pemutakhiran data perbatasan-1
DESCRIPTION
kTRANSCRIPT
-
Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan I - 1 Dan Pulau-pulau Terluar
1.1 Latar Belakang
Kawasan perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan
negara tetangga dan yang langsung berhadapan dengan negara lain. Wilayah yang dimaksud
adalah bagian wilayah provinsi, kabupaten atau kota yang langsung bersinggungan dengan garis
batas negara (atau wilayah negara). Selain kawasan perbatasan yang pada wilayah daratan,
kawasan perbatasan negara yang berada di lautan belum secara tegas ditetapkan norma
pengelolaannya dalam Peraturan Pemerintah nomor 47 tahun 1997 tentang RTRWN, meskipun
pada saat ini wilayah perbatasan yang berada di lautan ini merupakan kawasan strategis nasional
yang mempunyai fungsi pertahanan dan keamanan negara, dan menyimpan potensi sumberdaya
kelautan yang relatif besar, serta mencerminkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang harus dijaga dan diprioritaskan pengelolaannya.
Sebanyak 12 dari 92 pulau terluar yang menjadi titik batas negara Indonesia rawan terhadap konflik
perbatasan dengan negara tetangga. Kerawanan ini ditimbulkan oleh faktor-faktor seperti kondisi
pulau yang umumnya tak berpenghuni, dimanfaatkan oleh nelayan asing sebagai tempat berlindung
atau mencari ikan di perairan sekitarnya, dan adanya kegiatan eksplorasi cadangan sumberdaya.
Bahkan, ada indikasi yang mengarah pemanfaatan pulau sebagai basis aktivitas militer, antara lain
pengumpulan data intelijen, pengintaian atau pun pengamatan. Ke-12 pulau itu adalah Pulau Rondo
di Aceh yang berbatasan dengan India; Pulau Berhala di Sumatera Utara yang berbatasan dengan
Malaysia; Pulau Nipa di Riau yang berbatasan dengan Singapura, Pulau Sekatung di Riau yang
berbatasan dengan Vietnam, serta Pulau Marore, Pulau Miangas, dan Pulau Marampit (ketiganya
-
Laporan Akhir
Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan I - 2 Dan Pulau-pulau Terluar
dihuni warga Indonesia) di Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Filipina; Pulau Fanildo, Pulau
Bras (dihuni warga Indonesia), dan Pulau Fani di Papua yang berbatasan dengan Palau; Pulau
Batek di Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Timor Leste; dan Pulau Dana di NTT yang
berbatasan dengan Australia. Dengan demikian, terdapat enam pulau yang rawan konflik tersebut
menjadi subyek dalam studi ini.
Pada Pasal 10 Ayat (3) UU 24 tahun 1992 tersebut juga dijelaskan bahwa wilayah perbatasan
merupakan salah satu kawasan yang strategis, yaitu kawasan yang secara nasional menyangkut
hajat hidup orang banyak, baik ditinjau dari sudut kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya,
lingkungan, dan pertahanan keamanan. Wilayah perbatasan meliputi wilayah perbatasan yang ada
di daratan, di lautan, dan di udara dengan negara tetangga. Penentuan luas wilayah perbatasan
dilakukan dengan mempertimbangkan perwujudan fungsi-fungsi perbatasan negara, yaitu fungsi
security dan fungsi prosperity dengan memperhatikan realitas perkembangan kondisi lingkungan
hidup di daerah melalui kajian dan observasi lapangan yang terukur.
Batas geografis wilayah perbatasan maritim yang tegas memang masih belum ada, namun
pemahaman kondisi wilayah ini dapat mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai batas wilayah administratif maupun hukum laut internasional. Wilayah perairan Indonesia
meliputi laut teritorial, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman. Sesuai dengan konvensi hukum
laut internasional, zone ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan
dengan laut wilayah Indonesia dengan batas terluar 200 mil laut dari garis pangkal laut wilayah
Indonesia.
Pada ZEE, Indonesia mempunyai hak pengelolaan yang berupa: eksplorasi dan eksploitasi,
pengelolaan dan konservasi sumberdaya alam, kegiatan lain untuk eksplorasi dan eksploitasi
ekonomis zona tersebut. Secara yurisdiksi, Indonesia pada ZEE mengatur pembuatan dan
pemanfaatan pulau-pulau buatan, instalasi dan bangunan lainnya; penelitian ilmiah mengenai
kelautan; serta perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
Kebebasan pelayaran dan penerbangan internasional serta pemasangan kabel dan pipa bawah laut
di ZEE Indonesia, diakui sesuai dengan prinsip-prinsip hukum laut internasional yang berlaku.
Kegiatan-kegiatan di ZEE Indonesia harus seijin dan mengikuti syarat-syarat perijinan Pemerintah RI
atau berdasarkan persetujuan internasional dengan Pemerintah RI. Keterbatasan pengawasan
terhadap kegiatan eksploitasi sumberdaya kelautan, baik yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia
maupun eksploitasi illegal warga negara asing, berpeluang mengancam kelestarian lingkungan atau
sumberdaya kelautan yang ada. Penangkapan ikan merupakan salah satu eksploitasi sumberdaya
kelautan yang perlu diperhatikan dalam penanganan wilayah perbatasan laut, mengingat sering
terjadi lintas batas illegal nelayan asing ke wilayah NKRI ataupun nelayan RI ke wilayah negara
tetangga, terutama yang mempergunakan teknologi penangkapan yang kurang ramah lingkungan.
-
Laporan Akhir
Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan I - 3 Dan Pulau-pulau Terluar
Dalam merespon kebutuhan akan pengelolaan kawasan perbatasaan, telah dilakukan kajian
kebijakan dan strategi pengembangan kawasan perbatasan pada Tahun 2002. Pada tahun
selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana pengembangan (rencana tata ruang)
kawasan perbatasan pada beberapa lokasi, terutama di sekitar Pos Lintas Batas (PLB) dan PPLB.
Pada tahun yang sama juga disusun rancangan peraturan yang menjadi acuan pengembangan
kawasan perbatasan, yaitu dalam bentuk Rancangan Keputusan Presiden (Rakeppres). Kegiatan
tersebut ditindaknlanjuti lagi dengan sosialisasi dan persiapan legalisasi Rakeppres pada beberapa
lokasi.
Untuk mengeluarkan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan yang tepat diperlukan rangkaian
proses pengambilan keputusan yang lengkap. Dalam pengambilan keputusan tersebut diperlukan
data dan informasi yang akurat untuk mendukung proses pengkajian dan analisa. Dalam kaitan
tersebut, dalam kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan perbatasan yang telah disusun dalam
bentuk Rakeppres harus dapat merespon kondisi yang aktual (up to date). Oleh karena itu, dalam
rangkaian kegiatan pengelolaan kawasan perbatasan perlu untuk dilakukan updating data-data yang
digunakan sebagai acuan untuk melengkapi Rancangan Keputusan Presiden tentang kebijakan dan
strategi pengelolaan kawasan perbatasan maupun rencana pengembangan (rencana tata ruang)
kawasan perbatasan.
1.2 Maksud
Kegiatan ini dilaksanakan dengan maksud untuk menyempurnakan data-data yang dijadikan acuan
dalam penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan perbatasan, terutama yang
berkaitan dengan pengamanan wilayah teritorial RI dan pendayagunaan serta kelestarian
sumberdaya kelautan pada pulau-pulau terluar sehingga tercipta keutuhan dan keamanan wilayah
NKRI, serta pengelolaan sumberdaya kelautan yang berkelanjutan dan sinergis dengan pengelolaan
kawasan daratan, baik berupa pulau-pulau kecil maupun pulau besar.
1.3 Tujuan
Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan agar tersedianya data dan informasi spasial yang menjadi acuan
dalam perumusan kebijakan dan strategi spasial pengembangan kawasan perbatasan dan pulau-
pulau terluar sehingga terwujud pengelolaan kawasan perbatasan mendukung keutuhan dan
keamanan wilayah NKRI, serta pengelolaan sumberdaya kelautan yang berkelanjutan dan sinergis
dengan pengelolaan kawasan daratan.
-
Laporan Akhir
Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan I - 4 Dan Pulau-pulau Terluar
1.4 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1) Teridentifikasinya informasi mutakhir tentang kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dan
penanganan pulau-pulau terluar wilayah perbatasan yang dilakukan oleh sektor maupun daerah.
2) Teridentifikasinya arahan pemanfaatan ruang dan arahan struktur ruang wilayah pada kawasan
perbatasan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah nasional, dan rencana tata ruang provinsi
maupun kabupaten yang terkait dengan kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar, baik yang
sudah memiliki status hukum maupun dalam proses legalisasi.
3) Teridentifikasinya gambaran kondisi pemanfaatan ruang kawasan perbatasan dan pulau-pulau
terluar yang up to date.
4) Teridentifikasinya gambaran kondisi sumberdaya alam kawasan perbatasan dan pulau-pulau
terluar yang up to date.
5) Teridentifikasinya gambaran kondisi infrastruktur dan utilitas kawasan perbatasan dan pulau-
pulau terluar yang up to date.
6) Teridentifikasinya gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat kawasan perbatasan yang up to
date.
7) Teridentifikasinya potensi perdagangan antara kawasan perbatasan dan hinterland-nya dengan
negara-negara tetangga.
1.5 Manfaat
Manfaat dari pekerjaan ini bagi seluruh stakeholders terkait adalah tersedianya gambaran yang
mutakhir tentang kondisi kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar sebagai pertimbangan
mendasar untuk penetapan kebijakan dan strategi spasial pengembangan ekonomi wilayah yang
terpadu antar kepentingan pemerintah dan pemerintah daerah.
1.6 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
1) Potret kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dan penanganan pulau-pulau terluar wilayah
perbatasan yang dilakukan oleh sektor-sektor maupun daerah yang mutakhir.
2) Potret arahan pemanfaatan ruang dan arahan struktur ruang wilayah pada kawasan perbatasan
yang mutakhir.
-
Laporan Akhir
Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan I - 5 Dan Pulau-pulau Terluar
3) Potret kondisi pemanfaatan ruang kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar pada tahun
2004
4) Gambaran kondisi sumberdaya alam kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar yang
mutakhir
5) Teridentifikasinya gambaran kondisi infrastruktur dan utilitas kawasan perbatasan dan pulau-
pulau terluar yang up to date (tahun 2004);
6) Teridentifikasinya gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat kawasan perbatasan yang up to
date (tahun 2003 atau 2004);
8) Teridentifikasinya potensi perdagangan antara kawasan perbatasan dan hinterland-nya dengan
negara-negara tetangga (tahun 2003 atau 2004)
1.7 Dampak
Dampak yang diperkirakan dapat dirasakan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah kebijakan dan
strategi pengembangan, serta arahan program makro pengembangan kawasan perbatasan dan
pulau-pulau terluar yang sinkron antar sektor dan antar daerah dalam upaya memperkuat
pengembangan ekonomi wilayah perbatasan maritim dan sekaligus menjalin kesatuan dan
persatuan bangsa dalam kerangka NKRI.
1.8 Ruang Lungkup
1.8.1 Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah dalam studi ini meliputi kawasan perbatasan negara dan pulau-pulau
terluar. Kawasan perbatasan yang menjadi objek studi adalah:
1) Kawasan Perbatasan RI (NAD, Sumut) dengan negara India/Thailand/Malaysia
2) Kawasan Perbatasan RI (Riau, Kep. Riau) dengan negara Malaysia/Vietnam/Singapura
3) Kawasan Perbatasan RI (Kalbar, Kaltim) dengan negara Malaysia (Sarawak, Sabah)
4) Kawasan Perbatasan RI (Belu, TTU, Kupang NTT) dengan negara Timor Leste
5) Kawasan Perbatasan RI (Kep. Alor NTT) dengan negara Timor Leste/Australia
6) Kawasan Perbatasan RI (Sangihe Talaud Sulut) dengan negara Philipina
7) Kawasan Perbatasan RI (Maluku) dengan negara Timor Leste/Australia
8) Kawasan Perbatasan RI (Maluku Utara, Papua) dengan negara Palau
9) Kawasan Perbatasan RI (Papua) dengan negara Papua New Guinea
Pulau-pulau terluar yang menjadi objek studi antara lain adalah pulau-pulau yang terletak di
Provinsi Nangroe Aceh Darusalam, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua,
-
Laporan Akhir
Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan I - 6 Dan Pulau-pulau Terluar
dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sekurangnya terdapat 34 pulau terluar yang menjadi
titik pangkal, baik sebagai garis pangkal biasa maupun garis pangkal kepulauan
sebagaimana telah ditetapkan melalui PP 38 tahun 2002 (lihat Tabel 1.1).
Tabel 1.1
DAFTAR PULAU-PULAU TERLUAR DI PROVINSI NAD, MALUKU, MALUKU UTARA, PAPUA, DAN NTT
NO. PROVINSI/LETAK GEOGRAFIS NAMA PULAU
PAPUA
1 Laut : Halmahera P. Jiew
00 43' 39" U 129 08' 30" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
2 Samudera : Pasifik P. Budd
00 32' 08" U 130 43' 52" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
3 Samudera : Pasifik P. Fani
01 05' 20" U 131 15' 35" T Garis Pangkal Biasa
01 04' 28" U 131 16' 49" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
4 Samudera : Pasifik P. Miossu
00 20' 16" S 132 09' 34" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
5 Samudera : Pasifik P. Fanildo
00 56' 22" U 134 17' 44" T Garis Pangkal Biasa
6 Samudera : Pasifik P. Bras
00 55' 57" U 134 20' 30" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
7 Samudera : Pasifik P. Bepondi
00 23' 38" S 135 16' 27" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
8 Samudera : Pasifik P. Liki
01 34' 26" S 138 42' 57" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
9 Laut : Aru P. Kolepon
08 12' 49" S 137 41' 24" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
08 12' 49" S 137 41' 24" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
MALUKU
1 Laut : Aru P. Laag
05 23' 14" S 137 43' 07" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
05 23' 14" S 137 43' 07" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
2 Laut : Aru P. Ararkula
05 35' 42" S 134 49' 05" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
3 Laut : Aru P. Karaweira Br
06 00' 09" S 134 54' 26" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
4 Laut : Aru P. Panambulai
06 19' 26" S 134 54' 53" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
5 Laut : Aru P. Kultubai Utara
06 38' 50" S 134 50' 12" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
6 Laut : Aru P. Kultubai Selatan
06 49' 54" S 134 47' 14" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
7 Laut : Aru P. Karang
07 01' 08" S 134 41' 26" T Garis Pangkal Biasa
07 01' 48" S 134 40' 38" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
-
Laporan Akhir
Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan I - 7 Dan Pulau-pulau Terluar
NO. PROVINSI/LETAK GEOGRAFIS NAMA PULAU
8 Laut : Aru P. Enu
07 06' 14" S 134 31' 19" T Garis Pangkal Biasa
07 05' 23" S 134 28' 18" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
9 Laut : Aru P. Batugoyang
06 57' 01" S 134 11' 38" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
10 Laut : Aru P. Larat
07 14' 26" S 131 58' 49" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
11 Laut : Timor P. Asutubun
08 03' 07" S 131 18' 02" T Garis Pangkal Biasa
08 03' 57" S 131 16' 55" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
12 Laut : Timor P. Selaru Timur
08 10' 17" S 131 07' 31" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
13 Laut : Timor P. Selaru Barat
08 18' 27" S 130 53' 20" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
14 Laut : Timor P. Batarkusu
08 20' 30" S 130 49' 16" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
15 Laut : Timor P. Masela
08 13' 29" S 129 49' 32" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
16 Laut : Timor P. Meatimiarang
08 21' 09" S 128 30' 52" T
NTT
1 Samudera : Hindia P. Dana
11 00' 36" S 122 52' 37" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
10 50' 00" S 121 16' 57" T Garis Pangkal Biasa
10 49' 54" S 121 16' 38" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
2 Samudera : Hindia P. Mangudu
10 20' 22" S 120 07' 02" T Garis Pangkal Biasa
10 20' 08" S 120 05' 56" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
NAD
1 Samudera : Hindia P. Simeulucut
02 31' 47" U 95 55' 05" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
2 Samudera : Hindia P. Salaut Besar
02 57' 51" U 95 23' 34" T Garis Pangkal Biasa
02 58' 57" U 95 23' 06" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
3 Samudera : Hindia P. Raya
04 52' 33" U 95 21' 46" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
4 Samudera : Hindia P. Rusa
05 16' 34" U 95 12' 07" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
5 Samudera : Hindia P. Benggala
05 47' 34" U 94 58' 21" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
6 Samudera : Hindia P. Rondo
06 04' 30" U 95 06' 45" T Garis Pangkal Biasa
06 04' 30" U 95 07' 11" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
7 Selat : Malaka P. Paru Buso
05 13' 01" U 97 32' 54" T Garis Pangkal Lurus Kepulauan
-
Laporan Akhir
Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan I - 8 Dan Pulau-pulau Terluar
1.8.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Pendekatan yang diambil dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan perbatasan
adalah pembangunan kawasan berdasarkan pendekatan prosperity (kesejahteraan),
security (keamanan), dan environment (kelestarian lingkungan). Dengan memperhatikan
ketiga aspek pendekatan tersebut, maka lingkup kegiatan yang akan dilakukan sekurang-
kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Melakukan pemahaman terhadap kebijakan dan strategi pengembangan kawasan
perbatasan dan penanganan pulau-pulau terluar
2) Melakukan kajian terhadap kebutuhan data dan informasi yang akan di-update
3) Melakukan pengumpulan data dan analisis terhadap:
terhadap kebijakan pembangunan sektor dan daerah yang terkait dengan
pengelolaan kawasan perbatasan dan penanganan pulau-pulau terluar.
arahan rencana struktur tata ruang dan rencana pola pemanfaatan ruang pada
tingkat nasional (RTRWN) dan daerah (RTRWP dan RTRW Kab/Kota) pada
kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar.
kondisi pemanfaatan ruang melalui interpretasi dengan menggunakan citra satelit
pada kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar.
pemanfaatan sumberdaya yang terdapat pada kawasan perbatasan dan pulau-
pulau terluar.
potensi perdagangan yang dilakukan dengan analisa ekonomi wilayah yang
didasari dengan kajian mendalam terhadap potensi perdagangan antar negara
untuk memperoleh jenis pengelolaan sumberdaya alam maupun sumberdaya
lainnya yang optimal dalam rangka meningkatkan perekonomian wilayah
perbatasan.
identifikasi kondisi infrastruktur dan utilitas prasarana wilayah untuk memperoleh
titik-titik yang dapat dikembangkan sebagai outlet dan kebutuhan infrastruktur
pendukung kegiatan ekonomi wilayah dengan mempertimbangkan keterkaitannya
dengan sistem perkotaan yang ada, khususnya kota-kota yang berada di main land.
kondisi sosial ekonomi masyarakat pada kawasan perbatasan dan pulau-pulau
terluar dengan menggunakan data-data statistik (Statistik Potensi Desa maupun
data lainnya).
1.9 Sistematika Pembahasan
Laporan ini disajikan atas sistematika sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bagian dari laporan ini akan menguraikan hal-hal yang mendasari pekerjaan, yaitu latar
-
Laporan Akhir
Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan I - 9 Dan Pulau-pulau Terluar
belakang pekerjaan, maksud, tujuan dan sasaran, manfaat, keluaran, dampak, lingkup
wilayah dan sistematika penyajian laporan pendahuluan
BAB 2 DESKRIPSI KAWASAN PERBATASAN DAN PULAU-PULAU TERLUAR
Bagian ini akan menyajikan gambaran sekilas kawasan perbatasan dan pulau-pulau
terluar, baik di darat maupun di laut yang mencakup karakteristik fisik, sosial, dan
ekonomi
BAB 3 KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
Bab ini memaparkan kebijaksanaan pemerintah, daerah dan sektor dalam penanganan
kawasan perbatasan.
BAB 4 KONDISI KAWASAN PERBATASAN
Bagian akhir dari laporan ini menyajikan kondisi kawasan perbatasan berdasarkan data-
data yang up to date, yang meliputi kondisi sosial budaya masyarakat setempat,
pemanfaatan ruang, dan potensi ekonomi yang dapat dikembangkan pada masing-
masing kawasan perbatasan negara yang menjadi lokasi kegiatan ini.