hubungan volume dan ph saliva-pdf

Upload: chrisxaviour

Post on 02-Jun-2018

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    1/46

    HUBUNGAN VOLUME DAN PH SALIVA

    PADA LANSIA

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

    OLEH :

    FITRI APRILYA MARASABESSY

    J 111 10 138

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2013

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    2/46

    HALAMAN PENGESAHAN

    Judul : Hubungan Volume dan pH Saliva pada Lansia

    Oleh : Fitri Aprilya Marasabessy/ J 111 10 138

    Telah Diperiksa dan Disahkan

    Pada Tanggal 26 November 2013

    Oleh :

    Pembimbing

    drg. Zohra Nazaruddin

    NIP. 19630118 198903 2 002

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Hasanuddin

    Prof. Mansjur Nasir, DDS, Ph.D

    NIP. 19540625 198403 1 001

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    3/46

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim..

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanyalah dengan

    berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

    yang berjudul Hubungan Volume dan pH Saliva Pada Lansia. Penulisan

    skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana

    Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Selain itu

    skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan peneliti

    lainnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran gigi

    masyarakat.

    Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi,

    namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai belah pihak sehingga dengan

    segala keterbatasan penulis, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan

    walau masih jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, pada kesempatan

    ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih

    kepada:

    1. Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    Gigi Universitas Hasanuddin.

    2. drg. Zohra Nazaruddin, selaku dosen pembimbing penulisan skripsi ini

    yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan, petunjuk,

    serta bimbingan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    4/46

    3. drg. Eri Hendra Jubhari, M.Kes, sebagai penasehat akademik yang

    senantiasa memberikan dukungan, nasihat, motivasi dan semangat,

    sehingga penulis berhasil menyelesaikan jenjang perkuliahan dengan baik

    4. Ayahandaku Abdullah Marasabessy dan Ibundaku Fauziah

    Marasabessy, Serta keempat saudara ku yang sangat kusayangi, Taufan

    Hakim Marasabessy, Afifa Chara Marasabessy, Sitti Rahima

    Marasabessy dan Syaiful Ahmad Zidane Marasabessy. Tak lupa juga

    untuk sepupuku yang senasib dan seperjuangan Sitti Rahma

    Marasabessy. Rasa terima kasih dan penghargaan yang terdalam dari

    lubuk hati, penulis berikan kepada mereka semua yang senantiasa telah

    memberikan doa, dukungan, bantuan, didikan, nasihat, perhatian,

    semangat motivasi, dan cinta kasih yang tak ada habis-habisnya. Tak ada

    kata atau kalimat yang mampu mengekspresikan besarnya rasa terima

    kasihku. Yang pasti, saya sungguh bersyukur dan bahagia memiliki kalian

    semua berada disisiku. Tiada apapun atau siapapun didunia ini yang dapat

    menggantikan kalian. Sekali lagi, terima kasih.

    5. Seluruh dosen yang telah bersedia memberikan ilmu, serta staf karyawan

    FKG Universitas Hasanuddin.

    6. Seluruh keluarga besar Atrisi 2010, khususnya untuk sahabat-sahabatku

    Nurul, Fara, Booy, dan Intan yang senantiasa membantu, menghibur dan

    memberikan semangat. Terima kasih untuk semuanya. Saya sangat senang

    bisa mengenal dan berbagi bersama kalian. 2Takkan terlupakan

    pengorbanan kalian. Sekali lagi terima kasih.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    5/46

    7. Teman-Teman seperjuangan di bagian IPM, Dime, Maryam, Erwin dan

    Ningsih terima kasih atas kebersamaan, kerjasama dan sarannya.

    8. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

    yang namanya tidak bisa disebut satu persatu.

    Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari segala pihak

    yang telah bersedia membantu penulis. Akhirnya dengan segenap kerendahan

    hati, penulis mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu

    bahan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran

    Gigi ke depannya, juga dalam usaha peningkatan perbaikan kualitas Kesehatan

    Gigi dan Mulut masyarakat. Amin

    Makassar, 25 November 2013

    Penulis

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    6/46

    ABSTRAK

    Latar Belakang : Rongga mulut merupakan tempat paling rawan dari tubuh

    karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti mikroorganisme,

    agen karsinogenik, selain itu juga rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan

    mekanis. Dalam rongga mulut terdapat saliva yang membantu pencernaan dan

    proses penelanan, di samping itu juga untuk mempertahankan integritas gigi,

    lidah, dan membrana mukosa mulut. Saliva adalah unsur penting yang dapat

    melindungi gigi terhadap pengaruh dari luar, maupun dari dalam rongga mulut itu

    sendiri. Makanan dapat menyebabkan ludah bersifat asam maupun basa.

    Derajat keasaman (pH) saliva merupakan faktor penting yang berperan dalam

    rongga mulut, agar saliva dapat berfungsi dengan baik maka susunan serta sifat

    dari saliva harus tetap terjaga dalam keseimbangan yang optimal, khususnya

    derajat keasaman. Pada sekresi saliva kurang dari 0,06 ml/menit (3 ml/jam) akan

    timbul keluhan mulut kering, sedangkan sekresi saliva normal adalah 800-1500

    ml/hari.

    Tujuan : Untuk mengetahui hubungan volume dan pH saliva pada lansia.

    Metode : Subjek penelitian terdiri dari 30 sampel Lansia dengan umur 51 tahun

    ke atas.

    Subjek diminta mencucurkan salivanya ke penampung saliva kemudian di ukur

    volume serta pH saliva dan hasilnya di catat pada form penelitian.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    7/46

    Hasil : Pada penelitian ini terlihat adanya penurunan volume saliva yang diikuti

    dengan penurunan pH saliva seiring dengan bertambahnya usia. Berdasarkan hasil

    uji statistik, terlihat bahwa terdapat hubungan korelasi yang signifikan antara

    volume saliva dengan pH saliva (p: 0.000, p

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    8/46

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PENGESAHAN .... ii

    KATA PENGANTAR .... iii

    DAFTAR ISI ... vi

    DAFTAR TABEL .... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1

    Latar Belakang 1

    1.2

    Perumusan Masalah 2

    1.3

    Tujuan Penelitian 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 SALIVA

    2.1.1 Anotomi Kelenjar Saliva . 4

    2.1.2 Komposisi Saliva ..... 6

    2.1.3 Fungsi Saliva ... 7

    2.1.4 Volume Saliva ..... 8

    2.1.5 PH Saliva .... 13

    2.2 LANSIA

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    9/46

    2.2.1 Perubahan Pada Lansia ...

    15

    2.2.2 Keadaan Rongga Mulut Pada Lansia ..... 15

    2.3 HUBUNGAN VOLUME DAN PH SALIVA ..... 16

    BAB III KERANGKA KONSEP . 18

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1 JENIS PENELITIAN ..... 19

    4.2 DESAIN PENELITIAN .... 19

    4.3 POPULASI DAN SAMPEL . 19

    4.3.1 Populasi

    4.3.2 Sampel

    4.4 INSTRUMEN PENELITIAN 20

    4.5 PENGUMPILAN DATA ... 20

    4.6 DEFENISI OPERASIONAL ..... 21

    4.6.1 Volume Saliva

    4.6.2 pH Saliva

    4.6.2 Lansia

    4.7 KRITERIA PENILAIAN

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    10/46

    4.7.1 Volume Saliva .... 21

    4.7.2 pH Saliva .... 22

    4.8 Alur Penelitian .23

    BAB V HASIL PENELITIAN ...... 24

    BAB VI PEMBAHASAN ... 29

    BAB VII PENUTUP . 31

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    11/46

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Distribusi karakteristik sampel penelitian...................................... 25

    Tabel 2 : Distribusi kelompok usia berdasarkan jenis kelamin sampel penelitian

    .........................................................................................................25

    Tabel 3 : Distribusi usia, volume saliva, dan pH saliva berdasarkan jenis

    kelamin dan kelompok usia .......................................................... 26

    Tabel 4 : Korelasi volume saliva (ml) dengan pH saliva sampel penelitian . 27

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    12/46

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Rongga mulut mempunyai berbagai macam fungsi, yaitu sebagai mastikasi,

    fonetik dan juga estetik. Hal ini Mengakibatkan rongga mulut merupakan tempat

    paling rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya,

    seperti mikroorganisme, agen karsinogenik, selain itu juga rentan terhadap trauma

    fisik, kimiawi, dan mekanis. 1

    Dalam rongga mulut terdapat saliva yang merupakan suatu cairan yang sangat

    penting selain cairan celah gusi. Saliva membantu pencernaan dan proses

    penelanan, di samping itu juga untuk mempertahankan integritas gigi, lidah, dan

    membrana mukosa mulut. Di dalam mulut, saliva adalah unsur penting yang dapat

    melindungi gigi terhadap pengaruh dari luar, maupun dari dalam rongga mulut itu

    sendiri. Makanan dapat menyebabkan ludah bersifat asam maupun basa. 2

    Derajat keasaman (pH) saliva merupakan faktor penting yang berperan dalam

    rongga mulut, agar saliva dapat berfungsi dengan baik maka susunan serta sifat

    dari saliva harus tetap terjaga dalam keseimbangan yang optimal, khususnya

    derajat keasaman. Karena pH sangat terkait dengan beberapa aktivitas

    pengunyahan yang terjadi di rongga mulut. Penurunan pH saliva dapat

    menyebabkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat, sedangkan

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    13/46

    kenaikan pH dapat membentuk kolonisasi bakteri yang menyimpan juga

    meningkatnya pembentukan kalkulus.24

    Derajat keasaman dan kapasitas bufer saliva selalu dipengaruhi perubahan-

    perubahan, misalnya oleh siang dan malam, diet, perangsangan kecepatan sekresi.

    Dukungan terbesar saliva secara kuantitatif diberikan oleh kelenjar parotis,

    submandibularis dan sublingualis. 2

    Perasaan mulut kering terjadi apabila kecepatan resorbsi air oleh mukosa

    mulut bersama-sama dengan penguapan air mukosa mulut, lebih besar dari pada

    sekresi saliva. Pada sekresi saliva kurang dari 0,06 ml/menit (3 ml/jam) akan

    timbul keluhan mulut kering, sedangkan sekresi saliva normal adalah 800-1500

    ml/hari. Pada orang dewasa kecepatan sekresi saliva normal saat stimulasi adalah

    1-2 ml/menit. Perubahan umur diketahui dapat berpengaruh terhadap penurunan

    produksi saliva. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan fungsi gandula

    parenkhim saliva. Pada orang usia lanjut morfologi kelenjar saliva mengalami

    perubahan, dengan akibat penurunan produksi saliva.2

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan volume dan

    pH saliva pada lansia.

    1.2 Perumusan Masalah

    1. Apakah terjadi penurunan volume dan pH saliva pada lansia

    2. Apakah ada hubungan volume dan pH saliva pada lansia.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    14/46

    1.3 Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui hubungan volume dan pH saliva pada lansia.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    15/46

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Saliva

    2.1.1 Anotomi Kelenjar Saliva

    Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi

    kelenjar saliva mayor dan minor yang ada dalam rongga mulut. Saliva sebagian

    besar yaitu sekitar 90 persennya dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi

    atas rangsangan yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan.3

    Gambar 2.1: Kelenjar Saliva

    Sumber : Dental caries : a pH-mediated disease. CDHA J; 2010: 25(1)

    1. Kelenjar parotis ,2. kelenjar submandibular, 3. Kelenjar sublingual.

    Lingkungan oral dikuasai hampir secara eksklusif oleh kelenjar saliva.

    Kelenjar saliva di bagi dalam dua kelompok yaitu kelenjar saliva mayor dan

    minor. Pada kelenjar saliva mayor ada tiga kelenjar utama, terletak simetris pada

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    16/46

    kedua sisi kepala: Parotis, Submandibular (kadang-kadang disebut sebagai

    Submaxillarys), dan Sublingual (Gambar 2.1).

    Kelenjar parotis adalah yang terbesar dari kelenjar lain dan terletak pada

    bagian samping di atas m. masseter bagian inferior menempel pada m.

    sternocleidomastoideus, dan pada bagian posterior, kelenjar ini terletak di atas

    venter posterior m.digastricus. Kelenjar ini di pisahkan dari kelenjar

    submandibularis oleh ligamentum stylomandiularis, sedangkan bagian dalam,

    yaitu perluasan retromandibular berhubungan dengan rongga parafaringeal.

    Cabang dari terminal n. facialis berjalan di dalam substansi kelenjar tersebut.

    Ductus poroticus, misalnya ductus stensen, dengan panjang 5 sampai 6 cm,

    bermula dari aspek anterior kelenjar, melintasi m. masseter, menembus m.

    buccinator, dan memasuki rongga mulut pada regio molar pertama atau molar

    kedua rahang atas. Meskipun kelenjar parotis adalah yang terbesar, kelenjar ini

    hanya menghasilkan seperempat dari volume air liur.5

    Kelenjar submandibularis terletak di bawah corpus mandibulae dan

    menempati sepertiga yang di bentuk oleh venter posterior dan anterior

    m.digastrici. Bagian tengah berhubungan dengan m. styloglossus dan m.

    hyoglosus. Otot mylohyoideus yang membatasi rongga sublingual dan

    submandibular, merupakan batas superior kelenjar submandibularis. Duktusnya

    keluar dari perluasan kelenjar submandibularis yang melintasi batas posterior dari

    m. mylohyodeus dan memasuki rongga atau ruang sub lingual. Ductus wharton

    dengan panjang kurang lebih 6 cm, melintas di bagian anterior dan berakhir dalam

    lubang saluran di dasar mulut, tepat di samping frenulum lingualis. Nervus

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    17/46

    lingualis terletak superolateral dari ductus pada regio molar posterior, dan aspek

    medial dari ductus pada regio anterior.5

    Kelenjar sublingualis menempati rongga sublingual bagian anterior dan karena

    itu hampir memenuhi dasar mulut. Aliran dari sublingualis memasuki rongga

    mulut melalui sejumlah muara yang terdapat sepanjang plica sublingualis , yaitu

    suatu lingir mukosa anteroposterior di dasar mulut yang menunjukkan alur dari

    ductus submandibularis, atau melalui ductus utama (yaitu ductus bartholin) yang

    berhubungan dengan ductus manibularis.5

    Sedangkan pada kelenjar saliva minor dalam jumlah besar terletak pada

    submukosa atau mukosa bibir, permukaan lidah bagian bawah, bagian posterior

    palatum durum dan mukosa bukal.5

    2.1.2

    Komposisi Saliva

    a. Unsur organik dari seluruh saliva : Urea, uric acid, glukosa bebas,

    asam amino bebas, laktat dan asam-asam lemak.

    b. Makromolekul yang ditemukan dalam saliva : Protein, amilase,

    peroksidase, tiosianat, lisozim, lipid, IgA, IgM dan IgG.

    c.

    Unsur anorganik : Ca

    2+

    , Mg

    2+

    , F, HCO3- (bikarbonat), K

    +

    , Na

    +

    , Cl

    -

    dan NH4

    d.

    Gas : CO2, N2 dan O2

    e. Air 6,7

    Air liur terdiri dari air 99% dengan 1% sisanya sebagai bahan organik molekul

    (glikoprotein, lipid) dan elektrolit (kalsium, fosfat).8

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    18/46

    2.1.3 Fungsi Saliva

    Saliva memiliki berbagai macam fungsi diantaranya adalah untuk lubrikasi

    jaringan dalam rongga mulut, melindungi jaringan dalam rongga mulut agar tidak

    terjadi abrasi saat mastikasi berlangsung, membantu metabolisme karbohidrat,

    aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen rongga mulut, membersihkan debris

    dan sisa makanan yang tertinggal dalam rongga mulut, serta saliva juga turut

    membantu mempertahankan kestabilan sistem bufer dalam rongga mulut.8

    Saliva memiliki sifat utama sebagai berikut:

    1. Perlindungan ke jaringan oral dan peri-oral

    a. Pelumasan dengan mucins dan glikoprotein

    b. Antimikroba dan aktivitas pembersihan mengecilkan dinding sel

    bakteri dan menghambat pertumbuhannya

    c.

    Buffer produksi asam dengan bikarbonat dan pengendali pH plak

    d. Remineralisasi dari enamel dengan kalsium dan fosfat.

    2. Memfasilitasi makan dan berbicara

    a. Pengolahan makanan, pengunyahan dan menelan

    b. Pencernaan, inisiasi dengan enzim

    c.

    Meningkatkan rasa

    d. Mengaktifkan pelumas berbicara sebagai fungsi motorik.

    3.

    Penggunaan dalam pengujian diagnostik

    a. Bakteri, ragi dan jumlah virus mengindikasikan aktivitas karies dan

    mengubah respon imun maupun tes doagnostik untuk penyakit oral

    dan sistemik

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    19/46

    b. Keseimbangan hormonal untuk mengidentifikasi steroid dan

    hormon seks.8

    2.1.4 Volume saliva

    Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf

    simpatis menginervasi kelenjar parotis, submandibula, dan sublingualis. Saraf

    parasimpatis selain menginervasi ketiga kelenjar di atas juga menginervasi

    kelenjar saliva minor yang berada palatum. Saraf parasimpatis bertanggung

    jawab pada sekresi saliva yaitu volume saliva yang dihasilkan oleh sel sekretori. 14

    Variasi sekresi saliva tergantung pada kondisi kelenjar saliva tanpa stimulasi

    atau terstimulasi. Volume saliva tanpa stimulasi yaitu 0,3 mL dalam 1 menit

    dengan pH yang berkisar antara 6,10-6,47 dan dapat meningkat sampai 7,8 pada

    saat volume saiva mencapai volume maksimal. Volume saliva terstimulasi 3,0 mL

    dalam 1 menit dengan pH 7,62. 15

    Penyebab Gangguan Volume Saliva

    Sekresi saliva yang berkurang selalui disertai dengan perubahan dalam

    komposisi saliva yang mengakibatkan sebagian besar fungsi saliva tidak normal.

    Hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa keluhan pada penderita mulut kering

    (xerostomia), seperti kesukaran dalam mengunyah dan menelan makanan,

    kesukaran dalam berbicara, kepekaan terhadap rasa berkurang, mulut terasa

    seperti terbakar dan sebagainya. 16

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    20/46

    Faktor-faktor yang mengganggu sekresi volume saliva antara lain :

    1.Terapi Radiasi

    Pada radioterapi area kepala dan leher, kelenjar saliva terpapar radioterapi

    dengan dosis dan volume yang sama dengan tumor primer, hal itu dapat merusak

    sel-sel pada kelenjar saliva sehingga produksi saliva menurun.

    Menurunnya curah saliva sejalan dengan semakin meningkatnya dosis

    radioterapi ini disebabkan karena kerusakan sel-sel asinar pada kelenjar saliva

    khususnya kelenjar parotis. Sel-sel tersebut sangat sensitif terhadap radiasi.

    Keterlibatan kelenjar saliva dalam area radiasi dapat menyebabkan fibrosis,

    degenerasi lemak, atrofi sel-sel asinar dan nekrosis sel kelenjar.

    Akibat utama dari radiasi terhadap kelenjar saliva adalah xerostomia yang

    ditandai dengan penurunan volume saliva. Saliva cenderung menjadi lebih kental.

    Kelenjar saliva pada tahap awal akan mengalami inflamasi akut kemudian

    mengalami atrofi dan fibrosis. Selama radioterapi, sel asinar serous dipengaruhi

    lebih dulu dari sel asinar mukus. Akibatnya saliva menjadi lebih lengket dan

    kental. Produksi saliva turun sebanyak 50% selama satu minggu setelah

    radioterapi. Perubahan komposisi saliva juga terjadi antara lain, penurunan sekresi

    IgA, kapasitas buffer dan pH saliva menjadi asam.19

    2.Gangguan pada kelenjar saliva.

    Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva dan

    menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih umum

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    21/46

    mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan

    degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus.17

    Kista-kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat

    menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan

    dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva. 17

    Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat

    mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva

    rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang. 17,18

    3.Kesehatan umum yang terganggu.

    Pada orang-orang yang menderita penyakit-penyakit yang menimbulkan

    dehidrasi seperti demam, diare yang terlalu lama, diabetes, gagal ginjal kronis dan

    keadaan sistemik lainnya dapat mengalami pengurangan aliran saliva. Hal ini

    disebabkan karena adanya gangguan dalam pengaturan air dan elektralit, yang

    diikuti dengan terjadinya keseimbangan air yang negatif yang menyebabkan

    turunnya sekresi saliva. 17,19

    Pada penderita diabetes, berkurangnya saliva dipengaruhi oleh faktor

    angiopati dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis dan karena

    poliuria yang berat, penderita gagal ginjal kronis terjadi penurunan output. Untuk

    menjaga agar keseimbangan cairan tetap terjaga pertu intake cairan dibatasr.

    Pembatasan intake cairan akan menyebabkan menurunnya aliran saliva dan saliva

    menjadi kental. 20

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    22/46

    Penyakit-penyakit infeksi pernafasan biasanya menyebabkan mulut terasa

    kering. Pada infeksi pemafasan bagian atas, penyumbatan hidung yang terjadi

    menyebabkan penderita bernafas melalui mulut . 18

    4.Obat-obatan

    Beberapa obat-obatan mempunyai efek menaikkan sekresi saliva dan

    menurunkan sekresi saliva. Obat-obatan yang mempengaruhi aliran saliva bekerja

    dengan menekan aksi sistem saraf autonom dan secara tidak langsung

    mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau

    dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar saliva dan dengan merangsang

    sekresi saliva. 14

    Contoh obat-obatan yang dapat menghambat pengeluaran saliva yaitu obat-

    obatan antidepresan, antipsikotik, transquilizer, antihistamin, hipnotika,

    antihipertensi, antikholinergi, diuretika, anti parkinson, dan obat pengurang nafsu

    makan. Jika obat-obatan tersebut digunakan untuk waktu lebih dari satu minggu,

    maka harus diambil langkah-langkah untuk melindungi gigi dari serangan

    karies.21

    Adapun contoh obat-obatan yang menaikkan sekresi saliva antara lain :

    a. Mouth Lubricant dan Lemon Mucilage yang mengandung asam sitrat dan

    dapat merangsang sangat kuat sekresi encer dan menyebabkan rasa segar

    di dalam mulut. Tetapi obat ini mempunyai pH yang rendah sehingga

    dapat merusak email dan dentin.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    23/46

    b. Salivix, yang berbentuk tablet isap berisi asam malat, gumarab, kalsium

    laktat, natrium fosfat, Iycasin dan sorbitol akan merangsang produksi

    saliva.

    c. Sekresi saliva juga dapat dirangsang dengan pemberian obat-obatan yang

    mempunyai pengaruh merangsang melalui sistem syaraf parasimpatis,

    seperti pilokarpin, karbamilkolin dan betanekol.19

    5.

    Keadaan fisiologis.

    Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan fisiologis.

    Pada saat berolahraga dan bernafas melalui mulut juga akan memberikan

    pengaruh mulut kering. 18

    Gangguan emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut dapat

    menyebabkan mulut kering. Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut

    merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom dan

    menghalangi sistem parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva. 18

    6.Usia.

    Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut. Keadaan ini

    disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan

    pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah

    komposisinya sedikit. 21

    Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses aging. Terjadi perubahan

    dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang

    digantikan oleh jaringan lemak dan penyambung, lining sel duktus intermediate

    mengalami atropi. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    24/46

    Selain itu, penyakit- penyakit sistemis yang diderita pada usia lanjut dan obat-

    obatan yang digunakan untuk perawatan penyakit sistemis dapat memberikan

    pengaruh mulut kering pada usia lanjut. 22,23

    7.Keadaan-keadaan lain.

    Agenesis dari kelenjar saliva sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang ada

    pasien yang mengalami keluhan mulut kering sejak lahir. Hasil sialograf

    menunjukkan adanya cacat yang besar dari kelenjar saliva.18

    Kelainan syaraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti sklerosis multiple akan

    mengakibatkan hilangnya innervasi kelenjar saliva, kerusakan pada parenkim

    kelenjar dan duktus, atau kerusakan pada suplai darah kelenjar saliva juga dapat

    mengurangi sekresi saliva. 17

    Belakangan telah dilaporkan bahwa pasien-pasien AIDS juga mengalami

    mulut kering, sebab terapi radiasi untuk mengurangi ketidaknyamanan pada

    sarkoma kaposi intra oral dapat menyebabkan disfungsi kelenjar saliva. 17

    2.1.4 PH Saliva

    Suatu derajat keasaman atau seringkali disebut (pH) adalah sesuatu yang

    digunakan untuk menentukan tingkat keasaman suatu larutan. Dimana semakin

    kecil nilai pH maka semakin tinggi tingkat keasaman suatu larutan, dan dikatakan

    netral bila nlai pH adalah 7. Saliva adalah cairan dengan komposisi yang

    seringkali mengalami perubahan antara lain dapat dilihat dari derajat keasaman

    (pH), kandungan elektrolit dan protein didalam susunannya. Menurut Amerogen

    (1991) dinyatakan bahwa susunan kualitatif dan kuantitatif elektrolit di dalam

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    25/46

    ludah menentukan pH dan kapasitas bufer saliva. Efek bufer adalah sifat saliva

    yang cenderung untuk selalu menjaga suasana dalam mulut agar tetap netral,

    dengan cara cairan saliva cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan

    oleh gula.9

    Faktor- faktor yang mempengaruhi pH dalam saliva

    pH dan kapasitas buffer saliva selalu dipengaruhi perubahan-perubahan antara

    lain:

    1. Irama siang dan malam

    pH saliva dan kapasitas buffer akan tinggi segera setelah bangun ( keadaan

    istirahat), tetapi akan cepat turun. Pada saat makan nilai pH saliva tinggi, tetapi

    dalam waktu 30-60 menit akan turun lagi. Selain itu, sampai malam hari akan

    naik, lalu kemudian akan turun lagi.

    2.

    Diet

    Diet berpengaruh dalam pH saliva. Diet yang kaya karbohidrat akan

    menurunkan pH saliva karena menaikkan metabolisme produksi asam oleh

    bakteri-bakteri. Diet yang kaya akan sayur-sayuran akan cenderung menaikkan

    pH saliva.

    3.

    Perangsangan kecepatan sekresi

    Hal ini berkaitan dengan ion bikarbonat yang meningkat jika tejadi

    peningkatan dari laju alir saliva sehingga pH saliva meningkat.9

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    26/46

    Derajat keasaman (pH) saliva optimum untuk pertumbuhan bakteri 6,57,5

    dan apabila rongga mulut pH-nya rendah antara 4,55,5 akan memudahkan

    pertumbuhan kuman asidogenik seperti Streptococcus mutans danLactobacillus.3

    2.2 LANSIA

    2.2.1 Perubahan Pada Lansia

    Proses umum penuaan tidak dapat diterangkan dengan jelas. Hal ini sering

    dijabarkan sebagai gabungan dari fenomena fisiologis normal dan degenerasi

    patologis. Penuaan dapat didefenisikan sebagai suatu hal biologis dimana proses

    tersebut merupakan hal yang genetik, suatu terminasi yang tak terelakkan dari

    pertumbuhan normal. Segi patologis dari penuaan termasuk proses destruksi, yang

    kemungkinan berkaitan dengan reaksi autoimun atau akumulasi dari pengaruh

    trauma-trauma minor yang terjadi sepanjang hidup. Berbagai penyakit tertentu

    yang pernah dialami sepanjang kehidupan cenderung memperkuat besarnya

    perubahan degeneratif yang terjadi pada usia lanjut. Usia lanjut juga

    mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan perubahan patologis.10

    Regresi pada fungsi tubuh secara umum mulai terjadi pada usia 25 hingga 30

    tahun dan berlanjut terus sampai akhir hayat. Penurunan metebolism selular

    menyebabkan berkurangnya kemampuan sel untuk bertumbuh dan reparasi. Laju

    pembelahan sel (mitosis) menurun sehingga pada usia 65 tahun deplesi selular

    mendekati 30%. Karena semua jaringan, organ dan sistem tidak bergeser dengan

    kecepatan yang sama, struktur komposit tubuh dan fungsinya juga berbeda pada

    pasien usia lanjut di bandingkan dengan pasien usia muda.10

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    27/46

    2.2.2 Keadaan rongga mulut pada lansia

    Mukosa mulut dilapisi oleh sel epitel yang berfungsi sebagai barier terhadap

    pengaruh dari dalam maupun luar mulut. Pertambahan usia dapat menyebabkan

    sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya kapiler dan

    suplai darah, berkurangnya keratinisasi, serta penebalan serabut kolagen pada

    lamina propia. Hal ini menyebabkan mukosa mulut terlihat menjadi lebih pucat,

    tipis kering, dan mengalami proses penyembuhan yang melambat. 11

    Selain itu, pada lansia biasanya terjadi penurunan tingkat kebersihan mulut,

    berkurangnya jumlah gigi geligi, penurunan sensivitas mukosa rongga mulut

    terhadap iritasi dan terjadi pula pelemahan jaringan penyangga gigi sehingga

    kemampuan mengunyah berkurang.

    Semua perubahan di atas merupakan proses degenerasi yang menyebabkan

    menurunnya resistensi mukosa. Mukosa mulut menjadi mudah terluka oleh karena

    makanan keras, hal tersebut dapat diperberat karena mulut kering akibat

    menurunya produksi saliva.12

    2.3 Hubungan Volume dan pH Saliva

    Saliva merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara kesehatan gigi

    dan mulut yang berperan dalam fungsi perlindungan. Perannya sebagai pelumnas

    yang melapisi mukosa dan membantu melindungi jaringan mulut terhadap iritasi

    mekanis, termal, dan zat kimia. Fungsi lain termasuk kapasitas buffer, bertindak

    sebagai penyimpanan ion yang memfasilitasi remineralisasi gigi, aktivitas

    antimikroba, yang melibatkan immunoglobulin A, lisozim, laktoferin, dan

    myeloperoxidase. Fungsi perlindungan dilakukan dengan cara meningkatkan

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    28/46

    sekresi saliva yang dapat diukur melalui kecepatan aliran, volume, pH dan

    viskositasnya.

    Meningkatnya sekresi saliva menyebabkan meningkatnya volume dan

    mengencerkan saliva yang diperlukan untuk proses penelanan dan lubrikasi.

    Peningkatan sekresi saliva juga meningkatkan jumlah dan susunan kandungan

    saliva, seperti bikarbonat yang dapat meningkatkan pH. 13

    Sebaliknya menurunnya kecepatan sekresi saliva akan menurunkan pH saliva.

    Keadaan ini akan mempengaruhi proses demineralisasi dan remineralisasi gigi

    geligi.14

    Hal ini akan dibuktikan pada penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan volume

    dan pH saliva khususnya pada lansia.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    29/46

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    Tidak diteliti

    Diteliti

    LANSIA

    Penggunaan

    Gigitiruan

    Konsumsi

    obat-obatan

    Faktor Ekternal Faktor Internal

    Merokok Jenis

    Kelamin

    UsiaOH Penyakit

    Sistemik

    pH Saliva

    Volume Saliva

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    30/46

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional deskriptif, yaitu suatu

    rancangan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap objek alamiah,

    tanpa melakukan intervensi apapun terhadap objek tersebut.

    4.2 Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study, yaitu

    observasi dan pengukuran variabel yang di lakukan pada saat tertentu dan tidak

    melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang di lakukan.

    4.3 Populasi dan Sampel

    4.3.1 Populasi

    Lansia umur 51 tahun keatas di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

    Kabupaten Gowa.

    4.3.2 Sampel

    Pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan seperti usia,

    tidak ada riwayat penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi volume dan pH

    saliva, tidak merokok, tidak menggunakan gigi tiruan dan tidak rutin konsumsi

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    31/46

    obat-obatan. Akan diambil sampel sebanyak 30 orang yang memenuhi kriteria

    tersebut.

    4.4 Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ;

    a.

    Pot penampung saliva

    b. Gelas ukur saliva

    c. pH meter untuk mengukur pH saliva

    d. Handskun

    e. Alat tulis menulis

    4.5 Pengumpulan Data

    Pengambilan sampel saliva (metode tanpa stimulasi) dilakukan satu kali antara

    jam 09.00-11.00. Sebelum penelitian akan dilakukan, diinformasikan kepada

    sampel untuk tidak makan dan minum minimal 60 menit sebelum pengambilan

    sampel. Selama penelitian berlangsung sampel tidak diperbolehkan untuk makan

    dan minum. Pengumpulan saliva dilakukan dengan mencucurkan salivanya ke

    dalam penampung saliva. Volume saliva diukur dengan gelas ukur saliva dan pH

    saliva diukur dengan pH meter kemudian hasilnya dicatat pada form penelitian.

    Pada penelitian ini metode pengumpulan saliva yang digunakan adalah

    metode passive drool. Metode ini adalah metode yang paling efektif dan sering

    digunakan untuk mengumpulkan saliva dengan mengeluarkan saliva secara pasif

    ke dalam wadah kecil.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    32/46

    4.6 Defenisi Operasional

    4.6.1 Volume Saliva

    Volume saliva adalah jumlah saliva yang dapat dikumpulkan dari sampel

    tanpa stimulasi selama 5 menit.

    4.6.2 PH Saliva

    PH saliva adalah tingkat keasaman pada cairan rongga mulut yang di dapat

    dari sampel (LANSIA umur 51 tahun keatas) sehingga dapat diketahui asam atau

    basa.

    4.6.3 Lansia

    Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke

    atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan

    untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

    secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

    memperbaiki kerusakan yang terjadi.

    4.7 Kriteria Penilaian

    4.7.1 Volume Saliva

    Volume saliva tanpa stimulasi dinilai dengan menggunakan gelas pengukur

    saliva, dimana kriteria penilaian volume saliva (mL) disesuaikan dengan nilai

    normal volume saliva menurut Batthal dan Ericsson (1996), jumlah normal

    volume saliva tanpa stimulasi yaitu 0,3 mL dalam 1 menit. Jadi, dalam waktu 5

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    33/46

    menit jumlah volume saliva tanpa stimulasi yang dapat terkumpul normalnya 1,5

    mL.

    Kriteria penilaiannya ;

    a. < 1,5 : < Normal

    b. 1,5 : Normal

    c. > 1,5 : > Normal

    4.7.2 pH Saliva

    pH saliva dinilai dengan menggunakan pH meter, dimana ;

    a. < 7 : pH Asam

    b. 7 : Netral

    c.

    > 7 : pH Basa

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    34/46

    4.8 Alur Penelitian

    Pengumpulan Sampel

    Pengambilan Sampel Saliva

    Kesimpulan

    Analisis Data

    Pengukuran pH Saliva

    Pengukuran Volume Saliva

    Hasil Penelitian

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    35/46

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara volume saliva dengan

    pH saliva pada populasi lanjut usia. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna

    Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa pada tanggal 17 Mei 2013. Adapun, lanjut

    usia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang berusia 50 tahun ke atas.

    Hubungan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah hubungan korelasi.

    Subjek penelitian adalah seluruh lanjut usia yang berusia 50 tahun ke atas dan

    tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji. Seluruh sampel berjumlah 30

    orang.

    Pengambilan data diawali dengan metode interview untuk mendapatkan

    identitas pasien, seperti usia dan jenis kelamin. Selanjutnya, saliva pasien diambil

    dengan metode tanpa stimulasi (unstimulated saliva) dan dilakukan satu kali

    antara jam 09.00 hingga jam 11.00. Sampel telah diinstruksikan sebelunya untuk

    tidak makan dan minum sebelumnya selama 60 menit untuk mengurangi variabel

    perancu. Pengumpulan saliva dilakukan dengan mencucurkan saliva ke dalam

    penampungan saliva secara pasif selama lima menit (metode passive drool).

    Volume saliva diukur dengan gelas ukur dan pH saliva dengan pH meter. Seluruh

    hasil penelitian selanjutnya dicatat, dikumpulkan, dan dianalisis dengan

    menggunakan program SPSS versi 16.0. Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel

    distribusi sebagai berikut.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    36/46

    Tabel 1. Distribusi karakteristik sampel penelitian

    Karakteristik sampel penelitian Frekuensi (n) Persen (%) Mean SD

    Jenis KelaminLaki-laki 15 50

    Perempuan 15 50

    Usia 74.57 8.71

    Kelompok Usia

    Usia 51-60 tahun 2 6.7

    Usia 61-70 tahun 6 20.0

    Usia 71-80 tahun 16 53.3

    Usia 81-90 tahun 6 20.0

    Volume Saliva (ml) 1.09 0.28

    pH Saliva 5.46 0.69

    Total 30 100

    Tabel 1 menunjukkan distribusi karakteristik sampel penelitian yang

    berjumlah 30 sampel secara keseluruhan dan terdiri atas 15 perempuan (50%) dan

    15 laki-laki (50%). Rata-rata usia sampel penelitian adalah 74 tahun dengan

    kelompok usia yang paling banyak adalah usia 71-80 tahun, yaitu sebanyak 16

    orang (53.3%). Adapun, kelompok usia yang paling sedikit adalah usia 51-60

    tahun, yaitu sebanyak dua orang (6.7%). Rata-rata volume saliva sampel secara

    keseluruhan adalah 1.09 ml dan rata-rata pH saliva pasien secara keseluruhan

    adalah 5.46.

    Tabel 2.Distribusi kelompok usia berdasarkan jenis kelamin sampel

    penelitian

    Usia

    Jenis Kelamin

    TotalLaki-laki PerempuanKelompok Usia

    Usia 51-60 tahun 1 (3.3%) 1 (3.3%) 2 (6.7%)

    Usia 61-70 tahun 4 (13.3%) 2 (6.7%) 6 (20%)

    Usia 71-80 tahun 6 (20.0%) 10 (33.3%) 16 (53.3%)

    Usia 81-90 tahun 4 (13.3%) 2 (6.7%) 6 (20%)Total 15 (50%) 15 (50%) 30 (10%)

    Tabel 2 menunjukkan distribusi kelompok usia berdasarkan jenis kelamin

    sampel penelitian. Seperti yang telah dijelaskan, terdapat 15 laki-laki dan 15

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    37/46

    perempuan. Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 15 laki-laki, terdapat satu orang

    (3.3%) yang berusia 51-60 tahun; empat orang (13.3%) yang berada dalam

    kategori usia 61-70 tahun; enam orang (20%) yang masuk dalam kelompok usia

    71-80 tahun; dan empat orang (13.3%) yang berusia 81-90 tahun. Adapun, untuk

    sampel yang berjenis kelamin perempuan, terdiri dari satu orang yang berusia 51-

    60 tahun; dua orang (6.7%) yang berusia 61-70 tahun; sepuluh orang (33.3%)

    yang berada dalam kategori usia 71-80 tahun; dan dua orang (6.7%) yang berada

    dalam kelompok usia 81-90 tahun.

    Tabel 3. Distribusi usia, volume saliva, dan pH saliva berdasarkan jenis

    kelamin dan kelompok usia

    Jenis Kelamin dan UsiaUsia Volume Saliva pH Saliva

    Mean SD Mean SD Mean SD

    Jenis KelaminLaki-laki 74.20 9.51 1.10 0.23 5.50 0.70Perempuan 74.93 8.13 1.08 0.18 5.43 0.70

    Kelompok UsiaUsia 51-60 tahun 54.00 4.24 1.40 0.00 6.50 0.00

    Usia 61-70 tahun 66.00 2.89 1.32 0.07 6.08 0.49

    Usia 71-80 tahun 76.50 2.92 1.08 0.11 5.31 0.57

    Usia 81-90 tahun 84.83 2.48 0.80 0.08 4.91 0.49

    Total 74.57 8.70 1.09 0.21 5.46 0.69

    Tabel 3 menunjukkan distribusi usia, volume saliva, dan pH saliva

    berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia. Terlihat dari tabel 3, baik jenis

    kelamin laki-laki dan perempuan memiliki rata-rata usia, volume saliva, dan pH

    saliva yang hampir serupa, yaitu rata-rata usia 74 tahun, volume saliva 1.10 ml

    untuk laki-laki dan 1.08 untuk perempuan, serta pH saliva 5.5 untuk laki-laki dan

    5.43 untuk perempuan. Berdasarkan kelompok usia, terlihat semakin tinggi usia

    diikuti dengan penurunan volume saliva dan pH saliva. Pada usia 51-60 tahun,

    volume saliva yang diperoleh mencapai 1.40 ml dan pH 6.5. Akan tetapi, seiring

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    38/46

    peningkatan usia, volume dan pH saliva menurun, mulai dari usia 61-70 tahun,

    volume saliva menurun menjadi 1.32 ml dengan pH 6.08, diikuti pada usia 71-80

    tahun, volume saliva terus menurun menjadi 1.08 ml dengan pH 5.31, hingga pada

    usia 81-90 tahun, terlihat volume saliva hanya diperoleh 0.80 ml dengan pH hanya

    mencapai 4.91. Secara keseluruhan, rata-rata usia sampel penelitian adalah 74

    tahun dengan volume 1.09 ml dan pH saliva 5.46.

    Tabel 4. Korelasi volume saliva (ml) dengan pH saliva sampel penelitianVolume Saliva pH Salivap-value Koefisien korelasi (r)

    Mean SD Mean SD

    1.09 0.28 5.46 0.69 *0,000 0,785

    *Pearson correlation test: p

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    39/46

    sebesar 78.5%. Koefisisen korelasi 0.60 hingga 0.79 menunjukkan hubungan

    korelasi dengan kategori hubungan yang kuat (Sopiyudin, 2009).

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    40/46

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    Pada keadaan lanjut usia (Lansia), biasanya terjadi penurunan tingkat

    kebersihan mulut, berkurangnya jumlah gigi geligi dan penurunan sensitivitas

    mukosa rongga mulut terhadap iritasi. Selain itu juga terjadi pelemahan jaringan

    penyangga gigi sehingga kemampuan mengunyah menjadi berkurang.

    Semua perubahan tersebut adalah proses degenerasi yang menyebabkan

    resistensi mukosa menurun. Mukosa mulut menjadi mudah terluka oleh makanan

    yang keras dan proses penyembuhan yang agak melambat. Semua keadaan

    tersebut diperberat karena mulut kering akibat menurunnya produksi saliva. 12

    Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses aging. Terjadi perubahan

    dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang

    digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Keadaan inilah yang menyebabkan

    menurunnya produksi saliva. 21,22

    Meningkatnya sekresi saliva menyebabkan meningkatnya volume dan

    mengencerkan saliva yang diperlukan untuk proses penelanan dan lubrikasi.

    Peningkatan sekresi saliva juga meningkatkan jumlah dan susunan kandungan

    saliva, seperti bikarbonat yang dapat meningkatkan pH. Sebaliknya menurunnya

    sekresi saliva akan menurunkan jumlah dan susunan kandungan saliva yang dapat

    menyebabkan menurunnya pH saliva.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    41/46

    Hal ini diperkuat dari hasil penelitian berdasarkan kelompok usia dari 30

    orang sampel, terlihat semakin tinggi usia diikuti dengan penurunan volume saliva

    dan pH saliva. Pada usia 51-60 tahun, volume saliva yang diperoleh mencapai

    1.40 ml dan pH 6.5. Akan tetapi, seiring peningkatan usia, volume dan pH saliva

    menurun, mulai dari usia 61-70 tahun, volume saliva menurun menjadi 1.32 ml

    dengan pH 6.08, diikuti pada usia 71-80 tahun, volume saliva terus menurun

    menjadi 1.08 ml dengan pH 5.31, hingga pada usia 81-90 tahun, terlihat volume

    saliva hanya diperoleh 0.80 ml dengan pH hanya mencapai 4.91. Secara

    keseluruhan, rata-rata usia sampel penelitian adalah 74 tahun dengan volume 1.09

    ml dan pH saliva 5.46.

    Selain itu juga berdasarkan hasil uji statistik, terlihat bahwa terdapat hubungan

    korelasi yang signifikan antara volume saliva dengan pH saliva (p: 0.000,

    p

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    42/46

    BAB VII

    PENUTUP

    7.1 KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik beberapa

    kesimpulan sebagai berikut :

    2. Apakah terjadi penurunan volume dan pH saliva pada lansia :

    Berdasarkan kelompok usia, terlihat semakin tinggi usia diikuti dengan

    penurunan volume saliva dan pH saliva. Pada usia 51-60 tahun,

    volume saliva yang diperoleh mencapai 1.40 ml dan pH 6.5. Akan

    tetapi, seiring peningkatan usia, volume dan pH saliva menurun, mulai

    dari usia 61-70 tahun, volume saliva menurun menjadi 1.32 ml dengan

    pH 6.08, diikuti pada usia 71-80 tahun, volume saliva terus menurun

    menjadi 1.08 ml dengan pH 5.31, hingga pada usia 81-90 tahun,

    terlihat volume saliva hanya diperoleh 0.80 ml dengan pH hanya

    mencapai 4.91. Secara keseluruhan, rata-rata usia sampel penelitian

    adalah 74 tahun dengan volume 1.09 ml dan pH saliva 5.46.

    3. Apakah ada hubungan volume dan pH saliva pada lansia :

    Berdasarkan hasil uji statistik, terlihat bahwa terdapat hubungan

    korelasi yang signifikan antara volume saliva dengan pH saliva (p:

    0.000, p

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    43/46

    korelasi 0.60 hingga 0.79 menunjukkan hubungan korelasi dengan

    kategori hubungan yang kuat.

    7.2 SARAN

    1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih menyempurnakan

    penelitian ini, yaitu dengan membandingkan variabel lain yang juga

    merupakan etiologi dari mulut kering khususnya pada lansia. Seperti

    jenis obat yang dikonsumsi, tingkat stress, terapi radiasi yang pernah

    dijalani dan kesehatan umum yang terganggu yang menyebabkan

    berkurangnya sekresi saliva.

    2. Melihat kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan gigi dan

    mulut, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada

    lansia. Khususnya di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

    Kabupaten Gowa.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    44/46

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hidayani T.A, Handajani J. Efek merokok terhadap status pH dan volume

    saliva pada laki-laki usia dewasa dan usia lanjut.Dent J: Dentika;2010: 15(2);

    145-9.

    2. Chrismawaty E. Peran struktur mukosa rongga mulut dalam mekanisme

    blockade fisik terhadap iritan.MIKGI; 2006:V: 244-9.

    3. Soesilo D, Santoso R.E, Diyatri I. Peranan sorbitol. Dent J: Majalah

    Kedokteran Gigi; 2005: 38(1); 25-8.

    4. Novy B, Young D. Dental caries : a pH-mediated disease. CDHA J; 2010:

    25(1).

    5. Hasan H. Penanganan sialolitiasis. J Kedokteran Gigi: Dentofasial; 2009:

    8(1);35-9.

    6. Rosen F.S. Anatomi and physiology of the salivary gland. Grand Rounds

    Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology. 2001:1-11.

    7. Rantonen P. Salivary flow and composition in healthy and diseased adults.

    Dissertation. Helsinki: University of Helsinki, 2003:16-26.

    8.

    Roland S.M.Gigi penasihat kesehatan oral aksi, gigi umum praktisi st. john

    wood. 2005: London.

    9.

    Febyanti P.A. Perbedaan perubahan derajat keasaman (pH) plak sebelum dan

    seduah mengkonsumsi makanan yang mengandung gula dan makanan yang

    tidak mengandung gula pada penghuni asrama JKG Poltekkes. JKG:

    Semarang; 2007.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    45/46

    10.Tarigan S. Pasien protodonsia lanjut usia : beberapa pertimbangan dalam

    perawatan. Sumatera Utara: FKG USU; 2005. hal.1-35.

    11.Barnes I.E, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Alih bahasa

    Cornella Hutauruk. EGC; 2006.

    12.Dharmautama M, Koyama A.T, Kusumawati A. Tingkat keparahan halitosis

    pada manula pemakai gigitiruan. J Kedokteran Gigi: Dentofasial; 2008: 7(2);

    107-14.

    13.Rodian M, Satari M.H, Rolleta H.E. Efek mengunyah permen karet yang

    mengandung sukrosa, xylitol, probiotik terhadap karakteristik saliva. Dent J:

    Dentika; 2011: 16(1); 44-8.

    14.Rahayu F.A, Handajani J. Mengkonsumsi minuman beralkohol dapat

    menurunkan derajat keasaman dan volume saliva. Dent J: Dentika; 2010:

    15(1); 15-9.

    15.Roletta H.E. Pengaruh stimulus pengunyahan dan pengecapan terhadap

    kecepatan aliran dan pH saliva. J Kedokteran Gigi Universitas Indonesia;

    2002;1(9): 29-34.

    16.Glass B.J, Van Dis M.L, Langlais R.P, Miles D.A. Xerostomia: diagnosis and

    treatment planning considerations. J of Oral Surgery, Oral Medicine, Oral

    Pathology; 1984: 58(2); 248-52.

    17.

    AI-Saif K.M. Clinical management of salivary deficiency : a review article.

    The Saudi Dent J; 1991: 3(2); 77-80.

    18.Haskell R, Gayford J.J. Penyakit mulut ed. ke-2. alih bahasa drg. Lilian

    Yuwono. Jakarta: EGC; 1990. hal.67-73.

  • 8/11/2019 Hubungan Volume Dan Ph Saliva-PDF

    46/46

    19.Amerongan A.V.N. Ludah dan kelenjar ludah : arti bagi kesehatan gigi ed. ke-

    1. alih bahasa Prof.drg.Rafiah Abyono. Yogyakarta: Gajah Mada University

    Press; 1991. hal.2-6.

    20.Scully C, Cawson R.A. Medical problems in dentistry 3rd ed. Wright. p.192-6.

    21.Edwina A.M, Joyston B.S. Dasar-dasar karies penyakit dan

    penanggulangannya. Editor: Narlan Sumawinata, Safrida Faruk. Jakarta: EGC;

    1991. hal.1-3, 65-8.

    22.Pedersen P.H, Loe H. Geriatric dentistry 1st ed. Munksgard: Copenhagen;

    1986. p.94-120.

    23.Ernawati D.S. Kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat proses menua.

    Majalah Kedokteran Gigi Universitas Airlangga; 1997: 30(3); 113.

    24.Minasari. Peranan saliva dalam rongga mulut. Dent J: Majalah Kedokteran

    Gigi USU; 1999: 4(2): 33-9.