pemisahan komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom

3
Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007 35 T anaman temu kunci ( Kaempheria pandurata Ridl) termasuk famili Zingiberaceae, banyak tumbuh di hutan jati, tinggi tanaman dapat mencapai 80 cm, warna kulit rimpang coklat dan warna daging rimpang putih. Selain digunakan sebagai bumbu masak, rimpang temu kunci juga memiliki khasiat sebagai obat. Rimpang temu kunci memiliki khasiat memperkuat lambung. Apabila dikunyah dengan pinang dapat digunakan sebagai obat batuk kering dan peringitis, obat sakit perut serta obat suka kencing pada anak-anak. Pada wanita, rimpang temu kunci dapat digunakan sebagai obat pem- bengkakan kandungan serta obat infeksi alat reproduksi (Heyne 1987). Menurut Nugraheni (2001), temu kunci dapat digunakan untuk obat diare, disentri, batu, pelangsing, dan obat keputihan. Pengujian secara in vitro menunjukkan temu kunci dapat meningkatkan jumlah limfosit, antibodi spesifik, dan dapat membunuh sel kanker (Hartono 1999). Berbagai hasil pengkajian menunjukkan bahwa tanaman daerah tropis mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai obat (Sukara 2002). Rimpang temu kunci mengandung minyak atsiri yaitu metilsinamat, kamper, sineol, dan terpena. Di samping minyak atsiri, temu kunci mengandung saponin dan flavonoid (Sjamsudin dan Hutapea dalam Chairul et al. 1996). Senyawa- senyawa yang mempunyai prospek cukup baik biasanya berasal dari golongan flavonoid, kurkumin, limonoid, vitamin C, vitamin E (tokoferol), dan katekin yang bisa digunakan sebagai obat antikanker. Senyawa-senyawa tersebut biasa- nya bermanfaat pula sebagai antioksidan (Aldi et al. 1996). Pemisahan komponen secara kromatografi kolom di- lakukan dalam suatu kolom yang diisi dengan fase stasioner dan cairan (pereaksi) sebagai fase mobil untuk mengetahui banyaknya komponen contoh yang keluar melalui kolom (Adnan 1997). Pengisian kolom dilakukan dengan memasuk- kan adsorben dalam bentuk larutan (slurry), dan partikelnya dibiarkan mengendap. Pemisahan komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen senyawa kimia yang dapat terpisah dan kandungan senyawa aktifnya. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di laboratorium pengujian Balai Pe- nelitian Tanaman Rempah dan Obat di Bogor pada tahun 2004. Bahan yang digunakan adalah simplisia (bahan kering) temu kunci serta bahan kimia yaitu toluen, alkohol, asam khlorida, metanol, etil asetat, heksan, butanol, dikhlorometan, khloroform, asam format, vanilin, asam sulfat, asam asetat, silica gel GF 254, dan silica gel for coluom 70-230 mesh. Peralatan laboratorium yang digunakan adalah neraca, oven, muffel furnace , hot plate , rotary evaporator , chamber , tabung coloum, dan tabung reaksi ukuran 5 ml. Pengujian mutu bahan seperti kadar air dilakukan dengan metode aufhauser. Contoh yang telah dihaluskan 10 g dituangkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 300 ml toluen dan didestilasi. Air yang keluar dari bahan dapat dibaca pada skala aufhauser. Kadar minyak atsiri diukur dengan metode penyulingan uap dan air. Contoh yang telah dihaluskan 2 kg dimasukkan ke dalam tangki penyulingan yang telah diisi air, lalu dipanaskan. Uap akan mengalir melalui kondensor dan tetesan minyak ditampung dan diukur pada skala. Kadar sari yang terlarut dalam air dan alkohol, kadar abu dan abu tak larut dalam asam diukur dengan metode grafimetri. Untuk pemisahan komponen secara kromatografi lapis tipis (KLT), digunakan ekstrak kental heksan, etil asetat, dan butanol. Untuk pembuatan ekstrak, simplisia temu kunci digiling kemudian dimasukkan ke dalam wadah piala dan ditambahkan metanol dengan perbandingan 1:5, lalu dikocok dengan pengaduk listrik selama 2 jam. Campuran didiamkan 24 jam, kemudian disaring. Filtratnya dievaporasi (diuapkan dengan rotavapor) hingga diperoleh ekstrak kental metanol. Ekstrak kental metanol diekstrak kembali berturut-turut dengan menggunakan pereaksi heksan, etil asetat dan butanol se- hingga diperoleh tiga macam ekstrak yang akan digunakan dalam pemisahan secara KLT. Pereaksi (eluen) yang diguna- kan untuk pemisahan komponen pada ekstrak rimpang temu kunci adalah (1) dikhlorometan : khloroform : etil asetat = 1 : 1 : 1, (2) toluen : etil asetat : etanol + asam format 3 tetes = PEMISAHAN KOMPONEN RIMPANG TEMU KUNCI SECARA KROMATOGRAFI KOLOM Eni Hayani 1 1 Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Jalan Tentara Pelajar No 3, Bogor 16111, Telp. (0251) 321879, Faks. (0251) 327010

Upload: 369852147852369

Post on 30-Dec-2014

86 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Rimpang temu kunci memiliki khasiat memperkuatlambung. Apabila dikunyah dengan pinang dapat digunakansebagai obat batuk kering dan peringitis, obat sakit perutserta obat suka kencing pada anak-anak. Pada wanita,rimpang temu kunci dapat digunakan sebagai obat pembengkakankandungan serta obat infeksi alat reproduksi(Heyne 1987). Menurut Nugraheni (2001), temu kunci dapatdigunakan untuk obat diare, disentri, batu, pelangsing, danobat keputihan

TRANSCRIPT

Page 1: PEMISAHAN KOMPONEN RIMPANG TEMU KUNCI SECARA KROMATOGRAFI KOLOM

Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007 35

T anaman temu kunci (Kaempheria pandurata Ridl)termasuk famili Zingiberaceae, banyak tumbuh di hutan

jati, tinggi tanaman dapat mencapai 80 cm, warna kulitrimpang coklat dan warna daging rimpang putih. Selaindigunakan sebagai bumbu masak, rimpang temu kunci jugamemiliki khasiat sebagai obat.

Rimpang temu kunci memiliki khasiat memperkuatlambung. Apabila dikunyah dengan pinang dapat digunakansebagai obat batuk kering dan peringitis, obat sakit perutserta obat suka kencing pada anak-anak. Pada wanita,rimpang temu kunci dapat digunakan sebagai obat pem-bengkakan kandungan serta obat infeksi alat reproduksi(Heyne 1987). Menurut Nugraheni (2001), temu kunci dapatdigunakan untuk obat diare, disentri, batu, pelangsing, danobat keputihan. Pengujian secara in vitro menunjukkan temukunci dapat meningkatkan jumlah limfosit, antibodi spesifik,dan dapat membunuh sel kanker (Hartono 1999). Berbagaihasil pengkajian menunjukkan bahwa tanaman daerah tropismempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkansebagai obat (Sukara 2002).

Rimpang temu kunci mengandung minyak atsiri yaitumetilsinamat, kamper, sineol, dan terpena. Di samping minyakatsiri, temu kunci mengandung saponin dan flavonoid(Sjamsudin dan Hutapea dalam Chairul et al. 1996). Senyawa-senyawa yang mempunyai prospek cukup baik biasanyaberasal dari golongan flavonoid, kurkumin, limonoid, vitaminC, vitamin E (tokoferol), dan katekin yang bisa digunakansebagai obat antikanker. Senyawa-senyawa tersebut biasa-nya bermanfaat pula sebagai antioksidan (Aldi et al. 1996).

Pemisahan komponen secara kromatografi kolom di-lakukan dalam suatu kolom yang diisi dengan fase stasionerdan cairan (pereaksi) sebagai fase mobil untuk mengetahuibanyaknya komponen contoh yang keluar melalui kolom(Adnan 1997). Pengisian kolom dilakukan dengan memasuk-kan adsorben dalam bentuk larutan (slurry), dan partikelnyadibiarkan mengendap. Pemisahan komponen rimpang temukunci secara kromatografi kolom bertujuan untuk mengetahui

komponen-komponen senyawa kimia yang dapat terpisahdan kandungan senyawa aktifnya.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilaksanakan di laboratorium pengujian Balai Pe-nelitian Tanaman Rempah dan Obat di Bogor pada tahun2004. Bahan yang digunakan adalah simplisia (bahan kering)temu kunci serta bahan kimia yaitu toluen, alkohol, asamkhlorida, metanol, etil asetat, heksan, butanol, dikhlorometan,khloroform, asam format, vanilin, asam sulfat, asam asetat,silica gel GF 254, dan silica gel for coluom 70-230 mesh.Peralatan laboratorium yang digunakan adalah neraca, oven,muffel furnace, hot plate, rotary evaporator, chamber,tabung coloum, dan tabung reaksi ukuran 5 ml.

Pengujian mutu bahan seperti kadar air dilakukandengan metode aufhauser. Contoh yang telah dihaluskan 10g dituangkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan300 ml toluen dan didestilasi. Air yang keluar dari bahandapat dibaca pada skala aufhauser. Kadar minyak atsiridiukur dengan metode penyulingan uap dan air. Contohyang telah dihaluskan 2 kg dimasukkan ke dalam tangkipenyulingan yang telah diisi air, lalu dipanaskan. Uap akanmengalir melalui kondensor dan tetesan minyak ditampungdan diukur pada skala. Kadar sari yang terlarut dalam air danalkohol, kadar abu dan abu tak larut dalam asam diukurdengan metode grafimetri. Untuk pemisahan komponensecara kromatografi lapis tipis (KLT), digunakan ekstrakkental heksan, etil asetat, dan butanol.

Untuk pembuatan ekstrak, simplisia temu kunci digilingkemudian dimasukkan ke dalam wadah piala dan ditambahkanmetanol dengan perbandingan 1:5, lalu dikocok denganpengaduk listrik selama 2 jam. Campuran didiamkan 24 jam,kemudian disaring. Filtratnya dievaporasi (diuapkan denganrotavapor) hingga diperoleh ekstrak kental metanol. Ekstrakkental metanol diekstrak kembali berturut-turut denganmenggunakan pereaksi heksan, etil asetat dan butanol se-hingga diperoleh tiga macam ekstrak yang akan digunakandalam pemisahan secara KLT. Pereaksi (eluen) yang diguna-kan untuk pemisahan komponen pada ekstrak rimpang temukunci adalah (1) dikhlorometan : khloroform : etil asetat = 1: 1 : 1, (2) toluen : etil asetat : etanol + asam format 3 tetes =

PEMISAHAN KOMPONEN RIMPANG TEMU KUNCI SECARA KROMATOGRAFI KOLOM

Eni Hayani1

1Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Obat danAromatik, Jalan Tentara Pelajar No 3, Bogor 16111, Telp. (0251)321879, Faks. (0251) 327010

Page 2: PEMISAHAN KOMPONEN RIMPANG TEMU KUNCI SECARA KROMATOGRAFI KOLOM

36 Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007

0,5 : 4 : 1, (3) dikhlorometan : etil asetat : khloroform + asamformat 3 tetes = 1 : 4 : 1, (4) khloroform : etanol : asam asetat= 4 : 0,5 : 1,5, dan (5) heksan : etil asetat = 8,5 : 1,5. Bila telahdiperoleh ekstrak dan pereaksi yang memberikan jumlahkomponen terbanyak dan pemisahan yang jelas, maka ekstrakdan pereaksi tersebut digunakan untuk kromatografi kolom.

Untuk pengisian kolom, sebagai bahan pengisi bagianbawah kolom dimasukkan sedikit kapas, wol kaca dan pasirlaut kemudian dimasukkan bubur silica gel 70-230 meshsambil diaduk agar tidak terdapat rongga udara di tengah-tengah kolom. Timbunan bubur silica gel dalam kolom men-capai tiga perempat tinggi kolom. Gambar 1 memperlihatkankromatografi kolom untuk pemisahan komponen rimpangtemu kunci.

Untuk pemisahan komponen dengan menggunakankromatografi kolom, mula-mula ke dalam kromatografi kolomdialirkan ekstrak rimpang temu kunci, kemudian krankromatografi kolom dibuka. Ekstrak akan meresap ke silicagel dalam kolom sampai batas atas silica gel. Setelah itudimasukkan pereaksi terus-menerus sambil kran kolomdibuka. Fraksi yang terpisah ditampung dalam tabung reaksisebanyak 3 ml sampai seluruh ekstrak terpisahkan. Setiapfraksi dianalisis dengan KLT. Fraksi yang memiliki spot yangsama disatukan dan dianalisis kembali dengan KLT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis mutu simplisia temu kunci diperoleh kadarsari yang terlarut dalam air 4,35%, lebih besar dibanding kadarsari yang terlarut dalam alkohol (2,24%). Hal ini menunjukkansimplisia temu kunci mudah larut dalam air. Kadar abu sangatkecil yaitu 0,41%, yang menunjukkan bahwa simplisia temukunci sangat sedikit tercemar bahan asing seperti pasir(Tabel 1).

Hasil pemisahan komponen dari ekstrak rimpang temukunci yaitu dari ekstrak heksan, etil asetat, dan butanolsecara KLT dengan menggunakan lima macam perbandinganpereaksi disajikan pada Tabel 2. Hasil pengamatan denganmenggunakan lima macam eluen pada ekstrak rimpang temukunci menunjukkan ekstrak etil asetat dengan eluen heksan: etil asetat 8,5 : 1,5 menghasilkan komponen paling banyakyaitu 10 buah. Dengan demikian ekstrak etil asetat digunakanuntuk pemisahan komponen secara kromatografi kolomdengan pereaksi campuran heksan dan etil asetat denganperbandingan 8,5 dan 1,5.

Pemisahan ekstrak rimpang temu kunci yang dimasuk-kan ke dalam kromatografi kolom menggunakan bahan dariekstrak etil asetat 12,50 g. Dari proses pemisahan diperoleh

Gambar 1. Kromatografi kolom untuk pemisahan komponen rim-pang temu kunci, laboratorium Balittro, Bogor, 2004

Tabel 1. Hasil analisis mutu simplisia temu kunci, laboratoriumBalittro, Bogor, 2004

Parameter pengujian Kadar (%)

Kadar air 11 ,11Kadar minyak atsiri 1 , 0 0Kadar sari larut dalam air 4 , 3 5Kadar sari larut dalam alkohol 2 , 2 4Kadar abu 5 , 0 8Kadar abu tak larut asam 0 , 4 1

Tabel 2. Perbandingan lima macam eluen pemisahan komponenekstrak rimpang temu kunci secara kromatografi lapis tipis,laboratorium Balittro, Bogor, 2004

EluenJumlah komponen dari ekstrak

Heksan Etil asetat Butanol

Dikhlorometan : khloroform :etil asetat = 1 : 1 : 1 1 1 1

Toluen : etil asetat :etanol + asam format 3 tetes= 0,5 : 4 : 1 3 3 2

Dikhlorometan : etil asetat :khloroform + asam format3 tetes = 1 : 4 : 1 3 3 5

Khloroform : etanol : asamasetat = 4 : 0,5 : 1,5 5 1 1

Heksan : etil asetat = 8,5 : 1,5 8 1 0 -

Cadangan zat pelarut

Pelarut (fase mobil)

Isian kolom(fase stasioner)

Wol kaca

EluatPenampang

KapasPasir laut

Page 3: PEMISAHAN KOMPONEN RIMPANG TEMU KUNCI SECARA KROMATOGRAFI KOLOM

Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007 37

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemisahan komponen ekstrak etil asetat rimpang temu kuncisecara kromatografi kolom menggunakan larutan pereaksiheksan dan etil asetat dengan perbandingan 8,5 : 1,5 mem-peroleh 10 fraksi yang mempunyai komponen terbanyak dantinggi spot yang sama. Komponen terbanyak dan pemisahankomponen yang jelas diperoleh pada fraksi nomor 3. Untukmengetahui komponen aktif dari setiap fraksi percobaan dapatdilanjutkan dengan menggunakan alat gas chromatographymass spectrophotometer.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis BahanMakanan. Andi, Yogyakarta. hlm. 27-58.

Aldi, Y., N.C. Sugiarto, S. Andreanus A., dan A.S. Ranti. 1996. Uji efekantihis tonninergik dari tanaman Andrographis paniculataNess. Warta Tanaman Obat Indonesia 3(1): 17-19.

Chairul, M. Harapini, dan Shinta. 1996. Analisis komponen kimiadari temu putri dan temu kunci. Prosiding SimposiumPenelitian Bahan Obat Alami. VIII. Perhimpunan PenelitianBahan Obat Alami, Bogor. hlm. 628-634.

Hartono, A. 1999. Terapi nutrisi dan herbal untuk kanker. Intisari435 (36): 44-53.

Heyne, K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Vol I. BadanPengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, YayasanSarana Wanajaya, Jakarta. hlm. 593-594.

Nugraheni, W.P. 2001. Kunci Pepet. Sidowayah 34(9): 15-18.

Sukara, E. 2002. Sumber daya alam hayati dan pencarian bahan bakuobat (Bioprospekting). Prosiding Simposium Nasional IITumbuhan Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pe-ngembangan Biologi LIPI, Bogor. hlm. 31-37.

430 fraksi yang masing-masing ditampung dalam tabungreaksi 5 ml. Pembacaan komponen setiap fraksi dilakukansecara KLT. Setiap fraksi yang mempunyai jumlah komponendan tinggi spot yang sama digabung sehingga diperoleh 10fraksi hasil pemisahan secara kromatografi kolom (Tabel 3).Dari 10 fraksi hasil pemisahan dengan kromatografi kolom,fraksi nomor 3 memberikan komponen terbanyak denganpemisahan yang jelas (Gambar 2).

Gambar 2. Jumlah komponen setiap fraksi hasil pemisahan kromato-grafi kolom, laboratorium Balittro, Bogor, 2004

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0

Tabel 3. Jumlah komponen dari setiap fraksi hasil pemisahan secarakromatografi kolom, laboratorium Balittro, Bogor, 2004

FraksiBanyaknya

Warna larutankomponen

Fraksi 1 2 Kuning kecoklatanFraksi 2 4 Kuning kemerahanFraksi 3 5 Kuning tuaFraksi 4 4 Kuning coklatFraksi 5 3 Kuning coklatFraksi 6 4 Kuning kecoklatanFraksi 7 4 Kuning coklatFraksi 8 4 Kuning tuaFraksi 9 3 KuningFraksi 10 3 Kuning muda