panduan skrining 2014

Upload: agus-budiyono

Post on 06-Jul-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    1/12

    PANDUAN

    SKRINING PASIENRS. BAPTIS BATU TAHUN 2014

    RS BAPTIS BATU

    JL RAYA TLEKUNG NO 1

    JUNREJO – 

     BATU

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    2/12

     

    ii

    DAFTAR ISI

    Lembar Judul ............................................................................................... i

    Daftar Isi...................................................................................................... ii

    Lembar Pengesahan .................................................................................... iii

    BAB I. DEFINISI........................................................................................ 1

    BAB II. RUANG LINGKUP ...................................................................... 4

    1. Skrining Kasus ........................................................................................ 4

    2. Skrining Wilayah .................................................................................... 6

    BAB III. TATA LAKSANA ....................................................................... 7

    BAB IV. DOKUMENTASI ........................................................................ 9

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    3/12

     

    iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    PENGESAHAN DOKUMEN RS. BAPTIS BATU

    NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

    Dr. Wang Elyana Pembuat Dokumen

    Dr. Imanuel Eka Tantaputra Authorized Person

    Dr. Arhwinda PA,Sp.KFR.,MARS. Direktur RS. Baptis Batu

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    4/12

     

    1

    BAB I

    DEFINISI

    Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan

    adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha

    untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas,

    dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat

    digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-

     benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan.

    Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage,  anamnesis

    (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan

    fisik maupun psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik.

    Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal

    kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat. Dalam hal

    ini skrining pasien dilakukan pada awal di triage primer yang juga meliputi cara

    mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber

    daya yang tersedia.

    Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat

    karena Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang

    memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam berfungsi untuk mengurangi

    morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini yang sesuai

    terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah

    skrining pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat

    dan darurat dapat diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

    Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasienawal di triage primer, antara lain :

    1. Triage. 

    Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/

     penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.

    2. Prioritas.

    Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang

    mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    5/12

     

    2

    3. Survei primer.

    Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.

    4. Survei sekunder.

    Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang akan

     berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi semakin parah dan

    memperberat perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir dengan

    mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.

    5. Pasien gawat darurat.

    Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan

    terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak

    mendapatkan pertolongan secepatnya.

    6. Pasien gawat tidak darurat.

    Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan

    darurat (misalnya kanker stadium lanjut).

    7. Pasien darurat tidak gawat.

    Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa

    dan anggota badannya (misalnya luka sayat dangkal).

    8. Pasien tidak gawat tidak darurat.

    Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera (misalnya pasien dengan

    ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya)

    9. Kecelakaan (accident). 

    Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara

    mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik,

    mental, ataupun sosial.

    Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut :a. Mekanisme kejadian.

    Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena

    efek kimia, fisik, listrik, atau maupun radiasi).

     b. Tempat kejadian.

    - Kecelakaan lalu lintas.

    - Kecelakaan di lingkungan rumah tangga.

    - Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    6/12

     

    3

    - Kecelakaan di sekolah.

    - Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya di tempat

    rekreasi, perbelanjaan, area olahraga, dan sebagainya).

    c. Waktu kejadian.

    - Waktu perjalanan (travelling/transport time). 

    - Waktu bekerja, sekolah, bermain, dan sebagainya.

    10. Bencana.

    Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan/atau

    manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian

    harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum

    serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan

    nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    7/12

     

    4

    BAB II

    RUANG LINGKUP

    1. 

    SKRINING KASUS.

    Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai

    dengan kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada

     pasien sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat

    yang berlaku dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian

    memilah pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.

    Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat

     berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya meliputi :

    1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi

    sebagai berikut :

    - Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan

    menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa

    menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan yang tepat secepatnya.

    - Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan

    darurat.

    - Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak

    mengancam nyawa dan anggota badannya.

    2. Pasien dengan kasus  false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan

     pertolongan segera.

    Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage  primer, perlu dipahami

     bahwa kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan

    dari salah satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu :1. Susunan saraf pusat.

    2. Pernafasan.

    3. Kardiovaskuler.

    4. Hati.

    5. Ginjal.

    6. Pankreas.

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    8/12

     

    5

    Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :

    1. Trauma/cedera.

    2. Infeksi.

    3. Keracunan.

    4. Degenerasi (failure).

    5. Asfiksia.

    6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive

    loss of water and electrolit). 

    7. Lain-lain.

    Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di

    dalam daftar tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan

    oleh dokter yang menangani pasien.

    Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan

    hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan

    kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang relatif lebih

    lama.

    Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

    (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

    1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat

    2. Kecepatan meminta pertolongan

    3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :

    a. Di tempat kejadian

     b. Dalam perjalanan ke rumah sakit

    c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

    Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di Rumah sakit BaptisBatu adalah sebagai berikut :

    a.  Pasien dengan diagnosis

    1.  TBC dengan XDR / MDR.

    2. 

    Gaduh Gelisah ec Psikiatri.

    3.  Gagal ginjal on HD.

    4.  CVA Hemorraghic peserta BPJS.

    5.  Kasus Orthopedi peserta BPJS.

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    9/12

     

    6

    6.  HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIV

    AIDS.

    7.  Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis.

    8. 

    Kasus Urologi dengan kepesertaan BPJS.

    9.  Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang

     positif).

    10. Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).

    11. 

    SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).

    12. Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan kepesertaan BPJS.

     b. 

    Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau

    menyetujui dirawat dokter lain atau asisten DPJP.

    c.  Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat

    diperlukan oleh pasien tidak ditunda pengadaannya

    d.  Pasien BPJS dengan indikasi IRI.

    2.  SKRINING WILAYAH.

    Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal

    rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di RS

    (IGD atau IRJ).

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    10/12

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    11/12

     

    8

     pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih

    lanjut.

    f. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di lembar

    catatan medis IGD.

    g. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien

    dengan kondisi kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka

    tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa

    sehingga dapat dilakukan secara terintegrasi di ruang resusitasi untuk

     penatalaksanaan lebih lanjut.

    h. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien

    dengan kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat

    mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan

    di tempat periksa / tempat observasi sesuai dengan kondisi klinisnya

    (kasus bedah / non-bedah / obstetri dan ginekologi).

    i. Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus :

    - Flu burung.

    - Flu babi.

    - SARS.

    Jika ditemukan pemeriksaan diagnostik laboratorium dengan hasil Positif,

    maka pasien ditransfer ke RS lain.

  • 8/17/2019 Panduan Skrining 2014

    12/12

     

    9

    BAB IV

    DOKUMENTASI

    Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Instalasi Gawat Darurat

    RS. Baptis Batu didokumentasikan setiap hari di lembar catatan medis IGD yang

    sudah ditentukan.