata pada kejadian atrofi, ada

beberapa yangdasarnya adalah gangguan metabolik juga.

Page 4: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

4

2.2.     Jenis – jenis Penyakit Degeneratif

Penyakit degeneratif sangat banyak jenisnya. Berbagai referensi menyebutkan lebih

dari 50 jenis penyakit degeneratif. Berikut adalah beberapa jenis penyakit degeneratif yang

berhubungan dengan konsumsi makanan atau zat gizi tertentu:

2.2.1.      Obesitas

Adalah kelebihan berat badan dari berat badan ideal/normal dengan standar

BMI/IMT (Index Massa Tubuh) > 30 kg/m2.

Pencegahan Obesitas:

a.       Gizi : Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak dan gula.

b.      Hindari konsumsi alkohol berlebihan.

c.       Hindari stress/depresi/frustrasi/kebosanan

d.      Berolahraga secara teratur : lakukan latihan aerobik minimal 30 menit per hari,

selama 3 kali seminggu ; tingkatkan aktivitas fisik misalnya jalan kaki ke

kantor, naik tangga di dalam kantor.

e.       Stop merokok.

2.2.2.      Kolesterol

Dalam tubuh terdapat lemak terdiri dari kolesterol jahat yang biasa disebut LDL

(Low Density Lipoprotein) dimana lemak ini dapat menempel pada pembuluh darah.

Sedangkan kolesterol baik yang dikenal dengan HDL (High Density Lipoprotein)

merupakan lemak yang dapat melarutkan kandungan LDL dalam tubuh. Kolesterol normal

dalam tubuh adalah 160-200 mg, maka penumpukan kandungan LDL harus dicegah agar

tetap dalam keadaan normal.

2.2.3.      Penyakit Jantung

Paling sering adalah penyakit jantung koroner (PJK). Koroner adalah arteri-arteri

yang melingkari jantung seperti mahkota (crown/coroner) yang berfungsi menyuplai

nutrisi dan oksigen bagi otot jantung. PJK timbul jika 1 atau lebih arteri koroner

mengalami penyempitan akibat penumpukan kolesterol dan komponen lain (pembentukan

plak) pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).

Akibat aliran darah terganggu, maka akan timbul nyeri atau rasa tidak nyaman di dada

(angina), terutama selama olahraga dimana otot jantung banyak membutuhkan oksigen.

Page 5: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

5

Proses aterosklerosis dapat mulai terbentuk mulai usia anak-anak, sehingga pencegahan

PJK harus diperhatikan sejak dini. Tanda-tanda awal PJK antara lain adalah hipertensi dan

kolesterol tinggi.

2.2.4.      Osteoporosis

Kalsium merupakan unsur pembentuk tulang dan gigi. Maka, agar kepadatan tulang

terus terjaga, penting untuk mengkonsumsi kalsium yang banyak terdapat dalam susu.

Sayangnya, seiring bertambahnya usia, kemampuan untuk menyerap kalsium semakin

berkurang. Maka, sebaiknya Anda membiasakan diri atau anak Anda untuk minum susu

setiap hari sejak usia dini. Karena penyebab osteoporosis adalah kurangnya asupan kalsium

pada usia muda.

Kaum muda, seringkali mereka berpikir tidak perlu lagi mengkonsumsi susu yang

dianggap sebagai makanan anak kecil. Atau karena berpikir tulang tidak dapat tumbuh lagi

sehingga mereka enggan minum susu. Memang, pada umumnya tulang berhenti tumbuh

saat usia 16-18 tahun, tetapi bukan berarti kita tidak perlu lagi memperhatikan kesehatan

tulang, karena fungsi tulang sangat penting bagi tubuh.

Kalsium yang dibutuhkan tiap orang berbeda, bergantung pada berat badan dan

aktivitas yang dijalankan. Pada ibu hamil dan menyusui, kalsium yang dibutuhkan lebih

banyak.

Satu gelas susu mengandung sekitar 500 mg kalsium. Kalsium tidak hanya terdapat

pada susu, makanan lain seperti ikan teri, sup tulang, sayuran hijau seperti bayam dan

kacang-kacangan adalah salah satu sumber dari kalsium. Karena kalsium tidak dapat

dihasilkan tubuh kita, maka penting untuk minum susu dan mengkonsumsi makanan yang

mengandung kalsium.

2.2.5.      Stroke

Terjadi saat aliran darah ke otak terganggu atau berkurang secara hebat, sehingga

otak tidak mendapat oksigen dan makanan. Stroke terbagi terbagi menjadi dua:

a.       Stroke Iskemik, disebabkan kurangnya aliran darah ke otak karena sumbatan pada

pembuluh darah otak. Merupakan jenis stroke yang paling banyak dijumpai

(80%).

b.      Stroke Hemoragik, disebabkan pecahnya pembuluh darah dalam otak, darah yang

berkumpul dalam jaringan otak menyebabkan penekanan dan kerusakan sel otak.

Page 6: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

6

Tanda dan Gejala (berlangsung mendadak), berikut adalah tanda dan gejalanya:

a.       Baal, lemah atau lumpuh di wajah, kaki atau tangan, biasanya pada satu sisi

badan.

b.      Sulit berbicara atau memahami pembicaraan (afasia).

c.       Penglihatan buram, terganggu atau pandangan ganda.

d.      Kehilangan keseimbangan atau koordinasi badan.

e.      Sakit kepala hebat, dapat disertai leher kaku, nyeri wajah, nyeri di daerah antara

kedua mata, muntah atau gangguan kesadaran.

f.       Gangguan daya ingat, orientasi atau persepsi.

Pencegahan stroke:

a.       Hindari atau kendalikan faktor risiko di atas.

b.      Diet sehat untuk otak.

c.       Banyak makan buah dan sayur, yang banyak mengandung kalium, folat dan

antioksidan.

d.      Makanan kaya serat misalnya oatmeal atau kacang.

e.       Makanan kaya kalsium.

f.       Kedelai, seperti tempe, miso, tahu dan susu kedelai.

g.      Makanan kaya asam lemak omega-3 misalnya salmon, makerel dan tuna.

Faktor risiko penyakit stroke adalah:

a.       Riwayat stroke dalam keluarga.

b.      Usia, semakin lanjut usia, semakin tinggi risiko stroke.

c.      Jenis kelamin, lebih banyak wanita yang meninggal akibat stroke dibandingkan

dengan pria.

d.      Ras, ras kulit hitam lebih tinggi risiko stroke dibandingkan ras lain.

e.       Hipertensi.

f.       Hiperkolesterolemia.

g.      Merokok.

h.      Diabetes Mellitus.

i.        Obesitas, dll.

Page 7: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

7

2.2.6.      Asam Urat

Yang dimaksud dengan asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal

dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari pemecahan sel

dalam darah.

Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal

dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat

purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut

berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin.

Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau

karena penyakit tertentu.

Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran)

dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada

menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar

asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung

banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian

sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat dapat diobati sehingga

kadar asam urat dalam tubuhnya kembali normal. Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi

penumpukan asam urat, maka disarankan agar mengontrol makanan yang dikonsumsi

sehingga dapat menghindari makanan yang banyak mengandung purin.

a.    Gejala asam urat:

1)      Kesemutan dan linu

2)      Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.

3)     Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri luar

biasa pada malam dan pagi.

b.    Solusi mengatasi asam urat:

1.      Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. Kadar normalnya

adalah 2.4 hingga 6 untuk wanita dan 3.0 hingga 7 untuk pria.

2.      Kontrol makanan yang dikonsumsi.

3.      Banyak minum air putih. Dengan banyak minum air putih, kita dapat membantu

membuang purin yang ada dalam tubuh.

c.    Makanan yang dihindari (mengandung banyak purin):

1)      Lauk pauk seperti jeroan, hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak.

Page 8: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

8

2)      Makanan laut seperti udang, kerang, cumi, kepiting.

3)      Makanan kaleng seperi kornet dan sarden.

4)      Daging, telur, kaldu atau kuah daging yang kental.

5)     Kacang-kacangan seperti kacang kedelai (termasuk hasil olahannya seperti tempe,

tauco, oncom, susu kedelai), kacang tanah, kacang hijau, tauge, melinjo, emping.

6)      Sayuran seperti daun bayam, kangkung, daun singkong, asparagus, kembang kol,

buncis.

7)      Buah-buahan seperti durian, alpukat, nanas, air kelapa.

8)      Minuman dan makanan yang mengandung alkohol seperti bir, wiski, anggur, tape,

tuak.

2.2.7.    Hipertensi

Sebelum membahas mengenai tekanan darah tinggi atau hipertensi, ada baiknya

Anda mengenal terlebih dahulu tentang tekanan darah. Tekanan darah yaitu tekanan yang

dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota

tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat

dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya

adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri

akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut

tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan

saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering

juga disebut tekanan bawah.

Jika pembuluh dara menyempit, maka tekanan darah di dalam pembuluh darah akan

meningkat. Selain itu, jika jumlah darah yang mengalir bertambah, tekanan darah juga

akan meningkat.

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi.

Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat dikendalikan. Ada juga yang

dapat di kendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah tinggi. Beberapa faktor

tersebut antara lain:

a.    Keturunan

Faktor ini tidak bisa di kendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara

yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah

tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih

Page 9: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

9

tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah

tinggi.

b.    Usia

Faktor ini tidak bisa di kendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia

seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Gaya hipup sehat di

anjurkan untuk mengurangi resiko.

c.    Garam

Faktor ini bisa di kendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat

pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan,

orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

d.   Kolesterol

Faktor ini bisa di kendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat

menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat

membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.

e.    Obesitas / Kegemukan

Faktor ini bisa di kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat

badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.

f.     Stres

Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

Faktor ini bisa di kendalikan.

g.    Rokok

Faktor ini bisa di kendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah

menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan

jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika

memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang

akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

h.    Kafein

Faktor ini bisa di kendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman

cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

i.      Alkohol

Faktor ini bisa di kendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan

tekanan darah tinggi.

Page 10: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

10

j.      Kurang Olahraga

Faktor ini bisa di kendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan

tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan

darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita

tekanan darah tinggi.

Untuk mencegah penyakit hipertensi ini adalah dengan mengendalikan penyebab.

Adapun pencehgahan yang berhubungan dengan makanan adalah urangi konsumsi

garam dalam makanan, konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan

kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi,

makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat,

wortel, melon, dan jeruk, kendalikan kadar kolesterol, kendalikan diabetes.

2.2.8.    Penyakit Diabetes Mellitus (DM)

Diantara penyakit degeneratif, diabetes mellitus (DM) adalah salah satu di antara

penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. WHO menaksir

bahwa lebih dari 180 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes melitus.

Diperkirakan 1,1 juta orang-orang meninggal akibat diabetes pada tahun 2005.

Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara-negara yang mengalami

peningkatan kemakmuran akibat dari peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan

gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit

diabetes melitus. Hampir separuh kematian diabetes terjadi pada penduduk yang berusia di

bawah 70 tahun, 55% diantaranya adalah wanita.

Di Indonesia peningkatan jumlah penderita diabetes melitus bahkan lebih cepat

dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. WHO menyimpulkan bahwa di

Indonesia, penderita diabetes melitus menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah

dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, sedangkan urutan diatasnya India, China dan

Amerika Serikat. Beberapa penelitian di Bali, 2005 menunjukkan bahwa insiden DM di

masyarakat mencapai lebih dari 13,5% dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat

seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Temuan tersebut

semakin membuktikan bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang sangat serius (Depkes.go.id, 2005).

Terdapat dua jenis penyakit diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1 (insulin-

dependent diabetes mellitus) yaitu kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas.

Page 11: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

11

Kondisi ini hanya bisa diobati dengan pemberian insulin. Diabetes melitus tipe-2 (non-

insulin-dependent diabetes mellitus) yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk

berespons dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas (resistensi

insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes melitus

tipe-2 ini lebih banyak ditemukan dan diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus

diabetes di seluruh dunia (Depkes.go.id, 2005).

Diabetes tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan, dengan rajin

mengontrol kadar gula darah. Kontrol yang ketat ini bisa mencegah terjadinya komplikasi

pada pasien diabetes. Penyakit diabetes melitus dapat dihindari apabila setiap individu

melakukan tindakan pencegahan, antara lain mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat

menimbulkan penyakit diabetes yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi, diantaranya

obesitas, merokok, stres, hipertensi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu

usia di atas 45 tahun keatas, faktor keturunan, ras, riwayat menderita diabetes gestasional,

pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg dan jenis kelamin.

Namun dalam hal ini, khususnya di Indonesia, faktor risiko terbesar penyebab

diabetes adalah obesitas (Depkes.go.id, 2005). Analisis yang dilakukan di Jakarta melihat

adanya korelasi yang bermakna antara obesitas dengan kadar gula darah. Obesitas secara

tersendiri tidak sampai menimbulkan diabetes, walaupun jelas dapat menaikkan kadar gula

darah. Mekanisme hubungan antara obesitas sebagai faktor risiko diabetes, sampai saat ini

masih belum jelas benar. Yang sudah diketahui adalah bahwa diabetes melitus mempunyai

etiologi multifaktorial dengan obesitas sebagai salah satu faktornya (Sarwono, 1996).

Faktor risiko kedua yang dapat dimodifikasi yaitu merokok. Merokok merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena merokok dapat menimbulkan

kematian. Bila pada tahun 2000 hampir 4 juta orang meninggal akibat merokok, maka pada

tahun 2010 akan meningkat menjadi 7 dari 10 orang yang akan meninggal karena

merokok. Di Indonesia, 70% penduduknya adalah perokok aktif. Dilihat dari sisi rumah

tangga, 57 persennya memiliki anggota yang merokok yang hampir semuanya merokok di

dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya. Artinya, hampir semua orang di

Indonesia ini merupakan perokok pasif (Depkes.go.id, 2005)..

Faktor risiko ketiga yang dapat dimodifikasi yaitu stres. Stres memang faktor yang

dapat membuat seseorang menjadi rentan dan lemah, bukan hanya secara mental tetapi

juga fisik. Penelitian terbaru membuktikan komponen kecemasan, depresi dan gangguan

tidur malam hari adalah faktor pemicu terjadinya penyakit diabetes khususnya di kalangan

Page 12: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

12

pria. Para ahli dari Karolinska Institute Swedia menemukan, pria yang memiliki tingkat

stres psikologisnya tinggi tercatat memiliki risiko dua kali lipat menderita diabetes tipe-2

dibandingkan mereka yang tingkat stres psikologisnya rendah.

Faktor keempat adalah hipertensi. Di Amerika telah meneliti hubungan antara

tekanan darah dengan diabetes tipe 2 dan menemukan bahwa wanita yang memiliki

tekanan darah tinggi berisiko 3 kali terkena diabetes dibandingkan dengan wanita yang

memiliki tekanan darah rendah. Dari beberapa studi ditemukan adanya hubungan yang erat

antara hipertensi dengan diabetes tipe 2, namun hanya ada sedikit infomasi mengenai

hubungan antara tingkat tekanan darah dan diabetes tipe 2 yang terjadi sesudahnya. Dalam

penelitian ini ditemukan bahwa wanita yang memiliki hipertensi, berisiko 3 kali lipat

menjadi diabetes dibandingkan dengan wanita yang memiliki tekanan darah optimal

(Escardio, 2007).

Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes melitus pada individu

yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup (pola makan sesuai, aktivitas fisik, penurunan

berat badan) dengan didukung program edukasi yang berkelanjutan. Meskipun program ini

tidak mudah, tetapi sangat menghemat biaya. Oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan

di negara-negara dengan sumber daya terbatas. Sedangkan pencegahan sekunder,

merupakan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun jangka panjang.

Programnya meliputi pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan kaki diabetes,

pemeriksaan mata secara rutin, pemeriksaan protein dalam urine program menurunkan atau

menghentikan kebisaaan merokok (Depkes.go.id, 2007).

2.3.    Hubungan Gizi dengan Penyakit Degeneratif

Salah satu penyebab terjadinya penyakit degeneratif adalah karena perolehan zat

gizi mikro dan makro yang tidak seimbang. Pola makan yang salah meningkatkan resiko

penyakit ini. Dari beberapa jenis penyakit di atas dapat kita simpulakan bahwa sebagian

besar di pengaruhi oleh konsumsi makanan. Masyarakat sekarang gemar mengkonsumsi

makanan – manakan tinggi lemak seperti goreng – gorengan, junk food, makanan –

makanan instan. Kandungan Junk food mengandung lemak jenuh (saturated fat), garam

dan gula, serta bermacam-macam additive seperti monosodium glutamate dan tartrazine

dengan kadar yang tinggi. Oleh sebab itu daya tahan tubuh akan menurun dan

meningkatkankan resiko penyakit ini terutama karena konsumsi lemak dan gula berlebih.

Page 13: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

13

Makanan yang kita konsumsi akan membentuk antioksidan yang penting untuk

melindungi tubuh. Dari asal terbentuknya antioksidan ini dibedakan menjadi dua yakni

intraseluler ( didalam sel) dan ekstraseluler (diluar sel) atau pun dari makanan. Dari sini

aktioksidan tubuh bisa dikelompokkan menjadi 3 yakni:

a.       Antioksidan Primer

Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal bebas

baru. Ia mengubah radikal bebas menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya,

sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh anti aksidan ini adalah enzim SOD

yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel – sel tubuh serta mencegah proses

peradangan karena radikal bebas. Enzim SOD sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita.

Namun bekerjanya membutuhkan bantuan zat – zat gizi meneral seperti mangan, seng,

tembaga. Selenuum (Se) juga berperan sebagai antipksidan. Jadi, jika ingin menghambat

gejala penyakit degeratif, mineral – mineral tersebut hendaklah tersedia cukup dalam

makanan yang dikonsumsi setiap hari.

b.      Antioksidan Sekunder

Antioksidan ini berfungsi untuk menangkap senyawa oksidan serta mencegah

terjadinya reaksi berantai. Contoh anti oksidan sekunder: vitamin E, vitamin C, beta

karoten, asam urat, bilirubin, dan albumin.

Kanker esofagus dan kanker lambung juga berhubungan dengan keadaan gizi

kurang. Kenyataannya, hampir semua studi mengenai diet dengan kanker lambung, telah

menemukan efek protektif dari konsumsi sayuran dan buah-buahan, dan bahkan dalam

percobaan in vitro pembentukan komponen N-nitriso dapat ditekan seminim mungkin oleh

antioksidan seperti vitamin E dan vitamin C.

c.       Antioksidan Tersier

Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel – sel jaringan yang disebabkan

oleh radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA. Enzim ini berguna untuk

mencegah penyakit kanker. Percobaan telah mendukung teori bahwa mengkonsumsi

antioksidan yang memadai dapat mengurangi berbagai penyakit degeratif.

2.4.    Pencegahan Penyakit Degeneratif

Faktor-faktor resiko utama penyebab penyakit degeneratif adalah pola makan yang

tidak sehat, kurangnya aktifitas fisik, stress serta konsumsi rokok (oksidan). Pada pola

makan yang tidak sehat misalnya mengkonsumsi makanan berlemak jenuh seperti junk

Page 14: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

14

food serta makanan berkolestrol lainnya. Modernisasi pekerjaan yang serba elektronik

mendorong banyaknya jenis pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga sehingga

berkurang aktifitas fisik. Peningkatan pemasaran dan penjualan produk tembakau yang

marak pada negara-negara dengan pendapatan rendah hingga sedang sangat berperan

dalam menjadikan konsumsi rokok sebagai faktor risiko penyakit degeneratif. Karena itu,

ada tiga cara upaya-upaya pencegahan penyakit degeneratif, yakni melakukan pola makan

yang baik, olah raga yang teratur, dan tidak mengkonsumsi rokok.

Pendekatan lain yang banyak diambil pemerintah di berbagai negara karena

menguntungkan bagi pemerintah dalam penanggulangan penyakit degeratif adalah

penerapan pajak tembakau, penggunaan garam pada makanan olahan, dan

mengembangkan pola makanan sekolah.

Cara orang-orang Jepang mencegah penyakit degeneratif adalah banyak

mengkonsumsi ikan. Penduduk Jepang setiap hari mengonsumsi ikan dan rumput laut.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu protein ikan setingkat dengan mutu

protein daging, sedikit di bawah mutu protein telur dan di atas mutu protein serelia dan

kacang-kacangan. Ikan adalah sumber protein dan memiliki kandungan asam lemak

omega-3 yang mempunyai peran dalam pencegahan penyakit generatif, seperti jantung

koroner, diabetes, tekanan darah tinggi, stroke, kanker. Mengkonsumsi ikan sejak usia

muda juga dapat menunjang perkembangan kesehatan dan kecerdasan otak.

Sebagian masyarakat di Indonesia rajin mengkonsumsi kedelai bubuk sebagai

terapi nutrisi untuk Penyakit Degeneratif, seperti hipertensi, stroke, diabetes dan

kegemukan. Bubuk kedelai mengandung banyak vitamin dan mineral serta unsur-unsur

lainnya yang terkandung didalamnya. Kedelai bubuk banyak digunakan orang untuk

meningkatkan vitalitas kebugaran dan imunitas daya tahan tubuh, serta mencegah

gangguan pencernaan.

Selain itu, lebih sering mengkonsumsi makanan olahan sendiri dengan bahan –

bahan yang alami, segar dan tanpa bahan pengawet lebih dianjurkan daripada

mengkonsumsi masakan cepat saji dan kalengan. Lebih banyak mengkonsumsi sayur dan

buah-buahan segar juga dapat membantu suplai antioksidan untuk memperlambat proses

penyakit degeneratif tersebut.

Konsumsi makanan sehat masih kurang jika tidak diimbangi dengan aktivitas tubuh

yang cukup. Karena itu, diperlukan olahraga yang teratur dan pergerakan yang cukup

Page 15: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

15

untuk membuang kelebihan kalori dan membuang sisa-sisa metabolisme tubuh serta

memperlancar aliran darah. Dianjurkan minimal berolahraga 30 menit dalam sehari.

Selain konsumsi makanan dan olahraga, istirahat yang cukup serta mengurangi

stress juga sangat dibutuhkan dalam pencegahan berbagai pernyakit degeneratif dan

penyakit lainnya. Karena tubuh manusia juga harus beristirahat untuk mengembalikan

vitalitas fungsi berbagai organ tubuh yang akan kembali digunakan keesokan harinya. Jika

tubuh kurang istirahat dan banyak mendapatkan stress maka berbagai fungsi tubuh akan

menurun, seperti tingkat konsentrasi, fungsi imun tubuh dan sebagainya, sehingga

meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit. Karena itu dibutuhkan waktu minimal 8

jam sehari untuk tidur yang baik pada jam yang tepat dan kegiatan-kegiatan penunjang

seperti refreshing, hobi, kegiatan rohani dan lainnya untuk mengurangi stress, sehingga

paparan tubuh terhadap oksidan bisa diminimalisir.

Page 16: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

16

BAB III

PENUTUP

3.1.    Kesimpulan

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan penyakit ini

terjadi seiring bertambahnya usia. Penyakit degeneratif merupakan istilah yang secara

medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf

tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih

buruk.

Beberapa jenis penyakit degeneratif antara lain: osteoporosis, stroke, penyakit

jantung, asam urat, DM, kolesterol, obesitas, dll.

Salah satu penyebab terjadinya penyakit degeneratif adalah karena perolehan zat

gizi mikro dan makro yang tidak seimbang. Pola makan yang salah meningkatkan resiko

penyakit ini. Dari beberapa jenis penyakit di atas dapat kita simpulakan bahwa sebagian

besar di pengaruhi oleh konsumsi makanan. Masyarakat sekarang gemar mengkonsumsi

makanan – manakan tinggi lemak seperti goreng – gorengan, junk food, makanan –

makanan instan. Selain pola asupan makanan, faktor lain seperti kurangnya olahraga dan

tingginya tingkat stress membuat penyakit degenerative ini lebih mudah terjadi.

3.2.     Saran

Dalam kenyataannya sekarang ini, penyakit degeneratif yang biasa dialami oleh

orang lanjut usia ternyata sudah dialami pada usia relatif muda. Tentunya hal ini berkaitan

dengan pengaturan pola makan yang tidak benar. Untuk itu perlu kita upayakan pemberian

pola makan yang benar sejak bayi balita dan seterusnya dalam pola yang seimbang.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangan kami harapkan guna untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.

Page 17: Permasalahan Penyakit Degeneratif New

17

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DEPKES RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelayanan kesehatan kerja pada Puskesmas

kawasan/sentra industri. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 038/MENKES/SK/I/2007.

Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Kerja. 2007.

International Commission on Occupational Health. International code of ethics for occupational

health professionals. ICOH. 2002.

Kusumawati Yuli. 2009. Konsultasi Gizi Untuk Menerapkan Terapi Diet Bagi Penderita Penyakit

Degeneratif pada Kelompok Ibu-ibu PKK Dusun Prayan Gumpang Kecamatan Kartasura.

Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia. Kode Etik Dokter Kesehatan Kerja. Prigen: IDKI

1999.

Ramadha W. 2009. Gaya Hidup pada Mahasiswa Penderita Hipertensi. Dikutip dari,

http://etd.eprints.ums.ac.id. Diakses tanggal 29 Desember 2014 .

Riskesdas. 2007. Gizi dan PolaHidup Sehat. Bandung; CV Yrama Widya.

Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Derpartemen Pendidikan Nasional.

Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta; EGC.

WHO. Global Database on Body Mass Index an interactive surveillance tool for monitoring

nutrition transition. Word Health Organization 2006.