penyakit parasit pada ikan

Upload: ayu-novy-yanti

Post on 14-Oct-2015

179 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan ppoa parasit

TRANSCRIPT

  • PENYAKIT PARASIT PADA IKAN

    (Laporan Praktikum Penyakit Parasit Organisme Akuatik)

    Oleh:

    Ayu Novy Yanti

    1214111013

    Kelompok :

    1 (satu)

    JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    2014

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Praktikum : Parasit

    Waktu dan Tempat : 4 April 2014 pukul 15.00 17.00 WIB di Laboratorium

    Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

    Universitas Lampung.

    Nama : Ayu Novy Yanti

    NPM : 1214111013

    Jurusan : Budidaya Perairan

    Fakultas : Pertanian

    Kelompok : 1 (satu)

    Bandar Lampung, 14 April 2014

    Mengetahui,

    Widi Indra Kesuma

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam budidaya produk perikanan seperti ikan ataupun udang, memiliki resiko

    yang cukup tinggi untuk terserang penyakit. Penyakit ikan menjadi kendala

    utama dalam budidaya karena, penyakit yang menyerang ikan dapat

    menyebabkan kematian yang sangat cepat dan dapat merugikan

    pembudidayaikan itu sendiri. Penyakit yang menyerang ikan dapat dibedakan

    berdasarkan penyebabnya, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi.

    Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen ke

    dalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat beruapa virus,

    bakteri, parasit dan jamur. Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit

    yang disebabkan oleh selain infeksi patogen misalnya penurunan kualitas

    lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik.

    Penyakit non infeksi memiliki tingkat kematian yang lebih besar dibandingkan

    penyakit infeksi, hal ini karena penyakit non infeksi memiliki sebaran yang sangat

    luas. Sedangkan penyakit infeksi yang sering dijumpai adalah penyakit infeksi

    yang disebabkan oleh paraasit. Perasit itu sendiri adalah organisme yang hidup

    di dalam atau pada organism lain yang biasanya menimbulkan bahaya terhadap

    inangnya. Berdasarkan habitatnya pada inang, parasit dapat dibedakan menjadi

    parasit eksternal (ektoparasit) dan parasit internal (endoparasit). Ektoparasit

    hidup pada permukaan tubuh inang atau tempat tempat yang sering terbuka

    seperti mulut dan insang. Endoparasit hidup dalam tubuh inang, yaitu organ

    dalam dan jaringan. Kelompok organisme parasit yang berada diantara

    ektoparasit dan endoparasit disebut sebagai mesoparasit. Amerika (Cheng,

    1973).

    1.2 Tujuan Praktikum

    Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang

    menyerang ikan.

    1.3 Manfaat Praktikum

    Adapun manfaat dari praktikum kali ini adalah, kita dapat mengetahui jenis-jenis

    parasit yang menyerang ikan.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Biologi Ikan Sampel

    Menurut Seanin (1984), klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Animalia

    Sub-kingdom : Metazoa

    Filum : Chordata

    Sub Filum : Vertebrata

    Kelas : Pisces

    Sub Kelas : Teleostei

    Ordo : Ostariophysi

    Sub Ordo : Siluroidea

    Famili : Clariidae

    Genus : Clarias

    Spesies : Clarias sp.

    Ikan lele (Clarias sp.) merupakan ikan yang termasuk dalam golongan catfish.

    Ikan lele mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang kritis, misalnya

    perairan yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele juga termasuk ikan

    omnivor, yaitu pemakan segala jenis makanan tetapi cenderung pemakan daging

    atau karnivora. Secara alami ikan lele bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam

    hari atau lebih menyukai tempat yang gelap, tetapi dalam usaha budidaya ikan

    lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal (Suryanto, 1986).

    Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan ikan lainnya, sehingga

    dapat dengan mudah dibedakan dengan jenis-jenis ikan lain. Menurut Astuti

    (2003) ikan lele memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak

    bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba,

    dan memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent organ). Bagian depan

    badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian

    tengah dan belakang berbentuk pipih. Sedangakan ikan lele jenis ikan lele

    dumbo memiliki bentuk tubuh panjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik,

    mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Di sekitar mulut terdapat kumis yang

    dapat di gerkan untuk meraba makanannya. Kulit lele dumbo berlendir tidak

  • bersisik, berwarna hitam pada bagian punggung dan bagian samping. Sirip

    punggung, sirip ekor dan sirip dubur merupakan sirip tunggal sedangkan sirip

    perut dan sirip dada merupakan sirip ganda. Pada sirip dada terdapat duri yang

    keras dan runcing yang disebut patil. Patil lele dumbo tidak beacun

    (Suyanto,2002).

    Seperti yang sudah di sebutkan di atas, Ikan lele memiliki alat pernapasan

    tambahan dalam kondisi lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan

    oksigen terlarut disebut dengan arboresence (Suryanto, 1986). Alat pernapasan

    tambahan ini terletak di bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh dua

    pelat tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk

    seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat

    dibagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu

    pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel),

    dan dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada

    kepala bagian belakang (Pillay, 1990).

    Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip

    perut V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang

    diantaranya lebih panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan

    perbandingan antara panjang baku terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4.

    Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan

    menempel pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi dengan baik, akan

    tetapi ikan lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan dengan

    sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman.

    Jari-jari pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua sisinya

    serta kasar. Jari-jari sirip pertama itu mengandung bisa dan berfungsi sebagai

    senjata serta alat penggerak pada saat ikan lele berada di permukaan (Rahardjo

    dan Muniarti, 1984).

    Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar, yakni pembuahan telur di luar

    tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Ikan lele

    memiliki lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi ususnya relatif pendek

    daripada badannya. Hati dan gelembung renang ikan lele berjumlah 2 dan

    masing-masing sepasang.

    Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal, ada

    pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat berlumpur.

    Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar

    antara 20-30oC, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27oC, kandunga oksigen

    terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri,

    2002).

  • 2.2 Parasit

    Parasit adalah merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang

    mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang

    tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian. Menurut Grabda (1991),

    parasit adalah organisme yang hidup di dalam atau pada organism lain yang

    biasanya menimbulkan bahaya terhadap inangnya. Berdasarkan habitatnya pada

    inang, parasit dapat dibedakan menjadi parasit eksternal (ektoparasit) dan

    parasit internal (endoparasit). Ektoparasit hidup pada permukaan tubuh inang

    atau tempat tempat yang sering terbuka seperti mulut dan insang. Endoparasit

    hidup dalam tubuh inang, yaitu organ dalam dan jaringan. Kelompok organisme

    parasit yang berada diantara ektoparasit dan endoparasit disebut sebagai

    mesoparasit. Amerika (Cheng, 1973). Lingga dan Susanto (1987), menyatakan

    penyakit parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya parasit yang

    menyerang pada badan ikan, insang, lendir maupun dalam tubuh ikan itu sendiri.

    Parasit ini dapat berupa protozoa, cacing, udang renik, jamur, bakteri dan virus.

    Lokasi penyerangan berbeda-beda, kadang didalam tubuh namun tidak jarang

    diluar (kulit, insang dan sirip).

    Parasitisme adalah hubungan dengan salah satu spesies parasit dimana

    inangnya sebagai habitat dan merupakan tempat untuk memperoleh makanan

    atau nutrisi, tubuh inang adalah lingkungan utama dari parasit sedangkan

    lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan keduanya (Kabata, 1985).

    Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dengan

    lingkungan yang ditempatinya (inangnya) dan menyebabkan penyakit (Noble and

    Noble,1976). Parasit dapat merugikan inangnya karena mengambil makanan

    pada tubuh inangnya ( Schimidt and Robert,1977) selain itu, parasit adalah suatu

    organisme yang mengambil bahan untuk kebutuhan metabolismenya (makanan)

    dari tubuh inangnya dan merugikan bagi inang tersebut. Sehingga parasit tidak

    dapat hidup lama di luar tubuh inangnya (Alifuddin, 2004). Menurut Supriyadi

    (2004) berdasarkan sifat hidupnya parasit dapat dibedakan menjadi dua

    golongan, yaitu obligat dan fakultatif. Obligat yaitu parasit yang hanya bisa hidup

    jika berada pada inang. Fakultatif yaitu parasit yang mampu hidup di lingkungan

    air jika tidak ada inang disekitarnya.

    Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi

    3 golongan yaitu:

    1. Penyakit atau parasit pada kulit.

    Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga

    dengan mudah dapat dideteksi. Apabila organisme penyebabnya

    berukuran cukup besar, maka dengan mudah dapat langsung

  • diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi

    dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan

    mengamati akibat yang timbulkan oleh serangan organisme-

    organisme tersebut. Biasanya ikan yang terserang akan terlihat

    menjadi pucat dan timbul lendir secara berlebihan. Organisme yang

    menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri, virus,

    jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat

    bercak-bercak berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada

    kulit ikan. Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit

    pada kulitnya, biasanya akan menggosok-gosokkan badannya

    kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali menimbulkan

    luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.

    2. Penyakit atau parasit pada insang.

    Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit

    untuk dideteksi secara dini karena menyerang bagian dalam ikan.

    Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk mengetahui

    adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah

    mengamati pola tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang

    organ insangnya adalah menjadi sulit untuk bernafas. Selain itu,

    tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup

    dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-

    lembaran insang menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai

    adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah

    terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada

    insang, kemungkinan besar di sebabkan oleh serangan parasit kecil

    yang menempel.

    3. Penyakit atau parasit pada organ dalam.

    Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada

    organ (alat-alat) dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian

    perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan tetapi dapat terjadi pula

    bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang

    sangat kurus. Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah,

    ini berarti pad usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika

    serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya

    keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan

    berenangnya jungkir balik tidak terkontrol (Sachlan, 2002)

    Beberapa faktor yang memudahkan munculnya parasit, antara lain :

    1. Stocking density : Kepadatan tebar tinggi, kontak langsung dan adanya

    inang.

    2. Physical trauma : handling, grading yang dapat menyebabkan luka.

  • 3. Air Kolam : kualitas air jelek.

    4. Selective breeding : Seleksi dalam mencarai warna dan bentuk yang

    bagus bisa mengakibatkan lemah.

    5. Lingkungan : Perubahan temperatur.

    6. Predator : Bisa sebagai inang penular.

    7. System budidaya : kolam tanah merupakan media bagi sebagaian siklus

    hidup parasit.

    8. Species baru : Masuknya species ikan yang baru bisa mengakibatkan

    masuknya parasit baru (Kennedy, C.R. 1975)

    2.3 Gejala Ikan Yang Terjangkit

    Penyakit yang umum menyerang pada lele budidaya biasanya lebihbanyak

    disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat parasit dan hidup pada tubuh lele,

    biasanya berupa sejenis virus, bakteri dan jamur, serta protozoa yang berukuran

    sangat kecil. dibawah ini gambaran umum beberapa jenis penyakit pada ikan lele

    :

    1. Bakteri Aeromonas hydrophilla serta Pseudomonas hydrophylla

    Bentuk dari jenis bakteri ini adalah seperti batang dengan cambuk dan

    terletak di ujung batang, biasanya cambuk ini digunakan untuk bergerak

    dan ukurannya sekitar 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron. Biasanya bila lele

    budidaya kita terserang penyakit ini menunjukan gejala seperti warna

    tubuh menjadi gelap, kulit kesat juga timbul pendarahan. Lele bernafas

    kurang baik dan berada di permukaan air.

    2. Tuberculosis yang biasa disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum

    Bila Ikan terserang penyakit ini biasanya menunjukan gejala seperti

    tubuh ikan menjadi berwarna gelap, perut agak bengkak (ini

    dikarenakan tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). ikan

    biasanya berada berdiri di permukaan air seperti angka 1, iakan suka

    berputar-putar atau miring-miring (tapi bukan seperti lagi azep - azep

    he..he..), bintik putih di sekitar mulut serta sirip ikan. untuk cara

    pengendalian penyakit ini adalah dengan memperbaiki kualitas air serta

    lingkungan sekitar kolam.

    3. Penyakit karena Jamur/Cendawan Saprolegnia.

    Tumbuhnya jamur pada ikan bisa terjadi pada jaringan tubuh yang mati

    atau ikan yang kondisinya sangat lemah sekali. biasanya gejala yang

    timbul pada ikan akan ditumbuhi sekumpulan benang sangat halus

    seperti kapas dibagian daerah luka atau ikan yang sudah lemah

    kondisinya, juga biasanya jamur ini menyerang daerah kepala atau tutup

    insang pada sirip juga tubuh lainnya. jamur ini juga sering menyerang

    pada telur ikan yang kita budidaya.

  • 4. Bintik Putih dan juga Gatal (Trichodiniasis)

    Golongan penyakit ini disebabkan oleh parasit dari golongan Ciliata

    yang bentuknya bentuknya bulat dan kadang-kadang amuboid,

    mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda, yang sering disebut

    disebut Ichthyophthirius multifilis. bila ikan diserang penyakit ini

    biasanya akan menunjukan gejala seperti dibawah ini:

    Ikan yang kita budidaya bila mulai diserang akan sangat lemah dan

    selalu timbul di permukaan air dengan posisi berdiri;

    Biasanya terdapat bintik-bintik yang berwarna putih pada lapisan kulit

    serta sirip dan insang;

    Ikan yang sudah terjangkit akan sering menggosok-gosokkan tubuhnya

    pada dasar atau dinding kolam dikarenakan gatal

    5. Cacing Trematoda

    Penyakit cacing Trematoda ini disebabkan oleh cacing kecil

    Gyrodactylus dan Dactylogyrus yang biasa menyerang pada bagian

    insang dan kulit sirip, biasanya gejala yang ditunjukan yaitu insang yang

    dirusak serta menjadi luka-luka, lalu timbul pendarahan yang akan

    akibatnya pernafasan menjadi terganggu.

    6. Hirudinae sejenis lintah

    Penyakit ini disebabkan oleh lintah Hirudinae atau cacing berwarna

    merah kecoklatan. biasanya bila ini menyerang akan timbul gejala

    seperti pertumbuhan ikan menjadi lambat, ini disebabkan darah pada

    tubuh ikan terhisap oleh parasit, sehingga akan menyebabkan anemia.

    Untuk cara pengendalian rekan harus selalu mengamati pada saat

    mengurangi padat tebar juga dengan larutan Diterex 0,5 ppm. Bilamana

    lele menunjukkan tanda terserang Penyakit, maka harus dikontrol faktor

    penyebabnya juga kondisi tersebut harus segera ditangani. Perlu rekan-

    rekan pembudidaya ketahui, bahwa biasanya penyakit yang menimpa

    ikan lele terjadi lebih banyak dikarenakan faktor lingkungan air yang

    kurang baik, atau bisa juga tercemar oleh zat-zat berbahaya, serta kita

    juga harus memperhatikan kepadatan tebar, karena kepadatan yang

    terlalu besar dan perubahan suhu yang drastis akan menurunkan daya

    tahan tubuh juga mudah terserang penyakit.tapi yang sering terjadi

    adalah penyakit pada lele ada juga yang berasal dari benih awal

    memang sudah membawa penyakit hanya memang belum menunjukkan

    gejala sakit saat akan ditebar. oleh karena itu rekan perlu berhati-hati

    dalam memilih benih lele yang akan kita budidaya.

    Nematoda

    Yanong (2008) menyatakan bahwa nematoda dapat menginfeksi berbagai

    spesies ikan baik ikan air tawar maupun ikan laut dimana dalam jumlah kecil

  • sering ditemukan pada ikan yang sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit

    yang khas namun ikan yang terinfeksi akan mengalami penurunan produktifitas.

    Dalam lingkungan perairan, ikan dapat terinfeksi nematoda jika memakan

    makanan hidup yang mengandung larva infektif nematoda atau jika ikan

    tersebut berperan sebagai inang antara atau yang membawa larva infektif

    nematoda yang pada akhirnya nematoda dapat ditularkan secara langsung dari

    satu ikan ke ikan yang lain. Nematoda dewasa biasanya ditemukan dalam

    saluran pencernaan ikan, meskipun demikian, bergantung pada spesies

    nematoda dan spesies ikan yang diinfeksinya stadium dewasa maupun stadium

    lainnya dari cacing nematoda dapat ditemukan hampir di seluruh bagian dari

    tubuh ikan termasuk pada organ dalam, gelembung renang, kulit, otot, maupun

    insang (Yanong 2008).

    Capillaria

    Tanda-tanda penyakit Pada infestasi ringan capillaria sering tidak

    menimbulkangejala-gejala yang berarti. Sedangkan pada infestasi berat

    biasanya ditandai dengan gejala emaciation atau badan kurus, kehilangan

    nafsu makan, mengeluarkan kotoran berwarna putih dan tipis, atau kotoran

    dengan warna berselang-seling antara gelap (hitam) dan terang (putih).

    Pada ikan mati, kehadiran cacing ini dapat diketahui dengan melakukan

    pembedahan dan pengamatan pada isi perut ikan tersebut. Capillaria pada

    umumnya memilki panjang antara 0.5 sampai 2 cm dengan diameter kurang

    lebih seukuran dengan rambut. Pada ikan hidup pengamatan dapat dilakukan

    pada kotoran ikan dibawah mikroskop, dengan mengamati telur Capillaria yang

    biasanya akan turut serta terbawa kotoran ikan yang bersangkutan.

    Kehadiran Capillaria biasanya disebabkan oleh penularan dari ikan lain yang

    telah terinfeksi sebelumnya. Capillaria tidak memerlukan inang tertentu, sehingga

    infeksi hanya bisa dilakukan oleh ikan lain yang terinfeksi (dari ikan ke ikan).

    Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan antihelmintic

    seperti Levamisol atau Piperazine. Sedangkan pencegahan terhadap penularan

    dilakukan dengan mengisolasi ikan yang tertular dari ikan lainnya. Hal ini

    dilakukan untuk menghindari penularan melalui kotoran yang dikeluarkan.

    Kotoran ikan yang terinfeksi pada umumnya akan mengandung telur Capillaria

    dalam jumlah banyak sehingga akan mudah menular ke ikan lainnya.

  • III. METODELOGI

    3.1 Waktu dan Tempat

    Adapun praktikum ini telah dilaksanakan pada hari kamis, 4 April 2014 pukul

    15.00 17.00 WIB di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

    3.2 Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan lele sakit,

    alat bedah, pipet tetes, kaca preparat, alkohol, aquadest, jarum ose, bunsen, dan

    mikroskop cahaya.

    3.3 Cara Kerja

    Adapun cara keraj yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

    1. Dikoleksi ikan dan udang dari berbagai sumber, seperti TPI (Tempat

    Pelelangan Ikan), kolam budidaya, dan tambak

    2. Untuk ikan yang masih hidup, dicatat perilaku ikan dan udang di kolam

    yang menunjukkan gejala tidak normal

    3. Dikoleksi perasit dari bagian eksternal, seperti sisik, sirip, dan insang

    4. Dibedah ikan dan dikoleksi perasit dari bagian internal, seperi saluran

    pencernaan, kepala dan mata ikan

    5. Diamati parasit di bawah mikroskop

    6. Diidentifikasi parasit

    7. Disimpan kembali parasit yang ditemukan di dalam botol film yang berisi

    larutan formalin sebesar 10 % yang telah diberi label nama parasit, inang,

    tanggal pengambilan, dan lokasi ditemukannya parasit.

  • IV. HASIL DANPEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    Kel Ikan Gejala Klinis Parasit yg

    ditemukan

    Gambar Ket (tempat

    ditemukan)

    1

    2

    3

    Lele

    Mas

    Gurami

    Mulut berdarah

    Warna kusam

    Gerak pasif

    Kulit luka-luka

    Anoxia

    GBD

    Sisik mengelupas dan necrosis

    Usus membusuk

    Anoxia

    GBD

    Sisik mengelupas dan necrosis

    Usus membusuk

    Anoxia

    GBD

    Sisik mengelupas dan necrosis

    Usus membusuk

    Warna nya pudar

    Sisik lepas

    - Cacing gilig

    - Nematode

    - Nematode

    - Nematode

    - kroyerridae

    - ginjal

    - usus

    - ginjal

    - hati

    - usus,

    lender,

    sisik

  • 4

    5

    6

    7

    8

    Manfish

    Tongkol

    Kembu

    ng

    Udang

    Komet

    Anoxia

    GBD

    Sisik mengelupas dan necrosis

    Usus membusuk

    Mata merah

    Pergerakan ikan lambat (Lethargic)

    Bintik hitam pada sisik

    Usus pucat

    Ginjal pucat

    Mulut berdarah

    Warna kusam

    Gerak pasif

    Kulit luka-luka

    Anoxia

    GBD

    Sisik mengelupas dan necrosis

    Usus membusuk

    - Nemato

    de

    - Lintah

    - Tremato

    da

    - Cacing

    gilig

    - Nemato

    de

    -

    -

    - Sisik,

    mulut

    - Sisik

    - Usus,gi

    njal

    - Ginjal

    - Usus,

    jantung,

    hati

    -

    -

    4.2 Pembahasan

    4.1.1 Bahas Tabel

    Berdasarkan data diatas, diperoleh beberapa jenis parasit yang menyerang ikan.

    parasit yang dominan menyerang adlah parasit jenis endoparasit, yaitu parasit

  • yang menyerang organ-organ dalam ikan seperti usus, ginjal, hati, dan jantung.

    Perasit jenis ini sulit terdeteksi pada ikan jika serangannya masih dalam tahap

    awal dan belum terlalu parah. Pada ikan lele, parasit yang manyerang adalah

    cacing gilig pada organ ginjal dan nematoda pada bagian usus, kedua parasit

    tersebut merupakan jenis endoparasit. Nematoda juga menyerang ikan mas

    pada organ ginjal. Nematoda dan Kroyerridae juga menyerang ikan gurami pada

    bagian hati dan usus. Sedangkan parasit jenis nodul dan trematoda menyerang

    ikan tongkol pada bagian insang, usus, dan ginjal. Kemudian pada ikan

    kembung, parasit yang menyerang adlah jenis cacing giligdan nematoda.

    Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa parasit Nematoda lebih sering

    dijumpai dan merupakan jenis endoparasit yang dapat menyerang ikan air tawar

    maupun ikan air laut.

    Beberapa parsit yang ditemukan pada ikan berdasarkan data diatas adalah :

    Nematoda

    Parasit jenis ini mampu menginfeksi ikan air tawar maupun ikan air laut.

    Nematoda sering ditemukan di saluran pencernaan ikan, namun tidak jarang pula

    ditemukan di berbagai organ seperti ginjal, dan hati. Berdasarkan organ yang

    diserang, nematoda termasuk jenis endoparasit. Gejala yang sering ditunjukkan

    adalah, kurangnya nafsu makan (anorexia) yang membuat ikan menjadi pasif

    bergerak, produksi lendir pada ikan terlalu berlebihan, Anoxia GBD Sisik

    mengelupas dan necrosis Usus membusuk.

    Trematoda

    Trematoda merupakan salah satu jenis endoparasit yang memiliki bentuk tubuh

    menyerupai daun. Cacing ini dapat menyebar melalui inang perantara.

    Trematoda ini dapat ditemukan di usus yang maassuk melalui jaringan kulit.

    Berdasarkan data diatas, ikan yang terserang trematoda memiliki kelainan usus

    dan ginjal menjadi pucat.

    Lintah

    Pada pengamatan yang telah dilakukan, telah ditemukan lintah pada ikan

    Manfish. Lintah ini ditemukan dibagian luar tubuh ikan. Lintah merupakan

    organisme parasit jenis eksoparasit. Yaitu parasit yang menyerang bagian luar

    organisme seperti sisik, kulit, insang, dan sirip. Luka yang ditimbulkan akibat

    serangan lintah ini membuat tubuh ikan menjadi luka-luka karna lintah

    menghisap darah ikan Matamerah, pergerakan ikan lambat, dan bintik hitam

    pada sisik. Hal ini akan mengakibatkan ikan terserang anemia dan

    berkemungkinan besar, luka yang ditinggalkan oleh lintah ini sendiri

    mengakibatkan infeksi sekunder dapat terjadi. Siklus hidupdaari lintah ini sendiri

    adalah :

    Cacing gilig (Nemathelminthes)

  • Pada pengamatan yang telah dilakukan, telah ditemukan lparasit cacing gilig

    pada ikan. Cacing gilig ditemukan di organ internal yaitu ginjal pada ikan lele dan

    ikan kembung. Ikan yang terserang parasit cacing gilig ini menampakkan tanda

    mulut berddarah, kulit kusah, pergerakan pasif, serta kulit mengalami luka-luka.

    Kroyerridae

    Pada pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada ikan

    gurami yang sakit, ditemukan parasit kroyerridae. Parasit ini ditemukan di sisik

    dan lendir. Kroyerridae merupakan jenis eksoparasit, yaitu parasit yang

    menyerang organ luar ikan seperti sisik, dan lendir. Serangan dari parasit ini

    menyebabkan warna kulit pudar dan sisiknya terlepas.

    4.2.2 Siklus hidup

    Nematoda

    Nematoda secara umum memiliki dua siklus hidup, yaitu :

    A. secara langsung : 1. Melalui larva infektif (Ancylostoma sp.)

    2. melalui telur infektif (Ascaris sp., Trichuris sp.)

    Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1,

    kemudian melewati dua kali ekdisis (ganti selubung)

    menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif,

    karena kalau termakan oleh hospes akan berkembang

    menjadi cacing dewasa. Sedangkan L1 dan L2 walaupun

    sama-sama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada

    pula L3 yang selain infektif melalui mulut (termakan) bisa

    pula menembus kulit.

    Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak

    menetas. Larva infektif (L2) tetap didalam telur . infeksi

    melalui mulut (termakan). contoh : Ascaris sp.

    B. secara tidak langsung : melalui hospes Intermidier (HI) ( Dirofilaria sp.,

    Thelazia sp. )

    1. Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya

    masuk kedalam hospes antara. Setelah hidup bebas

    sebentar, misalnya Metastrongylus sp. . Hospes

    intermidier termakan oleh hospes definitif.

    2. Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes

    antara, misalnya Thelazia sp., acuaria sp. Hospes

    antara dimakan oleh hospes definitif.

    3. Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah

    hospes, dan dihisap oleh hospes intermidier penghisap

    darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif.

    Pada waktu hospes antara menghisap darah hospes

  • definitif, larva infektif keluar dari probosis hospes

    antara menembus masuk kedalam hospes definitif melalui

    kulit . misal : dirofilaria sp

    Trematoda

    Trematoda memiliki siklus hidup yaitu:

    Siklus Hidup

    Telur keluar melalui saluran empedu ke dalam feses. Telur dalam air

    dalam waktu 9 15 hari menjadi berisi mirasidium. Mirasidium keluar

    dan mencari keong air (hospes perantara pertama) Mirasidium menjadi

    sporokista lalu menjadi redia. Redia menghasilkan serkaria berekor satu

    dan berenang bebas. Serkaria melekat pada tumbuhan air (hospes

    perantara ke-2) Serkaria membentuk metaserkaria.

    Siklus Hidup (lanjutan)

    Metaserkaria masuk ke tubuh manusia yang mengkonsumsi tumbuhan

    air (seperti selada air). Dalam duodenum larva keluar dari kista,

    menembus dinding usus, masuk rongga perut, menembus hati. Dalam

    hati cacing tumbuh dalam saluran empedu dan menjadi dewasa. Cacing

    dewasa akan melakukan pembuahan sel telur dan trjadi perkembangan

    telur yang akan diletakkan pada uterus. Saat cacing gravid

    mengeluarkan telur, maka akan tercampur ke dalam feses manusia.

    Lintah

    Siklus Hidup :

    Siklus hidup lintah tidaklah terlalu kompleks, lintah biasanya menggunakan dua

    metode dalam siklus hidupnya.

    1. Metode yang pertama yaitu dengan cara menuggu di tanah untuk

    dapatmenempel pada inangnya. Jika mereka merasakan getaran-getaran

    Metode yang biasanya dipakai untuk nempel di inangnya adalah dengan

    menunggu di tanah. Terus di situ mereka akan berdiam taran atau

    mendeteksi perubahan pola cahaya dan merasa ada inang yang

    potensial, mereka akan menempel pada inang tersebur dan

    menggunakan mulutnya untuk dpat enghisap darah inang tersebut.

    kemudian setelah itu, mereka akan mensekresikan sejenis lendir untuk

    menjaga mereka tetep nempel di inangnya.

    2. Sedangkan metode lainnya yang mereka gunakan adalah setelah

    berhasil nempel, mereka akan menggunakan bagian penghisap di

    mulutnya untuk mengiris kulit inang, lalu mereka akan mensekresikan

    sejenis lendir untuk menjaga mereka tetep nempel di inangnya. Kemudian

    mereka akan meregangkan badannya setelah menggunakan zat anti-

  • koagulan dan histamine untuk mencegah pembekuan darah dan

    membuat darahnya jadi mudah dicerna.

    Cacing Gilig

    Siklus Hidup :

    Cacing dewasa hidup dalam usus.

    Telur yang mengandung embrio keluar bersama feses. Telur dapat termakan

    melalui makanan yang terkontaminasi dan menetas di usus. Kemudian larva

    menembus dinding usus, masuk dalam peredaran darah menuju paru-paru.

    Dari paru-paru, larva keluar dan sampai ke faring. Bila tertelan akan masuk

    ke usus halus dan berkembang biak sampai dewasa di sana. Infeksi cacing

    ini dengan cara pasif. Cacing ini akan menghisap makanan di usus.

    4.2.3 Pencegahan

    Nematoda

    Pencegahan dan Penanggulangan :

    Pencegahan yang dapat dilakukanagar ikan budidaya tidak terserang nematoda

    adalah dengan melakukan treatment pada pakan alami terlebih dahulu, seperti

    dengan merendam pakan alami dengan larutan PK 5 mg/l selama 30 menit atau

    dengan disinfeksi telur menggunakan dylox 0,8 pp atau ziram 1 ppm.

    Penanggulangan terhadap ikan yang terserang nematoda dapat dilakukan

    dengan dengan merendamkan ikan dalam larutan PK 5 mg/l selama 30 menit,

    pemberian garam dapur 40 mg/l selama 24 jam, serta larutal methylen blue 4

    gr/m3.

    Trematoda

    Pencegahan :

    Pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan pakan untuk diberkan pada

    ikan sebelumnya, terutama makanan alami, periksa dengan teliti sebelum

    diberikan pada ikan.

    Lintah

    Penanggulangan :

    Penanggulangan yang dapat dilakukan pada ikan yang telah terserang lintah

    adalalah dengan segera memindahkan ikan tersebut ke kolam atau tempat lain

    dan merawatnya dalam air garam. Dengan melakukan hal itu, lintah akan terjatuh

    dengan sendirinya dari badan ikan. Selanjutnya pindahkan lintah yang terjatuh,

    dan rawat luka yang ada di tubuh ikan akibatlintah tersebut.

  • Apabila kolam memiliki masalah yangserius dengan lintah, segera pindahkan

    ikan ikan yang terdapat pada kolam ke tempat lain, kemudian kuras kolam dan

    bersihkan dengan menggunakan kaporit dan kemudian keringkan kolam. Setelah

    kolam kering, isi kolam dengan air kembali dan biarkan selama 5-10 hari dengan

    filter menyala agar seluruh sistem bisa dibersihkan secara sempurna. Ketika

    memindahlan lagi ikan ke kolam, periksa ikan kembali, apakah masih ada lintah

    atau tidak.

    Cacing Gilig

    Pencegahan :

    Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan kualitas air

    kolam budidaya dan memperhatikan pakan alami yang akan diberikan,

    sebaiknya pakan alami yang akan diperhatikan, diperiksa terlebih dahulu.

    Kroyerridae

    Pencegahan :

    Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kualias air dan

    memperatikan pakanyang akan diberikan kepada ikan budidaya.

    4.2.4 Kerugian

    Nematoda

    Kerugian :

    Penularan yang cepat karena penanganan yang tidak tepat terhadap ikan yang

    telah mati akibat penyakit parasit ini akan menimbulkan kerugian yang cukup

    besar. Apabila penyerangan parasit ini cukup luas pada satu kolam, akan

    menyebabkan kualitas air kolam tersebut turundan hal ini akan mempengaruhi

    produktivitas perairan.

    Trematoda

    Kerugian :

    Kerugian akibat parasit trematoda ini adalah menyebabkan kematian yang cepat

    pada ikan. Ikan yang mati akibat parasit ini, apabila tidak ditangani dengan cepat,

    akan menular ke ikan lain danhal ini akan menyebabkan kerugian yang cukup

    banyak.

    Lintah

    Kerugian :

    Lintah merupakan hewan yang mudah untuk berkembang biak dan melipat

    gandakan diri, apabila ikan telah terserang lintah pada tubuhnya, akan besar

  • kemungkinan kolam tersebut memiliki masalah serius terhadap lintah, hal ini

    akan membuat pembudidaya terpaksa menguras kolam agar kolam bersih dari

    lintah, hal ini sangat merugikan untuk pada pembudidaya. Karena tidakmenutup

    kemungkinan ikan yang telah luka akan mengalami infeksi sekunder

    Cacing Gilig

    Kerugian :

    Kerugian akibat parasit nemathelminthes ini adalah dapat menyebabkan

    kematian yang cepat pada ikan yang terserang penyakit. Ikan yang mati akibat

    parasit ini, apabila tidak ditangani dengan cepat, akan menular ke ikan lain dan

    hal ini akan menyebabkan kerugian yang cukup banyak. Serta kualitas air kolam

    budidaya akan menurun.

    Kroyerridae

    Kerugian :

    Kerugian yang terjadi akibatserangan penyakit ini adalah, dapat menyebar ke

    ikan yang lain apabila terlambat dalam penanganannya.

    4.2.5 Kegagalan Praktikum

    Praktikum kali ini merupakan praktikum pengamatan penyakit yang disebabkan

    oleh parasit pada ikan dan udang, kegagalan pada praktikum disebabkan kan

    atau udang sampel tidak terserang penyakit. Oleh karena itu, tidak ditemukan

    parasit satupun pada sampel. Selain itu, kegagalan pada praktikum dapat juga

    terjadi karena kurang telitinya pada pengamatan parasit di bawah mikroskop

    cahaya. Apabila pengamatan parasit kurang teliti, akan sulit untuk menemukan

    parasit pada organ.

  • V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan data diatas adalah :

    1. Nematoda merupakan jenis parasit yang umum menyerang organisme air

    tawar maupun air laut.

    2. Kualitas air yang buruk akan memudahkan parasitmenyerang

    3. Endoparasit merupakan jenis parasit yang sering ditemui

    4. Parasit yang menyerang ikan menimbulkan kerugian yang cukup besar,

    karena akan membuat ikan mati

    5.2 Saran

    Saran yang dapat saya berikanpada praktikumkali ini adalah, sebaiknya ikan

    sampel ayng akan digunakan benar-benar terserang penyakit, serta sebaiknya

    praktikan lebih dapat memahami prosedur kerja dalam praktikum agar tidak

    terjadi kegagalan dalam praktikum.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Astuti, Asrini Budi. 2003. Interaksi Pestisida dan Infeksi Bakteri Aeromonas

    hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.). Skripsi. Departemen

    Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

    Pertanian Bogor.

    Kennedy, C.R. 1975. Ecological Animal Parasitology. Blackwell Scientific

    Publications. Oxford

    Pillay, T. V. R. 1990. Aquaculture, Principles and Practices. Fishing News Books,

    Oxford, London, Edinburgh, Cambridge, Victoria.

    Sachlan, M., 2002. Penyakit Ikan. IPB-Press. Bogor.

    Susanto, H. 1987. Budaya Ikan di Pekarangan., Penerbit Penebar Swadaya.,

    Jakarta.

    Yanong, 2008. Penyakit pada Berbagai Jenis Ikan. Rineka Cipta : Jakarta.

  • LAMPIRAN

  • Foto-foto

    Cacing gilig Nematoda

    Lintah Trematoda