modul 3 perkerasan jalan
DESCRIPTION
Modul 3 Perkerasan JalanTRANSCRIPT
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
MODUL 3
PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (3 SKS)
Ir. Alizar,M.T.
POKOK BAHASAN :
BAHAN PERKERASAN (TANAH DASAR DAN ASPAL)
MATERI KULIAH:
Pendahuluan, klasifikasi tanah, kepadatan dan daya dukung tanah, CBR, aspal alam,
aspal buatan, pemeriksaan aspal
3.1. PENDAHULUAN
Bahan perkerasan jalan merupakan faktor utama yang menentukan kestabilan
perkerasan jalan. Bahan perkerasan yang dibutuhkan dalam konstruksi perkerasan
jalan dapat digolongkan sbb:
• Perkerasan lentur (flexible pavement) memerlukan bahan AGREGAT (sebagai
tulangan) dan ASPAL (sebagai pengikat)
• Perkerasan kaku (rigid pavement) memerlukan bahan AGREGAT(sebagai
tulangan) dan PORTLAND CEMENT (sebagai pengikat)
Bahan perkerasan jalan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dulu di
laboratorium, yang meliputi : jenis bahan, keadaan fisik bahan, kualitas bahan.
Bahan lain yang ikut menentukan keseluruhan mutu struktur perkerasan baik
flexible maupun rigid pavement adalah tanah dasar, yang akan di jelaskan pada
sub tersendiri.
3.2. TANAH DASAR
Sifat tanah dasar berperan penting dalam keseluruhan mutu dan daya tahan
konstruksi perkerasan, karena perkerasan terletak di atas tanah dasar. Sifat
masing-masing jenis tanah tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air, kondisi
lingkungan dan lain sebagainya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
Guna mempermudah mempelajari sifat tanah yang akan dipergunakan sebagai
bahan tanah dasar, maka tanah tersebut perlu dikelompokkan berdasar sifat
plastisitas dan ukuran butirnya. Daya dukung tanah dapat ditentukan dengan
menggunakan hasil klasifikasi ataupun pemeriksaan CBR (California Bearing Ratio)
dan sebagainya.
3.2.1 Klasifikasi tanah
Sistem klasiflkasi yang umum digunakan dalam perencanaan jalan adalah Unified
dan AASHTO.
A. Sistem Unified ( USCS)
Sistem ini dikembangkan oleh Casagrande dan dibagi 3 kelompok besar yaitu:
1. Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan no. 200. Secara visuil butir-
butirnya dapat terlihat oleh mata. Sifat teknis tanah ini ditentukan oleh
ukuran butir dan gradasi butirnya. Tanah bergradasi baik/seimbang
memberikan kepadatan yang lebih baik daripada tanah yang berbutir
seragam.
2. Tanah berbutir halus,>50% lolos saringan no.200. Secara visuil butir-butir
tanah ini tidak terlihat. Tanah ini ditentukan oleh sifat plastisitas tanahnya,
sehingga pengelompokkannya berdasar plastisitas dan ukuran butirnya.
Tanah dengan plastisitas yang tinggi mempunyai daya dukung yang kurang
dan peka terhadap perubahan yang terjadi.
3. Tanah organik ( peat/humus ), GAMBUT= PEAT, dapat dikenal dari warna,
bau dan sisa tumbuhan yang terkandung di dalamnya. Secara laboratorium
dapat ditentukan jika perbedaan batas cair tanah contoh yang belum dioven
dengan yang telah dioven sebesar >25%. .
Klasifikasi tanah sistem ini dilakukan dengan huruf seperti di bawah ini dan
kombinasinya menggambarkan satu jenis tanah. Mlsalnya GP yang berarti tanah
kerikil dengan gradasi buruk.
G = Kerikil/gravel P = Bergiadasi buruk/poor graded
S = Pasir/sand U = Bergradasi seragam/uniform graded
M = Lanau/Silt/Moam L = Plastisitas rendah/low liquid limit
C = Lempung/Clay H = Plastisilas tinggi/high liquid limit
W = Bergradasi baik/well graded O = Organik/organic
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
B. Sistem AASHTO
Sistem ini mengelompokkan tanah berdasar sifatnya terhadap beban roda.
Menurut sistem ini, tanah dibagi dalam 8 kelompok yang diberi kode A-1 sampai
A-8. Namun kelompok A-8 (tanah organik) oleh AASHTO diabaikan karena tidak
stabil sebagai bahan konstruksi jalan.
Dan kiri ke kanan (A-I, A-2....) berdasar pemeriksaan analisa saringan dan batas-
batas Atterberg dengan kualitas tanah yang semakin berkurang ke arah kanan
sebagai lapisan tanah dasar jalan. Dan pada garis besarnya dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :
1. Tanah berbutir kasar
Kode Karateritik Tanah
A-1 Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dg sedikit atau tanpa
butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis
A-3 Terdiri dari pasir halus dg sedikit sekali butir halus lolos no.200 dan
tidak plastis
A-2 Kelompok batas tanah berbutir kasar dan halus dan merupakan
campuran kerikil/pasir dg tanah berbutir halus cukup banyak (<35%)
2. Tanah berbutir halus
Kode Karaktetistik Tanah
A-4 Tanah lanau dg sifat plaslisitas rendah.
A-5 Tanah lanau yang mengandung lebih banyak butir-butir plastis, shg
sifat palstisnya lebih besar dari A-4
A-6
Tanah lempung yang masih mengandung buitran pasir dan kerikil,
tetapi sifat perubahan volumenya cukup besar
A-7 Tanah lempung yang lebih bersifat plastis dan mempunyai sifat
perubahan yang cukup besar.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
Lebih jelas pengelompokan tersebut dapat menggunakan tabel klasitikasi sistem
AASHTO pada Tabel 6.9 diatas.
Kemampuan memikul beban roda antara jenis tanah yang satu dengan yang lain
dalam satu kelompok, digunakan grup indeks yang dibuat berdasar asumsi asumsi
kualitas tanah Sehingga dihasilkan rumus
GI = (F - 35) [0,2 + 0,005(LL - 40)] + 0,01 (F - 15)(PI - 10)
Grup indeks dinyatakan dengan bilangan bulat dan dituliskan dalam kurung di
belakang kelompok jenis tanahnya. Jika hasil negatif maka ditulis nol. Jika 20
ditulis bilangan 20. Kualitas tanah sebagai tanah dasar konstruksi jalan berbanding
terbalik dengan GI. Tanah dengan kelompok yang sama tetapi mempunyai grup
indeks yang lebih kecil menunjukkan tanah yang lebih baik sebagai tanah dasar
jalan.
3.2.2. Kepadatan dan daya dukung tanah
Karena tanah dasar ikut menentukan kerusakan yang terjadi pada
konstruksi perkerasan maka perlu diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi daya
dukung tanah dasar. Diantaranya adalah kepadatan. Pada tanah yang sejenis,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
semakin tinggi kepadatan tanah, maka akan mengalami perubahan volume yang
kecil jika terjadi perubahan kadar air dan daya dukung yang besar.
Daya dukung tanah dasar biasanya dinyatakan dengan nilai CBR
(California Bearing Ratio). Yaitu perbandingan antara beban yang dibutuhkan
untuk penetrasi contoh tanah sebesar 0, 1”/0,2” dengan beban yang ditahan batu
pecah standar pada penetrasi 0,1”/0,2”. Nilai ini dinyatakan dalam persen, yang
merupakan perbandingan kualitas tanah dasar dibandingkan bahan standar batu
pecah yang mempunyai CBR 100% dalam memikul beban lalu lintas.
Berdasar cara mendapatkan contoh tanahnya CBR dibagi menjadi:
1. CBR lapangan (CBR inplace)
Digunakan untuk mendapatkan nilai CBR asli sesuai dengan kondisi tanah
dasar dan umumnya dipakai pada konstruksi perkerasan yang lapisan tanah
dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi.
Selain itu, walaupun jarang dipakai dapat digunakan untuk mengontrol
apakan kepadatan yang diperoleh sudah sesuai dengan yang diinginkan.
2. CBR lapangan rendaman (undisturb soaked CBR)
Berguna untuk mendapatkan CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air
dan tanah mengalami pengembangan rnaksimum. Uji ini biasanya dilakukan
pada daerah yang lapaisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi
daerah yang badan jalan terendam air pada musim hujan dan kering pada
musim kemarau. Pemeriksaan dilakukan pada musim kemarau dengan
menekan mold dalam tanah sesuai kedalaman yang diinginkan, kemudian di
rendam + 4 hari.
3. CBR rencana titik
Merupakan nilai CBR yang diperoleh dari sampel tanah dasar konstruksi
jalan baru yang telah dipadatkan dan merupakañ tanah asli, tanah timbunan,
atau tanah galian yang telah dipadatkan sampai 95% kepadatan maksimum.
Karena sampel ini disiapkan dilaboratorium, maka disebut CBR laboratorium,
yang dibedakan menjadi 2 yaitu CBR lap. Rendaman dan CBR lab. Tanpa
rendaman.
Pada tanah dasar yang merupakan galian yang dalam, pengambilan contoh
tanah sebanyak yang dibutuhkan sukar didapat, sehingga digunakan alat bor.
Dan pemeriksaan dilakukan secara empiris yang hanya berdasar analisa
saringan dan sifat plastisitas tanah.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
3.3. ASPAL
Aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral, material
aspal bersifat termoplastis, melunak dan menjadi cair jika dipanaskan dan kental
kembali menjadi padat jika didinginkan.
Bitumen adalah bahan yang berwarna coklat dan kehitaman yang bersifat
fisik keras hingga cair, larut dalam CS2 dan CCI1 dengan sempurna dan
mempunyai sifat berlemak serta tidak larut dalam air.
Secara kimia, bitumen terdiri dari gugusan aromat, naphten dan alkan
sebagai bagian –bagian terpenting dan secara kimia fisika merupakan campuran
koloid, dimana butir-butir yang merupakan bagian yang padat (asphaltene)
berada dalam fase cairan yag disebut malten.
Asphaltene terdiri dari campuran gugusan aromat, naphtene dan alkan
dengan berat molekul yang tinggi, antara 1.800 hingga 140.000.
Maltene terdiri dari campuran gugusan aromat, naphtene dan alkan
dengan berat molekul yang lebih rendah antara 370 hingga 710.
Ter merupakan bahan cair berwarna hitam, tidak larut dalam air, larut
sempurna dalam CS2 dan CCI4, yang mengandung zat organik yang terdiri dari
gugusan aromat dan mempunyai sifat lekat.
Aspal adalah bahan pengikat dan bahan penutup lapis perkerasan ( jalan
raya atau landasan pacu) dari pengaruh air (lapisan berasapal bersifat kedap
air).
Fungsi aspal dalam konstruksi jalan adalah :
• BAHAN PENGIKAT AGREGAT, memberikan daya lekat yang baik
Syaratnya. mempunyai daya adhesi dan daya kohesi yang besar.
• PENGISI DAN PENUTUP RONGGA-RONGGA (VOID) DARI PENGARUH
AIR, mengisi volume yang tersedia Syaratnya, sifat plastis yang besar dan
sifat kecairan yang cukup.
3.3.1. Jenis Aspal
Aspal yang digunakan pada bahan konstruksi jalan mempunyai jenis aspal
alam dan aspal buatan.
• Aspal Alam
Aspal alam ditemukan di Pulau Buton (Sulawesi Tenggara Indonesia),
Perancis, Swiss, dan Amerika Latin.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
Menurut sifat kekerasannya aspal tersebut di atas dapat diperingkat sebagai berikut:
• BATUAN (rock asphalt), aspal gunung = contoh aspal buton, (butas) sebagai
bahan lapis keras.
• PLASTIS ( Trinidad Lake Aspalt-TLA) = aspal danau
• CAIR ( Bermuda Lake Ashalt-BLA)
Menurut tingkat kemurniannya, dapat diperingkat sbb:
• MURNI dan HAMPIR murni (BLA)
• TERCAMPUR dengan mineral (Rock Asphalt Buton, TLA, Prancis dan Swiss).
Penggunaan aspal alam perlu mendapat perhatian khusus, mengingat tidak
mempunyai mutu yang tetap dan seragam.
• Aspal Buatan
Proses aspal buatan dapat dijelaskan dengan proses penyulingan minyak
bumi
3.3.2. Proses pembuatan aspal
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
Gambar : 3.5 Produk hasil olahan minyak bumi , Bahan Bakar Minyak (BBM)
Berdasar kegunaan, aspal dibagi dalarn beberapa jenis antara lain:
a. Aspal panas/keras (AC)
Penetrasi aspal keras berkisar 40/50,60/70,80/100,120/150,200/300 (keras-
lunak)
b. Aspal cair/dingin (cut back asphalt)
Digunakan dengan tambahan bahan pelarut. Macamnya adalah:
RC (AC+ Benzeen), MC(AC+ Kerosene), SC (AC + minyak berat)
c. Aspal emulsi (emulsion asphalt)
Digunakan dengan tambahan bahan pengemulsi Aspal ini terdiri dari 2 jenis
yaitu :
Emulsi cathionic yang bermuatan (+) dan merupakan campuran AC+air+larutan
basa
Emulsi anionic yang bermuatan (-) dan merupakan campuran AC+air+ larutan
asam)
3.3.3. Penggunaan aspal
Aspal keras/aspal panas, yaitu aspal yang digunakan harus memenuhi
persyaratan/test terlebih dahulu yaitu:
1. Penetrasi, tingkat kekerasan aspal
Tujuannya adalah untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal. Di laboratorium
menggunakan penetrometer dan dilakukan dengan memasukkan jarum
penetrasi berdiarneter 1 mm dengan beban seberat 50 gram sehingga
diperoleh beban gerak 100 gram selama 5 detik pada tenperatur 25°C .
Dalam pelaksanaan berhubungan dengan lokasi penggunaan aspal serta
jenis, macam konstruksi yang ditangani.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
2. Titik lembek
Merupakan suhu pada saat aspal dalam cincin yang diletakkan dalam
air/gliserin muiai lembek karena pembebanan tertentu (bola 3,5 gram). Titik
lembek bervariasi 30 - 2000C dan dibaca saat aspal berikut bola menyentuh
plat dasar yang berjarak kira-kira 1 inch di bawahnya.
Aspal dengan penetrasi yang sama belum tentu mempunyai titik lembek yang
sama. Semakin tinggi titik lembek, semakin baik sebagai bahan pengikat. Di
lapangan, bersama dengan penetrasi berperan dalam percampuran,
penghamparan dan pemadatan. Selain itu suhu luar juga berpengaruh
terhadap titik lembek.
3. Titik nyala dan titik bakar
Titik nyala adalah suhu saat aspal mulai menyala sekurang-kurangnya 5
detik. Pemeriksaan dilakukan dengan eleveland open cup, dan perlu
diketahui untuk memperkirakan suhu maksimum pemanasan sehingga aspal
tidak terbakar. Hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh tiupan angin dan
kecepatan kenaikan suhu. Sehingga untuk membedakan titik nyala dan titik
bakar perlu dilakukan di ruang gelap.
4. Kehilangan berat akibat pemanasan (Thick film oven test)
Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak zat-zat yang hilang akibat
pemanasan pada suhu 163°C selama 5 jam menurut cara yang ditentukan.
Pemanasan dilakukan dengan oven listrik yang mempunyai ketelitian 0,l°C.
Dan oven dilengakpi dengan meja yang berputar serta lubang-lubang
ventilasi untuk memungkinkan uap zat-zat tersebut dibawa udara yang
berputar bebas.
Sifat ini mempengaruhi sifat mekanis aspal diantaranya penetrasi, titik
lembek dan daktilitas
5. Kelarutan zat CS2/CCL4
Aspal murni larut dalam zat ini, sedangkan aspal yang tidak murni tidak
seluruhnya larut. Disyaratkan bitumen untuk perkerasan jalan mempunyai
kemurnian > 99%. Hubungan dengan pekerjaan adalah menjamin keamanan
dan gangguan lain misalnya kebakaran dan pembusaan oleh zat-zat tidak
terlarut.
6. Ductility/pemuluran
Pemeriksaan aspal ini untuk mengetahui sifat kohesi dalam aspal. Sifat ini
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
dipengaruhi oleh sifat kimia. Aspal yang mempunyai daktilitas lebih besar
mengikat butir agregat dengan baik tetapi lebih peka terhadap perubahan
temperatur. Sehingga performance kurang baik.
Pemeriksaan lab. Dilakukan dengan mengukur jarak terpanjang yang dapat
ditarik antara 2 cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus, pada suhu
dan kecepatan tarik tertentu.
7. Berat jenis
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling
dengan isi yang sama pada suhu tertentu 25 atau 15,6°C. Berat jenis aspal
diperlukan dalam perhitungan analisa campuran. Berat jenis ditentukan
dengan rumus:
Berat jenis aspal = (C - A)
(B-A)-(D-C)
dimana:
A = Berat piknometer-penutup C = Berat piknorneter berisi aspal
B = Berat pikometer terisi air D = Berat piknometer berisi aspal dan
air
8. Viscositas
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kekentalan aspal yang dilakukan
pada temperatur 60°C, sebagai temperatur maksimum p erkerasan selama
masa layan dan 135°C yang merupakan suhu umumnya pr oses
pencampuran dan penyemprotan dilakukan.
Viskositas kinematik adalah waktu yang dibutuhkan larutan dengan isi
tertentu mengalir, dalam kapiler di dalam viskometer kapiler padã suhu
tertentu atau faktor kalibrasi viskometer. Atau dengan rumus
Viskositas Kinematik = t. C centistokes.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T PERENCANAAN PERKERASAN JALAN