paper infil htata
DESCRIPTION
paper htataTRANSCRIPT
HUBUNGAN TANAH AIR TANAMAN DAN ATMOSFER
PAPER INFILTRASI
OLEH:
05121002039 LINDRI FIAMELDA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah.
Infiltarasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run
off. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air
permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah.
(Hardjowigeno,1993)
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi sifat – sifat fisiknya drajat
kemapatannya, kandungan air dan permiabilitas lapisan bawah permukaan nisbi
air dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena
pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan pula oleh tekanan dari
pukulan air hujan pada permukaan tanah.Proses berlangsungnya air masuk ke
permuakan tanah kita kenal dengan infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh
tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga
waktu.(Suripin, 2001)
Mempelajari proses terjadinya dan faktor yang mempengaruhi dalam proses
infiltrasi terutama pada infiltrasi dibawah tegakan hutan, mahasiswa memahami
berbagi fungsi penting dari hutan sebagai salah satu media untuk meningkatkan
proses masuknya air dalam tanah sehingga peran hutan dalam mengendalikan
aliran permukaan nampak lebih jelas. Dengan memahami proses dan cara
pengukurannya, mahasiswa dapat melakukan analisis dan medesain pembangunan
atau pengelolaan suatu kawasan hutan dengan memperhatikan peran proses
infiltrasi didalamnya.
Pengukuran infiltrasi, baik kapasitas nya maupun kecepatannya dari suatu
tanah penting untuk mengetahui bentuk-bentuk keadaan keberadaan air dan
pengelolaan air yang baik dalam tanah.Infiltrasi adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan proses masuknya air kedalam tanah, biasanya merupakan aliran
kebawah yang melalui seluruh permukaan tanah. Kecepatan proses ini merupakan
kecepatan proses ini umumnya menetukan banyaknya air yang masuk ke
perakaran dan banyaknya air yang mengalir dipermukaan tanah (surface run off).
Laju infiltrasi adalah jumlah (volume) air yang melewati suatu
luasan penmpang permukaan tanah perwaktu dengan satuan m3/m2/det, atau
sama dengan satuan kecepatan meter/detik. Bila suatu saat air mulai menggenang
dipermukaan tanah, berarti laju penambah air dipermukaan tanah telah melampaui
laju infiltrasi tertinggi. Laju infiltrasi maksimum dinamakan „‟kapasitas
infiltrasi‟‟ (Horton,1971) dan oleh Hilell (1971) disebut sebagai “ infiltrability”.
Laju infiltrasi dapat diukur dengan mengunakan infiltrometer, yang berupa
silinder tunggal atau ganda yang dimasukan kedalam tanah kemudian di isi air.
Permukaan air ini dapat juga tetap atau dapat pula dibiarkan menurun, dan
keduanya dapat menunjukan laju infiltrasi tanah yang keduanya dapat
menunjukan laju infiltrasi tanah yang bersangkutan. Dalam praktikum ini
mengunakan infiltrometer ganda yang dianggap lebih baik disbanding dengan
silinder tunggal.
Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari
permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air
hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah,
sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland
flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi
maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk
lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau
mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang
dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi.
1.2. Tujuan
Tujuan paper ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari tentang
infiltrasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Infiltrasi
Infiltrasi merupakan proses penyerapan air oleh tanaman yang berlangsung
pada tanah yang dipengaruhi oleh tingkat kelembapan suatu tanah dan juga kadar
air tanah dan kandungan bahan organik tanah.Infiltrasi sering didefenisikan
artinya hampir sama dengan irigasi dan juga transportasi air pada tanah. Irigasi
merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertaniannya.
Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah
melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi
vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari permukaan tanah (Jury dan Horton,
2004).Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas
infiltrasi. Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada
suatu periode infiltrasi.
Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah
melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi
vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari permukaan tanah (Jury dan Horton, 2004).
Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas
infiltrasi. Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada
suatu periode infiltrasi. Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam
tanah dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi
maksimum air meresap ke dalam tanah (Haridjaja, Murtilaksono dan Rachman,
1991).
Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah
dan menurun dengan bertambahnya waktu (Philip, 1969 dalam Jury dan Horton,
2004). Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke dalam tanah mengisi kekurangan
kadar air tanah. Setelah kadar air tanah mencapai kadar air kapasitas lapang, maka
kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi cadangan air tanah (ground water)
(Jury dan Horton, 2004).
Infiltrasi merupakan bagian dari siklus hidrologi yang mempunyai peranan
penting dalam berbagai aspek kehidupan yang berkaitan dengan ketersediaan air.
Pada tanah-tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi tanah yang rendah, sebagian
besar curah hujan berubah menjadi aliran permukaan dan hanya sebagian kecil air
hujan yang masuk ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Akibatnya jumlah
air yang menjadi simpanan air tanah menurun. Infiltrasi juga dapat
dimanfaatkan untuk pertimbangan perkiraan potensi kekeringan, aliran
permukaan, erosi dan pertimbangan kegiatan-kegiatan tertentu (Haridjaya dkk,
1991).
Pengamatan infiltrasi di lapang dapat dilakukan dengan membuat simulasi
peresapan air oleh tanah. Simulasi ini dibantu dengan peralatan tertentu. Salah
satu peralatan yang dapat digunakan adalah double ring infiltrometer
(infiltrometer cincin konsentrik) (Seyhan, 1990). Alat tersebut terdiri dari dua
metal silinder yang berbeda ukuran. Kedua silinder dipasang pada tanah dan diisi
dengan air untuk kemudian diamati penurunan tinggi muka air pada tiap waktu
tertentu (Brady dan Weil, 2008).
Laju infiltrasi dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, jenis liat, tutupan taju
vegetasi, tindakan pengolahan tanah dan laju penyediaan air. Secara langsung, laju
infiltrasi dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan. Kapasitas
infiltrasi ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah. Unsur struktur tanah yang
terpenting adalah ukuran, jumlah dan distribusi pori, serta kemantapan agregat
tanah (Haridjaja dkk, 1991).
Menurut Arsyad (2006), laju masuknya air ke dalam tanah terutama
dipengaruhi oleh ukuran dan kemantapan agregat. Pori tanah merupakan bagian
tanah yang tidak terisi bahan padat tanah. Pori-pori tanah dapat terbentuk akibat
susunan agregat tanah, aktivitas akar, cacing, dan aktivitas organisme tanah
lainnya. Aktivitas perakaran tumbuhan tahunan, sangat berperan dalam
pembentukan saluran untuk pergerakan air dan udara. Saluran yang terbentuk
umumnya berbentuk pipa yang kontinu dengan panjang yang dapat mencapai satu
meter (Brady dan Weil, 2008).
Total ruang pori tanah yang merupakan volume relatif dari pori-pori tanah
dipengaruhi oleh susunan butiran padat tanah. Selain itu, total ruang pori tanah
juga dipengaruhi oleh kedalaman tanah. Umumnya, tanah pada lapisan bawah
lebih padat sehingga memiliki total ruang pori tanah yang lebih kecil
dibandingkan total ruang pori tanah lapisan atas (Soepardi, 1974).
Peran total ruang pori tanah berkaitan dengan pergerakan air dan udara
serta penyimpanannya berkaitan dengan akar tanaman, mikroorganisme dan fauna
tanah (Marshall dan Holmes, 1988).Berdasarkan Isyari (2005), laju infiltrasi pada
penggunaan lahan hutan, tegalan, dan semak lebih tinggi daripada laju infiltrasi
penggunaan lahan pemukiman. Pemadatan yang terjadi akibat aktivitas manusia
menurunkan laju infiltrasi. Pengolahan tanah yang dilakukan pada suatu lahan
berpotensi untuk meningkatkan dan menurunkan laju infiltrasi tanah. Aktivitas
perakaran meningkatkan pori drainase dan berdampak pada peningkatan laju
infiltrasi.
Menurut Arianti (1999), laju infiltrasi tanah hutan lebih tinggi daripada
laju infiltrasi tanah pertanian (tegalan). Jenis tanaman semusim yang ditanam
pada tanah pertanian memiliki akar yang dangkal dengan penyerapan air yang
sedikit sehingga kandungan air tanah tinggi dan laju infiltrasi menjadi rendah.
Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah dalam
waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum air
meresap ke dalam tanah (Haridjaja, Murtilaksono dan Rachman, 1991).Laju
infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan
menurun dengan bertambahnya waktu (Philip, 1969 dalam Jury dan Horton,
2004).Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke dalam tanah mengisi kekurangan
kadar air tanah. Setelah kadar air tanah mencapai kadar air kapasitas lapang, maka
kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi cadangan air tanah (ground water)
(Jury dan Horton, 2004).
Infiltrasi merupakan bagian dari siklus hidrologi yang mempunyai peranan
penting dalam berbagai aspek kehidupan yang berkaitan dengan ketersediaan air.
Pada tanah-tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi tanah yang rendah, sebagian
besar curah hujan berubah menjadi aliran permukaan dan hanya sebagian kecil air
hujan yang masuk ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Akibatnya jumlah
air yang menjadi simpanan air tanah menurun. Infiltrasi juga dapat
dimanfaatkan untuk pertimbangan perkiraan potensi kekeringan, aliran
permukaan, erosi dan pertimbangan kegiatan-kegiatan tertentu (Haridjaya dkk,
1991).
2.2. Kapasitas Infiltrasi
Kapasitas Infiltrasi adalah kurva batas yang menggambarkan laju peresapan air
maksimum dengan waktu untuk jenis tanah tertentu (termasuk jenis penutup
tanahnya). Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas infiltrasi :
f = fC + e- kt
Rumus Horton :
F = laju infiltrasi pada waktu t (mm/jam)
fc = kapasitas infiltrasi pada waktu t (mm/jam)
= f0 - fc
f0 = kapasitas infiltrasi awal pada t=0 mm/jam)
t = waktu terhitung mulainya hujan (menit)
K = konstanta untuk jenis tanah dan penutup tertentu (1/menit)
2.3. Perhitungan Infiltrasi
Infiltrasi dapat diukur dengan cara berikut :
a. Dengan infiltrometer
Infiltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas tabung baja
yang ditekankan kedalam tanah.Permukaan tanah di dalam tabung diisi air.Tinggi
air dalam tabung akan menurun, karena proses infiltrasi. Kemudian banyaknya air
yang ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung tersebut harus
diukur. Makin kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran ke
samping di bawah tabung. Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari
banyaknya air yang ditambahkan kedalam tabung sebelah dalam per satuan
waktu.
b. Dengan testplot
Pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer hanya dapat dilakukan terhadap
luasan yang kecil saja, sehingga sukar untuk mengambil kesimpulan terhadap
besarnya infiltrasi bagi daerah yang lebih luas. Untuk mengatasi hal ini dipilih
tanah datar yang dikelilingi tanggul dan digenangi air. Daya infiltrasinya didapat
dari banyaknya air yang ditambahkan agar permukaannya konstan. Jadi testplot
sebenarnya adalah infiltrometer yang berskala besar.
c. Lysimeter
Lysimeter merupakan alat pengukur berupa tangki beton yang ditanam
dalam tanah diisi tanah dan tanaman yang sama dengan sekelilingnya, dilengkapi
dengan fasilitas drainage dan pemberian air. Untuk mencapai tujuan ini lebih baik
digunakan lysimeter timbang, dengan lysimeter timbang besarnya infiltrasi
dengan kondisi curah hujan yang sebenarnya dapat dipelajari. Curah hujan harus
diukur dengan alat pencatat hujan (recording rain gauge) yang harus ditemptkan
di dekat lysimeter tersebut.
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi
Suryatmojo (2006) menjelaskan bahwa infiltrasi di pengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain :
a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir ( 2 mm–50 µ),
debu (50-2µ), dan liat (<2µ) di dalam tanah. Kelas tekstur tanah dibagi dalam 12
kelas yaitu: pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung
berdebu, debu, lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat
berpasir, liat berdebu, liat.
Berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah digolongkan menjadi tiga
partikel atau juga disebut sebagai separat penyusun tanah yaitu pasir, debu, dan
liat. Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, porositasnya
rendah (< 40 %), sebagian besar ruang pori berukuran besar, sehingga aerasenya
baik, daya hantar air cepat tetapi kemampuan menahan air dan zat hara rendah.
Tanah disebut bertekstur liat jika kandungan liatnya > 35 %, porositasnya relatif
tinggi (60 %), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil, daya
hantar air sangat lambat dan sirkulasi udara kurang lancar. Pada tekstur tanah
pasir , laju infiltrasi akan sangat cepat, pada tekstur lempung laju infiltrasi adalah
sedang hingga cepat dan pada tekstur liat laju infiltrasi tanah akan lambat.
b. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan agregat-agregat primer tanah secara alami
menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang. Struktur tanah dapat
dinilai dari stabilitas agregat, kerapatan lindak, dan porositas tanah. Struktur tanah
ditentukan oleh tiga group yaitu mineral-mineral liat, oksida-oksida besi,
dan mangan, serta bahan organik koloidal gum yang dihasilkan oleh jasad renik.
Bentuk struktur tanah yang membulat (granular dan remah) menghasilkan
tanah dengan daya serap tinggi sehingga air mudah meresap kedalam tanah.
Struktur tanah remah (tidak mantap), sangat mudah hancur oleh pukulan air hujan
menjadi butir-butir halus, sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya air
infiltrasi terhambat dan aliran permukaan meningkat.
c. Berat Isi (Bulk Density)
Semakin tinggi kepadatan tanah, maka infiltrasi akan semakin kecil.
Kepadatan tanah ini dapat disebabkan oleh adanya pengaruh benturan-benturan
hujan pada permukaan tanah. Tanah yang ditutupi oleh tanaman biasanya
mempunyai laju infiltrasi lebih besar dari pada permukaan tanah yang terbuka.
Hail ini disebabkan oleh perakaran tanaman yang menyebabkan porositas tanah
lebih tinggi, sehingga air lebih banyak dan meningkat pada permukaan yang
tertutupi oleh vegetasi, dapat menyerap energi tumbuk hujan dan sehingga mampu
mempertahankan laju infiltrasi yang tinggi.
Kerapatan isi adalah berat persatuan volume tanah kering oven, biasanya
ditetapkan sebagai g / m3. Contoh tanah yang ditetapkan untuk menentukan
beratjenis palsu harus diambil secara hati-hati dari dalam tanah, tidak boleh
merusak struktur asli tanah. Terganggunya struktur tanah dapat mempengaruhi
pori-por tanah, demikian pula berat persatuan volume. Empat atau lebih bongkah
(gumpal) tanah biasanya diambil dari tiap horizon untuk memperoleh nilai rata-
rata.
d. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri sebagian dari sisa dan
sebagian dari pembentukan dari sisa tumbuahan dan hewan. Bahan organik yang
dikandung oleh tanah hanya sedikit, kurang lebih hanya 3 % sampai 5 % dari
berat tanah dari topsoil tanah mineral yang mewakili. Bahan organik berperan
sebagai pembentuk butir (granulator) dari butir-butir mineral yang menyebabkan.
Terjadinya keadaan gembur pada tanah produktif. Bahan ini biasanya berwarna
hitam atau coklat bersifat koloida. Daya menahan air dan ion-ion hara jauh lebih
besar dari pada lempung.
2.5. Model Horton
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam
hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor
yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam
tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan
retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran
struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah
oleh tetesan air hujan. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis dengan
persamaan
f = fc + (fo – fc)e-kt ; i ≥ fc dan k = konstan
Keterangan;
f : laju infiltrasi nyata (cm/h)
fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)
fo : laju infiltrasi awal (cm/h)
k : konstanta geofisik
Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan
utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya f0, fc, dan k dan
ditentukan dengan data-fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem
komputer proses ini dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana.
2.6. Kurva Kapasitas Infiltrasi
Kurva kapasitas merupakan hubungan antara kapasitas infiltrasi dengan
waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah terjadinya hujan.Kapasitas
infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadi nya hujan ,akan tetapi
semakin lama kapasitas nya maka akan mencapai penurunan hingga mencapai
titik konstan. Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
a. Kelembapan tanah
b. Kompaksi
c. Penumpukan bahan liatan
d. Tekstur tanah
e. Struktur tanah
Menurut knaap(1978) untuk mengumpulkan data infiltrasi dapat dilakukan dengan
tiga cara yakni:
a. Inflow-outflow
b. Analisis data hujan dan hidrograf
c. Double ring inflometer
Dari ketiga cara tersebut yang paling sering digunakan pengukuran infiltrasi
dilapangan yaitu dengan menggunakan doble ring inflometer.Double ring
infiltometer merupakan cara yang termudah dilakukan dimana selain pengukuran
yang mudah dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah dicari,inilah
yang menjadi alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan.
III. PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan
Istilah infilrasi secara spesifik merujuk pada peristiwa masuknya air ke
dalam permukaan tanah. Infiltrasi merupakan satu-satunya sumber kelembaban
tanah untuk keperluan pertumbuan tanaman dan untuk memasok air tanah.
Melalui infiltrasi, permukaan tanah membagi air hujan menjadi aliran permukaan,
kelembaban tanah dan air tanah (Schwab et al. 1996). Infiltrasi berkaitan erat
dengan perkolasi yaitu peristiwa bergeraknya air ke bawah dalam profil tanah.
Infiltrasi menyediakan air untuk perkolasi. Laju infiltrasi tanah yang basah tidak
dapat melebihi laju perkolasi (Arsyad 1989).
Konduktivitas hidraulik menurun dengan cepat, dengan semakin menurun
potensial air, sehingga gerak air sangat lambat pada tanah kering dan praktis
berhenti pada potensial air sekitar –15 bar. Pada tanah yang sangat kering,air
hanya bergerak sebagai uap. Perbedaan temperatur antara permukaan tanahdengan
horizon yang lebih dalam mampu menggerakkan air (uap) ke atas padamusim
dingin dan ke bawah pada musim panas. Bila dalamnya permukaan air tanah
sekitar satu meter, gerak air ke atas cukup memadai untuk kebanyakan tanaman.
Kuantitas air yang mampu diserap oleh tanah sangat tergantung pada
kondisi fisik tanah misalnya, bobot isi (daya tanah melarutkan air), infiltrasi
(dayatanah meresap kan air), porositas (jumlah volume udara yang terkandung
dalamtanah), dan struktur tanah(bentukan hasil penyusunan butiranbutiran tanah).
Pada umumnya jenis tanah lempung mempunyai Iaju infiltrasi yang cukup rendah
sedangkan pada tanah berpasir laju infiltrasinya tinggi. Jenis tanah yangsama
tetapi dengan kepadatan yang berbeda akan mempunyai laju infiltrasi yang juga
berbeda. Makin padat tanah tersebut, semakin kecil laju infiltrasi yang
terjadiKelembaban tanah yang selalu berubah setiap saat juga mempengaruhi laju
infiltrasi yang terjadi.
Makin tinggi kadar air di dalam tanah, laju infiltrasi tanahtersebut makin
kecil. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa semakin lama,laju infiltrasi akan
semakin kecil. Pengaruh tanaman di atas permukaan tanah adadua, yaitu yang
berfungsi menghambat aliran air di atas permukaan sehinggakesempatan
berinfiltrasi lebih besar, dan tumbuhan dengan sistem akar-akaranyang dapat lebih
menggemburkan tanah, sehingga semakin baik tutup tanamanyang ada, makin
tinggi laju infiltrasi yang terjadi.
Air yang memasuki tanah yang kering berasal dari permukaan
tanah,dengan jalan masuk yang tetap yaitu pori-pori tanah. Meskipun jumlah pori-
poridapat dianggap tetap, tetapi volume pori dapat berubah-ubah. Pada tanah
lempung, Swelling akibat pembasahan dapat mengurangi volume pori-
pori tanahberukuran besar yang mempengaruhi laju infiltrasi dan kapasitas
infiltrasi.
Peristiwa masuknya air ke dalam tanah terjadi karena adanya perbedaan
potensial air tanah. Air bergerak dari potensial tinggi ke potensial yang lebih
rendah. Dalam Soeperdi (1979), potensial air tanah didefinsiikan sebagai ” jumlah
kerja yang harus dilakukan tiap satuan jumlah air murni agar dapat dipindahkan
secara berlawanan dan secara isotermal sejumlah air tak terbatas dari suatu
gudang (pool) air murni dari ketinggian tertentu bertekanan atmosferik ke air
tanah (ke tempat yang dipersoalkan).”
Menurut Seyhan (1977), potensial air tanah (atau potensial lengas)
terutama dibagi menjadi komponen potensial kapiler (atau potensial matriks) dan
potensial gravitasi. Namun terdapat komponen lainnya (Yong 1975, diacu dalam
Seyhan 1977) yang juga berperanan pada potensial total tanah, yaitu potensial
osmotik, potensial piezometrik, dan potensial bertekanan.
Potensial matriks merupakan hasil dari dua gaya, yaitu jerapan dan
kapilaritas. Potensial gravitasi bekerja pada air tanah sebagaimana ia
mempengaruhi benda-benda lainnya, dan tarikannya adalah ke pusat bumi.
Potensial osmotik disebabkan oleh adanya bahan terlarut dalam tanah atau dengan
kata lain oleh adanya larutan tanah (Soepardi 1979).
Karena infiltrasi menyebabkan tanah menjadi lebih basah sejalan dengan waktu,
maka air pada sisi depan dari muka tanah (water front) akan bergerak maju ke
daerah tanah yang lebih kering dibawah pengaruh gradien potensial matrik dan
juga potensial gravitasi. Selama fase awal dari infiltrasi ini, ketika muka basah
masih berada di dekat permukaan tanah, potensial matrik lebih dominan
dibanding dengan potensial gravitasi (Jury dan Horton 2004).
Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, tergantung pada kondisi
biofisik permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir
ke dalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan
ke dalam tanah disebabkan oleh adanya gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah
(Asdak 2004).
Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh
besarnya diameter pori-pori tanah. Di bawah pengaruh gaya gravitasi, air hujan
mengalir vertikal ke dalam tanah melalui profil tanah. Pada sisi lain, gaya kapiler
bersifat mengalirkan air tersebut tegak lurus ke atas, ke bawah dan ke arah
horisontal (lateral). Gaya kapiler tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan pori-
pori yang relatif kecil. Pada tanah dengan pori-pori yang relatif besar, gaya ini
dapat diabaikan pengaruhnya dan air mengalir ke tanah yang lebih dalam oleh
pengaruh gaya gravitasi. Dalam perjalanannya tersebut, air juga mengalami
penyebaran ke arah lateral akibat tarikan gaya kapiler tanah, terutama ke arah
tanah dengan pori-pori yang lebih sempit dan tanah yang lebih kering (Asdak
2004). Kekuatan gravitasi harus mengatasi seluruh kekuatan yang menahan
pergerakan masuk dari air seperti adesi dan kekuatan viscous atau kekentalan
(Gray et al 1970 diacu dalam Singh 1992).
Asdak (2004) kemudian menyimpulkan bahwa mekanisme infiltrasi
melibatkan tiga proses yang tidak saling mempengaruhi: (a) proses masuknya air
hujan melalui pori-pori permukaan tanah, (b) tertampungnya air hujan tersebut ke
dalam tanah, (c) proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping,
atas). Selama infiltrasi , muka basah (wetting front) dari kandungan air tanah yang
lebih tinggi akan bergerak turun melalui tanah selama wakrtu tertentu. Keterjalan
muka basah tergantung pada distribusi ukuran pori. Untuk tanah dengan tekstur
tanah dengan distribusi ukuran pori yang sempit, muka basah akan lebih terjal.
Sedangkan dalam tanah dengan tekstur halus, muka basah akan lebih tersebar.
Muka basah adalah kombinasi dari air baru yang ditambahkan oleh hujan dan air
lama yang telah dipindahkan ke kedalaman yang lebih rendah.
Berkaitan dengan proses terjadinya infiltrasi ini, Arsyad 1989) menjelaskan
bahwa infiltrasi ke dalam tanah (vertikal) yang pada mulanya tidak jenuh,
umumnya terjadi di bawah pengaruh sedotan matriks dan gravitasi. Dengan
masuknya air lebih dalam dan lebih dalamnya profil tanah yang basah, maka
sedotan matriks berkurang oleh karena jarak antara air di permukaan tanah
dengan bagian yang belum basah semakin jauh. Keadaan ini berjalan terus.
Dengan makin jauhnya bagian yang belum basah dari permukaan basah dari
permukaan tanah, maka sedotan matriks semakin kecil sampai dapat diabaikan,
hingga tinggal tarikan gravitasi saja yang menyebabkan air bergerak ke bawah.
Hal ini menyebabkan laju infiltrasi berkurang dengan lamanya (waktu) hujan
berlangsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:
1. Karakteristik –karakteristik hujan
2. Kondisi-kondisi permukaan tanah
a. Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan permukaan
tanah dan mengurangi infiltrasi.
b. Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori-pori pada permukaan
tanah dan mengurangi laju inflasi.
c. Laju infiltrasi awal dapat ditingkatkan dengan jeluk detensi permukaan.
d. Kepastian infiltrasi ditingkatkan dengan celah matahari.
e. Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengaruhi laju infiltrasi
selama tahapan awal hujan berikutnya.
f. Penggolongan tanah (dengan terasering, pembajakan kontur dll) dapat
meningkatkan kapasitas infiltrasi karena kenaikan atau penurunan
cadangan permukaan.
3. Kondisi-kondisi penutup permukaan
a. Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan
melindungi pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju
infiltrasi yang tinggi
b. Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang
dilakukan seresah.
c. Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan)
mengurangi infiltrasi.
4. Transmibilitas tanah
a. Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari setruktur
tanah, merupakan salah satu faktor penting yang mengatur laju transmisi
air yang turun melalui tanah.
b. Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah.
5. Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi
a. Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya
belum pasti.
b. Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi antara lain :
a. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface detention) dan tebal
lapisan jenuh
b. Kadar air dalam tanah
c. Pemampatan oleh curah hujan
d. Tumbuh-tumbuhan
e. Karakteristik hujan
f. Kondisi-kondisi permukaan tanah
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain :
a. Jenis permukaan tanah
b. Cara pengolahan lahan
c. Kepadatan tanah
d. Sifat dan jenis tanaman.
IV. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
1. Infiltrasi merupakan proses masuknya air atau meresapnya air kedalaman
tanah melalui pori-pori tanah.
2. Infiltrasi merupakan penyerapan air oleh tanah yang berlangsung pada
waktu tertentu
3. Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir
tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh
dari kenaikan kapiler air tanah.
4. Makin tinggi kadar air di dalam tanah, laju infiltrasi tanah tersebut makin
kecil.
5. Kerapatan tanah mempengaruhi laju infiltrasi pada suatu areal.
6. Kecepatan laju infiltrasi berpengaruh terhadap volume air yang masuk
kedalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Angers, D. A. 1998. Water-stable aggregation of Quebec silty clay soils: some
factors controlling its dynamics. Soil Tillage Research. 47:91-96.
Arif, Arifin. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius Media.Effendi.
Bresson, L.M. 1995. A Review of Physical management for crusting control in
Australian ropping systems research opportunities. Aust. J. Soil Res.
33:195-209.
Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius
Media.Hardjowigeno, H. Sarwono. 2000. ILMU TANAH. Jakarta: AkademikaPr.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2003. ILMU TANAH. Jakarta: AkademikaPressindo.
Suhardi. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius
MediaSutanto.
Rachman. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.Media.
Sutanto, Rachman. 2005. DasarDasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan.Yogyak
ar:Kanisius
MediaYani, Ahmad dan Mamat Ruhimat. 2007. Geografi Menyingkap Fenomena
Geosfer. Bandung: Grafindo Media Pratama.