hasil penelitian pendidikan karakter dalam …
TRANSCRIPT
HASIL PENELITIAN
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN DI SMP NEGERI 4 BANTIMURUNG
BERDASARKAN PROGRAM ADIWIYATA
SUMIATI
11A17005
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
N a m a : Sumiati
Nomor Pokok : 11A17005
Program Studi : Ilmu Pendidikan
Judul Disertasi: Pendidikan Karakter Dalam Pengelolaan Lingkungan Di SMPN
4 Bantimurung Berdasarkan Program Adiwiyata
Makassar, Pebruari 2015
Menyetujui:
Prof. Dr. H. Alimuddin Mahmud, M.Pd.
Promotor
Prof. Dr. H. Gufran.D.Dirawan, M.EMD, MA. Prof. Dr.Hj. Rabihatun Idris,MS
Kopromotor Kopromotor
Mengetahui:
Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar
Prof. Dr. H. Arifin Ahmad, M.A. Prof. Dr. Jasruddin, M.Si.
NIP. 19500212197602 1 001 NIP. 19641222 199103 1 002
32
LEMBAR VALIDASI
PEDOMAN WAWANCARA
A. Petunjuk
Dalam rangka penyusunan disertasi dengan judul “ Pendidikan Karakter
Dalam Pengelolaan Lingkungan di SMP Negeri 4 Bantimurung
Berdasarkan Program Adiwiyata,” peneliti melakukan penelitian tentang
pengimplentasian pendidikan karakter di sekolah menengah pertama dengan
basis pengelolaan lingkungan yang dan berdasarkan program adiwiyata. Mohon
kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan:
1. Penilaian dengan meninjau beberapa aspek, penilaian umum, dan saran-saran
untuk merevisi instrumen wawancara yang telah di susun.
2. Penilaian dengan meninjau kesesuaian butir soal dan indikator yang diamati
dengan memberikan tanda cek list (√) pada kolom nilai yang telah tersedia
dengan menggunakan skala sebagai berikut:
1 : Tidak Relevan
2 : Agak Relevan
3 : Relevan
4 : Sangat Relevan
3. Untuk revisi- revisi, Bapak/Ibu dapat langsung menuliskan pada naskah yang
perlu untuk direvisi atau menuliskannya pada bagian saran yang telah
disediakan.
Terima kasih atas perhatian Bapak/ Ibu untuk memberikan penilaian secara
objektif.
33
B. Format Penilaian ( Dinas Pendidikan dan BAPPEDA)
Indikator Butir Soal Skala Penilaian
1 2 3 4
a. Gambaran
umum
Kabupaten
Maros
1. Tofografi
2. Demogratif
b. Sejarah dan
perkembangan
SMPN 4
Bantimurung.
1. Tofografi
2. Demografi
c. Jumlah siswa
SMPN 4
Bantimurung
1. Siswa dan
siswi SMPN 4
Bantimurung
d. Pelaksanaan
pendidikan
karakter
1. Perencanaan
2. Kurikulum
3. Silabus
4. RPP
5. pembelajaran
e. Pengelolaan
lingkungan
1. Pemanfaatan
2. Pelestarian
3. Berkelanjutan
f. Program
adiwiyata
1. Pengembangan
kebijakan
sekolah peduli
lingkungan dan
1. Jelaskan kondisi
lingkungan pendidikan
di kabupaten maros?
2. Jelaskan kondisi
lingkungan instansi
pendidikan di Kabupaten
Maros?
3. Jelaskan kondisi umum
pelaksanaan pendidikan
karakter pada SMP
Negeri Kabupaten
Maros?
4. Bagaimana pengelolaan
lingkungan di SMP
Negeri Kabupaten
Maros berdasarkan
program adiwiyata?
5. Bagaimana perencanaan
pendidikan karakter
yang berbasis
pengelolaan lingkungan
di SMP Negeri
Kabupaten Maros?
6. Jelaskan teknik evaluasi
pendidikan karakter
dalam pengelolaan
lingkungan berdasarkan
program adiwiyata di
SMP Negeri Kabupaten
Maros?
7. Bagaimana kondisi
lingkungan di
Kabupaten Maros?
8. Bagaimana keterkaitan
antara kondisi
lingkungan terhadap
perencanaan pendidikan
di Kabupaten Maros?
9. Bagaimana keterkaitan
antara pengelolaan
lingkungan dengan
perencanaan
34
berbudaya
lingkungan
2. Pengembangan
kurikulum
berbasis
lingkungan
3. Pengembangan
kegiatan
berbasis
partisipatif
pembangunan di
Kabupaten Maros?
10. Bagaimanakah
perencanaan sistem
pendidikan dalam
kaitannya dengan
pendidikan karakter?
11. Apakah ada
perencanaan pendidikan
karakter di sekolah?
Konsep inti Karakter dan Kondisi
lingkungan pendidikan di
Kabupaten Maros.
35
C. Format Penilaian (Kepala Sekolah)
Indikator Butir Soal Skala Penilaian
1 2 3 4
a. Sejarah
Perkembanga
n SMPN 4
Bantimurung
1. Tofografi
2. Demografi
b. Pelaksanaan
Pendidikan
Karakter
1. Perencanaan
2. Kurikulum
3. Silabus
4. Rpp
5. Proses
Pembelajaran
c. Pengelolaan
Lingkungan
1. Pemanfaatan
2. Pelestarian
3. Berkelanjutan
d. Program
Adiwiyata
1. Pengembanga
n kebijakan
sekolah peduli
lingkungan
dan berbudaya
lingkungan.
2. Pengembanga
n kurikulum
berbasis
lingkungan.
3. Pengembanga
n kegiatan
berbasis
partisipatif.
4. Pengelolaan
dan atau
pengembanga
1. Jelaskan sejarah
perkembangan SMP Negeri 4
Bantimurung?
2. Berapa jumlah siswa dan
siswi SMP Negeri 4
Bantimurung?
3. Jelaskan pelaksanaan
pendidikan karakter di SMP
Negeri 4 bantimurung?
4. Bagaimana pelaksanaan
pengelolaan lingkungan di
SMP Negeri 4 Bantimurung?
5. Bagaimana pemahamannya
tentang program adiwiyata?
6. Bagaimana perencanaan
pendidikan karakter dalam
pengelolaan lingkungan
berdasarkan program
adiwiyata?
7. Bagaimana pelaksanaan
pendidikan lingkungan
berdasarkan program
adiwiyata di SMP Negeri 4
Bantimurung?
8. Bagaimana teknik evaluasi
pendidikan karakter dalam
pengelolaan lingkungan
berdasarkan program
adiwiyata?
9. Bagaimana dampak
pendidikan karakter dalam
pengelolaan lingkungan
berdasarkan programa
adiwiyata?
10. Jelaskan pemanfaatan sarana
dan prasarana yang ramah
lingkungan di SMP Negeri 4
Bantimurung?
11. Bagaimana cara menerapkan
pengetahuan lingkungan dan
seluruh warga sekolah di
SMP Negeri 4 Bantimurung?
36
n sarana
pendukung
sekolah.
e. Evaluasi
pendidikan
karakter,
pendidikan
lingkungan
dan program
adiwiyata
1. Manajemen
sekolah.
2. Kurikulum
sekolah.
3. Silabus dan
RPP
4. Proses
pembelajaran.
5. Penilaian.
12. Jelaskan cara
mengkomunikasikan
pembelajaran lingkungan
hidup seluruh warga sekolah
di SMP Negeri 4
Bantimurung?
13. Bagaimana tingkat kejujuran
siswa di SMP Negeri 4
Bantimurung?
Konsep Inti Pendidikan karakter,
pendidikan lingkungan, dan
program adiwiyata
37
D. Format Penilaian ( Guru BK, PKn, Agama dan wali kelas)
Indikator Butir Soal Skala Penilaian
1 2 3 4
a. Disiplin
1. Kebersihan
dan
ketertiban
kelas.
2. Menjaga
kebersihan
toilet,
halaman,
kebun
sekolah, dan
lingkungan
sekolah.
b. Kerja keras
1. Melakukan
pagi bersih
setiap hari
mulai pukul
06.30 s/d
06.50.
2. Membentuk
piket harian
3. Mentaati
jadwal
kegiatan
sekolah.
c. Kreatif
1. Membiasaka
n menyapa.
2. Menghormati
ide/pendapat
orang lain
3. Membiasaka
n
mengucapka
n terima
kasih.
4. Berani
mengakui
kesalahan.
1. Bagaimana sikap siswa
terhadap peraturan dan
tata tertib sekolah?
2. Bagaimana perilaku siswa
terhadap kebersihan
lingkungan sekolah?
3. Jelaskan perilaku siswa
pada saat proses
pembelajaran berlangsung
di kelas?
4. Bagaimana sikap siswa
jika berpapasan dengan
guru-guru di sekolah?
5. Bagaimana sikap siswa
terhadap siswa lainnya
jika mereka saling
bertemu di lingkungan
sekolah?
6. Bagaimana sikap siswa
melihat sampah yang
berserakan di dalam kelas
ataupun diluar kelas?
7. Bagaimana sikap siswa
terhadap perayaan hari-
hari besar?
8. Jelaskan etika siswa pada
saat menyampaikan
pendapat kepada orang
lain di sekolah?
9. Bagaimana sikap siswa
jika mendapat pujian atau
bantuan dari orang lain di
sekolah?
10. Bagaimana sikap siswa
terhadap pelaksanaan
shalat dhuhur berjamaah
setiap hari di sekolah?
11. Bagaimana sikap siswa
terhadap pelaksanaan
sholat Dhuha berjamaah
yang dilaksanakan setiap
hari sabtu pagi di sekolah?
38
5. Memanfaatk
an lahan dan
fasilitas
sekolah.
d. Peduli sosial
1. Merayakan
peringatan
hari besar
2. Menyampaik
an pendapat
secara sopan
tanpa
menyinggun
g perasaan
orang lain.
e. Tanggung
jawab
1. Membaca
Al-Qur’an
dan berdo’a
setiap pagi
sebelum
pembelajaran
di mulai
2. Sholat dhuha
berjamaah
setiap hari
sabtu
3. Shalat
Dhuhur
berjamaah
setiap hari
12. Pengaruh apa yang di
timbulkan terhadap siswa
dengan membacAl-Qur’an
dan berdo’a sebelum
pembelajaran di mulai?
13. Bagaimana sikap siswa
terhadap pelaksanaan pagi
bersih setiap hari yang
dilakukan mulai pukul
06.30 s/d 06.50 di
sekolah?
14. Bagaimana perilaku siswa
terhadap pembentukan
piket harian di sekolah?
15. Bagaimana tingkat
kejujuran siswa yang di
tanamkan di sekolah?
16. Jelaskan perilaku siswa
saat proses pembelajaran
berlangsung di kelas?
17. Bagaimana perilaku siswa
pada saat ulangan harian
dan ulangan semester di
kelas?
18. Apa kreativitas siswa di
kelas?
19. Bagaimana sikap siswa
terhadap tugas
membersihkan kelas setiap
hari?
20. Bagaimana sikap siswa
terhadap pelaksanaan
upacara bendera yang
dilaksanakan setiap hari
senin di sekolah?
21. Bagaimana sikap siswa
dalam mematuhi waktu
jam pelajaran di mulai?
Konsep inti Disiplin, kerja keras,
kreatif, rasa ingin tahu,
peduli lingkungan, peduli
sosial, tanggung jawab
39
E. Format Penilaian (Siswa Dan Orang Tua Siswa)
Indikator Butir Soal Skala Penilaian
1 2 3 4
a. Pengelolaan
lingkungan
1. Pemanfaatan
2. Pelestarian
3. Berkelanjutan.
b. Program
adiwiyata
1. Pengembangan
kebijakan sekolah
peduli lingkungan
dan berbudaya
lingkungan
2. Pengembangan
kurikulum berbasis
lingkungan.
3. Pengembangan
kegiatan berbasis
partisifatif
4. Pengelolaan dan
atau
pengembangan
sarana pendukung
sekolah.
c. Dampak
pendidikan
karakter dalam
pengelolaan
lingkungan
1. Manajemen.
2. Kurikulum
3. Silabus dan RPP
4. Proses
pembelajaran
5. Penilaian.
d. disiplin
1. Kebersihan dan
ketertiban kelas.
2. Menjaga
kebersihan toilet,
1. Apakah anda menjaga
kebersihan lingkungan
lingkungan sekolah?
2. Apakah anda menjaga
kerapian berpakaian
setiap hari ke sekolah?
3. Apakah anda datang ke
sekolah tepat waktu
sebelum pembelajaran di
mulai?
4. Apakah anda paham
tentang pendidikan
karakter?
5. Apakah anda mengerti
program adiwiyata?
6. Bagaimana anda
melestarikan ingkungan
hidup di sekolah?
7. Apakah anda selalu
melaksanakan pagi
bersih sebelum
pembelajaran di mulai
bersama warga sekolah
lainnya?
8. Apakah anda mengerti
tujuan dari program
adiwiyata?
9. Bagaimana tanggapan
40
halaman, kebun
sekolah, dan
lingkungan
sekolah.
e. Kerja keras
1. Pembuatan taman
kelas
2. Penanaman pohon
besar dan kecil
yang produktif
3. Membangun toilet
1 kelas 1 toilet.
4. Melakukan pagi
bersih setiap hari
mulai pukul 06.30
s/d 06.50.
5. Membentuk piket
harian.
6. Mentaati jadwal
kegiatan sekolah.
f. Kreatif
1. Membiasakan
menyapa
2. Menghormati
ide/pendapat orang
lain.
3. Membiasakan
mengucapkan
terima kasih
4. Berani mengakui
kesalahan.
5. Memanfaatkan
lahan dan fasilitas
sekolah.
g. Rasa ingin tahu
1. Melakukan
kegiatan
pembelajaran
tentang
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
2. Menerapkan
anda dengan pelaksanaan
sholat Dhuha berjamaah
yang dilakukan setiap
hari sabtu pagi di
sekolah?
10. Bagaimana tanggapan
anda tentang shalat
dhuhur berjamaah yang
dilaksanakan setiap hari
di sekolah?
11. Apakah anda setuju
dengan membaca Al-
Qur’an dan berdo’a
sebelum mata pelajaran
dimulai?
12. Apakah anda memiliki
pengetahuan tentang
pengelolaan lingkungan
hidup di sekolah?
13. Bagaimana pendapat
anda dengan adanya
piket sekolah dan piket
kelas di sekolah?
14. Apa harapan anda
dengan dijadikannya
sekolah adiwiyata di
SMP Negeri 4
Bantimurung?
15. Apa dampak bagi anda
dengan andanya program
adiwiyata di sekolahnya?
41
pengetahuan
lingkungan hidup.
3. Mengkomunikasik
an hasil
pembelajaran
lingkungan hidup
dengan berbagai
cara dan media.
h. Peduli
lingkungnan
1. Ketersediaan
sarana dan
prasarana
pendukung yang
ramah lingkungan.
2. Peningkatan
kualitas
pengelolaan dan
pemanfaatan
sarana dan
prasarana yang
ramah lingkungan.
i. Peduli sosial
1. Membiasakan
salam
2. Merayakan
peringatan hari
besar
3. Membiasakan
menyapa kepada
setiap orang di
sekolah
4. Membiasakan
mengucapkan
terima kasih
5. Menyampaikan
pendapat secara
sopan tanpa
menyinggung
perasaan orang
lain.
j. Tanggung jawab
1. Bertanggung jawab
16. Apakah anda memahami
tujuan kurikulum
pendidikan karakter di
SMP Negeri 4
Bantimurung?
17. Apakah ada perubahan
sikap dan perilaku anak
anda dengan adanya
kurikulum pendidikan
karakter di sekolahnya?
18. Apakah anda memahami
pendidikan lingkungan
yang dilaksanakan di
SMP Negeri 4
Bantimurung?
19. Apakah perilaku siswa di
rumah sudah ada
kepedulian terhadap
lingkungan?
20. Apakah siswa sudah
menjaga kebersihan
rumahnya?
21. Apakah anda merasa
bangga karena sikap
siswa kepada orang tua
di rumah sudah
memperlihatkan karakter
yang mulia?
22. Bagaimana dengan
42
atas kebersihan
lingkungan sekolah
2. Membaca Al-
Qur’an dan
berdo’a setiap pagi
sebelum
pembelajaran.
3. Sholat dhuha
berjamaah setiap
hari sabtu pagi.
4. Sholat Dhuhur
berjamaah setiap
hari
kedisiplinan siswa dalam
mengatur waktu bermain
dan belajarnya?
23. Bagaimana dengan nilai
kejujuran siswa dalam
kehidupan sehari-
harunya?
24. Bagaimana dengan
kehadiran siswa di
sekolah?
25. Bagaimana dengan
ibadah siswa di rumah,
terutama dengan shalat
lima waktu?
26. Bagaimana pendapat
anda dengan adanya
perubahan SMP Negeri 4
Bantimurung menjadi
sekolah adiwiyata?
27. Apakah anda mengetahui
apa itu sekolah
adiwiyata?
Konsep Inti Pendidikan karakter,
pengelolaan lingkungan,
program adiwiyata, disiplin,
kerja keras, kreatif, rasa
ingin tahu, peduli
lingkungan, peduli sosial,
tanggung jawab.
43
F. Format Penilaian (Observasi)
Indikator Butir Soal Skala Penilaian
1 2 3 4
a. Pelaksanaan
Pendidikan
Karakter
1. Perencanaan,
kurikulum,
silabus, RPP,
pembelajaran
b. Pengelolaan
lingkungan
1. Pemanfaatan
2. Pelestarian
3. Berkelanjutan
c. Program
Adiwiyata
1.Pengembanga
n kebijakan
sekolah
peduli
lingkungan
dan
berbudaya
lingkungan.
2. Pengembang
an kurikulum
berbasis
lingkungan.
3. Pengembang
an kegiatan
berbasis
partisipatif.
4. Pengelolaan
dan atau
pengembang
an sarana
pendukung
sekolah
d. Disiplin
1. Penilaian
2. Kebersihan
dan
1. SMP Negeri 4 Bantimurung
melaksanakan pendidikan
karakter dan pendidikan
lingkungan secara terintegrasi
2. Pengelola SMP Negeri 4
Bantimurung bersama-sama
merencanakan pengintegrasian
pendidikan karakter melalui
pengelolaan lingkungan hidup
di sekolah
3. Pendidikan karakter masuk
dalam kurikulum pembelajaran
4. Silabusa dan RPP di SMP
Negeri 4 Bantimurung masih
mengintegrasikan pelaksanaan
pendidikan karakter
5. Komite SMP Negeri 4
Bantimurung membantu agar
pelaksanaan pendidikan
karakter dapat terlaksana
dengan baik
6. Para orang tua sangat senang
dengan adanya pendidikan
karakter di sekolah
7. Orang tua menjadi mitra dalam
membentuk karakter siswa jika
sudah berada dalam
lingkungan keluarga
8. Guru dan siswa memanfaatkan
lahan dan fasilitas sekolah
seperti pengomposan,
pembibitan, penghijauan dan
daur ulang sampah
9. Sampah organik dan anorganik
di pisah kemudian diolah
menjadi pupuk tanaman yang
ada di kebun sekolah
10. Sampah plastik di olah
menjadi keranjang, bunga-
bunga, taplak meja dan lain-
44
ketertiban
kelas
3. Menjaga
kebersihan
toilet,
halaman,
kebun
sekolah, dan
lingkungan
sekolah.
e. kerja keras
1. Pembuatan
taman kelas
2. Penanaman
pohon besar
dan kecil
yang
produktif
3. Membangun
toilet 1 kelas
1 toilet
4. Melakukan
pagi bersih
setiap hari
mulai pukul
06.30 s/d 06.
50.
5. Membentuk
piket harian
6. Mentaati
jadwal
kegiatan
sekolah
f. Kreatif
1. Membiasaka
n menyapa
2. Menghormati
ide/pendapat
orang lain
3. Membiasaka
n
mengucapka
n terima
kasih
4. Berani
mengakui
lain yang bernilai ekonomi
11. Kebun sekolah di manfaatkan
dengan menanam apotik hidup
12. Green house di pergunakan
untuk pembibitan tanaman
13. Bekas kaleng cat di
manfaatkan kembali, misalnya
dijadikan tempat sampah
14. Warga sekolah membuat
tempat penampungan kupu-
kupu agar tetap berkembang
dengan baik kupu-kupu
tersebut
15. Kebersihan dan keindahan
taman sekolah di jaga di
lestarikan tanaman bunga dan
pohon yang ada di dalamnya
16. Pembentukan piket harian di
laksanakan secara terus
menerus secara bergantian
oleh siswa dan siswi sekolah
setiap harinya.
17. Melakukan pagi bersih setiap
hari pukul 06.30 s/d 06.50
18. Pohon-pohon yang ada di
lingkungan sekolah di jaga
agar tetap rindang daunnya.
19. Pembuatan taman kelas di
kerjakan oleh siswa dibantu
oleh para guru.
20. Penanaman pohon-pohon
besar yang produktif.
21. Membangun toilet satu kelas
satu toilet.
22. Menerapkan absen pagi dan
siang untuk tenaga pendidik
dan kependidikan.
23. Melaksanakan shalat dhuha
berjamaah setiap hari sabtu
pagi.
24. Setiap siswa bertanggung
jawab atas kebersihan
lingkungan sekolah dan
berkewajiban memelihara
tanaman yang berada di
lingkungan sekolah.
45
kesalahan
5. Memanfsaatk
an lahan dan
fasilitas
sekolah
g. Rasa Ingin
Tahu
1. Melakukan
pembelajar
an tentang
perlindunga
n dan
pengelolaan
lingkungan
hidup
2. Mengkomu
nikasikan
hasil
pembelajar
an
lingkungan
hidup
dengan
berbagai
cara dan
media
h. Peduli
lingkungan
1. Ketersediaa
n sarana
dan
prasarana
pendukung
yang ramah
lingkungan
2. Peningkata
n kualitas
pengelolaan
dan
pemanfaata
n sarana
dan
prasarana
yang ramah
lingkungan
25. Menyediakan tempat sampah
secara terpisah antara sampah
organik dan anorganik dan air
bersih.
26. Peserta didik melakukan
kegiatan pembelajaran tentang
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
27. Menyediakan sarana
prasarana untuk pengomposan,
pemanfaatan dan pengolahan
air, hutan/taman/kebun
sekolah, green house, toga,
kolam ikan, biopori, sumur
serapan, biogas dll.
28. Memelihara sarana dan
prasarana sekolah yang ramah
lingkungan sesuai fungsinya
seperti: ruang memiliki
pengaturan cahaya dan
ventilasi udara secara alami.
29. Pemeliharaan dan pengaturan
pohon peneduh dan
penghijauan serta
menggunakan paving.
30. Menjaga kualitas pelayanan
kantin sehat dan ramah
lingkungan.
31. Apakah ada silabus dan RPP
pendidikan lingkungan di
SMPN 4 Bantimurung.
32. Apakah proses pembelajaran
pendidikan lingkungan masih
terintegrasi dengan mata
pelajaran lain.
33. Program adiwiyata merupakan
jalur percepatan melaksanakan
pengelolaan lingkungan di
sekolah.
34. SMP Negeri 4 Bantimurung
sudah melaksanakan
pengelolaan lingkungan sesuai
aturan yang ada dalam
program adiwiyata.
46
i. Peduli sosial
1. Merayakan
peringatan
hari besar
j. Bertanggun
g jawab
1. Bertanggun
g jawab
atas
kebersihan
lingkungan
sekolah
2. Membaca
Al-Qur’an
dan berdo’a
setisp pagi
sebelum
pembelajar
an
3. Sholat
dhuha
berjamaah
setisp hari
sabtu pagi
4. Sholat
Dhuhur
berjamaah
setiap hari
35. Tehnik evaluasi dalam
program adiwiyata sudah
terlaksana di SMP Negeri 4
Bantimurung kaitannya
dengan pengelolaan
lingkungan.
36. SMP Negeri 4 Bantimurung
sudah menjadi sekolah
adiwiyata menurut hasil
penelitian dari tim penilai di
tingkat nasional.
Konsep Inti Pendidikan karakter,
pengelolaan lingkungan,
program adiwiyata, disiplin,
kerja keras, kreatif, rasa ingin
tahu, peduli lingkungan, peduli
sosial, tanggung jawab.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 20
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 20
D. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................... 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 23
2.1. Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan .................... 23
2.1.1. Defenisi Pendidikan Karakter ...................................... 23
2.1.2. Indikator Pendidikan Karakter ..................................... 29
2.1.3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter ................................ 38
2.2. Pendidikan Lingkungan .......................................................... 47
2.2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ................................... 47
2.2.2. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah ............................... 49
2.2.3. Pelestarian Lingkungan Sekolah .................................. 63
2.2.4. Pembangunan Berkelanjutan ........................................ 76
2.3. Sekolah Adiwiyata .................................................................. 81
2.3.1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan ................................................ 81
2.3.2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan ........ 82
2.3.3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif............. 83
2.3.4. Pengelolaan dan atau Pengembangan Sarana
Pendukung Sekolah ...................................................... 83
2.4. Penelitian Yang Relevan ......................................................... 85
2.5. Kerangka Pikir ........................................................................ 89
2.5.1. Perencanaan Konsep Pendidikan Karakter dan Pendidikan
Lingkungan Di SMP Negeri 4 Bantimurung ............... 89
2.5.2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup Di SMPN 4 Bantimurung ............. 94
ii
2.5.3. Evaluasi Pendidikan Karakter Dalam Pengelolaan
Lingkungan Di SMPN 4 Bantimurung ........................ 97
2.5.4. Dampak pendidikan Karakter Dalam Lingkungan
Hidup Di SMPN 4 Bantimurung .................................. 100
BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 104
3.1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ............................................. 104
3.2. Lokasi Penelitian ..................................................................... 104
3.3. Fokus dan Deskripsi Penelitian ............................................... 105
3.3.1. Fokus Penelitian ........................................................... 105
3.3.2. Deskripsi Penelitian ..................................................... 105
3.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 111
3.5. Teknik Analisis Data ............................................................... 112
BAB IV PROFIL SMP NEGERI KABUPATEN MAROS ............ 114
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................... 114
4.1.1. Kondisi Umum Kabupaten Maros ............................... 114
4.1.2. Kondisi Umum Sekolah Di Kabupaten Maros ............ 122
4.2. Kondisi Sekolah Di SMP Negeri 4 Bantimurung ................... 129
4.2.1. Sejarah SMP Negeri 4 Bantimurung ............................ 129
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 133
A. HASIL PENELITIAN ........................................................... 133
5.1.Kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung .................................. 136
5.1.1. Pengembangan Diri ...................................................... 146
5.1.2. Pengembangan Pendidikan Karakter ........................... 150
5.1.3. Pengaturan Beban Kerja ............................................... 155
5.1.4. Ketuntasan Belajar ....................................................... 157
5.1.5. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan ....................... 159
5.1.6. Pendidikan Kecakapan Hidup ...................................... 161
5.1.7. Pendidikan Berbasis keunggulan Lokal dan Global .... 163
5.2. Kalender Pendidikan 163
5.3. Pendidikan Karakter Bernuansa Lingkungan.......................... 165
5.4. Program Lingkungan ............................................................... 180
iii
5.5. Program Adiwiyata ................................................................. 182
B. PEMBAHASAN ..................................................................... 198
5.6. Konsep Pendidikan Karakter Dan Pendidikan Lingkungan
Di SMP Negeri 4 Bantimurung .............................................. 198
5.6.1. Kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung ........................ 198
5.6.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................... 200
5.7. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Dan Pendidikan
Lingkungan Berdasarkan Program Adiwiyata ....................... 204
5.7.1. Pembelajaran .................................................................. 204
5.7.2. Sekolah Adiwiyata ......................................................... 210
5.8. Evaluasi Pendidikan Karakter Dan Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan program Adiwiyata ........................................... 222
5.8.1. Sarana Prasarana ............................................................ 222
5.8.2. Manajemen Sekolah ....................................................... 233
5.9. Dampak Pendidikan karakter Dan Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Program Adiwiyata ........................................... 236
5.9.1. Observasi Peserta Didik ................................................. 236
5.9.2. Observasi Kondisi Umum Sekolah ................................ 239
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 242
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu cara merubah sikap dan perilaku
siswa serta masyarakat menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat, hal ini
dimungkinkan karena pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan fisik, daya
jiwa, (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitas manusia serta merupakan alat
terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif (Setiawan: 2010).
Sebagaimana yang tercermin dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional
menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3, yang
menyatakan;
“ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”.
Dalam konteks ini terlihat bahwa pendidikan karakter telah menjadi
bagian dalam tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu Pendidikan karakter
sebenarnya bukan konsep yang baru dalam konteks masyarakat Indonesia. Bahkan
sejak awal kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, dan kini masa
reformasi telah banyak langkah-langkah yang sudah dilakukan dalam kerangka
membentuk pendidikan karakter, namun belum menjadi fokus utama dalam
pendidikan nasional. Pendidikan karakter masih seringkali di sinonimkan dengan
pendidikan akhlak (Gunawan: 2012). Sedangkan tujuan pendidikan dasar adalah
2
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
(Kurikulum SMPN 4 Bantimurung; 2012/2013). Kembali di perkuat oleh
kebijakan yang menjadikan pendidikan karakter sebagai program Pendidikan
Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II. Menurut Lickona (2012) ada tujuh alasan
mengapa karakter itu harus di sampaikan:
1. Merupakan cara terbaik untuk menjamin anak-anak (Peserta didik)
memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya;
2. Merupakan cara untuk meningkatkan prestasi akademik;
3. Merupakan cara terbaik karena sebagian peserta didik tidak dapat
membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain;
4. Mempersiapkan peserta didik untuk menghormati pihak atau orang lain
dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam;
5. Mengajarkan pembiasaan karena berangkat dari akar masalah yang
berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidak sopanan,
ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja
(belajar) yang rendah;
6. Merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat
kerja; dan
7. Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tempat yang tepat
untuk mengajarkan pendidikan karakter adalah di sekolah dengan metode
peneladanan dan pembiasaan meskipun dengan keterbatasan waktu yang ada.
3
Oleh karena itu dengan melihat potensi sumber daya pendidik yang dimiliki SMP
Negeri 4 Bantimurung, yaitu dengan kondisi pendidik di sekolah tersebut 95%
berkualifikasi sarjana (S1) dan telah lulus sertifikasi sekitar 75% , serta sebagian
besar guru senior yang rata-rata pengalaman mengajarnya di atas 15 tahun,
sehingga dengan kondisi para pendidik serta para pengelola SMP Negeri 4 sangat
mendukung terlaksananya pendidikan karakter dengan metode peneladanan
kepada para peserta didik di sekolah tersebut.
Adapun inti dari kurikulum yang memuat pendidikan berkarakter memiliki
tiga konsep, yaitu meliputi:
1) Kurikulum sebagai substansi, maksudnya adalah: kurikulum di pandang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi peserta didik di sekolah, atau
sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin di capai. Suatu kurikulum juga
dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan,
bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum
juga digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama
antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan
dengan masyarakat. Konsep ini sebenarnya tidak jauh beda dengan konsep
kurikulum sebelumnya, namun dalam kurikulum 2013 ini lebih bertumpu
kepada kualitas guru sebagai implementator di lapangan. Kualitas guru perlu
di perhatikan dan guru juga tidak boleh menjadi pribadi yang malas dan
berhenti belajar. Dan sistem pendidikan harus mencegah terjadinya
kemalasan guru akibat yang bersangkutan telah mendapatkan sertifikasi.
4
2) Kurikulum sebagai suatu sistem, maksudnya adalah: kurikulum 2013 sebagai
suatu sistem, yaitu merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem
pendidikan, bahkan sistem masyarakat, dan juga mencakup sistem personalia,
dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum,
melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya.
3) Kurikulum sebagai suatu bidang studi, maksudnya adalah : merupakan bidang
kajian para ahli kurikulum sebagai bidang studi dengan mengembangkan
ilmu tentang kurikulum, mempelajari konsep-konsep dasar tentang
kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan
percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya bidang
studi kurikulum. Inti dari kurikulum 2013 ada pada upaya penyederhanaan
dan sifatnya yang tematik-integratif. Kurikulum 2013 ini disiapkan untuk
mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi tantangan masa depan.
Titik berat kurikulum 2013 adalah bertujuan agar peserta didik atau siswa
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan; observasi,
wawancara, (bertanya), bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempersentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran, (situs Perhimpunan Pelajar Indonesia(PPI)
Belanda, senin, 7/1/2013).
Uraian dari ketiga konsep dasar kurikulum pendidikan karakter dapat
disimpulkan bahwa posisi kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung sudah
mencakup ketiga konsep dasar kurikulum 2013 yang memuat pendidikan
karakter tersebut, karena kenyataan dilapangan bahwa di SMP Negeri 4
5
Bantimurung itu dengan berdasar dari visi dan misinya adalah bertujuan untuk
mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi tantangan masa depan,
generasi yang selalu berfikir positif, berakhlak mulia, kreatif sebagaimana yang
di titik beratkan dari kurikulum yang memuat pendidikan karakter dengan
pendekatan pembelajaran scientifik/ilmiah dalam proses pembelajarannya.
Apabila kurikulum memuat pendidikan karakter yang di selenggarakan
di sekolah, maka pengelola sekolah akan menjadi contoh dan sekaligus
koordinator program tersebut. Hal ini karena seluruh pengelola sekolah yang
memang secara khusus memiliki tugas untuk membantu peserta didik
mengembangkan kepedulian sosial dan masalah-masalah kesehatan mental,
dengan demikian pengelola sekolah harus sangat akrab dengan program
pendidikan karakter. Pengelola sekolah harus mampu melibatkan semua
pemangku kepentingan (peserta didik, guru bidang studi, orang tua, kepala
sekolah) di dalam mensukseskan pelaksanaan programnya. Mulai dari program
pelayanan dasar yang berupa rancangan kurikulum bimbingan yang berisi materi
tentang pendidikan karakter, seperti kerjasama, keberagaman, kejujuran,
menangani kecemasan, membantu orang lain, persahabatan, cara belajar,
manajemen konflik, pencegahan penggunaan narkotika, dan sebagainya. Program
perencanaan individual berupa kemampuan untuk membuat pilihan, membuat
keputusan, dan seterusnya (Gunawan:2012).
Sementara itu, pengelolaan lingkungan yang berdasarkan program
adiwiyata adalah merupakan aplikasi dari pendidikan karakter dengan melalui
pengelolaan lingkungan serta sikap dan kreatifitas peserta didik dan seluruh warga
6
yang ada di lingkungan sekolah, baik itu di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan seterusnya. Sehingga
pendidikan lingkungan hidup yang di selenggarakan di sekolah memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda di masyarakat luas. Oleh karena itu di
perlukan pengetahuan tentang pendidikan lingkungan hidup secara formal agar
fokus dalam pelaksanaannya di lingkungan sekolah. Jadi keberadaan program
adiwiyata merupakan salah satu program yang bertujuan menciptakan sekolah
peduli dan berbudaya lingkungan yang merupakan salah satu point dari 18 nilai
karakter yang ada di dalam pendidikan karakter. Kemudian pelaksanaan
pendidikan karakter tidak cukup hanya dilaksanakan di sekolah dan perguruan
tinggi saja. Bahkan dalam langkah selanjutnya pendidikan karakter perlu
dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Juga pelaksanaan pendidikan
karakter tidak dihafal seperti materi ujian.
Pendidikan karakter memerlukan peneladanan dan pembiasaan.
Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, tolong
menolong, toleransi, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu
membiarkan lingkungannya kotor. Dengan adanya peneladanan dan pembiasaan
seperti itu, maka dunia pendidikan tidak dianggap hanya mampu melahirkan
lulusan-lulusan manusia dengan tingkat intelektualitas yang bukan hanya
Intelektual Quetion (IQ) tapi juga Emotional Quetion (EQ) dan Spritual Quetion
(SQ) yang memadai. Serta banyaknya dari lulusan sekolah yang memiliki nilai
tinggi, berotak cerdas, serta mampu menyelesaikan berbagai soal mata pelajaran
dengan sangat tepat, namun tidak mempunyai mental kepribadian yang baik pula.
7
Hal ini terbukti bahwa perilaku negatif masyarakat Indonesia yang terjadi di
kalangan pelajar dan mahasiswa maupun kalangan yang lainnya, jelas
menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya di
sebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan pendidikan karakter di lembaga
pendidikan (Gunawan: 2012).
Fenomena tersebut di atas jelas menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi
SMP Negeri 4 Bantimurung. Sebab dalam pandangannnya, apa jadinya jika
pendidikan dasar dan menengah yang ada di tengah masyarakat ini memiliki
banyak orang cerdas, namun ternyata mental dan perilaku mereka sama sekali
tidak cerdas. Bahkan, tidak ada korelasi antara tingginya nilai yang diperoreh di
bangku pendidikan dengan perilaku mereka di tengah-tengah masyarakat.
Akibatnya muncullah sosok-sosok orang pandai yang memperalat orang bodoh
atau orang pandai yang menindas orang lemah. Padahal pada hakikatnya
pendidikan dilaksanakan bukan sekedar untuk mengejar nilai-nilai, melainkan
memberikan pengarahan kepada setiap orang agar dapat bertindak dan bersikap
yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah dan spirit keilmuan yang dipelajari
(Aunilla: 2011). Selanjutnya para pakar pendidikan terutama pakar pendidikan
Agama Islam sepakat bahwa pendidikan budi pekerti, moralitas atau akhlak
sangat penting dan mesti segera terwujud.
Sesuai dengan yang telah tercantum dalam Undang-Undang No. 20
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal I butir l2 dan 13 yang menyebutkan
bahwa pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan formal yang dapat
8
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dan pendidikan informal adalah
jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (UUD No 20 Tahun 2003).
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) adalah merupakan salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada
jenjang menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar dan Ibtidaiyah. Di
Kabupaten Maros Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) berjumlah 43
sekolah, sementara yang masuk dalam sekolah adiwiyata atau yang sudah
melaksanakan pendidikan lingkungan untuk tingkat sekolah menengah pertama
negeri ataupun swasta, baru berjumlah 9 sekolah, diantaranya; (1) SMPN 4
Bantimurung; (2) SMPN 5 Mandai; (3) SMPN 10 Bantimurung; (4) SMPN 15
Simbang; (5) SMPN 16 Mandai; (6) SMPN 22 Bantimurung; (7) SMP Angkasa;
(8) SMP PGRI 3 Maros; (9) SMP IT Darul Istiqamah Putri. Dari jumlah Sekolah
Menengah Pertama Negeri yang ada di Kabupaten Maros dengan jumlah sekolah
yang sudah melaksanakan program adiwiyata belum bisa dikatakan ada kemajuan
yang signifikan karena masih jauh dari harapan Pendidikan Lingkungan Hidup,
yaitu agar seluruh pemangku kepentingan dapat bersinergi dalam melaksanakan
pendidikan lingkungan hidup. Oleh karena itu kehadiran dari Program Adiwiyata
ini di harapkan dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan hidup, baik
itu lingkungan sekolah maupun masyarakat. Sebagaimana dari tujuan program
adiwiyata itu sendiri yaitu, bertujuan untuk mendorong dan membentuk sekolah
peduli dan berbudaya lingkungan yang mampu berpartisipasi dan melaksanakan
upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan
generasi sekarang maupun yang akan datang. Dimana pertama kali di canangkan
9
program ini pada tanggal 21 Pebruari 2006 oleh Kementrian Negara Lingkungan
Hidup (KNLH).
Oleh karena itu dengan melihat potensi sumber daya pendidik yang
dimiliki SMP Negeri 4 Bantimurung, yaitu dengan kondisi pendidik di sekolah
tersebut 95% berkualifikasi sarjana (S1) dan telah lulus sertifikasi sekitar 75% ,
serta sebagian besar guru senior yang rata-rata pengalaman mengajarnya di atas
15 tahun, sehingga dengan kondisi para pendidik serta para pengelola SMP Negeri
4 Bantimurung sangat mendukung terlaksananya pendidikan karakter dengan
metode peneladanan kepada para peserta didik di sekolah tersebut.
SMP Negeri 4 Bantimurung adalah merupakan salah satu SMPN yang
sudah menjadi sekolah adiwiyata tingkat nasional tahun 2014 dan juga dari
keenam SMPN yang sudah memenuhi syarat baik itu secara administrasi maupun
dalam pelaksanaan Program Adiwiyata sesuai dengan standar evaluasi pencapaian
adiwiyata. Kondisi lingkungan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4
Bantimurung saat ini sudah masuk dalam penilaian untuk bisa maju ke tingkat
adiwiyata mandiri karena dianggap layak oleh tim adiwiyata yang ada di tingkat
nasional tersebut. Apabila program adiwiyata ini di laksanakan di SMP Negeri 4
Bantimurung sesuai dengan prosedur serta aturan-aturan yang sudah di tetapkan,
maka dengan sendirinya pendidikan karakter sudah bisa terlaksana dengan baik.
Sebab, sikap dan perilaku peserta didik serta seluruh warga sekolah yang ada di
lingkungan SMP Negeri 4 Bantimurung sudah mencerminkan kepribadian yang
memiliki karakter yang berakhlak mulia.
10
Pendidikan karakter bukanlah merupakan ide baru sepanjang sejarah, di
seluruh dunia pendidikan telah memiliki dua tujuan utama untuk membantu para
peserta didik menjadi pintar dan untuk mereka menjadi baik. Para peserta didik ini
memerlukan karakter bagi kedua hal tersebut. Mereka memerlukan kekuatan
karakter seperti etos kerja yang kuat, disiplin diri, dan ketekunan untuk sukses di
sekolah dan kehidupannya dalam karakter rasa hormat, tanggung jawab untuk
memiliki hubungan dan kehidupan antar pribadi yang positif dalam masyarakat
(Lickona: 2012).
Pendidikan karakter kemudian mulai dibicarakan dikalangan masyarakat
awam maupun di dunia pendidikan sejak tahun 2010. Banyak media dan pakar
pendidikan, maupun tokoh masyarakat memberikan rekomendasi agar pendidikan
karakter segera diberlakukan. Karena pendidikan karakter dapat digunakan
sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional. Dimana Visi
yang harus dicapai yaitu mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila
(Sulityowati: 2012).
Apabila jati diri suatu bangsa sudah mengalami ketidakpastian dan tidak
memiliki karakter yang tangguh, maka perlu segera dicari cara
mengembalikannya. Membangun masyarakat yang berkarakter melalui
pendidikan merupakan solusi terbaik. Pendidikan karakter dimulai dari
pendidikan informal, dan secara paralel berlanjut pada pendidikan formal dan
nonformal. Tantangan saat ini dan ke depan adalah bagaimana kita mampu
menempatkan pendidikan karakter sebagai kekuatan bangsa. Oleh karena itu,
11
kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat
penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga
menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan budaya
bangsa ( Wiyani: 2012).
Berdasarkan hasil kajian berbagai disiplin dan pendekatan, terdapat
beberapa kesamaan pandangan bahwa segala macam krisis yang terjadi pada
bangsa Indonesia yaitu, berpangkal dari krisis akhlak atau moral. Krisis ini secara
langsung sangat berhubungan erat dengan pendidikan karakter. Konstribusi
pendidikan dalam konteks ini, adalah pada pembangunan mentalitas manusia yang
merupakan produknya. Ironisnya krisis tersebut menurut sementara pihak
disebabkan karena kegagalan pendidikan agama,(Muhaimin: 2005).
Untuk mewujudkan hal itu semua, perlu dicari jalan terbaik untuk
membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar
memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah
melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting
(urgen) dan utama dalam menanamkan, mentransformasikan dan menumbuh
kembangkan karakter positif siswa, serta mengubah watak yang tidak baik
menjadi baik. Seperti yang dikatakan para ahli, bahwa pendidikan merupakan
daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak (Gunawan: 2012).
Terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, maka
sesungguhnya pendidikan dan pembangunan karakter sudah tertuang dalam fungsi
dan tujuan pendidikan nasional. Hanya saja permasalahan di lapangan, fungsi dan
12
tujuan pendidikan nasional itu seolah gagal dilaksanakan, dan yang menjadi
persoalan ialah harapan kita untuk memiliki generasi bangsa yang tak hanya
cerdas, tetapi juga berakhlak mulia untuk menghadapi rintangan yang berarti.
Seiring banyaknya lembaga pendidikan yang berlomba meningkatkan nilai
kecerdasan otak, namun mengabaikan kecerdasan hati, jiwa, perilaku, pendidikan
tarnpaknya mengalami kepincangan dalam mencapai tujuan yang hakiki.
Akibatnya, sering kali dijumpai perilaku tidak terdidik yang justru dilakukan oleh
kaum terdidik (Sulityowati: 2012).
Dari sinilah, dapat diketahui bahwa ternyata dunia pendidikan hanya
mampu melahirkan manusia yang cerdas secara otak atau intelektual, namun gagal
secara moral. Kondisi itu akhirnya mengundang pertanyaan dan kritikan dari
banyak pengamat mengenai relevansi dunia pendidikan terhadap perilaku
seseorang dalam hidup keseharian (Gunawan: 2012).
Upaya pembentukan karakter sesuai budaya bangsa tidak semata-mata
hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan
kegiatan di luar sekolah. Akan tetapi juga melalui proses pembiasaan (habituasi)
dalam kehidupan. Dimana Nilai karakter religius, jujur, disiplin, toleran, kerja
keras, cinta damai, tanggung jawab harus tercermin dalam perilaku manusia
sehari-hari. Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan (aspek kognitif) mana yang
benar dan mana yang salah, akan tetapi juga mampu merasakan (aspek afektif),
nilai yang baik dan tidak baik serta bersedia melakukannya (aspek psikomotorik)
dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di
masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu ditumbuhkembangakan siswa yang pada
13
akhirnya akan menjadi pencerminan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
sekolah memiliki peranan yang sangat besar sebagai pusat pembudayaan melalui
pengembangan budaya sekolah, (Sulistyowati: 2012).
Kondisi seperti ini menyebabkan banyak pihak untuk menyimpulkan
perlunya pendidikan karakter diajarkan secara intensif di sekolah. Kajian
mengenai karakter atau moral tidak bersifat teknis melainkan refleksi, yaitu
refleksi tentang tema-tema yang berkaitan dengan perilaku manusia (Zubaedi:
2012).
Banyak kalangan mengatakan bahwa pendidikan karakter rnerupakan
kebutuhan mendesak untuk segera diterapkan di Indonesia, Mereka beranggapan
bahwa dunia pendidikan yang ada sekarang ini sedang memasuki masa-masa yang
sangat pelik dan meminta penanganan yang sangat serius, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat luas. Tak hanya itu, banyak kucuran anggaran pendidikan
yang sangat besar disertai dengan berbagai terobosan sepertinya masih belum
mampu memecahkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan, terutama
mengenai cara mencetak alumni pendidikan yang unggul, beriman, bertakwa
profesional, dan berkarakter.
Pengalaman menunjukkan bahwa berbagai program pendidikan dan
pengajaran dalam kurikulum, seperti pelajaran budi pekerti, PKn, sudah diajarkan
di sekolah-sekolah, walaupun dalam kenyataannya masih belum mencapai hasil
yang optimal. Kegagalan itu dikarenakan adanya pemaksaan konsep yang
sekularistik, kurang seriusnya aspek pengalaman, dan tidak ada contoh dalam
program tersebut. Padahal program pendidikan karakter sangat memerlukan
14
contoh dan keteladanan, bukan hanya konsep dan wacana belaka. Tentu saja peran
guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, meskipun dasar dari
pendidikan karakter itu sendiri adalah di dalam keluarga, karena pendidik pertama
dan utama adalah keluarga (orang tua). Kalau seorang anak mendapat pendidikan
karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik
selanjutnya. Oleh sebab itu pendidikan karakter akan terwujud apabila ketiga
unsur lingkungan saling mendukung dimana seorang anak (siswa) berada. Ketiga
lingkungan yang di maksud adalah; (a) lingkungan keluarga; (b) lingkungan
masyarakat; dan (c) lingkungan sekolah. Namun realita yang ada lingkungan
keluarga (orang tua) lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang
karakternya. sehingga banyak orang tua yang gagal mendidik anak-anaknya (a)
karena mementingkan IQ dan melupakan EQ dari anak tersebut; (b) karena
dipengaruhi faktor kesibukan mereka dengan alasan untuk mencari rejeki.
Sekolah harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik
berdasarkan nilai-nilai dan mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat
diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Selain itu, sekolah harus
mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan mendiskusikannya dan menjadi dasar
dalam hubungan antar manusia (Muslich: 2011).
Tercapainya prinsip-prinsip dalam pendidikan karakter di sekolah tentunya
sangat berhubungan erat dengan tugas guru sebagai tenaga pendidik. Seorang
guru harus benar-benar marnpu memberikan penjelasan mengenai tujuan
pendidikan dan cara bersikap yang semestinya. Sebab, mendidik adalah kegiatan
15
memberi pengajaran kepada peserta didik, membuatnya mampu memahami
sesuatu, dan dengan pemahaman yang dimilikinya ia dapat mengembangkan
potensi dirinya dengan menerapkan sesuatu yang telah dipelajarinya. Selain itu,
keadaan tersebut memunculkan gagasan baru tentang pentingnya menerapkan
pendidikan karakter di sekolah guna melahirkan generasi bangsa yang cerdas
secara akal, namun juga cerdas secara moral. Pendidikan karakter di sekolah bisa
jadi merupakan tawaran yang sangat menarik untuk dilaksanakan (Gunawan:
2012)
Pendidikan karakter di sekolah yang mempercepat pengembangan
pendidikan lingkungan hidup melalui program adiwiyata oleh KNLH sehingga
kurikulum sudah mengintegrasikan dengan mata pelajaran lain yang ada di SMP
Negeri 4 Bantimurung saat ini, yaitu menjaga kebersihan lingkungan sekolah,
menanam pohon, membuat taman sekolah, kebun sekolah, membuat hutan
sekolah, tanama toga (apotik hidup), membangun toilet, menyiapkan penangkaran
kupu-kupu, memiliki green house, menyiapkan tempat sampah organik dan
anorganik, mengolah sampah plastik sehingga memiliki nilai ekonomi di sekolah
serta menjadikan peserta didik lebih kreatif. Meskipun masih menemukan banyak
kesulitan, karena tidak bisa terlaksana dengan baik konsep pendidikan lingkungan
hidup di sekolah. Sebab dari hasil pengamatan yang di lakukan masih kurangnya
kesadaran bagi warga sekolah di SMP tersebut. Permasalahan itu terjadi karena
tehnik pembelajaran pendidikan lingkungan hidup belum diajarkan secara
monolitik tetapi masih terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Sehingga guru
mata pelajaran tidak bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik, karena mata
16
pelajaran pokok yang menjadi kewajiban utama yang harus di tuntaskan. Betapa
pentingnya pendidikan lingkungan hidup, karena manusia dan lingkungan hidup
merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan. Limgkugan hidup mempengaruhi
pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya maupun dalam melakukan aktivitas hubungan sosialnya.
Seperti yang di sebutkan dalam UUD No 32 tahun 2009 tentang proteksi dan
pengelolaan lingkungan, (Soerjani: 2009; 76) mengatakan bahwa lingkungan
hidup merupakan”.....sistem kehidupan yang terdiri atas ruang, pengada ragawi
(benda, abiota, niorhidup) dan pengada insani (biota, makhluk hidup) termasuk
manusia dan perilakunya, keadaan atau tatanan alam (gempa, gunung api meletus,
petir, badai dan sebagainya), daya (peluang, tantangan dan kesempatan) yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lainnya”.
Kemudian sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari
kepribadian secara utuh dari seseorang: mentalitas, sikap dan perilaku. Pendidikan
karakter semacam ini lebih tepat sebagai pendidikan budi pekerti. Pembelajaran
tentang tata krama, sopan santun, dan adat istiadat, menjadikan pendidikan
karakter semacam ini lebih menekankan kepada perilaku-perilaku aktual tentang
bagaimana seseorang dapat di sebut berkepribadian baik atau tidak baik
berdasarkan norma-norma yang bersifat kontekstual dan kultural (Wibowo;
http://www.pendidikankarakter, sabtu 05 pebruari 2014).
Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia indonesia dewasa
ini, terutama di kalangan siswa, menuntut di selenggarakannya pendidikan
17
karakter. Sekolah di tuntut untuk memainkan peran dan tanggungjawabnya untuk
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik dan membantu para siswa
membentuk dan membangun karakter mereka dengan nilai-nilai yang baik.
Pendidikan karakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu
seperti rasa hormat, tanggung jawab, jujur, peduli, dan adil serta membantu siswa
untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan mereka sendiri. Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak di perlukan
bukan hanya di sekolah saja, tapi di rumah dan di lingkungan sosial
(http://www.pendidikankarakter.com, sabtu, 08 maret 2014).
Dan kemudian terbit Memorandum bersama antara Departemen
Pendidikan dan Kebudayaa, dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 0142/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang pembinaan dan
pengembangan pendidikan lingkungan hidup, tanggal 21 mei 1996. Dan salah satu
program yang di gulirkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup di sebut Program
“Adiwiyata”
Adiwiyata mempunyai pengertian sebagai tempat yang baik dan ideal
dimana dapat diperoleh secara ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika
yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup
menuju kearah cita-cita pembangunan berkelanjutan. Program adiwiyata
diimplementasikan di sekolah sebagai upaya untuk menciptakan kondisi yang
baik bagi sekolah sebagai tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah,
sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab
dalam upaya penyelamatan lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di
18
Indonesia. Program adiwiyata harus harus berdasarkan norma-norma
Kebersamaan, Keterbukaan, Kejujuran, Keadilan, dan Kelestarian Fungsi
Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam. Hal tersebut selaras dengan program
pendidikan karakter bangsa yang sekarang ini sedang gencar digulirkan oleh
pemerintah.
Sekolah dikatakan sebagai sekolah adiwiyata jika telah melaksanakan
indikator dan kriteria program adiwiyata, yaitu: (1) Pengembangan kebijakan
sekolah peduli dan berbudaya lingkungan; (2) Pengembangan kurikulum berbasis
lingkungan; (3) Pengembangan Kegiatan berbasis partisipatif; (4) pengelolaan dan
atau pengembangan sarana pendukung sekolah (Tim Adiwiyata Tingkat Nasional:
2011).
Dengan berdasar dari kategori untuk menjadi sekolah adiwiyata, maka
kurikulum Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bantimurung mengembangkan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai satu kesatuan kegiatan pendidikan
yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai yang di maksud diantaranya religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli sosial dan lingkungan, serta tanggung jawab. Nilai
– nilai tersebut tidak diajarkan sebagai mata pelajaran tertentu tetapi di
integrasikan pada setiap pembelajaran maupun kegiatan pengembangan diri.
Strategi penyampaiannya tidak bersifat informatif tetapi lebih bersifat
keteladanan.
19
Adapun program-program unggulan yang dimiliki Sekolah Menengah
Pertama Negeri 4 tersebut, antara lain:
(1) Program Religius; setiap jumat pagi diselenggarakan kegiatan baca tulis bagi
siswa yang belum lancar membaca Al-Qur’an yang dibimbing oleh Tim
Penyuluh dari Depag Kabupaten Maros. Seluruh peserta didik, pendidik,
tenaga kependidikan yang perempuan muslim wajib memakai jilbab.
(2) Program Peduli Lingkungan; program ini dilaksanakan harian, dimulai pukul
07.00 sd 07.20 oleh semua warga sekolah sesuai dengan lokasi masing-
masing dengan membersihkan lingkungan, menata taman, merawat taman.
Setiap siswa diwajibkan memelihara 1 tanaman.
(3) Pengembangan Sumber Daya Manusia; pengembangan Sumber Daya Manusia
diikuti oleh tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan yang di laksanakan
setiap hari sabtu. Melaksanakan open class setiap mata pelajaran.(Kurikulum
SMPN 4 Bantimurung, 2012/2013).
Dari program-program unggulan yang dimiliki Sekolah Menengah Pertama
Negeri 4 Bantimurung tersebut yang memotivasi peneliti untuk bisa menggali
seperti apa proses pelaksanaan pendidikan karakter dengan basis nilai karakternya
pengelolaan lingkungan hidup dengan basic program adiwiyata di sekolah
tersebut.
20
B. Rumusan Masalah (Research Question)
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
beberapa permasalahan yang menjadi sasaran penelitian ini sekaligus berfungsi
sebagai pedoman pembahasan, yakni :
1. Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Program Adiwiyata di SMP Negeri 4 Bantimurung?
2. Bagaimana Evaluasi Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Program Adiwiyata di SMP Negeri 4 Bantimurung?
3. Bagaimana Dampak Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Program Adiwiyata di SMP Negeri 4 Bantimurung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
a. Menganalisis Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang mengintegrasikan
Pendidikan Lingkungan berdasarkan Program Adiwiyata di SMP Negeri 4
Bantimurung.
b. Menganalisis Evaluasi Pendidikan Karakter yang mengintegrasikan
Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Program Adiwiyata di SMP Negeri 4
Bantimurung.
21
c. Menganalisis Dampak Pendidikan Karakter yang mengintegrasikan
Pendidikan Lingkungan berdasarkan Program Adiwiyata di SMP Negeri 4
Bantimurung.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi tingkat sekolah menengah
khususnya SMP Negeri 4 Bantimurung baik secara teoritis maupun praktis;
1. Manfaat Teoritis, Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi dan menambah khasanah, minimal sebagai tambahan wawasan bagi
peneliti yang mengambil topik tentang pentingnya pendidikan karakter dan
pendidikan lingkungan diajarkan di sekolah. Meskipun realita di lapangan
bahwa pendidikan lingkungan hidup masih diajarkan dengan cara
mengintegrasikan pada sebagian mata pelajaran yang ada relevansinya dengan
mata pelajaran yang ada di sekolah tersebut. Pendidikan lingkungan
berdasarkan Program Adiwiyata yang merupakan bagian dari 18 nilai karakter
yang diharapkan mampu merobah pola pikir tentang pengelolaan
(pemanfaatan, pelestarian, dan keberlanjutan) lingkungan hidup di sekolah
maupun lingkungan masyarakat luas, sehingga bisa menggambarkan akhlak
atau moral siswa yang mengalami kemorosotan pada saat sekarng ini.
2. Manfaat Praktis, Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsi pemikiran
kepada segenap pengelola pihak-pihak pelaksana pendidikan, khususnya pihak
SMP Negeri 4 Bantimurung di Kabupaten Maros agar dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dan pengembangan dalam proses pendidikan dengan
22
mengimplementasikan pendidikan karakter serta cara mengelola lingkungan
hidup berdasarkan program adiwiyata untuk menjadi sekolah Adiwiyata, baik
di tingkat Kabupaten, Provinsi, serta di tingkat Nasional maupun menjadi
sekolah adiwiyata mandiri. Harapan penelitian ini di lakukan adalah supaya
bisa memberikan satu konsep pengetahuan agar dikembangkan suatu
pendekatan monolitik yang dikemas dalam suatu mata pelajaran yang berdiri
sendiri yang secara otomatis di masukkan dalam kurikulum, dan memiliki
silabus dan RPP serta Guru (pendidik) dari latar belakang Pendidikan
Kependudukan Lingkungan Hidup (PKLH). Agar pendidikan lingkungan
hidup bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan harapan pembangunan
berkelanjutan.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan
2.1.1. Defenisi Pendidikan Karakter
Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas (2012) adalah”
bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku,
bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut (Tadkiroatun Musfiroh: 2008),
karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behavior),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “to Mark” atau menandai dan menfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan
orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah
moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi
dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional,
logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung
jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya,
jujur, menepati janji, adil rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut,
setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin,
antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efesien,
menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah,
24
cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki
kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu
bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut (Suciptoardi, 27 oktober
2010).
Karakter diartikan juga sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain
(Purwadarminta: 1985). Dengan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa
membangun karakter adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian
rupa sehingga berbeda dari yang lainnya. Adapun makna berkarakter adalah;
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang
berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya disertai dengan
kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya), (Fathurrohman; 2013: 17).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang
memiliki karakter yang baik adalah seseorang yang memiliki kepribadian,
perilaku, sifat, tabiat, watak yang berbeda dengan orang lain, serta mampu
mengatur emosinya yang disertai kesadaran dengan melakukan segala sesuatu
dengan menggunakan hati dan perasaannya. Oleh karena itu, senantiasa akan
berusaha melakukan yang terbaik terhadap sang pencipta, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa dan negaranya.
25
Menurut Thomas Lickona (2012), pendidikan karakter adalah pendidikan
untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang
hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik,
jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan
sebagainya. Menurut Elkind dan Sweet, pendidikan karakter adalah upaya yang
disengaja untuk membantu memahami manusia, peduli atas nilai-nilai etis/susila
(Gunawan: 2012).
Menurut pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter harus diajarkan dan diberikan peneladanan serta pembiasaan, baik itu di
rumah, di sekolah maupun dalam masyarakat luas. Pendidikan karakter
membutuhkan keikhlasan, ketulusan, kesabaran di dalam membentuk kepribadian
anak, sehingga pendidikan karakter ini harus diajarkan dengan sungguh-sungguh
di sekolah oleh seorang pendidik yang tidak hanya mengajar tetapi mendidik
siswanya. Karena apabila seorang pendidik hanya mengajar maka sekedar
menunaikan kewajiban semata untuk menyelesaikan materi ajar sesuai dengan
tuntutan kurikulum, silabus dan RPP yang berlaku di sekolah tersebut.
Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif
apa saja yang dilakukan pendidik dan berpengaruh kepada karakter peserta didik
yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh
dari seorang pendidik untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para peserta didik
(Muchlas Samami: 2012). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter
adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter
peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku pendidik, cara
26
guru berbicara atau menyampaikan materi bagaimana pendidik bertoleransi, dan
berbagai hal terkait dengan pendidik tersebut.
Uraian di atas jika ditelaah dengan baik, maka dapat dipahami bahwa
pendidikan karakter bukan hanya ditujukan buat peserta didik di sekolah, tetapi
yang utama adalah seorang pendidik yang memberikan pembelajaran harus
memiliki karakter yang bisa dijadikan contoh tauladan yang baik bagi peserta
didiknya, baik itu pada saat mengajar di depan kelas maupun di luar kelas atau
bahkan setelah keluar dari lingkungan sekolah. Sebab terkadang seorang anak
(peserta didik) jauh lebih mempercayai perkataan gurunya (pendidik) di sekolah
daripada orang tuanya di rumah. Sehingga seorang pendidik harus dengan
kesungguhan hati di dalam mengemban tugasnya di sekolah, apalagi anak (peserta
didik) yang masih duduk di sekolah dasar. Karena dengan segala kepolosannya
mereka menerima dan menampung segala yang dipelajari di sekolah di dalam
memori otaknya, baik itu yang positif ataupun yang negatif.
Selanjutnya Menurut David Elkind dan Freddy Sweet Ph.D (2004)
Pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan pendidik, yang mampu
memengaruhi karakter peserta didik. Pendidik membantu membentuk watak
peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku pendidik, cara
pendidik berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana pendidik bertoleransi,
dan berbagai hal terkait lainnya. Anak (peserta didik) yang masih duduk di
bangku sekolah dasar masih perlu dibantu mencari jati dirinya oleh pendidik di
lingkungan sekolah agar mereka bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
27
memiliki karakter ataupun akhlak yang baik dan sesuai dengan yang ada dalam
ajaran agama.
Pendidikan karakter dari sisi substansi dan tujuannya sama dengan
pendidikan budi pekerti, sebagai sarana untuk mengadakan perubahan secara
mendasar, karena membawa perubahan individu sampai ke akar-akarnya
(dikemukakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono ketika memberikan
sambutan pada puncak peringatan hari pendidikan nasional, pada tgl 11 mei 2010,
yang bertemakan pendidikan karakter untuk membangun peradaban bangsa).
Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang
bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-
nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui
pembelajaran dari kandungan nilai-nilai karakter yang terdapat dalam pendidikan
karakter.
Kemudian pendidikan dalam masyarakat merupakan suatu proses interaksi
antara pendidik dengan anak didik. Anak yang berilmu akan semakin mudah
mengambil keputusan dan akan menguatkan dalam mencari pemecahan masalah
ketika berhadapan dengan dunia nyata. Tugas seorang pendidik tidak hanya
terbatas pada penyampaian materi pelajaran kepada anak didik saja, melainkan
merupakan tugas berat dan sulit. Tugas tersebut menuntut dari seorang pendidik
untuk bersifat sabar, amanah, ketulusan dan mengayomi anak didiknya (syalhub:
2008).
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya
membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
28
secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan karakter
yang selama ini ada di sekolah perlu segera di kaji, dan di cari alternatif-alternatif
solusinya, serta perlu dikembangkan secara lebih operasional sehingga mudah
diimplementasikan di sekolah. Oleh sebab itu pendidikan karakter pada dasarnya
dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu di kembangkan, diekplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari serta dikaitkan dengan kitab suci sesuai dengan agama
peserta didik tersebut (Fathurrohman, Suryana dan Fatriny; 2013).
Kemudian menurut Ali Ibrahim Akbar (2009), praktik pendidikan di
Indonesia cenderung lebih berorientasi pada pendidikan berbasis hard skill
(keterampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan inteligence, Emosional
Questions (EQ), dan Spritual Questions (SQ). Karena mengingat kalau
pembelajaran di berbagai sekolah bahkan perguruan tinggi lebih menekankan
pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian. Banyak pendidik yang
memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik
adalah memiliki nilai hasil ulangan/hasil ujian yang tinggi. Proses internalisasi
pendidikan budaya dan karakter kedalam institusi pendidikan di tengah rumit dan
kompleksnya persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan justru perlu dimaknai
sebagai cara Tuhan untuk meningkatkan derajat dan kualitas hidup bangsa kita.
Pendidikan karakter bukan hanya sekedar memberikan pengertian atau
definisi-definisi tentang yang baik dan yang buruk, melainkan sebagai upaya
mengubah sifat, watak, kepribadian dan keadaan batin manusia sesuai dengan
29
nilai-nilai yang dianggap luhur dan terpuji. Melalui pendidikan karakter ini
diharapkan dapat melahirkan manusia yang memiliki kebebasan menentukan
pilihannya tanpa paksaan dan tanggung jawab, yaitu manusia-manusia yang
merdeka, dinamis, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab baik terhadap Tuhan,
manusia, masyarakat, maupun dirinya sendiri (Nata: 2012).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kewajiban terhadap
diri sendiri harus ditunaikan, tetapi jangan melupakan kewajiban terhadap Tuhan
dan orang lain, sehingga menjadi manusia yang bukan hanya cerdas tapi memiliki
akhlak yang baik serta bertanggungjawab terhadap segala perbuatan yang baik
dan buruk dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
2.1.2. Indikator Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan
pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik
ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).
Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam setting
sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai kepada peserta didik, tetapi
sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksi
bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku
keseharian manusia, termasuk bagi anak. Penguatan juga mengarahkan proses
pendidikan pada proses pembiasaan yang dilakukan oleh sekolah baik dalam
setting kelas maupun sekolah. Penguatan pun memiliki makna adanya hubungan
antara penguatan perilaku melalui pembiasaan di sekolah dengan pembiasaan di
rumah (Kesuma, Triatna dan Permana: 2011).
30
Oleh sebab itu, keberhasilan program pendidikan karakter dapat di ketahui
melalui pencapaian beberapa indikator, seperti berikut:
a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja.
b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c. Menunjukkan sikap percaya diri.
d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas.
e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional.
f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-
sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.
g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.
k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara
kesatuan Republik Indonesia.
m. Menghargai karya seni dan budaya nasional.
31
n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.
o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan waktu
luang dengan baik.
p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.
q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat; menghargai adanya perbedaan pendapat.
r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.
s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.
t. Menguasai pengetahuan yang di perlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah.
u. Memiliki jiwa kewirausahaan.
Dari penjelasan tentang indikator pendidikan karakter di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa dalam pendidikan karakter sangat di harapkan adanya
saling memahami, menyayangi, menghargai, memotivasi secara positif serta
saling mendukung ke hal-hal yang lebih baik. Dan terlebih lagi jadilah diri sendiri
di dalam mengaktualisasikan potensi diri dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Mokhtar Lubis (2012), karakter bangsa indonesia yaitu
meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri, tidak berdisiplin,
mengabaikan tanggung jawab, hipokrit, lemah kreativitas, etos kerja buruk, suka
feodalisme, dan tak punya malu. Jadi karakter lemah tersebut menjadi realitas
dalam kehidupan bangsa indonesia. Nilai-nilai tersebut sudah ada sejak bangsa
indonesia masih di jajah bangsa asing beratus-ratus tahun yang lalu. Karakter
32
tersebut akhirnya mengkristalisasi pada masyarakat indonesia. Bahkan ketika
bangsa ini sudah merdeka pun karakter tersebut masih melekat. Kondisi inilah
yang melatarbelakangi lahirnya pendidikan berkarakter, dengan di tetapkannya 18
nilai karakter yang menjadi dasar dalam proses pendidikan atau dengan bahasa
sederhananya mengubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan, sikap
dan keterampilan (Listyarti: 2012).
Kemudian adapun proses pendidikan karakter itu sendiri di dasarkan pada
totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks
interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat.
Berdasarkan totalitas psikologis dan sosiokultural pendidikan karakter
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Olah hati, olah pikir, olah rasa/karsa, dan olahraga.
b. Beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati,
berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa
patriotik.
c. Ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong
royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum,
bangga menggunakan bahasa dan produk indonesia, dinamis, kerja keras,
dan beretos kerja.
d. Bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,
bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, gigih, cerdas, kritis,
kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi
33
IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) dan reflektif (Setyarti:
2012).
Selama ini strategi untuk melakukan pembentukan karakter hanya
mengandalkan pendidikan agama di sekolah. Pendapat ini benar, tetapi belum
cukup. Pembentukan karakter sesungguhnya melibatkan pendidikan moral,
pendidikan nilai dan pendidikan agama. Pendidikan moral berfungsi sebagai dasar
bagi semua pendidikan karakter, berupa keputusan moral individual, yakni
menjadi manusia yang baik atau buruk, berkaitan dengan batin seseorang, berupa
keputusan, pilihan yang bebas dan bertanggung jawab. Selanjutnya pendidikan
nilai berkaitan dengan budi pekerti, tata krama, sopan santun dalam masyarakat
dan akhlak, berfungsi membantu peserta didik mengenal, menyadari pentingnya
dan menghayati nilai-nilai yang pantas dan semestinya dijadikan panduan bagi
sikap dan perilaku manusia, baik secara perorangan maupun bersama-sama dalam
suatu masyarakat. Sementara itu pendidikan agama berfungsi sebagai pondasi
yang lebih kokoh bagi kehidupan (Koesoema: 2007).
Ada beberapa strategi pembentukan karakter, yaitu;
a. Keteladanan; Tumpuan pendidikan karakter ada pada pundak pendidik.
Konsistensi dalam mengajarkan pendidikan karakter tidak sekedar melalui
sesuatu yang dikatakan melalui pembelajaran di kelas, melainkan nilai itu
juga tampil diri sang guru, dalam kehidupannya yang nyata di luar kelas.
Keteladanan ini merupakan perilaku dan sikap pendidik dan tenaga
kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui
34
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
peserta didik lainnya.
b. Pembiasaan.
c. Menciptakan suasana yang kondusif.
d. Integrasi dan Internalisasi.
e. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai.
f. Membangun landasan yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan
toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.
g. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas
ajar.
h. Mengembangkan keterampilan untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Menumbuhkan kecerdasan emosi dan penghargaan terhadap hak-hak asasi
orang lain.
j. Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan untuk melindungi
keselamatan diri dan keselamatan orang lain.
k. Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk beradaptasi aktif secara
teratur dan mengisi waktu luang dengan aktivitas yang bersifat kreatif
(Wiyani, 2012).
Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan
dalam proses pendidikan. Keempat macam karakter tersebut:
a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran
wahyu Tuhan (konservasi moral).
35
b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya antara lain yang berupa budi
pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-tokoh sejarah
dan para pemimpin bangsa (konservasi ringkungan).
c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan.
d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri; yaitu sikap pribadi, hasil proses
kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk kualitas
pendidikan (konservasi humanis) (Khan: 2010).
Pendidikan karakter berbasis potensi diri adalah proses kegiatan yang
dilakukan dengan segala daya upaya secara sadar dan terencana untuk
mengarahkan anak didik agar mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasan
dan penalaran serta mengembangkan segala potensi diri yang dimiliki anak didik
(Asmani, 2012).
Salah satu strategi pembinaan peserta didik di sekolah adalah pembinaan
lingkungan. Strategi ini diselenggarakan dalam rangka mengukuhkan sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan perilaku dan pola hidup sehat
kepada warganya (Gunawan: 2012). Contoh penerapan strategi ini antara lain
adalah; sebagaimana tertera dalam Visi dan Misi yang ada di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 4 Bantimurung. Adapun Visi dari Sekolah Menengah Pertama
Negeri 4 Bantimurung adalah : “ Unggul Dalam Prestasi, Peduli Terhadap
Lingkungan Berlandaskan Imtaq Dan Iptek”. Kemudian Misi dari Sekolah
Menengah Pertama Negeri 4 Bantimurung tersebut adalah sebagai berikut: 1)
Mewujudkan proses belajar mengajar yang berkualitas; 2) Mewujudkan manusia
berwawasan global, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab; 3) Mewujudkan
36
manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia; 4) Mewujudkan
sekolah yang bersih, indah dan sehat; 5) Membentuk pribadi yang peduli terhadap
pelestarian alam, aktif dalam pencegahan pencemaran dan pengrusakan
lingkungan, (Kurikulum SMPN 4 Bantimurung; 2012/2013).
Mengacu pada Visi dan Misi sekolah, serta tujuan umum pendidikan
dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah sebagai
berikut:
a. Terwujudnya suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan,
komunikatif, tanpa takut salah, dan demokrasi.
b. Terpenuhinya perangkat pembelajaran untuk semua mata pelajaran dengan
mempertimbangkan pengembangan nilai relegius dan budi pekerti luhur.
c. Terwujudnya budaya gemar membaca, kerjasama, saling menghargai,
disiplin, jujur, kerja keras, kreatif dan inovatif.
d. Terwujudnya peningkatan prestasi dibidang akademik dan non akademik.
e. Terwujudnya efisiensi waktu belajar, optimalisasi penggunaan sumber
belajar dilingkungan untuk menghasilkan karya dan prestasi yang
maksimal.
f. Terwujudnya lingkungan sekolah yang memiliki kepedulian sosial dan
lingkungan, cinta damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan, serta hidup
demokrasi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut dapat mendorong siswa dalam
meningkatkan kualitas belajar dan kreativitas sehingga bisa lebih berprestasi di
berbagai jenis kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Segala potensi
37
anak didik bersifat unik, mereka masing-masing memiliki potensi terpendam.
Dalam proses pendidikan karakter semua potensi anak didik perlu digali. Inilah
gunanya kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah agar dapat memunculkan
bakat-bakat tersebut.
Kemudian Menurut Mochtar Buchori (2007), pengembangan karakter
seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
secara afektif, akhirnya kepengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke
praksis, ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri
anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan
nilai. Peristiwa ini di sebut Conatio, dan langkah untuk membimbing anak
membulatkan tekad ini di sebut langkah konatif. Pendidikan karakter mestinya
mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara
kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah
pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro( menerjemahkannya
dengan kata-kata cipta, rasa dan karsa. Jadi karakter dikembangkan melalui tahap
pengetahuan (knowing), pelaksanaan (akting), dan kebiasaan (habit). Karakter
tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan
kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak
terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga
menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga
komponen karakter yang baik (componen of good character) yaitu moral knowing
(pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi)
tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar
38
peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan
tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati dan mengamalkan
(mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral) (Gunawan: 2012; 38-40).
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa pendidikan karakter
bisa terlaksana dan terealisasi dengan baik apabila peserta didik dan atau warga
sekolah dalam sistem pendidikan tersebut memiliki kemampuan; memahami,
merasakan, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai moral yang menjadi tuntutan
dari pendidikan karakter itu sendiri. Dan untuk kesemuanya itu tidak terlepas dari
dukungan lingkungan yang kondusif di sekitarnya. Sebab apabila di dukung
dengan lingkungan yang bersih dan nyaman, maka seluruh aktivitas bisa
dijalankan dengan baik oleh seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitarnya.
2.1.3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Penyelenggaraan pendidikan karakter perlu dilaksanakan secara bersama-
sama, oleh semua guru, termasuk guru bidang studi umum seperti guru biologi,
guru matematika, guru pendidikan jasmani, guru ilmu pengetahuan sosial, guru
ilmu pengetahuan alam, dan guru-guru yang lainnya, yang bukan guru agama.
Dan cara yang tepat bagi mereka guru umum adalah dengan mengintegrasikan
nilai-nilai agama (karakter) dalam proses pembelajaran. Sebagaimana dinyatakan
dalam buku panduan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses
pembelajaran adalah, pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran
akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah
laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung
di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran, selain untuk
39
menjadikan peserta didik untuk menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan,
juga di rancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku,
(Gunawan: 2012; 214-215).
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pendidikan
karakter itu harus di laksanakan dengan cara mengintegrasikan kesemua mata
pelajaran yang ada di sekolah, agar pendidikan karakter menjadi tanggung semua
guru – guru di sekolah pada khususnya dan semua pengelola sekolah pada
umumnya. Hal itu dilakukan agar pendidikan karakter tidak hanya menjadi
tanggung jawab oleh satu orang guru, seperti guru agama misalnya. Pendidikan
karakter ini secara terintegrasi pada semua mata pelajaran agar bisa terlaksana
dengan baik sesuai dengan harapan bangsa dan negara, terlebih lagi bisa
menjadikan siswa-siswi menjadi generasi penerus yang cerdas dan berkarakter.
Sedikitnya terdapat 8 (delapan) jurus yang perlu diperhatikan dalam
menyukseskan pendidikan karakter di sekolah. Kedelapan jurus tersebut adalah
(a)pahami hakikat pendidikan karakter, (b)sosialisasikan dengan tepat, (c)
ciptakan lingkungan yang kondusif, (d) kembangkan sarana dan sumber belajar
yang memadai, (e) disiplinkan peserta didik, (f)pilih kepala sekolah yang
amanah, (g)wujudkan guru yang dapat digugu dan ditiru, (h) libatkan seluruh
warga sekolah dalam menyukseskan pendidikan karakter, (Mulyasa: 2011:14).
Karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan menyesatkan, dan
keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan. Karakter itu akan
40
membentuk motivasi, yang di bentuk dengan metode dan proses yang
bermartabat. Karakter bukan sekedar penampilan lahiriah, melainkan
mengungkapkan secara implisit hal-hal yang tersembunyi. Dan karakter yang baik
mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan berdasarkan nilai-nilai etika, serta
meliputi aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral. Yang
Kemudian di tegaskan oleh Marthin Luther King (2011) “Kecerdasan yang
berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya, (Asmani: 2011; 29).
Jadi pada prinsipnya mendidik karakter bukan hanya menjadi tugas
sebagian guru tertentu saja seperti guru PPKn, guru akidah akhlak, guru
bimbingan konseling ataupun guru agama. Pendidikan karakter menjadi tanggung
jawab kita bersama termasuk di dalamnya seluruh guru mata pelajaran.
Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan peserta didik dengan ayat, dalil,
ataupun teori-teori kebaikan. Guru sebagai ujung tombak terlaksananya
pembelajaran hendaknya mampu meramu kurikulum terpadu yang dapat
menyentuh seluruh kebutuhan anak. Salah satunya dengan menerapkan kurikulum
holistis berbasis karakter.
Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum di SMP Negeri 4 Bantimurung
berpedoman pada prinsip-prinsip berikut ini:
a. Berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
Hal ini dilakukan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
41
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pada setiap awal tahun pelajaran dilakukan beberapa kegiatan antara
lain: 1) melakukan pengukuran intake, 2) perhitungan KKM, 3) pilihan
pengembangan diri 4) angket sosial ekonomi orang tua, 5) analisis strategi
pembelajaran sesuai perkembangan peserta didik. Untuk menunjang hal
tersebut peran guru BK, Wali kelas, dan Staf dimaksimalkan.
b. Beragam dan terpadu.
Dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, jenjang dan menghargai serta tidak diskriminatif terhadap
perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender. Pada sebagian besar pembelajaran dilakukan secara berkelompok
dengan memperhatikan keragaman dan kelompok selalu berubah-ubah untuk
melatih kecerdasan interpersoanl. Kurikulum meliputi substansi komponen
muatan wajib kurikulum , muatan lokal, dan pengembangan diri secara
terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna
dan tepat antar substansi. Muatan wajib sesuai dengan aturan nasional,
sedangkan untuk muatan lokal terdapat 2 materi yaitu bahasa jawa dan
Handycraft yang mengembangkan sanitari sebagai perwujudan dari
pengembangan nilai-nilai kewirausahaan dan ekonomi kreatif, serta
kemandirian.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni.
42
Hal ini dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu,
semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik
untuk mengiuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pngetahuan,
teknologi dan seni. Fasilitas WIFI selama waktu tertentu selalu ada,, studi
wisata menuju tempat berteknologi, alamiah, dan bernuansa seni senantiasa
menjadi kewajiban bagi semua peserta didik. Semua itu merupakan
pengembangan nilai kecerdasan, cinta ilmu, dan keingintahuan.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Pengembangan ini dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. Pembelajaran baik di
kelas maupun di luar kelas senantiasa mengembangkan strategi kontekstual,
kebermaknaan bagi peserta didik sesuai dengan budaya di masyarakatnya.
Kegiatan dilakukan untuk mengembangkan nilai ekonomi kreatif,
kemandirian dan kewirausahaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi ini mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan, pengembangan
43
kompetensi dilakukan meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotor yang seimbang implikasinya kriteria kelulusan maupun kenaikan
kelas tidak hanya unsur akademik tetapi juga afektif (kepribadian, kelakuan,
ketertiban). Penerapan poin reward dan punishment yang meliputi unsur ;
kedisiplinan, kejujuran, ketaatan beragama, cinta tanah air, dilakukan setiap
saat oleh semua warga sekolah.
f. Belajar sepanjang hayat
Hal ini diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Ini
mencerminkan keterkaitan antar unsur-unsur pendidikan formal, nonformal,
dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. Setiap
peserta didik membuat jurnal belajar yang intinya merefleksi belajar setiap
hari, program wajib baca kitab (Islam Alqur‟an, Kristen Al Kitab, dll) sebagai
perwujudan penanaman nilai relegius dilingkungan sekolah, program
kebersihan lingkungan pada jam ke-0 setiap hari. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan terus menerus dengan keteladanan dari guru dan bersifat
pembiasaan.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah
Dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka
44
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sesuai dengan Standar Isi di
kembangkan kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama dan Akhlak Mulia,
Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian, dan kelompok Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi sebagai pengembangan nilai-nilai kebangsaan
(nasinalisme). Struktur kurikulum terdapat muatan lokal di samping mata
pelajaran dan bersifat nasional. Muatan lokal di SMP Negeri 4 Bantimurung
adalah Keterampilan Rumah Tangga, (Kurikulum SMP Negeri 4
Bantimurung, 2011/2012).
Uraian diatas yang merupakan prinsip dasar pengembangan kurikulum yang ada
di SMP Negeri 4 Bantimurung, menjelaskan bahwa didalam penetapan kurikulum
yang berkarakter pelaksanaannya berpusat pada peserta didik, sebab di sesuaikan
dengan kebutuhan, potensi, dan lingkungannya.
Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa
dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, bahwa proses pendidikan masih kurang
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang
menyebut, pendidikan telah gagal karena banyak lulusan lembaga pendidikan
indonesia termasuk sarjana yang pandai dan mahir dalam menjawab soal ujian,
berotak cerdas, tetapi tidak memiliki mental yang kuat, bahkan mereka cenderung
amoral. Dan pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal
ujian, dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan
pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik; pembiasaan untuk berlaku jujur,
kesatria; malu berbuat curang; malu bersikap malas; malu membiarkan
lingkungannya kotor,(Gunawan; 2012).
45
Menurut Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat
dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga
masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau
bangsa, secara umum adalah adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak
dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari
pendidikan karakter dalam konteks pendidikan adalah pendidikan nilai, yakni
pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa indonesia sendiri,
dalam rangka membina kepribadian generasi bangsa.
Uraian diatas menunjukkan bahwa bukan semata-mata otak cerdas yang
dimiliki oleh peserta didik, tetapi sikap dan perilaku yang baik mesti menjadi
pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Agar bisa memiliki mental yang kuat
serta berakhlak mulia, itu adalah salah satu tujuan pendidikan karakter. Oleh
sebab itu untuk mencapai hal tersebut IQ dan EQ seorang anak (siswa) keduanya
harus di asah dengan baik oleh seluruh unsur yang bertanggung jawab di dalam
pembentukan karakter siswa (anak) baik itu di lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Seorang guru di sekolah harus memahami
bahwa merobah sikap seorang anak mudah tetapi merobah pola pikir itu yang
susah. Jadi seyogyanya seorang guru harus punya kemampuan, kognitif, afektif
dan psikomotor yang memiliki nilai karakter yang mulia untuk mengembangkan
kemampuan tersebut.
46
Kemudian Kemendiknas (2010) memberikan rekomendasi 11 prinsip
untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku;
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter;
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku
yang baik;
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan
membantu mereka untuk sukses;
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik;
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang
sama;
i. Memiliki pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter;
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter; dan
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
47
Berdasarkan dari sebelas prinsip-prinsip yang di rekomendasikan oleh
kemendiknas tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh warga sekolah
(Kepsek, guru, staf dan para siswa) wajib mendukung terlaksananya seluruh
komponen dari pendidikan karakter dengan memfungsikan keluarga dan
anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter,
misalnya dalam menumbuhkan kesadaran tentang mengelola lingkungan
dengan baik.
2.2. Pendidikan Lingkungan
2.2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan bisa dibedakan menjadi dua bagian yaitu, lingkungan biotik
dan abiotik. Jika berada di sekolah, lingkungan biotiknya siswa, guru, dan semua
orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun
sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik
berupa udara, meja, kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam
benda mati yang ada di sekitarnya. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama
manusia di sebut juga sebagai lingungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang
membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk
kepribadian seseorang. Secara khusus, sering di gunakan istilah lingkungan hidup
untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup segenap makhluk hidup di bumi. Adapun menurut UU RI No. 32 Tahun
2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
48
memengaruhi alam itu sendiri, serta kelangsungan peri kehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Pasal 1:1), Arjana (2013).
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur hayati (biotik), yaitu; unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
renik.
2. Unsur sosial budaya, yaitu; lingkungan sosial dan budaya yang di buat
manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam
perilaku sebagai makhluk sosial.
3. Unsur fisik (abiotik), yaitu; unsur ingkungan hidup yang terdiri dari
benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
Pendidikan mungkin salah satu alternatif untuk mengembalikan semua
kesadaran ini melalui jalur formal. Membangun kesadaran terhadap lingkungan
erat kaitannya dengan membangun budaya atau karakter itu sendiri. Artinya,
diperlukan waktu cukup lama disertai konsistensi para pembuat kebijakan dan
pelaksana di bawahnya untuk menjadikan budaya cinta lingkungan menjadi
karakter suatu bangsa. Konsep lingkungan hidup atau green education hendaknya
di maknai bukan hanya sebagai wacana kurikulum yang pada akhirnya akan
terjebak menjadi konsep hapalan atau kognisi, tak jauh beda dengan pelajaran
PKPS/PPKn atau pelajaran agama di sekolah yang tidak membentuk nilai dan
karakter siswa (Muslich: 2011: 210).
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat di simpulkan, bahwa pengertian
ilmu lingkungan itu sendiri adalah ilmu tentang kenyataan lingkungan hidup, serta
49
bagaimana pengelolaannya agar menjaga dan menjamin kelangsungan kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makluk hidup lainnya.
Menurut Emil Salim (1992) Lingkungan hidup adalah segala benda dan
kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang
hidup termasuk kehidupan manusia. Dan dalam UU RI No 32 Tahun 2009 (Pasal
3) memuat tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu: (a)
melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) menjamin
keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia; (c) menjamin kelangsungan
kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; (d) menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup; (e) mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan
lingkungan hidup; (f) menjamin terpenuhinya keadilangenerasi masa kini dan
generasi masa depan; (g) menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas
lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; (h) mengendalikan
pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; (i) mewujudkan pembangunan
berkelanjutan; (j) mengantisipasi isu lingkungan global (Rahmadi: 2012: 63).
Oleh sebab itu dalam pengelolaan lingkungan harus diketahui bagaimana
memanfaatkan, melestarikan dan berkelanjutan dari segala sesuatu yang ada di
sekitar kita untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2.2.2. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah
Undang-Undang RI No. 32 tahun 2009 (Pasal 1:18 ) merumuskan bahwa
“ pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatan secara bijaksana
dan bagi sumber daya terbarui menjamin kesinambungan persediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya”.
50
Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990
Tentang Pengendalian Pencemaran Air, Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, dan ISO 14001 tentang pengelolaan dan
standarisasi lingkungan bagi pelaku industri, dan lain sebagainya. Meskipun, tetap
masih banyak pelanggaran di sana-sini (Susilo: 2012; 94).
Dan sebagai perbandingan sasaran pengelolaan lingkungan hidup,
sebagaimana di rumuskan dalam Undang-Undang Perlindungan Pengelolaan
Lingkungan Hidup memuat 8 hak setiap orang dalam kaitannya dengan
lingkungan hidup, meliputi: (1) hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
sebagai hak asasi manusia, (2) hak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, (3)
hak kses informasi,(4) hak akses partisipasi, (5) hak mengajukan usul atau
keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, (6) hak untuk berperan dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, (7) hak untuk melakyukan
pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakanlingkungan hidup, dan
(8) hak untuk tidak dapat di tuntut secara pidana dan perdata memperjuangkan
hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (UUPPLH, pasal 65 dan 66).
Kemudian dalam pada pasal 4 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup meliputi unsur-unsur
berikut: (a) perencanaan, (b) pemanfaatan, (c) pengendalian (d) pemeliharaan, (e)
pengawasan, (f) penegakan hukum.
Seperti di nyatakan undang-undang tersebut, sekalipun hak untuk
mendapat lingkungan yang sehat merupakan jaminan yang seharusnya diberikan
51
negara, sering masyarakat harus menjadi korban keteledoran pemerintah
menerapkan kebijakan lingkungan. Bencana tanah longsor yang menyebabkan 24
korban, di mojokerto, jawa timur, 11 desember 2002, jelas menunjukkan
keteledoran dari pemerintah (Susilo; 2012).
Berbicara tentang pendidikan lingkungan bukan hal yang baru. Kalau
kita merunut jejak sejarah sudah di mulai sejak abad 19 tepatnya pada tahun 1891,
saat Wilbur Jackman di sebut sebagai bapaknya studi tentang alam (Nature Study)
dengan diterbitkannya buku tentang alam untuk sekolah. Dan Fokus utama dari
gerakan pendidikan alam adalah mengembangkan pemahaman dan rasa hormat
manusia terhadap lingkungan alami dan menanamkan daya atau kekuatan
observasi yang akurat. Hal ini memberi implikasi bahwa jika seseorang menjadi
lebih tertarik terhadap lingkungannya, maka akan menjadi lebih peduli terhadap
masalah-masalah lingkungan (Yusuf Hilmi AdiSendjaja: diseminarkan open
mind; 2007)
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
merupakan ruang tiga dimensi, di dalam mana organisme merupakan salah satu
bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap saat.
Perubahan dan perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari
faktor-faktor lingkungan terhadap tumbuh-tumbuhan akan berbeda-beda menurut
waktu, tempat dan keadaan tumbuhan itu sendiri (Irwan: 2012; 108-109).
Alam lingkungan yang didalamnya termasuk manusia merupakan
jaringan kehidupan yang menunjukkan adanya saling ketergantungan antara
52
makhluk yang satu dengan makhluk yang lainnya, misalnya air dan tanah untuk
hidup sedangkan tanah memerlukan tanaman untuk resapan air dan menjaga
kesuburan tanah dan menghindari erosi. Dengan demikian maka alam lingkungan
memerlukan keseimbangan untuk tetap lestari, jika salah satu bagian terganggu
maka akan mempengaruhi bagian yang lain, oleh karena hendaknya kita harus
mengelola lingkungan agar kelestariannya tetap terjaga dan seimbang (Abyan:
1996). Oleh karena itu pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran
adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitas diperolehnya kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik
sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun
di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran,
selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga di rancang untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku
(Suciptoardi: 2010).
Adapun nilai-nilai karakter yang dikembangkan pada peserta didik melalui
kegiatan pembinaan menurut Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang
pembinaan Kesiswaan menyebutkan adanya sepuluh kelompok, yaitu:
a. Keimanan dan Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Budi Pekerti Luhur dan Akhlak Mulia.
c. Kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara.
d. Prestasi akademik, seni atau olahraga sesuai bakat dan minat.
53
e. Demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup,
kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural.
f. Kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan.
g. Kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang
terdiversifikasi.
h. Sastra dan budaya.
i. Teknologi informasi dan komunikasi.
j. Komunikasi dalam bahasa Inggris (Gunawan, 2012).
Oleh Syarbini (2012) dinyatakan bahwa kesepuluh nilai tersebut diatas
akan dijabarkan kedalam 18 indikator nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter yang dideskripsikan sebagai berikut:
a. Religius, Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur, Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleronsi, Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin, Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras, Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
54
f. Kreatif, Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri, Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas.
h. Demokratis, Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih dalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan, Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air, Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian,dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi, Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta
menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/Komunikatif, Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta Damai, Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
55
o. Gemar Membaca, Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan, Sikap dan Tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial, Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung Jawab, Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara, dan Tuhan yang
Maha Esa (Syarbini: 2012).
Dengan berdasarkan dari 18 nilai karakter tersebut maka, pada prinsipnya,
pengembangan pendidikan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok
bahasan tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri dan
budaya sekolah. Guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah
ada. Indikator nilai-nilai karakter bangsa ada dua jenis, yaitu (1)indikator sekolah
dan kelas, dan (2) indikator untuk mata pelajaran. Indikator sekolah dan kelas
adalah penanda yang di gunakan oleh kepala sekolah, guru dan personalia sekolah
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga
pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga
56
dengan kegiatan sekolah yang di programkan dalam kegiatan sekolah sehari-hari
(rutin).
Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif seorang peserta
didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Perilaku yang di kembangkan
dalam indikator pendidikan budaya dan karakter bangsa bersifat progresif, artinya
perilaku tersebut berkembang semakin komplek antara satu jenjang kelas dengan
jenjang kelas diatasnya, bahkan dalam jenjang kelas yang sama. Guru memiliki
kebebasan dalam menentukan berapa lama suatu perilaku harus dikembangkan
sebelum di tingkatkan ke perilaku yang lebih kompleks (Kurikulum SMPN 4
Bantimurung: 2012/2013).
Adapun kelompok mata pelajaran yang terintegrasi berdasarkan data dari
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bantimurung tahun ajaran
2012/2013, dengan pendidikan karakter yang berbasis kebudayaan lingkungan,
antara lain:
a. Pendidikan Agama
Pendidikan agama yang diselenggarakan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 4 Bantimurung adalah agama Islam.
Tujuannya:
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik sesuai keyakinan
agamanya masing-masing;
2. Menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan;
3. Menanamkan sikap pada peserta didik bahwa bersih itu adalah bagian
daripada iman;
57
4. Memberikan wawasan terhadap keberagaman agama di indonesia; dan
5. Menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama.
Ruang lingkupnya:
1. Membaca Al-Qur‟an menurut tajwid, mulai dari caramembaca “Al”
syamsiah dan “Al” Qomariyah sampai menerapkan hukum bacaan mad
dan waqof.
2. Aspek-aspek rukun iman, yang dimulai dari iman kepada Allah sampai
kepada iman kepada Qadha dan Qhadar serta asmaul husna.
3. Perilaku terpuji seperti qanaah, tasawuh, dan menjaga kebersihan
lingkungan sekitar serta menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti
ananiah, hasad, ghadab dan namimah.
4. Tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah, baik sholat
wajib maupun salat sunat.
5. Sejarah nabi muhammad dan para sahabat serta menceritakan sejarah
masuk dan berkembangnya islam di nusantara.
b. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
Tujuannya:
Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang kesadaran hidup
berbangsa dan bernegara dan pentingnya penanaman rasa persatuan dan
kesatuan, kepedulian, demokrasi, kebersamaan dan kesadaran akan hak
kewajiban diri dan orang lain.
58
Ruang lingkupnya:
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan
negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, yang meliputi: tertib dalam kehidupan
keluarga, terutama ikut terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan sekitar
baik di sekolah maupun di rumah, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku
di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan
peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional Hak Asasi
Manusia, pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia.
4. Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan
kedudukan warganegara.
5. Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di indonesia, hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
59
6. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila, meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara, proses
perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan
organisasi internasional, serta mengevaluasi globalisasi.
c. Bahasa Indonesia
Tujuannya:
Membina keterampilan bebahasa secara lisan dan tertulis serta dapat
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman terhadap
IPTEK. Dan menumbuhkan kesadaran, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif,
dan bertanggung jawab, serta aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup.
Ruang lingkupnya: 1)Mendengarkan; 2)Berbicara; 3)Membaca; dan 4)Menulis
d. Ilmu Pengetahuan Alam
Tujuannya:
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk
menguasai dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK serta
menumbuhkan kecerdasan, keingintahuan, berpikir logis, kritis, kratif, gaya hidup
sehat, menghargai keragaman, cinta ilmu, dan bertanggung jawab.
60
Ruang lingkupnya: 1)Makhluk dan proses kehidupan; 2)Materi dan sifatnya;
3)Energi dan perubahannya; 4)Penghematan energi; 5)Bumi dan alam semesta,
dan; 6)Upaya-upaya pelestarian lingkungan serta mengatasi pencemaran global.
e. Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuannya:
Memberikan pengetahuan sosiokultural masyarakat yang majemuk,
mengembangkan kesadaran hidup bermasyarakat serta memiliki keterampilan
hidup secara mandiri.
Ruang lingkupnya: 1)Manusia, tempat, dan lingkungannya; 2)Waktu,
keberlanjutan, dan perubahan; 3)Sistem sosial dan budaya; 4)Perilaku, ekonomi
dan kesejahetraan; 5)Perilaku masyarakat dalam mengatasi kejadian-kejadian
dan masalah pengrusakan lingkungan.
f. Seni Budaya
Tujuannya:
Mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi dan pemanfaatan (daur ulang),
dan kecintaan pada seni budaya nasionsl, menghargai keberagaman, menghargai
karya orang lain, dan nasinalisme.
Ruang Lingkupnya:
1. Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam
menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan
bahan-bahan bekas demi pelastarianlingkungan, pengembangan kreativitas
siswa dalam mendaur ulang.
61
2. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan
alat musik, apresiasi karya musik.
3. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan oah tubuh dengan dan
tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.
4. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah suara
yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari, dan seni peran.
g. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Tujuannya:
Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan
keterampilan dalam bidang olah raga, menanamkan rasa sportifitas, tanggung
jawab disiplin dan percaya diri pada peserta didik.
Ruang lingkupnya:
1. Permainan dan olah raga meliputi: olah raga tradisional, permainan,
eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor dan nonlokomotor,manipulatif,
atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja,
tenis lapangan, bulu tangkis, dan bela diri, serta aktivitas lainnya.
2. Aktivitas pengembangan, meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3. Aktivitas senam, meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
4. Aktivitas ritmik, meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik,
serta aktivitas lainnya.
62
5. Aktivitas jasmani, meliputi: budaya hidup sehat, upaya pencegahan
lingkungan hidup, dan wabah-wabah penyakit.
h. Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tujuannya:
Memberikan keterampilan dalam bidang teknologi informatika dan
komunikasi yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik, berpikir logis,
kritis, kreatif, dan menghargai karya orang lain.
Ruang lingkupnya:
1. Perangkat keras dan lunak yang digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi;
2. Penggunaan alat bantu untuk memproses dan memindah data dari satu
perangkat ke perangkat lainnya.
3. Penggunaan teknologi informatika dan upaya penyelamatan lingkungan
hidup.
i. Muatan Lokal
1. Muatan lokal yang dipilih ditetapkan berdasarkan ciri khas, potensi dan
keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan tenaga
pendidik. Sasaran pembelajaran muatan lokal adalah pengembangan jiwa
kewirausahaan dan penanaman nilai-nilai budaya sesuai dengan lingkungan.
Nilai-nilai kewirausahaan yang dikembangkan antara lain kemampuan
menggunakan barang-barang bekas (sampah) dengan menjadikannya produk-
produk yang bisa bernilai ekonomi.
63
2. Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan budaya tersebut diintegrasikan di
dalam proses pembelajaran yang dikondisikan supaya nilai-nilai tersebut
dapat menjadi sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
3. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk
setiap muatan lokal yang diselenggarakan.
4. Muatan lokal yang diselenggarakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4
Bantimurung adalah kerajinan rumah tangga, (Dewan Guru, Kurikulum
2012/2013).
Dengan berdasarkan dari uraian diatas adalah merupakan sejumlah mata
pelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bantimurung yang diintegrasi
dengan pendidikan karakter berbasis kebudayaan lingkungan, maka tampak jelas
bahwa beberapa komponen yang menjelaskan tentang pengelolaan lingkungan
mulai dari pemanfaatan, pelestarian serta pengembangan kreativitas para siswa
yang memiliki nilai budaya dan nilai ekonomi didalam mengembangkan
kepribadian yang berkarakter, baik untuk pribadi siswa maupun untuk orang lain.
2.2.3. Pelestarian Lingkungan Sekolah
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata lestari artinya tetap selama-
lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sediakala, melestarikan (menjadikan,
membiarkan) tetap tidak berubah dan serasi: cocok, sesuai, berdasarkan kamus ini
melestarikan, keserasian, dan keseimbangan lingkungan berarti membuat tetap
tidak berubah atau keserasian dan keseimbangan lingkungan.
64
Pelestarian fungsi lingkungan hidup di rumuskan dalam pasal 1 ayat 6
yaitu “ rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. “ konsep daya dukung lingkungan hidup di rumuskan
dalam pasal 1 butir 7, yaitu „kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain dan keseimbangan antar kedua”.
Selanjutnya, konsep daya tampung lingkungan hidup di rumuskan sebagai
berikut: “ kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan/atau
komponen lain yang masuk atau di masukkan kedalamnya. “ konsep daya dukung
lingkungan berguna dalam kaitannya dengan pengendalian perusakan lingkungan
hidup, sedangkan konsep daya tampung lingkungan hidup berguna dalam
kaitannya dengan pengendalian pencemaran lingkungan hidup. Rumusan
pengertian-pengertian pelestarian lingkungan hidup, daya dukung lingkungan
hidup dan daya tampung lingkungan hidup dalam UU RI No 32 Tahun 2009 atau
lebih di kenal dengan Undang Undang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPPLH) tidak berbeda secara prinsipil dengan rumusan pengertian
ketiga konsep itu dalam UULH 1997, (Rahmadi : 2012: 59).
Undang-Undang RI No. 32 tahun 2009 (Pasal 1:2) merumuskan bahwa
“upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum” (Rahmadi: 2012: 58).
Kemudian pada tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dimasukkan ke
dalam pendidikan formal dengan di bentuknya mata pelajaran pendidikan
65
kependudukan dan lingkungan hidup. Depdikbud merasa perlu untuk mulai
mengintegrasikan PKLH ke dalam semua mata pelajaran. Pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian
materi ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif
dituangkan dalam sistem kurikulum dengan memasukkan masalah-masalah
kependudukan dan lingkungan hidup dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam mencari pemecahan
dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan (Pigai, 2009).
Pendidikan lingkungan adalah proses mengenai nilai, dan konsep
clatifiying dalam rangka untuk mengembangkan keterampilan dan sikap yang di
perlukan untuk memahami dan menghargai keterkaitan antara manusia, budaya
dan biofisik sekitarnya. Pendidikan lingkungan hidup juga mencakup praktek
dalam pengambilan keputusan dan perumusan diri kode perilaku tentang isu-isu
mengenai kualitas lingkungan. Tujuan pendidikan lingkungan hidup (PLH) secara
internasional sesuai rumusan Belgrade Charter antara lain:
a. Untuk mengembangkan kesadaran yang jelas, kekhawatiran tentang
ekonomi, sosial, politik dan ekologi saling ketergantungan di perkotaan
dan pedesaan.
b. Untuk memberikan setiap orang dengan peluang untuk memperoleh
pengetahuan, nilai-nilai, sikap, komitmen dan keahlian yang dibutuhkan
untuk melindungi dan meningkatkan lingkungan hidup.
c. Untuk membuat model dan bentuk baru perilaku individu, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan terhadap lingkungan.
66
Dalam kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung mengatakan bahwa
tidak dapat di pungkiri dengan adanya kemajuan jaman di mana era sekarang
adalah merupakan era industrialisasi, keadaan lingkungan sudah begitu
tercemarnya baik udara, air, maupun tanah. Selain pencemaran akibat
industrialisasi ternyata yang menyumbang pencemaran lingkungan adalah
perilaku masyarakat yang tidak sehat, seperti menggunakan bungkus plastik dan
membuangnya di sembarang tempat sehingga keadaan tanah dan sungai disekitar
kita menjadi tidak sehat lagi.
Menyadari hal tersebut SMP Negeri 4 Bantimurung merasa terpanggil
untuk merubah karakter masyarakat sedini mungkin yaitu melalui pembelajaran
lingkungan hidup kepada seluruh masyarakat sekolah utamanya peserta didik.
Dalam melakukan program tersebut ada 3 kegiatan yang senantiasa dilakukan,
yaitu:
a. Melakukan kegiatan pagi bersih setiap hari mulai 07.00 sd 07.20 sebelum
apel pagi.
b. Melakukan kegiatan jumat bersih pada setiap hari jumat jam 07.30 sd
08.40
c. Memberikan pembelajaran lingkungan hidup yang terintegrasi pada semua
mata pelajaran (kurikulum SMPN 4 Bantimurung TA. 2012/2013)
Dengan dimasukkannya pendidikan lingkungan hidup kedalam
pendidikan formal dan mengintegrasikan di sebagian besar mata pelajaran yang
ada di sekolah menengah umum, maka perlu di lihat seperti apa manajemen untuk
67
mencapai tujuan yang di harapkan bersama, baik itu untuk pendidik maupun
terhadap peserta didik, serta sejauhmana tingkat pencapaian hasil yang diperoleh.
a. Manajemen Pendidikan
Menurut H. Koontz & O‟Donnel (Aldag, 1987), manajemen
berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan
orang lain. Hampir senada dengan pendapat tersebut, Siregar (1987) menyatakan
bahwa manajemen adalah proses yang membeda-bedakan atas: perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan dan pengendalian, dengan
memanfaatkan ilmu dan seni, agar tujuan yang telah di tetapkan dapat tercapai.
Manajemen juga di definisikan sebagai sekumpulan orang yang memiliki tujuan
bersama dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan
(Fathurrohman, at all; 2013).
Selanjutnya menurut Gaffar (1989) menyebutkan bahwa manajemen
pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistematik,
sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Secara lebih luas, manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Kemudian manajemen pendidikan dapat di definisikan sebagai seni dan
ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
68
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, (Usman; 2011: 12).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
pendidikan merupakan suatu proses kerjasama didalam mewujudkan suasana
belajar yang aktif, terarah sekaligus peserta didik dapat mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan mulai dari keyakinan, pengelolaan emosi,
wawasan, kecerdasan, kreativitas, akhlak mulia dan tujuan pendidikan yang sudah
ditetapkan sesuai dengan yang diperlukan dirinya, masyarkat, bangsa dan negara.
Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter juga
terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui
bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Unsur-unsur
pendidikan karakter yang akan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan
tersebut antara lain meliputi: (a) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (b)
muatan kurikulum nilai-nilai karakter, (c) nilai-nilai karakter dalam pembelajaran,
(d) nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan, dan (e) nilai-nilai
karakter pembinaan kepesertadidikan (Zuchdi, 2011).
Adapun tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:
1) Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, menyenangkan, dan bermakna (PAKEMB);
2) Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
69
3) Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan
(tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai
manajer);
4) Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien;
5) Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas
administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau
konsultan manajer pendidikan);
6) Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% masalah mutu
disebabkan oleh manajernya;
7) Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan
akuntabel; dan
8) Meningkatnya citra positif pendidikan, (Usman; 2011:13).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan
pembelajaran yang sesuai dengan apa yang diinginkan baik itu oleh pendidik
terlebih lagi oleh peserta didik, adalah tergantung bagaimana manajemen dikelola
secara baik dan benar sesuai dengan aturan yang ada.
Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang terpadu
dengan manajemen sekolah yang ada di SMP Negeri 4 Bantimurung antara lain;
(a) kebersihan lingkungan setiap hari sebelum apel pagi; (b) piket kelas; (c)
ibadah/sholat duhur/jum‟at berjamaah; (d) baca surat pendek dan berdo‟a sebelum
dan sesudah pembelajaran di kelas; (e) upacara bendera tiap senin; dan (f) setiap
jum‟at di laksanakan kerja bakti selama 2 jam pelajaran.
70
Dengan beberapa contoh kegiatan yang sudah terlaksana di SMP Negeri 4
Bantimurung yang merupakan kegiatan rutinitas yang terjadwal telah
menggambarkan bahwa manajemen sekolah di kelola sesuai dengan unsur-unsur
dalam sistem pendidikan karakter.
b. Kurikulum Pendidikan
Menurut Nana Syaodih (2004:4) Istilah kurikulum sering dimaknai plan
for learning (rencana pendidikan). Sebagai rencana pendidikan kurikulum
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, urutan isi dan proses
pendidikan. Secara etimologis kata kurikulum diambil dari bahasa Yunani,
Curere, berarti jarak yang harus ditempuh oleh para pelari dari mulai start sampai
finish (Nana Sudjana, 2002:2). Pengertian inilah yang kemudian diterapkan dalam
bidang pendidikan. Sedangkan dalam pengertian terminologi pengertian
kurikulum didefinisikan sebagai sejumlah materi pelajaran yang harus ditempuh
dan dipelajari oleh peserta didik untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, yang
telah tersusun secara sistematis dan logis (Hamalik; 2007:1).
Sementara itu, Ramayulis (2005:9) mendefinisikan bahwa kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada
semua jenis dan tingkat pendidikan. Kemudian menurut, Zakiah Daradjat (1996:
122) memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam
pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan tertentu.
71
Berdasarkan dari beberapa pengertian kurikulum diatas, dapat
disimpulkan bahwa tanpa ada perencanaan di dalam pendidikan, maka proses
pembelajaran tidak akan mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan. Sebab
setiap memulai pembelajaran tentu berdasar dari kurikulum tersebut.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan kerangka dasar Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar
(KD). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Pengembangannya harus berdasarkan satuan pendidikan, potensi
daerah, atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan peserta
didik (Kurikulum SMPN 4 Bantimurung; 2012/2013).
Menurut Sudjana (2002:35), isi kurikulum harus dapat menentukan
berhasil tidaknya suatu tujuan. Adapun isi kurikulum itu adalah sebagai berikut:
1. Isi kurikulum harus sesuai tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa
atau peserta didik. Artinya, sejalan dengan tahap perkembangan anak.
2. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan
tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
72
3. Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya
mengandung aspek intelektual, moral dan sosial secara seimbang
(balance).
4. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji,
artinya tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-
hari.
5. Isi kurikulum harus mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip,
konsep yang terdapat di dalamnya bukan hanya sekedar informasi faktual.
6. Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Isi
kurikulum disusun dalam bentuk program pendidikan yang nantinya
dijabarkan dan dilaksanakan melalui proses pengajaran/pengalaman
belajar anak didik (Gunawan: 2012: 114).
Oleh sebab itu penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa
dapat di lakukan melalui kurikulum secara terintegrasi atau monolitik.
Pengembangan materi, model pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi,
dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup
yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari (isu lokal).
Pengembangan kurikulum tersebut dapat di lakukan antara lain:
a. Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.
b. Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup
yang ada di masyarakat sekitar.
c. Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.
73
d. Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran siswa tentang lingkungan hidup. (http://kartikaprams.
blogspot.com/2012/11/program-adiwiyata-lingkungan hidup.html, minggu
09 maret 2013).
Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan
wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan
yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi
pengelolaan pendidikan dengan di berikannya wewenang kepada satuan
pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi
dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35 mengenai standar nasional
pendidikan.
c. Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai model
atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola
pembelajaran (manajer of learning). Dengan demikian efektifitas proses
pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya keberhasilan suatu proses
pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi
kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu antara lain:
1. Teacher formative experience meliputi jenis kelamin serta semua
pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka.
74
2. Teacher training experience meliputi pengalaman-pengalaman yang
berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru,
misalnya pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan,
pengalaman jabatan, dan lain sebagainya.
3. Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat
yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru
terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan
kemampuan mereka baik dalam pengelolaan pembelajaran termasuk
didalamnya kemampuan merencanakan dan evaluasi pembelajaran
maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran,(Sanjaya;
2006:52-53).
Oleh karena itu, wujud sekolah dengan konsep lingkungan hidup yang
nyata akan bercermin dari beberapa hal, diantaranya sekolah memiliki kurikulum
yang bermuatan wawasan lingkungan, sekolah mempunyai rancang bangun, dan
penggunanaan bahan/ pemeliharaan sarana serta prasarana berdasarkan prinsip-
prinsip ramah lingkungan. Sekolah memiliki manajemen yang efektif dan efisien,
sementara warga sekolah memiliki kepedulian lingkungan sebagai manifestasi
rasa syukur kepada Allah SWT (Susilo: 2012).
Kemudian siswa akan diperkenalkan dengan konsep pendidikan yang
menyatu dengan alam. Mereka bagian dari alam itu sendiri. Dalam QS Ali Imran
Ayat 190 Allah SWT berfirman yang artinya, “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran
Allah bagi orang yang berakal”. Pendekatan pembelajaran lingkungan pada
75
intinya adalah mendekatkan anak pada kekuasaan sang pencipta. Kesadaran
bahwa segala sesuatu di alam menjadi obyek pembelajaran (Muslich: 2011).
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan
pendekatan proses belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui
berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Di kelas dikembangkan
melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru dengan cara integrasi. Di
sekolah di kembangkan dengan upaya pengkondisian atau perencanaan sejak awal
tahun pelajaran, dan dimasukkan ke Kalender Akademik dan yang dilakukan
sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah sehingga peserta didik memiliki
kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa. Di masyarakat dikembangkan melalui kegiatan ekstra
kurikuler dengan melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan
rasa cinta dan tanah air dan melakukan pengabdian masyarakat untuk
menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial (Kurikulum SMPN 4
Bantimurung: 2012/2013).
Kegiatan nyata yang dilakukan di SMP Negeri 4 Bantimurung adalah
sebagai berikut:
NO NILAI KEGIATAN YANG DILAKUKAN
1 Bersih dan Nyaman Membentuk piket harian
Melakukan pagi bersih setiap hari oleh seluruh
warga sekolah mulai pukul 06.30 sd 06.50
Pembuatan taman kelas
Penanaman pohon-pohon besar maupun
76
produktif
Membangun toilet 1 kelas 1 toilet
2 Disiplin Menerapkan absen pagi dan siang untuk tenaga
pendidik dan kependidikan
Menggalakkan piket pintu gerbang
Membuat aturan yang dimusyawarahkan seluruh
warga sekolah tentang kehadiran di sekolah
pukul 06.30 tepat
3 Sopan Membiasakan salam setiap bertemudengan
warga sekolah
Membudayakan pakaian yang rapi
Membiasakan menyapa kepada setiap orang
yang berada di sekolah
4 Religius Membaca al qur‟an dan berdo‟a setiap pagi
sebelum pembelajaran
Sholat dhuha berjamaah setiap hari sabtu pagi
Sholat dhuhur berjamaah setiap hari
Merayakan peringatan hari besar
Mengadakan pondok dan khasanah ramadhan
2.2.4. Pembangunan Berkelanjutan
Pengertian Pembangunan berkelanjutan, sebagaimana dirumuskan
dalam pasal 1 butir 3 UUPPLH, adalah “ upaya sadar dan terencana, yang
77
memadukan lingkungan hidup, sosial, ekonomi ke dalam strategi pembangunan
untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan”.
Fritjof Capra (2005) menyatakan bahwa masyarakat berkelanjutan
adalah masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengurangi
kesempatan generasi-generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Masih menurut Capra, defenisi berkelanjutan bukan menggambarkan kenyataan
kondisi masyarakat dan lingkungan sekarang saja. Namun, justru yang
dipentingkan masyarakat nanti atau ke depan. Ia lebih menandaskan nasehat moral
penting sebagai keinginan “Suci” komunitas dunia dalam ikut memelihara
keberlangsungan lingkungan global (Susilo: 2012:185).
Sementara itu, Emil Salim (1992) menyatakan asumsi-asumsi dasar dan
ide-ide pokok yang mendasari pembangunan berkelanjutan, yaitu: (1) proses
pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut, terus menerus, kontinu,
ditopang oleh sumber alam, dijamin dengan kualitas lingkungan, dan manusia
yang terus berlanjut, (2) sumber alam, terutama udara, air dan tanah memiliki
ambang batas, (3) kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas
hidup, (4) pola penggunaan sumber alam masa kini mestinya tidak menutup
kemungkinan memilih opsi atau pilihan lain di masa depan, dan (5) mengandaikan
solidaritas transgenerasi, di mana pembangunan ini memungkinkan generasi
sekarang untuk meningkatkan kesejahteraan, tanpa mengurangi kemungkinan bagi
generasi masa depan untuk meningkatkan kesejateraan (Salim, 1992: 5).
78
Pendidikan lingkungan hidup yang benar seharusnya menghasilkan out
put anak didik yang mempunyai karakter sidiq, istikamah, fatanah, amanah dan
tablig. Karakter ini jika terhimpun pada diri anak didik akan menjadi kunci bagi
keseimbangan alam dan lingkungan. Dengan demikian konsep lingkungan hidup
atau GE yang akan di terapkan harus bersifat partisipatif yang menyertakan semua
komponen masyarakat, kemudian berkelanjutan dengan tetap istikamah serta ajek
yang berorientasi pada pendidikan karakter yang akan di bangun serta bersifat
menyeluruh.(diadaptasikan dari tulisan Asep Kusnawan dengan tajuk yang sama).
Hal ini berkenaan dengan kepedulian terhadap sosial dan lingkungan. Nilai
karakter tersebut berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada alam sekitarnya. Selain itu, mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi
bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Asmani: 2011; 40).
Seperti kata-kata yang lain, kebersihan, keindahan, dan ketertiban
merupakan kata-kata yang hanya indah bila dikatakan, tetapi sangat berat
dilaksanakan. Akibatnya, lingkungan tetap kotor dan semrawut. Persis ketika
ustadz memberikan ceramah bahwa kebersihan itu sebagian dari iman, sementara
dirinya membuang puntung rokok sembarangan. Begitu pun dengan istilah K3 ini,
sangat mudah dikatakan. Namun, banyak orang tidak sadar dirinya melakukan
sesuatu yang sebenarnya bertentangan dengan pernyataannya tentang K3 itu.
Maka dari itu, agenda membangun karakter masyarakat yang berbasis K3
saya kira harus dimulai dari SD atau kalau perlu dari taman kanak-kanak. Dari SD
inilah seorang anak harus mulai belajar bagaimana berperilaku ketika melihat
79
sampah, ketika melihat bangku yang tidak lurus di dalam kelas, atau hal-hal kecil
lainnya. Salah satu contoh, ketika belajar tentang kebersihan adalah sebagian dari
iman, anak-anak jangan dituntut untuk menghafal lalu kedepan satu-satu.
Kemudian, anak yang tidak bisa mendapatkan nilai yang jelek atau perlakukan
fisik. Ketika belajar tentang kebersihan, ajaklah anak-anak ke WC untuk
membersihkan semua kotoran yang ada di dalamnya, atau minta mereka untuk
melihat sekitar ruangan kelasnya, apakah masih ada sampah di sekitarnya. Kalau
masih ada, sampah dibersihkan dan dibuang ke tempat sampah (Muslich: 2011;
157-159).
Apabila pola hidup sehat, bersih, dan tertib mulai dipraktikkan sejak kecil,
saya kira beberapa tahun kedepan K3 tidak lagi menjadi bagian dari sosialisasi
karena telah menjadi pola hidup anak-anak yang kelak sudah menjadi orangtua.
Jika sekarang anak-anak sudah dibiasakan dengan pelajaran-pelajaran praktis
seperti ini, saya kira mereka tidak akan menjadi orang dewasa dan orangtua saat
ini yang hanya hafal K3, tetapi sulit melaksanakannya (Muslich: 2011; 159).
Perlu diingat, pada sisi lain manusia juga memiliki watak ramah,
bersahabat, berpihak pada alam dan seisinya. Jika potensi-potensi baik ini bisa
diberdayakan, kekhawatiran para malaikat tidak akan terbukti. Sekalipun
jumlahnya tidak banyak, masih ada sekelompok manusia yang berjuang dengan
tujuan menyelamatkan dan melakukan konservasi lingkungan. Tidak sedikit
manusia yang bisa menjalankan fungsi sebagai khalifah (wakil Allah di muka
bumi ini), seperti dikehendaki oleh Allah Swt (Susilo: 2012; 91-92).
80
Oleh sebab itu, budaya yang di kembangkan oleh manusia akan
berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu
kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari
luar, artinya orang asing. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap
lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan
berbeda dengan lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang berbeda
pula.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan
lingkungan, antara lain:
a. Physical Environment, menunjuk pada lingkungan natural seperti:
temperatur, curah hujan, iklim, wilayah geografis, flora dan fauna.
b. Cultural Sosial Environment, meliputi aspek – aspek kebudayaan besert
proses sosiolisasi sepertti norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
c. Environment Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat
menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
d. Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun
rumah, komunitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam memodifikasi
lingkungan fisik seperti budaya pertanian dan iklim.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan
di kembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku,
norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu
masyarakat dengan masyarakat lainnya (Setiadi, at.all: 2007;38-39).
81
2.3. Sekolah Adiwiyata
Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik dan
ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta
etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup
kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Jadi tujuan program
adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah
yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (Kementerian LH dan
Pend. Dan Kebudayaan).
Program adiwiyata diimplementasikan di sekolah sebagai upaya untuk
menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah sebagai tempat pembelajaran dan
penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut
dapat turut bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan bagi
sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Program adiwiyata harus berdasarkan
norma-norma Kebersamaan, Keterbukaan, Kejujuran, Keadilan, dan Kelestarian
Fungsi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam. Hal tersebut selaras dengan
program pendidikan karakter bangsa yang sekarang ini sedang gencar digulirkan
oleh pemerintah.
Sekolah dikatakan sebagai sekolah adiwiyata jika telah melaksanakan
indikator dan kriteria program adiwiyata, yaitu:
2.3.1. Pengembangan Kebijakan sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakannya
82
kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar program adiwiyata yaitu partisipatif dan
berkelanjutan.
Pengembangan kebijakan sekolah tersebut antara lain:
a. Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
b. Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan
lingkungan hidup.
c. Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (tenaga
kependidikan dan non kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan
hidup.
d. Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam.
e. Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang
bersih dan sehat.
f. Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi
kegiatan yang terkait dengan masalah lingkungan hidup.
2.3.2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa dapat
dilakukan melalui kurikulum secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan
materi, model pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk
memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan
dengan persoalan lingkungan sehari-hari (isu Lokal).
Pengembangan kurikulum tersebut dapat dilakukan antara lain: (1)
Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran; (2) Penggalian dan
83
pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat
sekitar; (3) Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya; dan
(4) Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.
2.3.3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan,
warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan
hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya
dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga
sekolah, masyarakat maupun lingkungannya. Kegiatan tersebut antara lain:
a. Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan
hidup berbasis partisipatif di sekolah.
b. Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar,
c. Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan
pendidikan lingkungan hidup di sekolah.
2.3.4. Pengelolaan dan atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
perlu didukung sarana dan prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan
lingkungan hidup, antara lain meliputi:
a. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk
pendidikan lingkungan hidup.
b. Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar
kawasan sekolah.
84
c. Penghematan sumberdaya alam (listrik, air, dan ATK).
d. Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.
e. Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
Adapun manfaat dilaksanakannya program adiwiyata adalah, antara lain:
a. Merubah perilaku warga sekolah untuk melakukan budaya pelestarian
lingkungan.
b. Meningkatkan efesiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah.
c. Meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan sumber
daya dan energi.
d. Meningkatkan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif
bagi semua warga sekolah.
e. Menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah.
f. Mengetahui bagaimana menghindari berbagai resiko dampak lingkungan
di wilayah sekolah.
g. Memberikan pembelajaran bagi generasi muda tentang pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar.
h. Mendapat penghargaan sekolah adiwiyata tingkat kabupaten, propinsi dan
tingkat nasional.
Uraian diatas menyimpulkan bahwa manfaat dari kepedulian serta
budaya lingkungan memberikan banyak pembelajaran, yaitu; belajar hidup
disiplin, belajar hemat, serta kebersamaan. Dan paling utama adalah menciptakan
kenyamana beraktivitas sebagai warga sekolah pada khususnya dan warga
85
masyarakat pada umumnya, dengan kata lain bahwa dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat pula.
2.4. Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang relevan
dan berkaitan dengan pembahasan dari penelitian kali ini yaitu pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah menengah, pendidikan lingkungan, dan kriteria
sekolah adiwiyata. Dari beberapa hasil penelitian yang relevan sebelumnya akan
menjadi pembanding sekaligus sebagai penguat bagi peneliti dalam merumuskan
kerangka berpikir penelitian.
Hasil penelitian Syamsu Kamaruddin (2012) mengemukakan bahwa
dalam lingkungan pendidikan, dalam bentuk program pendidikan karakter yang
telah dilakukan baik secara formal maupun informal, ini dimaksudkan sebagai
salah satu ide pendukung untuk tindak lanjut di desain dalam bentuk kegiatan.
Sebab, pendidikan karakter pada dasarnya harus mengacu pada visi dan misi dari
lembaga yang bersangkutan. Ini menunjukkan dua hal orientasi dalam karakter
siswa adalah: aspek karakter manusia dan peserta didik.
Hasil penelitian Dindin Jamaluddin (2013) mengatakan bahwa pendidikan
karakter sangat penting dilaksanakan dan untuk kurikulum pendidikan nasional.
Penelitian Marvin W. Berkowitz and Melinda C. Bier ( 2007) menurutnya;
bahwa dilakukan penelitian ini untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu: 1)
pendidikan karakter dapat terlaksana jika diimplementasikan dengan luas dan
terus menerus agar memiliki dampak yang kuat; 2) pendidikan karakter yang
cenderung efektif meliputi: pengembangan profesional, mahasiswa interaktif,
86
strategi pedagogis, fokus eksplisit pada karakter/etika, pelatihan langsung dari
kompetensi sosial dan emosional, dan 3) pemodelan karakter harus selasar dengan
strategi pengelolaan kelas/perilaku, dan pelayanan masyarakat/KKN.
Penelitian Sue B. Schou ( 2001) menurutnya; bahwa keberhasilan siswa
dalam pengaturan online adalah penting bagi badan-badan akreditasi dan
administrasi universitas serta fakultas dalam mengajar (Eaton, 2001). Studi ini
memberikan bukti bahwa hasil belajar bagi siswa secara online dan mahasiswa
yang diajarkan secara tradisional tidak berbeda. Selain itu, siswa dalam
lingkungan online menunjukkan peningkatan dalam sikap mereka terhadap
statistik.
Penelitian A brief review of the literature (1999) mengatakan bagaimana
membentuk dasar untuk mengajarkan nilai-nilai karakter, yaitu ada beberapa
konsep; (a) aspek tentang perilaku atau proses mental; dan (b)prinsip-prinsip
(hubungan antar konsep) yang mendukung perlunya nilai-nilai pendidikan.
Hasil penelitian Elena Oliete Aldea ( 2011) untuk menganilisis makna
bersaing dan interpretasi dalam sebuah film yang ditawarkan terhadap latar
belakang budaya global tersebut. Karena proses globalisasi mendorong kontak
budaya yang intens antara masyarakat sebelumnya sehingga akan ada perubahan
sosial budaya, dan perubahan ini akan berjalan seiring dengan yang namanya
ketakutan global.
Penelitian Sheila T. Murphy, Lauren B. Frank, Meghan B. Moran, and
Paula Patnoe-Woodley (2011) bagaimana keterlibatan emosional dalam
menentukan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam dunia pendidikan
87
hiburan, bahwa keterlibatan karakter tertentu telah dikatakan merupakan prediktor
penting karena kemampuannya meningkatkan emosi yang pada gilirannya
menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku para pemirsa.
Penelitian Daniel Lapsley and David Yeager (2006) mengatakan bahwa;
bagaimana orang tua dan pendidik menghadapi anak-anak dalam hal
pembentukan karakternya. Dari hasil kajiannya dalam peneitian ini, di mulai dari
beberapa asumsi tentang alam karakter moral serta nilai-nilai dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah. Kemudian membandingkan dua paradigma yang dominan
sepanjang beberapa dimensi tetapi dengan satu tujuan yang sama. Pada bagian
ketiga mengkaji pendekatan teoritis umum untuk MCE (Moral Character
Education) termasuk tahap moral serta teori domain dan minat baru untuk
identitas diri sebagai tujuan pendidikan.
Penelitian Ruiz-Bernardo, et.all ( 2012) mengusulkan sekelompok faktor
yang berhubungan dengan diri, konteks dan proses yang mendukung
pengembangan sensitivitas antar budaya. Diagnosis sosial dilakukan di provinsi
Spanyol dari Castellon untuk mengidentifikasi faktor-faktor ini dengan cara studi
korelasional. Sebuah nonprobabilistic dan sampel yang refresentatif yang terdiri
dari 995 orang dari 37 Negara yang berbeda yang digunakan sebagai sampel. Data
dikumpulkan dengan cara adaptasi dari skala yang diusulkan oleh Chen dan
Starosta (2000) untuk penilaian sensitivitas antarbudaya. Hasil penelitian
menunjukkan empat profil, dan karakteristik utama mereka pelajari. Variabelnya
seperti asal negara, jenis kelamin, latar belakang akademik, jumlah bahasa yang
88
dipakai, atau pengalaman hidup di negara asing mengungkapkan pengaruh positif
pada pengembangan sikap dari perbedaan tersebut.
Penelitian Ernesto Lasso De Lavega (2004) mengatakan bahwa selama
30 tahun terakhir, pendidikan lingkungan telah menjadi bagian dari kurikulum di
sekolah umum Soutwest Florida. Tujuan kurikulum, seperti, sikap lingkungan,
pengetahuan, dan kesadaran (AKA), telah di teliti dalam literatur sebagai cara
untuk meningkatkan perilaku keseluruhan warga di masa depan terhadap
lingkungan. Studi ini menemukan perbedaan secara signifikan melalui statistik
antara kelompok –kelompok mengenai tingkat kesadaran, pengetahuan, dan sikap
yang terkait dengan isu-isu lingkungan. Penelitian ini mendukung evaluasi tingkat
AKA antara peserta sebagai pendekatan yang tepat untuk tujuan evaluasi dalam
kurikulum lingkungan. Selain itu, studi ini menunjukkan pengukuran sederhana
dari AKA sebagai upaya untuk menyatukan parameter yang diukur oleh berbagai
instrumen yang di temukan di seluruh literatur pendidikan lingkungan. Jadi
penelitian ini dapat membantu ahli lingkungan, instruktur, dan distrik sekolah
dalam evaluasi kurikulum pendidikan lingkungan.
Dari beberapa temuan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter dan pendidikan lingkungan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: kesadaran orang tua, pendidik, pengetahuan, sikap serta
emosional seseorang menjadi dasar keberhasilan pendidikan karakter yang
berbasis pengelolaan lingkungan baik itu di sekolah maupun dalam masyarakat.
89
2.5. Kerangka Pikir
Persoalan pokok yang dibahas dalam proposal penelitian ini adalah
tentang pendidikan karakter dalam pengelolaan lingkungan berdasarkan program
adiwiyata, dalam hal ini lokasi penelitiannya di fokuskan di SMP Negeri 4
Bantimurung. Berbicara tentang pendidikan karakter dalam pengelolaan
lingkungan di sekolah adiwiyata tentu tidak akan lepas dari berbagai komponen
terkait. Komponen terpenting dalam hal ini adalah kompetensi guru/pembina yang
harus mampu menyikapi persoalan karakteristik dan kondisi peserta didik dengan
baik, sehingga mereka memiliki mental kepribadian yang tidak hanya cerdas,
namun juga bermoral. Pendidikan karakter terhadap lingkungan di sekolah
dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat membentuk karakter dalam
diri siswa tersebut.
Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter yang berbudaya
lingkungan di sekolah adiwiyata, maka akan di uraikan dalam kerangka teoritik di
bawah ini:
2.5.1. Perencanaan Konsep Pendidikan Karakter dan Pendidikan
Lingkungan di SMP Negeri 4 Bantimurung.
Perencanaan merupakan suatu bentuk dari pengambilan keputusan
(decision making). Sehubungan dengan itu persiapan mengajar yang
dikembangkan oleh guru menurut Ornstein (1990: 465-466) keputusannya akan
di pengaruhi oleh 2 (dua) area, yaitu, 1) pengetahuan guru terhadap studi, yang di
tekankan pada organisasi dan penyajian materi, pengetahuan akan pemahaman
peserta didik terhadap materi dan pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan
materi tersebut, 2) pengetahuan guru terhadap sistem pendidikan, yang di
90
tekankan pada aktivitas guru, seperti mendiagnosis, mengelompokkan, mengatur,
dan mengevaluasi peserta didik, serta mengimplementasikan aktivitas
pembelajaran dan pengalaman belajar, (Mulyasa: 2011; 100).
Kemudian menurut Cynthia (1993; 113), mengemukakan bahwa proses
pembelajaran yang di mulai dengan fase pengembangan perencanaan
pembelajaran, ketika kompetensi dan metodologi telah diidentifikasi, akan
membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi
peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran.
Sebaliknya, tanpa perencanaan, seorang guru akan mengalami hambatan dalam
proses pembelajaran yang di lakukannya. Maka dari itu dalam perencanaan
pembelajaran, indikatornya meliputi: Kurikulum, Silabus, dan RPP.
a. Kurikulum
Guru merupakan pengembang kurikulum bagi kelasnya, yang akan
menerjemahkan, menjabarkan, dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum kepada peserta didik. Dalam hal ini, tugas guru tidak hanya
mentransfer pengetahuan, tetapi juga lebih dari itu, membelajarkan anak supaya
dapat berpikir integral dan komprehensif, untuk membentuk kompetensi dan
mencapai makna tertinggi, (Mulyasa; 2011; 100-101).
Struktur dan muatan kurikulum pada SMP Negeri 4 Bantimurung tahun
2012/2013 yang tertuang dalam standar Isi meliputi lima kelompok mata
pelajaran sebagai berikut:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
91
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut memiliki cakupan dan kegiatan masing-masing
seperti diungkapkan di dalam PP 19/2005 tentang standar Nasional Pendidikan
pasal 6 ayat (1) dan pasal 7 sebagai berikut:
Kelopmok
Mata
Pelajaran
Cakupan Melalui
Agama
dan
Akhlak
Mulia
Kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulai.
Akhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti dalam menjaga kebersihan
dan peningkatan keimanan, atau
moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama.
-. Kegiatan intra kurikuler dan
ekstrakurikuler.
-. Semua guru mapel pada
waktu tertentu melaporkan
akhlak peserta didik tertentu.
-. Contoh kegiatan keagamaan
diluar jam pelajaran;
(1)peringatan hari besar
agama, baca alqur‟an dan do‟a
bersama sebelum mulai
pembelajaran, sholat dhuhur
berjamaah dilaksanakan secara
bergantian mengingat masjid
tidak mampu menampung
seluruh siswa, (2)kegiatan
pesantren kilat pada bulan
ramadhan.
Kewargan
egaraan
dan
Kepribadi
an
Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian
dimaksudkan untuk peningkatan
kesadaran dan wawasan peserta
didik akan status, hak, dan
kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta peningkatan
kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk
wawasan kebangsaan , jiwa dan
patriotisme bela negara,
penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kemajemukan
-.Kegiatan pembelajaran di
kelas dan di luar kelas.
-.Semua guru mapel
melaporkan tentang indikator
yang ada pada cakupan
kelompok Kewarganegaraan
dan Kepribadian.
-.Memberi reward peserta
didik yang sudah berbuat jujur,
dan memotivasi yang lain agar
juga berbuat jujur.
92
bangsa, pelestarian lingkungan
hidup, kesetaraan gender,
demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, dan sikap serta
perilaku anti korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Ilmu
Pengetahu
an dan
Teknologi
Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan
untuk memperoleh kompetensi
dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi serta membudayakan
berpikir ilmiah secara kritis, kreatif
dan mandiri dalam rangka usaha
penyelamatan lingkungan hidup.
Kegiatan pembelajaran bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan/kejuruan, dan/
atau teknologi informasi dan
komunikasi, serta muatan lokal
yang relevan.
Estetika Kelompok mata pelajaran estetika
dimaksudkan untuk meningkatkan
sensitivitas, kemampuan
mengekspresikan dan kemampuan
mengapresiaisi keindahan dan
harmoni, kemampuan
mengapresiasi dan
mengekspresikan keindahan serta
harmoni mencakup apresiasi dan
ekspresi, baik dalam kehidupan
individual sehingga menikmati dan
mensyukuri hidup, maupun dalam
kehidupan kemasyarakatan
sehingga mampu menciptakan
kebersamaan yang harmonis.
Kegiatan bahasa, seni dan
budaya, keterampilan, dan
muatan lokal yang relevan, dan
pengembangan
diri/ekstrakurikuler kegiatan
kebersihan dan pemeliharaan
taman setiap hari lima belas
(15) menit, sebelum pelajaran
di mulai pembacaan alquran
bersama-sama.
Jasmani,
olahraga
dan
kesehatan
Kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan
untuk meningkatkan potensi fisik
serta membudayakan sportivitas
dan kesadaran hidup sehat, menjaga
lingkungan hidup sekitar agar
senantiasa bersih, nyaman, sehat
dan indah.
Kegiatan pendidikan jasmani,
olahraga, pendidikan
kesehatan, ilmu pengetahuan
alam, dan muatan lokal yang
relevan, dan pengembangan
diri/ektrakurikuler.
93
b. Silabus
Secara sederhana istilah silabus dapat dimaknai sebagai garis besar,
ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pembelajaran(Salim:1987:
98). Dalam pengertian yang lebih terperinci menurut Mulyasa (2006:190)
mengatakan, silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran tertentu, dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi (SK)
dan kompetensi dasar (KD), indikator, materi pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Kemudian prinsip yang mendasari pengembangan
silabus menurut Mulyasa (2006: 191) antara lain ialah: (1)silabus harus ilmiah, (2)
memiliki relevansi, (3)memiliki fleksibilitas atau tidak kaku, (4)kontinuitas, (5)
memadai, (6) aktual dan kontekstual, (7)efektifitas, dan (8)efesiensi,(Gunawan :
2012: 278-283).
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20
dinyatakan bahwa: “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar”. Menurut Mulyasa (2006:217) menyebutkan bahwa ada dua fungsi utama
RPP dalam kegiatan pembelajaran, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi
pelaksanaan. Fungsi perencanaan maksudnya bahwa rencana pelaksanaan
pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan proses
pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Kemudian fungsi pelaksanaan
maksudnya, bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran akan berfungsi untuk
94
mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Oleh
karena itu, kegiatan pembelajaran harus terorganisasi dengan baik, melalui
serangkaian kegiatan tertentu, dengan strategi yang tepat. Selanjutnya, Depdiknas
(2008) menyebutkan bahwa dalam menyusun dan mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran, hendaknya guru pada satuan pendidikan
memperhatikan beberapa prinsip, sebagai berikut: (1) memperhatikan perbedaan
individu peserta didik, (2) mendorong partisipasi aktif peserta didik,
(3)memberikan umpan balik dan tindak lanjut, (4)keterkaitan dan keterpaduan, (5)
menerapkan teknologi informasi dan komunikasi, ( Gunawan; 2012: 298-301).
2.5.2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam Pengelolaan Lingkungan
hidup di SMPN 4 Bantimurung
Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) telah di sepakati pada
tanggal 19 pebruari 2004 oleh 4 (empat) Departemen, yaitu; (1) Kementrian
Lingkungan Hidup (KNLH); (2) Departemen Pendidikan Nasional; (3)
Departemen Agama; dan (4) Departemen Dalam Negeri. Kebijakan ini sebagai
dasar arahan bagi para pemangku kepentingan (Stakeholders) dalam pelaksanaan
dan pengembangan PLH di Indonesia serta sebagai salah satu solusi dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Dalam upaya mempercepat pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup
khususnya jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, maka pada tanggal 21 pebruari 2006 telah dicanangkan PROGRAM
ADIWIYATA, dengan tujuan mendorong dan membentuk sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan yang mampu berpartisipasi dan melaksanakan upaya
95
pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan
generasi sekarang maupun yang akan datang (Panduan Adiwiyata: 2011).
Kemudian Jendral Pendidikan Menengah, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, mendukung pengembangan program ADIWIYATA di SMA dan
SMK dan diharapkan program ini dapat menjadi bagian dari kurikulum yang
penting diterapkan sebagai bagian pengembangan pendidikan karakter siswa.
Oleh sebab itu, Integrasi pendidikan karakter di dalam proses
pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Diantara prinsip-prinsip yang
dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan
pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan
proses pembelajaran, dan evaluasi adalah prinsip-prinsip pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selama ini telah
diperkenalkan kepada guru seluruh indonesia sejak 2002. Kemendiknas (2010)
telah menguraikan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual dan pelaksanaan
pembelajaran dengan integrasi pendidikan karakter pada tahap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Gunawan: 2012: 224).
Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan
demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang
semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi
pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan
pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada undang-undang nomor
96
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi
dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35 mengenai standar nasional
pendidikan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan kondisi daerah harus segera dilaksanakan. Bentuk nyata
desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah diberikannya kewenangan kepada
satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan
pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunan
maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan.
Satuan pendidikan merupakan pusat pengembangan budaya. Maka
kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung mengembangkan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa sebagai satu kesatuan kegiatan pendidikan yang terjadi di
sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud diantaranya: relegius, jujur, tolerasnsi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli sosial dan lingkungan, serta tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut
tidak diajarkan sebagai mata pelajaran tertentu tetapi diintegrasikan pada setiap
pembelajaran maupun kegiatan pengembangan diri. Strategi penyampaiannya
tidak bersifat informatif tetapi lebih bersifat keteladanan. Pendidik sangat
menentukan keberhasilan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa di
SMP Negeri 4 Bantimurung, (Kurikulum SMPN 4 Bantimurung; 2012/2013).
Dengan mengacu dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sejak
dicanangkannya program ADIWIYATA pada tahun 2006 sampai saat ini, serta
97
dari dukungan dari Jendral Pendidikan menengah serta Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan sangat mengharapkan agar supaya program ini dapat menjadi
bagian dari kurikulum, dan yang penting diterapkan sebagai bagian
pengembangan pendidikan karakter siswa.
2.5.3. Evaluasi Pendidikan Karakter dalam Pengelolaan Lingkungan di SMP
Negeri 4 Bantimurung.
Monitoring dan evaluasi secara umum bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan kualitas program pembinaan pendidikan karakter sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Lebih lanjut secara rinci tujuan monitoring
dan evaluasi pembentukan karakter adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung
keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah.
2. Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara umum.
3. Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan
mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi yang
komprehensif agar program pendidikan karakter dapat tercapai.
4. Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk
menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program pendidikan
karakter ke depan.
5. Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan
pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter.
6. Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan
pendidikan karakter di sekolah, (Fathurrohman, dkk: 2013:195).
98
Berdasarkan dari tujuan monitoring dan evaluasi diatas, dapat disimpulkan
bahwa untuk mengetahui dan menganalisis tingkat keberhasilan dari pelaksanaan
pendidikan karakter yang ada di sekolah, maka seluruh pengelola yang ada di
sekolah harus mampu mencari solusi di setiap permasalahan yang di temukan di
lingkungan sekolah, baik itu permasalahan yang terjadi di kelas pada saat proses
pembelajaran maupun di luar kelas atau di lingkungan sekolah.
Sebagaimana tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Maka sejalan dengan itu SMP Negeri 4
Bantimurung memiliki Visi “Unggul dalam Prestasi, Prima dalam Pelayanan
Berdasarkan IMTAQ dan IPTEK”. Sedangkan Misi sekolah adalah: Mewujudkan
proses belajar mengajar yang berkualitas, mewujudkan manusia yang berwawasan
global, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab, mewujudkan manusia yang
beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia, mewujudkan sekolah yang bersih,
indah, nyaman, dan sehat, serta memberikan pelayanan prima dan menggalang
potensi masyarakat dalam pengembangan sekolah. Untuk mencapai kesemuanya
itu, dengan harapan dapat memberikan rambu-rambu tentang norma, etika dan
disiplin yang harus di patuhi oleh peserta didik. Maka di susunlah aturan-aturan di
SMP Negeri 4 Bantimurung Tahun Pelajaran (2012/2013), sebagai berikut:
1. Pakaian Seragama Sekolah: Seragam Osis, Seragam Identitas Sekolah,
Pakaian Olahraga, Seragam Pramuka.
2. Kerapihan : Rambut, Kuku, Tato, Make up.
3. Masuk dan pulang Sekolah
99
4. Kebersihan, Kedisiplinan, dan Ketertiban
5. Sopan Santun Dalam Pergaulan
6. Upacara Bendera dan Peringatan Hari-Hari Besar
7. Larangan-larangan
8. Penjelasan Tambahan, (Dewan Guru, SMP Negeri 4 Bantimurung: 2012).
Adapun penilaian dilakukan secara terus menerus oleh guru dengan
mengacu pada indikator pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter, melalui
pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di
sekolah, model anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya
perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan), maupun memberikan
tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya.
Dalam penetapan ketuntasan belajar, sekolah menetapkan kriteria
ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kompleksitas, daya
dukung, dan tingkat kemampuan awal peserta didik (intake) serta dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah secara bertahap dan berkelanjutan
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mencapai ketuntasan
ideal, sebab setiap mata pelajaran memiliki karakteristik dan hasil analisis yang
berbeda.
SMP Negeri 4 Bantimurung berusaha menggunakan prinsip Mastery
Learning (ketuntasan Belajar) walaupun sistem paket. Artinya setiap peserta
didik harus mengikuti kegiatan kenaikan kelas bersama-sama., sedangkan untuk
yang belum tuntas KKM harus mengikuti pembelajaran remidi, dan peserta didik
100
yang sudah mencapai KKM harus mengikuti kegiatan pengayaan. Kemudian
untuk untuk kenaikan kelas menggunakan dua aspek yaitu, aspek akademis dan
aspek non akademis,( Kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung, 2012/2013).
2.5.4. Dampak Pendidikan Karakter dalam Lingkungan hidup SMP Negeri 4
Bantimurung.
Peran serta Dinas Pendidikan Kabupaten Maros dalam penyelenggaraan
pendidikan yang baik di SMP Negeri 4 Bantimurung sangat dirasakan misalnya
dengan diadakannya monitoring dan evaluasi kinerja pendidik maupun tenaga
kependidikan, sehingga lebih memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
Asosiasi profesi yang ada baik di sekolah seperti MGMPS maupun di tingkat
kabupaten seperti MGMP, manfaatnya sangat dirasakan oleh pendidik di SMP
Negeri 4 Bantimurung, karena melalui wadah tersebut para pendidik dapat
bertukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan administrasi yang harus
disiapkan maupun krsulitan-kesulitan materi pembelajaran yang dialami pada saat
pembelajaran.
SMP Negeri 4 Bantimurung berlokasi sangat strategis karena berdekatan
dengan tempat Wisata Pemandian Alam Bantimurung yang sangat terkenal baik di
dalam maupun di luar negeri sehingga sangat menguntungkan apabila
dimanfaatkan sebaik-baiknya karena dapat digunakan sebagai tempat bekerjasama
untuk belajar lapangan bagi peserta didik yang berminat di bidang pariwisata.
Selain itu, SMP Negeri 4 Bantimurung juga berdekatan Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung yang syarat dengan sumber ilmu pengetahuan.
Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar sekolah dan kebanyakan orang
tua siswa sudah memiliki pengetahuan yang cukup, bersahabat akrab dengan
101
sekolah, agamis, ekonomi menegah kebawah, semangat untuk maju. Lingkungan
sekolah secara fisik sudah mencukupi, lokasi cukup baik tidak pernah banjir, jauh
dari polusi maupun kebisingan, ruang bebas (alam terbuka) cukup luas sehingga
sangat memenuhi syarat bagi peserta didik untuk mengembangkan olah raga, olah
pikir, dan olah rasa. Kekuatan dan kelemahan dari hal-hal ini akan menjadi
pertimbangan dalam penentuan struktur kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung.
Kemudian yang menjadi landasan yuridis kurikulum SMP Negeri 4
Bantimurung berdasarkan dengan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, “Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik seutuhnya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. Dan pasal 32 ayat (1), “ Negara memajukan kebudayaan
nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
Oleh karena itu, kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung di susun sebagai
pedoman bagi semua warga sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik sekolah, tujuan pendidikan nasional,
dan prinsip-prinsip pendidikan serta tujuan sekolah baik jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang.
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan
pendekatan proses belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui
berbagai kegiatan di kelas, sekolah dan masyarakat. Di kelas dikembangkan
102
melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru dengan cara integrasi. Di
sekolah di kembangkan dengan upaya pengkondisian atau perencanaan sejak awal
tahun pelajaran, dan dimasukkan ke kalender akademik dan yang dilakukan
sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah sehingga peserta didik memiliki
kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan niali-nilai budaya
dan karakter bangsa. Di masyarakat dikembangkan melalui kegiatan ekstra
kurikuler dengan melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan
rasa cinta tanah air dan melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan
kepedulian dan kesetiakawanan sosial (Kurikulum SMPN 4 Bantimurung:
2012/2013).
103
Kerangka pikir di halaman terpisah
104
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yaitu metode
penelitian yang pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Bantimurung Kabupaten
Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi didasarkan atas pertimbangan
bahwa: (1) di SMP Negeri 4 Bantimurung ini telah melaksanakan pendidikan
karakter yang berbasis pengelolaan lingkungan dengan keikutsertaannya dalam
Program Adiwiyata; (2) Di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian tentang
pendidikan karakter yang berbasis pendidikan lingkungan; (3) Di sekolah ini
tingkat keberhasilan dalam tiga tahun terakhir ini yakni, tahun pelajaran
2011/2012, 2012/2013, dan 2013/2014 melalui indikator keberhasilan dalam ujian
nasional menunjukkan presentase tingkat keberhasilan selalu meningkat. Hal
inilah yang mengusik keingintahuan penulis untuk meneliti tentang kualitas yang
diperoleh apakah sejalan dengan kecerdasan iman dan ketakwaannya. Karena
harapan kita untuk memiliki generasi bangsa yang tak hanya cerdas tetapi juga
berakhlak mulia.
105
3.3. Fokus dan Deskripsi Penelitian
3.3.1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah pendidikan karakter dalam
mengintegrasikan pendidikan lingkungan, yaitu pengelolaan lingkungan
(pemanfaatan, pelestarian, keberlanjutan) di sekolah. Dimana titik utama dari
penelitian ini adalah mengindentifikasi diantara 18 nilai karakter yang berbasis
pendidikan lingkungan sebagai parameter mengukur hubungan antara pendidikan
karakter dan pendidikan lingkungan berdasarkan program adiwiyata.
3.3.2. Deskripsi Penelitian
Adapun kelompok nilai karakter yang berbasis pendidikan lingkungan
diantara 18 nilai karakter yang menjadi fokus utama, yaitu ada 7 aspek, antara
lain:
1. Aspek disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Indikatornya:
a. Setiap kelas dibentuk tim piket kelas yang secara bergiliran bertugas
menjaga kebersihan dan ketertiban kelas
b. Setiap piket kelas yang bertugas hendaknya menyiapkan dan memelihara
perlengkapan kelas.
c. Setiap tim piket mempunyai tugas masing-masing.
d. Setiap siswa membiasakan menjaga kebersihan kamar kecil/toilet,
halaman sekolah, kebun sekolah, dan lingkungan sekolah.
106
e. Setiap siswa membiasakan membuang sampah pada tempat yang telah di
tentukan.
f. Setiap siswa membiasakan budaya antri dalam mengikuti berbagai
kegiatan sekolah dan luar sekolah yang berlangsung bersama-sama.
g. Setiap siswa menjaga suasana ketenangan belajar baik di kelas,
perpustakaan, laboratorium maupun di tempat lain di lingkungan sekolah.
h. Setiap siswa mentaati jadwal kegiatan sekolah, seperti penggunaan dan
pinjaman buku di perpustakaan, penggunaan laboratorium dan sumber
belajar lainnya.
i. Setiap siswa menyelesaikan tugas yang di berikan sekolah sesuai
ketentuan yang ditetapkan.
j. Setiap siswa bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan sekolah dan
berkewajiban memelihara tanaman yang berada di lingkungan sekolah.
2. Aspek kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Indikatornya:
a. Pembuatan taman kelas
b. Penanaman pohon-pohon besar maupun pohon produktif
c. Membangun toilet 1 kelas 1 toilet
d. Melakukan pagi bersih setiap hari oleh seluruh warga sekolah mulai pukul
06.30 sd 06.50
e. Membentuk piket harian
107
f. Setiap siswa mentaati jadwal kegiatan sekolah, seperti penggunaan dan
pinjaman buku di perpustakaan, penggunaan laboratorium dan sumber
belajar lainnya.
3. Aspek kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah di miliki.
Indikatornya:
a. Membiasakan menyapa kakak/adik, untuk sapaan kepada yang lebih
tua/muda
b. Menghormati ide pikiran dan pendapat hak cipta orang lain, dan hak milik
teman dan warga sekolah.
c. Membiasakan diri mengucapkan terima kasih kalau memperoleh bantuan
atau jasa dari orang lain.
d. Berani mengakui kesalahan yang terlanjur telah dilakukan dan meminta
maaf apabila merasa melanggar hak orang lain atau berbuat salah kepada
orang lain.
e. Memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah, antara lain: pengomposan,
pembibitan, penghijauan dan daur ulang sampah.
4. Aspek rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih dalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
108
Indikatornya:
a. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, antara lain: makalah, puisi/sajak,
artikel, lagu, hasil penelitian, gambar, seni tari, produk daur ulang, dll.
b. Menerapkan pengetahuan lingkungan hidup yang diperoleh untuk
memecahkan masalah lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya: peserta didik mempunyai kemampuan memecahkan masalah
lingkungan hidup.
c. Mengkomunikasikan hasil pembelajaran lingkungan hidup dengan
berbagai cara dan media, misalnya: majalah dinding, buletin sekolah,
pameran, web site, radio, TV, surat kabar, jurnal, dll.
5. Aspek peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
Indikatornya:
a. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang ramah lingkungan,
antara lain:
1. Menyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan
lingkungan hidup di sekolah, sepert: air bersih, sampah
(penyediaan tempat sampah terpisah, komposter), tinja, air
limbah/drainase, ruang terbuka hijau, kebisingan/getaran/radiasi,
dll.
109
2. Menyediakan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran
lingkungan hidup di sekolah, seperti: pengomposan, pemanfaatan
dan pengolahan air, hutan/taman/kebun sekolah. Green house,
toga, kolam ikan, biopori, sumur resapan, biogas,dll.
b. Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan, antara lain:
1. Memelihara sarana dan prasarana sekolah yang ramah lingkungan
sesuai fungsinya, seperti: ruang memiliki pengaturan cahaya dan
ventilasi udara secara alami, pemeliharaan dan pengaturan pohon
peneduh dan penghijauan, menggunakan paving.
2. Meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi
sekolah, seperti: penanggung jawab, tata tertib, pelaksana (daftar
piket), pengawas, dll terkait dalam kegiatan penyediaan dan
pemakaian sarana fasilitas sanitasi sekolah.
3. Memanfaatkan listrik, air dan ATK secara efisien
4. Meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah
lingkungan, seperti: (1) kantin tidak menjual makanan/minuman
yang mengandung bahan pengawet/pengenyal, pewarna, perasa
yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, (2) kantin tidak
menjual makanan yang tercemar/terkontaminasi, kadaluarsa, dan
(3) kantin tidak menjual makanan yang dikemas dari plastik,
styrofoam, dan aluminium foil.
110
6. Aspek peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Indikatornya:
a. Membiasakan salam setiap bertemu dengan warga sekolah
b. Merayakan peringatan hari besar
c. Membiasakan menyapa kepada setiap orang yang berada di sekolah
d. Membiasakan diri mengucapkan terima kasih kalau memperoleh bantuan
atau jasa dari orang lain.
e. Menyampaikan pendapat secara sopan tanpa menyinggung perasaan
orang lain.
7. Aspek tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (ala, sosial, dan budaya) negara dan Tuhan
yang maha esa.
Indikatornya:
a. Setiap siswa bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan sekolah dan
berkewajiban memelihara tanaman yang berada di lingkungan sekolah
b. Setiap siswa membaca alqur’an dan berdo’a setiap pagi sebelum
pembelajaran.
c. Sholat Dhuha berjamaah setiap hari sabtu pagi
d. Sholat dhuhur berjamaah setiap hari
111
e. Setiap siswa berani mengakui kesalahan yang terlanjur telah dilakukan dan
meminta maaf apabila merasa melanggar hak orang lain atau berbuat salah
kepada orang lain
f. Setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera dengan pakaian seragam
yang telah ditentukan.
g. Setiap siswa wajib mengikuti upacara peringatan hari-hari besar nasional(
Hari Pendidikan Nasional, dll), dan hari besar keagamaan yang
diselenggarakan oleh sekolah (Maulid Nabi, Isra Mi’raj, dll)
Berdasarkan uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa di SMP Negeri 4
Bantimurung telah melaksanakan diantara 18 nilai karakter yang berbasis
pendidikana lingkungan.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam usaha pengumpulan data seakurat mungkin terkait variabel-
variabel yang akan dianalisis, penulis menggunakan beberapa teknik/metode,
yakni:
1. Observasi; adalah merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap obyek penelitian, baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu metode observasi yang dilakukan peneliti yaitu
observasi langung kepada obyek yang diteliti guna memperoleh data yang
sebenarnya terhadap permasalahan yang diteliti, yaitu : (a) pengetahuan,
(b)sikap, dan (c) perilaku siswa, berdasarkan 7 nilai karakter yang berbasis
pendidikan lingkungan. Adapun yang di observasi adalah; guru dan siswa di
SMP Negeri 4 Bantimurung.
112
2. Interview/wawancara; digunakan untuk menggali informasi seakurat mungkin
dalam rangka menguatkan hasil observasi/pengamatan yang telah dilakukan
atau sedang dilakukan di sekolah tersebut. Metode ini dilakukan oleh peneliti
dengan mewawancara langsung, yaitu: Kepala sekolah, guru BK (Kelas VII,
VIII, IX), guru PKn, guru Agama, dan siswa itu sendiri.
3. Dokumentasi; adalah tehnik pengumpulan data yang diperoleh melalui
catatan-catatan atau arsip guru dan sekolah sebagai sumber data yang
berkaitan dengan obyek penelitian. Adapun dokumen yang dimaksud yaitu:
data siswa, data guru, data pegawai serta data sekolah yang ada di SMP
Negeri 4 Bantimurung. Oleh karena metode ini dimaksudkan sebagai bahan
bukti penguat dari beberapa metode sebelumnya.
3.5. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini secara garis besar dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Display data yaitu mengelompokkan data yang sejenis dan saling terkait
berdasarkan topik-topik data hasil pengamatan dan wawancara terhadap
sampel dan responden penelitian, selanjutnya dianalisis untuk ditetapkan
kesimpulannya.
2. Reduksi data yaitu menganalisis data secara keseluruhan kemudian
memberikan penilaian dan simpulan sesuai dengan topik, sebagai upaya
mencari bagian-bagian yang saling terkait agar menjadi lebih sederhana. .
Data yang peneliti dapatkan dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi, baik yang berkaitan dengan kurikulum, kepala sekolah, guru,
113
staf, siswa maupun yang berkaitan dengan pembelajaran, peneliti memilih
dan memilah mana yang sesuai dengan pokok permasalahan dan yang tidak
sesuai, agar tidak terjadi kerancuan dalam penyajian data.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi; adalah upaya untuk mengartikan data
yang ditampilkan dengan melibatkan pemahaman peneliti.
114
BAB IV
PROFIL SMP NEGERI KABUPATEN MAROS
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
4.1.1. Kondisi Umum Kabupaten Maros
a. Kondisi Sosial Ekonomi Kabupaten Maros
Berdasarkan BPS: 2013 menjelaskan bahwa, Kabupaten Maros merupakan
salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terletak dibagian barat
Sulawesi Selatan antara 40’45’50’07’ lintang selatan dan 109’205’-129’12’ bujur
timur yang berbatasan dengan Kabupaten Pangkep sebelah utara, Kota Makassar
dan Kabupaten Gowa sebelah Selatan, Kabupaten Bone disebelah Timur dan Selat
Makassar disebelah Barat. Ibukota Kabupaten Maros terletak tiga puluh kilometer
arah utara kota Makassar ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin terletak di abupaten Maros, yang merupakan
Bandar Udara terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Letak Kabupaten Maros
yang berdekatan dengan Kota Makassar merupakan potensi bagi pengembangan
berbagai kegiatan produksi dan ekonomi di Kabupaten Maros.
Secara umum luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1.619,12 km
dan secara administrasi pemerintah terdiri dari 14 wilayah Kecamatan dan 103
Desa/Kelurahan. Kedudukan secara administratif berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
4. Sebelah Selatan berbatsan dengan Kabupaten Gowa.
115
Secara administratif, kabupaten Maros terdiri atas 14 Kecamatan, 80
Desa, dan 23 Kelurahan. Pembagian wilayah menurut kecamatan, ibukota
kecamatan dan jumlah desa/kelurahan, sebagai berikut:
Tabel 2.2
Luas Wilayah Menurut kecamatan Tahun 2010
No
.
Kecamatan Ibukota
Kecamatan
Jumlah
Desa/Kel
urahan
Luas Persentase
Terhadap
Luas
Kab(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Mandai
Moncongloe
Maros Baru
Lau
Turikale
Marusu
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Bontoa
Mocongloe
Baju Bodoa
Maccini Baji
Turikale
Temmapadduae
Bontoa
Kalabbirang
Jene’Taesa
Borong
Pucak
Campaniaga
Limampocoe
Sabila
6
5
7
6
7
7
9
8
6
8
8
8
7
11
49,11
46,87
53,76
53,73
29,93
73,83
93,52
173,70
105,31
89,45
287,65
145,36
180,97
235,92
3,03
2,89
3,32
3.32
1,85
4,56
5,78
10,73
6,50
5,52
17,77
8,98
11,18
14,57
Total 103 1.619,11 100,00
Sumber: Perda Kabupaten Maros No.10 tahun 2010
Tabel di atas, memperlihatkan daftar luas wilayah perkecamatan dan total
wilayah Kabupaten Maros. Dapat teramati Kecamatan Tompobulu sebagai daerah
terluas diikuti Kecamatan Mallawa, menyusul Kecamatan Cenrana dan
seterusnya. Sementara sejumlah wilayah kota dapat teramati daftar luas wilayah
116
terupdate daerah tahun 2010, yaitu kecamatan Turikale dengan luas wilayah 29,93
Km dan Kecamatan Maros Baru dengan luas wilayah 53,76 Km.
Penduduk Kabupaten Maros berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010
berjumlah 319.020 jiwa, yang tersebar di 14 Kecamatan, dengan jumlah penduduk
terbesar yakni 41.294 jiwa yang mendiami Kecamatan Turikale. Secara
keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak
dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio
jenis kelamin yang lebih kecil dari 100. Namun di Kecamatan Mandai dan
Kecamatan Tanralili, rasio jenis kelamin laki-laki lebih besar dari 100, hal ini
menunjukkan jumlah penduduk di dua Kecamatan tersebut lebih dari penduduk
perempuan. Tingkat kepadatan tertinggi ditemukan di Kecamatan Turikale, 1.380
jiwa/km2, sedangkan yang terendah di Kecamatan Mallawa, 45 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk suatu daerah mampu menjadi bahan indikasi tata
lingkungan yang padat dan kerab tidak teratur memenuhi syarat lingkungan sehat
dan bersih. Sanitasi lingkungan merupakan faktor utama penentu dan penunjang
lingkungan sehat. Sehingga, sasaran wilayah program sanitasi ini telah searah
kebutuhan tata Kota Kabupaten Maros.
b. Kondisi Perekonomian Kabupaten Maros
Kabupaten Maros juga merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan
yang memiliki kekayaan alam. Ditinjau dari keindahan alam dan berdirinya
sejumlah lokasi bisnis serta penetapan Bandara Sultan Hasanuddin terletak di
Kawasan Kabupaten Maros diharapkan mampu menjadi langkah positif untuk
perkembangan perekonomian daerah. Kondisi diatas, tentu akan berdampak baik
117
untuk Kabupaten Maros apabila diberdayakan dengan baik. Kemajuan
perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari perkembangannya PDRB nya. Nilai
PDRB Kabupaten Maros selama kurun waktu tahun 2005-2009 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini di pengaruhi oleh produksi beberapa
jenis komoditas kegiatan ekonomi yang mengalami peningkatan, disamping itu
harga komoditas kegiatan ekonomi tersebut juga mengalami peningkatan.
Kemudian sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten /maros merupakan
dataran rendah sehingga sangat potensial untuk kegiatan sektor-sektor pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan. Kawasan pantai sepanjang 31 km sangat
sesuai dengan kegiatan pengelolaan hasil laut. Disamping itu potensi perairan
pantai tersebut dapat dikembangkan menjadi objek wisata bahari, meliputi:
(1) Pertanian, (2) Peternakan, (3) Perikanan, (4) Pertambangn dan galian, (5)
perdagangan, (6) Perindustrian, (7) Pariwisata.
Maka untuk menciptakan kondisi hidup yang sehat maka diperlukan
program dan kegiatan yang menyentuh langsung pada peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat bagi masyarakat. Program ini bertujuan mewujudkan lingkungan
hidup yang sehat, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan keluarga dan
msyarakat yang lebih baik. Sasaran yang ingin dicapai dalam program ini
diantaranya meningkatnya presentase keluarga yang memenuhi syarat kesehatan
menjadi dengan peningkatan persentase pengguna air bersih, peningkatan jumlah
jamban sesuai syarat kesehatan dan pengurangan genangan air dan pengurangan
timbunan sampah serta peningkatan persentase tempat-tempat umum yang sesuai
standar kesehatan. Selain itu peningkatan pola hidup bersih sehat dapat dilakukan
118
dengan menargetkan bertambahnya desa bebas dari buang air besar sembarangan
atau yang disebut sebagai desa ODF.
Program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku atau tindakan yang dipraktikkan/dilakukan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga atau kelompok
masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, untuk dapat menolong
diri sendiri dalam pembangunan bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya kesehatan masyarakatnya.
Sasaran PHBS di tatanan pendidikan adalah seluruh anggota keluarga
institusi pendidikan yang terbagi dalam sasaran primer, yaitu sasaran utama dalam
institusi pendidikan yang akan diubah perilakunya (peserta didik dan pendidik)
yang bermasalah baik individu maupun kelompok. Sasaran sekunder yaitu
sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang
bermasalah (kepala sekolah, guru, orang tua peserta didik, kader kesehatan
sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK, serta
sasaran tersier, yaitu sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu
dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan (Kepala Desa, Camat,
Kepala Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dan orang tua peserta didik).
c. Kondisi Sosial Budaya di Kabupaten Maros
Pemerintah Kabupaten Maros mengusung Visi dan Misi berdasarkan
RPJMD adalah sebagai berikut:
119
Visi “Mewujudkan masyarakat Maros yang sejahtera dan beriman melalui
Pemerintahan yang bersih dan profesional”.
Yang Sejahtera menurut pengertian Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang papan,
kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan kebutuhan dasar lainnya seperti
lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan
partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Berdasarkan pengertian tersebut indikatornya adalah tercukupinya
kebutuhan minimum hak dasar yang meliputi; pangan, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan
hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan sosial ekonomi dan politik. Yang dimaksud
Beriman adalah menjalankan ibadah yang telah disyariatkan oleh agama, ini
mencakup aspek amalan hati, perkataan dan perbuatan dan tunduk kepada Allah,
terhadap perintah dan larangannya. Indikatornya adalah dilaksanakan nilai-nilai
keagamaan bagi para pemeluk agama.
Yang dimaksud Pemerintahan yang bersih dan profesional adalah pemerintah
yang menjalankan prinsip-prinsip Good Govemance yang meliputi 10 prinsip
yaitu:
1. Akuntabilitas: adalah setiap kegiatan dan hasil akhir dari pembangunan daerah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
120
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pengawasan: adalah setiap kegiatan pembangunan daerah dipantau secara
proporsional baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau rakyat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Daya Tanggap: adalah tingkat kepekaan para penyelenggara peemrintah
terhadap perkembangan dan dinamika masyarakat untuk penanganan segera.
4. Profesionalisme: adalah tingkat kemampuan penyelenggara pemerintah yang
menguasai bidangnya sehingga mampu memberi pelayanan yang optimal
kepada masyarakat.
5. Efesiensi dan efektifitas: terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat
dengan pemanfaatan sumber daya secara optimal dengan hal yang maksimal.
6. Transparansi: adalah keterbukaan informasi yang benar, jujur dan tidak di
diskriminatif tentang penyelenggaraan pembangunan daerah dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia
negara.
7. Kesetaraan : adalah memberi peluang yang sama bagi setiap anggota
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
8. Wawasan ke depan: adalah membangun daerah berdasarkan visi dan strategis
yang jelas dan mengikut sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan,
sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab terhadap
kemajuan daerahnya.
121
9. Partisipasi: adalah mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembangunan, yang menyangkut
kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
10. Penegakan hukum: adalah mewujudkan supremasi hukum yang adil bagi
semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Misi secara garis besar adalah:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan mendorong secara
sungguh-sungguh simpul perekonomian;
2. Mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan melalui penciptaan iklim, usaha
yang kondusif ;
3. Penataan birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;
4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan;
5. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat;
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan;
7. Meningkatkan pembinaan keagamaan;
8. Meningkatkan pemberdayaan perempuan;
9. Meningkatkan daya dukung lingkungan hidup.
Berdasarkan Visi, Misi Kabupaten Maros, maka nilai karakter tergambarkan
lewat Visinya yaitu “mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan beriman melalui
pemerintahan yang bersih dan profesional”. Dalam hal ini selain ingin
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, lingkungan yang bersih, pemerintahan
122
yang bersih serta profesional, akan tetapi tetap mengutamakan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4.1.2. Kondisi Umum Sekolah di Kabupaten Maros
Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pembangunan Symber Daya Manusia (SDM) suatu Negara
akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial. Berdasarkan
data dari Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Maros, pada tahun 2011 di
Kabupaten Maros jumlah Taman kanak-Kanak (TK) sebanyak 87 buah, jumlah
guru sebanyak 345 orang dengan jumlah siswa sebanyak 1.862 orang. Sekolah
Dasar (SD) sebanyak 274 buah dengan jumlah guru sebanyak 1.908 orang
termasuk guru honor serta jumlah murid sebanyak 44.851 orang. Jumlah SMP
sebanyak 86 buah dengan jumlah guru sebanyak 1.680 orang dan murid sebanyak
16.709 orang. Jumlah SMU 48 buah dengan jumlah guru 1.271 orang dan murid
sebanyak 10.794 orang.
Dengan melihat hasil observasi dan wawancara kondisi sekolah yang ada
di Kabupaten Maros mulai dari tingkat TK sampai tingkat SMU keseluruhan
jumlah guru 5.204 orang termasuk guru honor dan jumlah peserta didik
keseluruhan adalah sejumlah 76.124 orang, data tersebut yang diperoleh dari
Dinas Pendidikan Nasional pada tahun 2011.
123
Tabel 2.11
Fasilitas Pendidikan yang Tersedia di Kabupaten Maros Tahun 2011
N
o
Kecamatan T
K
SD
Negeri
SD
Swasta
M
I
SLTP
Negeri
SLTP
Swasta
M
ts
SMU
Negeri
SMU
swasta
SMK
Negeri
SMK
Swasta
M
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Mandai
Moncongloe
Maros Baru
Marusu
Turikale
Lau
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Jumlah :
8
5
5
5
10
5
3
8
7
5
0
13
7
6
87
14
8
17
13
18
15
25
27
17
20
13
21
18
17
243
4
0
0
0
4
0
0
0
1
0
0
0
1
0
10
2
1
1
1
2
1
1
3
2
1
4
1
-
1
21
2
2
3
2
1
2
3
3
3
1
2
2
4
3
33
2
2
2
2
5
2
0
2
0
2
2
1
1
0
23
2
0
3
1
4
4
2
3
3
3
2
2
1
1
31
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
1
2
1
1
3
1
0
1
0
1
0
1
0
0
12
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
2
1
0
0
1
5
0
0
0
1
1
0
0
0
0
9
2
0
2
0
4
4
1
2
3
2
2
0
0
0
22
Sumber Data: BPS Kabupaten Maros, Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Maros
Kegiatan pemantauan rumah sehat, telah diperoleh data jumlah rumah
hunian masyarakat Kabupaten Maros per Kecamatan teramati jumlah terbesar
berada pada empat kecamatan dalam wilayah kota Kabupaten. Kecamatan
Turikale sebagai sebagai pusat Kota , memiliki tingkat kepadatan rumah yang
tertinggi diikuti kecamatan Mandai sebagai lokasi arah pengembangan kota
Maros.
Seiring dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan
daerah, monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas penyelnggaraan pemerintahan
124
senantiasa dilaksanakan, sehingga sampai dengan akhir desember tahun 2010
telah dilakukan penyesuaian/perubahan organisasi perangkat daerah dan berlaku
efektif pada tahun 2011 sebagai berikut:
1. Dinas Pendidikan
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
5. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
6. Dinas Pekerjaan Umum
7. Dinas Tata Ruang dan Perumahan
8. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
9. Dinas Pengelola Keuangan Daerah
10. Dinas Pertambangan dan Energi
11. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
12. Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
13. Dinas Pertanian
14. Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan
15. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
16. Dinas Perikanan , Kelautan dan Peternakan
17. Dinas Pemuda Olah Raga dan Seni
18. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
19. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
20. Badan Pemberdayaan Masyarakatdan Pemerintahan Desa
125
21. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
22. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
23. Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat
24. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
25. Badan Lingkungan Hidup
26. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal
27. Kantor Perpustakaan dan Arsip
28. Kantor Pendapatan Daerah
29. Inspektorat
30. Rumah Sakit Umum Salewangang
31. Satuan Polisi Pamong Praja
32. Sekretariat Daerah
33. Sekretariat DPRD
34. Sekretariat KORPRI
Rangkaian hubungan dan jaringan segenap dan jaringan segenap aparatur
daerah di harapkan mampu berkordinasi secara aktif, baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada tahap kontrol dan evaluasi kegiatan demi tercapainya
visi misi daerah Kabupaten Maros. Peran serta seluruh dinas daerah dan lembaga
teknis daerah untuk berbuat sesuai wilayah jangkauan SKPD masing-masing
sangat diharapkan mampu memajukan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Maros. Keterlibatan Kabupaten Maros dalam kegiatan PPSP 2012 ini diharapkan
mampu mengarahkan kita dalam pembenahan sanitasi serta menyadarkan seluruh
126
Kabupaten Maros tentang pentingnya sanitasi demi menjaga hidup sehat dan
lingkungan Kabupaten Maros yang nyaman.
Oleh karena itu Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi
baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Kemudian PHBS (perilaku
hidup bersih dan sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. Tujuan Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta msyarakat termasuk swasta dan
dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pada dasarnya PHBS berada di lima tatanan yakni: (1) tatanan rumah tangga, (2)
tananan sekolah, (3) tatanan tempat kerja, (4) tatanan tempat umum, dan (5)
tatanan fasilitas kesehatan.
Berdasarkan dari kelima tatanan yang terdapat dalam PHBS, maka bisa di
ketahui tentang kondisi fasilitas sanitasi yang ada di setiap jenjang pendidikan,
SD/MI.SMP/MTs/SMA/MA/SMK, serta perilaku hidup bersih dan sehat
(higyene) pembersihan toilet sekolah. dapat di lihat dari jumlah SD/MI yang di
survei oleh tim studi semua sekolah yang ada telah menyediakan toliet/wc akan
tetapi belum menydiakan sarana urinoir. Dari jumlah sekolah tersebut 8
diantaranya telah menyediakan tempat cuci tangan dengan 7 sekolah yang selalu
menyediakan persediaan sabun sebagai alat pembersih. Dan dari survei juga telah
menggambarkan peran guru, siswa dan pesuruh sekolah dalam hal pembersihan
127
toilet sekolah. untuk tingkat SMP/MTs, dari 2 sekolah yang di survei semua
sekolah telah dilengkapi dengan toilet, baik toilet guru, maupun untuk siswa
dengan sarana air bersih dan di peroleh dari PDAM. Dari jumlah sekolah yang di
survei hanya satu sekolah yang menyediakan tempat cuci tangan dan persediaan
sabun sedangkan sekolah untuk tingkat SMA/SMK, dari jumlah 3 sekolah yang
disurvei seluruhnya telah menyediakan sarana toilet/ WC baik untuk guru maupun
siswa dan tempat cuci tangan. Hanya ada 2 sekolah yang menyediakan persediaan
sabun sebagai alat pembersih dan yang melakukan pembersihan toilet dilakukan
oleh pesuruh sekolah. keterangan di atas memperlihatkan perlunya promosi hidup
sehat menyangkut MCK di lingkup sekolah Kabupaten Maros.
Lingkungan sekolah cukup tepat sebagai sasaran pengajaran dan promosi
hidup sehat untuk anak-anak didik. Prinsip pembelajaran generasi muda, tentunya
pedulian kelak akan berimpas kepedulian masyarakat Kabupaten Maros untuk
hidup bersih dan sehat.
Kemudian dalam pelaksanaan survei juga telah memberikan gambaran
tentang pengelolaan sampah dan pengetahuan higyene yang diberikan sekolah-
sekolah dalam wilayah kajian PPSP Kabupaten Maros disetiap jenjang
pendidikan, DS/MI/SMP/MTs/SMA/SMK. Dari seluruh sekolah yang disurvei
menunjukkan murid telah dibekali dengan pengetahuan higyene dan sanitasi pada
saat pertemuan/penyuluhan-penyuluhan atau setiap apel pagi sebelum jam
pelajaran dimulai, juga pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan
saat proses belajar mengajar di kelas. Untuk pengelolaan sampah saat ini sekolah-
sekolah yang hanya melakukan pengumpulan sampah pada bak sampah yang telah
128
disediakan untu kemudian diangkut oleh armada penganggut sampah dalam
wilayah pelayanan sampah.
Landasan hukum Pengelolaan Persampahan diatur baik melalui undang-
undang, Peraturan Menteri hingga Peraturan Daerah yang menguraikan ketentuan-
ketentuan pengelolaan persampahan di Kabupaten Maros, antara lain:
a. Undang-undang nomor 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
persamapahan.
c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
TentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/2006 tentang kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
(KSNP-SPP).
Selanjutnya diatur dalam (1) Petunjuk Teknis Nomor KDT 636. 728 Pet. I
judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata Cara Pengelolaan
Sampah dengan sistem daur ulang pada lingkungan, spesipikasi area penimbunan
sampah dengan sistem lahan urug terkendali di TPA sampah, (2) Petunjuk Teknis
Nomor KDT 361.728 Pet. I Judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik
Skala Lingkungan.
Untuk sekolah-sekolah yang tidak dilayani cakupan pelayanan
persampahan, sampah yang ada biasanya dikumpul, dibuat kompos dan dibakar.
Pemerintah Daerah Kabupaten Maros juga telah memfasilitasi wadah komposter
untuk beberapa sekolah dalam wilayah cakupan pelayanan, hanya saja komposter
129
sekolah ini belum efektif dilaksanakan. Untuk tempat buangan air kotor (limbah
gray water) berasal dari toilet/WC. Dan dari survei juga telah diperoleh gambaran
bahwa seluruh sekolah yang disurvei kondisi higyenenya sehat.
4.2. Kondisi Sekolah di SMP Negeri 4 Bantimurung
4.2.1. Sejarah SMP Negeri 4 Bantimurung
SMP Negeri 4 Bantimurung yang merupakan salah satu lembaga
pendidikan formal Negeri yang ada di Kecamatan Bantimurung. Sekolah ini
sangat strategis karena letaknya yang berada di pusat kecamatan Bantimurung
Kabupaten Maros, serta jalur transfortasi sangat lancar karena merupakan jalan
poros utama yang di lewati oleh kenadaraan umum dan hal tersebut sangat
membantu peserta didik untuk menjangkau SMP Negeri 4 Bantimurung dan
fasilitas sekolah yang sangat memadai serta pendidik yang sudah cukup
berpengalaman di bidangnya masing-masing. Letaknya : Alamat: Pakalu No. 79,
Kelurahan : Kalabbirang; Kecamatan: Bantimurung; Kabupaten: Maros.
SMP Negeri 4 Bantimurung awalnya adalah SMP Negeri 1 Bantimurung
yang merupakan sekolah integrasi dari SMEP Negeri Maros cabang Bantimurung.
Namun sejak januari 1979 resmilah berdiri SMP Negeri 1 Bantimurung yang
terletak di kelurahan Kalabbirang. Di Kepalai langsung oleh eks Kepala SMEP
Negeri Cabang Bantimurung Bapak Usman L. Jay, SH, kemudian di ganti oleh
Drs. Sariman,M.Pd yang menjabat sampai sekarang. Perkembangan SMP Negeri
1 Bantimurung sejak berdirinya sampai sekarang dapat dilihat dari tiga unsur,
yakni keadaan peserta didik, staf pengajar, dan keadaan sarana dan prasarana
(Dokumen SMP Negeri 1 Bantimurung: 1979).
130
Faktor pendukung dari perkembangan SMP Negeri 1 Bantimurung adalah
letaknya yang sangat strategis yang berada di pusat kecamatan Banimurung
Kabupaten Maros dengan jalur transfortasi yang sangat lancar oleh kendaraan
umum, yang kemudian juga staf pengajarnya di dominasi Sarjana (S1) serta
resapon yang positif terhadap keberadaan SMP Negeri 1 Bantimurung pada
masyarakat,(Sariman: Kepsek Negeri 4 Bantimurung”Wawancara”28 agustus
2014).
131
133
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data dan hasil wawancara yang di peroleh peneliti,
(Kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung, 2012/2013) menjelaskan bahwa sejak
peralihan dari SMP Negeri Bantimurung menjadi SMP Negeri 4 Bantimurung
yang sampai sekarang memiliki potensi-potensi dan karakteristik SMP Negeri 4
Bantimurung.
1. Peserta didik
Peserta didik yang ada di SMP Negeri 4 Bantimurung umumnya berasal dari
kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Simbang yang sebagian besar
berdomisili dipinggiran jalan poros Bantimurung – Maros. Karena SMP
Negeri 4 Bantimurung terletak di pinggir jalan raya sehingga menjadi pilihan
sebagian besar peserta didik mengingat transfortasinya yang sangat lancar.
2. Pendidik
Pendidik di SMP Negeri 4 Bantimurung 95% berkualifikasi sarjana (S1) dan
yang telah lulus sertifikasi sekitar 75%. Sebagian besar guru senior yang rata-
rata pengalaman mengajarnya di atas 15 tahun.
3. Sarana Prasarana
Luas tanah SMP Negeri 4 Bantimurung mencapai 8.692 m2, yang
didalamnya terdapat bangunan ruang belajar 24 ruang, laboratorium IPA 2
ruang, perpustakaan 1 ruang, laboratorium komputer 2 ruang, masjid yang
dapat menampung kira-kira 200 jamaah, ruang osis 1 ruang, kamar
134
mandi/WC peserta didik 6 ruang, dan sebuah ruang kantin kejujuran serta
ruang koperasi guru dan pegawai.
4. Pembiayaan
Pembiayaan operasional sekolah sepenuhnya didanai dari dana BOS dan Dana
Pendidikan Gratis. Sedangkan untuk pembangunan gedung baru atau
rehabilitasi SMP Negeri 4 Bantimurung sering mendapatkan bantuan dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
5. Program
SMP Negeri 4 Bantimurung mempunyai program-program unggulan yang
tidak dimiliki oleh setiap sekolah negeri disekitarnya, misalnya:
a. Program relegius
Setiap jumat pagi diselenggarakan kegiatan baca tulis bagi siswa yang
belum lancar membaca Al-Qur’an yang dibimbing oleh Tim Penyuluh dari
Depag Kabupaten Maros. Seluruh peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan yang perempuan muslim wajib memakai jilbab.
b. Program Peduli Lingkungan
Program ini dilaksanakan harian,dimulai pukul 07.00 sd 07.20 oleh semua
warga sekolah sesuai dengan lokasi masing-masing dengan membersihkan
lingkungan, menata taman, dan merawat taman. Setiap siswa diwajibkan
memelihara 1 tanaman.
c. Pengembangan SDM
135
Pengembangan SDM diikuti oleh tenaga pendidik maupun tenaga
kependidikan yang dilaksanakan setiap hari sabtu. Dan juga melaksanakan
open class setiap mata pelajaran.
6. Komite Sekolah
Komite sekolah yang ada di SMP Negeri 4 Bantimurung keberadaannya
benar-benar bermanfaat bagi sekolah sebagai mitra komite sekolah SMP
Negeri 4 Bantimurung. Sangat banyak membantu dengan memberi masukan
kepada sekolah dalam menyusun program maupun membantu mengawasi
pelaksanaan program tersebut sehingga apa yang sudah di programkan dapat
berjalan dengan baik.
7. Dinas Pendidikan
Peran serta Dinas Pendidikan Kabupaten Maros dalam penyelenggaraan
pendidikan yang baik di SMP Negeri 4 Bantimurung sangat di rasakan
misalnya dengan diadakannya monitoring dan evaluasi kinerja pendidik
maupun tenaga kependidikan, sehingga lebih memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada.
8. Asosiasi Profesi
Asosiasi profesi yang ada baik di sekolah seperti MGMPS maupun di tingkat
kabupaten seperti MGMP, manfaatnya sangat dirasakan oleh pendidik di
SMP Negeri 4 Bantimurung, karena melalui wadah tersebut para pendidik
dapat bertukar pikiran tentang hal-hal yag berkaitan dengan administrasi yang
harus disiapkan maupun kesulitan-kesulitan materi pembelajaran yang
dialami pada saat pembelajaran.
136
9. Dunia Industri Kepariwisataan
SMP Negeri 4 Bantimurung berlokasi sangat strategis karena berdekatan
dengan tempat wisata permandian alam bantimurung yang sangat terkenal
baik di dalam Negeri maupun diluar Negeri sehingga sangat menguntungkan
apabila dimanfaatkan sebaik-baiknya karena dapat digunakan sebagai tempat
bekerjasama untuk belajar lapangan bagi peserta didik yang berminat di
bidang pariwisata. Selain itu, SMP Negeri 4 Bantimurung juga berdekatan
dengan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yan syarat dengan sumber
ilmu pengetahuan.
10. Pengembangan Instrumen
Untuk mendukung terlaksananya program dengan baik, maka perlu dibuatkan
instrumen. Instrumen yang sudah dikembangkan di SMP Negeri 4
Bantimurung antara lain analisis hasil penilaian, analisis butir soal, analisis
kegiatan pengembangan SDM, analisis program lingkungan.
5.1. Kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung
SMP Negeri 4 Bantimurung mempunyai landasan penyusunan Kurikulum,
yaitu meliputi:
a. Landasan Filosofis
Sekolah sebagai pusat pengembangan budaya tidak terlepas dari nilai-niai
budaya yang dianut oleh suatu bangsa. Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai
budaya yang bersumber dari pancasila, sebagai falsafah hidup berbangsa dan
bernegara yang mencakup religius, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilam. Nilai-nilai ini dijadikandasar filosofis dalam pengembangan kurikulum
137
sekolah. Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar sekolah dan kebanyakan orang
tua siswa sudah memiliki pengetahuan yang cukup, bersahabat akrab dengan
sekolah, agamis, ekonomi menengah kebawah, semangat untuk maju.
Lingkungan sekolah secara fisik sudah mencukupi, lokasi cukup baik tidak
pernah banjir, jauh dari polusi maupun kebisingan, ruang bebas (alam
terbuka)cukup luas sehingga sangat memenuhi syarat bagi peserta didik untuk
mengembangkan olah raga, olah pikir, dan olah rasa. Kekuatan dan kelemahan
dari hal-hal ini akan menjadi pertimbangan dalam penentuan struktur kurikulum
SMP Negeri 4 Bantimurung.
b. Landasan Yuridis
Secara yuridis kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung ini dikembangkan
berdasarkan:
1. Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (5), “Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia” dan pasal 32 ayat (1), “Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat
dalam memelihara dengan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
Bab II Pasal 3,” Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik seutuhnya agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatiaf,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
138
jawab”. Pasal 36 ayat (2), “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik”. Pasal 38 ayat (2), “Kurikulum pendidikan
dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan
menengah”.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 17 ayat (1), ”Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/MAK, atau bentuk
lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat peserta
didik.”
4. Inpres nomor 6 tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif
5. Inpres no.1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional tahun 2010.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dan nomor 24 Tahun 2006
tentang pelaksanaan Standar Isi dan standar Kompetensi Lulusan, “Satuan
Pendidikan dapat mengadopsi atau mengadaptasi model Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang di susun oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional bersama unit terkait”.
139
7. Beberapa Permendiknas yang terkait dengan standar Nasional Pendidikan.
8. Perda nomor 13 tentang Penyelenggaraan Pendidikan yang tercantum dalam
lembaran daerah Kabupaten Sidoarjo nomor 3 tahun 2008 seri E.
c. Tujuan Penyusunan Kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung
Kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung disusun sebagai pedoman bagi semua
warga sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang sesuai
dengan karakteristik sekolah, tujuan pendidikan nasional, dan prinsip-prinsip
pendidikan serta tujuan sekolah baik jangka pendek, menengah, maupun
panjang.
d. Prinsip pengembangan Kurikulum (KTSP)
Pengembangan Kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung ini berpedoman pada
prinsip-prinsip berikut ini:
1. Berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pada setiap awal tahun pelajaran di lakukan
beberapa kegiatan antara lain: 1) melakukan pengukuran intake, 2)
perhitungan KKM, 3) pilihan pengembangan diri 4) angket sosial ekonomi
orang tua, 5) analisis strategi pembelajaran sesuai perkembangan peserta
140
didik. Untuk menunjang hal tersebut peran guru BK, Wali kelas, dan staf
dimaksimalkan.
2. Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan menghargai dan tidak
diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status
sosial ekonomi, dan gender. Pada sebagian besar pembelajaran dilakukan
secara berkelompok dengan memperhatikan keragaman dan kelompok
selaluberubah-ubah untuk melatih kecerdasan interpersonal. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi. Muatan wajib
sesuai dengan aturan Nasional, sedangkan untuk muatan lokal terdapat 2
materi yaitu Bahasa Jawa dan Handycraft yang mengembangkan sanitair
sebagai perwujudan dari pengembangan nilai-nilai kewirausahaan dan
ekonomi kreatif, serta kemandirian.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh
karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Fasilitas WIFI selama waktu tertentu selalu
ada. Studi wisata menuju tempat berteknologi, alamiah, dan bernuansa seni
141
senantiasa menjadi kewajiban bagi semua peserta didik, semua itu merupakan
pengembangan nilai kecerdasan, cinta ilmu, dan keingin tahuan.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengmebangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. Pembelajaran baik di
kelas maupun di luar kelas senantiasa mengembangkan strategi kontekstual,
kebermaknaan bagi peserta didik sesuai dengan budaya di masyarakatnya.
Pada pertengahan semester dilakukan pembelajaran aplikatif di sekitar
sekolah sambil melihat potensi daerah setempat sehingga ada kerja sama
dengan dengan home industri dan lembaga tertentu, kegiatan dilakukan untuk
mengembangkan nilai ekonomi kreatif, kemandirian dan kewirausahaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan di sajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. Pengembangan
kompetensi dilakukan meliputi aspek kognitif, asfek afektif, dan aspek
psikomotor yang seimbang implikasinya kriteria kelulusan maupun kenaikan
kelas tidak hanya unsur akademik tetapi juga afektif (kepribadian, kelakuan,
ketertiban). Penerapan poin reward dan punishment yang meliputi unsur,
142
kedisiplinan, kejujuran, ketaatan beragama, cinta tanah air dilakukan setiap
saat oleh semua warga sekolah.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal,
informal dengan memperhatikan kondisi dari tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. Setiap
peserta didik membuat jurnal belajar yang intinya merefleksi belajar setiap
hari, program wajib baca kitab (Islam Alqur’an, Kristen Al-Kitab dll) sebagai
prwujudan penanaman nilai relegius dilingkungan sekolah, program
kebersihan lingkungan pada jam ke-0 setiap hari. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan terus menerus dengan keteladanan dari guru dan bersifat
pembiasaan.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka
Tunggal ika dalam kerangka Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sesuai dengan standar isi dikembangkan kelompok mata pelajaran pendidikan
Agama dan Akhlak Mulia, Pendidikan Kewarganeraan dan Kepribadian, dan
kelompok Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai pengembangan nilai-nilai
143
kebangsaan (nasionalisme0. Struktur kurikulum terdapat muatan lokal
disamping mata pelajaran dan yang bersifat nasional. Muatan lokal di SMP
Negeri 4 Bantimurung adalah keterampilan rumah tangga.
Oleh sebab itu SMP Negeri 4 Bantimurung memiliki struktur dan muatan
kurikulum tahun 2011/2012 yang tertuang dalam standar isi meliputi lima
kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran tersebut memiliki cakupan dan kegiatan masing-
masing seperti diungkapkan di dalam PP 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 ayat (1) Pasal 7 sebagai berikut:
Kelompok Mata
Pelajaran Cakupan Melalui
Agama dan
Akhlak Mulia
Kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia
dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia. Akhlak
mulia mencakup etika, budi
pekerti serta menjaga
kebersihan dan peningkatan
keimanan, atau moral sebagai
perwujudan dari pendidikan
agama.
1. Kegiatan intra kurikuler
dan ekstra kurikuler
2. Semua guru mapel pada
waktu tertentu melaporkan
akhlak peserta didik
tertentu.
3. Contoh kegiatan agama
diluar jam pelajaran;
(a)peringatan hari besar
agama, baca Al-Qur’an dan
berdoa’a bersama sebelum
mulai pembelajaran, Sholat
Dhuhur berjamaah
dilaksanakan secara
bergantian mengingat
masjid tidak mampu
144
menampung seluruh siswa,
(b) kegiatan pesantren kilat
pada bulan Ramadhan.
Kewarganegaraan
dan kepribadian
Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan
kepribadian dimaksudkan untuk
peningkatan kesadaran dan
wawasan peserta peserta didik
akan status , hak, dan kewajiban
nya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta peningkatan
kualitas dirinya sebagai
manusia kesadaran dan
wawasan termasuk wawasan
kebangsaan, jiwa dan
prioritasme bela negara,
penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kemajukan
bangsa, pelestarian lingkungan
hidup, kesetaraan gender,
demokrasi, tanggung jawab
sosial, ketaatan pada hukum,
ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, dan sikap
serta perilaku anti korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
1. Kegiatan pembelajaran di
kelas dan diluar kelas.
2. Semua guru mapel
melaporkan tentang
indikator yang ada pada
cakupan kelompok
kewarganegaraan dan
kepribadian.
3. Memberi reward peserta
didik yang sudah berbuat
jujur, dan memotivasi yang
lain agar juga berbuat jujur.
Ilmu pengetahuan
dan teknologi
Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTs/SMPLB
dimaksudkan untuk
memperoleh kompetensi dasar
ilmu pengetahuan dan teknologi
serta membudayakan berpikir
ilmiah secara kritis, kreatif dan
mandiri dalam meningkatkan
usaha penyelamatan lingkungan
hidup.
Kegiatan pembelajaran bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan/kejuruan,
dan/atau teknologi informasi
dan komunikasi, serta muatan
lokal yang relevan.
Estetika Kelompok mata pelajaran
estetika dimaksudkan untuk
meningkatkan sensitivitas,
kemampuan mengekspresikan
dan kemampuan mengapresiasi
keindahan dan harmoni
mencakup apresiasi dan
ekspresi, baik dalam kehidupan
Kegiatan bahasa, seni dan
budaya, keterampilan, dan
muatan lokal yang relevan,
dan pengembangan
diri/ekstrakurikuler kegiatan
kebersihan dan pemeliharaan
taman, setiap hari limbelas
(15) menit sebelum
145
kemasyarakatan sehingga
mampu menciptakan
kebersamaan yang harmonis.
pembacaan Al Qu’an dan do’a
bersama.
Jasmani, Olah
Raga, dan
Kesehatan
Kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga dan kesehatan
pada SMP/MTs/SMPLB
dimaksudkan untuk
meningkatkan potensi fisik serta
mebudayakan sportivitas dan
kesadaran hidup sehat, menjaga
lingkungan hidup sekitar agar
senantiasa bersih, nyaman,
indah dan sehat.
Kegiatan pendidikan jasmani,
olahraga, pendidikan
kesehatan, ilmu pengetahuan
alam, dan muatan lokal yang
relevan, dan pengembangan
diri/ekstrakurikuler.
Struktur kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran termasuk pengembangan
diri sebagai berikut ini.
KOMPONEN Kelas dan Alokasi Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 6 6 5
4. Bahasa Inggris 4 4 4
5. Matematika 4 4 4
6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6
8. Seni Budaya 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan 2 2 2
10. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2
B. Muatan Lokal
1. Kerajinan Rumah Tangga 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2* 2* 2*
1. Bimbingan Konseling
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Karate
b. Paduan Suara
c. Kepramukaan
d. Baca Al-Qur’an
e. Palang Merah Remaja
f. KIR
g. Olimpiade Matematika
146
h. Olimpiade IPA
i. Olimpiade IPS
j. Bola Volly Prestasi
Jumlah 36 36 36
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran.
5.1.1. Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat. Kegiatan pengembangan diri dapat
dilakukan dalam bentuk bimbingan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.
1). Jenis-jenis pengembangan diri
Pengembangan diri terdiri atas 2 (dua) bentuk kegiatan, yaitu terprogram dan
tidak terprogram.
a. Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan
perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok dan atau klasikal
melalui penyelenggaraan kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Pelaksanaan
Layanan dan kegiatan pendukung
konseling
1. Individual
2. Kelompok
3. Klasikal, tatap muka guru BK
masuk ke kelas (open sesi)
4. Home Visit
Ekstrakurikuler 1. Karate
2. Paduan Suara
3. Kepramukaan
4. Baca Al-Qur’an
5. Gesispeling
6. Jumat Bersih
7. Palang Merah Remaja
8. KIR
9. Olimpiade Matematika
10. Olimpiade IPA
147
11. Olimpiade IPS
12. Bola Volly Prestasi.
b. Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan
sebagai berikut:
Kegiatan Contoh
Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan
terjadwal
1. Kebersihan lingkungan setiap hari
sebelum apel pagi.
2. Ibadah/sholat duhur/ jum’at
berjamaah.
3. Baca surat pendek dan berdoa
sebelum dan sesudah pembelajaran
di kelas.
4. Upacara bendera tiap senin.
5. Setiap jum’at dilaksanakan kerja
bakti selama 2 jam pelajaran.
Spontan, adalah kegiatan tidak
terjadwal dalam kejadian khusus.
1. Memberi dan menjawab salam
2. Meminta maaf
3. Berterima kasih
4. Mengunjungi kerabat yang sakit
5. Membuang sampah pada
tempatnya.
6. Mengumumkan barang temuan
7. Melerai pertengkaran
8. Mengumpulkan infaq untuk
masjid.
Keteladanan, adalah kegaiatan dalam
bentuk perilaku sehari-hari.
1. Perilaku guru selalu positif
2. Mengambil sampah yang
berserakan
3. Cara bicara yang sopan
4. Mengucapkan terima kasih
5. Meminta maaf
6. Menghargai pendapat orang lain
7. Memberikan kesempatan terhadap
pendapat yang berbeda
8. Mendahulukan kesempatan kepada
orang tua
9. Penugasan peserta didik secara
bergilir
10. Menaati taat tertib (disiplin, tata
waktu dan tata peraturan)
11. Memberikan salam ketika bertemu
12. Berpakaian rapi dan bersih
13. Menepati janji
14. Memberikan penghargaan kepada
148
orang yang berprestasi
15. Perilaku santun
16. Pengendalian diri yang baik
17. Memuji kepada orang yang jujur
18. Mengakui kebenaran orang lain
19. Mengakui kesalahan diri sendiri
20. Berani mengambil keputusan
21. Berani berkata benar
22. Melindungi kaum yang lemah
23. Membantu kaum yang fakir
24. Sabar mendengarkan orang lain
25. Mengunjungi teman yang sakit
26. Menunjukkan budaya gemar
membaca
27. Mengembalikan barang yang
bukan miliknya
28. Antri
29. Mendamaikan
30. Semangat tinggi dalam bekerja.
Jenis, nilai-nilai yang ditanamkan dan strategi yang digunakan pada
Pengembangan Diri di SMP Negeri 4 Bantimurung adalah sebagai berikut ini.
Jenis Pengembangan Diri Nilai-nilai yang
ditanamkan
Strategi
A. Bimbingan Konseling
(BK)
a. Kemandirian
b. Percaya diri
c. Demokrasi
d. Peduli sosial
e. Komunikatif
f. Jujur
a. Pemebentukan
karakter atau
kepribadian
b. Pemebrian motivasi
c. Bimbingan karier
B. Kegiatan
Ekstrakurikuler
1. Kepramukaan
a. Demokratis
b. Disiplin
c. Kerjasama
d. Rasa kebangsaan
e. Toleransi
f. Peduli sosial dan
lingkungan
g. Cinta damai
h. Kerja keras
a. Latihan terprogram
(kepemimpinan,
berorganisasi)
2. PMR
a. Peduli sosial
b. Toleransi
c. Disiplin komunikatif
a. Latihan terprogram
3. KIR Olimpiade a. Komunikatif a. Pembinaan Rutin
149
b. Rasa Ingin Tahu
c. Kerja Keras
d. Senang membaca
e. Menghargai prestasi
f. Jujur
b. Mengikuti
perlombaan
c. Pameran atau pekan
ilmiah
d. Publikasi ilmiah
secara internal
4. Olahraga
a. Sportifitas
b. Menghargai prestasi
c. Kerja keras
d. Cinta damai
e. Disiplin
f. Jujur
a. Melalui latihan rutin
(antara lain: bola voli,
basket, tenis meja,
badminton, pencak
silat, outbond)
b. Perlombaan olahraga
5. Kerohanian
a. Relegius
b. Rasa kebangsaan
c. Cinta tanah air
a. Beribadah rutin
b. Peringatan hari besar
Agama
c. Kegiatan keagamaan
6. Seni
budaya/Sanggar
seni
a. Disiplin
b. Jujur
c. Peduli budaya
d. Peduli sosial
e. Cinta tanah air
f. Semangat kebangsaan
a. Latihan rutin
b. Mengikuti vokal grup
c. Berkompetisi internal
dan eksternal
d. Pangelaran seni
7. Kepemimpinan
(kepramukaan,
Paskibra)
a. Tanggung jawab
b. Keberanian
c. Tekun
d. Sportivitas
e. Disiplin
f. Mandiri
g. Demokratis
h. Cinta damai
i. Cinta tanah air
j. Peduli lingkungan
k. Peduli sosial
l. Keteladanan
m. Sabar
n. Toleransi
o. Kerja keras
p. Pantang menyerah
q. Kerja sama
a. Kegiatan OSIS
b. Kepramukaan
c. Kegiatan kerohaniaan
d. Kegiatan KIR
e. Kegiatan PMR
8. Gesispling
a. Kegiatan
membersihkan
lingkungan sekolah
dan masyarakat
b. Kegiatan pembibitan,
pengomposan,
pendauran ulang
150
sampah di sekolah
c. Mekanisme Pelaksanaan Pengembangan Diri
1). Pengembangan diri dilaksanakan di luar jam pembelajaran dan dibina oleh
pendidik dari dalam maupun dari luar SMP Negeri 4 Bantimurung yang
mempunyai kualifikasi yang baik berdasarkan surat keputusan kepala
sekolah.
2). Jadwal kegiatan
NO JENIS KEGIATAN HARI PUKUL PEMBINA
1 Karate Rabu, Sabtu 15.00-17.00 Nurdin (TNI)
2 Paduan Suara Sabtu 12.00-13.00 Hj. Aida Rayana,
S.Pd
3 Kepramukaan Sabtu 15.00-17.00 Hamsinah, S.Pd
4 Baca Al-Qur’an Jum’at 07.00-07.30 TIM Penyuluh
Depag
5 PMR Sabtu 15.00-17.00 Muh. Sale
6 KIR Senin 13.00-14.00 Harding, S.Pd
7 Olimpade Matematika Kamis 15.00-17.00 Aisa Husa, S.Pd
8 Olimpiade IPA Kamis 13.00-15.00 Dahniar, S.Pd
9 Olimpiade IPS Kamis 15.00-17.00 Hj. Hamdana, S.Pd
10 Bola Volly Prestasi Sabtu 16.00-17.00 Drs. Syahruddin
d. Penilaian
Kegiatan pengembangan diri dinilai dan dilaporkan secara berkala kepada
sekolah dan orang tua dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif.
5.1.2. Pengembangan Pendidikan Karakter
Pada prinsipnya, pengembangan pendidikan karakter bangsa tidak
dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran,
pengembangan diri dan budaya sekolah. Pendidik dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
bangsa ke dalam KTSP, silabus dan RPP yang sudah ada.
151
Adapun nilai-nilai pendidikan karakter yang akan diintegrasikan dalam
Mata Pelajaran akan mengacu atau berpedoman pada Panduan Pendidikan yang
dikeluarkan Direktorat PSMP, yaitu:
Mata Pelajaran Nilai Utama Yang Dikembangkan
1. Pendidikan Agama Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan, kepedulian,
kedemokrasian, kesantunan,
kedisiplinan, bertanggung jawab, cinta
ilmu, keingintahuan, percaya diri,
menghargai, keberagamaan, kepatuahan
pada aturan sosial, bergaya hidup sehat,
kesadaran akan hal dan kewajiban,
kerja keras, dan peduli lingkungan.
2. PKn Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan, kepedulian,
kedemokratisan, nasionalisme,
kepatuhan pada aturan sosial,
menghargai keberagaman, kesadaran
akan hak dan kewajiban diri dan orang
lain.
3. Bahasa Indonesia Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguham, kepedulian,
kedemokratisan, berfikir logis, kritis,
kreatif dan inovatif, percaya diri,
bertanggung jawab, keingintahuan,
kesantunan, nasionalisme.
4. Matematika Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan, kepedulian,
kedemokratisan, berpikir logis, kritis,
kerja keras, keingintahuan,
kemandirian, percaya diri.
5. IPS Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan, kepedulian,
kedemokratisan, nasionalisme,
menghargai keberagaman, berpikir
logis, kritis, kreatif, inovatif, peduli
sosial dan lingkungan, berjiwa
wirausaha, kerja keras.
6. IPA Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan, kepedulian,
kedemokratisan, keingintahuan,
berpikir logis, kreatif dan inovatif,
jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri,
152
menghargai keberagaman, kedisiplian,
kemandirian, cinta ilmu, tanggung
jawab.
7. Bahasa Inggris Kereligiusan, kecerdasan,
ketangguhan, kejujuran, kemandirian,
kedemokratisan, menghargai
keberagaman, kepatuhan, kesantunan,
percaya diri, mandiri, bekerjasama,
kepatuhan pada aturan sosial.
8. Seni Budaya Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan, kepedulian,
kedemokratisan, menghargai
keberagaman, nasionalisme,
menghargai karya orang lain, ingin
tahu, kedisiplinan.
9. Penjasorkes Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan, kepedulian,
kedemokratisan, bergaya hidup sehat,
kerja keras, kedisiplinan, percaya diri,
mandiri, menghargai karya dan prestasi
orang lain.
10. TIK/Keterampilan Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan ,
ketangguhan, kepedulian,
kedemokratisan, berpikir logis, kritis,
kreatif dan inovatif, kemandirian,
bertanggung jawab, dan menghargai
karya orang lain.
11. Muatan Lokal Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan, kepedulian,
kedemokratisan, menghargai
keberagaman, menghargai karya orang
lain dan nasionalisme.
Indikator nilai-nilai karakter bangsa ada dua jenis yaitu (1) indikator
sekolah dan kelas, dan (2) indikator untuk mata pelajaran. Indikator sekolah dan
kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru dan personalia
sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sekolah sebagai
lemabaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini
berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dam kegiatan
153
sekolah sehari-hari (rutin). Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku
afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Perilaku
yang dikembangkan dalam indikator pendidikan budaya dan karakter bangsa
bersifat progresif, artinya perilaku tersebut berkembang semakin kompleks antara
satu jenjang kelas dengan kelas di atasnya bahkan dalam jenjang kelas yang sama.
Guru memiliki kebebasan dalam menentukan beberapa lama suatu perilaku harus
dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih kompleks.
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan
pendekatan proses belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui
berbagai kegiatan di kelas, sekolah dan masyarakat. Di kelas dikembangkan
melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru dengan cara integrasi. Di
sekolah dikembangkan dengan upaya pengondisian atau perencanaan sejak awal
tahun pelajaran dan dimasukkan ke Kalender Akademik dan yang dilakukan
sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah sehingga peserta didik memiliki
kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa. Di masyarakat dikembangkan melalui kegiatan ekstr
kurikuler dengan melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan
rasa cinta tanah air dan melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan
kepedulian dan kesetiakawanan sosial.
Adapun penilaian dilakukan secara terus menerus oleh guru dengan
mengacu pada indikator pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter, melalui
pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di
sekolah, model anecdotal recond (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya
154
perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan), maupun memberikan
tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan
kepada pesera didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan dan sebagainya
guru dapat memberikan kesimpulannya/pertimbangan yang dinyatakan dalam
pernyataan kualitatif sebagai berikut:
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda
awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi
belum konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan
beberapa tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai
konsisten).
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan
perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
Setiap tahun diharapkan ada peningkatan dari BT hingga ke MK, wilayah yang
diamati juga diharapkan melebar ke semua sektor.
Kegiatan nyata yang dilakukan di SMP Negeri 4 bantimurung adalah sebagai
berikut:
NO NILAI KEGIATAN YANG DILAKUKAN
1 Bersih dan Nyaman a. Membentuk piket harian
b. Melakukan pagi bersih setiap pagi oleh seluruh
warga sekolah mulai 06.30 s/d 06.50
c. Membuat taman kelas
d. Penanaman pohon-pohon besar maupun pohon
155
produktif.
e. Membangun toilet 1 kelas 1 toilet
2 Disiplin a. Menerapkan absen pagi dan siang untuk
tenaga pendidik dan kependidikan
b. Menggalakkan piket pintu gerbang
c. Membuat aturan yang dimusyawarahkan
seluruh warga sekolah tentang kehadiran di
sekolah pukul 06.30 tepat.
3 Sopan a. Membiasan salam setiap bertemu dengan
warga sekolah
b. Membudayakan pakaian yang rapi
c. Membiasakan menyapa kepada setiap orang
yang berada di sekolah.
4 Religius a. Membaca Al-Qur’an dan berdoa setiap pagi
sebelum pembelajaran
b. Sholat Dhuha berjamaah setiap hari sabtu pagi
c. Sholat dhuhur berjamaah setiap hari
d. Merayakan peringatan hari besar
e. Mengadakan pondok dan khasanah romadhan.
5.1.3. Pengaturan Beban Kerja
Beban belajar ditentukan mengacu pada ketentuan standar pengelolaan
pendidikan yang berlaku di suatu pendidikan. Pengaturan beban belajar di SMP
Negeri 4 Bantimurung dengan sistem paket yang didasarkan pada struktur dan
muatan kurikulum dengan alokasi waktu sebagai berikut:
a. Beban belajar untuk peserta didik kelas VII (tujuh) dan VII (delapan)
adalah 35 jam pelajaran per minggu, sedangkan untuk kelas IX (sembilan)
adalah 34 jam pelajaran per minggu.
b. Alokasi waktu 40 menit untuk setiap mata pelajaran.
Kelas
Jam tatap
muka (menit)
Jml. Jam/
minggu
Minggu
efektif per
tahun
Waktu
pembelajaran/jam
per tahun
VII 40 35 43 1.505 jam/tahun
VII 40 35 43 1.505 jam/tahun
IX 40 34 34 1.156 jam/tahun
156
1. Alokasi waktu untuk kelas VII dan VIII mata pelajaran Bahasa Indonesia
dilakukan penambahan 1 jam pelajaran sehingga menjadi 5 jam pelajaran. Hal
ini dikarenakan rata-rata tempat tinggal peserta didik berada di pedasaan
sehingga keterpakaian Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sangat
kurang. Setelah berinteraksi di SMP selama 2 tahun berangsur-angsur
kekurangan itu akan berubah sehingga pada saat kelas IX jumlah jam Bahasa
Indonesia dikembalikan menjadi 4 jam pelajaran/minggu.
2. Alokasi waktu pelajaran Bahasa Inggris ada penambahan 1 jam mata
pelajaran sehingga menajdi 5 jam mata pelajaran/minggu. Hal ini dikarenakan
rata-rata orang dan peserta didik menginginkan setelah SMP melanjutkan ke
SMA RSBI. Salah satu kriteria untuk masuk ke SMA RSBI adalah memiliki
kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut di
samping ada penambahan alokasi waktu masih ditunjang lagi dengan
kegiatan pengembangan diri yang menyangkut peningkatan berbahasa inggris
baik peserta didik maupun pendidiknya.
3. Selain tatap muka, beban belajar yang harus diikuti pesera didik adalah
penugasan terstruktur (TT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT)
yang waktunya maksimal lima puluh persen (50%) dari jumlah tatap muka.
Penugasan terstruktur di SMP 4 Negeri Bantimurung diberikan alokasi waktu
setelah siswa melakukan sholat jamaah Dhuhur. Contoh TT diantaranya
pembelajaran remidi dan pengayaan, sedangkan contoh KMTT adalah
pekerjaan rumah yang sifatnya mendalami KD dengan metode investigasi dan
penemuan. Penugasan mandiri tidak terstruktur terdiri dari tugas-tugas
157
individu atau kelompok yang disesuaikan dengan potensi, minat, dan bakat
peserta didik.
5.1.4. Ketuntasan Belajar
Dalam ketetapan ketuntasan belajar, sekolah menetapkan kriteria
ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kompleksitas, daya
dukung dan tingkat kemampuan awal peserta didik (intake) dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah secara bertahap dan berkelanjutan
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mencapai ketuntasan
ideal.
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik dan hasil analisis yang
berbeda, maka ditetapkan KKM sebagai berikut:
Penetapan KKM
Komponen KKM 2011-2012 KKM 2012-2013
VII VIII IX VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 68 69 70 70 71 72
2. Pendidikan Kewarganegaraan 67 69 70 70 70 75
3. Bahasa Indonesia 68 70 70 70 73 75
4. Bahasa Inggris 63 65 67 70 70 70
5. Matematika 62 63 60 70 72 73
6. Ilmu Pengetahuan Alam 65 66 67 70 71 72
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 68 69 67 70 73 75
8. Seni Budaya 71 72 73 70 75 77
9. Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan 68 69 70 70 71 72
10. Teknogoli Informasi dan
Komunikasi 65 67 70 70 72 75
B. Muatan Lokal
Kerajinan Rumah Tangga 71 72 73 71 72 73
C. Pengembangan Diri
1. BK Min Baik
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Karate Min Baik
158
b. Paduan Suara Min Baik
c. Kepramukaan Min Baik
d. Baca Al-qur’an Min Baik
e. PMR Min Baik
f. KIR Min Baik
g. Olimpiade Matematika Min Baik
h. Olimpiade IPA Min Baik
i. Olimpiade IPS Min Baik
j. Sepak Bola Prestasi Min Baik
k. Gesispling Min Baik
SMP Negeri 4 Bantimurung berusaha menggunakan prinsip mastery
learning (ketuntasan belajar) walaupun sistem paket. Artinya setiap peserta didik
harus mengikuti kegiatan kenaikan kelas bersama-sama, sedangkan untuk yang
belum tuntas KKM harus mengikuti pembelajaran remidi dan peserta didik yang
sudah mencapai KKM mengikuti kegiatan pengayaan.
1. Program Remedial (perbaikan)
a. Remedial wajib diikuti oleh peserta didik yang belum mencapai KKM
dalam setiap kompetensi dasar dan/atau indikator.
b. Kegiatan remedial dilaksanakan di luar jam pelajaran.
c. Kegiatan remedial meliputi remedial pembelajaran dan remedial
penilaian.
d. Penelian dalam program remedial dapat berupa tes maupun nontes.
e. Kesempatan mengikuti kegiatan remedial dibatasi maksimal 2 kali.
f. Nilai remedial maksimum sama dengan nilai KKM.
2. Program Pengayaan
a. Pengayaaan boleh diikuti oleh peserta didik yang telah mencapai KKM
dalam setiap kompetensi dasar.
159
b. Kegiatan pengayaan dilaksanakan di luar jam pelajaran.
c. Penilaian dalam program pengayaan dapat berupa tes maupun nontes.
d. Nilai pengayaan yang lebih tinggi dari nilai sebelumnya dapat
digumakan.
5.1.5. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan
1. Kenaikan Kelas
Kriteria menggunakan dua aspek, yaitu aspek akademis dan aspek non
akademis.
a. Aspek akademis meliputi:
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk kelompok
mata pelajaran selain mata pelajaran IPTEK, yaitu mata pelajaran
Pendidikan Agama, PKn, Penjaskesor dan Seni Budaya.
Ketentuan Predikat nilai akhir (NA) sebagai berikut:
NA < 6,0 predikat kurang
7,0 ≤ NA ≥ 8,5 predikat baik
NAS > 8,5 predikat sangat baik
3) Boleh ada nilai di bawah KKM (dihitung rata-rata raport semester I dan
II), maksimal 2 mata pelajaran.
Contoh:
Mata
Pelajaran KKM
Nilai
Semester
I
Nilai
Semester
II
Rata-rata Keterangan
IPA 78 76 80 78
Untuk harian ini
dihitung tuntas,
meskipun semester I
160
belum tuntas tetapi
rata-ratanya semester
I dan II sama dengan
KKM
Matematika 71 70 70 70
Untuk harian ini
dihitung tidak
dihitung tuntas,
karena rata-rata
semester I dan II di
bawah KKM
Bahasa
Inggris 76 78 72 75
Untuk harian ini
dihitung tidak tuntas,
karena rata-rata
semester I da II
dibawah KKM
b. Aspek non Akademis
1) Nilai sikap/perilaku dan budi pekerti minimal baik.
2) Ketidak hadiran tanpa keterangan maksimal 18 dalam satu tahun terakhir,
yang ditujukan dari catatan wali kelas.
2. Kelulusan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 72 ayat (1) menyebutkan bahwa peserta didik dinyatakan lulus
dari satuan pendidikan dasar dan menengah apabila:
a. telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
b. Memiliki nilai minimal baik untuk kelompok mata pelajaran selain
kelompok mata pelajaran IPTEK.
c. Lulus ujian sekolah, dan
d. Lulus ujian nasional.
161
5.1.6. Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup di SMP Negeri 4 Bantimurung dilaksanakan
secara intergrasi kepada semua mata pelajaran. Pengintegrasian dilaksanakan
dengan terlebih dahulu menganalisa KD pada setiap mata pelajaran yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam kecakapan hidup tertentu. Proses
analisis dilakukan oleh tim pendidik pada setiap mata pelajaran melalui kegiatan
Worshop maupun MGMP. Berdasarkan analisis tersebut, pendidik dapat
mengimplementasikan kecakapan hidup sebagai muatan tambahan dalam
pembelajaran.
Pendidikan kecakapan hidup secara maksimal dikembangkan melalui
pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi, seni budaya, keterampilan dan
muatan harian handy craft serta kegiatan pengembangan diri. Secara terperinci
penjabaran kecakapan hidup (Life skill) pada setiap harian diatur sebagai berikut.
162
KHUSUS HALAMAN INI AKAN ADA TABEL
163
5.1.7. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
SMP Negeri 4 Bantimurung merupakan wilayah yang berdekatan wisata
permandian alam Bantimurung dan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung,
sehingga sangat potensial untuk mengembangkan karya souvenir untuk para
wisatawan.
5.2. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun pelajaran yang mencakup awal
tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari
libur. Permulaan waktu pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran
pada awal tahun pelajaran pada SMP Negeri 4 Bantimurung.
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk
setiap tahun pelajaran pada SMP negeri 4 Bantimrung. Waktu pembelajaran
efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah
jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran pada SMP Negeri 4 Bantimurung. Waktu libur meliputi, libur
semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum
termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus. Alokasi waktu minggu
efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya pada SMP Negeri 4 Bantimurung
dapat disajikan sebagai berikut:
164
a. Permulaan tahun pembelajaran. Senin 12 juli 2012. Hari-hari pertama
masuk sekolah diisi dengan kegiatan orientasi siswa selama 3 hari, yaitu
tanggal 16, 17 dan 18 juli 2012.
b. Waktu belajar. Dalam penyelenggaraan pendidikan SMP Negeri 4
Bantimurung menggunakan sistem semester yang membagi 1 tahun
pelajran menjadi semester 1 (ganjil) dan semester 2 (genap).
1. Semester 1 (ganjil)
- Awal semester ganjil pada hari senin, 16 juli 2012
- Ulangan tengah semester, 8-13 oktober 2012
- Libur awal ramadhan 19 s/d 28 juli 2012
- Libur sekitar lebaran, 13-25 agustus 2012
- Penerimaan raport semester ganjil, 29 desember 2012
- Libur semester ganjil, 31 desember 2012-5 januari 2013
2. Semester 2 (genap)
- Awal semester genap, 7 januari 2013
- Ulangan tengah semester, 11-16 maret 2013
- Ulangan semester genap, 3-8 juni 2013
- Porseni Tingkat Kecamatan, 10-15 juni 2013
- Porseni tingkat Kabupaten, 17-22 juni 2013
- Penerimaan laporan pendidikan / kenaikan kelas, 29 juni 2013
165
5.3. Pendidikan Karakter Bernuansa Lingkungan
1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama
No Silabus dan RPP Nilai Karakter Rubrik Penilaian
1 Menghayati Al-Qur’an
sebagai implementasi dari
pemahaman rukun iman
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Kreatif
d. Rasa Ingin Tahu
e. Tanggung Jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
2 Beriman kepada Allah SWT a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli lingkungan
e. Peduli sosial
f. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerjasama
3 Beriman kepada Malaikat
Allah SWT
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli lingkungan
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
4 Menerapkan ketentuan
bersuci dari hadast kecil dan
hadast besar berdasarkan
syariat Islam
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli lingkungan
e. Peduli sosial
f. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerjasama
5 Menunaikan shalat wajib
berjamaah sebagai
implementasi dari
pemahaman rukun Islam
a. Disiplin
b.Rasa ingin tahu
c.Peduli sosial
d.Tanggung Jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
166
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
6 Menunaikan shalat jumat
sebagai implementasi dari
pemahaman QS. Al- Jumuah
(62): 9
a. Kerja keras
b.Rasa ingin tahu
c.Peduli sosial
d. Tanggung Jawab
1. Kejesalan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
7 Menunaikan shalat jamak
qasar ketika berpergian jauh
(musafir) sebagai
implemetasi dari pemahaman
ketaatan beribadah.
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
8 Menghargai perilaku jujur
sebagai implementasi dari
pemahaman QS. Al- Baqarah
(2): 42 dan hadis yang terkait.
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
9 Menghargai perilaku hormat
dan patuh kepada orang tua
dan guru sebagai
implementasi dari QS. A-
Baqarah (2): 83 dan hadis
terkait.
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
10 Menghargai perilaku empati
terhadap sebagai
implementasi dar QS. An-
Nisa (4): 8 dan hadis terkait
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Rasa inigin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
167
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
11 Menghargai perilaku ikhlas,
sabar dan pemaaf sebagai
implementasi dari
pemahaman QS. An-Nisa (4):
146, QS. Al-Baqarah (2): 153
dan QS. Ali Imran (3): 134
dan hadis terkait.
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalam
informasi
2. Keaktifan dalam
diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
2. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarga Negaraan (PKN)
No Silabus dan RPP Nilai Karakter Rubrik Penilaian
1 Menghargai perilaku beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia dalam kehidupan
di sekolah dan masyarakat.
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalam
informasi
2. Kekatifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
2 Menghargai semangat dan
komitmen kebangsaan seperti
yang ditunjukkan oleh para
pendiri negara dalam perumusan
dan penetapan pancasila sebagai
dasar Negara.
a. Kerja keras
b. Peduli sosial
c. Peduli lingkungan
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam dikusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
3 Menghargai perilaku sesuai
norma-norma dalam berinteraksi
dengan kelompok sebaya dan
masyarakat sekitar.
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Kreatif
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejesalan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
4 Menghargai sikap toleran
terhadap keberagaman suku,
a. Disiplin
b. Kreatif
1. Kejelasan dan
kedalaman
168
agama, ras, budaya, dan gender. c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Peduli lingkungan
f. Tanggung jawab
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
5 Menghargai semangat persatuan
dan kesatuan dalam memahami
daerah tempat tinggalnya sebagai
bagian yang utuh dan tak
terpisahkan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Kreatif
d. Rasa ingin tahu
e. Peduli sosial
f. Peduli lingkungan
g. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
6 Memahami sejarah dan semangat
komitmen para pendiri negara
dalam merumuskan dan
menetapkan Pancasila sebagai
Dasar Negara
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalam
infomasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
7 Menyaji hasil telaah tentang
“sejarah dan semangat komitmen
para pendiri negara dalam
merumuskan dan menetapkan
Pancasila sebagai Dasar Negara”
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
infomasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
No Silabus dan RPP Nilai Karakter Rubrik Penilaian
1 Menghargai dan mensyukuri
keberadaan bahasa indonesia
sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa untuk mempersatukan
bangsa Indonesia di tengah
keberagaman bahasa dan budaya.
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Kreatif
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
infomasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
169
presentasi
4. Kerja sama
2 Menghargai dan mensyukuri
keberadaan bahasa Indonesia
sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa sebagai sarana
memahami informasi lisan dan
tulisan.
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Kreatif
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
3 Menghargai dan mensyukuri
keberadaan bahasa indonesia
sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa sebagai sarana
menyajikan informasi lisan dan
tulisan.
a. Kerja keras
b. Keatif
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presntasi
4. Kerja sama
4 Memahami teks cerita moral/fabel
ulasan diskusi, cerita prosedur dan
biografi baik lisan dan tulisan.
a. Kerja keras
b. Kreatif
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
5 Menangkap makna teks cerita
moral/fabel baik lisan maupun
tulisan.
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
4. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
No Silabus dan RPP Nilai Karakter Rubrik Penilaian
1 Mengagumi keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan
tentang aspek fisik dan kimiawi,
a. Kreatif
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
170
kehidupan dalam ekosistem dan
peranan manusia dalam
lingkungan serta mewujudkannya
dalam pengamalan ajaran agama
yang dianutnya.
d. Peduli
lingkungan
e. Tanggung jawab
2. Keaktifan
dalam dikusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
2 Menunjukkan perilaku ilmiah
(memiliki rasa ingin tahu;
obyektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung
jawab; terbuka; kritis; kreatif;
inovatif; dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap dalam
melakukan pengamatan,
percobaan, dan diskusi.
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Kreatif
d. Rasa ingin tahu
e. Peduli sosial
f. Peduli
lingkungan
g. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
3 Menghargai kerja individu dan
kelompok dalam aktivitas sehari-
hari sebagai wujud implementasi
melaksanakan percobaan dan
melaporkan hasil percobaan.
a. Kerja keras
b. Kreatif
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
4 Menunjukkan perliaku bijaksana
dan bertanggung jawab dalam
aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap dalam
memilih makanan dan minuman
yang menyehatkan dan tidak
merusak tubuh.
a. Kreatif
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Peduli
lingkungan
f. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
5 Menunjukkan penghargaan
kepada orang lain dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud
implementasi penghargaan pada
orang yang menjual makanan
sehat tanpa campuran zat aditif
yang berbahaya.
a. Kerja keras
b. Kreatif
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Peduli
lingkungan
f. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
6 Memahami gerak lurus dan
pengaruh gaya terhadap gerak
berdasarkan hukum Newton, serta
a. Kerja keras
b. Kreatif
c. Raa ingin tahu
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
171
penerapannya pada gerak
mahkluk hidup dan gerak benda
pada kehidupan sehari-hari.
d. Peduli sosial
e. Peduli
lingkungan
f. Tanggung jawab
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
7 Melakukan penyelidikan tentang
gerak, gerak pada mahluk hidup
dan percobaan tentang pengaruh
gaya terhadap gerak.
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
dalam
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
5. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
No Silabus dan RPP Nilai Karakter Rubrik Penilaian
1 Menghargai ajaran agama dalam
berpikir dan berperilaku sebagai
penduduk Indonesia dengan
mempertimbangkan kelembagaan
sosial.
a. Kerja keras
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
2 Menghargai Karunia Tuhan Yang
Maha Esa telah menciptakan
manusia dan lingkungannya.
a. Kerja keras
b. Kreatif
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Peduli
lingkungan
f. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
3 Meniru perilaku jujur, disiplin,
bertanggung jawab, peduli,
santun, dan percaya diri
sebagaimana di tunjukkan oleh
tokoh-tokoh pada masa Hindu-
Budha dan Islam dalam
kehidupan sekarang.
a. Disiplin
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
172
4. Kerja sama
3 Memahami aspek keruangan dan
konektivitas antar ruang dan
waktu dalam lingkup regional
serta perubahan dan
keberlanjutankehidupan manusia
(ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, dan politik).
a. Kreatif
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Peduli
lingkungan
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
4 Menyajikan hasil pengamatan
tentang hasil –hasil kebudayaan
dan pikiran masyarakat pada masa
pra aksara, masa Hindu-Budha
dan masa Islam dalam aspek
geografis, ekonomi, budaya, dan
politik yang masih hidup dalam
masyarakat sekarang.
a. Kreatif
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Peduli
lingkungan
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
6. Mata Pelajaran Seni Budaya
No Silabus dan RPP Nilai Karakter Rubrik Penilaian
1 Menerima keragaman dan
keunikan karya gambar flora,
fauna, dan alam benda sebagai
anugerah Tuhan.
a. Kreatif
b. Peduli sosial
c. Peduli
lingkungan
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan
dankedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapianpresent
asi
4. Kerja sama
2 Menanggapi keragaman dan
keunikan karya gambar flora,
fauna, dan alam benda sebagai
anugerah Tuhan.
a. Kreatif
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Peduli
lingkungan
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
3 Menghargai keragaman dan
keunikan karya gambar flora,
fauna, dan alam benda sebagai
anugerah Tuhan.
a. Kreatif
b. Rasa ingin tahu
c. Peduli sosial
d. Peduli
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
173
lingkungan
e. Tanggung jawab
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
4 Menghargai orang lain dalam
mengapresiasi dan berkarya
gambar flora, fauna, dan alam
benda.
a. Kreatif
b. Peduli sosial
c. Peduli
lingkungan
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
5 Bersikap jujur dalam
mengapresiasi dan berkarya
gambar flora, fauna, dan alam
benda.
a. Kreatif
b. Peduli sosial
c. Peduli
lingkungan
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
6 Bersikap disiplin dalam
mengapresiasi dan berkarya
gambar flora, fauna, dan alam
benda
a. Disiplin
b. Kreatif
c. Kerja keras
d. Rasa ingin tahu
e. Peduli sosial
f. Peduli
lingkungan
g. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
7 Mengidentifikasi unsur-unsur
gambar flora, fauna dan alam
benda dengan tepat.
a. Kreatif
b. Kerja keras
c. Peduli sosial
d. Peduli
lingkungan
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
8 Mengidentifikasi prosedur
berkarya gambar flora, fauna dan
alam benda
a. Kreatif
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Peduli
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
174
lingkungan
f. Tanggung jawab
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
9 Menggambar flora, fauna dan
alam benda berdasarkan
pengamatan objek dengan tehnik
basah dan tehnik kering.
a. Kreatif
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Peduli
lingkungan
f. Tanggun jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
10 Menyajikan gambar flora, fauna
dan alam benda dalam diskusi di
kelas.
a. Kerja keras
b. Kreatif
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
7. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
No Silabus dan RPP Nilai Karakter Rubrik Penilaian
1 Menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai agama yang dianut
dalam melakukan aktivitas
jasmani, permainan, olahraga dan
dicerminkan dengan:
a. Pembiasaan perilaku
berdoa sebelum dan
sesudah pelajaran.
b. Selalu berusaha secara
maksimal dan tawakkal
dengan hasil akhir.
c. Membiasakan perilaku
baik dalam berolahraga
dan latihan.
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Kreatif
d. Rasa ingin tahu
e. Peduli sosial
f. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentai
4. Kerja sama
2 Berperilaku sportif dalam
bermain.
a. Disiplin
b. Kreatif
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
175
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
3 Bertanggung jawab dalam
penggunaan sarana dan prasarana
pembelajaran serta menjaga
keselamatan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan sekitar.
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Kreatif
d. Peduli sosial
e. Peduli
lingkungan
f. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
4 Menghargai perbedaan
karakteristik individual dalam
melakukan berbagai aktivitas
fisik.
a. Kerja keras
b. Kreatif
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
5 Menunjukkan kemauan kerjasama
dalam melakukan berbagai
aktivitas fisik.
a. Kerja keras
b. Kreatif
c. Peduli sosial
d. Peduli
lingkungan
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
inforamsi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
6 Toleransi dan mau berbagi dengan
teman dalam melakukan berbagai
aktivitas fisik.
a. Kerja keras
b. Peduli sosial
c. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
7 Disiplin dalam melakukan
berbagai aktivitas fisik.
a. Disiplin
b. Kreatif
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
176
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
8 Menerima kekalahan dan
kemenangan dalam permainan.
a. Disiplin
b. Kerja keras
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerpian
presentasi
4. Kerja sama
9 Memahami konsep variasi dan
kombinasi keterampilan
permainan bola besar
a. Kreatif
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
10 Mempraktikkan variasi dan
kombinasi keterampilan berbagai
permainan bola besar dengan
koordinasi yang baik.
a. Kreatif
b. Kerja keras
c. Peduli sosial
d. Tanggung jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
8. Mata Pelajaran Tehnologi Informasi dan Komunikasi
No Silabus dan RPP Nilai Karakter Rubrik Penilaian
1 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. Menjelaskan peserta didik
tentang keuntungan dan
kerugian dampak TIK
b. Mencari informasi di media
cetak (buku, majalah dsb)
tentang sejarah perkembangan
TIK
c. Menjelaskan fungsi beberapa
perangkat TIK
a. Kreatif
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung
jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
177
d. Melibatkan peserta didik
secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran, dan
e. Memfasilitasi peserta didik
melakukan percobaan di
laboratorium, studio atau
lapangan.
2 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a. Membiasakan peserta didik
membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna;
b. Memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun
tertulis;
c. Memberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
d. Memfasilitasi peserta didik
dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif;
e. Memfasilitasi peserta didik
berkompetensi secara sehat
untuk meningkatkan prestasi
belajar;
f. Memfasilitasi peserta didik
membuat laporan eksplorasi
yang di lakukan baik lisan
maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok;
g. Memfasilitasi peserta didik
untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok;
h. Memfasilitasi peserta didik
melakukan pameran,
turnamen, festival, serta
produk yang di hasilkan;
i. Memfasilitasi peserta didik
melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan
dan rasa percaya diri peserta
a. Kreatif
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung
jawab
1. Kejelasan dak
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
178
didik.
3 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a. Guru bertanya jawab tentang
hal-hal yang belum diketahui
siswa
b. Guru bersama siswa bertanya
jawab meluruskan kesalah
pahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
a. Kerja keras
b. Kreatif
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung
jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
9. Mata Pelajaran Muatan Lokal
No Silabus dan RPP Nilai Karakter Rubrik Penilaian
1 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. Membaca buku sumber untuk
mencari pengertian.
b. Menguraikan jenis peralatan
dan produk jahit dan sulam
c. Melibatkan peserta didik
mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema
materi yang akan di pelajari
dengan menerapkan prinsip
alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber;
d. Menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran dan
sumber belajar lain.
e. Memfasilitasi terjadinya
interaksi antarpeserta didik
serta antar peserta didik
dengan guru, lingkungan dan
sumber belajar lainnya.
f. Melibatkan peserta didik
secara aktif dalam setiap
pembelajaran dan,
g. Memfasilitasi peserta didik
melakukan percobaan di
laboratorium studio atau
lapangan.
a. Kreatif
b. Kerja keras
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Peduli
lingkungan
f. Tanggung
jawab
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
2 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a. Kreatif
b. Kerja keras
1. Kejelasan dan
kedalaman
179
a. Memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun
tulisan.
b. Memberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut.
c. Mendeskripsikan fungsi
peralatan dan bahan.
d. Mengamati produk kerajinan
teknik jahit dan sulam , untuk
menentukan teknik dan
kualitas.
e. Memfasilitasi peserta didik
dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif.
f. Memfasilitasi peserta didik
berkompetensi secara
sehatuntuk meningkatkan
prestasi belajar.
g. Memfasilitasi peserta didik
membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis , secara
individual maupun kelompok.
h. Memfasilitasi peserta didik
untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok.
i. Memfasilitasi peserta didik
melakukan pameran,
turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan.
j. Memfasilitasi peserta didik
melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan
dan rasa percaya diri peserta
didik.
c. Rasa ingin tahu
d. Peduli sosial
e. Tanggung
jawab
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
kerapian
presentasi
4. Kerja sama
3 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru:
a. Memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap
a. Disiplin
b. Kreatif
c. Kerja keras
d. Rasa ingin tahu
e. Peduli sosial
f. Tanggung
1. Kejelasan dan
kedalaman
informasi
2. Keaktifan
dalam diskusi
3. Kejelasan dan
180
keberhasilan peserta didik.
b. Memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber.
c. Memfasilitasi peserta didik
melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan.
d. Memfasilitasi peserta didik
untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna
dalam memcapai kompetensi
dasar.
- Berfungsi sebagai
narasumber dan fasilitator
dalam menjawab
pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan,
dengan menggunakan
bahasa yang baku dan
benar.
- Membantu menyelesaikan
masalah.
- Memberikan acuan agar
peserta didik dapat
melakukan pengecekan
hasil eksplorasi.
- Memberi informasi untuk
bereksplorasi lebih jauh.
- Memberikan motivasi
kepada peserta didik yang
kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
jawab kerapian
presentasi
4. Kerja sama
5.4. Program Lingkungan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen Depdiknas), menetapkan bahwa
penyampaian mata ajar tentang kependudukan dan lingkungan hidup secara
integratif di tuangkan dalam kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan materi
181
kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam semua mata pelajaran pada tingkat
menengah umum dan kejuruan. Tahun 1989/1990 hingga 2007, Ditjen Dikdasmen
Depdiknas, melalui proyek Pendidikan Kependudukan dan lingkungan hidup
(PKLH) melaksanakan program pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
hidup; sedangkan sekolah berbudaya Lingkungan (SBL) mulai dikembangkan pada
tahun 2003 di 120 sekolah. sampai dengan berakhirnya tahun 2007, proyek PKLH
telah berhasil mengembangkan SBL di 470 sekolah, 4 lembaga Penjamin Mutu
(LPMP) dan 2 Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG), (Tim Adiwiyata:
2011).
(Kurikulum SMP N 4 Bantimurung: 2012/2013) menjelaskan bahwa;
tidak dapat dipungkiri dengan adanya kemajuan zaman dimana era sekarang
adalah era industrialisasi, keadaan lingkungan sudah begitu tercemarnya baik
udara, air maupun tanah. Selain pencemaran akibat industrialisasi, ternyata yang
menyumbang pencemaran lingkungan adalah perilaku masyarakat yang tidak
sehat, seperti penggunaan bungkus plastik dan membuangnya sembarangan
sehingga keadaan tanah dan sungai disekitar kita menjadi tidak sehat lagi.
Menyadari hal tersebut SMP Negeri 4 Bantimurung merasa terpanggil
untuk merubah karakter masyarakat sedini mungkin yaitu melalui pembelajaran
lingkungan hidup kepada seluruh masyarakat sekolah utamanya peserta didik.
Dalam melakukan program tersebut ada 3 kegiatan.
1. Melakukan kegiatan pagi bersih setiap hari mulai pukul 07.00 s/d 07.20
sebelum apel pagi.
182
2. Melakukan kegiatan jumat bersih pada setiap hari jumat jam 07.30 s/d
08.40.
3. Memberikan pembelajaran lingkungan hidup yang terintegrasi pada semua
mata pelajaran.
Oleh karena itu program peduli lingkungan di SMP Negeri 4 Bantimurung
dilaksanakan harian, dimulai pukul 07.00 sd 07.20 oleh semua warga sekolah
sesuai dengan lokasi masing-masing dengan membersihkan lingkungan, menata
taman, merawat taman, dan setiap siswa diwajibkan memelihara 1 tanaman.
5.5. Program Adiwiyata
Dengan melaksanakan program adiwiyata akan menciptakan warga sekolah,
khususnya peserta didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus
mendukung dan mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki karakter bangsa
terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan daerah. Dan untuk mencapai tujuan program
adiwiyata, maka di tetapkan 4 (empat) komponen yang menjadi satu kesatuan utuh
dalam mencapai sekolah adiyiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah;
1. Kebijakan berwawasan lingkungan
2. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan
3. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
4. Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.
Kemudian SMP Negeri 4 Bantimurung dengan berdasar petunjuk evaluasi
pencapaian adiwiyata untuk mencapai target menjadi sekolah adiwiyata dengan
183
melakukan keempat komponen dari prinsip dasar adiwiyata, dijelaskan dalam
tabel berikut:
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
Tabel di sini
198
B. PEMBAHASAN
5.6. Konsep Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan di SMP
Negeri 4 Bantimurung
5.6.1. Kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung
SMP Negeri 4 Bantimurung menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP: 2006) untuk kelas IX dan kurikulum 2013 untuk kelas VII dan
kelas VIII dengan mengintegrasikan pendidikan karakter. Kurikulum 2013
dirancang untuk memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam
perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar
kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar
keterampilan.
Penggunaan kurikulum di SMP Negeri 4 Bantimurung yang berbeda pada
tiap jenjang kelas yang berbeda dengan pertimbangan bahwa kurikulum 2013
harus di laksanakan dari tingkatan awal (kelas VII) agar pelaksanaannya mencapai
indikator yang di tentukan. Di tingkat Kelas IX tetap menggunakan KTSP karena
pencapaian indikator dari setiap mata pelajaran harus tuntas dan berkelanjutan.
Menurut Kepala Sekolah beserta seluruh guru mata pelajaran yang ada di
SMP Negeri 4 Bantimurung mengatakan bahwa, KTSP sudah mengintegrasikan
pendidikan karakter yang berbasis pendidikan lingkungan sebelum adanya
kurikulum 2013 atau lebih di kenal dengan kurikulum berkarakter. Oleh sebab itu
Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dari kurikulum sebelumnya (KTSP),
(Sariman, Kepsek, Wawancara; 8/10/2014).
199
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan di laksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan . pengembangannya harus berdasarkan
satuan pendidikan, potensi daerah, atau karakteristik daerah, sosial budaya
masyarakat setempat dan peserta didik. Pemberlakuan undang-undang Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menurut pelaksanaan
otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi
desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya
wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu
pada undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 36
mengenai standar nasional pendidikan, (Kurikulum SMPN 4 Bantimurung;
2012/2013).
Pada Bab II Pasal 3 di sebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. Dan pada Bab X Pasal 36 tentang kurikulum di nyatakan bahwa, (1)
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) kurikulum pada
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsif diverifikasi
200
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, (3) kurikulum
di susun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a) Peningkatan Iman dan Takwa, (b)
Peningkatan akhlak mulia, (c) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minsat
peserta didik, (d) Keragaman potensi daerah dan lingkungan, (e) Tuntutan
pembangunan daerah dan nasional, (f) Tuntutan dunia kerja, (g) Perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (h) Agama, (i) Dinamika perkembangan
global, dan (j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan, (Ulil Amri Syafri:
2012)
Berdasarkan kedua pasal dari Undang-undang Sisdiknas (Pasal 3 dan Pasal
36) sudah menjadi pedoman kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran di SMP
Negeri 4 Bantimurung. Dengan berdasarkan hal tersebut apabila proses
pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan baik dan profesional oleh
manajemen sekolah, maka tujuan dari pendidikan karakter dan harapan bangsa
Indonesia bisa tercapai dengan baik pula.
5.6.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
SMP Negeri 4 Bantimurung membuat RPP berdasarkan dari kurikulum,
dan silabus yang berlaku di jenjang pendidikan tersebut (KTSP dan Kurikulum
2013). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersusun, yaitu meliputi;
a. Kompetensi inti, Kompotensi Dasar dan Indikator
b. Tujuan pembelajaran
c. Materi
d. Pendekatan metode dan model pembelajaran
201
e. Media
f. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
g. Kegiatan penutup
h. Penilaian.
202
203
Dari hasil analisis Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dari sembilan (9) mata pelajaran yang terintegrasi pendidikan karakter melalui
pengelolaan lingkungan dari tujuh (7) nilai karakter yang menjadi indikator
sebagai tolok ukur dari penelitian ini, maka dapat di simpulkan bahwa mata
pelajaran yang paling banyak membentuk nilai karakter adalah: Pendidikan
Agama, PKn, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni
Budaya, Penjaskes, dan Muatan Lokal. Sedangkan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ada beberapa nilai
karakter yang tidak di bentuk dalam silabus dan RPP tersebut.
Kemudian dari sembilan mata pelajaran yang menjadi indikator sebagai
mata pelajaran yang mengintegrasikan pendidikan karakter melalui pengelolaan
lingkungan berdasarkan program adiwiyata, nilai karakter yang di kedepankan
adalah nilai karakter: (a) kreatif, (b) rasa ingin tahu, (c) peduli sosial, (d) peduli
lingkungan, dan (e) tanggung jawab. Dan berdasarkan observasi siswa di temukan
bahwa tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan sangat tinggi, dengan
senantiasa berusaha menjaga kebersihan lingkungan sekolah, baik itu dalam kelas
maupun di luar kelas. serta menjaga ketenangan dan ketentraman dalam proses
pembelajaran di sekolah agar berjalan lancar untuk mencapai tujuan yang sudah di
susun dan diatur bersama seluruh warga sekolah SMP Negeri 4 Bantimurung.
Sejalan dengan itu dengan berdasarkan Visi, Misi SMP Negeri 4
Bantimurung, maka tersusun tata tertib siswa dengan harapan memberikan rambu-
rambu yang jelas tentang norma, etika dan disiplin yang harus di patuhi oleh
peserta didik, sebagai berikut:
204
a. Pakaian seragam siswa
b. Kerapihan (Rambut, Kuku, Tato, Make up)
c. Masuk dan Pulang Sekolah
d. Kebersihan, kedisiplinan dan ketertiban
e. Sopan santun pergaulan
f. Upacara bendera dan peringatan hari-hari besar, dan
g. Larangan-larangan
5.7. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Program Adiwiyata
5.7.1. Pembelajaran
Proses pembelajaran di SMP Negeri 4 Bantimurung adalah
mengintegrasikan pendidikan karakter pada semua mata pelajaran yang ada,
namun proses pembelajaran masalah pengelolaan lingkungan hanya terintegrasi
pada sembilan mata pelajaran. Sehingga dalam penelitian ini mata pelajaran yang
menjadi indikator hanya sembilan (9) karena dari sembilan mata pelajaran itu
yang sudah mengintegrasikan pendidikan karakter dan pendidikan lingkungan.
SMP Negeri 4 Bantimurung menggunakan dua kurikulum yaitu:
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas IX dan kurikulum
2013 untuk kelas VII dan kelas VIII yang menjadi dasar dari proses
pembelajarannya. Dari Tahun Ajaran 2012/2013 SMP Negeri 4 Bantimurung
merupakan salah satu sekolah dari empat sekolah lainnya dengan jenjang sekolah
yang sama merupakan sekolah yang di jadikan uji coba dalam menggunakan
kurikulum 2013, sehingga sampai di tetapkannya penggunaan kurikulum 2013
205
untuk tahun ajaran 2013/2014 pada semua sekolah di seluruh Indonesia untuk
semua tingkatan, SMP Negeri 4 Bantimurung tetap mengakui bahwa tingkat
kesulitan dari kurikulum 2013 adalah pada tehnik penilaian terhadap peserta didik
dan persediaan buku-buku untuk peserta didik dan pendidik masih sangat terbatas,
sehingga saat ini Kurikulum 2013 di perpanjang masa transisinya.Tujuannya
adalah untuk mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi dasar pelaksanaan
Kurikulum 2013 dan dalam hal ini adalah kesiapan guru yang paling utama di
persiapkan. Akan tetapi SMP Negeri 4 Bantimurung masih tetap menggunakan
kurikulum 2013, karena akan menjadi sekolah percontohan untuk penggunaan
kurikulum 2013 di Kabupaten Maros, (wawancara Kepsek SMPN 4 Bantimurung:
15/ 12/ 2014).
Oleh karena adanya aturan bahwa tidak di perbolehkan pihak sekolah
menyiapkan buku-buku tersebut. Pihak sekolah hanya menunggu di datangkan
dari Kemendiknas, dan apabila ada sekolah yang berani melanggar aturan yang
sudah di tentukan maka akan di kenakan sanksi sesuai dengan aturan yang
berlaku. Meskipun demikian tetap ada beberapa sekolah di Kabupaten Maros
yang berani meng-adakan buku-buku tersebut dengan pertimbangan bahwa
adanya aturan akademik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pencapaian hasil
yang sudah di tentukan di setiap program yang berlaku. Dan sikap yang seperti ini
tidak di halangi oleh pejabat Dinas Pendidikan karena dianggap wajar. Sehingga
sekolah yang berani mengambil langkah seperti ini di nilai bahwa sekolah yang
memiliki kepala sekolah (pemimpin setengah gila) karena memiliki keberanian
seperti itu. Dan menurutnya pula bahwa menghadapi situasi seperti itu memang di
206
butuhkan pemimpin yang punya keberanian dan bukan pemimpin yang hanya
diam menunggu karena takut melanggar aturan yang bisa jadi akan menjadi
taruhan bagi jabatan mereka, demi kelancaran program pendidikan di Kabupaten
Maros pada khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya., (wawancara Kabag
Dinas Pendidikan: oktober 2014).
Menganalisis hasil wawancara dari kepala sekolah SMP Negeri 4
Bantimurung serta wawancara dari Kepala Bagian Kurikulum Dinas Pendidikan
Kabupaten Maros, peneliti berkesimpulan bahwa untuk meningkatkan pendidikan
secara maksimal dan lebih baik di Kabupaten Maros, maka dibutuhkan usaha dan
keberanian untuk mengambil suatu keputusan demi kepentingan bersama baik
untuk pemerintahan daerah maupun generasi penerus Bangsa. Seorang pendidik
yang profesional, cerdas dan berkarakter sangat di butuhkan di bidang pendidikan,
akan tetapi kesemuanya itu harus di landasi dengan keikhlasan dan keberanian.
Proses pembelajaran kurikulum 2013 merupakan lanjutan dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP: 2006).
Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 4 Bantimurung
sebagai berikut:
a. Pendahuluan (10 menit)
1. Memeriksa kehadiran dan kesiapan peserta didik.
2. Apersepsi: sesuai materi yang akan diajarkan pada hari itu dengan
menunjukkan contoh untuk membangkitkan minat peserta didik.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
207
b. Kegiatan Inti (100 menit)
Dalam kegiatan inti, peserta didik melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Merumuskan masalah-masalah pokok.
2. Mengumpulkan data.
3. Menganalisis data dan menyimpulkan.
c. Penutup
Kegiatan penutup mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru bersama-sama peserta didik menyimpulkan pemahaman tentang
materi yang di pelajari
2. Guru bersama-sama peserta didik melakukan refleksi tentang proses dan
hasil pembelajaran yang telah di capai.
3. Guru memberikan tugas individual untuk menyiapkan bahan dan alat
untuk pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
208
209
Berdasarkan hasil analisis proses pembelajaran dari sembilan mata
pelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam pengelolaan
lingkungan dengan 7 nilai karakter yang menjadi indikator dari penelitian ini,
dapat di simpulkan bahwa; nilai karakter terbentuk dalam proses pembelajaran
yang tertinggi adalah nilai karakter ( peduli sosial, peduli lingkungan, dan
tanggung jawab). Sedangkan nilai karakter terbentuk yang terendah adalah nilai
karakter (kreatif, rasa ingin tahu). Kemudian pada mata pelajaran yang
memberikan distribusi membentuk nilai karakter yang tertinggi adalah mata
pelajaran; Pendidikan Agama, dan Muatan Lokal. Dan mata pelajaran yang
memberikan distribusi dalam membentuk karakter terendah adalah mata pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Sedangkan pada mata
pelajaran lainnya (PKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Seni Budaya dan Teknologi
Informasi dan Komunikasi memberikan distribusi dalam membentuk nilai
karakter sedang pada proses pembelajaran tersebut.
Oleh karena itu pengembangan atau pembentukan karakter di yakini perlu
dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi
pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. tujuan pendidikan
karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan
Kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta
didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal
yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup.
Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan
lingkungannya, (Gunawan: 2012).
210
Russel Williams, menggambarkan karakter laksana “otot”, yang akan
menjadi lembek jika tidak dilatih. Dengan latihan demi latihan, maka “otot-otot”
karakter akan menjadi kuat dan akan mewujud menjadi kebiasaan (habit). Orang
yang berkarakter tidak melaksanakan suatu aktivitas karena takut akan hukuman,
tetapi karena mencintai kebaikan (loving the good). Karena cinta itulah, maka
muncul keinginan untuk berbuat baik (desiring the good) ( Adian Husaini, 2010).
Berdasarkan pembahasan dari hasil observasi di lapangan dan hasil
penelitian lain, kemudian pendapat Russel Williams dalam tulisan Adian Husaini,
maka dapat disimpulkan bahwa karakter peserta didik dapat di bentuk dengan
melalui wadah pendidikan di sekolah dengan senantiasa dilatih dan dilatih yang
akan mewujud menjadi kebiasaan dalam pembentukan karakternya, agar dapat
memunculkan keinginannya untuk melakukan nilai-nilai karakter yang baik serta
menjadi anak-anak yang baik pula (insan kamil) sesuai dengan tujuan dari
pendidikan karakter dan harapan bangsa sebagai generasi penerus.
5.7.2. Sekolah Adiwiyata
Pendidikan Lingkungan Hidup yang dikembangkan oleh Kementerian
Negara Lingkungan Hidup (KNLH) sejak tahun 2006 melalui program Adiwiyata
merupakan lanjutan dari program pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup (PKLH), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang perlu disinergikan di pusat,
provinsi dan kabupaten/kota. Dan untuk mempercepat pencapaian dan sekaligus
penyebaran pelaksanaan program adiwiyata pada pendidikan menengah dapat
211
dibentuk pilot-project atau percontohan sekolah Adiwiyata, ( Tim Adiwiyata:
2011).
SMP Negeri 4 Bantimurung adalah binaan dari SMP Negeri 2 Maros dan
kemudian menjadi pilot project atau percontohan sekolah adiwiyata tahun ajaran
2012/2013, dan tahun ajaran 2013/2014 sudah menjadi sekolah adiwiyata tingkat
nasional yang kemudian sudah berhak membina tiga sekolah lainnya yang ada di
kabupaten Maros. Dan menurut kepala sekolah SMP Negeri 4 Bantimurung
bahwa pada tanggal 22 desember 2014 adalah penerimaan sertifikat dari
kementerian lingkungan hidup (tim adiwiyata) di Jakarta dan akan dihadiri oleh
kepala sekolah SMP Negeri 4 Bantimurung tersebut, (wawancara Kepala Sekolah
SMPN 4 Bantimurung).
Melihat persoalan lingkungan hidup yang terjadi dan kapasitas
sumberdaya manusia yang memanfaatkan dan mengelola lingkungan hidup, maka
program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah perlu terus dikembangkan dalam memberikan pemahaman,
penyadaran, dan tuntunan kepada siswa dalam bersikap dan berperilaku peduli
dan berbudaya lingkungan. Oleh karena itu, kami menyambut baik upaya yang
dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup melalui program Adiwiyata, program
ini perlu mendapat dukungan dan partisipasi semua pemangku pendidikan untuk
mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, ( Tim Adiwiyata: 2011).
Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah SMP Negeri 4 Bantimurung
dan penjelasan dari tim adiwiyata dalam buku panduan adiwiyata, peneliti
berkesimpulan bahwa perlu adanya keberanian dan kerjasama yang baik di dalam
212
melaksanakan program adiwiyata di sekolah tingkat dasar dan menengah. Untuk
mendapatkan hasil yang baik maka harus terus dikembangkan pemahaman,
penyadaran dan senantiasa menuntun peserta didik dalam bersikap dan
berperilaku peduli dan berbudaya lingkungan di sekolah tersebut.
(Tim Adiwiyata: 2011) menyatakan; Dengan melihat perkembangan
adiwiyata dari tahun 2006-2011 yang baru mencapai 95 SD/ MI se-Indonesia dan
82 SMP dari 50.760 SMP/MTs se-Indonesia, maka terlihat bahwa masih sedikit
sekolah (SD dan SMP) yang ikut menyelenggarakan program adiwiyata. Oleh
karena itu, para pemangku pendidikan di pusat dan di daerah baik tingkat provinsi
maupun di tingkat kabupaten/kota diharapkan dapat bekerjasama dan bahu
membahu dengan pihak lainnya untuk melaksanakan pengelolaan dan
menyukseskan program Adiwiyata.
Dengan melaksanakan program adiwiyata akan menciptakan warga
sekolah, khususnya peserta didik yang peduli dan berbudaya lingkungan,
sekaligus mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki
karakter bangsa terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya
dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Adiwiyata mempunyai pengertian
atau makna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala
ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang etika yang dapat menjadi
dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada
cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Tujuan program adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
213
melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan. Kemudian pelaksanaan program adiwiyata diletakkan pada dua
prinsip dasar, meliput: (1) partisipatif: Komunitas sekolah terlibat manajemen
sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sesuai tanggung jawab dan peran, (2) berkelanjutan; seluruh kegiatan harus
dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif.
Untuk mencapai tujuan program adiwiyata, maka di tetapkan 4 (empat)
komponen progran yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai sekolah
adiwiyata, keempat komponen tersebut adalah; (1) kebijakan berwawasan
lingkungan, (2) pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, (3) kegiatan
lingkungan berbasis partisifatip, (4) pengelolaan sarana pendukung ramah
lingkungan. Adapun keuntungan mengikuti program adiwiyata, adalah sebagai
berikut:
1. Mendukung pencapaian standar kompetensi / kompetensi dasar dan
standar kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.
2. Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui
penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan
energi.
3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar
yang lebih nyaman dan kondusif.
4. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah
dan masyarakat sekitar.
214
5. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan
pelestarian fungsi lingkungan di sekolah.
Sebagai upaya menanamkan nilai budaya dan peduli lingkungan di
sekolah yang lebih banyak di wilayah Indonesia, maka perlu ditetapkan sebuah
target pencapaiannya. Target pencapaian jumlah sekolah adiwiyata dari tahun
2012 sampai tahun 2014 adalah 6.480 sekolah, sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 5.3
Target Pencapaian Program Adiwiyata Tahun 2012-2014
No Sekolah 2012 2013 2014 Total
1 SD/MI 1x540
Kab/Kota
1x540
Kab/Kota
1x540
Kab/Kota 1.620 Sekolah
2 SMP/MTs 1x540
Kab/Kota
1X540
Kab/Kota
1X540
Kab/Kota 1.620 Sekolah
3 SMA/MA 1x540
Kab/Kota
1x540
Kab/Kota
1x540
Kab/Kota 1.620 Sekolah
4 SMK 1x540
Kab/Kota
1x540
Kab/Kota
1x540
Kab/Kota 1.620 Sekolah
TOTAL 2.160 Sekolah 2.160 Sekolah 2.160 Sekolah 6.480 Sekolah
Target pencapaian program adiwiyata tersebut di atas direncanakan dengan dasar
pemikiran bahwa:
1. Propinsi diharapkan mendorong semua kabupaten /kota melaksanakan 4
sekolah masing-masing mendorong semua kabupaten/kota melaksanakan 4
sekolah setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD, SMP, SMA,
SMK) mulai tahun 2012, maka tahun 2012-2014 akan tercapai perolehan
adiwiyata 6.480 sekolah.
215
2. Dengan target pencapaian setiap kabupaten/kota 4 sekolah pada setiap jenjang
pendidikan akan memudahkan pembinaan dan pembiayaan untuk mencapai
sekolah adiwiyata.
Kemudian pelaksanaan program adiwiyata terdiri dari tim nasional,
propinsi, kabupaten/kota juga di sekolah. Unsur dan peran masing-masing tim
seperti tercantum dibawah ini:
1. Tim Nasional
Terdiri dari berbagai unsur sebagai berikut: Kementerian Lingkungan Hidup
(koordinator), Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Agama, LSM Pendidikan lingkungan, perguruan tinggi,
media serta swasta. Tim tingkat nasional ditetapkan melalui surat keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Peran dan tugas pokok dari tim nasional adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kebijakan, program, panduan, materi pembinaan dan
instrumen observasi.
b. Melskukan koordinasi dengan pusat pengelolaan ekoregion (PPE) dan
Propinsi.
c. Melakukan sosialisasi program dengan propinsi
d. Melakukan bimbingan teknis kepada tim propinsi dalam rangka
pembinaan sekolah
e. Menetapkan penghargaan sekolah adiwiyata tingkat nasional
216
f. Melakukan evaluasi dan pelaporan keterlaksanaan program adiwiyata
kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup tembusan kepada menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Tim propinsi
Terdiri dari berbagai unsur sebagai berikut: Badan lingkungan Hidup Propinsi
(Koordinator), Dinas pendidikan, Kanwil Agama, LSM pendidikan
lingkungan, media massa, perguruan tinggi serta swasta, tim propinsi
ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur.
Peran dan tugas pokok dari tim propinsi adalah sebagai berikut;
a. Mengembangkan program adiwiyata tingkat propinsi
b. Koordinasi dengan Kabupaten/kota
c. Melakukan sosialisasi program ke kabupaten/kota
d. Bimbingan teknis kepada kabupaten/kota dalam rangka pembinaan
sekolah.
e. Membuat pilot project untuk 4 satuan pendidikan yang berbeda (SD,
SMP, SMA, SMK) setiap propinsi.
f. Menetapkan penghargaan sekolah adiwiyata tingkat propinsi.
g. Melakukan evaluasi dan pelaporan keterlaksanaan program adiwiyata
kepada Gubernur tembusan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup.
3. Tim Kabupaten/Kota
Terdiri dari berbagai unsur sebagai berikut: Badan Lingkungan
Kabupaten/kota (koordinator), dinas pendidikan, Kantor Agama, LSM
217
pendidikan lingkungan, media, perguruan tinggi, swasta, sekolah adiwiyata
mandiri. Tim kabupaten ditetapkan melalui surat keputusan Bupati/Walikota.
Peran dan tugas pokok dari tim kabupaten/kota adalah sebagai berikut;
a. Mengembangkan/melaksanakan program adiwiyata tingkat
kabupaten/kota.
b. Sosialisasi program adiwiyata kepada sekolah.
c. Bimbingan teknis kepada sekolah.
d. Membuat pilot project untuk satuan pendidikan yang berbeda (SD, SMP,
SMA, SMK) setiap kabupaten/kota.
e. Menetapkan penghargaan sekolah adiwiyata tingkat kabupaten/kota.
f. Melakukan evaluasi dan pelaporan keterlaksanaan program adiwiyata
kepada Bupati/Walikota tembusan kepada Badan Lingkungan Hidup
Propinsi.
4. Tim Sekolah
Terdiri dari berbagai unsur sebagai berikut: guru, siswa dan komite sekolah
Tim sekolah ditetapkan melalui SK kepala sekolah.
Peran dan tugas sekolah dari tim sekolah adalah sebagai berikut;
a. Mengkaji kondisi lingkungan hidup sekolah, kebijakan sekolah,
kurikulum sekolah, kegiatan sekolah, dan sarana prasarana.
b. Membuat rencana kerja dan mengalokasikan anggaran sekolah
berdasarkan hasil kajian tersebut di atas, dan disesuaikan dengan
komponen, standar, dan implementasi adiwiyata.
c. Melaksanakan rencana kerja sekolah
218
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi.
e. Menyampaikan laporan kepala sekolah tembusan Badan Lingkungan
Hidup kabupaten/kota dan instansi terkait.
Untuk mencapai tujuan program yang telah ditetapkan dalam panduan
ini, maka diperlukan dukungan pembiayaan untuk pelaksanaan pembinaan dan
pemberian penghargaan adiwiyata yang diperoleh dari berbagai sumber antara
lain:
a. Anggaran pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/ Kota.
b. Sumber lain yang tidak mengikat mengikat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Target pencapaian pembinaan 2012-2014
a. 33 propinsi melakukan pembinaan (sosialisasi dan bimbingan teknis)
kepada seluruh kabupaten/kota diwilayahnya.
b. Setiap kabupaten/kota melakukan pembinaan (sosialisasi dan bimbingan
teknis) sejumlah 2,5% dari total sekolah disetiap jenjang pendidikan dasar
dan menengah (SD, SMP, SMA, SMK) di wilayahnya.
SMP Negeri 4 Bantimurung saat ini sudah berada di posisi sekolah
adiwiyata tingkat nasional, setelah dilakukan observasi lapangan dan berdasarkan
matrik rekapitulasi evaluasi hasil pelaksanaan program adiwiyata, dan tim
adiwiyata nasional menetapkan nilai pencapaian sekolah dinyatakan telah
memenuhi standar nilai untuk mendapatkan penghargaan sebagai sekolah
219
adiwiyata tingkat nasional, (wawancara kepala sekolah SMPN 4 Bantimurung:
2014).
Maka tugas dari SMP Negeri 4 Bantimurung setelah mendapatkan
penghargaan dari tim adiwiyata nasional, sebagaimana dijelaskan dalam buku
panduan tim adiwiyata, sebagai berikut;
a. Tim Nasional menetapkan jenjang dan jumlah sekolah yang akan
dilakukan observasi lapangan berdasarkan usulan propinsi.
b. Calon sekolah adiwiyata nasional yang terpilih, dilakukan observasi
lapangan
c. Berdasarkan matrik rekapitulasi evaluasi hasil pelaksanaan program
adiwiyata, tim adiwiyata nasional menetapkan nilai pencapaian sekolah.
d. Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah adiwiyata
nasional apabila mencapai nilai minimal 72, yaitu 90% dari total nilai
maksimal (80).
Kemudian hasil pengumpulan data dari Dinas Pendidikan yang
dilakukan peneliti, maka berdasarkan keputusan Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Maros, NOMOR: 800/11/KPTS/DISDIK/2014, menetapkan nama
sekolah binaan/IMBAS, yaitu: SMPN 5 Mandai, SDN 2 Unggulan dan SMAN 4
Bantimurung sebagai calon sekolah adiwiyata Mandiri, dijelaskan dalam tabel
berikut:
220
Tabel 5.4
Binaan SMP Negeri 5 Mandai
No Nama Sekolah Kecamatan Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
SD Angkasa 1
SMP PGRI 3 Maros
SMA Angkasa
SMP Negeri 16 Mandai
SD Negeri 154 Tumalia
SMP IT Darus Istiqamah Putri
SD 179 Inpres Batangase
SD Negeri 103 Inpres Hasanuddin
SD 178 Bontoa
SD Angkasa 3
SMP Angkasa
Mandai
Mandai
Mandai
Mandai
Turikale
Turikale
Mandai
Mandai
Mandai
Mandai
Mandai
Tabel 5.5
Binaan SMA Negeri 4 Bantimurung
No Nama Sekolah Kecamatan Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
SMA Negeri 5 Tanralili
SMA Negeri 12 Cenrana
SMK Negeri 2 Simbang
SMP Negeri 15 Simbang
SMP Negeri 10 Bantimurung
SMP Negeri 22 Bantimurung
SD Negeri 1 Pakalu
SD Negeri 105 Alatengae
MA Darul Ulum Bantimurung
MA III Simbang
Tanralili
Cenrana
Simbang
Simbang
Bantimurung
Bantimurung
Bantimurung
Bantimurung
Bantimurung
Simbang
221
Tabel 5.6
Binaan SD Negeri 2 Unggulan Maros
No Nama Sekolah Kecamatan Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
SD Negeri 191 Inpres Baruga
SD Negeri 142 Talamangape
SD Negeri 112 Turikale
SD 111 Inpres Polejiwa
SD Negeri 39 Kassi
SD 216 Inpres Kassi
SD Negeri 125 Marampesu
SD Negeri Belang-Belang
SD 241 Perumnas Tumalia
SD Negeri 227 Bonto Cina
Bantimurung
Lau
Turikale
Turikale
Turikale
Turikale
Turikale
Lau
Turikale
Turikale
Berdasarkan hasil analisis dari dokumen Dinas pendidikan Kabupaten
Maros, menunjukkan bahwa ketiga sekolah yang menjadi calon sekolah adiwiyata
mandiri dapat di simpulkan bahwa apabila benar-benar dapat terlaksana dalam
membina 31 sekolah dari ketiga sekolah adiwiyata mandiri, maka semakin banyak
sekolah yang mengikuti dan melaksanakan program adiwiyata, dan semakin
tercipta sikap peduli dan berbudaya lingkungan yang diharapkan akan semakin
baik kualitas lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Dengan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan dan mendukung
program adiwiyata, maka akan terjadi perubahan perilaku yang berbuday
lingkungan, peningkatan kulaitas sumber daya manusia dan kualitas lingkungan
hidup, yang akan mendukung perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
menuju pembangunan berkelanjutan di daerah.
222
Dengan berdasarkan hasil wawancara serta dari tim adiwiyata dalam buku
panduan adiwiyata, maka akan nampak gambaran karakter yang mencerminkan
akhlak yang baik sesuai dengan harapan bangsa dan negara terhadap generasi
penerus. Dengan mendukung program adiwiyata adalah mengajarkan kepada
peserta didik untuk melindungi, mengelola, melestarikan dan memanfaatkan serta
meningkatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam serta kualitas
lingkungan hidup yang ada disekitarnya.
5.8. Evaluasi Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan program Adiwiyata
5.8.1. Sarana/Prasarana
SMP Negeri 4 Bantimurung memiliki luas tanah mencapai 8.692 m2,
yang didalamnya terdapat bangunan ruang belajar 24 ruang. Laboratorium IPA 2
ruang, perpustakaan 1 ruang, laboratorium komputer 2 ruang, masjid yang dapat
menampung ± 200 jamaah, ruang osis 1 ruang, kamar mandi/wc peserta didik 6
ruang, dan sebuah ruang kantin kejujuran serta ruang koperasi guru dan pegawai.
SMP Negeri 4 Bantimurung berlokasi sangat strategis karena berdekatan
dengan tempat wisata permandian alam bantimurung yang sangat terkenal baik di
dalam maupun di luar Negeri sehingga sangat menguntungkan apabila
dimanfaatkan sebaik-baiknya karena dapat digunakan sebagai tempat bekerjasama
untuk belajar lapangan bagi peserta didik yang berminat di bidang pariwisata.
Selain itu, SMP Negeri 4 Bantimurung juga berdekatan dengan taman nasional
Bantimurung Bulusaraung yang syarat dengan ilmu pengetahuan.
223
Kemudian peran serta Dinas Pendidikan Kabupaten Maros dalam
penyelenggaraan pendidikan yang baik di SMP Negeri 4 Bantimurung sangat
dirasakan misalnya dengan diadakannya monitoring dan evaluasi kinerja pendidk
maupun tenaga kependidikan, sehingga lebih memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada. Selajutnya asosiasi profesi yang ada baik di sekolah seperti
MGMPS maupun di tingkat Kabupaten seperti MGMP, manfaatnya sangat
dirasakan oleh pendidik di SMP Negeri 4 Bantimurung, karena melalui wadah
tersebut para pendidik dapat bertukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi yang harus disiapkan maupun kesulitan-kesulitan materi
pembelajaran yang dialami pada saat pembelajaran.
Untuk mendukung terlaksananya program dengan baik, maka perlu
dibuatkan instrumen. Instrumen yang sudah dikembangkan di SMP Negeri 4
Bantimurung antara lain analisis hasil penilaian, analisis butir soal, analisis
kegiatan pengembangan SDM, analisis program lingkungan.
Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di kelas, guru
adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian,
guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya,
yakni mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru bertugas mengukur
siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru
sesuai dengan tujuan yang dirumuskan, (Arikunto : 2009).
Berdasarkan hasil penjelasan dari kurikulum SMP Negeri 4 Bantimurung
dan dari hasil penelitian Suharsimi Arikunto (2009) mengenai evaluasi dalam
pendidikan dapat di simpulkan bahwa kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum
224
2013 tehnik penilaian dan evaluasi pendidikan tidak terlepas dari sarana dan
prasarana yang ada di sekolah tersebut. Karena guru adalah merupakan pihak
yang bertanggung jawab atas hasil pembelajaran peserta didik dari segala aspek.
Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan tehnik evaluasi bagi peserta didik
mencakup tiga ranah (kognitif, afektif dan psikomotorik).
225
226
Berdasarkan hasil analisa dari tabel evaluasi pembelajaran dengan tujuh
nilai karakter sebagai indikator dari penelitian tersebut dan sembilan mata
pelajaran yang menjadi tolok ukur dalam pelaksanaan ke tujuh nilai karakter
sebagai indikator, maka dapat di lihat karakter yang terbentuk dalam proses
pembelajaran di SMP Negeri 4 Bantimurung yaitu mulai dari nilai karakter yang
mempunyai nilai tertinggi sampai nilai karakter yang terendah. Pada Mata
pelajaran Pendidikan Agama membentuk nilai karakter yang tertinggi adalah,
tanggung jawab dengan mendapatkan penilaian dari hasil evaluasi 100 %,
sedangkan dalam pembentukan karakter; disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu dan
peduli sosial mendapatkan penilaian dari hasil evaluasi pembelajaran antara 80%
hingga 95 %, sementara pembentukan nilai karakter yang terendah adalah, kreatif
dengan nilai 10 % dan nilai karakter peduli lingkungan dengan nilai 30 %.
Dengan melihat hasil analisa dari mata pelajaran Pendidikan Agama dapat
disimpulkan bahwa pembentukan nilai karakter yang terlaksana dalam proses
pembelajaran belum merata, dengan membatasi hanya dari satu aspek nilai
karakter yang dibentuk yaitu tanggung jawab, sementara aspek-aspek yang
lainnya seperti aspek nilai karakter; kreatif dan peduli lingkungan yang sangat
jauh perbedaan pelaksanaannya dengan nilai karakter tanggung jawab, disiplin,
kerja keras, rasa ingin tahu dan peduli sosial. Padahal dengan kehadiran program
adiwiyata di SMP Negeri 4 Bantimurung yang diharapkan kepedulian lingkungan
semestinya berada pada pembentukan nilai karakter tertinggi sesuai dengan
keinginan adiwiyata itu sendiri. Itu berarti bahwa penilaian tim adiwiyata terhadap
SMP Negeri 4 Bantimurung dengan memberikan penghargaan sebagai sekolah
227
adiwiyata tingkat nasional tidak berdasar pada nilai karakter bangsa, dan
penilaiannya hanya terbatas pada lingkungan seutuhnya. Dimana semestinya
penilaian terhadap lingkungan harus berdasarkan dari sikap dan perilaku pada
peserta didik dan pendidik yang mencerminkan akhlak yang mulia dalam
kepedulian terhadap lingkungannya.
Pada mata pelajaran kedua adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
pembentukan nilai karakter pada proses pembelajaran dapat di lihat dari hasil
evaluasi adalah pembentukan nilai karakter tertinggi yaitu nilai karakter; peduli
sosial dan tanggung jawab dengan hasil evaluasi 100 %. Sementara pada
pembentukan nilai karakter sedang adalah, kerja keras, kreatif dan rasa ingin tahu
dengan hasil evaluasi 85 %, kemudian pembentukan nilai karakter terendah adalah
disiplin dengan nilai 60 % dan peduli lingkungan 40 %.
Dari hasil analisa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan dalam membentuk nilai karakter
jika di bandingkan dengan Pendidikan Agama. Pembentukan nilai karakter yang
tertinggi yaitu peduli sosial dan tanggung jawab, sementara pada aspek nilai
karakter peduli lingkungan sudah mulai nampak nilai karakternya. Jadi
keberadaan program adiwiyata sudah bisa di maknai sesuai dengan harapan
bangsa dan negara.
Pada mata pelajaran ketiga adalah Bahasa Indonesia, pembentukan nilai
karakter dalam proses pembelajaran dapat diketahui melalui hasil evaluasi yaitu
nilai karakter tertinggi yang terbentuk adalah; kerja keras, peduli sosial, dan
tanggung jawab dengan nilai 100 %, sementara pada pembentukan nilai karakter
228
sedang terdapat pada nilai karakter kreatif dengan nilai 95%, sedangkan
pembentukan nilai karakter terendah adalah rasa ingin tahu dengan nilai 70%.
Kemudian pembentukan nilai karakter disiplin dan peduli lingkungan 0%.
Berdasarkan hasil analisa dari mata pelajaran Bahasa Indonesia telah
membentuk tiga aspek nilai karakter tertinggi yaitu; kerja keras, peduli sosial, dan
tanggung jawab. Akan tetapi yang tidak terbentuk sama sekali adalah dari aspek
nilai karakter disiplin dan peduli lingkungan. Itu berarti bahwa pada mata
pelajaran bahasa indonesia sikap dan perilaku peserta didik terhadap aspek nilai
karakter kedisiplinan dan kepeduliannya terhadap lingkungan belum ada. Oleh
karena itu dengan kehadiran program adiwiyata yang memberikan penghargaan
menjadi sekolah adiwiyata pada posisi tingkat nasional semestinya aspek disiplin
dan peduli lingkungan harus lebih baik dari sebelumnya.
Mata pelajaran keempat adalah Ilmu Pengetahuan Alam, dalam proses
pembelajarannya pembentukan nilai karkater yang tertinggi adalah, rasa ingin
tahu, peduli sosial, tanggung jawab dengan nilai 100 %, sementara nilai karakter
pada tingkat sedang yang terbentuk adalah nilai karakter kerja keras, kreatif dan
peduli lingkungan dengan nilai antara 85 % hingga 95%, sedangkan nilai karakter
terendah yang terbentuk adalah disiplin dengan nilai 10%.
Berdasarkan hasil analisa dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA)dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajarannya telah membentuk
tiga aspek nilai karakter tertinggi yaitu, rasa ingin tahu, peduli sosial dan tanggung
jawab. Hal ini menggambarkan bahwa pada mata pelajaran IPA telah memberikan
pembentukan aspek nilai karakter pada peserta didik yang lebih baik tanpa
229
mengurangi aspek-aspek lainnya pada proses pembelajaran tersebut. sedangkan
aspek nilai karakter kerja keras, kreatif, peduli lingkungan dan disiplin dalam
mata pelajaran pendidikan ilmu pengetahuan alam sudah memberikan
pembentukan aspek nilai karakter yang tidak jauh beda dengan pembentukan nilai
karakter; rasa ingin tahu, peduli sosial dan tanggung jawab. Itu berarti bahwa pada
mata pelajaran IPA telah mampu memberikan pembentukan nilai karakter secara
keseluruhan pada peserta didik dengan merata dan maksimal sesuai dengan
pendidikan karakter dan keberadaan dari program adiwiyata.
Mata pelajaran kelima Ilmu Pengetahuan Sosial, dalam proses
pembelajarannya yang membentuk nilai karakter yang tertinggi adalah, rasa ingin
tahu, peduli sosial, dan tanggung jawab dari evaluasi dengan nilai 100 %,
sementara pembentukan nilai karakter sedang yaitu, kreatif, kerja keras, dan
peduli lingkungan dengan nilai 85-95%, sedangkan pembentukan nilai karkater
terendah terdapat pada nilai karakter disiplin dengan nilai 10 %.
Berdasarkan hasil analisa dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dalam pembentukan nilai karakter pada proses pembelajarannya, hampir
sama dengan nilai karakter yang terbentuk dari proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Oleh sebab itu, pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial telah membentuk sikap dan perilaku peserta didik dengan berdasarkan
aspek nilai karakter dan program adiwiyata.
Mata pelajaran keenam Seni Budaya, dalam proses pembelajarannya yang
membentuk nilai karakter tertinggi adalah, kreatif, peduli sosial, dan tanggung
jawab dari hasil evaluasi mempunyai nilai 100 %, sementara pembentukan nilai
230
karkater sedang yaitu, rasa ingin tahu dan peduli lingkungan dengan nilai 70-95%,
sedangkan pembentukan nilai karakter terendah adalah, disiplin dan kerja keras
dengan nilai 10-50 %.
Berdasarkan hasil analisa dari mata pelajaran seni budaya dapat
disimpulkan bahwa pada proses pembelajarannya aspek nilai karakter, kreatif,
peduli sosial, tanggung jawab, dan peduli lingkungan sudah dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan hasil evaluasi pembelajaran. Meskipun dari aspek nilai
karakter, disiplin, kerja keras dan rasa ingin tahu belum bisa terlaksana sesuai
dengan harapan pendidikan karakter, akan tetapi setidaknya sudah ada usaha
untuk memberikan pembelajaran pada peserta didik.
Mata pelajaran ketujuh Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesenian, dalam
proses pembelajarannya membentuk nilai karakter tertinggi yaitu, tanggung jawab
dari hasil evaluasi dengan nilai 100%, sementara pembentukan nilai karakter
sedang adalah terdapat pada nilai karakter, kerja keras, kreatif dan peduli sosial,
dengan hasil evaluasi 85-95%, sedangkan nilai karakter yang terendah pada
proses pembelajarannya adalah nilai karakter, peduli lingkungan, rasa ingin tahu,
dan disiplin dengan nilai 20%, 30%, dan 50%. Mata pelajaran kedelapan
Teknologi Informasi dan komunikasi pada proses pembelajarannya membentuk
nilai karakter tertinggi terdapat pada nilai karakter, kerja keras, kreatif, rasa ingin
tahu, peduli sosial dan tanggung jawab dari hasil evaluasi memperoleh nilai
100%, sedangkan nilai karakter disiplin dan peduli lingkungan tidak membentuk
nilai karakter atau dengan nilai 0%.
231
Berdasarkan hasil analisa dari mata pelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan (PJOK), dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan ketujuh
nilai karakter yang menjadi indikator dari penelitian ini, proses pembelajaran
dalam pembentukan nilai karakter belum menggambarkan nilai yang signifikan
dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut. sebab jika di bandingkan dengan mata
pelajaran seni budaya pada proses pembelajarannya PJOK masih kurang peduli
dengan pembentukan nilai-nilai karakter yang di harapkan. Padahal semestinya
tingkat kepedulian terhadap lingkungan pada khususnya, bisa lebih di perhatikan
apalagi dengan adanya program adiwiyata di SMP Negeri 4 tersebut. apalagi
setelah SMP Negeri 4 Bantimurung sudah masuk kategori sekolah adiwiyata
tingkat nasional pada saat sekarang ini.
Kemudian pada mata pelajaran kesembilan Muatan Lokal, dalam proses
pembelajarannya mempunyai nilai karakter tertinggi terdapat pada nilai karakter,
kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, peduli sosial, dan tanggung jawab dari hasil
evaluasi dengan nilai 100%, sedangkan pada nilai karakter, disiplin dan peduli
lingkungan tidak terdapat pembentukan nilai karakter atau memperoleh nilai 0%.
Berdasarkan hasil analisa pada mata pelajaran muatan lokal dapat
disimpulkan bahwa mulai dari karakter kerja, kreatif, rasa ingin tahu, peduli
sosial, dan tanggung jawab sudah terlaksana melalui proses pembelajarannya,
akan tetapi pelaksanaan proses pembelajaran dari aspek nilai karakter disiplin dan
peduli limgkungan belum di laksanakan, padahal keberadaan program adiwiyata
di SMP Negeri 4 Bantimurung diharapkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan
232
sudah menggambarkan adanya nilai karakter dari sikap dan perilaku peserta didik
terhadap lingkungan sekitarnya.
Hasil analisis dari evaluasi proses pembelajaran nilai karakter tertinggi
dari sembilan mata pelajaran yang menjadi indikator dari penelitian ini adalah
nilai karakter “tanggung jawab” dengan nilai 900 atau 1,285%, sedangkan
pembentukan nilai karakter terendah dari hasil evaluasi proses pembelajaran
adalah nilai karakter “disiplin” dengan jumlah nilai 220 atau 0,314%. Untuk mata
pelajaran yang terbanyak membentuk nilai karakter pada proses pembelajaran
adalah mata pelajaran “Ilmu Pengetahuan Alam” dengan total nilai 585 atau 0,835
%, kemudian disusul mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan total nilai
575 atau 0,82%. sedangkan mata pelajaran terendah dalam membentuk nilai
karakter pada proses pembelajaran adalah mata pelajaran “Bahasa Indonesia dan
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan total nilai 465 atau 0,664%.
Berdasarkan hasil analisa mulai dari tujuh nilai karakter dan sembilan
mata pelajaran yang menjadi indikator dari penelitian di SMP Negeri 4
Bantimurung, dapat disimpulkan bahwa apa yang menjadi harapan dari
keberadaan program adiwiyata di sekolah tersebut, masih jauh dari harapan makna
adiwiyata itu sendiri. Sebab jika dikaitkan antara nilai karakter peduli lingkungan
dengan program adiwiyata dapat disimpulkan bahwa belum signifikan antara
harapan pendidikan karakter dan program adiwiyata. Meskipun nilai-nilai karakter
yang lainnya sudah mencerminkan sikap dan perilaku sesuai harapan bangsa dan
negara, akan tetapi keinginan dari program adiwiyata belum tercapai.
233
5.8.2. Manajemen Sekolah
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sejalan dengan itu SMP Negeri 4
Bantimurung memiliki Visi “Unggul dalam prestasi, prima dalam pelayanan
berdasarkan IMTAQ dan IPTEK”. Sedangkan Misi sekolah adalah: mewujudkan
proses belajar mengajar yang berkualitas, mewujudkan manusia yang berwawasan
global, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab, mewujudkan manusia yang
berimandan bertaqwa serta berakhlak mulia, mewujudkan sekolah yang bersih,
indah, nyaman, dan sehat, serta memberikan pelayanan prima dan menggalang
potensi masyarakat dalam pengembangan sekolah, (Kurikulum SMPN 4
Bantimurung: 2012).
Oleh sebab itu berdasarkan dari Visi dan Misi SMP Negeri 4 Bantimurung
maka guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan memiliki tugas dan
kewajiban melaksanakan proses pembelajaran secara aktif, efektif, dan efisien.
Tugas dan tanggung jawab guru:
a. Menyusun Program pembelajaran (prota, promes, pemetaan SK/SD, RPP)
b. Menyusun silabus pembelajaran
c. Melaksanakan program pembelajaran
d. Melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran (Ulhar, UTS, UAS) dan
bertanggung jawab atas pencapaian target kurikulum.
e. Mengadakan pengembangan setiap bidang pembelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
234
f. Membuat analisis hasil ulangan harian yang telah dilakukan.
g. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
h. Meneliti daftar hadir peserta didik sebelum memulai pembelajaran.
i. Membuat dan menyusun lembar kerja untuk mata pelajaran yang
memerlukan lembar kerja.
j. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing peserta
didik.
k. Membersihkan ruang tempat praktik, pengembalian alat pinjaman,
pemeliharaan dan pengawasan kebersihan masing-masing alat praktik
lainnya pada setiap akhir pembelajaran.
l. Mencatat atau mengisi buku kegiatan kelas, buku jurnal kelas setiap
selesai pembelajaran.
m. Menyelesaikan sendiri masalah peserta didik dalam hubungannya dengan
mata pelajaran yang diampunya.
n. Menyampaikan kepada guru BK/BK/ Wali Kelas tentang masalah-masalah
siswa yang bersifat khusus.
Disamping tugas dan tanggung jawab yang di embannya, guru harus
menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, tanah air, Bangsa dan Negara sehingga guru memiliki kewajiban
sebagai berikut;
a. Menjaga kode etik keguruan.
b. Mengikuti upacara bendera setiap hari senin dan upacara-upacara hari
besar nasional.
235
c. Menghadiri rapat-rapat dinas yang diadakan di sekolah.
d. Membimbing peserta didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.
e. Hadir 10 menit sebelum KBM dimulai.
f. Berpakaian rapi dan mengenakan seragam sesuai ketentuan.
g. Berpenampilan rapi dan sopan.
h. Menandatangani daftar hadir.
i. Masuk dan keluar kelas tepat waktu (sesuai jam pelajaran)
j. Memberitahukan kepala sekolah bila berhalangan hadir dan
menyampaikan tugas untuk peserta didik.
k. Menyiapkan program pembelajaran pada awal tahun pelajaran.
l. Menyerahkan perangkat pembelajaran pada setiap semester dan akhir
tahun pelajaran.
m. Turut mengamankan kebijakan kepala sekolah.
n. Membantu menegakkan disiplin sekolah.
o. Peduli terhadap kebersihan, ketertiban, dan keindahan lingkungan sekolah.
p. Tidak merokok didalam kelas. (merokok di tempat yang telah di tentukan).
q. Menjalin hubungan kekeluargaan terhadap sesama warga sekolah.
r. Memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi.
s. Siap melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan sekolah.
t. Memberi laporan pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan kepada
kepala sekolah.
236
5.9. Dampak Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Program Adiwiyata
5.9.1. Observasi Peserta Didik
Apabila Silabus dan RPP serta proses pembelajaran di SMP Negeri
4 Bantimurung di jadikan dasar penilaian dalam keberhasilan realisasi pendidikan
karakter, pendidikan lingkungan serta tujuan dari program adiwiyata, maka nilai
karakter yang menjadi indikator dari penelitian tersebut akan jauh dari harapan
pembangunan berkelanjutan. Sebab apabila dibandingkan antara data dari
perangkat pembelajaran dengan hasil observasi peserta didik ada perbedaan.
Hasil wawancara dari peserta didik yang masih duduk di bangku kelas VII
(Farhan Suhardi kelas VII C) mengatakan bahwa pendidikan karakter bagi peserta
didik dapat memberikan tingkat kepercayaan yang tinggi, adanya semangat
belajar dan cerminan kepribadian guru yang dengan penuh kesabaran
membimbing mereka agar bisa menjadi generasi penerus yang berakhlak mulia.
Sikap yang ditunjukkan guru tersebut merupakan peneladanan yang memiliki nilai
karakter, peduli sosial, kerja keras, dan tanggung jawab. Dan menurut peserta
didik yang masih duduk di kelas VIII atas nama Ikhsan Irsyat juga menambahkan
bahwa dalam pendidikan karakter sudah banyak memberikan pembelajaran
tentang nilai-nilai karakter seperti, kejujuran yang sudah dirasakan oleh seluruh
peserta didik, yaitu pada saat belanja di kantin sekolah para peserta didik
diberikan kepercayaan untuk makan dan membayar sendiri sesuai dengan jumlah
yang di makan beserta harganya dan telah disiapkan tempat menyimpan uang
pembayaran tersebut. kemudian pada saat mereka ulangan, peserta didik diberikan
237
pengarahan bahwa nilai yang tinggi bukan suatu ukuran keberhasilan peserta
didik, akan tetapi mesikpun nilainya rendah yang penting bukan hasil nyontek
buku atau nyontek dari teman melainkan hasil kerja kerasnya sendiri, itu sudah
menunjukkan peserta didik sudah melakukan bentuk nilai karakter jujur.
Kemudian nilai karakter tanggung jawab juga sudah dapat dilaksanakan oleh
peserta didik seperti, pada saat membersihkan lingkungan sekolah, seluruh peserta
didik di bagi dalam beberapa kelompok dan diberikan bagian masing-masing
untuk dibersihkan. Mereka mengerjakannya tanpa ada pengawasan yang ketat dari
para guru, akan tetapi peserta didik bisa melakukan dengan baik sesuai dengan
pembagian area tersebut.
Kemudian hasil wawancara dari peserta didik yang sudah duduk di kelas
IX atas nama Rappe, yang notabene sudah lama di sekolah dalam melakukan
segala kegiatan di sekolah tersebut menambahkan pula bahwa nilai karakter
disiplin sudah ditanamkan dengan melalui suatu kegiatan, baik itu dalam proses
pembelajaran maupun dalam pengembangan diri. Sebagai contoh dalam
beribadah, dari guru Pendidikan Agama Islam memberikan motivasi sebelum
masuk belajar, sekiranya melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu di mesjid
yang ada di lingkungan sekolah. Selanjutnya nilai karakter kreatifitas pun sudah
dapat dilakukan oleh para peserta didik. Dan sebagai contoh dari kreativitas
peserta didik di sekolah yaitu dalam hal mengolah sampah-sampah plastik yang
bisa di jadikan benda yang berharga, misalnya plastik kerupuk yang bisa dijadikan
hiasan di kelas atau bahkan dapat memiliki nilai ekonomis, kemudian gelas plastik
dapat di buat menjadi tas-tas yang dapat dijual dan di pamerkan pada pameran-
238
pameran yang dilaksanakan oleh pihak sekolah lain. Dari contoh diatas sudah
dapat disimpulkan bahwa peserta didik sudah memiliki tanggung jawab terhadap
kebersihan lingkungan sekolah dan kebersihan lingkungan masyarakat sekitar.
Maka dalam hal ini nilai karakter yang terlaksana adalah nilai karakter, kreatif,
kerja keras, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
Pembentukan nilai karakter yang mengembangkan nilai karakter kreatif,
tanggung jawab, rasa ingin tahu juga sudah dikembangkan melalui proses
pembelajaran di kelas. sistem pembelajaran yang di lakukan oleh setiap guru mata
pelajaran adalah peserta didik di bagi dalam beberapa kelompok kemudian guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, dan peserta didik lalu mencari jawaban dari
tujuan pembelajaran tersebut. setelah peserta didik sudah mendapatkan jawaban
tersebut, maka perwakilan tiap-tiap kelompok maju ke depan dan
mempersentasikan hasil diskusi kelompok. Dalam hal ini yang menggunakan
sistem pembelajaran seperti contoh diatas adalah semua mata pelajaran kecuali
mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan (PJOK).
Untuk mendukung kepedulian lingkungan di sekolah, dari hasil
wawancara dengan peserta didik tadi, adalah adanya pembagian tugas di dalam
kelas ataupun diluar kelas, dengan membagi rata kepada seluruh peserta didik
yang bergiliran membersihkan setiap hari. Memelihara tanaman seperti (merawat
serta menyiram tanaman). Kemudian peserta didik di berikan tugas untuk
membawa bibit tanaman baik itu tanaman mangga ataupun tanaman bunga. Dan
setiap peserta didik membawa 1 bibit tanaman ke sekolah. jadi bibit tanaman yang
mereka bawa yang berupa tanaman bunga sebagian besar di tanam di tempat
239
penangkaran kupu-kupu yang sudah disiapkan karena berfungsi untuk makanan
dari kupu-kupu tersebut. sementara itu pohon mangga yang ada dan sudah besar
masih sekitar 3 pohon, tetapi yang masih kecil-kecil sekitar 15 pohon.
Ditambahkan lagi dari peserta didik lainnya mengatakan bahwa ada semacam
rambu-rambu yang di tempel di sekitar sekolah/kelas dengan tulisan LISA (Lihat
Sampah Ambil), setiap upacara bendera pada hari senin petugas pembina upacara
senantiasa menyampaikan agar peserta didik membudayakan LISA.
Menyangkut masalah kebersihan di SMP Negeri 4 Bantimurung menjadi
hal penting yang harus dilaksanakan pada setiap harinya. Bahkan ada hari tertentu
setiap kelas di bagi dalam beberapa kelompok untuk membersihkan seluruh
linkgungan sekolah dalam waktu 60 menit. Apa yang sudah dilakukan oleh
seluruh peserta didik di sekolah tersebut adalah merupakan dampak dari adanya
pendidikan karakter dan program adiwiyata yang bermakna bahwa sekolah yang
berwawasan dan peduli terhadap lingkungan. Ditambah adanya oraganisasi osis
dan gesispling yang bermuara untuk kebersihan dan kenyaman dalam lingkungan
sekolah, baik itu untuk belajar maupun untuk bermain.
Berdasarkan hasil observasi peserta didik melalui wawancara mendalam
dapat disimpulkan bahwa dampak pendidikan karakter yang berwawasan dan
peduli lingkungan sudah sesuai dengan harapan dari program adiwiyata tersebut.
5.9.2. Observasi Kondisi Umum Sekolah
SMP Negeri 4 Bantimurung berdiri pada tahun 1979 dan diresmikan
pada tanggal 27 pebruari 1979, sekolah ini beralamat di Pakalu, jalan poros
Bantimurung km9, berdekatan dengan taman wisata bantimurung dan taman
240
nasional Bantimurung bulusaraung. Kondisi sosial ekonomi orang tua siswa
sebagian besar adalah petani, PNS dan Pedagang. Sekolah ini masuk dalam
kategori sekolah adiwiyata tingkat nasional dan sekolah binaan usaid. Kemudian
memiliki jumlah guru PNS dan Non PNS 46 orang, staf 9 orang. Pendidik yang
berkualifikasi S2 (strata dua)satu orang (Kepsek) dan selebihnya adalah S1(strata
satu). Sekolah ini memiliki peserta didik sebanyak 824 orang, yang di
kelompokkan dalam 25 rombel (rombongan belajar), kelas VII memiliki 8 rombel,
kelas VIII memiliki 8 rombel dan kelas IX memiliki 9 rombel di tambah dengan 1
ruang Laboratorium fisika , 1 ruang laboratorium biologi, 1 ruang laboratorium
komputer 1, 1 ruang BK , 1 ruang UKS dan Osis, 1 ruang perpustakaan, 1buah
gudang, 1 ruang keterampilan, dan setiap sudut ruangan kelas dilengkapi sudut
baca. Sekolah juga memiliki ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah,
ruang guru, ruang tata usaha, ruang tamu. Prasarana lain adalah 1 buah gudang, 1
buah dapur, 1 ruang produksi, 1 ruang data, 1 ruang arsip, 1 ruang PMR/pramuka,
6 buah majalah dinding.
Kemudian untuk menunjang pendidikan lingkungan hidup dan kesehatan
sekolah ini dilengkapi dengan: Penangkaran kupu-kupu,Taman baca, 1 buah
Green house untuk penyimpanan pupuk tanaman dan pembibitan pohon, Taman
bunga yang dilengkapi air mancur, 1 buah kantin sehat, 1 buah mesjid, 6 buah
tempat istirahat siswa di tiap-tiap sudut kelas yang nyaman dan sejuk, 6 buah
toilet siswa, 2 buah toilet guru, area tanaman apotik hidup, rumah kompos,
warung sampah, 50 buah tempat sampah terpilah (organik dan anorganik), area
241
kebun sekolah, area hutan sekolah. Untuk menunjang kegiatan olahraga sekolah
memiliki lapangan olah raga untuk , bola volly, bola basket, dan tenis meja.
Berdasarkan hasil observasi kondisi umum SMP Negeri 4 Bantimurung
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan penilaian dari sarana dan prasarana
memang sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, pendidikan
lingkungan dan tujuan dari program adiwiyata.jika dibandingkan hasil observasi
dengan hasil analisa dari Silabus dan RPP ada perbedaan dari yang tertuang dalam
dokumentasi dengan realisasi pelaksanaan di sekolah tersebut.
242
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 4
Bantimurung, dengan mengacu pada tujuh (7) nilai karakter dan sembilan (9)
mata pelajaran sebagai indikator dalam penelitian ini, maka peneliti dapat
mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Negeri 4 Bantimurung
terintegrasi pada semua mata pelajaran, namun pada proses pembelajaran
yang terintegrasi dengan pengelolaan lingkungan hanya pada sembilan
mata pelajaran, dengan menggunakan dua kurikulum yaitu; Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) dan Kurikulum 2013. Dan SMP
Negeri 4 Bantimurung merupakan sekolah uji coba dalam penggunaan
kurikulum 2013, sehingga setelah di berhentikannya penggunaan
kurikulum 2013 pada proses pembelajaran di sekolah-sekolah, SMP
Negeri 4 Bantimurung tetap menggunakan kurikulum tersebut sampai
sekarang. Oleh karena sebelum di tetapkannya penggunaan kurikulum
2013 sudah berjalan 2 tahun di sekolah tersebut menggunakan kurikulum
2013 atau lebih di kenal dengan kurikulum berkarakter. Mulai dari
perencanaan sampai pelaksanaan pendidikan karakter dan pendidikan
lingkungan dengan berdasarkan program adiwiyata, maka SMP Negeri 4
Bantimurung sekarang sudah menjadi sekolah adiwiyata.
243
2. Hasil evaluasi dari tujuh nilai karakter dan sembilan mata pelajaran yang
menjadi indikator penelitian di SMP Negeri 4 Bantimurung, bahwa apa
yang menjadi harapan dari keberadaan progrsm adiwiyata di sekolah
tersebut, masih jauh dari harapan adiwiyata itu sendiri. Sebab jika
dikaitkan antara nilai karakter peduli lingkungan dengan program
adiwiyata belum signifikan antara harapan pendidikan karakter dengan
program adiwiyata. Meskipun nilai-nilai karakter lainnya sudah
mencerminkan sikap dan perilaku sesuai dengan harapan bangsa, akan
tetapi keinginan dari program adiwiyata belum tercapai sepenuhnya.
3. Dampak pendidikan karakter dan pendidikan lingkungan yang
berdasarkan program adiwiyata di SMP Negeri 4 Bantimurung,
berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap peserta didik adalah
dapat memberikan kepercayaan, dan semangat belajar, serta adanya
cerminan kepribadian guru dengan penuh kesabaran membimbing mereka
agar bisa menjadi generasi penerus yang memiliki akhlak yang mulia.
Oleh sebab itu secara keseluruhan penilaian saran dan prasarana memang
sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter dan pendidikan
lingkungan serta tujuan dari program adiwiyata. Akan tetapi jika di
badingkan antara hasil observasi, wawancara dengan analisa dari silabus
dan RPP banyak perbedaan antara dokumentasi dengan yang terealisasi di
lapangan.
244
B. Saran
Temuan penelitian ini sangat berguna untuk dijadikan dasar keberhasilan
terlaksananya pendidikan karakter dan pendidikan lingkungan serta tujuan dari
program adiwiyata di tiap-tiap sekolah yang ada di Kabupaten Maros pada
umumnya dan di SMP Negeri 4 Bantimurung pada khususnya. Oleh karena itu
peneliti memberikan saran berikut ini:
1. Pendidik sebaiknya dalam menyusun perangkat pembelajaran dalam hal ini
merupakan hal yang sangat penting dilakukan sebelum melaksanakan
proses pembelajaran, baik itu dalam kelas maupun di luar kelas. sebaikanya
menyusun silabus dan RPP sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di
lingkungan mana pendidik dan peserta didik berada, tanpa keluar dari
kurikulum yang ada di tingkat satuan tersebut.
2. Para pemegang kebijakan dalam hal ini kepala sekolah dan pengawas
benar-benar memperhatikan perangkat pembelajaran para pendidik yang
ada di setiap sekolah, baik di tingkat sekolah dasar maupun di tingkat
lanjutan atas. Agar apa yang menjadi harapan serta tujuan pendidikan yang
berdasarkan UU No 20 tahun 2003 dapat tercapai dengan baik. Dan secara
teoritik, peneliti menyarankan agar pelaksanaan pendidikan lingkungan
yang masih terintegrasi dengan mata pelajaran lain dapat laksanakan secara
monolitik atau dengan kata lain mata pelajarannya berdiri sendiri agar
dapat terlaksana dengan lebih baik di sekolah tersebut.
3. Peneliti juga menyarankan kepada peneliti lain untuk dapat melengkapi
ataupun mengevaluasi hasil penelitian ini dengan melakukan penelitian lain
245
yang sejenis agar bisa menemukan fakta-fakta lain yang mungkin belum di
dapatkan oleh penelitian yang kami lakukan.
246
DAFTAR PUSTAKA
Abudin, N, 2012, Kapita Selekta Pendidikan Islam, cet. l, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Amirulloh, S, H, 2012, Buku Pintar Pendidikan Karakter, cet. l, Jakarta: as@-
Prima Pustaka.
Anas, S, 2010, Pengantar Statistik Pendidikan, cet. XXI, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Arief Furchan. H, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2004
Danu, P, 2009, Pius Abdillah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya:
Arkola.
Departemen Agama Republik Indonesia, 1411 H, Al-Qur'an dan Terjemahnya,
Al-Madinat al- Munawwarat: Mujamma' Khadim al-Haramayn al- Syar-
rfayn al-Malik Fahd li Thiba'at al-Mushhaf al-Syarif.
--------, 2009, Al-Qur'an dan Tafsirnya, cet.III, Jakarta: Departemen Agama RI.
Doni, K, A, 2007, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di zaman Global,
Jakarta : Grasindo.
Endah , S, 2012, Implementasi Kurikulum Pendidikan Karaker, yogyakarta: PT.
Citra Aji Pratama.
Fuad bin Abdul Azis, A, 2008, Begini Seharusnya Menjadi Guru, cet. l, Jakarta:
Darul Haq.
Hariyanto, M, S, 2012, Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Cet. II.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gunawan, H, 2012, Pendidikan Krakater, Konsep dan Implementasinya, cet. II.
Bandung: Alfabeta.
Ibn Ishaq, A, S, . Abdullah bin Muhammad, bin, A, 1414 H/1994 M, Labaabut
Tafsiir Min lbni Kaisiir, cet.l, Kairo: Mu-assasah Daar al- Hilaal.
247
lbrahim, Sudjana, N, 2010, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, cet. VI,
Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Jamal, M, A, 2010, Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Cet. IV,
Yogyakarta: DIVA Press.
John M. E, dan Hasan, S, 2007, Kamus Inggris Indonesia (An English-lndonesia
Dictionary), cet. XXIX, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka utama.
Lexy J, M, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. XlV, Bandung : PT'
Remaja Rosda Karya.
Masnur, M, 2011, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, Cet. II, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muhaimin, 2005, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah
Madrasah dan perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Novan, A,w, 2012, Manajemen Pendidikan Karakter, Konsep dan
Implementasinya di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Nurla Isna, A, 2011, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di sekolah, Cet.
1. Yogyakarta: Laksana.
Poeswadarminta, W. J. S, 1985, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Shihab,Q, 2009, Tafsir al-Misbah, cet. l, Jakarta: Lentera Hati.
Suharsimi , A, 1998, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, cet. XI,
Jakarta: PT Rineke Cipta.
Sugiono, 2002, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, cet. X, Bandung: Alfabeta.
248
Suryobroto , B, 1997, Proses Belajar Mengajar di sekolah, Jakarta: PT Rineke
cipta.
Lickona, T, 2012, Character Matters ( Persoalan Karakter), Penerjemah; Juma
Abdu Wamaungo, Cet. l, Jakarta: PT Bumi Aksara.
--------, 2012, Educating For Character (Mendidik Untuk Membentuk Karakter),
Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo, Cet. l, PT Bumi Aksara.
Ulil Amri, S, 2012, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran, cet. 1, Jakarta:
Rajawali Press.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional.
Yahya Khan, D, 2010, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Cet. I,
Yogyakarta: Pelangi Publishing.
Zubaedi, 2012, Desain Pendidikan karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan,Cet.II, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muslich, M, 2011, Pendidikan Karakter (Menjawab Tantangan Krisis
Multdimensional ), cet. 1. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmani, M, J, 2011, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di
Sekolah, cet. 1. Yogyakarta: Diva Press.
Susilo Dwi K. R, 2012, Sosiologi Lingkungan, cet. III. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Berkowitz W. Marvin and Bier C. Melinda, 2007, What Works In Character
Education, Journal of Recearch in Character Education, 5(1), pp, 9-48.
Kamaruddin A. S, 2012, Character Education and Social Behavior, journal of
Education and Learning, vol.6(4) pp.223-230.
Jamaluddin, D, Pebruary, 2013, Character Education in Islamic Perspective,
International Journal Of Scientific & Tecnology Research Volume 2, Issue
2.
249
Ruiz-Bernardo, Paola; Ferrandez-Berrueco, Reina & Sales-Ciges, Maria-
Auxiliadora , 2012. Application of the CIPP model in the study of factors
that promote intercultural sensitivity. RELIEVE, v. 18, n. 2, art. 4. DOI:
10.7203/relieve. 18.2.1993
Guidry O. Allen, 2008, Charcter Education Through a Reflective Moral Inquiry:
A Revised Modal that Answer Old Questions. Journal of Curriculum and
Instruction (JoCI), January 2008, Volume 2, Number 1.
Murphy T. Sheila, Frank B. Lauren, Moran B. Meghan & Woodley-Patnoe
Paula,......Involved, Transported, or Emotional? Exploring the
Determinants of Change in knowledge, Attitudes, and Behavior in
Entertainment-Education. Journal of communication ISSN 002-9916
Lisyarti, R, 2012, Pendidikan Karakter dalam metode, Aktif, Inovtif, dan
Kreatif, Penerbit: Erlangga
Irwan Djamal, Z, 2012, Prinsip-Prinsip Ekologi (Ekosistem, Lingkungan dan
sekitarnya), Penerbit: PT Bumi Aksara
Abyan, A, 1996, Fiqih Madrasah Tsanawiyah III (Penerbit: PT Karya Toha Putra
Semarang).
Rahmadi, T, 2013, Hukum Lingkungan Di Indonesia (Penerbit: Raja Grafindo
Persada).
Usman, H, 2011, Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan) (Penerbit:
Bumi Aksara, Jakarta Timur).
Sanjaya, W, 2012, Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses
Pendidikan) (Penerbit: Kencana Premada Media Group, Jakarta).
Tim Adiwiyata Tingkat Nasional, 2011, Panduan Adiwiyata (Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan)(Penerbit: Tim Adiwiyata)
Fathurrohman, P, et.all, 2013, Pengembangan Pendidikan Karakter (Penerbit:
Refika Aditama, Bandung).
SMP Negeri 4 Bantimurung, 2012, Kurikulum 2012/2013 (Disusun oleh: Dewan
Guru).
250
Mulyasa, E. 2012, Manajemen Pendidikan Karakter (Penerbit: Bumi Aksara,
Jakatra).
Kemendiknas, 2011, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter ( Penerbit: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan).
131
Adapun struktur pembagian tugas mengajar di SMP Negeri 4 Bantimurung
terlihat dalam tabel berikut ini:
No Nama Guru/ NIP
Tugas
Mengajar
Tugas
Tambahan
Jmlh jam
mengajar/
Minggu
1 Drs.Sariman, M.Pd 19620310 198412 1 005 Matematika Kepala Sekolah 10 jam
2 Hj. Rohani. A.Md 19561220 198101 2 003 Matematika - 25 jam
3 Aisa Husa, S.Pd 19650413 198412 2 001 Matematika Ket.Rumpun
Mapel
25 jam
4 Arlina, S.Pd, M.Pd 19791205 200312 2 008 Matematika - 10 jam
5 Ernawati, S.Pd ----------- Matematika - 10 jam
6 Herna, S.Pd ----------- Matematika - 10 jam
7 Madina, S.Pd 19861218 201101 2 017 Matematika - 26 jam
8 Dra.Hj.Indo Tuwo 19581231 198303 2 101 Pendais Urs.Kesiswaan
Ket.Rumpun
Mapel
27 jam
9 Muh.Nasir, S.Ag ----------- Pendais - 24 jam
10 H. Mansyur Hasyim,
S.Ag
19550927 198801 1 001 Pendais - 15 jam
11 Rahmawati, S.Pd 19570906 198302 2 002 PKN - 24 jam
12 Nurjannah, S.Pd 19630621 198403 2 004 PKN Ket.Rumpun
Mapel
24 jam
13 Maemuna, S.Pd 19630807 198411 2 004 PKN Ka.
Perpustakaan
12 jam
14 Fatmawati, SE, M.Si ----------- PKN - 6 jam
15 Ramlah, S.Pd 19590318 198603 2 006 B.Indonesia Ket.Rumpun
Mapel
30 jam
16 Hj.Muliati, S.Pd 19690611 199103 2 008 B.Indonesia Urusan Humas 24 jam
17 St. Nurcaya, S.Pd 19641227 198512 2 004 B.Indonesia - 24 jam
18 Afrida.R, S.Pd 19700424 199412 2 006 B.Indonesia - 24 jam
19 Drs. H. Sainal 19640617 199702 1 002 B.Indonesia Ka.Lab.Bahasa 24 jam
20 Habibah, S.Pd 19661231 200604 2 076 B.Indonesia - 24 jam
21 Sata, S.Pd 19591231 198103 1 120 Bhs.Inggris Ket.Rumpun
Mapel
24 jam
22 Ganing 19570129 198103 1 007 Bhs.Inggris Urusan sarana
dan prasarana
24 jam
23 Hamsina, S.Pd 19691201 199203 2 011 Bhs.Inggris - 24 jam
24 Nirwana, S.Pd ----------- Bhs.Inggris - 8 jam
25 Basri Saleng, S.Pd GTT Bhs.Inggris - 20 jam
26 Hj.Nahariah.N,S.Pd 19640621 198411 2 002 IPA - 25 jam
27 Hj.Ilamming, S.Pd 19670605 199001 2 003 IPA Ket.Rumpun
Mapel
25 jam
28 Nurhayati, S.Pd 19660701 199203 2 010 IPA - 25 jam
29 Harding, S.Pd 19710323 199412 1 001 IPA Wakasek 15 jam
30 Rosdiana, S.Pd 19691013 199702 2 003 IPA Ka.Lab.Fisika 12 jam
31 Dahniar, S.Pd 19770613 200012 2 004 IPA Wakasek 12 jam
32 Hj.Hamdana, S.Pd 19610316 198301 2 004 IPS Wakasek 12 jam
132
33 Hajrah, S.Pd 19600818 198501 2 002 IPS - 24 jam
34 Dra. Hapida 19661231 200012 2 013 IPS - 25 jam
35 Dra. Darhani 19690715 199703 2 010 IPS Ket. Rump.
mapel
24 jam
36 Drs. Samsuddin
Wallu
19641231 200012 1 015 IPS - 24 jam
37 Drs. Aswaluddin 19670715 199802 1 004 Kesenian - 15 jam
38 Hj. Aida Rayara,
S.Pd
19681228 199303 2 012 Kesenian Ket. Rump.
Mapel
27 jam
39 Jaliah, S.Pd GTT Kesenian - 24 jam
40 Drs. Syahruddin 19641121 196903 1 011 Penjaskes Ket. Rump.
Mapel/Ur.
Kurikulum
24 jam
41 Nurdin 19571231 198303 1 201 Penjaskes - 24 jam
42 Makmur GTT Penjaskes - 18 jam
43 Dra. Hj. Rahmania, S 19610816 198303 2 017 Mulok/KR
T
Koord.
keterampilan
24 jam
44 Dra. Sazthabina R 19670825 199703 2 002 Mulok/KR
T
- 24 jam
45 Sufrianti Kaune,
S.Pd
GTT TIKOM Ket. Rump.
Mapel
18 jam
46 Mardiana, S.Pd 19730118 200502 2 002 B.
Konseling
8 ABCDEFGH -
47 Hasnah, S.Pd 19630715 198601 2 003 B.
Konseling
7 ABCDEFGH
48 Hartiah, S.Pd 19750704 200502 2 003 B.
Konseling
9 ABCDEFGHI
Jumlah 932 jam