pembahasan uji khemis saliva

Upload: baist-khaerul

Post on 02-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 pembahasan uji khemis saliva

    1/2

    A BaistKhaerul U(1127040001)

    Pembahasan

    Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian saliva yang bertujuan

    untuk mempelajari karakteristik saliva secara kimiawi dan enzimatis melalui serangkaian

    pengujian. percobaan yang pertama kami lakukan adalah pegaruh suhu terhadap aktaivitas

    enzim.Sebelumnya kami mengumpulkan air ludah atau liur terlebih dahulu. Penambahan air liur

    pada pati di awal sebelum proses ini berfungsi sebagai enzim yang akan mengkatalisis proses hidrolisa

    senyawa pati, karena pada air liur terdapat enzim amylase yang akan mengubah amilum menjadi

    maltosa, dan pati merupakan amilum. Amylase pada air ludah ini juga sering disebut dengan enzim

    ptialin. Proses perubahan amilum menjadi maltosa merupakan hidrolisis. Bila amilum ditambahkan air

    liur (amilase) maka molekul-molekulnya akan terhidrolisis manjadi maltosa dengan BM 360

    dan glukosa. Amilosa merupakan suatu polimer linear yang terdiri dari unit-unit D-glukosa dalam

    ikatan 1,4 glukosida. Berbeda dengan amilopektin, amilosa merupakan suatu polisakarida yang

    bercabang dan terdiri dari unit-unit D-glukosa dalam ikatan. Dari hasil percobaan pada tabung reaksi 1

    yang ditambhakan HCl terjadi larutan berwarna cokelat bening, ini berarti tejadi aktivitas enzim tetapi

    terhambat oleh pH asam hal ini karena pada pH kurang dari 4, enzim amilase saliva menjadi tidak

    aktif, dan pada pH asam karena HCl yang diujikan kerja enzim terhambat . Protein enzim mengambil

    struktur tiga dimensi yang sangat tepatsehingga ia dapat mengikat dan mengolah substrat dengan

    kecepatan yang setinggi-tingginya. Diluar pH optimum tersebut, struktur tiga dimensi enzim mulai

    berubah, sehingga substrat tidak dapat lagi duduk dengan tepat di bagian molekul enzim yangmengolah substrat. Akibatnya proses katalisis berjalan tidak optimum. Dapat dilihat bahwa enzim

    amilase saliva memiliki pH optimal pada pH 7 ,sedangkan pada tabung reaksi 2 yang tidak dibuat

    asam terlebih dahulu terjadi aktivitas enzim dengan terjadinya perubahan warna menjadi cokelat

    pekat(+), sedankan pada tabung reaksi ke-3 yang tidak ditambahkan saliva dan diuji iod tidak terjadi

    aktivitas enzim sehingga perubahan warna yang terjadi yaitu menjadi ungu kehitaman yang dimana

    menandakan adanya suatu gula. Pada tabng reaksi 1,2, dan 3, hanya tabung 1 dan 2 yang dihangatkan

    pada suhu tubuh selama 15 menit, ini berarti pada suhu tubuh merupakan temperatur yang optimal

    untuk membuat enzim amylase bekerjadengan baik dalam membantu reaksi hidrolisis, hal ini karena

    kecepatan reaksi enzimatik akan meningkatbseiring dengan peningkatan suhu sampai batas optimum.

    Setelah melewati suhu optimum, makakecepatan reaksi enzimatik akan kembali menurun. Diluar suhu

    optimum laju reaksi enzimatis selalu lebih rendah, makin besar perbedaan suhu reaksi dengan suhu

    optimum, makin rendah laju reaksi.

    Pada percobaan kedua reagen benedict, pada dasarnya tes benedict digunakan untuk menguji

    adanya karbohidrat. Reagen benedict ditambahkan saliva, dari hasil pengamatan tidak terjadi

    perubahan warna dan ketika dipanaskan selama 3 menit, terjadi cincin ungu yang berarti kerja enzim

    terhambat, yaitu untuk menghidrolisis amilum, ini dikarenakan diluar suhu optimum laju reaksi

  • 8/10/2019 pembahasan uji khemis saliva

    2/2

    enzimatis selalu lebih rendah, makin besar perbedaan suhu reaksi dengan suhu optimum, makin rendah

    laju reaksi.