perbedaan gaya belajar

Upload: jakop-hutapea

Post on 20-Jul-2015

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Perbedaan Gaya Belajar Gaya belajar adalah berbagai pendekatan atau cara belajar. Muh. Joko S (2009) mendefinisikan gaya belajar sebagai suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seorang pelajar dalam mempelajari suatu ilmu dengan cara yang tersendiri. Dengan gaya belajar, khususnya untuk seorang individu, yang akan memungkinkan individu tersebut belajar yang terbaik.. Skinner (Muh. Joko S, 2005) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.

Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Sehingga dalam proses belajar tersebut dibutuhkan suatu perilaku yang menunjang proses tersebut, yaitu gaya belajar (learning styles). Dengan mengenal gaya belajar maka proses belajar akan berjalan dengan lebih maksimal. Berdasarkan Neuro-Linguistik Programing yang dikembangakan oleh Richard Bandler dan John Ginder dalam model strategi komunikasi, diketahui bahwa selain individu memasukkan informasi dari kelima indra, juga ada kecendrungan dimana individu menciptakan dan memberikan arti pada suatu informasi. Secara umum terdapat tiga kecendrungan sensori yaitu berdasarkan visual (pengelihatan), auditori (pendengaran), dan kinestetik (sentuhan dan gerakan). Jali ini dikenal dengan nama gaya belajar V-A-K. setiap individu memiliki kecendrungan saru dari ketiga gaya tersebut, meskipun setiap orang juga memiliki ketiga gaya tersebut didalam dirinya. Guru dapat memberikan kuis tentang gaya belajar kepada peserta didik untuk mengetahui kecendrungan gaya belajarnya. Pemahaman terhadap gaya belajar akan mengingatkan guru akan metode pembelajaran yang bervariasi unutk mengkomodasi

perbedaan gaya bekajar peserta didik ini. Demikian juga halnua dengan peserta didik. Pemahaman terhadap gaya belajar ini akan menyadarkan perserta didik unutk menggunakan kekuatannya tersebut selain itu bersaha untuk menyadari bahwa menggunakan ketiga gaya tersebut sekaligus akan sangat membantu dalam belajar. Misalnya seseorang yang memiliki gaya belajar visual memiliki kecendrungan untuk lebih cipat dan medah mengakses informasi dari penglihatannya. Sedangkan gaya audiotori dari pendenganrannya dan gaya kinestetik dengan gerakan atau melakukan gerakan. Interprestasi 1. Gaya belajar visual : mudah melihat atau membayangkan apa yang dibecarakan, sering meihat gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan mereka mengerti suatu informasi bila mereka melihat kejadian, meihat informasi tertuli atau dalam bentuk gambar. Adapun ciri-cirinya ialah: rapi dan teratur

berbicara denga cepat teliti dan rinci mementingkan penampilan lebih mudah mengingat apa yang dilihat dibandingkan yang didengar mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar merupakan pembaca yang cepat dan tekun lebih suka membaca daripada dibacakan lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata Hal ini juga didukung oleh Felder dan Solomon (2007) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki gaya belajar visual memiliki kemampuan mengingat lebih baik apabila materi yang di berikan berupa gambar, diagram, film maupun demonstrasi. 2. Gaya belajar audiotori : mengekspresikan diri mereka melalui suara, baik itu melalui komunikasi internal dengan diri sendiri maupun eksternal dengan orang lain, ketika hendak menuliskan sesuatu orang ini kana mendengarkan suara dari apa yang ua tulis. Bila harus bertemu dan akan berbicara dengan sesorang yang baru dikenal, ia akan melakukan latihan mental me3genai apa saja yang akan dekatakan dan bagaiman cara mengatakannya. Adapun ciri-cirinya ialah: sering berbicara sendiri ketika sedang belajar mudah terganggu oleh keributan/suara berisik lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras dapat mengulangi/menirukan nada dan irama mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu namun sangat pandai dalam bercerita berbicara dalam irama yang terpola baik berbicara dengan sangat fasih lebih menyukai seni musik dibanding seni yang lainnya belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar

mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik

3. Gaya belajar kinestetik : peka terhadap perasaan atau emosi dan pada sensasi sentuhan dan gerakan. Bila diminta meuliskan suatu kata. Orang ini akan merasakan dulu kata tersebut baru setelah itu menuliskan kata tersebut. Orang kinestetik akan belajar maksimal dalam suatu kondisi dimana banyak keterlibatan gisik dan gerakan. Adapun ciri-cirinya ialah : berbicara dengan perlahan menanggapi perhatian fisik menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain belajar melalui praktek langsung atau manipulasi menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal) tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama menggunakan kata-kata yang mengandung aksi menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik) Dengan mengetahui karakteristik dari setiap gaya belajar maka setiap individu dapat melakukan strategi dalam pengelolaan gaya belajarnya demi hasil belajar yang optimal. Adapun strategi yang harus dilakukan tentu berbeda antara gaya belajar auditori, visual maupun kinestetik. Strategi dari masing-masing gaya belajar diatas ialah : Strategi Belajar Tipe Auditori mengikuti forum diskusi untuk lebih memahami materi pembelajaran membaca bahan pelajaran dengan suara keras dan didukung oleh lingkungan yang tenang melatih ingatan dengan melakukan tanya jawab kepada orang lain belajar dengan memutar musik-musik tenang tanpa lirik untuk menghindari pecahnya konsentrasi belajar Strategi Belajar Tipe Visual

menggunakan alat bantu/alat peraga seperti bagan, gambar, flow chart, atau alat-alat eksperimen yang dibuat sendiri untuk membantu proses belajar melakukan observasi terhadap materi pembelajaran merapikan tempat belajar, hindari barang-barang yang berserakan di tempat belajar untuk menghindari pecahnya konsentrasi karena melihat hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran

menyediakan kertas-kertas dan pensil warna/spidol sebagai alat untuk menuliskan hal-hal penting atau membuat gambar dari materi yang dipelajarinya Strategi Belajar Tipe Kinestetik

belajar dengan mempraktekkan apa yang dipelajari belajar dengan memegang sesuatu misalnya bolpoin untuk menghindari pecahnya konsentari akibat duduk diam berjam-jam. sesudah belajar biasakan menuliskan poin-poin penting yang telah di dapat. Berdasarkan strategi belajar tersebut maka kita dapat memaksimalkan proses belajar dengan menggunakan berbagai kelebihan mapun keuntungan dari masing-masing gaya belajar. Selain dari gaya belajar V-A-K ada juga gaya belajar David klob (David Kolb Model). David A. Kolb gaya model didasarkan pada Teori Experiential Learning, sebagaimana dijelaskan dalam buku Experiential Learning nya: Pengalaman sebagai sumber pembelajaran dan pengembangan. Pengalaman dan Konseptualisasi Abstrak, serta dua pendekatan terkait menuju transformasi pengalaman: Observasi Reflektif dan Eksperimentasi Aktif. Menurut model Kolb, proses pembelajaran yang ideal melibatkan keempat mode ini dalam menanggapi tuntutan situasional. Agar belajar menjadi efektif, keempat pendekatan ini harus dimasukkan. Sebagai individu mencoba untuk menggunakan semua pendekatan empat, namun mereka cenderung untuk mengembangkan kekuatan dalam satu pengalaman menggenggam pendekatan dan satu pengalaman-mengubah pendekatan. Gaya belajar yang dihasilkan adalah kombinasi dari pendekatan pilihan individu. Ini gaya belajar adalah sebagai berikut: a) Converger; Convergers ditandai dengan konseptualisasi abstrak dan eksperimentasi aktif. Mereka pandai membuat aplikasi praktis dari ide-ide dan menggunakan penalaran deduktif untuk memecahkan masalah b) Diverger; Divergers cenderung ke arah pengalaman konkrit dan pengamatan reflektif. Mereka adalah imajinatif dan pandai datang dengan ide-ide dan melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda

c) Assimilator; Assimilators ditandai dengan konseptualisasi abstrak dan pengamatan reflektif. Mereka mampu menciptakan model-model teoritis melalui penalaran induktif. d) Accommodator; Accommodators menggunakan pengalaman dan percobaan aktif. Mereka pandai secara aktif terlibat dengan dunia dan benar-benar melakukan hal-hal bukan hanya membaca tentang dan belajar mereka Model Kolb memunculkan Inventarisasi Gaya Belajar, metode penilaian yang digunakan untuk menentukan gaya belajar individu. Seorang individu mungkin menunjukkan preferensi untuk salah satu dari empat gaya - Mengakomodasi, Konvergensi, divergen dan asimilasi -. Tergantung pada pendekatan mereka untuk belajar melalui model teori experiential learning.

Keterkaitan antara Gaya Belajar dan Prestasi Setiap individu memiliki cara yang berbeda untuk memperoleh hasil yang optimal dalam meraih prestasi belajar. Ridwan Aldursanie (2008) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tahapan pencapaian dari suatu proses penguasaan pengetahuan ataupun ketrampilan yang dapat dilihat melalaui suatu alat pengukur yang terstandar. Pengukuran prestasi belajar sangat diperlukan untuk melihat atau melakukan evaluasi, baik terhadap subyek didik yang mengalami proses belajar, maupun sumber belajar. Prestasi sebagai hasil dari proses belajar tidak hanya menunjuk pada salah satu faktor saja, melainkan juga menyangkut semua faktor yang turut berpengaruh dalam sistem belajar tersebut. Salah satu diantaranya ialah gaya belajar. Gaya belajar merupakan cara termudah yang dimiliki oleh seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi yang diterima sehingga mampu meningkatkan hasil belajar. Melalui gaya belajar inilah tiap-tiap individu dapat merasa nyaman terhadap apa yang di pelajarinya. Dengan adanya kenyamanan dalam menerima informasi maka secara langsung dapat berdampak pada peningkatan prestasi dalam belajar. Hanlie Muliani (2010) menyatakan adanya pengoptimalan dalam gaya belajar akan sangat bermanfaat dalam proses belajar itu sendiri. Gaya belajar sendiri tidak hanya tertuju pada salah satu tipe, misal visual. Namun, setiap individu memiliki keragaman gaya belajar yang di praktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya kita menggunakan gaya belajar visual dengan metode mind mapping untuk mengingat informasi secara lebih efektif. Dengan adanya gaya belajar visual maka secara langsung akan merangsang penggunaan otak kanan yang lebih mudah mengingat informasi yang berupa gambaran ataupun peta pikiran. Begitu pula dengan gaya belajar auditori, penerimaan informasi melalui media suara akan langsung menstimulus kerja otak akibat recite yang didengar oleh telinga secara berulang-ulang. Dengan meriview kembali

informasi tersebut untuk memasukkannya ke dalam longterm memory akan lebih memudahkan otak agar dapat me-recall kembali pada waktu tertentu sesudahnya. Gaya belajar lainnya ialah dengan gaya kinestetik. Gaya kinestetik akan berperan dalam sebuah proses belajar yang menggunakan anggota tubuh di dalamnya terutama dalam hal yang membutuhkan praktek secara langsung. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dilihat bahwa pada dasarnya setiap gaya belajar yang di kombinasikan secara optimal akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini akan menjadi sebuah dampak negatif apabila individu yang bersangkutan tidak memahami tipe belajar dirinya. Individu yang kurang paham dalam mempraktekkan gaya belajar cenderung kurang berhasil dalam meraih prestasi dalam belajar . Hal tersebut dikarenakan, setiap individu yang tidak dapat mengoptimalkan gaya belajarnya akan cenderung bingung dalam menghadapi setiap proses belajar yang akan menimbulkan rasa kurang percaya diri serta motivasi yang menurun dalam meraih peningkatan prestasi. Maka sudah semestinya setiap individu dapat memahami gaya belajar yang dominan pada diri masing-masing dan mengoptimalkan gaya tersebut disertai dengan penggunaan gaya belajar lainnya yang dapat dilatih sejak dini. Dengan demikian dapat membantu diri dalam meningkatkan prestasi secara maksimal dengan melibatkan seluruh organ yang di miliki sehingga memenuhi syarat sebagai pelajar multi indrawi.