pembuatan modul
TRANSCRIPT
1
Makalah,
MEDIA PEMBELAJARAN
Memahami Pembuatan Modul Ajar, Prinsip
Penyusunan Modul Ajar, Prosedur Penyusunan
Modul Ajar
HALIMA : 13010104008
FIANTI SUHARDI : 13010104007
JURUSAN TARBIYAH/PGMI III
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) SULTAN
QAIMUDDIN KENDARI
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................4
C. Tujuan Penulasan....................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................5
1. Pengertian Modul....................................................................5
2. Prinsip- Prinsip Penyusunan Modul Pembelajaran...................6
3. Kegunaan Modul Bagi Kegiatan Pembelajaran........................6
4. Kriteria / Karakteristik..............................................................7
5. Prosedur penyusunan modul.....................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Menjawab tantangan pengembangan
pendidikan menengah kejuruan sebagaimana yang
termuat dalam Rencana Strategis Tahun 2004-
2009, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan melakukan berbagai strategi peningkatan
mutu sumber daya manusia (SDM) dan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Peningkatan mutu pelaksanaan pembelajaran
di sekolah dilakukan dengan berbagai strategi,
salah satu diantaranya melalui penerapan
pendekatan pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensi (competency based education and
training). Pendekatan berbasis kompetensi
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
kurikulum, pengembangan bahan ajar,
pelaksanaan pembelajaran,dan pengembangan
prosedur penilaian.
Terkait dengan pengembangan bahan ajar,
saat ini pengembangan bahan ajar dalam bentuk
modul menjadi kebutuhan yang sangat mendesak.
Hal ini merupakan konsekuensi diterapkannya
kurikulum tingkat satuan pendidikan berbasis
kompetensi di sekolah. Pendekatan kompetensi
mempersyaratkan penggunaan modul dalam
pelaksanaan pembelajarannya. Modul dapat
membantu sekolah dalam mewujudkan
pembelajaran yang berkualitas. Penerapan modul
dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran
lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan
dengan hasil (output) yang jelas.
Untuk membantu guru dalam pengembangan
modul, perlu disusun suatu acuan yang bersifat
operasional. Acuan yang dimaksud berupa
pedoman teknis yang minimal memuat prinsip-
prinsip, kaidah-kaidah, ketentuan-ketentuan dan
prosedur pengembangan modul. Pedoman teknis
perlu dirancang sedemikian rupa sehingga praktis
dan menarik untuk dibaca dan digunakan oleh
guru dan unsur-unsur lain dalam penyusunan
modul.
4
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Modul
2. Prinsip- Prinsip Penyusunan Modul
3. Kegunaan Modul Bagi Kegiatan Pembelajaran
4. Kriteria / Karakteristik
5. Prosedur Penyusunan Modul
C. Tujuan Penulasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Modul
2. Untuk Mengetahui Prinsip- Prinsip Penyusunan
Modul
3. Untuk Mengetahui Kegunaan Modul Bagi
Kegiatan Pembelajaran
4. Untuk Mengetahui Kriteria / Kerakteristik
5. Untuk Mengetahui Prosedur Penyusunan Modul
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Modul
Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu
alat ukur yang lengkap dan merupakan satu kesatuan
program yang dapat mengukur tujuan. Modul menurut
Cece Wijaya (1992:86), dapat dipandang sebagai
paket program yang disusun dalam bentuk satuan
tertentu guna keperluan belajar. Departemen
Pendidikan Nasional dalam bukunya “Teknik Belajar
dengan Modul, (2002:5), mendefinisikan modul
sebagai suatu kesatuan bahan belajar yang disajikan
dalam bentuk “self- instruction”, artinya bahan belajar
yang disusun di dalam modul dapat dipelajari siswa
secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari
guru atau orang lain.
5
Walaupun ada bermacam-macam batasan
modul, namun ada kesamaan pendapat bahwa modul
itu merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan
untuk belajar sendiri, karena modul adalah suatu unit
yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian
kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara
khusus dan jelas. Dengan demikian, pengajaran modul
dapat disesuaikan dengan perbedaan individual siswa,
yakni mengenai kegiatan belajar dan bahan pelajaran.
Batasan modul pada buku pedoman penyusunan
modul (Cece Wijaya 1992:96), yang dimaksud dengan
modul ialah satu unit program belajar mengajar
terkecil yang secara terinci menggariskan:
1. Tujuan-tujuan intruksional umum.
2. Tujuan-tujuan intruksional khusus.
3. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar
mengajar.
4. Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan
diajarkan.
5. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan
program yang lebih luas.
6. Peranan guru dalam proses belajar mengajar.
7. Alat dan sumber yang akan dipakai.
8. Kegiatan belajar mengajar yang akan/harus
dilakukan dan dihayati murid secara berurutan.
9. Lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan
selama berjalannya proses belajar ini.
Hal di atas sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh B. Suryosubroto (1983 :17), bahwa
modul adalah sebagai sejenis satuan kegiatan belajar
yang terencana, didesain guna membantu siswa
menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu.
Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
modul merupakan bahan belajar terprogram yang
disusun sedemikian rupa dan disajikan secara
terpadu, sistematis, serta terperinci. Dengan
mempelajari materi modul, siswa diarahkan pada
pencarian suatu tujuan melalui langkah-langkah
belajar tertentu, karena modul merupakan paket
6
program untuk keperluan belajar. Dan satu paket
program modul, terdiri dari komponen-komponen yang
berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar,
alat dan sumber belajar, dan sistem evaluasi.
2. Prinsip- Prinsip Penyusunan Modul
Pembelajaran
Sebagaimana bahan ajar yang lain, penyusunan
modul hendaknya memperhatikan berbagai prinsip
yang membuat modul tersebut dapat memenuhi
tujuan penyusunannya.
Prinsip yang harus dikembangkan antara lain:
1. Disusun dari materi yang mudah untuk memahami
yang lebih sulit, dan dari yang konkret untuk
memahami yang semi konkret dan abstrak.
2. Menekankan pengulangan untuk memperkuat
pemahaman.
3. Umpan balik yang positif akan memberikan pen-
guatan terhadap peserta didik.
4. Memotivasi adalah salah satu upaya yang dapat
menentukan keberhasilan belajar.
5. Latihan dan tugas untuk menguji diri sendiri.
3. Kegunaan Modul Bagi Kegiatan Pembelajaran
Menurut Prastowo (2010:109) kegunaan modul
dalam proses pembelajaran antara lain: sebagai
penyedia informasi dasar karena dalam modul
disajikan berbagai materi pokok yang masih bisa
dikembangkan lebih lanjut sebagai petunjuk bagi
peserta didik. Di samping itu, kegunaan lainnya
adalah menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi
pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi
peserta didik dalam melakukan penilaian sendiri.
4. Kriteria / Karakteristik
Untuk menghasilkan modul yang mampu
meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul
harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan
sebagai modul.
a. Self Instruction
7
Merupakan karakteristik penting dalam
modul, dengan karakter tersebut memungkinkan
seseorang belajar secara mandiri dan tidak
tergantung pada pihak lain.
Untuk memenuhi karakter self instruction, maka
modul harus:
1. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas,
dan dapat menggambarkan pencapaian
Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
2. Memuat materi pembelajaran yang dike-
mas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/
spesifik, sehingga memudahkan dipelajari
secara tuntas;
3. Tersedia contoh dan ilustrasi yang men-
dukung kejelasan pemaparan materi pem-
belajaran;
4. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan se-
jenisnya yang memungkinkan untuk men-
gukur penguasaan peserta didik;
5. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan
terkait dengan suasana, tugas atau kon-
teks kegiatan dan lingkungan peserta
didik;
6. Menggunakan bahasa yang sederhana dan
komunikatif,
7. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
8. Terdapat instrumen penilaian, yang memu-
ngkinkan peserta didik melakukan penila-
ian mandiri (self assessment);
9. Terdapat umpan balik atas penilaian pe-
serta didik, sehingga peserta didik menge-
tahui tingkat penguasaan materi;
10. Terdapat informasi tentang rujukan/ pen-
gayaan/referensi yang mendukung materi
pembelajaran dimaksud.
b. Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh
materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat
dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini
8
adalah memberikan kesempatan peserta didik
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas,
karena materi belajar dikemas kedalam satu
kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan
pembagian atau pemisahan materi dari satu
standar kompetensi/kompetensi dasar, harus
dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan
keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
c. Berdiri Sendiri (Stand Alone)
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan
karakteristik modul yang tidak tergantung pada
bahan ajar/media lain, atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan bahan
ajar/media lain. Dengan menggunakan modul,
peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain
untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas
pada modul tersebut. Jika peserta didik masih
menggunakan dan bergantung pada bahan ajar
lain selain modul yang digunakan, maka bahan
ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul
yang berdiri sendiri.
d. Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut
dapat menyesuaikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes
digunakan di berbagai perangkat keras
(hardware).
e. Bersahabat/Akrab (User Friendly)
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah
user friendly atau bersahabat/akrab dengan
pemakainya. Setiap instruksi dan paparan
informasi yang tampil bersifat membantu dan
bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon dan
mengakses sesuai dengan keinginan.
Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
9
dimengerti, serta menggunakan istilah yang
umum digunakan, merupakan salah satu bentuk
user friendly.
5. Prosedur penyusunan modul
Modul pembelajaran disusun berdasarkan
prinsip-prinsip pengembangan suatu modul, meliputi
analisis kebutuhan, pengembangan desain modul,
implementasi, penilaian, evaluasi dan validasi, serta
jaminan kualitas. Pengembangan suatu desain modul
dilakukan dengan tahapan yaitu menetapkan strategi
pembelajaran dan media, memproduksi modul, dan
mengembangkan perangkat penilaian.
Dengan demikian, modul disusun berdasarkan
desain yang telah ditetapkan. Dalam konteks ini,
desain modul ditetapkan berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
oleh guru. Adapun kerangka modul pada pedoman ini
telah ditetapkan, sehingga sekolah dimungkinkan
untuk langsung menerapkan atau dapat memodifikasi
sesuai dengan kebutuhan tanpa harus mengurangi
ketentuan-ketentuan minimal yang harus ada dalam
suatu modul.
Materi atau isi modul yang ditulis harus sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang disusun. Isi modul mencakup subtansi yang
dibutuhkan untuk menguasai suatu kompetensi.
Sangat disarankan agar satu kompetensi dapat
dikembangkan menjadi satu modul, tapi dengan
pertimbangan karakteristik khusus, keluasan dan
kompleksitas kompetensi, dimungkinkan satu
kompetensi dikembangkan menjadi lebih dari satu
modul. Selanjutnya, satu modul disarankan terdiri dari
2-4 kegiatan pembelajaran. Apabila pada standar
kompetensi yang ada pada KTSP/Silabus/RPP ternyata
memiliki lebih dari 4 kompetensi dasar, maka
sebaiknya dilakukan reorganisasi standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD) terlebih dahulu.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana umumnya keberadaan rambu-
rambu, maka pedoman ini tidak harus diikuti secara
kaku, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, kekhususan, karakteristik unit
kompetensi yang dikembangkan. Rambu-rambu
modul yang akan dikembangkan mengacu pada
ketentuan sebagai berikut :
1. Modul dikembangkan berdasarkan standar kom-
petensi/ kompetensi dasar yang tertuang di-
dalam KTSP/Silabus/RPP Sekolah Menengah Ke-
juruan.
2. Desain penyusunan modul sesuai dengan RPP
yang telah disusun guru.
3. Modul akan digunakan oleh peserta didik pada
kegiatan pembelajaran di Sekolah Menengah Ke-
juruan.
4. Modul dikembangkan untuk membantu penca-
paian kompetensi yang telah ditargetkan di
dalam kurikulum
DAFTAR PUSTAKA
Blank, William E, 1982, Handbook for Developing
Competency Based Training Programme. London:
Prentice hall,
Burk, John, 1989, Competency Based Education and
Training, London: The Patmer Press.
11