pengaruh problem based learning terintegrasi model

54
PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER PADA HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 16 SEMARANG MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI Skripsi Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia Oleh: Devi Amiratul Asvia 4301416036 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI

MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER PADA HASIL

BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 16 SEMARANG MATERI

REAKSI REDUKSI OKSIDASI

Skripsi

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Kimia

Oleh:

Devi Amiratul Asvia

4301416036

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

ii

PERNYATAAN

Page 3: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN

Page 4: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

iv

Page 5: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

(Q.S. Al-Insyirah: 5-8)

Bismillah, sabar, pelan-pelan, satu-satu.

“….boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan

boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah

mengetahui, sedangkan kamu tidak.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk ibu, ayah, dan adik-adikku tercinta.

Page 6: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat,

serta kasih saying dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan

tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin untuk

melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan dukungan dan kemudahan administrasi dalam penyusunan

skripsi.

3. Dra. Sri Nurhayati, M.Pd, dan Prof. Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si, selaku

dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan

skripsi.

4. Dr. Sri Mursiti, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan, motivasi, dan bimbingan skripsi dari awal hingga akhir.

5. Bapak & Ibu dosen serta karyawan FMIPA khususnya jurusan Kimia atas

segala ilmu dan bantuan yang diberikan.

6. Kepala SMA Negeri 16 Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

7. Teman-teman Pendidikan Kimia Rombel 2 yang telah berjuang dan berproses

bersama.

8. Semua pihak yang telah berkenan bekerjasama dan membantu proses

penyelesaian skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih dari penulis, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan serta

dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, 29 Juni 2020

Penulis

Page 7: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

vii

ABSTRAK

Asvia, Devi Amiratul. (2020). “Pengaruh Problem Based Learning Terintegrasi

Model Numbered Heads Together Pada Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN 16

Semarang Materi Reaksi Reduksi Oksidasi”. Skripsi, Pendidikan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing Dr. Sri Mursiti, M.Si.

Kata Kunci: problem based learning; numbered heads together; hasil belajar;

reaksi reduksi oksidasi.

Latar belakang pada penelitian ini adalah kurangnya variasi dalam pembelajaran

membuat siswa belum mendapatkan metode yang efektif untuk memahami materi

kimia, sehingga tingkat pemahaman siswa masih rendah dan minat belajar siswa

yang kurang membuat siswa kurang berpartisipasi aktif pada proses pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh problem based learning

(PBL) terintegrasi model numbered heads together (NHT) pada hasil belajar

siswa. Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Desain penelitian adalah

posttest control group design. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa

kelas X MIPA SMAN 16 Kota Semarang. Sampel penelitian diambil dengan

teknik cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

MIPA 1 sebagai kelas eksperimen dan X MIPA 3 sebagai kelas kontrol.

Instrumen penelitian berupa soal tes pilihan ganda, instrumen lembar observasi,

dan instrumen angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Hasil analisis

menunjukan adanya pengaruh penerapan PBL terintegrasi model NHT pada hasil

belajar siswa, hal ini dibuktikan dengan uji statistik menunjukan nilai sig. (2-

tailed) 0,000 < 0,05. Rata-rata nilai pada ranah kognitif kelas nilai kelas

eksperimen adalah 78,61 dan kelas kontrol sebesar 71,75. Penerapan problem

based learning terintegrasi model numbered heads together pada kelas eksperimen

memperoleh angka korelasi sebesar 0,42 dan koefisien determinasi sebesar 17%.

Hasil belajar afektif dan psikomotorik kelas eksperimen mencapai kriteria baik

hingga sangat baik dan persentase banyaknya siswa yang mencapai kriteria baik

hingga sangat baik lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil

analisis tahap akhir dapat disimpulkan model pembelajaran PBL terintegrasi NHT

berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Kata Kunci: hasil belajar; numbered heads together; problem based learning;

reaksi reduksi oksidasi.

Page 8: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

viii

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

PERNYATAAN ...................................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

PENGESAHAN ..................................................................................................... iii

PRAKATA ............................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5

1.5 Batasan Masalah ................................................................................................. 6

1.6 Penegasan Istilah ................................................................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 8

2.1 Kajian Pustaka .................................................................................................... 8

2.2 Kajian Empiris .................................................................................................. 31

2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 33

2.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 35

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 35

3.2 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 35

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................ 36

3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 36

3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 38

3.6 Instrumen Penilaian .......................................................................................... 38

3.7 Analisis Instrumen Penelitian ........................................................................... 39

3.8 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 55

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................. 55

Page 9: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

ix

4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 61

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 71

5.1 Simpulan ........................................................................................................... 71

5.2 Saran ................................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 72

LAMPIRAN ........................................................................................................... 78

Page 10: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.2. Langkah Pembelajaran PBL Terintegrasi NHT ............................................... 29

3. 1. Jumlah Siswa Kelas X MIPA ......................................................................... 35

3. 2 Desain Penelitian Posttest Control Group Design .......................................... 36

3. 3. Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Tes ........................................................ 41

3. 4. Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Instrumen Tes .................................. 42

3. 5. Analisis Indeks Kesukaran Uji Coba Soal Instrumen Tes ............................. 43

3. 6. Hasil Reliabilitas Uji Coba Instrumen Tes .................................................... 43

3. 7. Klasifikasi Reliabilitas Instrumen Observasi…........... .................................. 44

3. 8. Klasifikasi Reliabilitass Instrumen Angket .................................................... 46

3. 9. Data Nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil .................................................... 46

3. 10. Hasil Uji Normalitas Data Populasi ............................................................. 47

3. 11. Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................. 48

3. 12. Kriteria Nilai Afektif .................................................................................... 52

3. 13. Kriteria Nilai Psikomotorik .......................................................................... 53

3. 14. Kriteria Hasil Angket Siswa......................................................................... 54

4. 1. Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................ 55

4. 2 Ketercapaian hasil belajar afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol .......... 57

4. 3 Data Hasil Belajar Ranah Psikomotorik ........................................................ 58

4. 5. Hasil Penyebaran Angket .............................................................................. 60

Page 11: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

xi

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

2. 1. Skema Kerangka Bepikir ............................................................................... 34

4. 1. Perbandingan hasil Belajar Ranah Kognitif .................................................. 56

4. 2 Perbandingan Ketercapaian Hasil Belajar Afektif ......................................... 58

4. 3 Perbandingan Ketercapaian Hasil Belajar Psikomotorik ............................... 59

Page 12: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa ........................................................................................... 78

2. Silabus Kelas Eksperimen ................................................................................. 80

3. Silabus Kelas Kontrol ....................................................................................... 86

4. RPP Kelas Eksperimen ..................................................................................... 92

5. RPP Kelas Kontrol .......................................................................................... 108

6. Uji Normalitas Data Populasi ......................................................................... 123

7. Uji Homogenitas Data Populasi ...................................................................... 125

8. Kisi-kisi Soal Uji Coba ................................................................................... 126

9. Soal Uji Coba Paket A .................................................................................... 132

10. Soal Uji Coba Paket B .................................................................................. 143

11. Analisis Soal Paket A .................................................................................... 149

12. Analisis Soal Paket B .................................................................................... 152

13. Kisi-kisi Soal Posttest ................................................................................... 153

14. Soal Posttest .................................................................................................. 158

15. Data Nilai Posttest ......................................................................................... 165

16 Uji Normalitas Data Sampel .......................................................................... 167

17. Uji Homogenitas Data Sampel ...................................................................... 168

18. Uji Hipotesis ................................................................................................. 169

19 Lembar Penilaian Afektif ............................................................................... 173

20. Lembar Penilaian Psikomotorik .................................................................... 180

21. Analisis Reliabilitas Afektif .......................................................................... 186

22. Analisis Reliabilitas Psikomotorik ................................................................ 187

23. Hasil dan Perhitungan Afektif Kelas Eksperimen ........................................ 188

24. Hasil dan Perhitungan Afektif Kelas Eksperimen ........................................ 193

25. Hasil dan Perhitungan Psikomotorik Kelas Ekperimen ................................ 198

26. Hasil dan Perhitungan Psikomotorik Kelas Kontrol ..................................... 202

27. Angket Tanggapan Siswa .............................................................................. 206

28. Analisis Angket Tanggapan Siswa ............................................................... 208

29. Analisis reliabilitas angket ............................................................................ 210

Page 13: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

xiii

30. Surat Izin penelitian ...................................................................................... 212

31. Surat Bukti Penelitian ................................................................................... 213

32. Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 214

33. Validasi Instrumen Soal ................................................................................ 216

34. Validasi Instrumen Penilaian Afektif ............................................................ 218

35. Validasi Instrumen Penilaian Psikomotorik .................................................. 220

36. Validasi Instrumen Penilaian Angket............................................................ 222

Page 14: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia merupakan suatu ilmu alam yang mempelajari tentang bangun

(struktur) materi dan perubahan yang menyertainya (Darmiyanti et al., 2017).

Kimia sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga masyarakat

memerlukan ilmu kimia untuk menunjang kehidupannya. Mata pelajaran kimia

menjadi penting untuk dipelajari oleh karena itu perlu adanya perhatian lebih

lanjut mengenai pendidikan kimia yang diterapkan dalam kegiatan belajar

mengajar. Aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kimia

diantaranya kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa, dan model pembelajaran.

Pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan model pembelajaran yang dapat

menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran. Seorang guru diharuskan mampu

menerapkan model yang tepat dalam mengajar agar siswa terhindar dari rasa

bosan dan tercipta pemahaman konsep yang efektif (Wijayati, et al., 2008).

Pemahaman siswa terhadap materi kimia akan lebih efektif jika siswa

terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada

siswa (student centered) merupakan tuntutan dari penerapan kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan

sistem pendidikan. Siswa diharapkan memiliki kompetensi sikap, keterampilan,

dan pengetahuan yang lebih baik serta lebih kreatif, inovatif, dan produktif

(Sofyan, 2016). Pendekatan yang disarankan dalam penerapan kurikulum 2013

adalah pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik dapat mengembangkan berbagai skill seperti

keterampilan berkomunikasi (communication skill) keterampilan melakukan kerja

sama, penyelidikan (research and collaboration skill) dan perilaku berkarakter,

karena pengalaman belajar yang diberikan dapat memenuhi tujuan pendidikan

serta bermanfaat bagi pemecahan masalah di kehidupan nyata (Machin, 2014).

Penerapan pendekatan saintifik sangat sesuai untuk mata pelajaran kimia, karena

mengarahkan siswa pada pemahaman yang dalam dan luas akan kompetensi

Page 15: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

2

kimia, melatih siswa mengaplikasikan pengetahuannya dengan cara berpikir

memecahkan masalah serta untuk meningkatkan kreativitas (Premiawan, 2014).

Pendekatan saintifik dapat diaplikasikan melalui beberapa model

pembelajaran seperti model pembelajaran inquiry, Project Based Learning

maupun Problem Based Learning. Penelitian ini menerapkan pendekatan saintifk

berupa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang merupakan

model pembelajaran dengan menyajikan masalah kontekstual dalam kegiatan

belajar mengajar. Model pembelajaran ini memberikan banyak kesempatan bagi

siswa untuk secara aktif menyusun pengetahuan mereka sendiri, dan membangun

informasi yang sudah ada dalam benaknya (Sudarmin, 2015). Melibatkan secara

aktif siswa dalam memecahkan masalah yang telah dirancang sedemikian rupa,

siswa akan berfikir secara maksimal dan mengaktifkan potensi dirinya sehingga

proses belajar lebih hidup (Sujatmika, 2016). Pembelajaran berbasis masalah

mengajak siswa untuk berfikir secara mandiri karena siswa harus berusaha

menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dengan mengembangkan

kemampuan berpikir yang mereka miliki, sehingga siswa menjadi lebih paham

dengan materi yang diajarkan.

Proses pembelajaran yang menekankan siswa mencari solusi permasalahan

yang disajikan dapat dilakukan dengan diskusi kelompok. Salah satu model

diskusi yang mampu membangkitkan minat diskusi kelompok adalah model

pembelajaran kooperatif. Penerapan pembelajaran kooperatif melibatkan

sekelompok siswa yang bekerja dalam sebuah tim akan meningkatkan interaksi

antar siswa demi pencapaian kompetensi (Saleh, 2012). Adanya interaksi antar

siswa melalui model pembelajaran kooperatif menjadikan siswa lebih antusias

serta lebih aktif mengikuti kegiatan belajar dan aktif berdiksusi untuk saling

bertukar pikiran serta mengemukakan pendapat masing-masing (Nurcahyani, et

al., 2012). Proses diskusi akan berjalan maksimal dengan melibatkan peran tiap

individu. Pemahaman terhadap materi tidak akan merata kepada seluruh siswa jika

dalam pelaksanaan diskusi hanya mengandalkan beberapa siswa dalam kelompok,

yaitu siswa yang aktif akan lebih memahami materi dibandingkan siswa yang

pasif dalam diskusi.

Page 16: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

3

Peran aktif seluruh siswa dalam diskusi kelompok diperlukan agar

pemahaman materi dapat maksimal. Model pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) melibatkan aktivitas siswa berpikir bersama dalam kelompok

untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Siswa akan dibagi dalam

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang dan masing-masing anggota

diberi nomor, adanya penomoran masing-masing anggota berfungsi agar siswa

lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru

karena bisa jadi nomor yang dimiliki siswa dipanggil oleh guru untuk

menyampaikan hasil diskusinya. Kondisi ini dapat menciptakan ketergantungan

positif dalam kelompok kecil dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi

siswa sehingga tercipta kegiatan belajar yang saling toleran demi membantu

temannya mencapai pengetahuan yang sama (Premiawan, 2018).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia bapak

Sugiarto, S.Pd Kim menginformasikann bahwa materi reaksi reduksi oksidasi

(redoks) sulit dipahami oleh siswa. Beliau juga menginformasikan bahwa hasil

belajar yang kurang disebabkan karena kurangnya variasi dalam pengajaran di

kelas, sehingga minat belajar dan tingkat pemahaman masih kurang. Pada saat

proses pembelajaran berlangsung hanya sebagian kecil siswa yang terlibat secara

aktif. Sebagai dampaknya hasil belajar siswa yang terlihat dari data penilaian

akhir semester ganjil kelas X MIPA SMAN 16 Semarang masih belum mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70.

Tabel 1. 1 Data Penilaian Akhir Semester Ganjil kelas X MIPA

Kelas Jumlah

Siswa Rata-rata

Jumlah

Siswa

Tuntas

Jumlah

Siswa tidak

Tuntas

% Ketuntasan

X MIPA 1 36 73,30 22 14 61%

X MIPA 2 36 71 19 17 53%

X MIPA 3 36 74,88 23 13 64%

Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut maka diperlukan upaya untuk

mencari dan menemukan model pembelajaran kimia yang mampu memotivasi

siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Page 17: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

4

Model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam

pembelajaran adalah NHT. Peneliti memilih model pembelajaran NHT untuk

memvariasi pembelajaran dikelas agar minat belajar siswa meningkat dan

menerapkan model pembelajaran PBL pada kompetensi reaksi redoks dengan

alasan rekomendasi dari guru mata pelajaran dan reaksi redoks erat kaitannya

dengan kehidupan sehari-hari sehingga proses pembelajaran siswa dapat

mengamati secara langsung serta dapat menjelaskan dengan logika yang sesuai

dengan konsep-konsep reaksi redoks. Hal itu sejalan dengan pernyataan Sumarti

bahwa kegiatan pembelajaran sebaiknya menghadirkan permasalahan nyata yang

terjadi di Indonesia khususnya di sekitar kehidupan siswa sehingga mereka

antusias untuk menemukan pemecahan masalah tersebut (Sumarti et al., 2015).

Penelitian Trihatmo, et al., tahun 2011 bahwa model PBL berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa dengan kontribusi sebesar 33, 69%. Kelas eksperimen

memiliki presentase ketuntasan belajar klasikal 93,8% dan kontrol 85%. Aspek

psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 81,98% sedangkan kelas kontrol

79,31%. Zakiyah (2017) hasil penelitian menunjukan siswa lebih aktif selama

proses pembelajaran dengan diterapkan model PBL. Selanjutnya terdapat

peningkatan hasil belajar siswa dengan hasil penilaian rata-rata pada tes awal

yaitu 56,72 sedangkan nilai rata-rata pada tes akhir sebesar 86,36. Penelitian yang

dilakukan oleh Munawaroh (2015) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar antara siswa yang dibelajarkan model NHT dengan siswa yang

dibelajarkan model STAD. Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan NHT

mempunyai rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi yaitu sebesar 91,7233

dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran STAD dengan nilai

rata-rata sebesar 87,2727.

Beberapa hasil penelitian yang telah dibahas menunjukan bahwa

penggunaan model pembelajaran PBL dan model pembelajaran NHT dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal itu mendorong peneliti untuk menerapkan

model pembelajaran yang selanjutnya dilihat pengaruhnya pada hasil belajar siswa

materi redoks di SMAN 16 Semarang.

Page 18: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

5

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul ‘’Pengaruh PBL Terintegrasi model NHT Pada Hasil Belajar Siswa

Kelas X SMAN 16 Semarang Materi Reaksi Reduksi Oksidasi’’.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh PBL terintegrasi model NHT pada hasil belajar

siswa kelas X SMAN 16 Semarang materi redoks?

2. Berapa besar pengaruh PBL yang terintegrasi model NHT pada hasil

belajar siswa ranah kognitif kelas X SMAN 16 Semarang materi redoks?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui adanya pengaruh PBL terintegrasi model NHT pada hasil

belajar siswa materi redoks.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh PBL terintegrasi model NHT pada

hasil belajar siswa ranah kognitif kelas X SMAN 16 Semarang materi

redoks.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai tujuan penelitian, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai pengalaman menulis karya ilmiah sekaligus

melaksanakan penelitian sehingga dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman

2. Bagi guru, sebagai bahan referensi sekaligus pertimbangan unutk

menerapkan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar kimia

di kelas, sehingga hasil belajar lebih optimal

3. Bagi siswa, penelitian ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

lebih aktif dalam pembelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan

pemahaman konsep materi kimia dan hasil belajar lebih optimal

4. Bagi sekolah, meningkatkan kualitas dan mutu sekolah melalui

peningkatan hasil belajar siswa serta kinerja guru

Page 19: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

6

1.5 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi

masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian ini melihat pengaruh PBL yang terintegrasi model NHT

terhadap hasil belajar siswa.

2. Penelitian ini melihat berapa besar pengaruh PBL yang terintegrasi NHT

terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa SMAN 16 Semarang.

3. Objek penelitian adalah siswa kelas X SMAN 16 Semarang Tahun Ajaran

2019/2020

4. Materi kimia yang diajarkan adalah redoks.

1.6 Penegasan Istilah

Agar terhindar dari kesalahan penafsiran dalam memahami penelitian ini,

maka diberikan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh baik atau

buruk PBL yang terintegrasi model NHT terhadap hasil belajar siswa. Ada atau

tidak pengaruh yang bisa diukur dengan cara membandingkan hasil posttest antara

kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model PBL terintegrasi model NHT

dengan kelas kontrol yang dibelajarkan dengan metode PBL. Model belajar

dikatakan berpengaruh pada ranah kognitif jika terdapat perbedaan hasil posttest

secara signifikan yang ditunjukan dengan uji statistik. Berpengaruh pada ranah

afektif dan psikomotorik jika hasil belajar afektif dan psikomotorik kelas

eksperimen mencapai kriteria baik hingga sangat baik dan persentase banyaknya

siswa yang mencapai kriteria baik hingga sangat baik lebih tinggi dibandingkan

kelas kontrol.

2. Model Problem Based Learning

Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran yang menuntun

siswa untuk memahami suatu konsep materi kimia melalui situasi atau masalah

yang disajikan. Siswa dilatih untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut

dengan mencari konsep-konsep dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang

dimiliki sebelumnya.

Page 20: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

7

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

Numbered Head Together merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sehingga siswa aktif dalam

proses pembelajaran dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Secara

garis besar, model pembelajaran NHT dilakukan dengan membagi siswa menjadi

beberapa kelompok secara heterogen, msing-masing anggota kelompok diberi

nomor dari angka 1 sampai sejumlah anggota kelompoknya. Guru memberikan

tugas atau pertanyaan kepada masing-masing kelompok. Kelompok berdiskusi

untuk menjawab pertanyaan / tugas yang diberikan oleh guru dan memastikan

seluruh anggota kelompok mempunyai pemahaman yang sama. Guru memanggil

salah satu nomor urut siswa secara acak, dan siswa yang mempunyai nomor

tersebut harus maju kedepan untuk menjelaskan hasil kerja kelompoknya. Guru

meminta tanggapan dari kelompok lain dan melanjutkan memanggil nomor urut

siswa yang lain. Guru membuat kesimpulan bersama siswa. Guru mengevaluasi

pembelajaran.

4. Terintegrasi

Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau

bulat. Penelitian ini menggabungkan dua model pembelajaran yaitu PBL dan

NHT dengan melakukan penyesuaian sintaks atau langkah-langkah dalam proses

pembelajaran.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku, sikap dan pemikiran oleh siswa

setelah menyelesaikan suatu proses pembelajaran. Lingkup penilaian hasil

belajar pada kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap spiritual, kompetensi

sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.

(Permendikbud 2014)

Page 21: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Tinjauan tentang Pembelajaran

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

guru dengan siswa dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan

belajar (Depdiknas, 2003). Sedangkan Sumantri (2015) menyatakan bahwa

pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memberikan

pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melaui interaksi

antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam

rangka pencapaian kompetensi. Pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme

yaitu pembelajaran harus berpusat pada siswa sehingga siswa dapat

mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri dan guru berperan

sebagai fasilitator untuk membantu agar pengkonstruksian pengetahuan yang

dilakukan siswa dapat berjalan secara lancar (Rifa’i dan Anni 2012).

Pembelajaran pada pokoknya merupakan tahapan-tahapan guru dan siswa

dalam menyelenggarakan program pembelajaran, yaitu rencana kegiatan yang

menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok yang secara rinci memuat alokasi

waktu, indikator pencapaian hasil belajar, dan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran untuk setiap materi pokok pembelajaran (Hanafi, 2014). Aktivitas

proses pembelajaran ditandai dengan terjadinya interaksi edukatif, yaitu interaksi

yang sadar akan tujuan, berakar pada metodologis dari pihak pendidik (guru) dan

kegiatan belajar secara pedagodis pada diri siswa, berproses secara sistematis

melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi (Sagala, 2010).

Berdasarkan uraian para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh guru kepada siswa pada

lingkungan belajar dalam rangka pencapaian kompetensi. Kegiatan tersebut

dirangkai dan direncanakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

Page 22: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

9

2.1.2 Tinjauan Tentang Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Belajar menunjukan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang secara

disengaja atau disadari. Aktivitas belajar yang dimaksud merujuk pada keaktifan

seseorang dalam melakukan aspek mental sehingga memungkinkan terjadinya

perubahan pada dirinya (Ainurrahman, 2013). Kegiatan belajar juga dimaknai

sebagai interaksi individu dengan lingkungannya.

Menurut Dimiyati (2009) lingkungan belajar adalah obyek-obyek lain

yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau

pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun yang sudah

ditemukan atau diketahui sebelumnya, tetapi kembali menarik perhatian bagi

individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Slameto (2010)

mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu

proses interaksi individu dengan lingkungannya. Interaksi tersebut memberikan

pengalaman dan pengetahuan yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku

pada diri individu.

2.1.2.2 Teori Belajar yang Mendukung

Banyak teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, pada dasarnya

masing-masing teori mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga tidak dapat

dikatakan hanya teori tertentu saja yang benar. Teori belajar yang dijadikan

acuan dalam penelitian ini adalah teori belajar menurut Jean Piaget, Vygotsky,

Ausubel dan teori kontruktivisme.

1) Teori Jean Piaget

Menurut Piaget, anak-anak dan orang dewasa menggunakan pola mental

(kerangka) untuk menuntun perilaku atau kognisi, dan menginterpretasikan

pengalaman atau materi baru berdasarkan dengan kerangka yang ada, tetapi

untuk materi baru yang akan diasimilasi, kerangka sebelumnya harus sesuai

dengan kerangka yang sudah ada terlebih dahulu (Cakir, 2008). Piaget

Page 23: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

10

berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu

melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Sementara lingkungan

tersebut terus mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan

lingkungan yang terus berubah maka fungsi intelek semakin berkembang.

Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membentuk sendiri

pengetahuannya. Pengetahuan yang dibentuk terdiri dari tiga macam, yaitu

pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan sosial.

Perkembangan kognitif yang digambarkan oleh Piaget meliputi tahapan-tahapan

berikut:

(1) Tahap sensori motor (umur 0-2 tahun)

Pada tahap ini individu mengenal lingkungan dengan kemampuan

sensorik dan motorik. Siswa mengenal lingkunganya melalui indera penglihatan,

penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak- gerakkannya.

(2) Pra-operasional (umur 2-7 tahun)

Pada tahap ini, individu mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia

telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi,

membuat gambar, dan menggolong- golongkan.

(3) Operasional konkret (umur 7-11 tahun)

Pada tahap ini individu dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat

mengikuti penalaran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah secara

“trial and error”.

(4) Operasi formal (umur 11 tahun - ke atas)

Pada tahap ini individu dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa

(Dimiyati & Mudjiono, 2009). Berdasarkan uraian tersebut, perkembangan

kognitif yang digambarkan Piaget merupakan proses adaptasi intelektual.

Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi,

dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif berupa ide, konsep, gagasan.

Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur

kognitif (schemata) yang ada sekarang. Asimilasi adalah proses pembaharuan

informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu.

Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.

Page 24: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

11

Equilibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur

keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi (Suprijono, 2012).

Sumbangan teori belajar Jean Piaget dalam penelitian ini adalah

memberikan pemahaman pentingnya interaksi siswa dengan lingkungan ketika

siswa melakukan proses belajar. Pada penelitian ini, siswa dituntut aktif

membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan agar fungsi

inteleknya berkembang. Siswa diharapkan mampu mengorganisasi atau

menghubungan informasi baru yang mereka peroleh dengan pengetahuan yang

telah siswa miliki sebelumnya melalui adaptasi intelektual.

2) Teori Vygotsky

Ciri khusus dari teori Vygotsky yaitu zona perkembangan (zone of

development). Hal ini terkait dengan konsep Vygotsky tentang zone of proximal

development (ZPD). Dalam konsep ini disampaikan bahwa ada perbedaan antara

apa yang dapat dilakukan siswa secara sendiri dengan apa yang dilakukan oleh

siswa dengan bantuan guru ataupun orang tua. Vygotsky meyakini bahwa siswa-

siswa mengikuti contoh-contoh yang diberikan oleh orang dewasa secara

bertahap mampu mengembangkan kecakapan untuk melakukan tugas-tugas

tertentu tanpa bantuan atau pendampingan orang lain.

Proses atau cara memberikan bantuan diberikan oleh orang dewasa atau

teman sebaya lebih berkompeten, agar siswa beranjak dari zona aktual atau ZAD

(zone of actual development) menuju zona potensial atau ZPD (zone of potential

development). ZAD menurut Vygotsky adalah zona tingkat perkembangan

aktual, yang ditentukan melalui pemecahan masalah yang dapat diselesaikan

secara individu, sedangkan tingkat perkembangan potensial (ZPD) ditentukan

melalui pemecahan masalah dengan bimbingan orang dewasa, atau dengan cara

berkolaborasi dengan teman sebaya. Ketika masuk dalam ZPD, maka siswa

sebenarnya bisa, tetapi akan lebih optimal jika orang dewasa atau pendamping

yang lebih paham, membantunya untuk mencapai tingkat perkembangan aktual.

Bantuan yang diberikan disebut sebagai scaffolding. Scaffolding adalah

pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal

pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan

Page 25: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

12

untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah siswa dapat

melakukannya (Yohanes, 2010).

Sumbangan teori belajar Vygotsky dalam penelitian ini adalah

memberikan pemahaman pentingnya bantuan baik oleh guru, orang tua, teman

sebaya sebagai scafolding pada saat siswa belajar. Ketika melakukan kegiatan

praktikum dan diskusi, masing-masing individu akan berkerjasama satu dengan

yang lain sebagai scaffolding dalam suatu kelompok untuk mengkonstruksi

konsep redoks sehingga pada suatu saat diharapkan apa yang telah dipelajari

bersama-sama, siswa dapat menerapkan konsep yang diperoleh untuk

menganalisis dan menjawab persoalan secara mandiri.

3) Teori Ausubel

Menurut Ausubel, informasi yang bermakna disimpan dalam jaringan

fakta atau konsep yang terhubung yang disebut sebagai skema. Informasi baru

yang sesuai dengan skema yang ada, akan lebih mudah dipahami, dipelajari, dan

dipertahankan daripada informasi yang tidak sesuai dengan yang skema sudah

ada (Cakir, 2008). Belajar menurut Ausubel diklasifikasikan ke dalam dua

dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi

pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan.

Sedangkan dimensi kedua menyangkut bagaimana cara siswa dapat

mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Dalam hal

ini struktur kognitif adalah fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari

dan diingat oleh siswa.

Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan

pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu

dalam bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan

siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan

diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan

informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep atau lainnya) yang telah

dimilikinya, sehingga terjadi belajar bermakna. Tetapi, siswa dapat juga hanya

mencoba-coba menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkannya pada

konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi

Page 26: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

13

belajar hafalan (Dahar, 2011).

Inti teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel,

belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada

konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Berdasarkan uraian belajar menurut Ausubel, maka dapat diketahui bahwa inti

dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel,

belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada

konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Sumbangan teori Ausubel terhadap penelitian ini adalah dalam penelitian

ini akan terjadi pula proses belajar bermakna. Siswa diharapkan dapat

melakukan belajar penerimaan dan juga penemuan untuk memperoleh informasi

atau konsep yang kemudian dihubungkan dengan struktur kognitif yang telah

ada. Materi redoks merupakan materi yang kompleks. Di dalamnya terdapat

konsep-konsep dan reaksi-reaksi kimia. Siswa diharapkan dapat menemukan

sendiri materi yang akan diajarkan, mampu menghubungkan pengetahuan yang

baru diperolehnya dengan pengetahuan sebelumnya yang telah ia miliki, dan

dapat menemukan sendiri cara penyelesaian masalah yang muncul.

4) Teori Kontruktivisme

Slavin (1994) menyatakan tentang pendekatan kontruktivis bahwa

Constructivist approaches to teaching emphasize top-down rather than

bottom-up instruction. Top-down means that students begin with complex

problems to solve and then work out or discover (with the teacher’s

guidance) the basic skills required. In top-down teaching, the tasks

students begin with are complex, complete, and authentic, meaning that

they are not parts or simplifications of the tasks students are ultimately

expected to perform, but they are the actual tasks.

Pendekatan kontruktif menekankan proses pembelajaran siswa dimana siswa

memulai belajar dengan memecahkan masalah kompleks yang guru berikan

(dengan bimbingan guru) untuk mendapatkan keterampilan dasar yang

dibutuhkan. Budiningsih (2012) menyatakan bahwa teori kontruktivisme

merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh siswa.

Page 27: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

14

Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran agar proses

pengkontruksian yang siswa lakukan dapat berjalan dengan baik. Sedangkan

siswa harus berperan aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, dan menysun

konsep tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Berdasarkan uraian tersebut, sumbangan teori konstruktivisme pada

penelitian ini adalah siswa ditekankan untuk terlibat aktif mengkonstruksi

pengetahuan dengan cara mereka sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator

agar proses pengkontruksian yang dilakukan siswa dapat berjalan dengan baik.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah

mendapatkan pengalaman belajar (Sudjana, 2013). Sedangkan Susanto (2004)

mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri

siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari

kegiatan belajar. Penilaian Hasil Belajar berfungsi untuk memantau kemajuan

belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil

belajar siswa secara berkesinambungan. (Permendikbud, 2014)

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, karakteristik

pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait pada standar kompetensi

lulusan dan standar isi. Standar kompetensi lulusan memberikan kerangka

konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari

tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Kurikulum 2013 memiliki

beberapa capaian pembelajaran yang dikelompokkan dalam tiga ranah yakni

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1) Ranah Kognitif (Pengetahuan)

Penilaian pencapaian kompetensi pengetahuan merupakan bagian dari

penilaian pendidikan. Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan

Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian

Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian pendidikan merupakan proses

pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian-

pencapaian siswa. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas mengingat,

Page 28: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

15

memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan

Krathwohl (2001) yakni: mengingat (remember), memahami / mengerti

(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi

(evaluate), dan menciptakan (create).

(1) Mengingat (remember), usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari

memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan

maupun yang sudah ada sebelumnya.

(2) Memahami/mengerti (understand), berkaitan dengan membangun sebuah

pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.

(3) menerapkan (apply), merujuk pada proses kognitif memanfaatkan atau

menggunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan.

(4) Menganalisis (analyze), merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan

memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari

tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat

menimbulkan permasalahan.

(5) Mengevaluasi (evaluate), dengan proses kognitif memberikan penilaian

berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada.

(6) Menciptakan (create), mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur

secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan

mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan

mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda

dari sebelumnya.

Pada penelitian ini ranah kognitif diukur dengan soal tes pilihan ganda sejumlah

20 soal.

2) Ranah Afektif (Sikap)

Kemendikbud (2013) menyebutkan bahwa sikap bermula dari perasaan

yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon suatu/objek.

Kompetensi sikap yang dimaksud adalah ekspresi nilai-nilai atau pandangan

hidup yang dimiliki seseorang dan diwujudkan dalam perilaku. Penilaian

Page 29: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

16

kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk mengukur sikap siswa sebagai hasil dari suatu program

pembelajaran.

Kurikulum 2013 pada kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1:

menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dan KI 2:

menghayati dan mengamalkan perilaku perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, percaya diri, responsif

dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Penilaian sikap terdiri dari jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong,

toleransi, santun, dan percaya diri. Sikap siswa yang dinilai hanya disiplin,

tanggung jawab, peduli, dan percaya diri. Sedangkan jujur, gotong royong,

toleransi, dan santun tidak dilakukan dalam penelitian. Hal ini karena penyesuaian

alokasi waktu yang hanya 45 menit dalam melaksanakan penilaian, sehingga tidak

memungkinkan untuk menilai semua sikap tersebut.

Indikator nilai-nilai peduli menurut Samani dan Hariyanto (2011) adalah

sebagai berikut: 1) Sikap simpati dan empati bagi orang lain atau kelompok yang

kurang beruntung; 2) memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya

terhadap orang lain yang mempunyai masalah; 3) membantu teman lain

menyelesaikan masalah. Menurut Mulyasa (2013) indikator sikap disiplin adalah

1) membiasakan hadir tepat waktu; 2) membiasakan mematuhi aturan; 3)

menggunakan pakaian yang sesuai aturan; 4) menjalankan prosedur dalam

pembelajaran; 5) menumpulkan tugas tepat waktu. Indikator sikap percaya diri

adalah 1) pantang menyerah; 2) berani menyatakan pendapat; 3) berani bertanya;

4) mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan; dan 5) berpenampilan tenang.

Definisi tanggung jawab menurut Zubaedi (2011) adalah sikap dan perilaku

seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya),

negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Dari pemaparan tersebut, diperoleh indikator

sikap tanggung jawab meliputi 1) Melaksanakan tugas individu dengan baik; 2)

Page 30: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

17

melaksanakan peraturan sekolah dengan baik; 3) menerima resiko dari tindakan

yang dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas hasil belajar ranah afektif siswa yang dinilai

adalah sikap peduli yang dilihat dari simpati dan empati siswa terhadap teman,

kesediaan membantu teman. Sikap tanggung jawab yang dilihat dari keaktifan

siswa dalam bekerja kelompok, melaksanakan tugas individu dengan baik, dan

menerima resiko dari tindakan yang dilakukan. Sikap disiplin diamati dengan

kehadiran siswa dalam pembelajaran, dan sikap siswa terhadap peraturan sekolah.

Sikap percaya diri dilihat dari sikap pantang menyerah dalam pemecahan masalah

serta diskusi, dan keberanian bertanya serta menyatakan pendapat.

Penilaian ranah afektif dilakukan menggunakan lembar observasi dengan 3

observer. Setiap siswa di kelas membuat nama dari kertas yang ditempel di

punggung siswa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan observer dalam melakukan

pengamatan ranah afektif masing-masing siswa. Penilaian sikap tanggung jawab

dan disiplin dilaksanakan selama pembelajaran materi redoks berlangsung

(pertemuan pertama sampai terakhir). Penilaian sikap percaya diri dan peduli

dilakkam pada pertemuan ke 3 dan ke 4, hal ini dikarenakan pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol sama-sama melakukan presentasi tata nama

senyawa dan mengulas kembali materi perkembangan konsep reaksi redoks dan

bilangan oksidasi unsur dalam senyawa ata ion.

3) Ranah Psikomotorik (Keterampilan)

Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang standar penilaian, pendidik

menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kerja, yaitu penilaian yang

menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan

menggunakan tes praktik, produk, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen

yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang

dilengkapi rubrik.

(1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan

melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan

kompetensi. Mengukur capaian pembelajaran yang berupa keterampilan

proses.

Page 31: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

18

(2) Produk adalah penilaian terhadap keterampilan siswa dalam

mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam wujud produk

dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan baik

dari segi proses maupun hasil akhir.

(3) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning by tasks) yang meliputi

kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun

lisan dalam waktu tertentu.

(4) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai

kumpulan seluruh karya siswa dalam bidang tertentu yang bersifat

reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,

dan/atau kreativitas siswa dalam kurun waktu tertentu.

Kemampuan psikomotorik berhubungan dengan kemampuan motorik,

manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi

badan sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya (Arikunto,

2009). Penilaian hasil belajar psikomotorik harus mencakup persiapan, proses,

dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada waktu siswa melakukan praktikum

yaitu pada saat proses berlangsung dan sesudah proses berlangsung. Penilaian

ranah psikomotorik berupa unjuk kerja siswa dalam melaksanakan praktikum

(Yuniarti dkk, 2014).

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan

mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu (Hamzah dkk, 2012). Jadi,

untuk menilai hasil belajar psikomotorik siswa dapat dilakukan dengan penilaian

unjuk kerja siswa dalam melaksanakan praktikum. Hasil belajar psikomotorik

siswa yang dinilai adalah persiapan siswa dalam melakukan praktikum,

persiapan alat dan bahan, penguasaan langkah-langkah praktikum, metode dan

prosedur dalam praktikum mengikuti urutan tertentu, keterampilan

menggunakan alat, keterampilan melakukan pengukuran, keterampilan

melakukan pengamatan objek, kebersihan alat dan tempat praktikum,

keterampilan dalam melaksanakan diskusi, kecakapan bekerjasama dalam

kelompok, dan pelaporan hasil praktikum (Yuniar & Widodo, 2015). Hasil

belajar psikomotorik yang dinilai dapat berkaitan dengan unjuk kerja yaitu

Page 32: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

19

penyiapan alat dan bahan, perangkaian alat dan bahan, kerjasama dalam

kelompok, pengumpulan data, kedisiplinan waktu, pembuatan kesimpulan, dan

aktivitas merapikan alat dan bahan setelah selesai pembelajaran (Pratiwi dkk,

2012). Teknik penilaian keterampilan yang digunakan dipilih dan disesaikan

sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4. Penelitian ini merujuk pada KD 4.11

yaitu merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil

percobaan redoks.

Berdasarkan uraian hasil belajar ranah psikomorik, dalam penelitian ini

yang dilakukan adalah unjuk kerja siswa yang berkaitan dengan ranah psikomorik

khususnya dalam melaksanakan praktikum. Unjuk kerja siswa yang dinilai dalam

pelaksanaan praktikum adalah menyiapkan alat dan bahan, menggunakan alat

dengan teknik yang benar, dan keterampilan melakukan presentasi. Penilaian

ranah psikomotorik melalui lembar observasi dengan 3 observer. Setiap siswa

menggunakan name tag untuk mempermudah observer dalam melakukan

penilaian. Pelaksanaan penilaian ranah psikomotorik oleh observer dilaksanakan

pada pertemuan ke 2. Penilaian ini dilaksanakan pada pertemuan ke 2 karena pada

pertemuan ini antara kelas eksperimen dan kelas kontrol membahas mengenai

reaksi perkaratan pada paku.

2.1.3.2 Indikator Hasil Belajar

Pada prinsipnya, hasil belajar dikatakan ideal jika segenap tiga ranah

psikologis mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman dan proses

belajar siswa. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam menguasai ilmu

pengetahuan pada suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui prestasinya. Siswa

dikatakan berhasil apabila prestasinya baik, begitupun sebaliknya.

Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur hasil belajar

siswa. Pendapat yang paling terkemuka adalah yang disampaikan oleh Bloom

yang membagi klasifikasi hasil belajar dalam 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik (Byram & Hu, 2013). Adapun menurut Moore (2014), ketiga ranah

hasil belajar tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1) Ranah kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

penciptaan, dan evaluasi.

Page 33: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

20

2) Ranah afektif, yaitu penerimaan, menjawab, penilaian, organisasi, dan

penentuan ciri-ciri nilai.

3) Ranah psikomotorik, yaitu fundamental movement, generic movement,

ordinative movement, dan creative movement.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator hasil

belajar terdiri ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah digunakan

untuk mengukur sejauh mana kompetensi siswa selama kegiatan belajar. Pada

penelitian ini, model pembelajaran yang peneliti terapkan dikatakan berpengaruh

pada ranah kognitif jika terdapat perbedaan nilai posttest yang signifikan antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditunjukan dengan uji statistik.

Berpengaruh pada ranah afektif dan psikomotorik jika hasil penilaian kelas

eksperimen pada kedua ranah tersebut memiliki kriteria lebih baik dibandingkan

kelas kontrol berdasarkan pedoman kriteria penilaian masing-masing ranah.

2.1.3 Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan ilmiah (scientific

approach). Pendekatan saintifik merupakan ciri khusus dari pelaksanaan

Kurikulum 2013. Menurut Kemdikbud (2013) pembelajaran dengan

pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk

memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai

materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana

saja, kapan saja, tidak bergantung informasi searah dari guru. Permendikbud

Nomor 81A Tahun 2013 dalam Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013 yang

menjelaskan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima

pengalaman belajar pokok, yakni mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

Page 34: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

21

saintifik merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Tujuan pendekatan

tersebut untuk memberikan pengalaman belajar pada siswa sehingga

pemahamannya pada materi yang dipelajari menjadi lebih baik. Kegiatan

pembelajaran meliputi mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

2.1.4 Problem Based Learning

2.1.5.1 Pengertian PBL

Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang disarankan

dalam implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan dalam

Permendiknas Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar

dan Menengah. Model Pembelajaran PBL adalah model pembelajaran yang

dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka

mahir dalam pemecahan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta

memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim (Kemdikbud, 2013).

Sumantri (2015) mendefinisikan PBL adalah suatu model pembelajaran

yang menggunakan masalah dalam kehidupan nyata sebagai aktivitas

pembelajaran, siswa harus menyelesaikan masalah untuk mendapatkan

pengetahuan dan konsep-konsep penting serta meningkatkan keterampilan

berpikir kritis Sejalan dengan pendapat tersebut, Moffit (dalam Rusman 2014)

mengemukakan bahwa PBL merupakan suatu model pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep penting dari materi pelajaran. Utrifani &

Turnip (2014) PBL merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk

memecahkan suatu masalah melalui tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat

mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan dan

mempunyai keterampilan memecahkan masalah. Langkah-langkah metode ilmiah

menurut Jujun (1984) meliputi: (1) Perumusan masalah, (2) penyusunan kerangka

berpikir dalam mengajukan hipotesis, (3) perumusan hipotesis, (4) pengujian

hipotesis, (5) penarikan kesimpulan.

Page 35: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

22

Dari uraian para ahli, dapat disimpulkan bahwa PBL adalah model

pembelajaran yang mengunakan masalah dunia nyata sebagai aktivitas

pembelajaran. Siswa harus menyelesaikan masalah tersebut untuk mendapatkan

pengetahuan dan konsep-konsep penting pada materi yang dipelajari.

Penyelesaian masalah dilakukan melalui tahap metode ilmiah.

2.1.5.2 Karakteristik PBL

Arends (dalam Suprijono, 2013) menjabarkan karakteristik pembelajaran

PBL sebagai berikut:

1) Permasalahan autentik. Siswa akan menghadapi masalah diberbagai

situasi dikehidupan nyata, yang jawabannya tidak sederhana.

Pembelajaran PBL menyajikan masalah nyata yang berasal dari

lingkungannya, yang penting secara sosial dan bermakna bagi siswa.

2) Fokus interdisipliner. Pemecahan masalah menggunakan pendekatan

fokus inter disipliner. Hal ini bertujuan agar siswa berpikir secara

struktual dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.

3) Investigasi autentik. Melalui masalah yang nyata, siswa diharuskan

melakukan investigasi autentik yaitu berusaha menemukan solusi riil.

Siswa diharuskan menganalisis dan menetapkan masalahnya,

mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan

menganalisis informasi yang didapatkan, melaksanakan eksperimen,

membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.

4) Produk. PBL menuntut siswa mengonstruksikan produk sebagai hasil

investigasi. Produk bisa berupa paper yang dideskripsikan dan

didemonstrasikan kepada orang lain.

5) Kolaborasi. Dalam pembelajaran PBL menekankan kolaborasi antar

siswa yang mendorong penyelidikan dan komunikasi bersama untuk

mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

2.1.5.3 Sintaks PBL

Sintaks model PBL menurut Arends (2008) terdiri dari 5 langkah, yaitu:

1) Memberikan orientasi masalah kepada siswa

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Page 36: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

23

3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Amir (2009) menyatakan terdapat 7 langkah pelaksaan PBL meliputi:

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep

2) Merumuskan masalah

3) Menganalisis masalah

4) Menata gagasan siswa dan secara sistematis menganalisisnya

5) Mengformulasikan tujuan pembelajaran

6) Mencari informasi tambahan (diluar diskusi kelompok)

7) Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasu baru, dan

membuat laporan untuk kelas.

Huda (2013) menyebutkan sintaks operasional PBL terdiri dari:

1) Pertama-tama ssiswa disajikan suatu masalah

2) Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah

kelompok kecil

3) Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah

diluar bimbingan guru.

4) Siswa kembali pada tutorial PBL, lalu saling berbagi informasi, melalui

peer teaching atau cooperative learning atas masalah tersebut

5) Siswa menyajikan solusi atas masalah

6) Siswa meninjau kembali apa yang mereka pelajari selama proses

pengerjaan dan kontribusinya terhadap proses tersebut.

Berdasarkan uraian sintaks PBL para ahli di atas memiliki beberapa

kesamaan yaitu adanya permasalahan, siswa menyelesaikan masalah dalam

kelompok, dan mempresentasikan hasilnya. Pelaksanaan pembelajaran dimulai

dengan memberikan permasalahan kepada siswa yang diselesaikan dalam

kelompok. siswa menyelesaikan masalah dengan melaksanakan praktikum dan

diskusi kelompok. Problem Based Learning yang diterapkan di SMAN 16

Semarang diintegrasikan dengan model NHT sehingga sintaks PBL yang

diterapkan sesuai dengan Arends yang langkah-lagkah pelaksanaannya lebih

Page 37: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

24

singkat, sintaks menurut Huda dan Amir langkah pelaksaannya lebih banyak

sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, sintaks PBL

yang diterapkan pada penelitian ini adalah: 1) Memberikan orientasi masalah

kepada siswa; 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok; 4) mengembangkan dan menyajikan

hasil karya; 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2.1.5.4 Kelebihan dan Kekurangan PBL

Al-Tabany (2014), menguraikan kelebihan PBL sebagai berikut:

1) Siswa lebih memahami konsep materi yang diajarkan

2) Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan melatih

keterampilan berpikir siswa lebih tinggi

3) Pembelajaran bermakna karena pengetahuan tertanam berdasarkan skema

yang siswa miliki

4) Siswa merasakan manfaat pembelajaran karena masalah dikaitkan

dengan kehiupan nyata

5) Melatih siswa menjadi lebih mandiri, dewasa dan menanamkan sikap

sosial yang postif di anatara siswa.

6) Menjadi jalan pencapaian ketuntasan belajar siswa melalui pengondisian

siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi dengan temannya.

Kekuangan dari model PBL sebagai berikut:

1) Membutuhkan alokasi waktu yang panjang

2) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif

Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah

satu model pembelajaran yang kini banyak diperhatikan adalah model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pada model pembelajaran ini

siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan

temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai

motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Artinya dalam pembelajaran ini siswa

aktif membangun pengetahuannya sendiri dan mereka bertanggung jawab atas

hasil pembelajarannya (Isjoni, 2009).

Page 38: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

25

Suprijono (2013) mengemukakan pembelajaran kooperatif tidak hanya

sekedar belajar dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif dapat

menumbuhkan pembelajaran efektif, dimana pembelajaran tersebut bercirikan (1)

memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti: fakta, keterampilan ,

nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, (2) pengetahuan, nilai

dan keterampilan yang didapatkan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Selain itu Johnson, dkk (2010) menyebutkan kompenen pembelajaran kooperatif

meliputi: (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi mendukung (tatap muka)

yang cukup besar; (3) melihat secara jelas tanggung jawab individual dan

tanggung jawab personal untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok; (4) sering

menggunakan kemampuan-kemampuan kelompok kecil dan interpersonal yang

relevan; dan (5) pemrosesan kelompok yang bertujuan meningkatkan efektivitas

anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk

mencapai tujuan kelompok.

Berdasarkan uraian para ahli, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada

aktifitas belajar kelompok. Dalam hal ini semua anggota kelompok harus

bertanggung jawab secara individu guna mencapai tujuan kelompok, sehingga

setiap anggota dituntut untuk saling berpartisipasi secara aktif.

2.1.7 Numbered Heads Together

2.1.7.1 Pengertian NHT

Numbered Heads Together adalah jenis pembelajaran kooperatif yang

pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan (1998). Model ini menekankan pada

struktur-struktur yang dirancang secara khusus untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa yang dikembangkan sebagai alternatif dari struktur kelas

tradisional (Al- Tabani, 2014). Sedangkan menurut Kagen (dalam Hamdayama,

2015) mengemukakan bahwa: pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah

satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik.

Page 39: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

26

Fathurrohman (2015) mengemukakan bahwa model NHT adalah model

pembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas siswa dalam mencari,

mengelola, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang kemudian

dipresentasikan di depan kelas. Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga

merupakan pembelajaran yang inovatif dalam strategi pembelajaran yaitu untuk

mengaktifkan keterlibatan siswa secara mandiri dan bekerjasama dalam proses

pemelajaran, melalui kegiatan pembelajaran yang beriorientasi pada penemuan,

pencarian dan kerjasama. Kegiatan pembelajaran ini memiliki dampak positif

dalam proses pembelajaran (Dewi, 2019).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model NHT

merupakan model pembelajaran yang mengutamakan aktivitas belajar siswa.

Model tersebut digunakan untuk memeriksa pemahaman siswa tentang materi

yang diajarkan melalui penomoran. Penerapan model NHT dalam pembelajaran

juga dapat melibatkan lebih banyak siswa karena setiap siswa berperan aktif

dalam pembelajaran.

2.1.7.2 Sintaks NHT

Lince (2016) sintaks dalam pembelajaran NHT meliputi:

1) Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri

dari 3-5 orang dan setiapa anggoa kelompok diberi nomor antara 1-5.

2) Mengajukan Pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

3) Berpikir bersama (Heads Together)

Siswa memulai diskusi untuk menemukan jawaban yang paling tepat dan

memastikan semua anggota kelompok paham dengan jawabannya.

4) Menjawab (Answering)

Guru memanggil sebuah nomor dan siswa yang nomornya sesuai

mengangkat tangan dan menjawab pertayaan/mempresentasikan hasil

diskusi kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran NHT menurut Hamdayama (2015) adalah sebagai

berikut:

Page 40: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

27

1) Persiapan

Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja

Siswa (LKS).

2) Pembentukan Kelompok

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang masing-masing

beranggotakan 3-5 siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam

kelompok.

3) Tiap kelompok memiliki buku sumber belajar

Setiap siswa harus memiliki buku sumber belajar agar memudahkan siswa

dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang guru berikan.

4) Diskusi masalah

Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan

didiskusikan. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk

menyelesaikan tugas dan memastikan setiap anggota kelompok memahami

jawaban dari tiap pertanyaan.

5) Memanggil nomor anggota

Guru menyebut satu nomor dan siswa dari tiap kelompok yang memiliki

nomor yang guru sebutkan mengangkat tangan, kemudian menjawab

pertanyaan.

6) Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan

yang disajikan.

Suyatno (2009) menyebutkan langkah-langkah dalam pembelajaran NHT

meliputi:

1) Mengarahkan.

2) Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu.

3) Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi

untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan

nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok.

4) Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama

sesuai dengan tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas.

Page 41: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

28

5) Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan siswa.

6) Mengumumkan hasil diskusi dan memberikan pernghargaan.

Berdasarkan uraian sintaks NHT dari para ahli di atas memiliki beberapa

kesamaan yaitu adanya penomoran dan siswa menyelesaikan tugas melalui

diskusi kelompok kemudian di presentasikan berdasarkan nomor yang di panggil

oleh guru. Numbered heads together yang diterapkan di SMAN 16 Semarang

diintegrasikan dengan model PBL sehingga sintaks NHT yang diterapkan sesuai

dengan Lince untuk mempersingkat waktu, sintaks menurut Suyatno dan

Hamdayama langkah pelaksaannya lebih banyak sehingga membutuhkan waktu

yang lebih lama. Oleh karena itu, sintaks NHT yang diterapkan pada penelitian

ini adalah: 1) penomoran; 2) mengajukan pertanyaan; 3) berpikir bersama; 4)

menjawab.

2.1.7.3 Kelebihan dan Kekurangan

Hamdani (2011) memaparkan kelebihan dan kekurangan model NHT. Kelebihan

model NHT adalah sebagai berikut:

1) Setiap siswa mempersiapkan diri untuk belajar

2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3) Siswa yang pandai dapat membantu siswa yang belum memahami materi.

Kekurangan model NHT adalah sebagai berikut:

1) Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru

2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.1.8 Tinjauan Tentang Kompetensi Redoks

Dalam kurikulum 2013 untuk SMA kompetensi redoks masuk dalam

kompetensi kimia SMA kelas X semester genap. Kompetensi tersebut terdiri atas

perkembangan konsep redoks,bilangan oksidasi, reaksi reduksi oksidasi, serta tata

nama senyawa organik dan anorganik sederhana.

Adapun kompetensi yang harus dicapai oleh siswa dalam rangka pencapaian

kompetensi redoks yaitu:

1) Siswa mampu menganalisis perkembangan konsep redoks

2) Siswa mampu menganalisis perbedaan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi

Page 42: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

29

3) Menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion pada reaksi

redoks

4) Siswa mampu menganalisis aturan nama senyawa menurut IUPAC

5) Siswa mampu menerapkan aturan nama IUPAC untuk penamaan senyawa

organik dan anorganik sederhana

6) Siswa mampu merencanakan, dan melaksanakan percobaan sederhana reaksi

redoks

7) Siswa mampu menjelaskan dan mempresentasikan hasil percobaan

sederhana reaksi redoks

2.1.9 Pelaksanaan Pembelajaran PBL Terintegrasi NHT pada Materi Redoks

Model PBL terintegrasi NHT merupakan pembelajaran yang menyajikan

permasalahan realistik sebagai awal proses belajar dan pembelajaran

mengutamakan aktivitas siswa untuk meninjau materi yang baru dibahas, serta

memeriksa pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan melalui adanya

penomoran. Sintaks pembelajaran PBL terintegrasi NHT disajikan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran PBL Terintegrasi NHT

Sintaks PBL Sintaks NHT Langkah pembelajaran PBL terintegrasi NHT

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Penomoran Guru membagi

siswa kedalam

kelompok 3-5

orang dan setiap

kelompok diberi

nomor 1-5.

Siswa membentuk

kelompok diskusi,

masing-masing

kelompok terdiri dari 1-5

siswa.

Orientasi siswa

pada masalah

Mengajukan

pertanyaan

Guru memberikan

masalah dalam

kehidupan nyata

kepada siswa

Siswa memahami

masalah yang diberikan

Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru menjelaskan

masalah, dan

memfasilitasi siswa

untuk

menyelesaikan

masalah

Siswa menyimak

penjelasan guru

Lanjutan tabel 2.1

Page 43: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

30

Sintaks PBL Sintaks NHT

Langkah pembelajaran PBL terintegrasi

NHT

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Membimbing

penyelidikan

individual maupun

kelompok

Berpikir

bersama

Guru membimbing

jalannya diskusi

dan penyelidikan

dalam upaya

menyelesaikan

masalah dan

memberi bantuan

kepada siswa yang

mengalami

kesulitan.

Siswa secara

berkelompok

menyelesaikan

permasalahan dengan

diskusi dan/atau

penyelidikan

Mengembangkan

dan menyajikan

hasil karya

Menjawab Guru memanggil

salah satu nomor

siswa dari tiap

kelompok

Siswa yang nomornya

dipanggil oleh gru

maju ke depan kelas

untuk

mempresentasikan

hasil

diskusinya/menjawab

pertanyaan

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru mengevaluasi

proses pemecahana

masalah dan

mengarahkan siswa

untuk menarik

kesimpulan

Siswa menyimak

evaluasi guru dan

bersama-sama

menarik kesimpulan

Pelaksanaan pembelajaran PBL terintegrasi NHT pada materi redoks meliputi

kegiatan, yaitu:

Fase - 1: Penomoran (NHT)

Pada tahap ini, guru memulai pelajaran dengan memberikan salam pembuka,

menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, dan menjelaskan model

pembelajaran yang akan digunakan. Guru membagi siswa kedalam kelompok

yang terdiri dari 3-5 orang dan setiap kelompok diberi nomor 1-5 atau sejumlah

anggota kelompok.

Fase – 2 : Orientasi siswa pada masalah (PBL) dan mengajukan pertanyaan

(NHT)

Page 44: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

31

Kegiatan pada tahap ini, guru mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari sesai dengan materi redoks melalui lembar kerja siswa.

selain itu guru juga meminta siswa untuk mempelajari masalah tersebut dan

menyelesaikan secara berkelompok. Misalnya permasalahan yang diberikan

kepada siswa sebagai berikut. “Mengapa kebakaran hutan dapat terjadi?”

Fase – 3 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar (PBL)

Kegiatan pada tahap ini guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan

kelompoknya masing-masing. Guru membimbing siswa untuk aktif dalam

pembelajaran dan mengorganisasikan siswa untuk menyelesaikan masalah

Fase – 4 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok (PBL)

dan berpikir bersama (NHT)

Tahap ini, siswa melakukan diskusi dan mencari literatur untuk menyelesaikan

permasalahan dalam kelompoknya sesuai lembar kerja siswa yang telah diberikan.

Guru membimbing jalannya diskusi dan memberi bantuan kepada

siswa/kelompok yang mengalami kesulitan.

Fase – 5 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (PBL) dan

menjawab (NHT)

Kegiatan pada tahap ini guru memanggil salah satu nomor siswa dari tiap

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, serta memberikan

kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi. Kegiatan ini berguna untuk

memeriksa pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.

Fase – 6 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (PBL)

Tahap ini guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil

penyelesaian masalah yang sudah dilakukan. Guru mengarahkan siswa untuk

menarik kesimpulan.

2.2 Kajian Empiris

Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya terkait dengan

model PBL dan NHT. Hasil penelitian tersebut antara lain:

Penelitian Trihatmo, dkk (2011) bahwa model PBL berpengaruh terhadap

hasil belaajr siswa dengan konribusi sebesar 33, 69%. Kelas eksperimen memiliki

presentase ketuntasan belajar klasikal 93,8% dan kontrol 85%. Aspek

Page 45: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

32

psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 81,98% sedangkan kelas kontrol

79,31%.

Hasil penelitian Wasonowati (2014) menunjukan proses belajar yang

ditinjau dari aktivitas siswa dengan model PBL dilengkapi LKS dalam penerapan

kurikulum 2013 dikategorikan baik dengan rata-rata 82,71 dan presentase

ketercapaian siswa sebesar 81,25%, kemudian hasil belajar siswa pada ranah

pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dengan model PBL dilengkapi

dengan LKS dalam penerapan kurikulum 2013 dikategorikan baik dengan rata-

rata nilai berturut-turut adalah 81; 83; dan 79.

Penelitian lain dilakukan Zakiyah (2017) hasil penelitian menunjukan

siswa lebih aktif selama proses pembelajaran dengan diterapkan model PBL. Hal

itu terlihat dari presentase rata-rata penilaian perkelompok dengan nilai tertinggi

94% dan terendah 78%. Selanjutnya terdapat peningkatan hasil belajar siswa

dengan hasil penilaian rata-rata pada tes awal yaitu 56,72 sedangkan nilai rata-

rata pada tes akhir sebesar 86,36. Hasil uji-t pada taraf signifikan 0,05 bahwa

ttabel = 2,08 dan thitung = 20,42 sehingga terbukti thitung > ttabel.

Penelitian terbaru dilakukan oleh Siregar (2019) menunjukan bahwa

aktivitas belajar siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan model PBL

mengalami peningkatan mulai dari siklus I ke siklus II dan optimal pada siklus II,

dimana hampir semua jenis aktivitas memiliki rata-rata diatas 70%. Hasil belajar

siswa pada kekas eksperimen yaitu XII MIPA 5 mengalami peningkatan setelah

diterapkannya model PBL, hal itu terlihat dari meningkatnya daya serap rata-rata

dan daya serap klasikal siswa dari siklus I ke siklus II. Kemudian tanggapan dan

sikap siswa terhadap model PBL yang diterapkan sangat positif.

Penelitian yang dilakukan Qurniawati, menunjukan peningkatan prestasi

belajar Hidrokarbon siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta yang diterapkan metode

NHT dengan media kartu pintar dibandingkan dengan kelas yang menerapkan

metode ceramah. Hal ini terlihat dari rata-rata selisih, yaitu kenaikan prestasi

belajar aspek kognitif kelas eksperimen (59,5000) lebih tinggi dari rata-rata

selisih nilai postest dan pretest aspek kognitif kelas kontrol (52,6786) serta rata-

rata nilai afektif untuk kelas eksperimen (119,5000) lebih tinggi daripada rata-

Page 46: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

33

rata nilai afektif kelas kontrol (109,6786). Selain itu, berdasarkan hasil uji t-

pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif dan afektif diperoleh thitung lebih besar

daripada ttabel. Untuk prestasi kognitif thitung (4,3229) lebih besar daripada ttabel

(1,6740) dan untuk prestasi afektif thitung (2,0636) lebih besar daripada ttabel

(1,6740).

Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh (2015) menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan model NHT

dengan siswa yang dibelajarkan model STAD. Siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan NHT mempunyai rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi

yaitu sebesar 91,7233 dibandingkan dengan siswa yang menggunakan

pembelajaran STAD dengan nilai rata-rata sebesar 87,2727. Hal ini dibuktikan

dari siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran. Adanya variasi dari

karakteristik kelompok diskusi dengan guru menunjuk secara acak nomor siswa,

membuat siswa menjadi lebih bertanggung jawab dalam diskusi kelompok.

Penelitian yang dilakukan Anggraheni (2014) menunjukkan bahwa model

pembelajaran PBL dan NHT memilki hasil belajar yang sama baiknya. Hal ini

ditunjukkan dari perhitungan hasil uji analisis variansi dua jalan yang

menghasilkan H0 diterima sehingga tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara

kelas yang diterapkan model NHT dengan kelas yang menerapkan model PBL.

Hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, dapat mendukung penelitian

yang dilakukan peneliti sehingga dapat diketahui bahwa model PBL terintegrasi

NHT berpengaruh pada hasil belajar siswa kelas X SMAN 16 Semarang materi

reaksi redoks.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran kimia dapat berjalan dengan efektif jika guru mampu

menciptakan suasana dan kondisi belajar yang menyenangkan, strategi belajar

yang menarik, serta menghasilkan hasil belajar yang baik. Namun, proses

pembelajaran kimia yang ada di kelas X SMA Negeri 16 Semarang kurang

maksimal karena kurangnya variasi dalam pengajaran di kelas yang

menyebabkan tingkat pemahaman siswa tergolong rendah dan minat belajar

siswa kurang. Sehingga nilai belajar siswa belum mencapai ketuntasan klasikal.

Page 47: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

34

Permasalahan yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kimia yang berlangsung belum dapat dikatakan efektif. Oleh

karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang membuat siswa aktif

selama pembelajaran dan mengaitkan materi yang di ajarkan dengan skema yang

dimiliki siswa. Salah satu usaha yang dilakukan dengan mengintegrasikan model

pembelajaran PBL dan NHT. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini

sebagai berikut:

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, dapat di rumuskan hipotesis penelitian

yaitu: PBL terintegrasi model NHT berpengaruh positif pada hasil belajar siswa X

SMA Negeri 16 Semarang materi reaksi reduksi oksidasi.

Pengajaran kimia di kelas kurang bervariasi

Siswa kurang memahami kompetensi reaksi redoks

dengan baik

Hasil belajar siswa rendah

Model Problem Based Learning (PBL)

terintegrasi Numbered Head Together (NHT)

Terdapat pengaruh PBL terintegrasi model NHT pada hasil

belajar siswa kelas X SMA Negeri 16 Semarang materi

redoks

Gambar 2. 1. Skema Kerangka Bepikir

Page 48: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

71

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Problem Based Learning terintegrasi model Numbered Heads Together

berpengaruh positif pada hasil belajar siswa kelas X SMAN 16 Semarang

materi redoks.

2. Besarnya pengaruh Problem Based Learning terintegrasi model Numbered

Heads Together pada hasil belajar siswa kelas X SMAN 16 Semarang materi

redoks ranah kognitif adalah 17,7%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

memberikan saran:

1. Proses pembelajaran harus dijelaskan pada siswa secara detail agar siswa

dapat dengan mudah menyesuaikan diri terhadap model pembelajaran yang

diterapkan .

2. Mengalokasikan waktu dengan baik ketika menerapkan model pembelajaran

agar tidak kekurangan jam pelajaran.

3. Bagi siswa yang pemalu, tahap presentasi menjadi tahap yang ditakuti siswa,

karena peneliti memilih secara acak. Oleh karena itu, sebaiknya peneliti

memberikan kesmpatan secara berkelompok terlebih dahulu, misalnya

presentasi pada pertemuan pertama siswa maju berdua kemudian pada

presentasi pertemuan selanjutnya secara inividu.

Page 49: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

72

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrahman. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Ajeng, U., & Betty M. T. (2014). Pengaruh model pembelajaran problem based

learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kinematika gerak

lurus kelas x sma negeri 14 medan tp 2013/2014. Jurnal InpafI, 2(4).

Al-Tabany, & Trianto, I. B. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-

Progresif dan Konstektual. Jakarta: Kencana.

Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching,

and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives.

New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Anggraheni, dkk. (2014). Eksperimentasi model pembelajaran problem based

learning dan cooperative learning tipe numbered heads together (NHT)

pada materi aritmatika sosial ditinjau dari gaya belajar siswa kelas VII

Sekabupaten Pacitan. Jurnal Elektrinik Pembelajaran Matematika, 2(4),

422-430.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arrends, R. I. (2008). Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azizan, M.T., dkk. (2017). Improving teamwork skills and enhancing deep

learning via development of board game using cooperative learning

method in Reaction Engineering course. Instution of Chemichal Engineers.

Elsevier: Malaysia, 22. 1-13.

Bishop, A., Yopp, R. H., & Yopp, H. K. (2009). Vocabulary Instruction for

Academic Success. Hustington Beach: Shell Education.

Brody, C. M., & Davidson, N. (1998). Professional Development for Cooperative

Learning: Issues and Approaches. New York: State University of New

York Press.

Budiningsih. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Page 50: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

73

Darmiyanti, W., dkk. (2017). Analisis model mental siswa dalam penerapan

model pembelajaran learning cycle 8e pada materi hidrolisis garam. Jurnal

Riset Pendidikan Kimia, 1(1), 38-51.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.

Dewi, I. K., dkk (2019). Pengaruh model numbered head together berbantu media

audio visual terhadap pemahaman konsep. Seminar Nasional Pendidikan,

FKIP UNMA 2019: “Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan

Lokal pada Era Revolusi Industri 4.0”, 8 Agustus 2019, 847-855.

Dimyati & Mudjiono. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Djamaroh. S. B.& Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Garcia, dkk. (2015). Metacognitive knowledge and skills in students with deep

approach to learning. evidence from mathematical problem solving.

Revista de Psicodidactica, 20(2), 209- 226.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hamdaya, J. (2015). Model dan metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter .

Bogor. Ghalia Indonesia.

Hamzah, dkk (2013). Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafy, M. S. (2014). Konsep belajar dan pembelajaran. Lentera Pendidikan,

17(1), 66-79.

Hariyanto & Muchlas S. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Indira, C. (2014). Best-practices pendekatan saintifik pada pembelajaran kimia di

sma negeri 4 sampit. Jurnal Kaunia, 10 (2), 141-151.

Isjoni, (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi

Antar Siswa. Yogjyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnson, dkk. (2010). Colaborative Learning: Strategi Pembelajaran untuk

Sukses Bersama. Penerjemah: Narurita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Jujun, S. S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar

Harapan..

Page 51: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

74

Kemendikbud. (2013). Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar .

Jakarta.

Ketut, R. I. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

Ketrampilan Berpikir Kritis ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. Artikel

Tesis Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Undiksha,

Singaraja.

Lince, R. (2016). Creative thinking ability to increase student mathematical of

junior high school by applying models numbered heads together. Journal

of Education and Practice, 7(6), 206-212.

Machin, A., (2014). Implementasi pendekatan saintifik, penanaman karakter dan

konservasi pada pembelajaran materi pertumbuhan. Jurnal Pendidikan

IPA Indonesia, 2(1), 28–35.

Muhibin, S. (2011). Pisikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Munawaroh. (2015). The comparative study between the cooperative learning

model of numbered heads together (nht) and student team achievement

(stad) to the learning achievement in social subject. IOSR Journal of

Research & Method in Education, 5 (1), 24-33.

Nurcahyani , A. N., dkk. (2012). Efektivitas metode pembelajaran stad berbasis

sets berbantuan macromedia flash terhadap prestasi belajar siswa pada

materi pokok perubahan fisika dan kimia kelas vii semeseter genap smp

negeri 14 surakarta tahun ajaran 2010/2011. Jurnal Pendidikan Kimia,

1(1), 19-25.

Noorhidayati, dkk. (2018). Penerapan kombinasi model pembelajaran pbl dan nht

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep fungi.

QUANTUM: Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 9(2), 144-149.

Permendikbud (2013). Peraturan menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66

tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Permendikbud (2014). Peraturan menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104

tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan

Dasar dan Pendidikan Menengah.

Premiawan, I., K. (2014). Pengaruh model pembelajaran kooperatif iinside ouside

circle berbasis problem based solving terhadap capaian kompetensi terkait

hidrokarbon kelas X. Skripsi Pendidikan Kimia Universitas Negeri

Semarang.

Page 52: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

75

Premiawan, I., K. (2018). Penerapan model pembelajaran kooperatif inside ouside

circle berbasis problem based learning terhadap hasil belajar siswa. Tesis

Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Qomari, R. (2008). Pengembangan instrumen evaluasi domain afektif. Pemikiran

Alternatif Pendidikan, 13(1), 87-109.

Qurniawati, A. (2013). Efektivitas metode pembelajaran kooperatif tipe numbered

head together (nht) dengan media kartu pintar dan kartu soal terhadap

prestasi belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon kelas x semester

genap sma negeri 8 surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Jurnal

Pendidikan Kimia, 166-174.

Rifai, A. & Catharina, T. A. (2012). Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES

PRESS.

Rodriguez, M. R. Del, C., dkk. (2015). Cooperative learning in the

implementation of teaching chemistry (didactic instrumenation) in

engineering in México. Procedia - Social and Behavioral Sciences.

Elsevier: Mexico, 174, 2920-2925.

Rusman. (2014). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajara untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Cet 8. Bandung:

Alfabeta.

Saleh, M. (2012). Pembelajaran kooperatif dengan pmr. Jurnal Pendidikan

Serambi Ilmu, 13 (2), 51-59.

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Siregar, S. B. (2019). Penerapan model problem based learning (pbl) untuk

meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas xii mipa 5 sma negeri 17

bandung. Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(9), 132-140.

Siew, N. M., Chin, M. K., Sombuling, A. (2017). The Effects of problem based

learning with cooperative learning on preschooler’s scientific creativity.

Journal of Baltic Science Education, 16, 100-112.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Slavin, R. E. (1994). Educational Psychology: theory into practice. USA: Allyn

and Bacon.

Page 53: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

76

Sofyan, H., Komariah, K. (2016). Pembelajaran problem based learning dalam

implementasi kurikulum 2013 di smk. Jurnal Pendidikan Vokasi, 6(3),

260-271.

Sudarmin. (2015). Model Pembelajaran Inovatif Kreatif. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.

Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru

Algensindo.

Sudjana, N. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sujatmika, S. (2016). Pengaruh metode pembelajaran problem based learning

terhadap prestasi belajar ditinjau dari gaya belajar dan kemandirian. Jurnal

Sosiohumaniora, 116-123.

Sumantri, M. S. (2015). Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat

Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Press.

Sumarti, S., dkk. (2015). Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis inkuiri

terbimbing untuk melatih literasi sains siswa. Pendidikan Sains

Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, 5(1), 822-829.

Sumarti, S.S., dkk. (2015). The development of lecture model of chemical

education management based on lesson study to improve chemistry

teacher candidates’ professionalism. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 4

(1), 11-14.

Suprijono, A. (2013). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suprijono, A. (2015). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suriasumantri, J. S. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Pestaka Sinar Harapan.

Susanto, A. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Utrifani, A., & Turnip, B.M. (2014). Pengaruh model pembelajaran problem

based larning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kinematika

Page 54: PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MODEL

77

gerak lurus kelas x sma negeri 14 medan t.p.2013/2014. Jurnal Inpafi, 2

(2) 9-16.

Wardani, S. (2008). Pengembangan keterampilan proses sains dalam

pembelajaran kromatografi lapis tipis melalui praktikum skala mikro.

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2(2), 317-322.

Wasonowati, R. R. T., Redjeki, T. & Ariani, S. R. D. (2014). Penerapan model

problem based learning (pbl) pada pembelajaran hukum - hukum dasar

kimia ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar siswa kelas x ipa sma negeri

2 surakarta tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),

3(3), 66-75

Widhiarso, W. (2012). Tanya jawab tentang uji normalitas. Yogyakarta: FP UGM

Widodo, A. T. (2011). Pembelajaran Inovatif Bidang Sains. Semarang: Unnes

Press.

Wijayati, N., dkk (2008). Penggunaan model pembelajaran number head together

untuk meningkatkan hasil belajar kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,

2 (2), 281-286.

Yuniar, T.E. & Widodo. (2015). Problem based learning berpendekatan seven

jumps untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Chemistry in Education,

4(1), 1-7.

Yuniarti, dkk. (2014). Pengembangan instrumen penilaian psikomotorik pada

pelaksanaan praktikum fisika siswa kelas x sma negeri 5 purworejo tahun

pelajaran 2013/2014. Jurnal Radiasi, 5(1), 77-81.

Yusof, K., dkk. (2012). Cooperative problem-based learning (cpbl): framework

for integrating cooperative learning and problem-based learning.

International Conference on Teaching and Learning in Higher Education

(ICTLHE 2012) in conjunction with RCEE & RHED 2012. Elsevier:

Universiti Teknologi Malaysia.

Zakiyah, H. & Ulfa N. (2017). Pengaruh model pembelajaran pbl (problem based

learning) terhadap hasil belajar siswa pada materi bahan kimia dalam

kehidupan sehari-hari. Lantanida Journal. 5(02), 93-196

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam

Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.