penyakit parasit ikan
DESCRIPTION
jeniis penyakit parasit pada ikanTRANSCRIPT
-
Kehadiran parasit pada inang merupakan suatu hal
yang dihindari terutama pada keadaan intensitas
tinggi karena kehidupan normal inang akan
terganggu, misal pertumbuhan yang terhambat
akibat rusaknya organ-organ vital seperti alat
respirasi, alat pencernaan atau fungsi reproduksi
yang tidak berjalan sebagaimana mestinya akibat
infeksi parasit.
Pada ikan budidaya kehadiran parasit berpotensi
untuk menimbulkan hambatan produksi melalui
kelambatan pertumbuhan, kelangsungan hidup
yang rendah dan kualitas ikan yang buruk
(morfologi ikan menjadi abnormal).
-
Mode of life Of Parasite :
kemampuan untuk hidup pada inang yang luas kekerabatannya,
memiliki siklus hidup yang tidak rumit dan tidak memerlukan banyak inang yang terlibat dalam perkembangan stadia parasit,
kemampuan mengatasi ketiadaan inang dengan fasedorman,
dapat hidup sementara pada inang transpor yang akan mengantarkannya secara tidak langsung pada inang definitif,
memiliki potensi yang tinggi dalam reproduksi baik dari segi laju reproduksi maupun dari jumlah anak yang dihasilkan.
-
Cara hidup yang demikian dibentuk sebagai suatu tindakan
antisipasi akan ketergantungan yang amat tinggi terhadap
inang. Sesungguhnya, di dalam upaya untuk dapat bertahan
dalam melangsungkan kehidupannya parasit menghadapi
berbagai resiko, seperti :
resiko kegagalan sewaktu melakukan transmisi dari suatu
inang ke inang yang lain,
resiko sewaktu berada pada stadia free-living yang harus
hidup di lingkungan makro (perairan).
resiko dalam mendapatkan inang dan adanya ketiadaan
inang yang cocok
resiko terhadap adanya respons defensif inang
-
Untuk menghadapi resiko di atas, kebanyakan parasit mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bereproduksi. Misalnya acanthocephala, Polymorphus minutus mampu menghasilkan 1.700 butir telur per hari, Moniliformis moniliformis menghasilkan 5.500 butir telur per hari sedangkan Macracanthorchynchus hirudinaceusmenghasilkan lebih dari seperempat juta telur per hari. Demikian juga nematoda umumnya menghasilkan banyak telur maupun anak dari setiap individu dewasa, trematoda mengembangkan pola reproduksi poliembrioni dan cestoda membentuk suatu kehidupan rejuvenasi secara terus menerus.
Dari kemampuan reproduksi yang tinggi ini dapat dibayangkan keberadaan parasit di dunia ini seharusnya melimpah, tetapi ternyata tidak demikian adanya. Kesulitan yang dihadapi parasit untuk bertahan hidup menyebabkan keberadaannya di alam adalah pada level yang wajar secara ekologis.
-
Kebalikan dengan kondisi alam, kondisi budidaya ikan
cenderung mendukung kemelimpahan parasit pada level
yang tidak wajar. Diyakini bahwa untuk dapat bertahan
hidup, ada suatu batas atas dan bawah pada densitas
populasi setiap spesies.
Limitasi densitas ini menentukan besaran fluktuasi densitas
yang dapat terjadi melalui mekanisme pengaturan
populasi. Dengan menyebarkan resiko, fluktuasi densitas
menjadi lebih stabil. Cara-cara untuk menstabilkan
fluktuasi densitas a.l. :
adanya variasi fenotip,
adanya variasi dalam waktu, misalnya laju reproduksi,
laju pertumbuhan, dan berbagai tingkat perkembangan
stadia.
adanya variasi dalam ruang, misalnya lingkungan yang
heterogen dan berbagai inang yang dapat diserangnya.
variasi dalam hubungan dengan spesies lain.
-
Populasi inang yang melipah memudahkan terjadinya kontakparasit dengan inangnya. Kontak parasit dengan inang terjadidengan dua cara, yaitu
1. kontak secara pasif melalui vektor biotik maupun abiotik
2. kontak secara aktif. Pada lingkungan inang yang terbatasdan mengakibatkan tingginya densitas populasi inangadalah aspek yang menguntungkan bagi penyebaran parasityang melakukan kontak secara aktif.
Frekuensi kejadian parasit akan tinggi pada sistem budidayadengan dukungan dari kemampuan reproduksi yang tinggipada parasit. Ekosistem menyediakan berbagai jenis inangyang cocok untuk berbagai stadia tertentu, memudahkanparasit yang melengkapi siklus hidupnya melalui mekanismerantai makanan.
-
Pada tingkat populasi inang, keberadaan parasit dapat serentak atau bertahap dan memberikan dampak yang berbeda. Keberadaan parasit secara serentak dalam prevalensi yang tinggi mengancam kehidupan parasit itu sendiri dengan timbulnya kematian massal inang sebagai aibat serangan yang mewabah. Biasanya ini mengakibatkan fluktuasi populasi parasit yang besar. Sebaliknya keberadaan parasit secara bertahap seringkali terjadi pada prevalensi rendah tetapi periode infestasi menjadi lebih panjang.
-
Microsporidia (Cotton shrimp)
Gregarines
Fouling
-
Penyakit udang kapas, Penyakit udang susu.
Penyakit microsporidian.
Penyakit nosema.
Patogen penyebab :
Agmasoma (Thelohania)Ameson (Nosema)Pleisthopora (Plitosphora)
-
Otot menjadi berwarna keputihan.
Seperti udang rebus.
Menginfeksi gonad, jantung, insang, otot, hepatopankreas.
Udang yang terinfeksi parah mempunyai otot berwarna putih.
-
Gregarines, gregarine parasitism, gregarine disease.
Protozoa:
- Nematopsis spp.- Chepalolobus spp.- Paraophioidina spp.
-
Penurunan rata-rata pertumbuhan udang, sedangkan FCR meningkat.
Terlihat warna kuning pada usus yang bisa dilihat dari abdomen.
Pada larva dan PL, trophozoites gregarine dapat dilihat dengan mikroskop pembesaran 10 sampai 20 kali.
-
Preparat basah trophozoid Nematopsis spp padaUsus P. californiensis
(Lightner, 1996)
Preparat trophozoid jenis lain Nematopsis spp.. Dari usus P. setiferus. (E=epimerite, P=protomerite,
D=deumerite) (Lightner, 1996)
-
Preparat basah stadia gametosis dari Nematopsis spp pada Usus P. setiferus.(Lightner, 1996)
Preparat basah gregarianes pada usus P. californeiensis, bentuk kecil adalah sporozoid dan bentuk besar adalah
2 sel trophozoid.(Lightner, 1996)
-
Usus P. vannamei dipenuhi trophozoid Nematopsis sp.(Lightner, 1996)
Usus P. monodon dipenuhi trophozoid Chepalobus sp.(Lightner, 1996)
-
Penyakit insang,
Penyakit insang hitam,
Penyakit insang coklat
-
Zoothamnium, Epistylis, Vorticella,Ascophrys spp.
Protozoa :
-
Organisme penempel: Protozoa
-
1. LLO (leucothrix-like organism)
- Leucothrix mucor- Leucothrix spp.
2. SLF (small little filamen)
- Flavobacterium- Flexibacter- Vibrio sp.
Bakteri :
-
Leucothrix mucor memnuhi lamela insang udang(Lightner, 1996)
-
Leucothrix mucor memnuhi apendik udang(Lightner, 1996)
-
Bakteri berfilamen pada insang P. stylirostris(Lightner, 1996)
Preparat insang juvenil P. Stylirostris dengan bakteri berfilamen dan melanisasi insang yang disebabkan kolonisasi bakteri (Lightner, 1996)
-
Organisme penempel : Algae
Diatom : Nitzschia spp., Amphiprora,
Green algae : Enteromarpha spp.
Atas Udang normal,Bawah P. californiensis dipenuhi
green algae Enteromorpha(Lightner, 1996)
-
Mollusca (bahasa latin, molluscus = lunak)
merupakan hewan yang bertubuh lunak.
Bercangkang dan tidak bercangkang,
-
Gambar 1. Penampang tubuh moluska
-
Nama penyakit : Bonamiosis; microcell disease;
haemocyte disease.
Agen penyakit : Protozoan, yaitu Bonamia ostreae dan
Bonamia sp.
Spesies inang : Golongan Ostreiid (oyster).
-
Tanda penyakit :
Kebanyakan infeksi tidak menimbulkan gejala klinis sampai
parasit berkembang dan menyebabkan haemocyte
infiltration dan diapedesis.
Patologi infeksi bervariasi bergantung kepada spesies
Bonamia dan spesies inang.
Bonamia ostreae menginfeksi haemocyte dari eropean
oyster, dimana parasit akan berkembangbiak sampai
haemocyte burst mengeluarkan parasit ke haemolymph.
Infeksi umumnya terjadi melaui saluran pencernaan, tapi
adanya infeksi pada insang menandakan adanya rute
infeksi yang lain.
-
Patologi yang ditimbulkan oleh Bonamia sp. pada Australia
Ostraea angasi dan New Zealand Triostrea chilensis sangat
berbeda.
Pada O. angasi, indikasi pertama dari infeksi adalah tingkat
kematian yang tinggi. Oyster yang mampu bertahan akan
terlihat cangkang menganga (gaping) bila dikeluarkan dari
air, dan organ dalam akan terasa lembek (watery) serta terasa
kasar pada tepian insang. Bonamia sp. menginfeksi dinding
insang, saluran pencernaan, dan tubules, dan akan
dikeluarkan melalui usus atau lingkungan perairan.
Haemocyte yang terinfeksi dapat mengandung lebih dari 6
parasit Bonamia dan infeksi menyebabkan haemocytosis.
-
Pada T. chilensis, Bonamia masuk melalui dinding usus dan
kemudian menginfeksi haemocyte yang mana dapat
ditemukan lebih dari 18 parasit. Haemocytosis yang terjadi
pada T. chilensis tidak separah pada O. angasi. Ketika
menginfeksi haemocyte parasit kemudian masuk ke gonad
untuk mengabsorbsi kembali gamet yang tidak dikeluarkan
(unspawning). Parasit berkembang biak dan dikeluarkan
melalui saluran gonoduct.
Meskipun menimbulkan patologi yang berbeda, dari hasil
sekuensing gen diketahui bahwa Australia dan New Zealand
Bonamia sp. adalah spesies yang sama.
-
Metode diagnosis :
Dari hasil pemeriksaan kasar/luar menunjukkan
pertumbuhan lambat, luka pada insang, gaping dan
kematian, namun tanda-tanda ini tidak spesifik untuk
penyakit tersebut sehingga diperlukan pemeriksaan ke
level 2 yaitu pemeriksaan sitologi dan histopatologi atau
pemeriksaan level 3 yaitu transmission elecron microscopy.
-
Mode transmisi :
Prevalensi dan intensitas dari infeksi cenderung meningkat
pada musim panas dengan kematian puncak terjadi pada
bulan September/Oktober di belahan bumi utara dan
bulan Januari sampai April di belahan bumi selatan.
Parasit baru dapat dideteksi ketika parasit berkembangbiak
di hewan yang dapat bertahan dari penyakit ini. Jangka
waktu infeksi B. ostreae dari mulai terinfeksi sampai
terlihat gejala klinis sekitar 3-5 bulan. Sedangkan di New
Zealand, sedikitnya 2,5 bulan namun jarang yang melebihi
4 bulan.
-
Kontrol penyakit :
Sampai saat ini belum diketahui cara penanggulangan dari
penyakit ini. Kepadatan dan suhu air yang lebih rendah
terlihat dapat menekan manifestasi klinis penyakit ini.
pencegahan lainnya adalah dengan mengambil oyster dari
perairan yang belum pernah terinfeksi Bonamia.
-
Gambar 3. infiltrasi haemocyte di sekeliling dinding usus (tanda
bintang) pada T. lutaria
Gambar 2. haemocyte yang berisi Bonamia sp. pada T. lutaria yang
terinfeksi
-
Nama penyakit : Oyster kidney coccidians
Agen penyakit : Coccidia sp. (unidentified spesies)
Spesies inang : Ostrea edulis (Eropean oyster)
Sebaran geografis : Aurey, France
Tanda penyakit :
Sel epitelial ginjal yang terinfeksi mengalami hypertrophy yang ekstrim.
Infeksi berat bisa menyebabkan kerusakan yang serius padaginjal tapi belum diketahui menyebabkan kematian.
-
Metode diagnostik:
Histology, beberapa bentuk stadia coccidia bisa ditemukan
dalam sitoplasma pada sel epitel ginjal
Kontrol penyakit :
Belum diketahui metode pencegahan maupun pengobatannya.
-
Nama penyakit : scallop kidney coccidia
Agen penyakit : a) Pseudoklossia pectinis
b) Coccidia sp. (unidentified spesies)
Spesies inang : a) Pecten Maximus
b) Argopecten irradians
-
Tanda penyakit :
Sel epitelial ginjal yang terinfeksi mengalami
hypertrophy dan tubulus ginjal dipenuhi oleh coccidia.
Infeksi berat setelah diamati dapat menyebar ke
jaringan yang lain.
Infeksi berat menyebabkan kerusakan yang pada ginjal
tapi kematian yang terjadi terbatas pada kondisi
pertumbuhan buatan.
-
Metode diagnostik :
Squash preparation, diagnosis awal dapat dilihat dari
adanya sel-sel makrogamon matang yang besar pada
preparat ginjal
Histology. Beberapa bentuk stadia coccidia bisa
ditemukan dalam sitoplasma pada sel epitel ginjal dan
di dalam lumen ginjal. Stadia yang berbeda dapat
terjadi secara sistematis pada jaringan penghubung dan
epitel organ yang berdekatan dengan ginjal.
Kontrol penyakit :
Belum diketahui metode pencegahan maupun
pengobatannya.
-
Nama penyakit : Abalone kidney coccidia
Agen penyakit : Coccidia sp. (unidentified spesies)
Spesies inang : Haliostis cracherodii, H. rufescens, H.
corrugata, H. fulgens, H. walallensis, H. kamtschatkana
Sebaran geografis : California, USA
-
Tanda penyakit :
Sel epitelial ginjal yang terinfeksi mengalami
hypertrophy yang ekstrim.
Infeksi berat bisa menyebabkan kerusakan yang serius
pada ginjal.
Pada percobaan di lab, infeksi parasit ini tidak
menyebabkan perubahan pada kondisi maupun
kematian abalone.
-
Metode diagnostik :
Squash preparation, diagnosis awal dapat dilihat dari
adanya sel-sel makrogamon matang yang besar pada
preparat ginjal
Pada preparat histology, beberapa bentuk stadia
coccidia bisa ditemukan dalam sitoplasma pada sel
epitel ginjal
Kontrol penyakit :
Belum diketahui metode pencegahan maupun
pengobatannya.
-
Nama penyakit : Aber disease, Digestive gland disease,
Marteiliasis.
Agen penyakit : Marteilia refrigens
Spesies Inang : Ostrea edulis, Mytilus edulis, Cardium
edule, Crassostrea gigas (kemungkinan jenis marteiliad yang
lain), Tiostrea chilensis, dan Ostrea angasi (masih dalam
percobaan).
Sebaran geografis : Atlantic Europe dari selatan UK sampai
Portugal, pantai timur Florida, USA.
-
Tanda penyakit :
Tubuh menjadi sangat kurus
Kelenjar pencernaan terlihat pucat
Pertumbuhan terhambat
Nekrosis jaringan
Kematian
Marteilia dapat terjadi pada beberapa jenis oyster tanpa menimbulkan penyakit. Faktor pemicu patogenitasnya tidak terlalu jelas, namun diduga berhubungan dengan stress lingkungan dan spesies inang.
Kematian inang terkait dengan sporulasi dari parasit, yang terjadi di sel epitel dari digestive tubules. Stadia awal terjadi di sel epitel di saluran pencernaan dan kemungkinan di insang.
-
Mode transmisi :
Transmisi M. refringens terbatas pada periode ketika suhu air
melebihi 17oC. Salinitas yang tinggi menghalangi
perkembangbiakan parasit di dalam jaringan inang. Tingkat
kematian dan sporulasi yang tinggi terjadi sepanjang tahun.
Rute infeksi dan siklus hidup di luar moluska belum
diketahui.
-
Metode diagnostik:
Pada preparat histologi dapat terlihat parasit di sel epitel dari
saluran pencernaan.
Kontrol penyakit :
Pemberantasan penyakit sampai saat ini belum diketahui.
Salinitas tinggi dapat menekan manifestasi klinis dari
penyakit ini. Cara pencegahan yang diajurkan adalah dengan
tidak mendatangkan oyster dari daerah yang pernah terkena
penyakit ini
-
Gambar 8. Infeksi sel epitel oleh plasmodia (tanda panah) dari M.
refringens pada saluran pencernaan Eropean oyster
Gambar 7. Spora M. refringens(bintang) pada digestive tubule dari
Eropean oyster