pendidikan karakter dalam tafsir al …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd...

82
i PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL-QUR’AN SURAT ALI IMRAN AYAT 133 -136 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Ahmad Mudasir NIM: 11112162 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: truongdat

Post on 06-Sep-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

i

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR

AL-QUR’AN SURAT ALI IMRAN AYAT 133 -136

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ahmad Mudasir

NIM: 11112162

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

ii

Page 3: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

i

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR

AL-QUR’AN SURAT ALI IMRAN AYAT 133 -136

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ahmad Mudasir

NIM: 11112162

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 4: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

ii

Page 5: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

iii

Page 6: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

iv

Page 7: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

سضب هللا ف سضب ااذه عخظ هللا ف عخظ ااذه

“Keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orangtua dan kemurkaan Allah

tergantung kepada kemurkaan keduanya.”

Persembahan

Untuk Bapak dan Ibuku (Bapak Nurfauzi dan Ibu Asrifah)

Mas, mbak, adik dan keponakan (Mas Muharrom, Mas Khamim, adek mudhofir,

Anindita, Feri Kurniawan, Khakim Lutfil)

Untuk sahabat-sahabatku dan teman spesialku (Muhammad Kholik, Khamidun,

Ali, Kang tarmo, Adhikara, Intan, Hasan cilikan, Camplung, Kasibok)

Untuk teman-teman seperjuangan PAI E dan teman-teman angkatan 2012

Page 8: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hifdayah-Nya

skripsi dengan judul Pendidikan Karakter dalam Tafsir Al-Qur’an Surat Ali

Imran Ayat 133-136 bisa diselesaikan.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari

berbagai piak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah

skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak terima kasih setulusnya

kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Bapak H. Ahmad Agus Suaidi, MA. selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

4. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga.

5. Bapak Winarno, M, Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna.Oleh

karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya.

Amin Ya Robbal ’Alamin

Salatiga, 5 Maret 2017

Penulis

Page 9: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

vii

ABSTRAK

Mudasir, Ahmad. 2017. Pendidikan Karakter dalam Tafsir Al-Qur’an Surat

Ali Imran Ayat 133 sampai 136 . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam

Negeri Salatiga. Pembimbing H. Agus Ahmad Suaidi, MA.

Kata kunci: Pendidikan, Karakter

Penelitian ini membahas tentang pendidikan karakter yang terkandung

dalam tafsir al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 133 sampai 136. Fokus penelitian

ini meliputi: 1) Bagaimanakah konsep pendidikan karakter menurut al-Qur‟an

surat Ali Imran ayat 133-136? 2) Bagaimanakah aktualisasi pendidikan

karakter dalam kehidupan sehari-hari menurut al-Qur‟an surat Ali Imran ayat

133-136?

Penelitian yang digunakan oleh peneliti ini termasuk dalam jenis

penelitian literatur, atau penelitian kepustakaan/library research, baik berupa

buku, catatan maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu. Dalam

hal ini penulis mengumpulkan data skripsi ini dengan mengacu pada sumber-

sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

literatur ini, penulis mengacu beberapa sumber yang sesuai dengan topik yang

bersangkutan, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primernya

yaitu Al-Qur‟an dan Hadist Nabi yang berkaitan dengan pendidikan karakter.

Sedangkan sumber sekundernya yaitu tafsir Al-Qur‟an yang berkaitan dengan

pendidikan karakter dan buku para ahli yang berkaitan dengannya. Teknik

pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi, sedangkan analisis

datanya menggunakan metode diskriptif analisis dan metode induktif.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa konsep pendidikan

karakter dalam tafsir al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 133 sampai 136 adalah

pendidikan karakter yang ditanamkan kepada peserta didik dalam membentuk

kepribadian yang baik bagi mereka dan menyempurnakan diri peserta didik

secara terus-menerus dengan selalu bergegas dalam kebaikan. Dan aktualisasi

pendidikan karakter mengenai tafsir surat Ali Imran ayat 133-136 dalam

kehidupan sehari-hari peserta didik antara lain: 1) Pendidik menanamkan

kepada peserta didik agar membiasakan menginfakkan hartanya dan harus

didasari lillahi ta‟ala. 2) Peserta didik dapat memanage emosi, dan pendidik

senantiasa menumbuhkan rasionalitas kepada peserta didik untuk mengalahkan

emosi. 3) Pendidik menanamkan toleransi kepada peserta didik agar

memaafkan kesalahan orang lain dan memiliki kemuliaan jiwa. 4) Peserta

didik memiliki kesadaran untuk cepat mengkoreksi diri dan cepat memperbaiki

diri 5) Peserta didik dapat membiasakan diri berbuat kebaikan yang berlebih

seperti yang disebutkan di atas.

Page 10: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 4

C. Tujuan Pembahasan .................................................................. 4

D. Manfaat Hasil Penelitian .......................................................... 5

E. Definisi Operasional ................................................................. 6

F. Metode Penelitian .................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter ................................................................. 11

1. Pengertian Pendidikan Karakter ......................................... 11

2. Aliran-Aliran Pendidikan ................................................... 16

3. Tujuan Pendidikan .............................................................. 19

4. Tujuan Pendidikan Karakter ............................................... 21

5. Urgensi Pendidikan Karakter ............................................. 23

B. Karakter atau Akhlak dalam Al-Qur‟an ................................... 25

1. Karakter dan Akhlak .......................................................... 25

2. Al-Qur‟an Sebagai Rujukan Karakter ................................ 27

Page 11: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

ix

BAB III TAFSIR SURAT ALI IMRAN AYAT 133 SAMPAI 136

A. Surat Ali Imran ayat 133 sampai 136 ....................................... 31

B. Tafsir Surat Ali Imran Ayat 133-136 menurut Tafsir Ibnu

Katsir dan Tafsir Quraisy Shihab ............................................. 33

C. Tafsir Surat Ali Imran ayat 133-136 menurut Tafsir Al-

Maraghi dan Tafsir An-Nur ...................................................... 43

BAB IV PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR SURAT ALI IMRAN

AYAT 133 SAMPAI 136

A. Konsep Pendidikan Karakter Menurut Al-Qur‟an Surat Ali

Imran Ayat 133-136 ................................................................. 52

B. Aktualisasi Pendidikan Karakter Dalam Kehidupan Sehari-

Hari Menurut Al-Qur‟an Surat Ali Imran Ayat 133-136 ......... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 62

B. Saran ........................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Penunjukan Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 SKK

Lampiran 3 Lembar Konsultasi

Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

Page 12: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu cara untuk menciptakan generasi

penerus bangsa yang bermartabat. Dengan pendidikan yang benar dan

berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang

selanjutnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral (Muhammad,

2003: 5). Tetapi walaupun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki

kualitas dan fasilitas yang memadai, namun institusi-institusi tersebut

masih belum mencetak individu-individu yang beradab. Sehingga, tujuan

pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab

terabaikan. Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan

nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Justru yang

terjadi adalah kondisi yang sebaliknya.

Pendidikan di dunia Islam saat ini mengalami krisis yang

menyebabkan kemunduran. Para pemerhati pendidikan telah menganalisis

beberapa sebab terjadinya kemunduran itu, di antaranya karena

ketidaklengkapan aspek materi, terjadinya krisis sosial masyarakat dan

krisis budaya, serta hilangnya qudwah hasanah (teladan yang baik),

akidah shahihah, dan nilai-nilai islami. (Syafri, 2012: 1). Budaya barat

juga sangat berpengaruh pada kehidupan manusia yang menjadikan

mereka seperti tidak membutuhkan pendidikan agama, sehingga bisa

merusak moral dan perilaku seseorang.

Page 13: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

2

Melihat beberapa kasus pelanggaran moral dan akhlak yang terjadi

pada peserta didik, tampak jelas tidak tertanamnya dengan baik mana

akhlak yang mesti dijadikan karakter dan mana akhlak yang terlarang. Jika

pendidikan akhlak dibangun berdasarkan worldview yang benar, metode

yang tepat, dan praktik yang integral pada setiap proses pendidikannya,

maka bangunan karakter anak didik akan mudah terbentuk (Syafri, 2012:

7). Jadi, dapat dikatakan bahwa untuk memperbaiki nilai-nilai moral dan

akhlak seseorang, perlu adanya pendidikan karakter yang ditanamkan

kepada para peserta didik.

Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal

positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter

siswa yang diajarnya. Menurut Winton, pendidikan karakter adalah upaya

sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-

nilai kepada para siswanya (dalam Samani dan Hariyanto, 2011: 43).

Dalam makna yang sempit, pendidikan karakter dimaknai sebagai sejenis

pelatihan moral yang merefleksikan nilai tertentu, misalnya

diaktualisasikan dalam bentuk sedekah, memaafkan kesalahan orang lain,

menahan amarah, bertaubat dan sebagainya.

Salah satu pemikir pendidikan karakter kontemporer, Thomas

Lickona misalnya, memiliki pandangan bahwa pendidikan karakter dan

pendidikan agama semestinya dipisahkan dan tidak dicampuradukkan.

Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain,

tanggung jawab pribadi, perasaan senasib sependeritaan (public

Page 14: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

3

copassion), pemecah konflik secara damai, merupakan nilai-nilai yang

semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter. (Majid dan Andayani,

2011: 61).

Persoalan kehancuran moral bangsa tidak dapat diatasi dengan

berdoa atau hanya dengan membaca kitab suci. Oleh karena itu, gagasan

Lincona yang masih relevan bagi kita adalah bahwa dalam melaksanakan

pendidikan karakter, terlebih berkaitan dengan pendidikan agama, kita

tidak boleh berhenti pada pengembangan nilai keagamaan yang sifatnya

ritual (Majid dan Andayani, 2011: 64).

Manusia dengan potensinya juga diberi kesempatan memilih.

Manusia bukan robot yang bisa dibentuk, tetapi makhluk yang bisa

dipengaruhi, diarahkan, dan dididik. Namun, manusia sering salah

memilih karena kesalahan pembinaan manusia itu sendiri (Syafri, 2012:

33). Apabila sejak dini peserta didik mulai diberikan arahan-arahan yang

baik, dididik agar memiliki karakter yang baik, pasti mereka akan terbiasa

dengan perilaku yang baik. Untuk itu, proses pendidikan ditempatkan

sebagai misi utama dalam Al-Qur‟an untuk mengenalkan tugas dan fungsi

manusia itu sendiri. Al-Qur‟an meskipun bukan tergolong ilmu

pengetahuan, namun seluruh ayatnya memuat prinsip-prinsip pendidikan

sebagai pegangan manusia untuk dipelajari.

مخمه ( 1ام) ذ ب ف ىخب ال س (2) ره ا

“Alif laam miim. Kitab (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya;

petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 1-2)

Page 15: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

4

Menurut Syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa‟adi, Al-Qur‟an

memiliki dua macam petunjuk; Pertama, berupa perintah, larangan, dan

informasi tentang perbuatan yang baik menurut syari‟at atau ‘urf

(kebiasaan) yang berdasarkan akal, syari‟at dan tradisi. Kedua,

menganjurkan manusia memanfaatkan daya nalarnya untuk melakukan

sesuatu yang bermanfaat. Ayat-ayat Al-Qur‟an sangat membangun

karakter atau akhlak. Beberapa di antaranya adalah pengarahan agar umat

manusia berakhlakul karimah, bisa dilihat pada beberapa surah dan ayat

berikut; QS An-Nur: 30-32, QS Al-Ahzab:33, QS Al-Isra‟: 23, QS At-

Taubah: 119, QS Ali Imran: 133-134 yang mengungkapkan hal-hal yang

berkenaan dengan perilaku, penjagaan diri, sifat pemaaf, dan kejujuran.

(Syafri , 2012: 64).

Oleh karena itu, kedudukan akhlak al-Qur‟an sangat penting, sebab

melalui ayat-ayat-Nya al-Qur‟an berupaya membimbing dan mengajak

umat manusia untuk berakhlakul karimah. Melalui pendidikan karakter ini

manusia dimuliakan Allah dengan akal, sehingga manusia dapat

mengemban tugas kekhalifahan dengan akhlak yang benar. Berdasarkan

hal-hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang

pendidikan karakter dan semua yang berkaitan dengan hal tersebut, maka

penulis memutuskan untuk mengambil judul : “Pendidikan Karakter

Dalam Tafsir Al-Qur‟an Surat Ali Imran Ayat 133-136”

Page 16: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

5

B. Rumusan Masalah

Untuk menyusun skripsi ini, penulis terlebih dahulu merumuskan

permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep pendidikan karakter dalam tafsir Al-Qur‟an Surat

Ali Imran ayat 133-136?

2. Bagaimana aktualisasi pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-

hari menurut Al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 133-136?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami dan menganalisis konsep pendidikan karakter dalam tafsir

Al-Qur‟an QS Ali Imran ayat 133-136.

2. Memahami dan menganalisis aktualisasi pendidikan karakter dalam

kehidupan sehari-hari menurut Al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 133-

136.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan tentang pendidikan karakter baik menurut Al Qur‟an

ataupun menurut ilmu pendidikan Islam lainnya. Hasil penelitian ini

diharapkan memberi sumbangan ilmu sebagai sarana memperluas

khazanah pengetahuan peneliti khususnya dan orang yang berinteraksi

langsung dengan pendidikan pada umumnya tentang pendidikan

karakter dalam tafsir al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 133-136.

Page 17: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

6

2. Manfaat praktis

Mengetahui tentang konsep pendidikan karakter dan

aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bahan

referensi bagi pihak atau instansi yang membutuhkan penelitian ini,

serta dapat menumbuhkan semangat untuk mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahfahaman dalam mengartikan pembahasan

dalam skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah dalam

skripsi ini sebagai berikut:

1. Pendidikan Karakter

Menurut Noeng Muhajir sebagaimana dikutip oleh Suwarno

(2006: 19), pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani,

Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak pergi dan pulang

sekolah diantar seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi, pendidikan

diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang

berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to

educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.

Sedangkan karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”,

“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia

“karakter”, Yunani character, dari charassein yang berarti membuat

tajam, membuat dalam (Majid dan Andayani, 2011: 11).

Page 18: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

7

Jadi, pendidikan karakter atau oleh para pendidik sering disebutnya

sebagai pendidikan watak, adalah sebuah proses pembelajaran untuk

menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti, atau akhlak mulia yang

berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilai-nilai ke-Indonesiaan,

dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi

manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter

sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama (Zuchdi, 2009: 76).

2. Tafsir

Tafsir berasal dari kata “fassara” yang bermana menjelaskan,

menerangkan. Menurut istilah, pengertian tafsir adalah ilmu yang

mempelajari kandungan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi.

Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa tafsir adalah ilmu yang

membahas tentang al-Qur‟an al-Karim dari segi pengertiannya

terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tafsir).

3. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad dengan perantara malaikat Jibril, untuk dibaca, dipahami,

dan diamalkan, sebagai petunjuk atau pedoman hidup umat manusia,

kitab suci umat islam (Rajak, 1993: 24).

Page 19: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

8

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti ini termasuk dalam

penelitian literatur, atau penelitian kepustakaan/library research, yaitu

penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur

(kepustakaan) baik berupa buku, catatan maupun laporan hasil

penelitian dan peneliti terdahulu (Hasan, 2006: 5). Dalam hal ini

penulis mengumpulkan data skripsi ini dengan mengacu pada sumber-

sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal.

2. Sumber Data

Dalam penelitian literatur ini, penulis mengacu beberapa sumber

yang sesuai dengan topik yang bersangkutan, yakni dibagi dalam dua

bentuk sumber yaitu:

a. Sumber Primer

Sumber primer yaitu data yang diperoleh secara langsung

dari objek penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi

(Ruslan, 2010: 29). Dalam hal ini peneliti mengacu sumber

primernya diantaranya adalah Al-Qur‟an dan Hadist Nabi yang

berkaitan tentang pendidikan karakter.

b. Sumber Sekunder

Yaitu sumber yang mendukung dan melengkapi sumber

data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penulisan

Page 20: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

9

skripsi ini adalah tafsir Al-Qur‟an yang berkaitan dengan

pendidikan karakter dan buku para ahli yang berkaitan dengannya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan

metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

Metode dokumentasi adalah cara untuk mendapatkan data mengenai

hal-hal atau variabel dengan membuka kembali catatan, daftar riwayat

hidup, transkrip dan lain-lainnya disebut dokumen. Pada penelitian ini

penulis menggunakan buku dalam menemukan data.

Objek penelitian ini adalah pendidikan karakter. Penulis

memfokuskan kajian ini pada pendidikan karakter yang termaktub

dalam Al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 133-136.

4. Analisis Data

Dijelaskan oleh Lexy J. Moleong analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja. Di dalam analisis, data yang muncul

berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka (Miles dan Huberman,

1992:15).

Page 21: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

10

Dalam menganalisis penelitian tentang pendidikan karakter

penulis menggunakan beberapa metode, diantaranya metode diskriptif

analisis dan metode induktif. Sedangkan pendekatan yang dipakai

dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analisis, yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari suatu variabel,

dalam hal ini variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.

(Hasan, 2006:7)

Metode Induktif adalah metode yang berangkat dari fakta-fakta

yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari fakta-

fakta atau peristiwa-peristiwa yang kongkret itu ditarik generalisasi-

generalisasi yang mempunyai sifat umum (Hadi, 1993:42).

Berdasarkan pengertian tersebut penulis akan menguraikan

makna yang terkandung dalam Al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 133-

136, kemudian penulis menarik kesimpulan tentang permasalahan

tersebut.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman isi skripsi ini,

penulis akan menyusun skripsi ini dalam lima bab dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I, bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencakup tentang latar

belakang penelitian, rumusan dan tujuan penelitian. Selain itu di dalamnya

juga dibahas tentang manfaat penelitian, definisi operasional, metode

Page 22: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

11

penelitian diteruskan dengan sistematika penulisan skripsi agar lebih

terstruktur dalam memahami.

BAB II, sebagai kelanjutan dari bab sebelumnya, maka pada bab ini

penulis memaparkan landasan teori yang di dalamnya terdapat teori-teori

tentang pendidikan, teori-teori tentang pendidikan karakter, dan teori-teori

tentang kandungan surat Ali Imran ayat 133-136.

BAB III, pada bab ini penulis akan membahas tentang ayat-ayat alqur‟an

dan hadis pendukung, serta tafsir surat Ali Imran ayat 133-136.

BAB IV, pada bab ini, penulis memfokuskan pembahasan mengenai surat

Ali Imran ayat 133-136 tentang pendidikan karakter dan aktualisasinya

dalam kehidupan sehari-hari.

BAB V, memaparkan tentang kesimpulan yang telah dibahas dan

diuraikan dalam penelitian ini serta dilanjutkan dengan penutup.

Page 23: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu hal yang dibutuhkan oleh manusia

oleh karena itu tidak heran jika banyak orang yang berbondong-bondong

mengenyam pendidikan dari yang formal sampai yang informal. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 232), Pendidikan berasal dari kata

“didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”,

yang memiliki arti memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara

dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Menurut Noeng Muhajir sebagaimana dikutip oleh Suwarno (2006:

19), pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang

mengandung makna seorang anak pergi dan pulang sekolah diantar

seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan

educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam

bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti

memperbaiki moral dan melatih intelektual.

Secara terminologi pedidikan telah diumuskan oleh para pakar

pendidikan maupun ulama. Di antaranya yang dikemukakan oleh al-Qodli

Baidlowi yang dinukil oleh Miqdad Yaljan sebagai berikut:

ئب شئب فش ء ا وم غ اش حب اخشبت

Page 24: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

13

“Pendidikan adalah usaha perlahan-lahan untuk mengembangkan

sesuatu menuju kesempurnaannya”. Jadi kalau kita perhatikan ta‟rif

tersebut, maka pengertian pendidikan berlaku sangat umum (Huda, 2009:

19).

Dalam pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan

merupakan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani

sesuai dengan nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau

dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil

peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa

itu sendiri (Indar, 1994: 16). Sementara pendidikan dalam arti luas

merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya,

yang berlangsung sepanjang hayat (Sadulloh, 2009: 54).

Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, tercantum pengertian pendidikan yaitu usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Suwarno, 2006: 21).

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani

sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan

Page 25: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

14

(Ikhsan, 2003: 2). Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu sarana

terpenting dalam usaha pembangunan sumber daya manusia dan

penanaman nilai-nilai kemanusiaan, yang pada gilirannya akan

menciptakan suasana dan tatanan kehidupan masyarakat yang beradab dan

berperadaban (Naquib Al-Attas, 2003: 23).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar siswa secara aktif mengembangkan potensi diinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.

2. Aliran-aliran pendidikan

Terdapat empat aliran pendidikan yang mana keempat aliran tersebut

mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang pendidikan:

a. Aliran empirisme

Aliran empirisme dikemukakan oleh John Locke (1704-1932)

seorang filsuf Inggris. Empirisme juga berasal dari bahasa latin,

dengan kata asal emiricus yang berarti pengalaman. Aliran ini juga

dinamakan aliran “Tabularasa” yang berarti seseorang dilahirkan

seperti kertas kosong yang belum ditulisi apapun, maka pendidikanlah

yang akan menulisnya (Idris, 1992: 5). Jadi John Locke berpendapat

bahwa anak dilahirkan ke dunia ini tanpa pembawaan. Menurut teori

Page 26: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

15

empirisme, pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak

didik menjadi apa yang diinginkannya (Jumali dkk, 2008: 126).

Teori empirisme ini menganggap bahwa pendidikan hanya

dapat diperolah dari lingkungan yang ada disekitar. Yang dimaksud

dengan lingkungan yaitu lingkungan hidup maupun lingkungan tak

hidup yang berpengaruh besar terhadap pendidikan dan perkembangan

anak.

b. Aliran nativisme

Nativisme berasal dari bahasa latin yaitu natives yang berarti

terlahir. Seseorang berkembang berdasarkan apa yang dibawanya dari

lahir. Pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap

perkembangan seseorang. Pelopor dari aliran Nativisme ini adalah

Schopenhauwer (1788-1880) yang berkebangsaan Jerman.

Menurutnya mendidik ialah membiarkan seseorang tumbuh

berdasarkan pembawaannya (Idris, 1992: 6). Aliran ini berpendapat

bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor

yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada

waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya

(Purwanto, 2006: 59).

Dalam hubungannya dengan pendidikan, aliran ini berpendapat

bahwa hasil akhir pendidikan dan perkembangan ditentukan oleh

pembawaan yang diperolehnya sejak kelahirannya. Lingkungan tidak

berpengaruh sama sekali terhadap pendidikan dan perkembangan anak

Page 27: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

16

itu. Aliran ini juga berpendapat bahwa pendidikan tidak dapat

menghasilkan tujuan yang diharapkan dengan perkembangan anak

didik. Dengan kata lain aliran nativisme merupakan aliran pesimisme

dalam pendidikan. Berhasil tidaknya perkembangan anak tergantung

pada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimiliki oleh anak

didik (Jumali dkk, 2008: 126).

c. Aliran naturalisme

Naturalisme berasal dari bahasa latin yaitu nature yang berarti

alami, tabiat, dan pembawaan. Aliran ini hampir sama dengan

nativisme yang berpendapat bahwa pada hakikatnya semua anak sejak

dilahirkan adalah baik. Teori yang dikemukakan oleh J. J Rousseau

(1712-1778) berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir

mempunyai pembawaan yang baik, tidak ada seorangpun anak yang

lahir dengan pembawaan buruk(Jumali dkk, 2008: 127).

d. Aliran konvergensi

Konvergensi berasal dari kata Convergative yang berarti

penyatuan hasil atau kerjasama untuk mencapai suatu hasil. Hukum

ini berasal dari ahli ilmu jiwa Jerman, bernama William Stern (1871-

1939). Ia berpendapat bahwa faktor pembawaan dan lingkungan

kedua-duanya menentukan perkembangan manusia, sehingga aliran

ini merupakan kombinasi dari nativisme dengan empirisme

(Purwanto, 2006: 60).

Page 28: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

17

Menurutnya, teori empirisme dan nativisme masing-masing

terlalu berat sebelah. Kedua-duanya mendukung kebenaran dan juga

ketidak benaran. Menurut teori konvergensi baik pembawaan maupun

lingkungan kedua-duanya mempunyai pengaruh terhadap hasil

perkembangan anak didik. Hasil perkembangan dan pendidikan

bergabung pada kecilnya pembawaan serta situasi lingkungan (Jumali

dkk, 2008: 128).

Jadi, menurut teori konvergensi perkembangan manusia bukan

karena hasil dari pembawaan saja melainkan juga lingkungan yang

menentukan hasil pendidikan tersebut. Selain itu kemampuan atau

aktivitas seseorang itu sendiri juga menentukan hasil dari pendidikan

dan perkembangan manusia. Dengan begitu teori konvergensi

menggabungkan antara pembawaan dan lingkungan serta aktivitas

manusia itu sendiri.

3. Tujuan Pendidikan

Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 bab 2 pasal 3 mengenai

fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

Page 29: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

18

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

(Kesuma, 2011: 6)

M Athiyah al-Abrasy (2003: 35), mengemukakan bahwa tujuan

Pendidikan dan pengajaran adalah sebagai berikut :

a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.

b. Pendidikan dan pengajaran bukanlah sekedar memenuhi otak anak

didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi

mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah

(keutamaan),

c. Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan

mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas, dan jujur.

d. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Jaminan UUD 1945 pasal 29, UU SISDIKNAS RI bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah mencita-citakan lahirnya anak Indonesia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mayoritas jumlah

penduduk Indonesia beragama Islam, tumbuhnya kegairahan para

pemikir dan pengelola lembaga pendidikan Islam untuk memperbaiki,

meningkatkan dan memperbaharui mutu pendidikan, munculnya metode

belajar membaca al-Qur‟an (Mansur, 2005, 145).

Pembentukan karater merupakan salah satu tujuan pendidikan

nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara

tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik

untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah yang

Page 30: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

19

terkandung dalam UU di atas bermaksud agar pendidikan tidak hanya

membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian

atau berkarakter. Sehingga akan lahir generasi bangsa yang tumbuh

berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa

serta agama (Asmani, 2012: 29).

B. Karakter

1. Pengertian Karakter

Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein,

yang artinya „mengukir‟. Sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas

benda yang diukir. Tidak mudah usang tertelan waktu atau aus terkena

gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda

yang diukir itu. sebab, ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya

(Munir, 2010:2). Kata karakter menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008)

berarti; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain. Sedangkan karakter menurut Pusat Bahasa

Depdiknas memiliki makna; bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,

perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Syafri, 2012: 7).

Sementara dalam kamus psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah

kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran

seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sfat-sifat yang relatif

tetap (Dali Gulo dalam Furqon Hidayatullah, 2010: 12).

Karakter berasal dari kata character yang berarti watak, karakter

atau sifat (Echols, 1996: 107). Suyanto mendefinisikan karakter sebagai

Page 31: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

20

cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu

untuk hidup dan beerja sama, baik dalam lingkup keluarga, sekolah,

masyarakat, bangsa, dan negara (Zuchdi, 2011: 27).

Secara koheren karakter memancar dari hasil olah pikir, olah rasa

dan karsa, serta olah raga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas

moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan

(Budimansyah, 2010: 23). Dan secara psikologis karakter individu

dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah

pikir, olah rasa, dan olah raga sehingga menghasilkan enam karater

utama dalam seorang individu, yaitu jujur, tanggung jawab, cerdas,

bersih, sehat, peduli, dan kreatif (Majiid dan Andayani, 2011: 164).

Karakter memiliki batasan yang berada di dalam dua wilayah. Ia

diyakini ada sebagai sifat fitri manusia, sementara pada sisi lain ia

diyakini harus dibentuk melalui model pendidikan tertentu. Aristoteles

meyakini bahwa individu tidak lahir dengan kemampuan untuk mengerti

dan menerapkan standar-standar moral, dibutuhkan pelatihan yang

berkesinambungan agar individu menampakkan kebaikan moral.

Sementara Socrates meyakini bahwa ada bayi moral dalam diri manusia

yang meminta untuk dilahikan , tugas pendidikan adalah untuk

membantu melahirkannya (Anees, 2009: 120).

2. Karakter atau Akhlak dalam Al-Qur‟an

Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak

memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai

Page 32: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

21

suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran karena sudah

tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut

kebiasaan (Majiid dan Andayani, 2011: 12).

Al-Qur‟an adalah sebagai rujukan akhlak yang berfungsi

menyampaikan risalah hidayah untuk menata sikap dan perilaku yang

harus dilakukan manusia. Ayat-ayat al-Qur‟an sangat membangun

karakter akhlak. Beberapa diantaranya adalah pengarahan agar umat

manusia berakhlakul karimah, bisa dilihat pada beberapa surat dan ayat

berikut yang mengungkapkan hal-hal yang berkenaan dengan perilaku,

penjagaan diri, sifat pemaaf, dan kejujuran (Syafri, 2012: 63):

a. QS. An-Nur ayat 30-31

حفظا فشجم ره أصو م ان م ا مه أبصبس مئمىه غض ل

خبش بمب صىعن (30) هللا

ال بذه حفظه فشجه ه مئمىبث غضضه مه أبصبس ل

ال بذه صىخه ا ه ه ع جب ضشبه بخمش ال مب ظش مىب

أبىبء ه أ أبىبئ ه أ آببء بعخ ه أ آببئ ه أ صىخه اال بعخ

بى اخ ه أ او اخ ه أ مب بعخ ه أ وغبئ ه أ اح بى أخ ه أ او

ازه م اطف جبي أ سبت مه اش ش أ ال اخببعه غ مىج أمبوه أ

ه ع ال ضشبه بؤسج ساث اىغبء م مب خفه مه ظشا ع ع

ب امئمىن عىم حفحن ) جمعب أ حبا ا هللا ه 31صىخ

Page 33: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

22

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah

mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya;

yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat (30)."Katakanlah

kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka

menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak dari

padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung

kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali

kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,

atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau

saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki

mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-

wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-

pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)

atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan

janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan

yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada

Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(31)

b. QS. Al-Ahzab ayat 33

Page 34: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

23

الة ألمه اص ت األ جب ج ا جه حبش ال حبش لشن ف بحىه

جظ ب عىىم اش ز سع اومب شذ هللا أطعه هللا وبة آحه اض

ج ب ا شاأ طشوم حط

"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu

berhias, dan bertingkah-laku seperti orang-orang Jahiliyah yang

dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah

dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak

menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlulbait, dan membersihkan

(dosa) kamu sebersih-bersihnya." – (QS.33:33)

c. QS. Al-Isra‟ ayat 23

ب بغه عىذن ه احغبوب ام اذ بب سبه أال حعبذا اال ابي لض

ى ال ا مب ل ل ال حىشمب مب أف والمب فال حم بش أحذمب أ

وشمب

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu

bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara

keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan

kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Page 35: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

24

d. QS. At-Taubah ayat 119

بدله ووا مع اص ﴾11١﴿ب أب ازه آمىا احما هللا

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (199).

e. QS. Ali Imran ayat 133-134

ماوات واألرض ة عرضها الس كم وجن وسارعوا إلى مغفرة من رب

قين ) ت للمت اء ٣١١أعد ر اء والض ر ( الذين ينفقون في الس

يحب المحسني اس وللا ٣١١ن )والكاظمين الغيظ والعافين عن الن )

“Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan

mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang

disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (133). (yaitu) orang-

orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan

orang-orang yang menahan amarahnya dan mema‟afkan (kesalahan)

orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

(134)

Al-Qur‟an sendiri melakukan proses pendidikan melalui latihan-

latihan, baik formal ataupun nonformal. Pendidikan akhlak ini merupakan

sebuah proses mendidik, memelihara, membentuk, dan memberikan

latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berpikir yang baik. Selain Al-

Qur‟an, sumber akhlak lainnya adalah sunnah Nabi Muhammad Saw.

pandangan ini berdalil pada pendapat Aisyah ra. Ketika menafsirkan

akhlak Rasul yang tergambar dalam “al-khuluq al-azhim”, yaitu Al-

Page 36: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

25

Qur‟an. Seperti dalam firman Allah, اوه ع خك عظم “Dan

sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-

Qalam: 4). (Syafri , 2014: 65)

Akhlak merupakan fondasi dasar sebuah karakter diri. Sehingga

pribadi yang berakhlak baik nantinya akan menjadi bagian dari masyarakat

yang baik pula dan sebaliknya. Akhlaklah yang membedakan karakter

manusia dengan makhluk lainnya. Tanpa akhlak, manusia akan kehilangan

derajat sebagai hamba Allah paling terhormat. Sebagaimana firman –Nya,

م ) وغبن ف أحغه حم عبفه )4مذ خمىب ال ( اال 5( ثم سددوبي أعف

بحبث فم أجش غ عما اص 6ش ممىن )ازه آمىا )

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang

serendah-rendahnya(Neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-

putusnya” (QS At-Tin: 4-6)

C. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan menurut Ratna Megawangi (2004: 95),

“Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil

keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang

positif kepada lingkungannya.”

Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010: 1), “sebuah

proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan

Page 37: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

26

dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku

kehidupan orang itu”. (Kesuma, 2011: 5)

Pendidikan karakter atau oleh para pendidik sering disebutnya

sebagai pendidikan watak, adalah sebuah proses pembelajaran untuk

menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti, atau akhlak mulia yang

berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilai-nilai ke-Indonesiaan,

dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi

manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter

sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama (Zuchdi, 2009: 76).

Pengembangan karakter terpuji/akhlak mulia/budi pekerti luhur

memerlukan pengembangan ketajaman berpikir/bernalar, pemberian

teladan, dan pembiasaan secara terus menerus. Semua cara tersebut perlu

dilandasi pengembangan kecerdasan religius karena hal ini telah banyak

diakui sebagai kondisi yang dapat membuat pendidikan karakter dapat

dikelola dengan lebih mudah, dengan hasil yang relatif lebih baik (Zuchdi,

2009: 52).

Mantan Presiden RI pertama Soekarno berulang-ulang

menegaskan:

“Agama adalah unsur mutlak dalam National an Character

building” (Sumahamijaya dkk, 2003: 45). Hal ini diperkuat dengan

pendapat Simahamijaya itu sendiri yang mengatakan bahwa

karakter harus mempunyai landasan yang kokoh dan jelas. Tanpa

landasan yang jelas, karakter kemandirian tidak punya arah,

mengambang, keropos sehingga tidak berarti apa-apa. Oleh

karenanya, fundamen atau landasan dari pendidikan karakter itu

tidak lain haruslah agama (Majiid dan Andayani, 2011: 61).

Page 38: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

27

Sesungguhnya pendidikan karakter sudah ada dalam UU

Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Meskipun kata “karakter” tidak

disebutkan secara langsung, namun penjelasan dari rumusan tersebut

mengarah pada definisi dan arti karakter yang telah disebutkan

sebelumnya. Misalnya pada tujuan pendidikan nasional yang menekankan

“keimanan dan ketakwaan”. Juga pada bahasan kurikulum yang

memperhatikan aspek peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak

mulia dan wajibnya pendidikan agama dari jenjang pendidikan dasar

hingga pendidikan tinggi (Syafri , 2014: 12).

Dalam Majiid dan Andayani (2011: 61), pendidikan karakter

menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap orang ada tiga

tahapan yang harus dilalui, diantaranya:

a. Moral Knowing/Learning to know

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter.

Pada tahapan ini, tujuam diorientasikan pada penguasaan pengetahuan

tentang nilai-nilai.

b. Moral Loving/Moral feeling

Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa

butuh terhadap nilai-nilai ahlak mulia.

c. Moral Doing/Learning to do

Pada tahapan ini seseorang mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu

dalam perilakunya sehari-hari. Tindakan selanjutnya adalah

pembiasaana dan pemotivasian.

Page 39: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

28

Pendidikan karakter yang bersifat langsung adalah yang

disampaikan melalui program pembelajaran dan pelatihan tertentu. Dan

tujuan jangka panjang yang hendak dicapai adalah terbangunnya

kehidupan masyarakat, yang aman dan damai, yang bahagia lahir dan

batin. Guna mencapai tujuan ini perlu pengembangan kultur yang

bercirikan pengawasan oleh Tuhan Yang Maha Esa, teladan oleh

pimpinan, dan feedback dari teman (Zuchdi, 2009: 15).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter

adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk

mengarahkan peserta didik pada pengembangan perilaku anak secara utuh

yang didasarkan pada nilai-nilai keluhuran (Zuchdi, 2011: 27).

2. Tujuan pendidikan karakter

Socrates berpendapat bahwa tujuan paling mendasar dari

pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.

Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad Saw, Sang Nabi terakhir

dalam ajaran Islam, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam

mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter

yang baik (good character). Berikutnya, ribuan tahun setelah itu,

rumusan tujuan utama pendidikan tetap pada wilayah serupa, yakni

pembentukan kepribadian manusia yang baik. Tokoh pendidikan Barat

yang mendunia seperti Klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble seakan

menggemakan kembali gaung yang disuarakan Socrates dan Muhammad

Saw. bahwa akhlak atau karakter adalah tujuan yang tak terhindarkan

Page 40: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

29

dari dunia pendidikan. Begitu juga dengan Martin Luther King

menyetujui pemikiran tersebut dengan mengatakan, “Intelligence plus

character, that is the true aim of education”. Kecerdasan plus karakter,

itulah tujuan yang benar dari pendidikan (Majiid dan Andayani, 2011:

30).

Pemaparan pandangan tokoh-tokoh di atas menunjukkan bahwa

pendidikan sebagai nilai universal kehidupan memiliki tujuan pokok

yang disepakati di setip zaman, pada setiap kawasan, dan dalam semua

pemikiran. Dengan bahasa sederhana, tujuan yang disepakati itu adalah

merubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan sikap dan

keterampilan (Majiid dan Andayani, 2011: 30).

Untuk mencapai tujuan pendidikan karater kepada taraf yang baik,

dalam artian terjadi keseimbangan antara ilmu dan amal., maka Al-

Qur‟an juga memberikan model pembiasaan dan praktik keilmuan. Al-

Qur‟an sangat banyak memberikan dorongan agar manusia selalu

melakukan kebaikan. Ayat-ayat dalam Al-Qur‟an yang menekankan

pentingnya pembiasaan bisa terlihat pada term “amilus shalihat”. Term

ini diungkap Al-Qur‟an sebanyak 73 kali. Bisa diterjemahkan dengan

kalimat “mereka selalu melakukan amal kebaikan”, atau “membiasakan

beramal saleh”. Jumlah term tersebut memperlihatkan pentingnya

pembiasaan suatu amal kebaikan dalam proses pembinaan dan

pendidikan karakter dalam Islam (Syafri , 2014: 137).

Page 41: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

30

Pendidikan Karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di

dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi

generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk

penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih

kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik.

Karakteristik yang paling menonjol dalam organisasi tujuan-tujuan

yang diwujudkan dalam pendidikan karakter, bersifat developmental,

kompetensi-kompetensi itu tidak dapat dikembangkan dalam waktu secara

lingkungan belajar yang sangat terbatas. Mengembangkan kemampuan

dasar/nilai-nilai dalam kehidupan untuk menjadi manusia muslim yang

beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., hanya mungkin dikembangkan

secara kontinu dalam kehidupan sehari-hari (Majiid dan Andayani, 2011:

153).

.

Page 42: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

31

BAB III

TAFSIR SURAT ALI IMRAN AYAT 133 SAMPAI 136

A. Surat Ali Imran ayat 133 sampai 136

مبوات واألزض أعدت وسبزعىا إلى مغفسة مه زثكم وجىة عسضهب الس

ظ ٣١١للمتقه ) اء والكبظمه الغ س اء والض س ( الره ىفقىن ف الس

حت المحسىه ) ( والره إذا فعلىا فبحشة ٣١١والعبفه عه الىبس وللا

فبستغ أو ظلمىا أوفسهم ذكسوا للا وىة إال للا فسوا لروىثهم ومه غفس الر

وا على مب فعلىا وهم علمىن ) (أولئك جزاؤهم مغفسة مه ٣١١ولم صس

له زثهم وجىبت تجسي مه تحتهب األوهبز خبلده فهب ووعم أجس العبم

(٣١١

Artinya: “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan

mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi

orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

mema‟afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang

berbuat kebaikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan

perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, segera mengingat Allah, lalu

memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat

mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan

perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka ialah

ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya

sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi

orang-orang yang beramal.” (Ali Imran: 133-136)

1. Tafsir Surat Ali Imran

Surah Ali Imran dinamai demikian karena di dalamnya dikemukakan

kisah keluarga Imran dengan terperinci, yaitu: Isa, Yahya, Maryam dan ibu

Page 43: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

32

beliau. Sedangkan Imran adalah ayah dari ibu Nabi Isa, yaitu Maryam as.

Nama surah ini banyak, antara lain surah al-amanu (keamanan), al-kanz,

thibah, tetapi yang populer adalah Ali Imran. Tujuan utama surah Ali

Imran (keluarga Imran) adalah pembuktian tentang tauhid, keesaan dan

kekuasaan Allah swt., serta penegasan bahwa dunia, kekuasaan, harta, dan

anak-anak yang terlepas dari nilai-nilai Ilahiyah, tidak akan bermanfaat di

akhirat kelak. Tujuan ini sungguh pada tempatnya karena al-Fatihah yang

merupakan surat pertama merangkum seluruh ajaran Islam secara singkat,

dan Al-Baqarah menjelaskan secara lebih terperinci tuntunan-tuntunan

agama. Nah, surah Ali Imran datang untuk menekankan seseutau yang

menjadi dasar dan sendi utama tuntunan tersebut, yakni tauhid. Tanpa

kehadiran tauhid, pengamalan lainnya tidak bernilai di sisi-Nya (Shihab,

2009: 3).

2. Asbabun Nuzul surat Ali Imran ayat 133-136

Sifat atau ciri-ciri yang disebutkan di sini berkaitan erat dengan

peristiwa perang Uhud. Dan karena malapetaka yang terjadi adalah akibat

keinginan memperoleh harta rampasan perang yang belum pada waktunya

diambil (Shihab, 2009: 264 ). Ayat ini memberi pengertian bahwa Nabi

saw. memaafkan para pemanah yang meninggalkan pos pertahanan dalam

perang Uhud, sehingga akhirnya menyebabkan pasukan muslim

mengalami kekalahan. Nabi pun tidak melakukan pembalasan terhadap

para musyrik yang berlaku kejam kepada Hamzah, paman Nabi, yang

gugur dalam medan perang (As-Shiddieqy, 2000: 690). Yang dimaksud

Page 44: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

33

perbuatan keji (fakhisyah) pada ayat 134 ialah dosa besar yang akibatnya

tidak hanya menimpa diri sendiri, tetapi juga orang lain, seperti zina, riba

dan lain-lain. Menzhalimi diri sendiri ialah melakukan dosa yang

akibatnya hanya menimpa diri sendiri (Kementrian Agama RI, 2010: 67)

B. Tafsir Surat Ali Imran Ayat 133-136 menurut Tafsir Ibnu Katsir dan

Tafsir Quraisy Shihab

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, surat Ali Imran ayat 133-136 ini

menjelaskan tentang sifat orang-orang yang bertakwa, segera bertobat,

menyesali dosa dan bahwa balasan untuknya adalah diampuni dosa dan

masuk surga.

Dalam Ibnu Katsir (2006: 581), Allah menganjurkan kepada mereka

supaya bergegas dalam kebaikan dan bersegera untuk meraih kedekatan

dengan Allah. Firman Allah,

مبوات واألزض وسبزعىا إلى مغفسة مه زثكم وجىة عسضهب الس

أعدت للمتقه

“Dan bergegaslah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan surga yang

luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang

bertakwa”. Maksudnya, sebagaimana neraka disediakan bagi orang-orang

kafir. Al-Bazzar meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, “Seseorang

datang kepada Rasulullah Saw. kemudian bertanya, “Bagaimana pendapatmu

mengenai firman Allah, „Surga yang luasnya seluas langit dan bumi,‟ lalu di

manakah neraka?‟, Nabi bersabda, „Bagaimana menurutmu apabila malam

datang dan merambahi segala pekara, maka di manakah siang?‟ „Di tempat-

Page 45: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

34

tempat yang dikehendaki Allah.‟ Nabi bersabda, „Demikian pula dengan

neraka. Ia berada pada tempat yang dikehendaki Allah Ta‟ala.‟ “Yakni,

demikianlah bila kita tidak menyaksikan malam ketika siang datang, maka

hal itu tidak memastikan tidak beradanya malam ada suatu tempat, meskipun

kita tidak tahu di mana malam itu berada. Demikin pula dengan neraka. Ia

berada pada tempat yang dikehendaki Allah Ta‟ala. Ini terlihat jelas dalam

hadis Abu Hurairah dari Al-Bazzar .

األسض مبء جىت عشضب وعشض اغ ا ا مغفشة مه سبىم عببم

“Berlomba-lombalah kalian kepada (mendapatkan) ampunan dari

Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (QS Al-Hadid:

21)

Dalam Shihab (2009: 263), ketaatan yang diperintahkan oleh ayat

yang lalu dapat terlaksana tanpa upaya sunggguh-sungguh, misalnya sekedar

melaksanakan yang wajib dan mengabaikan yang sunnah atau anjuran. Atau

cukup menghindari yang haram, tetapi melaksanakan yang makruh. Sekedar

memohon ampun atas kesalahan dan dosa besar dan tidak mengingat lagi

dosa kecil atau hal-hal yang kurang pantas. Ayat ini menganjurkan

peningkatan upaya dan melukiskan upaya itu bagaikan satu perlombaan dan

kompetisi yang memang merupakan salah satu cara peningkatan kualitas.

Karena itu, bersegeralah kamu bagaikan ketergesaan seorang yang ingin

mendahului yang lain menuju ampunan dari Tuhanmu dengan menyadari

kesalahan dan berlombalah mencapai surga yang sangat agung yang

lebarnya, yakni luasnya selebar seluas langit dan bumi yang disediakan

Page 46: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

35

untuk al-muttaqin, yakni orang-orang yang telah mantap ketakwaannya, yang

taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya .

Yang dimaksud lebar surga di sini adalah luasnya, dan luas yang

dimaksud adalah perumamaan. Ia tidak harus dipahami dalam arti harfiahnya.

Dalam benak kita, manusia, tidak ada sesuatu yang dapat menggambarkan

keluasan, melebihi luasnya langit dan bumi. Maka untuk menggambarkan

betapa luasnya surga, Allah memilih kata-kata “selebar langit dan bumi”. Di

sisi lain, sedemikian luasnya sehingga ketika mendengar bahwa lebarnya itu

sudah demikian, bagaimana pula panjangnya. Perumpamaan yang diberikan

oleh Al-Qur‟an ini mengundang kaum muslimin agar tidak mempersempit

surga dan merasa bahwa hanya diri atau kelompoknya saja yang akan

memasukinya yang sedemikian luas sehingga siapa pun yang berserah diri

kepada-Nya, akan mendapat tempat yang luas di sana (Shihab, 2009: 264).

Kemudian Allah Ta‟ala menceritakan sifat ahli surga. Dia berfirman,

“Orang-orang yang menginfakkan hartanya, baik di waktu lapang maupun

sempit.” Yakni pada saat sulit dan lapang, saat giat dan malas, saat sehat dan

sakit, dan dalam segala hal dan keadaan. Allah Ta‟ala berfirman, “Orang-

orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, secara

rahasia maupun terang-terangan.” Maksud ayat ialah bahwa mereka tidak

dilalaikan oleh perkara apa pun untuk menaati Allah Ta‟ala dan berinfak

untuk memperoleh ridho-Nya. Firman Allah, “Yang menahan marah dan

yang memaafkan manusia.” Yakni, bila mereka marah, maka mereka

menahannya, dalam arti menyembunyikannya sehingga orang lain tidak

Page 47: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

36

mengetahuinya. Di samping itu, apabila orang lain berbuat buruk kepadanya,

maka dia memaafkannya (Ibnu katsir, 2006: 582).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Saw.,

beliau bersabda (560):

ذ ذ ظ اش مه وفغ عىذ ذ از ذ ىه اش شعت، غضب بب اص ا

Artinya: “Orang yang kuat pemberani bukanlah yang dapat

menaklukan musuh dalam gulat, namun orang yang dapat mengendalikan

nafsunya ketika dia marah.” (HR. Ahmad).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Athiyah bin Sa‟ad As-Sa‟di, dia

pernah bersama Nabi, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda (562),

“Sesungguhnya kemarahan itu dari setan dan setan itu diciptakan dari api.

Sesungguhnya api itu hanya dapat dipadamkan dengan air. Jadi jika salah

seorang di antara kamu marah, maka berwudlulah.” Demikian pula

keterangan yang diriwayatkan oleh Abu Daud (Ibnu Katsir, 2006: 583).

Imam Ahmad mengatakan dari Abdullah bin Yazid bahwa Rasulullah

saw. bersabda,

خال ا ط ا لب دس ع أن ىفزي, دعب ي هللا ع سإ مه وظم غظب

ا ئك, س شبء حخ خشي مه أ ح

“Barang siapa menahan amarah, sedangkan ia mampu utnuk

melaksanakannya, maka Allah kelak akan memanggilnya di mata semua

makhluk hingga Allah menyuruhnya memilih bidadari manakah yang

disukainya”. Firman Allah Ta‟ala, “Yang memaafkan manusia”, yakni

Page 48: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

37

mereka memaafkan orang yang menzaliminya sehingga di dalam dirinya tiada

niatnya untuk membalas dendam pada seorang pun. Ini merupakan perilaku

yang paling utama. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Allah mencintai orang-

orang yang berbuat kebaikan.” (Ibnu Katsir, 2006: 583).

Al Hakim meriwayatkan dalam mustadraknya, sebuah hadis dari

Musa bin Uqbah dengan sanadnya dari Ubadah bin Shamit, dari Ubai bin

Ka‟ab, bahwa Rasulullah bersabda,

ي أن ششف حشفع اذسجبث مه عش ه ظم ابىبن عف عم ف

مه لطع ص عظ مه حشم

“Barang siapa yang berambisi untuk memiliki kepribadian yang mulia

dan derajat yang tinggi, maka hendaklah dia memaafkan orang yang

menzaliminya, memberi kepada orang yang tidak suka memberi kepadanya,

dan menghubungkan tali silaturrahmi kepada orang yang memutuskan

hubungan dengannya.” Kemudian Hakim mengatakan bahwa hadits ini

shahih karena mengikuti syarat syikhani, meskipun keduanya keduanya tida

meriwayatkan hadis itu (Ibnu Katsir, 2006: 584).

Setelah dalam ayat yang lalu telah digambarkan sekelumit tentang

surga, ayat ini menggambarkan sekelumit tentang sifat-sifat mereka yang

wajar menghuninya. Sifat atau ciri-ciri yang disebutkan di sini berkaitan erat

dengan peristiwa perang Uhud. Dan karena malapetaka yang terjadi adalah

akibat keinginan memperoleh harta rampasan perang yang belum pada

waktunya diambil, nasihat pertama adalah tentang berinfak dengan

menyatakan bahwa ciri orang bertakwa adalah mereka yang kebiasaannya

Page 49: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

38

atau secara terus menerus menginfakan hartanya di jalan Allah baik di waktu

dia lapang, yakni memiliki kelebihan dari kebutuhannya maupun di waktu

dia sempit tidak memiliki kelebihan dari kebutuhannya (Shihab, 2009: 264).

Dalam konteks menghadapi kesalahan orang lain, ayat ini

menunjukkan tiga kelas manusia atau jenjang sikapnya. Pertama, yang

mampu menahan amarah. Kata al-kadhimin mengandung makna penuh dan

menutupnya dengan rapat, seperti wadah yang penuh air lalu ditutup rapat

agar tidak tumpah. Ini mengisyaratkan bahwa perasaan tidak bersahabat

masih memenuhi hati yang bersangkutan, pikirannya masih menuntut balas,

tetapi dia tidak memperturutkan ajakan hati dan pikiran itu, dia menahan

amarah. Di atas tingkat ini, adalah yang memaafkan. Kata al-‘afin terambil

dari kata al-afni yang biasa diterjemahkan dengan kata maaf. Kata ini antara

lain berarti menghapus. Seseorang yang memaafkan orang lain adalah yang

menghapus bekas luka hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain

terhadapnya. Kalau dalam peringkat pertama di atas, yang bersangkutan baru

sampai pada tahap menahan amarah, kendati bekas-bekas luka itu masih

memenuhi hatinya, pada tahapan ini yang bersangkutan telah menghapus

bekas-bekas luka itu. kini seakan-akan tidak pernah terjadi satu kesalahan

atau suatu apapun. Namun, karena pada tahap ini seakan-akan tidak pernah

terjadi sesuatu, boleh jadi juga tidak terjalin hubungan. Untuk mencapai

tingkat ketiga Allah mengingatkan bahwa yang disukai-Nya adalah orang-

orang yang berbuat kebaikan, yakni bukan yang sekedar menahan amarah

Page 50: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

39

atau memaafkan, tetapi justru berbuat baik kepada orang yang pernah

melakukan kesalahan. Firman Allah Swt,

والره إذا فعلىا فبحشة أو ظلمىا أوفسهم لروىثهم فبستغفسوا ذكسوا للا

“Dan orang-orang yang apabila mereka melakukan perbuatan keji

atau mereka menzalimi diri sendiri, maka mereka ingat kepada Allah, lalu

memohon ampun atas dosa-dosanya.” Yakni apabila dia melakukan sebuah

dosa, maka perbuatannya itu diiringi dengan tobat dan istighfar (Ibnu katsir,

2006: 584).

Tatkala melakukan tobat sangat dianjurkan untuk berwudlu dan shalat

dua rekaat.

حب امخطشه ه اب ان هللا حب اخ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-

orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah:222)

Firman Allah, “Tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Allah.”

Yakni, tidak ada seorang pun yang mengampuni dosa kecuali Dia.

Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan dari Aswad bin Sari‟,

“Sesungguhnya Nabi datang dengan membawa seorang tawanan. Dia berkata,

„Ya Allah, sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu bukan bertobat pada

Muhammad.‟ Maka Nabi Saw. bersabda, „Dia mengenal hak itu bagi bagi

yang seharusnya menerimanya.‟” Firman Allah Swt., “Dan mereka tidak terus

menerus berada dalam kemaksiatan dan menekuninya. Jika dia mengulangi

dosa, maka dia bertobat lagi darinya. (Ibnu Katsir, 2006: 586).

Page 51: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

40

Firman Allah Swt., “Sedang mereka tidak mengetahui.” Yakni barang

siapa yang bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Ini senada dengan

firman Allah, ”Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah akan menerima

tobat dari hamba-hamba-Nya.” Firman Allah Swt., “Mereka itu balasannya

ialah ampunan dari Tuhannya,” yakni balasan bagi mereka yang memiliki

sifat-sifat seperti itu adalah “ampunan dan surga yang mengalir sungai-

sungai di bawahnya. “ dari berbagai jenis minuman,” sedang mereka kekal di

dalamnya,” yakni mereka menetap di sana. “Dan itulah sebaik-baik pahala

orang-orang yang beramal.” Di sini Allah memuji kebaikan surga. (Ibnu

Katsir, 2006: 586)

Setelah menjelaskan sikap dan perilaku mereka yang disebut di atas

dalam menghadapi orang lain, kini melalui ayat ini dijelaskan sikap mereka

menghadapi diri sendiri. Atau, setelah menyebut peringakat tinggi dari

penghuni surga, kini disebutkan peringkat yang di bawah mereka, yaitu

mereka yang apabila mengerjakan dengan sengaja atau tidak sadar perbuatan

keji, yakni dosa besar, seperti membunuh, berzina, korupsi, mencuri atau

menganiaya diri sendiri dengan dosa atau pelanggaran apa pun, mereka ingat

Allah sehingga mereka malu atau takut lalu mereka menyesali perbuatan

merek, bertekad untuk tidak mengulanginya dan memohon ampun atas dosa-

dosa mereka. Ketika itu, Allah mengampuni mereka karena Dia Maha

Pengampun dan tiada selain-Nya yang dapat memberi ampun. Siapa lagi

yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Tentu saja tidak ada!

Selanjutnya, setelah bertaubat mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya

Page 52: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

41

itu, sedang mereka tidak mengetahui bahwa perbuatan tersebut terlarang.

Mereka yang kedudukannya tinggi sebagaimana diisyaratkan oleh kata itulah

yang akan memperoleh balasan dari Allah. Balasannya ialah mendapat

ampunan dari Tuhan Pemelihara mereka atas kesalahan dan dosa mereka,

baik yang besar mapupun yang kecil, dan di samping itu mereka juga

dianugerahi surga-surga, masing-masing sesuai dengan kedudukan mereka di

sisi Allah, yakni surga itu yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sedang

mereka kekal di dalamnya dan sungguh baik pahala orang-orang yang

beramal (Shihab, 2009: 266).

Di atas Anda baca fahisyah yang diterjemahkan dengan perbuatan keji

diartikan sebagai dosa besar, sedang menganiaya diri diartikan sebagai dosa

atau pelanggaran secara umum termasuk di dalamnya dosa besar. Ada juga

yang membalik pengertiannya. Pendapat ketiga dikemukakan oleh

Muhammad Sayyid Thantawi bahwa perbuatan keji dan menganiaya diri

merupakan dosa dari setiap kedurhakaan. Setiap perbuatan keji yang

dilakukan seseorang berakibat penganiayaan atas dirinya, demikian pula

sebaliknya. Atas dasar itu, sementara ulama menegaskan bahwa kata atau

sebelum kata menganiaya diri sendiri pada ayat di atas berarti dan. (Shihab,

2009: 267).

Kalau diamati sifat-sifat para penghuni surga atau orang-orang

bertakwa di atas, ditemukan bahwa maksiat dan kedurhakaan yang dilakukan

seseorang, selama ia segera menyadarinya, tidak mencabut identitas

ketakwaannya. Ini dipahami dari penjelasan ayat 135 di atas. Hal ini juga

Page 53: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

42

membuktikan betapa realitinya ajaran al-Qur‟an. Allah tidak menutup pintu,

dan mengharuskan semua orang sebersih kain putih, sehalus sutra. Dia

menerima hamba-hamba-Nya yang berlumuran dosa dan memasukkan dalam

kelompok orang bertakwa selama mereka menyadari keslahannya. Namun,

tentu peringkat ketakwaannya belum mencapai peringkat yang tinggi (Shihab,

2009: 267).

Firman Allah, a) mereka ingat Allah, lalu memohon ampun, b) tidak

meneruskan perbuatan kejinya itu, c) mereka mengetahui. Ketiganya telah

mencakup makna taubat, yang menurut Imam Ghazali mencakup, a)

pengetahuan, b) kondisi kejiwaan, c) perbuatan. Yang pertama pengetahuan

seseorang bahaya dan dampak buruk dosa yang menjadi penghalang

kedekatan seseorang dengan Allah. Apabila ini dipahami dan dihayati, akan

timbul kesadaran, bahkan rasa pedih karena kehilangan peluang untuk

mendekati-Nya, dan ini menimbulkan penyesalan, selanjutnya mendorong

kepada upaya dan aktivitas yang berkaitan dengan masa kini, lalu, dan akan

datang. Aktivitas masa kini adalah meninggalkan dosa itu. Aktivitas masa

datang adalah tekad untuk tidak mengulanginya lagi. Sedang aktivitas masa

lalu adalah menghindari apa yang telah berlalu. Firman-Nya: mengingat

Allah isyarat kepada penyesalan, sedang tidak meneruskan isyarat kepada

meninggalkan serta tekad untuk tidak mengulangi dosa, sedang mereka

mengetaui isyarat kepada pengetuan yang menimbulkan kesadaran itu

(Shihab, 2009: 267).

Page 54: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

43

C. Tafsir Surat Ali Imran ayat 133-136 menurut Tafsir Al-Maraghi dan

Tafsir An-Nur

مبوات واألزض وسبزعىا إلى مغفسة مه زثكم وجىة عسضهب الس

Bersegeralah melakukan amal yang dapat menyampaikan kepada

ampunan Tuhan atas dosa-dosa kalian, yang dapat memasukkan kalian ke

surga yang luanya disediakan oleh Allah untuk orang yang mau bertakwa,

melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.

Untuk itu beramal baiklah dan bertaubatlah dari perbuatan dosa, dan

bersedekahlah kepada orang sengsara yang membutuhkan pertolongan (Al-

Maraghi, 1986: 115).

Sementara dalam tafsir An-Nur, Kata Abu Muslim: “Yang dimaksud

dengan „ardh’ di sini adalah harga.” Jelasnya, kalau surga dijual, maka

harganya sama dengan atau senilai dengan harga langit dan bumi. Yang

dikehendaki dengan luasnya di sini adalah besarnya, tinggi nilainya dan tiada

tertandingi oleh siapapun (As-Shiddieqy, 2000: 689).

أعدت للمتقه

Inilah surga yang disediakan bagi orang-orang muttaqin (yang

bertakwa), yang memelihara diri dari adzab Allah, dengan melakukan banyak

amal shaleh. Ayat ini menjadi dalil bahwa surga telah ada sekarang, dan surga

berada di luar alam, karena lebih besar dari alam (As-Shiddieqy, 2000: 689).

اء س اء والض س الره ىفقىن ف الس

Page 55: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

44

Dalam tafsir Al-Maraghi, sifat orang yang bertakwa adalah orang-

orang yang mau berinfak, baik dalam keadaan mudah atau sulit, mereka

pantang mundur terus beramal sesuai dengan kondisi kemampuan mereka,

dan sama sekali tidak pernah melalaikan infak (beramal). Melakukan infak

dalam dua kondisi, yaitu ketika mudah dan sempit, menunjukkan ketakwaan.

Sebab harta itu amat disayang. Untuk menginfakkannya ke jalan kebaikan

dan maslahat yang diridhai Allah terasa amat berat. Sedang dianjurkannya

berinfak dalam keadaan senang dan mudah, guna menghapus rasa takabbur,

cinta harta, dan memendam berbagai keinginan karena kekayaan dan

kegembiraan yang diakibatkan olehnya. Di samping itu dianjurkannya dalam

keadaan susah, karena manusia lebih cenderung meminta dari pada memberi

namun sekalipun dalam keadaan susah, ia pun masih mempunyai sisa untuk

diinfakkan ke jalan Allah, sekalipun sedikit (Al-Maraghi, 1986: 117).

Oleh karena itu Allah SWT. mengajarkan manusia agar berinfak di

jalan kebaikan sekalipun sedikit, melalui firman-Nya,

مه لذس ع ه ععخ ععت م ب آح هللا ال ىفك ر ىفك مم ىف هللا سصل ف

هللا بعذ عغش غشا وفغب اال مآ آحب عجع

“Hendaknya orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi

nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak akan

memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah

berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesuda

kesempitan.” (At-Talaq, 65: 7)

Page 56: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

45

Berdasarkan pengertian ini, dapat dilihat bahwa Allah SWT.

menjadikan alamat takwa yang terpenting ialah menginfakkan harta. Allah

juga menjadikan sifat kikir sebagai alamat tidak bertakwa. Takwa merupakan

jalan menuju surga (Al-Maraghi, 1986: 118).

Petunjuk agama telah memberikan arah dan bimbingan kepada kita,

bahwa jiwa manusia itu hendaknya mempunyai rasa dermawan yang tumbuh

berdasarkan kesadaran, sekalipun ia sedang dilanda kemiskinan. Hendaknya

ia membiasakan diri berbuat kebajikan, sesuai dengan kekuatannya agar

merasa enggan melakukan perbuatan-perbuatan rendah yang dapat menyeret

dirinya lantaran terdesak kebutuhan (Al-Maraghi, 1986: 117).

Para muttaqin adalah orang-orang yang membelanjakan

(menyedekahkan) hartanya, baik pada waktu lapang (memperoleh rezeki

banyak) ataupun di waktu sempit (usaha tersendat-sendat jalannya), sesuai

dengan kemampuannya dan keadaan. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa beliau

pernah sedekah hanya dengan sebiji buah anggur. (As-Shiddieqy, 2000: 689).

Diriwayatkan pula oleh sebagian salaf, bahwa ada seseorang dari mereka

yang sedekah dengan sebiji bawang merah. Dalam sebuah hadis disebutkan

(Al-Maraghi, 1986: 116):

ف م بظ ا اغب ،ي سد بشك حمشة حشق احما اىبس

“Takutlah kalian terhadap neraka, sekalipun hanya dengan sepotong

buah kurma dan berikanlah kepada orang-orang yang minta sekalipun itu

adalah dengki yang dibakar.”

ظ والكبظمه الغ

Page 57: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

46

Maksudnya, semua orang yang mampu menyembunyikan

kemarahannya, mampu mengendalikan diri sewaktu marah atau mampu

mengendalikan emosinya, serta tidak menganiaya orang lain sewaktu

berkuasa atau mempunyai kekuatan. Menyembunyikan kemarahan

merupakan perbuatan taqwa (As-Shiddieqy, 2000: 689).

Orang-orang yang menahan dan mengekang perasaan amarahnya,

tidak mau melampiaskannya, sekalipun hal itu bisa saja ia lakukan. Barang

siapa menuruti nafsu amarah, kemudian bertekad untuk dendam, berarti ia

tidak stabil lagi dan tidak mau berpegang teguh pada kebenaran. Bahkan

terkadang ia bisa melampaui batas. Oleh karena itu, dikatakan bahwa

menahan amarah termasuk takwa kepada Alla SWT. (Al-Maraghi, 1986:

119).

Rasulullah saw. pernah bersabda (Al-Maraghi, 1986: 122):

مبوب مه ا ب امىب مذس ع اوفبري مالأهلل ل ظب وظم غ

“Barang siapa menekan rasa amarahnya sedang ia mampu

melampiaskannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan rasa

ketenangan dan keimanan.”

Kesimpulannya adalah mereka yang kuasa menekan perasaan marah

dan tidak melampiaskannya bahkan menelannya adalah sama dengan yng

diungkapkan oleh firman Allah SWT (Al-Maraghi, 1986: 120):

ن ا م غفش ارا مب غضب

“....dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (As-Syura, 42:37)

Page 58: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

47

والعبفه عه الىبس

Orang-orang yang suka memberi maaf kesalahan orang lain dan

membiarkan mereka, tidak menghukum, sekalipun mereka mampu

melakukan, hal itu merupakan tingkatan penguasaan diri dan pengendalian

jiwa yang jarang bisa dilakukan oleh setiap orang. Tingkatan ini lebih tinggi

dibanding tingkatan mereka yang menahan rasa marah tadi, karena terkadang

seseorang menekan amarahnya disebabkan sifat dengki. At-Tabrani

mengetengahkan sebuah hadis Ubay bin Ka‟ab bahwa Rasulullah saw. pernah

bersabda (Al-Maraghi, 1986: 120):

ه ظم عف عم حشفع اذسجبث ف بىبن ي ان ششف ا مه عش

مه لطع ص عظ مه حشم

“Barang siapa suka bangunan rumahnya (di surga) didirikan dan

derajatnya diangkat, hendaknya ia suka memberi maaf terhadap orang yang

berbuat aniaya terhadap dirinya, memberi kepada misin dan menyambung

silaturrahmi dengan orang yang memutuskannya.”

جضآء عئت عئت مثب فمه عفب ه ال حب اظبم أصح فؤجشي ع هللا او

“Dan balasan kejelekan itu adalah kejelekan pula, namun siapa yang

memaafkan dan memperbaiki (hubungannya), maka pahala baginya di sisi

Allah. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orng yang dzalim.” (As-Syura:

40)

Mereka tidak melakukan pembalasan terhadap orang yang berbuat

salah, menganiaya dirinya atau menyakiti hatinya, meskipun mereka memiliki

Page 59: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

48

kemampuan untuk melakukan pembalasan. Sebaliknya, mereka lebih

menyukai memberi maaf kepada manusia yang berbuat aniaya kepada

dirinya, semau perlakuan negatif atas dirinya diterima dengan ikhlas dan

sabar. Ayat ini memberi pengertian bahwa Nabi saw. memaafkan para

pemanah yang meninggalkan pos pertahanan dalam perang Uhud, sehingga

akhirnya menyebabkan pasukan muslim mengalami kekalahan. Nabi pun

tidak melakukan pembalasan terhadap para musyrik yang berlaku kejam

kepada Hamzah, paman Nabi, yang gugur dalam medan perang (As-

Shiddieqy, 2000: 690).

حت المحسىه وللا

Allah mengasihani hamba-hamba-Nya yang berbuat ihsan (kebaikan

yanng berlebih) kepada orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan,

dengan memberikan sebagian nikmat Allah yang diterimanya sebagai tanda

kesyukuran. Berbuat ihsan kepada orang lain adakalanya dengan memberikan

suatu kemanfaatan. Termasuk dalam ihsan ini adalah memberi petunjuk

kepada orang yang tersesat, mengeluarkan harta untuk jalan-jalan kebajikan

dan ibadat. Adakalanya ihsan dilakukan dengan jalan menolak kemudaratan

dari seseorang, tidak membalas keburukan dengan keburukan. Oleh karena

itu, ayat ini dipandang sebagai ayat yang mengumpulkan berbagai macam

sifat ihsan kepada orang lain (As-Shiddieqy, 2000: 690).

Mengingat hal itu, maka ayat ini mencakup semua segi kebajikan

terhadap orang lain. Allah SWT. telah menuturkan balasan kepada orang

yang suka berbuat kebaikan melalui firman-Nya Wallahu yuhibbul muhsinin.

Page 60: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

49

Perlu diperhatikan, bahwa kecintaan Allah terhadap hamba-hamba-Nya

merupakan derajat pahala yang paling agung (Al-Maraghi, 1986: 122)

فبستغفسوا لروىثهم والره إذا فعلىا فبحشة أو ظلمىا أوفسهم ذكسوا للا

Semua orang yang apabila mengerjakan dosa besar yang

kemudharatannya menyangkut orang lain, seperti zina, riba, mencuri, menipu,

korupsi, mengumpat, atau mengerjakan dosa kecil yang kemudharatannya

tidak mengganggu orang lain, mereka segera mengingat siksa Allah, ancaman

dan janji-Nya, lalu bertobat. Atau mereka segera mengingat kebesaran Allah,

keindahan-Nya, keutamaan-Nya, lalu memandang diri sendiri yang hina-dina

lantaran telah melakukan sesuatu yang tidak diridhai Allah. Yang demikian

segera mendorong jiwa mereka untuk tidak mengulangi kesalahan dan

kemaksiatan tersebut, sebaliknya, mereka bertobat (As-Shiddieqy, 2000:

691).

ومه غفس وىة إال للا الر

Ayat ini adalah jumlah mu‟taridah, antara ayat yang sebelum dan

sesudahnya, sebagai uacapan salut terhadap orang-orang yaang mau

bertaubat, penghibur hati bagi mereka, berita gembira bagi mereka lantaran

mendapat rahmat Allah yang luas dan ampunan-Nya sudah dekat, dan

meluhurkan kedudukan mereka karena telah mengetahui bahwa tidak ada

jalan lain bagi orang-orang yang berdosa kecuali hanya kepada kemurahan

dan kemuliaan Allah. Dan salah satu di antara kemurahan Allah ialah orang

yang bertaubat dari dosa, bagai orang yang tiada berdosa bagi Allah (Al-

Maraghi, 1986: 123). Tidak seorang pun yang mampu menghapus dosa-dosa

Page 61: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

50

seseorang ataupun memberikan pembalasan terhadap perbuatan dosa, kecuali

Allah, Tuhan yang Maha Tinggi (As-Shiddieqy, 2000: 691).

Seorang hamba jika berlindung kepada Allah, kemudian bertaubat

dengan segala kemampuannya, maka Allah memberi maaf dan

mengampuninya, betapapun besar dosanya. Sebab, ampunan dari Allah itu

lebih agung, dan kemurahan-Nya lebih besar. Sebagaimana dalam ayat ini

juga terkandung anjuran kepada hamba-hamba-Nya agar bertaubat kepada-

Nya dan peringatan bagi mereka agar jangan berputus asa (Al-Maraghi, 1986:

123).

وا على مب فعلىا وهم علمىن ولم صس

Mereka tidak terus menerus terjerumus dalam perbuatan dosa, tanpa

beristighfar (meminta ampun). Mereka segera menyadari bahwa

perbuatannya itu buruk dan keji. Mereka begitu mengingat Allah, segera

meminta ampun dan bertobat, dengan tidak mengulangi perbuatan dosanya

itu. ringkasnya, ayat ini memberi pengertian bahwa muttaqin yang telah

disediakan surga untuk mereka, tidak mau terus menerus berbuat kesalahan,

dosa dan maksiat, baik kecil ataupun besar. Perlu ditegaskan, istigfar yang

dimaksudkan di sini bukan membaca istighfar secara lisan, tetapi dalam

bentuk bertobat nasuha (berotbat secara sungguh-sungguh) (As-Shiddieqy,

2000: 691).

Firman Allah wahum ya’lamuna, artinya mereka menyadari kejelekan

yang dilakukannya, larangan melakukannya dan ancaman mengenai hal itu.

tujuan disebutkannya hal itu merupakan penjelasan bahwa bila pelakunya

Page 62: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

51

tidak mengetahui kejelekan perbuatannya itu dapat diberi ampunan lantaran

ketidaktahuannya itu (Al-Maraghi, 1986: 124).

هبز خبلده فهبأولئك جزاؤهم مغفسة مه زثهم وجىبت تجسي مه تحتهب األو

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa digambarkan dengan sifat-

sifat yang telah disebutkan tadi, bagi mereka adalah keselamatan dari siksaan,

dan pahala yang agung di sisi Tuhan, yaitu di surga yang di bawahnya

mengalir sungai-sungai (Al-Maraghi, 1986: 125)

Semua orang yang memiliki lima sifat seperti telah diterangkan itulah,

yang mencapai derajat kesempurnaan ruh dan memperoleh taufik Ilahi.

Mereka memperoleh pembalasan yang sangat bernilai, yaitu ampunan dari

Allah, pahala besar, dan kekal dalam nikmat yang abadi di dalam surga (As-

Shiddieqy, 2000: 691).

ووعم أجس العبمله

Pembalasan yang telah disebutkan, yang diberikan kepada perbuatan-

perbuatan yang bermanfaat bagi masyarakat luas adalah, sebaik-baik pahala

amal dan sebaik-baik pembalasan kepada semua orang yang beramal untuk

diri sendiri ataupun untuk orang lain (As-Shiddieqy, 2000: 692).

Kesimpulannya sebaik-baik balasan yang telah disebutkan tadi, yaitu

maghfirah dan surga, merupakan pahala bagi orang yang mengerjakan amal-

amal tersebut, baik berupa materi, seperti menginfakkan harta atau jiwa,

seperti tidak menimbulkan bahaya terhadap orang lain. Dalam hal ini

berbeda-beda tingkatan pahalanya sesuai dengan amal kebaikannya (Al-

Maraghi, 1986: 125).

Page 63: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

52

BAB IV

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR SURAT ALI IMRAN

AYAT 133 SAMPAI 136

Surat Ali Imran merupakan surat yang ke-3 dari 114 surat dalam al-

Qur‟an. Di dalamnya banyak mengandung ajaran tauhid yang dikisahkan dari

keluarga Imran. Tetapi pada ayat 133 sampai 136 ini banyak mengandung

pendidikan karakter, antara lain dermawan dengan menginfakkan hartanya di kala

lapang maupun sempit, menahan amarah saat kemarahan menguasai diri,

memaafkan kesalahan orang lain, serta segera bertaubat saat melakukan dosa.

Jika seseorang telah memiliki semua sifat-sifat itu maka ia telah sampai pada

derajat kesempurnaan takwa. Namun, untuk bisa memiliki sifat-sifat tersebut

bukanlah hal yang mudah, untuk itu Allah akan memberi balasan surga bagi yang

bisa bersifat demikian. Oleh sebab itu, mengingat pentingnya pendidikan karakter

dalam kehidupan manusia, maka peneliti bermaksud mengadakan pengkajian

terhadap pendidikan karakter sebagaimana termaktub dalam al-Qur‟an surat Ali

Imran ayat 133 sampai 136.

A. Konsep Pendidikan Karakter Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat

133-136

Telah disebutkan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses

pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti, atau akhlak

mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilai-nilai ke-

Indonesiaan, dalam rangka mengembangkan kepribadian seseorang supaya

Page 64: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

53

menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter

sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama (Zuchdi, 2009: 76).

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian manusia yang

baik, menyempurnakan diri individu secara terus-menerus dan melatih

kemampuan diri demi menuju ke arah hidup yang lebih baik. Tentunya agar

dapat mencapai kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat.

Namun,pembentukan karakter pada diri seseorang tidak serta merta dapat

tertanam begitu saja. Perlu usaha terus menerus untuk melatihnya agar dapat

terbiasa dengan perilaku yang baik tersebut.

Setelah mengetahui dan memahami penafsiran surat Ali Imran ayat

133 sampai 136 yang telah dikemukakan oleh para ahli tafsir serta aspek-

aspek pendidikan karakter yang ada di dalamnya, maka konsep pendidikan

karakter menurut al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 133 sampai 136 adalah

bergegas dalam kebaikan. Yang dimaksud di sini adalah bergegas untuk

melakukan infak, menahan amarah, memaafkan, segera dalam bertaubat serta

berbuat ihsan. Karena orang yang memiliki karakter tersebut berarti ia telah

mencaai derajat ketakwaan, maka dari itu balasannya adalah ampunan dari

Allah dan surga-surga yang telah disediakan bagi mereka. Pada ayat tersebut

mengajarkan dan mendidik seseorang bagaimana agar dapat memiliki

karakter mulia yang diajarkan oleh Rasulullah.

Allah mengetahui bahwa untuk membiasakan perilaku seperti

menginfakkan harta di kala lapang maupun sempit, memaafkan kesalahan

orang lain dan melupakannya, menahan diri saat amarah menguasai hati dan

Page 65: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

54

pikiran, bukanlah suatu perkara yang mudah. Maka secara ringkas dalam

surat Ali Imran ayat 133-136 ini, Allah akan menganugrahi nikmat yang

besar pada hamba-Nya yang mampu membiasakan atau berkarakter secara

demikian, yaitu ampunan dari Allah dan surga-surga yang telah disediakan

untuk mereka.

B. Aktualisasi Pendidikan Karakter Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 133-136

Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti

seseorang. Orang yang berkarakter berarti ia berkepribadian, berperilaku,

bersifat, bertabiat dan berwatak. Jadi, dapat dikatakan bahwa individu yang

berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang

terbaik terhadap Allah SWT (Syafri, 2014: 7).

Setiap orang memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, karena

karakter merupakan perilaku, watak, budi pekerti, akhlak yang membedakan

seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak ayat Al-Qur‟an yang

menerangkan tentang pendidikan karakter atau akhlak, beberapa diantara ayat

tersebut adalah ayat yang terdapat dalam QS Ali Imran ayat 133 sampai

dengan ayat 136. Di dalam ayat-ayat tersebut terkandung pendidikan karakter

yang berhubungan dengan perilaku sehari-hari, diantaranya yaitu:

1. Menginfakkan harta pada saat lapang maupun sempit

Petunjuk agama telah memberikan arah dan bimbingan kepada kita,

bahwa jiwa manusia itu hendaknya mempunyai rasa dermawan yang

tumbuh berdasarkan kesadaran, sekalipun ia sedang dilanda kemiskinan.

Page 66: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

55

Hendaknya ia membiasakan diri berbuat kebajikan, sesuai dengan

kekuatannya agar merasa enggan melakukan perbuatan-perbuatan rendah

yang daat menyeret dirinya lantaran terdesak kebutuhan. Hendaknya ia

menjauh dengan segala kemampuannya dari meminta-minta atau

menadahkan tangan kepada orang utnuk meminta kebaikan. Hal itu

merupakan perbuatan nista yang tidak layak dilakukan seorang

muslim/mukmin yang mempercayai bahwa rezki berada pada genggaman

Allah Swt. Hanya Dia-lah yang memberi dan mencegah rezki (Al Maraghi,

1974: 117).

Bersedekah tidak harus menunggu kaya, tidak harus saat memiliki

uang yang banyak, tetapi di saat miskin pun tidak menghalangi seseorang

untuk menginfakkan hartanya di jalan Allah walaupun hanya sedikit. Allah

akan menambah nikmat orang yang mau berbagi dengan orang lain.

Seperti telah kita tahu, rumus sedekah adalah mengeluarkan 10 akan

kembali 100. Saat kita mengeluarkan uang untuk diberikan kepada orang

yang lebih membutuhkan, maka sebenarnya uang kita tidak berkurang,

tetapi justru akan bertambah. Karena Allah lah yang akan menambah

dengan 10 kali lipatnya, dengan memberi rejeki melalui jalan yang lain.

Allah telah mengatur rejeki setiap hamba-Nya. Jika seseorang

meyakini bahwa yang memberi dan menahan rejeki adalah Allah, maka ia

tidak akan gentar untuk teta berinfak walaupun sedang dilanda

kemiskinan. Dengan begitu, orang tersebut tidak akan terjerumus ke dalam

jalan yang hina dengan meminta-minta kepada orang lain tetapi yakin

Page 67: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

56

bahwa Allah lah yang akan memberinya. Orang yang kaya pun tidak boleh

terlena dengan hartanya, karena sesungguhnya harta itu adalah titipan dari

Allah. Maka dari itu, harus dikembalikan kepada Allah dengan jalan

menginfakkan hartanya ke jalan yang benar. Tidak harus berinfak dengan

harta yang banyak, tetapi semampunya, tidak harus dengan uang tetapi

bisa dengan makanan atau benda.

Tetapi memang tidak semua orang mudah melakukannya, karena

pada kenyataannya masih banyak orang miskin yang menderita, anak

jalanan yang terlantar, dan orang meminta-minta yang semakin bertambah

banyak. Hal itu karena kurangnya kesadaran dan sedikitnya orang-orang

yang berkarakter seperti yang telah disebutkan di atas. Maka dari itu,

pendidik harus menanamkan kepada peserta didik agar membiasakan

menginfakkan hartanya di kala lapang maupun sempit, sehingga dapat

meminimalisir keadaan tersebut. Pendidik harus mengajarkan kepada

mereka bahwa berinfak harus didasari lillahi ta‟ala dan sekaligus

menanamkan keyakinan agar peserta didik tidak tunduk kepada hukum

ekonomi saja.

Seandainya orang-orang Islam dermawan gemar menginfakkan harta

bendanya tatkala dibutuhkan, maka pasti keadaan kita sekarang berbeda

dengan apa yang ada sekarang di tengah para pemeluk agama lain dan

niscaya keadaan kita akan dihormati dan disegani. Akan tetapi, keadaan

kita seperti yang dilihat sekarang. Mudah-mudahan Allah mengubah jiwa

kaum muslimin dan membimbing mereka kepada hal-hal yang maslahat

Page 68: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

57

untuk diri mereka, agar mereka mau mengikuti perintah-perintah kitab dan

menjauhi larangan-larangan-Nya. Sebab dalam hal-hal tersebut terkandung

kebahagiaan dunia akhirat (Al Maraghi, 1974: 119).

2. Menahan amarah

Seseorang yang dapat menahan diri ketika amarah telah menguasai

hati dan pikirannya termasuk dalam orang yang bertakwa. Karena ia dapat

menahan nafsu amarah dan tidak melampiaskannya, ia juga tidak bertekad

untuk dendam. Perilaku tersebut sangat sulit untuk dipraktekkan, tetapi

jika seseorang memiliki karakter tersebut berarti ia bertakwa kepada Allah.

Karena Allah sangat menyukai orang yang dapat mengekang amarahnya,

seperti terdapat dalam hadis yang sering kita dengar:

جىت ه ا ال حغضب

“Janganlah kamu marah, bagimu surga.”

Allah akan memberi balasan surga bagi orang yang dapat

mengendalikan amarahnya dan tidak melampiaskannya kepada orang yang

telah mendholiminya, karena ia bertakwa kepada Allah. Dalam dunia

pendidikan, peserta didik dilatih untuk memanage emosi, dan pendidik

harus menumbuhkan rasionalitas kepada peserta didik sekuat mungkin,

sehingga kekuatan itu akan menjadi panglima dalam diri mereka untuk

mengalahkan emosi.

3. Memaafkan kesalahan orang lain

Dalam surat Ali Imran ayat 134 mengandung isyarat tentang baiknya

pemaafan Nabi saw. terhadap pasukan pemanah, bahwa beliau tidak

Page 69: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

58

menghukum mereka atas pelanggaran perintahnya. Ayat ini juga

mengandung petunjuk Nabi saw. agar membiarkan kaum musyrikin tidak

membalas atas perlakuan meeka terhadap sang paman Hamzah ra. yang

pada waktu itu beliau melihatnya dalam keadaan menyedihkan (Al

Maraghi, 1974: 121).

Nabi Muhammad langsung memaafkan para pasukan pemanah yang

melanggar perintah beliau yang mengakibatkan kaum muslimin

mengalami kekalahan dalam perang Uhud. Begitu mudahnya Nabi saw.

memaafkan mereka yang telah membuat kesalahan yang fatal karena

keserakahan mereka. Nabi saw. pun tidak membalas perbuatan orang-

orang kafir yang telah membunuh pamannya, Hamzah dengan kejam.

Walaupun Nabi saw. bisa saja melakukan pembalasan, tetapi beliau tidak

melakukannya dan membiarkan mereka.

Pendidikan karakter dalam memaafkan orang lain ini dicontohkan

secara langsung oleh Rasulullah walaupun dalam keadaan yang berat.

Bukan hanya harus memaafkan saja, tetapi justru berbuat baik kepada

orang yang pernah melakukan kesalahan, itulah perilaku yang disukai

Allah. Seperti kisan Rasulullah yang diejek dan selalu dicaci maki orang

tua buta yang kafir, tetapi Rasulullah membalasnya dengan memberinya

makanan bahkan selalu menyuapinya tanpa sepengetahuan orang tua buta

itu, hingga akhirnya ketika Rasulullah wafat, dan ia baru mengetahuinya

akhirnya ia masuk Islam.

Page 70: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

59

عبذ اال عضا ذ ا ال ض عف فبن ا : عىم بب عف ا عى ص هللا ع

وم هللا ا عض فخعبف

Rasulullah saw.: “Hendaknya engkau memaafkan, karena tindakan

memaafkan itu akan menambahkan kemuliaan seorang hamba. Salinglah

memaafkan sehingga kalian mendapatkan kemuliaan dari Allah.”

(Muhammad, 2001: 249)

Pendidik harus menanamkan toleransi kepada peserta didik agar

memaafkan kesalahan orang lain dengan tidak membalas perbuatan yg

mereka lakukan. Dengan begitu peserta didik akan terbiasa memiliki jiwa

yang mulia. Dalam pendidikan harus dimulai dari kemuliaan jiwa karena

orang yg ikhlas itu hanyalah orang yang mulia jiwanya.

4. Segera bertaubat

Seorang hamba, jika berlindung kepada Allah, kemudian bertaubat

dengan segala kemampuannya, maka Allah memberi maaf dan

mengampuninya, betapapun besar dosanya. Sebab, ampunan dari Allah itu

lebih agung, dan kemurahan-Nya lebih besar. Sebagaimana dalam ayat ini

juga terkandung anjuran kepada hamba-hamba-Nya agar bertaubat kepada-

Nya dan peringatan bagi mereka agar jangan berputus asa (Al Maraghi,

1974: 123).

Seseorang yang apabila melakukan dosa dan segera memohon

ampun kepada Allah dan tidak mengulangi perbuatan dosanya itu, maka ia

telah bertobat kepada Allah. Jika seseorang itu benar-benar menyesal dan

bertobat dengan segala kemampuannya maka Allah akan mengampuninya

Page 71: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

60

karena Allah Maha Pengampun. Dan tidak ada yang dapat mengampuni

dosa seorang hamba kecuali Allah SWT. Dengan selalu mengingat Allah,

maka seseorang akan terhindar dari perbuatan dosa, karena ia mengetahui

bahwa Allah selalu mengawasinya dan ia takut bahwa azab dari Allah

sangat pedih.

Orang mukmin yang bertakwa tidak akan melakukan dosa secara

terus menerus, sedang ia mengetahui larangan Allah tentang itu, dan

ancaman Allah bagi pelakunya. Dengan demikian, ia mengetahui bahwa

perbuatan dosa itu merupakan perbuatan fasik, dan keluar dari tatanan

syari‟at. Pada ayat yang telah disebutkan menunjukkan bahwa orang-orang

yang bertakwa yang telah disediakan surga oleh Allah untuk mereka

adalah orang-orang yang tidak terus menerus melakukan perbuatan dosa,

baik kecil maupun besar. Sebab, ingatnya mereka kepada Allah dapat

mencegah perbuatan dosa, karena terus-menerus melakukan dosa kecil

akan menjadi dosa besar (Al Maraghi, 1974: 124).

عشاس صغشة مع اال عخغفبس شة مع اال ال وب

“Tidak ada dosa besar yang disertai istighfar dan tidak ada dosa

kecil yang selalu dibarengi dengan keberlangsungan.”

Dalam pendidikan, seorang pendidik harus mengajarkan ilmu

pengetahuan tentang taubat. Agar jika peserta didik melakukan suatu dosa,

ia segera memohon ampun ketika dan tidak mengulanginya lagi, walaupun

itu dosa kecil. Karena dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus

akan menjadi dosa besar yang dapat mengakibatkan seseorang masuk ke

Page 72: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

61

neraka. Dan saat peserta didik berbuat dosa, mereka segera beristighfar

memohon ampunan Allah, namun bukan sekedar membaca istighfar secara

lisan, tetapi bertaubat dengan sungguh-sungguh dan tidak mengulanginya

serta mengiringinya dengan perbuatan yang baik.

5. Berbuat Ihsan/baik

Yang dimaksud berbuat ihsan di sini adalah berbuat kebaikan yang

berlebih. Seperti menolong orang yang sedang membutuhkan, memberi

petunjuk jalan yang benar kepada orang yang tersesat, menginfakkan harta

di jalan Allah sebagai tanda kesyukuran, serta berbuat baik kepada orang

yang telah melakukan kesalahan kepada kita atau menyakiti hati kita,

bukan membalasnya dengan keburukan. Karena Allah sangat menyukai

orang-orang yang berbuat ihsan.

مه ححخب حج أن م جىج حجش عما اص ا ه ءامى ش از بش

األوبس

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan

berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir

sungai-sungai di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 25)

Setiap pendidik pasti mengajarkan peserta didiknya untuk selalu

berbuat kebaikan. Namun, mengacu pada pendidikan karakter ini, peserta

didik diharapkan dapat berbuat kebaikan yang berlebih seperti yang telah

disebutan di atas, agar mereka dapat meraih derajat ketakwaan dan

memperoleh balasan surga.

Page 73: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan-pembahasan dan analisis pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan antara lain:

1. Konsep pendidikan karakter menurut al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 133

sampai 136 adalah:

a. Pendidikan karakter yang ditanamkan kepada peserta didik adalah

membentuk kepribadian yang baik bagi mereka dan

menyempurnakan diri peserta didik secara terus-menerus dengan

selalu bergegas dalam kebaikan.

b. Balasan berupa surga yang disebutkan Allah dalam surat tersebut

mengisyaratkan bahwa seyogyanya pendidikan karakter dimaksudkan

pendidik untuk menguatkan iman peserta didik.

c. Pendidikan karakter dalam surat Ali Imran ayat 133-136 menyatakan

bahwa berbuat kebaikan itu harus dijadikan kebiasaan. Karena dalam

pandangan Allah yang dinilai bukan hanya kebaikan itu sendiri tetapi

juga istiqomahnya kebaikan. Dalam melakukan kebaikan sedikit

tetapi konsisten itu lebih baik dibandingkan melakukan banyak

kebaikan tetapi tidak istiqomah.

2. Aktualisasi pendidikan karakter mengenai tafsir surat Ali Imran ayat 133-

136 dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

Page 74: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

63

a. Pendidik memberikan penanaman akhlak kepada peserta didik agar

membiasakan menginfakkan hartanya dan harus didasari lillahi ta‟ala.

b. Peserta didik dapat memanage emosi, dan pendidik senantiasa

menumbuhkan rasionalitas kepada peserta didik untuk mengalahkan

emosi.

c. Pendidik menanamkan toleransi kepada peserta didik agar memaafkan

kesalahan orang lain dan memiliki kemuliaan jiwa.

d. Peserta didik memiliki kesadaran untuk cepat mengkoreksi diri dan

cepat memperbaiki diri

e. Peserta didik dapat membiasakan diri berbuat kebaikan yang berlebih

seperti yang disebutkan di atas.

B. Saran

Penelitian yang dilakukan peneliti dalam bab pendidikan karakter ini

merupakan suatu ajakan kepada para pembaca khususnya penulis untuk

menanamkan karakter untuk bersegera dalam kebaikan seperti yang telah

disebutkan di atas dalam diri masing-masing. Karena orang yang memiliki

karakter tersebut akan mencapai kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.

Page 75: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

Daftar Pustaka

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 2010. Islam dan Sekularisme. Alih bahasa

oleh Khalif Muammar, dkk. Bandung: Institut Pemikiran Islam dan

Pengembangan Insan (PIMPIN).

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Asmani, Jamal Makmur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian

Pendidikan. Jogjakarta: DIVA Press

As-Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasby. 2000. Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur.

Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Athiyyah, Muhammad. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam. Bandung:

Pustaka Setia

Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi

Aksara

Hidayatullah, M Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban

Bangsa. Surakarta: Yuma Pressindo.

Huda, Miftahul. 2009. Idealitas Pendidikan Anak. Malang: Malang Press

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tafsir

Ikhsan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Indar, Djumberansyah. 1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya Abditam.

Jumali dan Surtikanti. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah

Univercity Press

Katsir, Ibnu. 2006. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Miles, Mathew B. dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak

Dari Rumah. Yogyakarta: PT Bintang Pustaka Abadi

Purwanto, Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Rajak, Nasruddin. 1993. Dienul Islam. Bandung: Al-Qur‟an Ma‟arif

Reysyahri, Muhammad M. 2001. Mizanul Hikmah. Jakarta: Nur Al-Huda

Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian: Public Relation & Komunikasi.

Jakarta: Rajawali Pers

Page 76: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

Sadulloh, Uyoh. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cet. VI. Bandung:

Alfabeta

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Kesesuaian

Alqur’an. Jakarta: Lentera Hati

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar ruzz.

Syafri, Ulil Amri. 2012. Pendidikan Karater Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada

Zuchdi, Darmiyati. 2009. Pendidikan Karakter grand Design dan Nilai-Nilai

Target. Yogyakarta: UNY Press

Page 77: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian
Page 78: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

DAFTAR NILAI SKK

Nama

P A

:

:

AHMAD MUDASIR

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd

NIM

Jurusan

:

:

111-12-162

PAI

No Jenis kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai

1

Orientasi Pengenalan Akademik

dan Kemahasiswaan (OPAK)

“progresifitas Kaum muda,

kunci perubahan Indonesia”

05-07 September

2012 Peserta 3

2

Orientasi dasar keislaman

“membangun karakter

keislaman bertaraf

internasional di era globalisasi

bahasa”

10 September 2012 Peserta 2

3 Seminar “explore your

entrepreneurship talent” 11 September 2012 Peserta 2

4

Achievment motivation

training

“dengan AMT, bangun

karakter, raih prestasi”

12 September 2012 Peserta 2

5

Library user education

(pendidikan pemakai

perpustakaan)

13 September 2012 Peserta 2

6

Seminar regional oleh Resimen

Mahasiswa Sat. 953

“KALIMOSODO” “Indonesia

Satu”

29 Oktober 2012 Peserta 4

7 Bedah buku “24 Cara Mendongkrak IPK”

5 Desember 2012 Peserta 2

8

Pendidikan dasar

perkoperasian “Mencetak

Kader KOPMA Fatawa Yang

Berjiwa Koperasi dan

Enterpreneur dalam Rangka

Menghadapi Perekonomian

Global”

12-14 Februari

2013 Peserta 2

9

Seminar Nasional “Ahlusunnah

waljamaah dalam perspektif

Islam Indonesia”

26 Maret 2013 Peserta 8

Page 79: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian

10 Seminar Nasional “How to

develop the best generation” 1 Juni 2013 Peserta 8

11

Public hearing “STAIN

menuju IAIN dari mahasiswa

oleh mahasiswa untuk

mahasiswa”

10 Juni 2013 Peserta 2

12

Seminar Nasional “Mengawal

pengendalian BBM bersubsidi,

kebijakan BLSM yang tepat

sasaran serta pengendalian

inflasi dalam negeri sebagai

dampak kenaikan harga BBM

bersubsidi”

08 Juli 2013 Peserta 8

14

Surat Keterangan TPQ AR-

RAHMAN Mushala AR-

RAHMAN Kridanggo Salatiga

08 Februari 2014 Pengajar 21

15

Ibtida‟ lembaga dakwah

kampus (LDK) Darul Amal

STAIN Salatiga

12-13 April 2014 Peserta 2

16

Gebyar seni qur‟anyy umum

ke-IV se-Jawa Tengah

“Aktualisasi makna dan Syi‟ar

Al-Qur‟an sebagai Sumber

Inspirasi”

05 November 014 Peserta 4

17

Seminar Nasional “Perbaikan

mutu pendidikan melalui

profesionalitas pendidikan”

13 November 2014 Peserta 8

18

Pendidikan Anggota Dasar

(PAD) AL-KHIDMAH

Kampus Kota Salatiga

06-07 Desember

2014 Peserta 2

19

Seminar Regional

“Membangun Karakter

Kepemimpinan KSEI dalam

Akselerasi Pembumian Ajaran

Islam di Bidang Ekonomi”

13 Desember 2014 Peserta 4

20

International Seminar on the

Inaguration of IAIN Salatiga

“ASEAN Economic

Community 2015;Prospects

and Challenges for Islamic

Higher Education”

28 Februari 2015 Peserta 8

Ngabuburit dan dialog lintas

agama Salatiga Bhinneka

Tunggal Ika

30 Juni 2015 Peserta 2

21 Bedah buku “Muda 7 Warna”

oleh HMJ PAI IAIN Salatiga 23 September 2015 Peserta 2

Page 80: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian
Page 81: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian
Page 82: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TAFSIR AL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1626/1/bakar cd ahmad... · sumber kepustakaan seperti buku, majalah, artikel dan jurnal. Dalam penelitian