peran malaysia dalam penyelesaian konflik thailand selatan...
TRANSCRIPT
1
Peran Malaysia dalam Penyelesaian Konflik Thailand Selatan
2005- 2013
Disusun Oleh:
Zhuhruffa Dita MahaRani (13.2000.3701.0099)
PROGRAM MAGISTER PENGKAJIAN ISLAM
KONSENTRASI ISLAM DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK
2
Thesis ini memaparkan mengenai peran yang dilakukan oleh Malaysia
dalam penyelesaian konflik Thailand Selatan pada tahun 2005-2013. Thesis ini
bertujuan untuk memperlihatkan berbagai variasi upaya yang dilakukan oleh
Malaysia dalam menggagas upaya penyelesaian damai terkait masalah Thailand
Selatan, serta memperlihatkan bagaimana kaitan hal tersebut dengan kebijakan luar
negeri, kepentingan nasional Malaysia serta kedekatan entitas agama maupun etnis.
Thesis ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang dilakukan
melalui studi kepustakaan. Dalam proses penelitian, data yang telah diperoleh
diverivikasi kemudian dianalisis menggunakan teori kebijakan luar negeri,
kepentingan nasional, konsep diplomasi dan mediasi. Hasil dari proses penelitian
tersebut kemudian dipaparkan menjadi sebuah uraian penelitian.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa Malaysia memainkan
peran yang signifikan sebagi penggagas mediasi serta berperan sebagai fasilitator
dan mediator dalam upaya penyelesaian konflik di Thailand Selatan pada tahun
2005-2013. Lebih lanjut dilihat dari kaitannya dengan kebijakan luar negeri, peran
Malaysia dalam membantu masalah Thailand Selatan ini bersesuaian dengan
penekanan politik luar negeri Malaysia yang menekankan pada ide progressive
Islamic (Islam Hadhari). Selain itu Malaysia juga memiliki kepentingan nasional
terutama terkait masalah keamanan dan ekonomi. Sementara masalah entitas agama
dan kedekatan etnik, juga menjadi salah satu hal penting yang melatar belakangi
peran Malaysia dalam penyelesaian konflik di Thailand Selatan
Keywords : Peran Malaysia, Konflik Thailand Selatan, kebijakan luar negeri,
kepentingan nasional, agama, etnisitas.
ABSTRAK
3
This thesis explained about Malaysia role on conflict settlement in Southern
Thailand on 2005-2013. The aim is to show the efforts variation on Malaysia role to
strive conflict settlement in Southern Thailand, and to show the connection between
―the effort‖ with Malaysia foreign policy, national interest and ethnic and religion
closeness.
This thesis using qualitatif method with literature study method. After got
all data, the data has being verification and analysis using theory of foreign policy,
national interest, and diplomacy and mediation concept. After being analyze the
result is showed on this research paper.
The result of this research found that Malaysia play a significant role as
conceptor for mediation forum, also play a role as a mediator for Southern Thailand
conflict resolution on 2005-2013. The relation between Malaysia role on Southern
Thailand conflict resolution with Malaysia foreign policy showed that the role is
relevant with malaysia foreign policy it self, that commonly know as progressive
Islamic (Islam Hadhari) foreign policy that emphasize on islam and muslim value.
Beside that Malaysia also have interest on Southern Thailand conflict, specialy
related to security and economic problem. While etnic and religion closeness also
play a significant role on Malaysia effort on Southern Thailand conflict resolution.
Keywords : Peran Malaysia, Konflik Thailand Selatan, kebijakan luar negeri,
kepentingan nasional, agama, etnisitas.
4
Notulen Tim Penguji WIP II
Notulen atau masukan dari para Dosen Penguji WIP II dengan judul‖ Peran
Malaysia dalam Penyelesaian Konflik Thailand Selatan 2005- 2013‖ yang ditulis
oleh Zhuhruffa Dita Maharani, antara lain adalah:
Tim Penguji
1) Dr. JM. Muslimin,MA (Ketua Sidang) :
- Penyusunan kalimat yang baik antar kalimat dan paragraph.
- Menghubungkan antara analisis dan masalah yang akan di angkat
- Penambahan jumlah halaman minimal agar memenuhi syarat
2) Dr. Iding Rosyidin M.Si :
- Penataan bab I, sebutkan sumber data primer untuk wawancara
pada metodologi penelitian
3) Dr. Muhammad Nur Rianto Al-Arif, M.Si:
- sinkronisasi paragraf.
- perhatikan bab kesimpulan tidak memakai banyak footnote tetapi
lebih pada analisi pribadi
5
PERNYATAAN PERBAIKAN SIDANG WIP II
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Zhuhruffa Dita Maharani
NIM : 13200037010099
Judul Proposal Tesis : Peran Agama dan Kepetingan Malaysia dalam
Penyelesaian Konflik Thailand Selatan 2005-
2013
Menyatakan bahwa tesis ini telah melalui sidang WIP II dan telah
telah diperbaiki sesuai saran tim penguji meliputi:
1. Perubahan penulisan diubah dengan judul awal ‖Peran
Malaysia Dalam Penyelesaian Konflik Thailand Selatan 2005-
2013‖ menjadi ― Peran Agama dan Kepetingan Malaysia
dalam Penyelesaian Konflik Thailand Selatan 2005- 2013‖.
2. Perbaikan referensi dan penambahkan referensi, khususnya
untuk buku yang membahas mengenai Malaysia.(jurnal
terkait Thailand Selatan memiliki keterbatasan jumlah)
4. Penulisan daftar pustaka diperbaiki tidak memakai nomer sebagai
urutan 5. Judul bab lima telah dibedakan dengan judul Penelitian
6. Analisis dan ketersambungan kalimat antara paragraf.
Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat dijadikan
pertimbangan untuk menempuh ujian proposal tesis.
Jakarta,
Saya yang membuat pernyataan
Zhuhruffa dita maharani
6
7
DAFTAR ISI
Halaman Pernyataan .................................................................................. I
Halaman Persetujuan Penguji ................................................................... II
Halaman Persetujuan Pembimbing .......................................................... III
Halaman Pengesahan ...............................................................................
Kata Pengantar .........................................................................................
Abstrak ......................................................................................................
Pedoman Transliterasi ...............................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................
B. Permasalahan.....................................................................
1. Identifikasi Masalah ...........................................
2. Pembatasan Masalah ...........................................
3. Rumusan Masalah ................................................
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................
D. Manfaat, Tujuan dan KegunaanPenelitian .......................
E. Metodologi Penelitian ......................................................
F. Sistematika Penulisan .......................................................
BAB II. TEORI ETNISITAS DAN AGAMA, KEPENTINGAN
NASIONAL, KEBIJAKAN LUAR NEGERI DAN
DIPLOMASI NEGARA
A. Teori Etnisitas dan Agama ............................................
B. Teori Kepentingan Nasional ....................................
C. Konsep Kebijakan Luar Negeri .........................................
D. Konsep Diplomasi ...............................................................
E. Konsep Mediasi ................................................................
BAB III. PASANG SURUT HUBUNGAN DIPLOMATIK MALAYSIA
DAN THAILAND
8
A. Sejarah Berdirinya Negara Thailand ........................................
B. Sejarah Berdirinya Negara Malaysia .....................................
C. Munculnya Konflik Thailand Selatan .....................................
a. Sejarah dan latar belakang konflik di Thailand Selatan
- Masa Pemerintahan Taksin Shinawatra 2001- 2006 …
- Masa Pemerintahan Surayud Chulanont (2006–2007)..
- Masa pemerintahan Samak Sundaravej dan Somchai
Wongswat (2008). …………………………………………
- Masa Pemerintahan Abhisit Vejjajiva (17 Desember 2008 –
5 Agustus 2011)………………………………………
- Masa Pemerintahan Yingluck Shinawatra (5 Agustus 2011-
7 Mei 2014) ……………………………………...…
D. Konflik Thailand dan dampaknya terhadap hubungan bilateral
Thailand – Malaysia ....................................................................
BAB IV. UPAYA PEMERINTAH MALAYSIA DALAM
PENYELESAIAN KONFLIK THAILAND SELATAN 2005-
2013 .................................................................................. .
A. Masa Pemerintahan PM Abdullah Badawi............................
B. Masa Pemerintahan PM Najib Tun Razak..........................
BAB V. ISLAM DAN KEPENTINGAN NASIONAL DALAM
PEMERINTAHAN MALAYSIA
A. Islam dalam Politik dan Pemerintahan di
Malaysia ................................
B. Kebijakan Luar Negeri Malaysia .........................................
C. Pandangan Malaysia terhadap Konflik Thailand Selatan..................
D. Kepentingan Malaysia dalam penyelesaian konflik Thailand
Selatan .....................................................................................
E. Konflik Thailand dan dampaknya terhadap hubungan bilateral
Thailand – Malaysia ....................................................................
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran ..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran agama dan kepentingan nasional Malaysia dalam upaya penyelesain
konflik di Thailand Selatan pada tahun 2005 sampai tahun 2013, amat menarik
untuk diteliti. Pertama kajian permasalahan mengenai peran agama dan kepentingan
Nasional Malaysia dalam upaya penyelesaian konflik di Thailand Selatan belum
pernah diangkat sebelumnya. Kebanyakan penelitian yang telah ada menitik
beratkan pada konteks konflik Thailand Selatan baik dari segi penyebab, kronologi
upaya penyelesaian ataupun gerakan-gerakan separatisnya. Kedua membicarakan
peran agama dalam pemerintahan Malaysia juga amat menarik. Sebab perpolitikan
Malaysia amat kental nuansanya dengan Islam. Hal ini tentu akan memberikan
sudut pandang yang berbeda dalam melihat upaya penyelesaian konflik Thailand
Selatan oleh Malaysia.
Agama telah menjadi kesatuan dalam perpolitikan Malaysia, hal ini seperti
diungkapkan dalam disertasi Helmiati yang mengatakan bahwa karakteristik
khusus yang terdapat di dalam perkembangan politik Malaysia adalah peran dari
politik Islam dalam politik Malaysia1. Hal ini tidak lain dikarenakan oleh kuatnya
patronase negara terhadap ajaran Islam, yang dapat dilihat dari kedudukan Islam
sebagai agama resmi negara, juga dari kelebihan yang diberikan kepada para sultan
yang tidak lain berperan juga sebagai kepala agama di negara-negara bagian
Malaysia. Pendapat Helmiati ini kemudian dibenarkan dengan adanya pernyataan
dalam konstitusi federal Malaysia yang menyatakan bahwa Islam berfungsi sebagai
rujukan bagi tata perilaku bagi segala aktifitas yang dikerjakan, selain itu dikatakan
pula bahwa orang Melayu di Malaysia adalah orang yang memeluk agama Islam.
pentingnya kedudukan Islam di negeri Malaysia juga terlihat dari pernyataan Wan
Zahidi yang mengatakan dengan jelas dalam pertemuan pegawai-pegawai Islam
seluruh Malaysia dengan Perdana menteri di Putra Jaya bahwa Malaysia merupakan
negara Islam di mana kekuatan dan pertahanan seluruhnya dikuasai oleh orang
1 Helmiati, ―Islam dalam Politik Malaysia; studi Analisis Kebijakan Pemerintahan
UNMO Terhadap Islam Pada Masa Pemerintahan Mahathir 1981-2003‖ Disertasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, 30.
10
Islam beserta perangkat pemerintah, dan kewajiban untuk mempertahankan negara
menjadi kewajiban bagi setiap individu muslim Malaysia2.
Hal ini kemudian membuat Islam tidak hanya dipandang sebagai sebagai
agama semata-mata tetapi juga dilihat sebagai bentuk yang melebihi institusi
keagamaan di Malaysia. Posisi agama ini kemudian sejajar dengan posisi negara
sehingga kemudian istilah agama dan negara atau al-mardawi 3yang berarti Islam
merupakan agama dan negara secara bersamaan, dapat diberikan untuk menjelaskan
posisi Islam dalam negara Malaysia.
Adanya penekanan politik domestik yang banyak menekankan pada nilai-
nilai ajaran agama Islam, pembentukan Politik luar negeripun tidak dapat
dilepaskan dari pedoman nilai-nilai keislaman yang mulai mengalami pergeseran
dengan dimasukkannya pandangan-pandangan yang memiliki nilai-nilai Islami. Hal
ini misalnya terlihat dari perubahan kebijakan luar negeri Malaysia pada masa PM
Mahathir Muhammad yang lebih berpihak pada masalah-masalah negara muslim,
sejak terjadinya perubahan kebijakan domestik Malaysia pasca kebangkitan Islam di
Malaysia. Tertanamnya nilai-nilai Islam dikemudian hari seperti konsep Islam
hadhari yang diperkenalkan oleh PM. Abdullah Badawi dan konsep wasatiah oleh
PM. Najib tun Razak dalam berbagai kebijakan luar negeri Malaysia telah
menciptakan posisi tertentu bagi Malaysia sebagai aktifis yang amat
mengidentikkan dirinya dengan persoalan-persoalan dunia muslim4
. Meskipun
demikian terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa konsep kebijakan
Hadhari ataupun Wassatiyah hanya merupakan bentuk konseptual saja. Akan tetapi
pernyataan ini sekiranya kurang dapat dibenarkan, sebab nilai dari Islam Hadhari
sesungguhnya memproyeksikan Islam dalam esensi kebijakan luar negeri, terutama
mengenai seorang muslim dapat hidup berdampingan dengan non-muslim. Dalam
hal ini konteks berdampingan dengan non muslim yang terlihat jelas dalam
pengaplikasian kebijakan luar negeri Malaysia yang multikultural.
Signifikansi politik Islam di Malaysia dan kebijakan luar negerinya yang
condong pada masalah-masalah dunia muslim ini sendiri dapat dijelaskan dengan
korelasi hubungan antara kepentingan nasional, kebijakan domestikdan kebijakan
luar negeri. Dalam arti kata lain seperti apa yang dikatakan oleh Henry Kissinger,
seorang akademisi sekaligus praktisi politik luar negeri Amerika Serikat,
2 Wan Zahidi Wan Teh, ―Malaysia Daulah Islamiah‖, Pidato perjumpaan YAB
Perdana Menteri bersama Pegawai-pegawai Agama Islam seluruh Malaysia, 28 – 29
Agustus, (PutraJaya: JAKIM, 2000), 4.
3 Taha Abd al-Baqi Surur, Dawla al-Quran, (Kairo: Dar al-Nadha Misr, 1972), 80.
4
Hussin Mutalib, ―Islam and Etnicity in Malaysia Politic‖, (Kuala lumpur:
OxfordUniversity press, 1990), 133.
11
menyatakan bahwa “Foreign policy begins when domestic policy ends”.5yang
berarti bahwa dalam mempelajari studi politik/ kebijakan luar negeri suatu negara,
kebijakaan suatu negara berada pada persimpangan antara aspek dalam negeri suatu
negara (domestik) dan aspek internasional (eksternal) dari kehidupan suatu negara.
Kebijakan luar negeri sendiri merupakan pencerminan dari kepentingan
nasional suatu negara, sehingga strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para
pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik
internasional lainnya senantiasa dikendalikan oleh tujuan untuk mencapai
kepentingan nasionalnya. Mengaitkannya dengan konteks Malaysia, Malaysia
memiliki dua point utama sebagai kepentingan nasionalnya yaitu:
1) Keamanan dan persatuan nasional. Dalam hal ini Malaysia berusaha
unuk menciptakan keamanan nasional. Tapi keamanan nasional disini
bukanlah sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan militer, tetapi
lebih kepada hal yang tak dapat dipisahkan dari stabilitas politik,
kesuksesan ekonomi dan keharmonisan sosial6
. Artinya bahwa
kestabilan keamanan wilayah atau kawasan terutama yang terkait
dengan wilayah perbatasan seperti Thailand Selatan merupakan
sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan keamanan Malaysia.
2) Point kedua adalah penciptaan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian
menjadi point tujuan nasional dikarenakan pertumbuhan ekonomi
yang baik akan membentu terciptanya persatuan nasional. Terkait
perekonomian pemasukan Malaysia lebih banyak berlandaskan pada
komoditas eksport dan pariwisata7
, dikarenakan oleh itu maka
ekonomi Malaysia kemudian amat tergantung dengan perekonomian
global dan lebih-lebih dengan hubungan luar negerinya dengan
negara lain. Pada point ini dapat diketahui bahwa kestabilan
keamanan diatas berkaitan dengan penciptaan ekonmi Malaysia yang
terutama berdasar pada komoditas Pariwisata.
Oleh karena itu, upaya-upaya dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri
Malaysia dalam berinteraksi dengan negara lain, akan selalu berpatokan pada
5 Wolfram F. Hanrieder, Comparative Foreign Policy: Theoretical Essays. (New
York: David McKay Co, 1971), 22.
6 K.S. Nathan, ―Malaysia : Reinventing the Nation‖, in Muthiah Alagappa(ed.),
Asian Security Practice : Material and Ideational Influences, (Stanford : Stanford
University Press, 1998), 514.
7 Peter A. Poole, ―Malaysia‖ in Politics and Society in Southeast Asia,
(Jefferson and London : McFarland & Company Inc., 2009 ) 106 – 107.
12
pencapaian kedua point ini. Upaya-upaya untuk mencapai kedua point ini yang
kemudian disebut sebagai ‖Diplomasi Malaysia‖. Diplomasi tidak lain merupakan
perpanjangan dari kebijakan luar negeri suatu negara yang berintikan pada
kepentingan nasionalnya. Dalam hal ini seperti yang telah diungkapkan di atas
bahwa kepentingan nasional Malaysia berdasar pada dua point yang telah dibahas
diatas. Lebih lanjut, kementerian luar negeri Malaysia juga menyatakan bahwa
terdapat beberapa cara atau point yang menjadi patokan dalam pelaksanaan
kebijakan luar negeri Malaysia antara lain adalah:
1) Menjaga hubungan damai dengan berbagai negara terlepas dari apapun
ideologinya dan sistem politiknya.
2) Membentuk hubungan erat dan menciptakan kerjasama ekonomi
terutama dengan ASEAN dan area regional lainnya
3) Mempromosikan keamanan dan stabilitas wilayah melalui kapasitas
pembangunan dan penyelesaian konflik yang terukur
4) Memproyeksikan Malaysia sebagai contoh negara Islam yang maju8.
Berdasarkan atas point-point diatas, terutama jika dilihat bahwa patokan
Malaysia antara lain adalah untuk menjaga hubungan damai, mempromosikan
keamanan serta memproyeksikan Malaysia sebagai negara islam, maka Malaysia
bertindak aktif dalam membangun perdamaian di wilayah Thaailand Selatan,
terutama jika melihat kedekatan agama di antara kedua wilayah.Selain itu pula
Malaysia juga kemudian banyak menjalin kerjasama dengan berbagai wilayah, baik
dalam tingkat regional ataupun inter-regional. Hubungan kerjasama Malaysia
dengan ASEAN, Gerakan Non Blok, Organisation of Islamic Conference (OIC),
negara negara Timur Tengah, Amerika, Eropa serta Asia Pasifik dan berbagai
negara lainnya, merupakan contoh dari hubungan kerjasama yang telah Malaysia
bangun9.
Peningkatan kerjasama dengan negara lain juga dilakukan dalam bentuk
perjanjian dagang dan berbagai perjanjian lainnya, seperti pembentukan FTA (free
trade area). Tidak hanya itu sebagai upanyanya untuk memperlihatkan posisi
Malaysia sebagai negara Islam, Malaysia kemudian juga menempatkan dirinya
terkait masalah-masalah dunia muslim. Hubungan yeng terjalin baik dengan
Organisation of Islamic Conference OIC serta dukungan dan bantuan terhadap
8
The Ministry of Foreign Affairs of Malaysia,
http://www.kln.gov.my/web/guest/objectives, accessed in June 2011.
9 ―Consult Abdullah‘s keynote address to the 15th Pacific Economic Cooperation
Council General Meeting in Brunei Darussalam‖, 3 September 2003. diakses dari:
http://www.pecc.org/PECCXV/keynote-address-abdullah-badawi.doc.
13
masalah-masalah muslim seperti masalah Bosnia dan Palestina merupakan salah
satu dari contoh peningkatan kerja sama politik dan ekonomi antara Malaysia dan
bangsa-bangsa muslim. Tidak hanya Bosnia dan Palestina, Malaysia juga
memperlihatkan kepeduliannya terhadap masalah muslim di wilayah Thailand
Selatan yang tidak lain merupakan wilayah negara tetangga Malaysia.
Kepedulian Malaysia terhadap masalah Thailand Selatan khususnya terjadi
sejak kembali mencuatnya konflik di wilayah itu. Kepedulian ini makin meningkat
di tahun 2004 ketika terjadinya penembakan terhadap 30 Muslim pada bulan April
2004 di mesjid Kru Se, serta insiden Tak Bai yang mengakibatkan 78 Muslim
Thailand meninggal, akibat diseret paksa dan penganiayaan yang dilakukan di
dalam truk militer usai mereka melakukan demonstrasi terhadap pemerintah.
Malaysia mulai turut campur dalam permasalahan konflik Thailand Selatan saat
sekitar 131 orang Thailand Selatan memutuskan untuk mengungsi ke wilayah
Malaysia melewati perbatasan sungai Golok di tahun 2005.
Hal ini sempat menyebabkan hubungan antara Thailand dan Malaysia
memburuk terutama ketika pihak Thailand kemudian menuduh bahwa adanya
campur tangan serta bantuan dari pihak Malaysia dalam konflik tahun 2004 di
Thailand Selatan. Tuduhan Thailand tersebut terkait masalah Malaysia yang
disinyalir oleh pemerintahan Thailand telah mendukung gerakan separatis dengan
cara memfasilitasi senjata dan kamp-kamp pelatihan yang berada di wilayah
Kelantan10
. Selain itu pihak Thailand juga menuduh Malaysia telah melindungi
teroris yang menjadi dalang atau pelaku dari konflik di Thailand Selatan dengan
memberikan suaka dan perlindungan bagi mereka di wilayah Malaysia. Meskipun
tensi hubungan diplomatik antara kedua negara meningkat, akan tetapi pemerintah
Malaysia tetap memberikan perhatiannya terhadap masalah konflik Thailand
Selatan.
Sikap Malaysia yang tetap memberikan bantuan dan sokongan bagi
masyarakat Thailand Selatan dalam konflik meskipun secara bilateral hubungan
Malaysia dengan Thailand menjadi bersitegang khususnya di tahun 2004, tentu tidak
dapat dilepaskan dari adanya faktor kesamaan agama ataupun kedekatan etnik antara
kedua wilayah. Meskipun alasan terkait agama dan kedekatanidentitas ini ditolak
oleh pemikiran Jurairat Pattanasataporn dalam penelitiannya, ia mengatakan bahwa
upaya Malaysia dalam penyelesaian masalah Thailand lebih diakibatkan karena
kepentingan yang lebih bersifat ekonomi, terutama terkait kerjasama perdagangan
10
Ian Storey, ‖Malaysia Role in Thailand southern Insurgency‖, journal terrorism
monitor volume no:5, issue:5, (2007): No page. Di akses dari
http://www.jamestown.org/single/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=1043 (diakses pada 09
Oktober 2014)
14
dan energi yang telah dibangun kedua negara. Pendapat Jurairat ini sendiri tidak
dapat sepenuhnya dibenarkan, sebab apabila Malaysia hanya mementingkan
masalah ekonomi maka secara diplomatis, ia tentu akan menjaga hubungan baik
dengan memilih menjadi pihak yang netral. Sebab hubungan diplomatik yang
kurang baik tentunya akan membawa pengaruh tersendiri pada perjanjian yang telah
disepakati kedua negara, termasuk perjanjian ekonomi. Tetap bersikukuhnya
pemerintah Malaysia menolong pengungsi dari Thailand selatan tentu tidak dapat
dilepaskan dari adanya kesamaan dan kedekatan kolektif antara Malaysia dan
masyarakat Thailand Selatan.
Meskipun demikian, Jurairat Pattanasataporn kemudian menekankan bahwa
konteks persamaan agama dan etnik sama sekali tidak mempengaruhi perhatian
Malaysia terhadap Thailand Selatan, sebab menurutnya tak ada satu pun negara
yang mau untuk mengorbankan kepentingan negaranya hanya untuk menolong
saudara seetnik dan seagama di perbatasan mereka, begitu juga dengan Malaysia11
.
Berdasar pada pendapat ini kita dapat mengatakan bahwa masalah ekonomi
mungkin adalah masalah penting dalam hubungan kedua negara tetapi
pengesampingan masalah etnik dan agama sepenuhnya tidak dapat dilakukan. Hal
itu dikarenakan adanya beberapa fakta seperti: pertama, adanya kenyataan bahwa
masyarakat di perbatasan khususnya Malaysia Utara dengan Thailand Selatan telah
membangun hubungan dekat secara individual, sejak masa kesultanan dahulu kala,
hal ini kemudian memunculkan keadaan dimana banyak masyarakat Malaysia
memiliki hubungan kekerabatan dengan masyarakat di Thailand Selatan. Hal ini
juga diperkuat oleh pernyataan Cropley yang mengatakan bahwa selain fakta di atas,
adanya keberadaan penduduk Malaysia yang bertempat tinggal di wilayah Thailand
Selatan, yang memiliki kewarganegaraan Malaysia12
(dalam arti bahwa mereka juga
memiliki suara dalam pemilu) juga menjadi pertimbangan lain terkait kepentingan
Malaysia. Kedekatan etnik dan agama ini menjadi hal yang penting untuk
dipertimbangkan terutama setelah munculnya tuntutan yang datang dari masyarakat
Muslim di Malaysia yang meminta pemerintahan Malaysia untuk menyelesaikan
dan membantu masalah konflik Thailand Selatan.
Kedua, ekonomi memang menjadi point penting dalam upaya penyelesaian
konflik di Thailand Selatan, tetapi kepentingan Malaysia tidak hanya ekonomi saja.
Merujuk pada point-kepentingan nasional Malaysia yang tercantum dalam Malaysia
11
Jurairat Pattanasataporn, ‖ Religion, Nationalism And Regional Politics In
Southeast Asia: The Relations Between Thailand And Malaysia‖ Thesis Of The
American University in Cairo School of humanities and social sciences, 2012, 210.
12
Cropley, Ed. 2005. "Malay Separatists Say Behind Southern Thai Unrest", Reuters,
28 August 2005.
15
core value, faktor keamanan juga menjadi masalah penting dalam penyelesaian
masalah konflik Thailand Selatan. Keamanan menjadi penting terlebih lagi jika
dilihat dari masalah kemunculan gerakan separatis di Thailand Selatan di
khawatirkan akan menimbulkan munculnya gerakan ekstrimis Islam di Malaysia.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan PM Badawi di tahun 2007 yang menyatakan
kekhawatirannya bahwa gerakan separatis Thai-Muslim di Thailand Selatan
dikhawatirkan akan menarik datangnya gerakan teroris antar negara untuk
mendirikan basis operasinya di wilayah Malaysia13
. Disamping hal tersebut, faktor
keamanan penting untuk ditegakkan terutama untuk menjamin tetap berlangsung
dengan baiknya kerjasama ekonomi antara kedua wilayah. Sebab tanpa kestabilan
keamanan di perbatasan kedua wilayah, kerjasama ekonomi tidak akan mungkin
berjalan dengan baik.
Selain statement dari PM Badawi tersebut, pendapat yang sama juga datang
dari Ian Storey yang merupakan peneliti di institute studi Asia Tenggara, yang
mengatakan bahwa pemerintah Malaysia sama sekali tidak mendukung terjadinya
pemberontakan di bagian Selatan. Sikap Malaysia ini dikarenakan adanya ketakukan
bahwa akan menyebarnya gerakan tersebut ke wilayah Malaysia, hal ini terutama
sekali didasarkan oleh kepentingan Malaysia dalam menciptakan stabilitas wilayah.
Masuknya gerakan tersebut dipandang sebagai bentuk yang akan menggangu
stabilitas keamanan wilayah Malaysia. Lebih lanjut, Ian juga tidak membantah
bahwa terdapat banyak dukungan dan simpati dari orang-orang di negara-negara
Malaysia bagian Utara untuk saudara-saudara etnis mereka di Thailand Selatan,
yang kemudian bersifat menekan bagi pemerintah.
Berdasarkan penjabaran diatas, kita dapat mengetahui bahwa Malaysia
berkepentingan serta berperan dalam proses penyelesaian konflik di wilayah
Thailand Selatan ini. Pentingnya penciptaan keamanan dan perdamaian di wilayah
Thailand Selatan yang tidak lain berada dekat dengan perbatasan Malaysia
menyebabkan Malaysia berinisiatif untuk membantu menyelesaikan masalah konflik
di Thailand Selatan. Malaysia sendiri telah mengupayakan untuk membawa masalah
konflik Thailand Selatan ini ke ranah OIC (Organization Islam Conference) dan
ASEAN pada masa Abdullah Badawi. Hal ini bertujuan untuk mendesak
pemerintahan Thailand untuk segera menyelesaikan masalah konflik di Thailand
Selatan yang di klaim telah merengut banyak korban jiwa.
Selain upaya Malaysia untuk membawa masalah ini ke ranah organisasi
internasional, Malaysia juga melakukan upaya diplomasi antar negara guna
penyelesaian masalah konflik Thailand Selatan. Hal ini terutama dapat dilihat dari
beberapa peran atau upaya diplomasi yang dilakukan oleh Malaysia seperti yang
13
No author, ―Siam Archives‖, Vol. 32, February (2007):165.
16
dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2006 mantan perdana menteri Malaysia Mahathir
Muhammad Muhammad menggelar dua pertemuan antara pemerintah Thailand
yang dihadiri oleh petinggi militer Thailand dan golongan separatis muslim di pulau
Langkawi14
. Sementara itu pada tahun 2007 sendiri, upaya perbaikan bagi wilayah
Thailand Selatan tetap dilakukan, hal ini terlihat dari upaya kedua negara melakukan
kunjungan diplomatik untuk mengupayakan solusi penyelesaian masalah Thailand
Selatan. Hal tersebut kemudian membuahkan hasil pada saat pertemuan konsultasi
rutin ke-tiga antar kedua negara pada Agustus 2007, di mana Malaysia mengusulkan
untuk dibentuknya suatu program perbaikan untuk wilayah Thailand Selatan.
Sebagai hasil dari usulan tersebut, maka dibentuklah komisi pertemuan bersama
Joint Commission meeting pada Juni 2007 yang menghasilkan program "3E"
education, employment and entrepreneur- ship yang menjadi patokan untuk
perbaikan kondisi wilayah Thailand Selatan15
. Selain ketiga point tersebut, Malaysia
pun menyetujui untuk memberikan asistensi terkait pendidikan Islam di Thailand
Selatan.
Selain hal di atas, Malaysia juga kerap mengusulkan dialog untuk
menyelesaikan masalah sebagai sarana untuk meredakan ketegangan antara kedua
belah pihak. Hal ini terlihat pada 28 February 2013 saat pemerintahan Thailand
setuju untuk menyelesaikan permasalahan di perbatasan Thailand Selatan, Malaysia
kemudian membantu hal tersebut sebagai pihak fasilitator dan penengah. Tindak
lanjut dari hal tersebut kemudian mencapai puncaknya dengan terlaksananya
pembicaraan damai antara pemerintah Thailand dan anggota Barisan Revolusi
Nasional (BRN) Pada Juni 2013 di Kuala Lumpur16
. Pada pembicaraan ini pihak
pemerintah Thailand diwakili oleh Letnan Jenderal Paradorn Pattanabut sementara
pihak Malaysia menunjuk Dato Sri Ahmad Zamzami bin Hasim direktur badan
intelegent Malaysia, sebagai fasilitator17
. Perundingan ini sendiri dianggap sebagai
tonggak penting dalam upaya perdamaian di Thailand Selatan. Sebab, untuk pertama
14
BBC Monitoring Asia Pacific-Political, 10/11/2006, "Thai separatists said ready to
drop independence demand - Malaysian agency‖, Diakses melalui
http://www.cidcm.umd.edu/mar/chronology.asp?groupId=80002
15
John Funston, ―Malaysia and Thailand's Southern Conflict: Reconciling Security
and Ethnicity‖, Journal Contemporary Southeast Asia, Vol. 32, No. 2, (August 2010): 248.
16
‖Malaysia 2014 a perspective from Thailand‖ di akses dari
http://www.Asiapasific.anu.edu.au/newmandala/2014/02/28/ Malaysia-in-2014-a-
perspective-from-Thailanddiakses (02-10-2014 18:02).
17
―Text of the Agreement between Thailand and the BRN.‖ Dikutip dari Zachary
Abuza, ―The Upcoming Peace Talks in Southern Thailand’s Insurgency‖ journal CTC
Sentinel Vol.6 issue.3, (2013), 18.
17
kalinya kedua belah pihak yang bertikai dapat duduk bersama untuk membahas
masalah penyelesaian konflik dan membangun kembali rasa kepercayaan antara
kedua belah pihak.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas dapat dikatakan bahwa
Malaysia memiliki peran serta senantiasa berupaya membantu untuk menyelesaikan
masalah konflik di wilayah Thailan Selatan. Upaya Malaysia dalam membantu
penyelesaian konflik di wilaah Thailand Selatan tidak dapat dilepaskan dari konteks
kedekatan etnis dan agama serta konteks kepentingan nasional Malaysia yang
berupa kepentingan ekonomi dan keamanan upaya yang dilakukan oleh pemerintah
Malaysia ini dapat dilihat dari langkah-langkah yang ditempuh oleh pemerintah
Malaysia dengan membawa masalah ini baik di ranah internasional, regional dan
bilateral.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan singkat pada latar belakang masalah, kemudian
muncullah pernyataan mengenai beberapa masalah antara lain:
a. Malaysia melakukan beberapa upaya atau berperan dalam penyelesaian
konflik Thailand Selatan selama periode tahun 2005-2013
b. Faktor kedekatan etnis dan agama menjadi salah satu poin penting yang
melatar belakangi peran Malaysia dalam penyelesaian konflik di
Thailand Selatan
c. Malaysia memiliki kepentingan dalam penyelesaian konflik Thailand
Selatan.
d. Masalah Thailand Selatan telah dibawa/ diangkat baik pada tahap
regional ataupun inter regional
e. Keterlibatan Malaysia dalam masalah dunia muslim serta juga
keterlibatannya dalam masalah Thailand Selatan tidak dapat dilepaskan
upaya Malaysia untuk memproyeksikan dirinya sebagai contoh negara
Islam yang maju
f. Bahwa pada tahun 2004 konflik di wilayah Thailand Selatan
2. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, batasan permasalahan yang diangkat didasarkan pada
tema atau judul yang penulis angkat:
18
a. Penulis hanya akan membahas mengenai Peran agama dan kepentingan
nasional Malaysia dalam penyelesaian konflik Thailand Selatan
khususnya selama tahun 2005-2013. Pembatasan tahun didasarkan pada
patokan memburuknya hubungan antara kedua negara hinggapada fase
terendah di tahun 2005 akibat konflik, sementara untuk pemilihan tahun
2013 dikarenakan pada tahun ini proses Penyelesaian konflik mencapai
pada ujung tonggak dengan berhasilnya ditandatanganinya perjanjian
damai antara pemberontak dan pemerintahan Thailand.
b. Sementara terkait dengan penjelasan yang akan peneliti sampaikan
nantinya akan memperlihatkan bahwa agama dan kepentingan nasional
memiliki peran penting sebagai hal yang mendorong pemerintahan
Malaysia untuk turut serta membantu upaya perdamaian di Thailand
Selatan.
3. Rumusan Masalah
Masalah dari penulisan tesis ini adalah : Peran apa saja yang dilakukan oleh
Malaysia dalam penyelesaian konflik Thailand Selatan pada tahun 2005-2013?.
Rumusan masalah ini akan dijawab berdasarkan:
a. Apakah faktor Agama dan kepentingan nasional berperan dalam
upaya penyelesaian konflik Thailand Selatan yang dilakukan oleh
Malaysia?
b. Apa sajakah bentuk-bentuk kepentingan nasional dan bentuk
kedekatan agama atau etnis Malaysia yang menjadi mendorong
Malaysia dalam membantu penyelesaian konflik Thailand selatan?
c. Bagaimanakah peran Malaysia dalam penyelesaian Konflik
Thailand Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan permasalahan yang telah di tulis di atas, maka
penulisan penelitian ini bertujuan antara lain untuk:
a. Untuk mengetahui Apakah faktor Agama dan kepentingan nasional
berperan dalam upaya penyelesaian konflik Thailand Selatan yang
dilakukan oleh Malaysia?
b. Untuk mengetahui bentuk kepentingan nasional dan bentuk kedekatan
Agama atau Etnis Malaysia yang mendorong/ menyebabkan Malaysia
dalam membantu penyelesaian konflik Thailand selatan
c. Mengetahui apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah Malaysia
untuk mengupayakan perdamaian di Thailand Selatan
19
D. Manfaat dan Signifikansi Penelitian
Berdasarkan penulisan tujuan penelitian yang telah ditulis di atas, maka manfaat
ataupun tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk:
a. Menambah Khasanah keilmuan terkait masalah penyelesaian konflik
yang terjadi di Thailand Selatan.
b. Memberikan sudut pandang yang berbeda dalam melihat latar belakang
dari keterlibatan Malaysia dalam proses penyelesaian masalah konflik
Thailand Selatan
c. Memperlihatkan latar belakang dari peran yang telah dilakukan oleh
pemerintahan Malaysia dalam penyelesaian masalah konflik Thailand
Selatan serta memperlihatkan alasan Malaysia dalam pelaksanaan
perannya tersebut.
Adapun signifikansi dari penulisan Tesis ini adalah untuk:
a. Melengkapi prasyarat untuk dapat meraih gelar magister di Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b. Memberikan masukan dan konstribusi bagi masyarakat terutama
mengenai peran Malaysia dalam penyelesaian masalah konflik yang
terjadi di wilayah Thailand Selatan.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Sebelum melakukan penulisan terkait penelitian ini penulis belum
menemukan penelitian sejenis yang membahas mengenai peran agama dan
kepentingan nasional Malaysia dalam penyelesaian konflik Thailand Selatan yang
peneliti ambil. Akan tetapi penulis menemukan beberapa penelitian yang terkait
dengan masalah konflik Thailand Selatan yang kemudian menginspirasi penulis
untuk mengambil judul penelitian yang kini penulis teliti. Penelitian penelitian yang
penulis temukan belum ada yang membahas mengenai kedekatan agama, terutama
mengenaai peran agama serta kepentingan nasional Malaysia dalam penyelesaian
konflik di Thailand Selatan. Pembahasan mengenai konflik di wilayah Thailand
Selatan yang penulis dapati kebanyakan membaahas mengenai masalah konfliknya
saja, ataupun masalah antara pemerintah Thailand dengan wilayah Thailand Selatan
20
Penelitian pertama yang menginspirasi penulisan thesis ini adalah penelitian
dari Jurairat Pattanasataporn dari American University Cairo yang membahas
mengenai agama, nationalism, dan politik di Asia Tenggara dalam thesisnya Jurairat
membahas mengenai berbagai kebijakan negara-negara di asia tenggara terkait
kasus konflik di wilayah regional. Beberapa yang dibahas adalah kebijakan
Indonesia terkait terhadap Thai muslim, kebijakan Filipina terkait pembebasan
Timor-Timor. Kebijakan Malaysia terhadap Thai Muslim, dan kebijakan Indonesia
terhadap Rohingya. Thesis ini menitik beratkan pembahasan dampak agama dalam
hubungan luar negeri di wilayah Asia Tenggara, khususnya dalam hubungan
Thailand dan Malaysia. Namun hasil dari penelitian Jurairat ini menyatakan bahwa
agama memiliki posisi yang tidak signifikan dalam pembuatan kebijakan dalam
suatu negara, termasuk Malaysia. Ia menyimpulkan bahwa agama hanya berupa
dikotomi yang dapat diciptakan kembali, diartikan dan dinilai sesuai dengan
kebutuhan politik dari elit-elit tertentu pada masa tertentu. Ia pun mengatakan
bahwa kepentingan ekonomi merupakan hal yang mendorong kebanyakan negara di
Asia Tenggara untuk membentu masalah konflik. Hal ini berlaku juga dengan
Malaysia, berdasarkan penelitiannya hal yang diprioritaskan oleh masyarakat
Malaysia adalah masalah kestabilan ekonomi serta harga pangan yang menjadi
topik utama saat pemilu. Sementara masalah pengungsi ataupun konflik di Thailand
Selatan bukanlah masalah yang penting. Selain itu ia juga menegaskan bahwa
masalah agama adalah masalah kepercayaan kolektif, yang tidak mempengaruhi
politik secara signifikan, karna biasanya hanya berlaku pada waktu-waktu tertentu.
Berdasar pada tesis Jurairat ini penulis kemudian tertarik untuk
membuktikan bahwa agama memang memainkan peran yang signifikan. Sebab
Agama sendiri telah menjadi bagian dari politik Malaysia/ politik domestik
Malaysia, sementara politik domestik sendiri tidak dapat dipisahkan kaitannya
dengan kebijakan luar negeri suatu negara. Selain itu, meski konteks kepentingan
ekonomi tidak dapat dipisahkan dari peran Malaysia dalam menyelesaikan masalah
Thailand Selatan, tetapi konteks lain seperti kepentingan keamanan dan faktor
agama juga berperan secara signifikan.
Pemikiran penulis ini diperkuat dengan disertasi Helmiati ‖Islam dalam
politik Malaysia‖ yang menyatakan bahwa Agama membawa pengaruh yang
signifikan dalam politik Malaysia, sebab ia telah mengakar kuat dalam masyarakat,
serta tidak dapat dilepaskan dari identitas Melayu. Statement ini sendiri
memaatahkan pemikiran Jurairat. Secara garis besar dalam disertasinya Helmiati
berhasil menjelaskan kaitan antara agama dengan poitik di negara Malaysia,
terutama penerapannya pada masa peerintahan UNMO. Disertasi Helmiati ini
sendiri lebih menekankan pada bagaimana posisi Islam dalam politik ketika masa
pemerintahan UNMO khususnya pada masa pemerintahan PM.Mahathir
21
Muhammad, melalui disertasinya diketahui bahwa Malaysia merupakan suatu
contoh unik di mana politik saling bertautan atau berkaitan dengan pengalaman
Islami yang terakulturasi dalam keragaman etnik dan agama. Malaysia sendiri
merupakan negara yang penduduk muslimnya hanya sekitar setengah lebih dari
penduduknya, amat jauh jika dibandingkan dengan Indonesia yang mayoritas
penduduknya adalah muslim, tetapi agama Islam ternyata memiliki posisi yang
amat signifikan di Malaysia. Hal ini yang kemudian beliau sebut sebagai
pengalaman yang unik. Sebab nuansa Islam amat menonjol terutama pada sistem
politik18
.
Kesimpulan dari penelitiannya Helmiati menemukan bahwa kentalnya
nuansa Islam amat melekat dalam masyarakat Malaysia. Hal ini tidak dapat
dipisahkan dari beberapa enam faktor penting yang diantaranya adalah19
: faktor
historis diamana Islam amat terkait dengan peran negara sejak kesultanan Malaka
yang kemudian kemudian mengakar dalam pada kehidupan penduduk asli Malaysia.
faktor konstitusi negara yang mengakui Islam sebagai agama resmi negara. faktor
pengaruh dan peran Islam dalam percaturan politik Malaysia secara umum, yang
kemudian mempengaruhi pihak pemerintah untuk merespon tuntutan penerapan
nilai-nilai Islam dan menerapkan berbagai kebijakan dan program program yang
mendukung Islam. Faktor sikap dan respon pemerintahan terhadap menguatnya etos
kesadaran Islam dalam masyarakat Melayu, yang kemudian melahirkan sikap serta
kebijakan-kebijakan yang pro-Islam.
Berdasarkan pada kesimpulan Helmiati mengenai kentalnya nuansa Islam
dalam masyarakat Malaysia seperti yang telah dijabarkan di atas, penulisan tesis ini
kemudian akan memperkuat penelitian Helmiati mengenai peran Islam yang amat
Kental di politik Malaysia tetapi pada penelitian ini akan melihat bahwa kentalnya
Islam dalam politik di Malaysia kemudian membawa kebijakan politik malaysia
yang bersifat membantu upaya penyelesaian konflik di wilayah Thailand Selatan.
Tesis ini sendiri akan meneliti lebih lanjut apakah Islam juga memainkan peran
yang penting dalam diplomasi Malaysia terutama dengan Thailand terkait masalah
Thailand Selatan. Hal ini terutama mengingat bahwa nilai-nilai Islam juga tercermin
dalam kebijakan dan program pemerintah.
Lebih lanjut, penelitian-penelitian berikutnya yang penuulis dapatkan
bersifat lebih banyak bersifat menekankan pada masalah konflik Thailand. Pada
penelitian tersebut pembahasan yang dibahas lebih pada permasalahan konflik di
18
Helmiati, ―Islam dalam Politik Malaysia; studi Analisis Kebijakan Pemerintahan
UNMO Terhadap Islam Pada Masa Pemerintahan Mahathir 1981-2003‖ Disertasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, 305.
19
Ibid 309-311
22
Thaialand Selatan serta asal muasal sejarah konflik. Salah satu judulnya adalah
―Islam di Muangthai; Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani‖ yang merupakan
disertasi Surin Pitsuwan dari Harvard20
. Dalam penelitiannya Surin mengangkat
masalah kemunculan gerakan-gerakan nasionalais di Patani. Dalam bukunya ini
menggunakan pendekatan sejarah untuk menjelaskan kemunculan gerakan
nasionalis yang kemudian ia bagi ke dalam lima periode, yaitu sejak awal masuknya
wilayah Thailand Selatan ke dalam kerajaan Siam hingga dengan tahun 1982. pada
dasarnya penelitian ini menekankan bahwa munculnya gerakan nasionalisme
diakibatkan oleh kuatnya rasa nasionalisme Melayu yang kemudia di dorong oleh
adanya rasa alienisasi akibat dari kebijakan pemerintahan Thailand. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa tekanan yang diberikan oleh pemerintah Thailand
terutama dengan menggunakan agama Budha sebagai pemersatu telah
menyebabkan munculnya rasa keterancaman terhadap identitas Melayu masyarakat
Thailand Selatan21
. Hal ini kemudian mengakibatkan munculnya kesadaran bahwa
Islam dan kebudayaan Melayu harus dipertahankan, yang berujung pada munculnya
gerakan-gerakan nasionalis ini.
Penelitian serupa mengenai gerakan nasionalis kelompok muslim di
Thailand Selatan dengan juga di tulis oleh Che Mohd Aziz bin Yacoob yang
berasal dari Universitas Sains Malaysia di mana beliau lebih menekankan kepada
pembahasan mengenai gerakan-gerakan separatis yang ada di Thailand Selatan22
.
Pada penelitiannya ini beliau tidak hanya menjabarkan mengenai berbagai macam
gerakan pembebasan di Thailand Selatan, tetapi juga menjelaskan cikal bakal
sejarah gerakan separatis, isu-isu yang melatar belakanginya munculnya gerakan ini
serta penyelesaian yang telah diupayakan untuk menyelesaikan masalah gerakan
separatis ini.
Penelitian Che Mohd Aziz terkait konflik di Thailand Selatan ini juga
memiliki kesamaan dengan penelitian yang ditulis oleh Badrus Soleh dengan judul
Minoritas Muslim, Konflik dan Rekonsiliasi di Thailand Selatan dalam jurnal Pusat
Studi Asia Tenggara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009. Penelitian
tersebut memaparkan mengenai awal mula terjadinya konflik di Thailand Selatan.
20
Surin Pitsuwan, ―Islam di Muangthai; Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani‖ ,
(Jakarta: LP3ES 1989).
21
Agama Islam merupakan bagian penting dalam kebudayaan Melayu. Pemerintah
Thailand berupaya untuk mengintegrasikan pimpinan-pimpinan Melayu muslim melalui
upaya penyeragaman. Hal ini kemudian mengakibatkan gerakan perlawanan dari masyarakat
Thailand Selatan. 22
Che Mohd Aziz Bin Yaacob, ―Konflik Pemisah Di Selatan Thailand: Isu, Aktor
Dan Penyelesaian‖, Universiti Sains Malaysia (2009).
23
Kemudian rekonsiliasi yang dilakukan oleh pemerintah Thailand yang ditujukan
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
Sementara itu penelitian yang menekankan pada akar masalah konflik
Thailand Selatan ditulis oleh Christopher N. Joll pada jurnal Contemporary
Southeast Asia yang berjudul Religion and Conflict in Southern Thailand vol.32
no.2 pp.258 tahun 2010. Penelitian dalam artikel ini intinya memaparkan bahwa
sesungguhnya kekerasan yang berada di Selatan Thailand merupakan konflik yang
terjadi antar etnis dan agama yakni Thailand dan agama Melayu. Penelitian ini juga
menggampbarkan mengenai gerakan-gerakan Islam yang turut berkostribusi dalam
memulai serta membatasi kekerasan yang terjadi di Thailand Selatan.
Mira Suleiman kemudian juga menulis penelitian yang hampir sama yang
membahas mengenai dampak dari gerakan separatis yang terjadi di Thailand
Selatan terhadap hubungan bilateral Thailand dengan Malaysia. Dalam penelitian
ini Mira tidak hanya membahas mengenai gerakan separatis dan sejarahnya tetapi
juga membahas dampaknya terhadap hubungan kedua negara. Penelitian beliau
sendiri merupakan tesis UI yang berjudul ―Dampak gerakan separatis di Thailand
Selatan terhadap hubungan bilateral Thailand Malaysia tahun 2004-2006‖ dalam
penulisan penelitiannya penulis menggunakan metode penelitian deskriptif untuk
menjelaskan penelitiannya. Adapun kesimpulan yang ia dapatkan adalah bahwa
gerakan separatis yang berada di Thailand Selatan telah menciptakan kerenggangan
hubungan antara Malaysia-Thailand tetapi disisi lain juga membuat kedua negara
kembali menjalin hubungan bilateral, terutama karena diperlukannya kerja sama
yang baik antara kedua negara untuk menyelesaikan masalah konflik dan pengungsi
dari Thailand Selatan 23
.
Penelitian lain yang membahas mengenai hubungan antara Malaysia dan
Thailand berasal dari artikel jurnal yang ditulis oleh Fuston, John dalam jurnal
Contemporary Southern Asia dengan judul Malaysia and Thailand’s Southern
Conflict: Reconciling Security and Ethnicity Vol.32 No.2 tahun 2010. Penelitian
dalam artikel ini memaparkan mengenai kebijakan Malaysia terkait masalah
keamanan internal negara dan kekhawatirannya mengenai Muslim minoritas di
negara tetangga mereka yakni Thailand Selatan. Dalam penulisan penelitian ini,
Fuston tidak hanya menghubungkan konflik di Thailand Selatan dengan
permasalahan agama tetapi juga etnis dan budaya. Penelitian ini kemudian
menemukan dengan terjadinya konflik di Thailand Selatan sejak 2001 dan
23
Mira Suleiman, ‖ Dampak gerakan separatis di Thailand Selatan terhadap
hubungan bilateral ThailandMalaysia tahun 2004-2006‖, Tesis Universitas Indonesia, (2008).
24
meningkat pada 2004, Malaysia kemudian memfokuskan perhatian membantu
keamanan Thailand.
Penelitan serupa terkait gerakan separatis dan hubungan bilateral antara
Thailand dan Malaysia juga di tulis oleh Column Murphy dalam jurnal Far Eastern
Economic review November 200524
. Dalam penelitiannya ia menjelaskan mengenai
bagaimana masalah gerakan separatis yang terjadi di Thailand kemudian
berkembang dan melewati batas negara tetangga, yaitu Malaysia. Hal ini kemudian
berkembang dan membuat terciptanya hubungan buruk antara Thailand dan
Malaysia pada tahun 2005. Selain itu ia juga membahas mengenai respon
pemerintah Thailand dan kritikan dari akademisi terkait kebijakan pemerintah
Thailand saat itu.
Berdasarkan dengan tinjauan penelitian terdahulu, penulis menemukan
bahwa belum ada penelitian sebelumnya yang membahas mengenai masalah peran
Agama dan Kepentingan Nasional Malaysia dalam penyelesaian konflik di Thailand
Selatan. Penelitian sebelumnya terutama penelitian mengenai hubungan antara
Malaysia dan Thailand Selatan telah memberikan ide kepada penulis untuk
kemudian meneliti lebih dalam mengenai masalah peran Agama dan kepentingan
Nasional Malaysia dalam penyelesaian konflik terutama selama kurun waktu 2005-
2013 yang dilakukan oleh Malaysia.
E. Metodologi Penelitian
1) Pendekatan Historis
Fokus utama pada penelitian tesis ini adalah: Peran Agama dan kepentingan
nasional Malaysia dalam penyelesaian konflik Thailand Selatan tahun 2005- 2013.
penelitian ini akan berupaya untuk memperlihatkan signifikansi agama dan
kepentingan nasional Malaysia dalam penyelesaian Konflik yang dilakukan oleh
Malaysia. Signifikansi ini dapat dilihat dari kaitan antara konteks agama dan
kepentingan nasional dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh Malaysia, serta
dampak konlik terhadap Malaysia .
Untuk menjelaskan masalah tersebut, maka pada penulisan tesis ini akan
mengggunakan metode pendekatan sejarah. Pendekatan sejarah sendiri merupakan
suatu proses pengkajian, penjelasan dan penganalisaan, secara kritis terhadap rekam
24
Murphy Column, ‖Friction on the Thai-Malay Fault Line‖, Far Eastern economic
review vol.168. no10 November (2006).
25
peninggalan masa lampau25
. Sementara menurut Ismaun metode historis diartikan
sebagai proses untuk mengkaji dan menguji kebenaran dari peninggalan-
peninggalan masa lalu dengan menganalisis secara kritis bukti-bukti dan data-data
yang ada sehingga menyajikan cerita sejarah yang dapat dipercaya26
. Pemahaman
terhadap peran agama dan kepentingan nasional Malaysia dalam penyelesaian
konflik Thailand Selatan oleh pemerintahan Malaysia memerlukan pengkajian
sejarah terutama terkait masalah politik dalam negeri Malaysia yang secara
langsung membentuk kebijakan luar negerinya. Peran pearan yang dilakukan, serta
konflik thailand dan pengeruhnya terhadap Malaysia. Pemahaman terkait hal
tersebut amat penting untuk memahami tujuan yang ingin diraih oleh Malaysia
lewat upaya-upaya diplomasi yang dilakukan, serta latar belakang hal tersebut.
a. Teknik pengumpulan data
- Teknik Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik wawancara yang dilakukan dengan cara mewawancarai pihak yang
terkait. Teknik wawancara dilakukan dengan mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.
Wawancara dilakukan dengan nara sumber duta besar Malaysia untuk Thailand
Dato Nazirah Hasan di thailand pada tanggal 1 September 2015. Hasil dari
wawancara ini sendiri kemudian menjadi sumber data primer dari penelitian ini.
- Teknik Dokumen
Pengertian teknik dokumen adalah pengumpulan data yang berupa sumber-
sumber tertulis yang berisi informasi sejarah terkait. Dapat pula berupa surat-surat
resmi, gambar, ataupun karya-karya monumental lainnya. Adapun hasil yang
didapatkan melalui teknik dokumen ini merupakan sumber data sekunder yang
berupa dokumen terkait kerjasama antara kedua negara, dokumen resmi terkait
kebijakan Malaysia terhadap Thailand dan peran Malaysia dalam penyelesaian
konflik di Thailand Selatan.Selain itu data-data juga didapatkan dari jurnal, tesis,
disertasi, Buku, Arsip-arsip, artikel, surat kabar ataupun web internet.
b. Verifikasi data
25
Helius Sjamsudin, ―Metodologi Sejarah‖, ( Yogyakarta: Ombak 2007), 17.
26
Ismaun, ―Sejarah Sebagai Ilmu‖, (Bandung: Historia Utama Press, 2005), 35.
26
Verifikasi data adalah upaya untuk melakukan analisis, terhadap data yang
telah didapat terutama terkait keabsahan sumber data, kemudian memisahkan data
data yang diperlukan dari keseluruhan data yang didapat. Verifikasi dilakukan
terutama untuk menyeleksi keakuratan data sehingga dapat didapatkan data yang
bersifat valid dan kredible dan dapat dipertanggung jawabkan.
c. Penafsiran data
Penafsiran data bertujuan untuk melakukan penggabungan dari data-data
atau sumber-sumber yang didapat yang kemudian disusun secara sistematis yang
dilakukan secara menyeluruh dan subyektif. Pada tahap ini penulisan masalah yang
akan diangkat akan mengalami proses penafsiran antara fakta-fakta dan konsep
ataupun teori yang kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan penulisan yang utuh,
logis serta harmonis.
d. Historiografi (Penulisan)
Historiografi merupakan tahap akhir yang berupa paparan hasil penelitian
yang telah dilakukan berdasarkan sistematik yang telah disusun. Di mana penulisan
pembahasan dilakukan berdasarkan deskripsi serta analisis yang berlandaskan pada
kronologis peristiwa yang diteliti.
Selain penggunaan metodologi sejarah, penelitian ini akan bersifat
Kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
fenomena realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat yang menjadi objek
penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri,
karakter, sifat, model, tanda, atau gambar tentang kondisi, situasi, ataupun
fenomena tertentu27
. Menurut Whitney yang dikutip oleh Nazir metode deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-
kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena28
.
27 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya,(Jakarta:KencanaPrenadaMediaGroup 2007): 68.
28
Nazir, Moh, ―Metode Penelitian‖, (Bogor: Ghalia Indonesia 2005): 54-55.
27
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini disusun ke dalam lima bab. Bab pertama
merupakan bab pendahuluan yang berisi antara lain; latar belakang masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu
yang Relevan, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Kemudian di lanjutkan dengan bab dua yang memaparkan mengenai
kerangka teori yang akan digunakan untuk membaca kasus yang akan diteliti.
Didalam penelitian ini sendiri kerangka teori yang akan digunakan adalah Teori
Etnisitas dan Agama, Kajian Teori Kepentingan Nasional, Konsep Kebijakan Luar
Negeri, Konsep Diplomasi dan Konsep Mediasi.
Pada bab tiga akan membahas mengenai konflik dinamika hubungan antara
Thailand dan Malaysia, dalam bab ini akan dibahas dinamika hubungan ke dua
negara dilihat dari latar belakang sejarah kedua negara, serta hubungan diplomatik
yang telah terbangun sejak zaman kerajaan dahulu kala. Selanjutnya kan dilanjutkan
dengan pembahasan mengenai permasalahan konflik di wilayah Thailand Selatan,
khususnya pada saat munculnya konflik di tahun 2004 hingga tahun 2013 serta
dampaknya terhadap hubungan diplomatik dengan Malaysia. Bab ini sendiri akan
dibagi atas empat sub bab yaitu: pada sub bab pertama akan membahas mengenai
sejarah berdirinya negara Thailand. Sub bab ke dua akan membahas mengenai
sejarah berdirinya negara Malaysia, dilanjutkan oleh sub bab ketiga yang membahas
mengenai konflik di Thailand Selatan dan dinamikanya. Sementara untuk sub bab
terakhir akan membahas mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh konflik
Thailand Selatan terhadap hubungan diplomatik dengan Malaysia
Bab keempat akan membahas mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh
pemerintahan Malaysia dalam penyelesaian konflik Thailand Selatan selama kurun
waktu 2005-2013. Bab ini dibagi kedalam tiga sub bab yaitu upaya penyelesaian
konflik pada Masa Pemerintahan PM Mahathir Muhammad, upaya penyelesaian
konflik pada Masa Pemerintahan PM Abdullah Badawi dan Masa Pemerintahan
PM Najib Tun Razak. Pada bab ini akan diperlihatkan upaya-upaya diplomasi yang
dilakukan antar kedua negara serta variasi lainnya terkait upaya penyelesaian
konflik di wilayah Thailand Selatan
Sementara untuk bab kelima akan membahas mengenai pemerintahan
Malaysia. Bab ini bertujuan untuk memaparkan dinamika Islam dan perpolitikan
serta pemerintahan di Malaysia dan kaitannya dengan usaha Malaysia membantu
menyelesaikan konflik di Thailand Selatan. Dengan adanya penjabaran terkait
kedekatan Agama dan perpolitikan di Malaysia serta kepentingan Malaysia terhadap
wilayah Thailand Selatan diharapkan dapat memperlihatkan benang merah terkait
28
keterlibatan Malaysia dalam masalah Thailand Selatan. Adapun dalam bab ini akan
terdiri tiga sub bab yang menjelaskan antara lain mengenai Islam dan politik di
Malaysia, kebijakan luar negeri Malaysia, pandangan Malaysia terhadap Konflik
Thailand Selatan, dan Kepentingan Malaysia dalam penyelesaian konflik Thailand
Selatan .
Untuk bab terakhir yaitu bab enam akan membahas mengenai kesimpulan
dari penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya. Bab ini kan menarik data-data
yang telah disajikan di bab sebelumnya dan bukti bukti temuan dalam penelitian,
yang kemudian ditarik kesimpulan bahwa bahwa kesamaan identitas religius serta
etnik merupakan salah satu hal yang melatar belakangi pemerintah Malaysia
berperan dalam penyelesaian konflik Thailand Selatan. Selain itu faktor
kepentingan nasional seperti ekonomi dan keamanan juga menjadi pendorong
Malaysia berperan aktif dalam penyelesaian konflik Thailand Selatan..