panduan sedasi 2014

Upload: ariemamamaehan

Post on 07-Jul-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    1/24

    PANDUAN

    SEDASI

    RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014

    RS BAPTIS BATU

    JL RAYA TLEKUNG NO 1

    JUNREJO - BATU

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    2/24

     

    ii 

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ........................................................................................................... i

    Daftar Isi .................................................................................................................... ii

    Lembar Pengesahan ................................................................................................... iii

    BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    1.  LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

    2. 

    TUJUAN ........................................................................................................ 1

    3.  PENGERTIAN .............................................................................................. 3

    Bab II. TATA LAKSANA ......................................................................................... 4

    1.  KUALIFIKASI DAN KETRAMPILAN KHUSUS ...................................... 4

    2.  KONTRAINDIKASI ..................................................................................... 5

    3.  PENGGUNAAN OBAT ................................................................................ 5

    3.1. OBAT ORAL .......................................................................................... 6

    4.  PEMULIHAN DAN REVERSAL ................................................................. 6

    5.  PEMBAGIAN PEDIATRI BERDASARKAN PERKEMBANGAN

    BIOLOGIS ..................................................................................................... 8

    6.  FREKUENSI DAN MONITORING ............................................................. 9

    7. 

    KUNJUNGAN PRA ANESTESI / PRA SEDASI ........................................ 10

    7.1.ANAMNESIS .......................................................................................... 10

    8.  PEMERIKSAAN FISIK ................................................................................ 11

    9.  PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN UJI LAIN ............................... 13

    10. PERENCANAAN ANESTESI ...................................................................... 15

    11. MENENTUKAN PROGNONOSIS .............................................................. 16

    12. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN ............................................... 16

    13. 

    INFORMED CONSENT ............................................................................... 18

    14. PERALATAN ................................................................................................ 18

    14.1. ALAT-ALAT ANESTHESIA .............................................................. 18

    14.2. MESIN ANESTESI .............................................................................. 18

    14.3. MONITOR ............................................................................................ 18

    14.4. VENTILATOR ANESTESI ................................................................. 18

    14.5. SISTEM SIRKULASI .......................................................................... 19

    BAB III. DOKUMENTASI ....................................................................................... 20

    BAB IV. PENUTUP .................................................................................................. 21

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    3/24

     

    iii 

    LEMBAR PENGESAHAN

    PENGESAHAN DOKUMEN RS. BAPTIS BATU

    NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

    Dwi Wicaksana,A.Md.Kep Pembuat Dokumen

    Dr. Imanuel Eka Tantaputra Authorized Person

    Dr. Arhwinda PA,Sp.KFR.,MARS. Direktur RS. Baptis Batu

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    4/24

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.  LATAR BELAKANG.

    Jumlah prosedur non invasif dan invasif minimal di lakukan di luar ruang operasi telah

     berkembang pesat selama beberapa dekade.Sedasi, analgesia atau keduanya mungkin

    diperlukan untuk banyak prosedur intervensi dan diagnostik. Perawatan individual penting

    ketika menentukan apakah pasien membutuhkan sedasi analgesia prosedural (PSA). Pasien

    mungkin perlu obat anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.Manajemen sedasi dapat berkisar

    dari sedasi minimal, sejauh anestesi minimal.

    Berbagai prosedur yang memerlukan sedasi prosedural dilayani lebih baik dengan

    mempertimbangkan tujuan sedasi prosedural dan menentukan apakah pasien tertentu

    memerlukan intervensi farmakologis untuk memenuhi tujuan selama prosedur.

    2.  TUJUAN

    2.1.  Tujuan Umum :

    Sebagai acuan untuk pemberian sedasi untuk pasien yang akan menjalani prosedur di

    IGD, radiologi, kedokteran gigi.

    2.2. 

    Tujuan Khusus :

    Ada beberapa tujuan daripada sedasi :

    -  Keselamatan pasien

    -  Meminimalkan rasa sakit dan kecemasan terkait dengan prosedur

    -  Meminimalkan gerakan pasien selama prosedur

    -  Memaksimalkan kemungkinan keberhasilan dari prosedur dan pasien kembali

    sadar secepat mungkin

    Indikasi untuk sedasi prosedural dapat bervariasi dari pasien ke pasien berdasarkan

    tingkat kecemasan dan rasa sakit yang terkait dengan prosedur.Perawatan individual penting

    ketika menentukan apakah pasien membutuhkan sedasi prosedural.Pasien mungkin perlu obat

    anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.

    Tingkatan sedasi dari ringan sampai dalam :

    (1) Sedasi Minimal (anxiolysis). Dalam keadaan ini pasien dapat merespon

     perintah verbal dan mungkin memiliki beberapa gangguan kognitif, tetapi

    tidak ada efek pada status kardiopulmoner.

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    5/24

     

    2

    (2) Sedasi Moderat. Ada depresi kesadaran, tetapi pasien dalam keadaan in dapat

    merespons dengan tepat perintah verbal, baik sendiri atau bersama dengan

    stimulasi taktil cahaya. Pasien mampu mempertahankan jalan nafas secara

    independen, ventilasi yang cukup dan fungsi jantung biasanya terpengaruh

    oleh obat yang diberikan.

    (3) Sedasi Dalam. Pasien pada kondisi ini tidak mudah terbangun, tetapi

    merespon dengan sengaja (tidak hanya menarik) setelah stimulasi berulang

    atau menyakitkan. Pasien mungkin memerlukan bantuan menjaga jalan nafas

    dan ventilasi yang cukup, tetapi status kardiovaskuler normal dipertahankan

    selama ventilasi.

    TINGKATAN

    SEDASI

    RINGAN/MINIMAL

    (ANXIOLYSIS )

    SEDASI

    SEDANG

    SEDASI

    BERAT/DALAM

    ANESTESI

    UMUM

    RESPONS

    Respons normal

    terhadap stimulus

    verbal

    Merespons

    terhadap

    stimulus

    sentuhan

    Merespons setelah

    diberikan stimulus

     berulang/stimulus

    nyeri

    Tidak sadar,

    meskipun

    dengan

    stimulus

    nyeri

    JALAN NAPAS Tidak terpengaruhTidak perlu

    intervensi

    Mungkin perlu

    intervensi

    Sering

    memerlukan

    intervensi

    VENTILASI

    SPONTANTidak terpengaruh Adekuat

    Dapat tidak

    adekuat

    Sering tidak

    adekuat

    FUNGSI

    KARDIOVASKULERTidak terpengaruh

    Biasanya

    dapat

    dipertahankan

    dengan baik

    Biasanya dapatdipertahankan

    dengan baik

    Dapat

    terganggu

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    6/24

     

    3

    3.  PENGERTIAN

    Sedasi adalah anestesi mana obat diberikan untuk menenangkan pasien dalam suatu

     periode yang dapat membuat pasien cemas, tidak nyaman, atau gelisah. Seringkali diberikan

    kepada pasien segera sebelum pembedahan atau selama prosedur medis tidak nyaman.Sedasi

    menggunakan obat-obatan sedatif. 

    Sedasi adalah tehnik di mana satu atau lebih obat yang digunakan untuk menekan sistem

    saraf pusat dari pasien sehingga mengurangi kesadaran pasien untuk lingungannya.

    Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresion dari sistemsaraf

     pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan. Selama tindakan, kontak verbal

    dengan pasien harus tetap terjaga.Berdasarkan definisi ini, maka setiap kehilangan

    kesadaran yang berhubungan dengan teknik yang dilakukan dapat didefinisikan

    sebagai anestesi umum. Selama sedasi, diharapkanpasien dapat dipertahankan jalan napas dan

    refleks protektif. Telah disarankan suatu konsep 'sedasi dalam', akan tetapi definisi terhadap

    hal ini belum jelas.

    Kebanyakan prosedur, yang dilakukan pada orang dewasa dalam keadaan sadar, tetapi

     pada anak memerlukan anestesi umum terutama jika prosedur dengan waktu yang lama atau

    menyakitkan. Namun, sekarang ada peningkatan minat dalam penggunaan regimen sedativa

     pada bidang pediatri. Hal ini disebabkan karenakurang invansif

    dibandingkan dengan anestesi umum serta lebih murah.Mungkin lebih sulit untukmenentukan

    tingkat sedasipada anak serta kemungkinan bahaya teranestesi dapat terjadi.

    Pedoman terbaru dari  Department Of Health On General Anaesthesia And

     Dentistry  telah merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi sadar dan lokal

    anestesi, sisanya untuk keadaan yang sangat mutlak baru menggunakan anestesi

    umum.Jika pemilihan pasien dilakukan secara cermat, dan dengan prosedur

    yang sesuai,penggunaan sedasi bisa sangat berhasil.

    http://kamuskesehatan.com/arti/anestesi/http://kamuskesehatan.com/arti/pasien/http://kamuskesehatan.com/arti/sedatif/http://kamuskesehatan.com/arti/sedatif/http://kamuskesehatan.com/arti/pasien/http://kamuskesehatan.com/arti/anestesi/

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    7/24

     

    4

    BAB II

    TATA LAKSANA

    1.  KUALIFIKASI DAN KETRAMPILAN KHUSUS.

    Semua penggunaan sedasi harus mempunyai:

      Staf trainer dan asisten khusus. Termasuk staf medis dan dental staf, perawatdan

     personil operasi lain dalam Instalasi ini, yang semuanya harus terlatih dalam

    aspek teoritis dan klinis tentang sedasi dan masing-masing mengerti jelas

    tentangperan serta mereka.

      Orang yang melakukan prosedur didefinisikan sebagai 'operator' dan orang yang

    terlatih secara terpisah mengelola sedasi dan merawat anak selama

     prosedur,disebut „anestetist‟.

      Sistem pengorganisasian perawatan pasien termasuk:

    o  Penilaian pra operasi, informasi pra-dan pasca operasi

    o  Protokol puasa.

    o  Pemberian informed consent.

      Tersedianya monitoring dan peralatan yang terawat. Monitoring minimal meliputi

    tingkat kesadaran, nyeri, frekuensi dan pola pernapasan, denyut nadi. Jika

    menggunakan sedasi IV, pengunaan oksimetri nadi merupakan prosedur standar

    dan pada banyak prosedur lainnya monitoring tekanan darah,elektrokardiogram dan

    suhu semakin sering digunakan secara rutin.

      Fasilitas resusitasi.

      Pelatihan basic life support, dan idealnya ada pelatihan Advanced life support.

      Pelatihan keterampilan resusitasi secara reguler.

      Staf dilatih untuk membantu dalam pengelolaan darurat medis.

      Rekam medis.

    Prosedur yang dapat dilakukan dengan sedasi : 

    Ektraksi gigi

    Penjahitan minor

    Pengangkatan jahitan

    Dressings seperti luka bakar

    Radiologi : CT Scan

    Penggantian/pengangkatan plester

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    8/24

     

    5

    2.  KONTRAINDIKASI.

    Kontraindikasi untuk sedasi :

      Pasien menolak / keluarga menolak.

     

    Bayi kecil dengan prosedur tidak menyakitkan, misalnya komputer tomografi, biasanya dapat dengan pemberian makanan dan menjaga tetap hangat sehingga

     bayinya bisa tidur selama prosedur. Mereka tidak harus dibius.

      Bayi exprematur < 56 minggu dari usia konsepsional,

    karena berisiko terjadinyadepresi pernapasan serta sedasi berlebihan.

      Gangguan perilaku berat.

      Diketahuinya ada masalah pada jalan napas, misalnya obstructive sleep apnoea,

    abnormalitas kraniofasial.

      Adanya penyakit pernapasan yang secara signifikan memerlukan terapi oksigen.

      Adanya ketidakstabilan jantung yang signifikan.

      Adanya penyakit ginjal atau hati yang diprediksi akan menghambat bersihan obat

    sedasi.

      Berisiko secara signifikan untuk terjadinya refluks gastro-esofagus.

      Peningkatan tekanan intrakranial.

     

    Epilepsi berat atau tidak terkontrol.  Alergi atau kontraindikasi spesifik untuk obat-obatan sedasi atau gas (misalnya

    nitrogen oksida harus dihindari jika dijumpai adanya pneumotoraks).

      Prosedur lama atau menyakitkan.

    3.  PENGGUNAAN OBAT.

    Obat yang digunakan untuk sedasi :

    Sedasi yang efektif harus memungkinkan prosedur dilakukan dimana anak sementara

    dalam keadaan mengantuk,bebas nyeri, dengan ketakutan atau kecemasan yang minimal.

    Penggunaan anestesi lokal dan analgesik sederhana sangatlah penting, dan terapi pengalihan

     perhatian juga sangat berguna. Orang tua sering dihadirkan, dimana hal ini sangat membantu

    dalam menjaga kepercayaan anak.

    Kebanyakan obat sedasi, yang diberikan dalam jumlah tertentu, dapat beresiko

    menghasilkan ketidaksadaran pada anak.Hal ini dapat menyebabkan hipoksia, hiperkapnia

    dan berpotensi terjadi aspirasi. Untuk itu pada penggunaan tehnik sedasi non-anestesi,

    maka harus mempunyai margin of safety lebar.

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    9/24

     

    6

    Personil non-anestesi yang memberikan obat sedasi termasuk dokter (terutama ahli

    radiologi, gastroenterologis dan kardiologis), perawat spesialis dan dokter gigi, semuanya

    harus benar-benar terlatih untuk memberikan pelayanan yang aman dan efektif.

    Organisasi sedasi untuk anak di rumah sakit semakin berkembang pesat. Beberapa

     pusat pediatrik melatih sedationists yang biasanya berasal dari perawat spesialis (nurse-lead

    sedation). Namun, tanggung jawab untuk pelatihan dan pengembangan idealnya harus

    terletak pada departemen anestesi dengan konsultan yang membawahi layanan.

    Pasien harus dipersiapkan seolah-olah mereka akan mengalami anestesi umum.

    Mereka harus:

      Diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan dan telah memberikan persetujuan

    tindakan.

      Dipuasakan.

      Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum terakhir, dan diidentifikasi faktor-faktor

    risiko potensial seperti alergi atau kondisi medis lainnya.

    3.1. Obat Oral 

    Penilaian dosis obat oral dalam bentuk kombinasi mungkin agak

    sulit, dimana kemungkinanakan meningkatkansedasi yang efektif tetapi juga berpotensi meni

    ngkatkan kejadian efek samping (lihat Kotak 2).

    Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan kelainan ginjal,

    hati atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi (lihat Kotak3 dan 4).

    4.  PEMULIHAN DAN REVERSAL.

    Pemulihan dari sedasi haruslah cepat. Fasilitas pemulihan harus tersedia. Gunakan

    rejimen obat dengan waktu kerja yang

     paling pendek. Namun, reversal benzodiazepin mungkin diperlukan. Flumazenil 1-

    2 mcg/kg IV sering digunakan, Sekali-kali nalokson diperlukan untuk

    antagonis efek opioid persisten. Nalokson 4 mcg / kg IV dapat diberikan.

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    10/24

     

    7

    Kotak 2. Agen sedasi oral 

    Obat Dosis sedasi oral

    (mg/kg) Detail 

    Chloral hydrate 100 Metabolit aktif = trichlorethanolDapat diberikan melalui rektal kadang - kadang

    menimbulkan rasa malu

    Triclofos 50-70 (max 1 g) Metabolit aktif = trichlorethanol

    Trimeprazine 2 Dosis besar dapat meyebabkan “grey baby

    syndrome” 

    Midazolam 0,5 –  1,0 Umum digunakan

    Dosis berhubungan dengan efek samping (ataksia, pandangan ganda, sedasi)

    Dapat juga diberikan melalui nasal

    Dosis rektal dapat bervariasi

    Diazepam 200-500 mcg/kg Dapat diberikan melalui rektal

    Ketamin 5-10 Dapat diberikan melalui nasal juga rektal

    Halusinasi mungkin terjadi

    Pada umumnya terjadi mual dan muntah

    Apnue kemungkinan dapat terjadi

    Catatan: Pada anak yang lebih besar dosis tidak boleh melebihi dosis dewasa normal.

    Kotak 3. Agen sedasi intravena 

    Obat Dosis sedasi

    (mg/kg) Detail 

    Midazolam 0,5 –  0,2 Apnue mungkin terjadi

    Amnesia

    Gangguan prilaku dapat terjadi

    Diazepam 0,1-0,5 Diazemuls = lipid formulasi

    Waktu paruh panjang, berisiko pemulihan tertunda

    Fentanyl,

    diazepam

    0,5 mcg/kg Sering digunakan bersama propopol

    Midazolam atau ketamin dapat digunakan melalui

    oral Apnea, mual & muntah dapat terjadi

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    11/24

     

    8

    Efek potensiasi dengan obat sedasi lainnya

    Ketamin 0,5 –  1,0 Dapat diberikan melalui IM, oral, IV

    Sering digunakan dengan benzodiazepam

    Propopol Dalam evaluasi Beresiko apnueBeresiko menginduksi anestesi

    Kotak 4. Agen sedasi inhalasi 

    Obat  Dosis  Detail 

     Nitrous Oxide 50 % N2O dalam

    O2, 70 % dalm O2

    Memberikan analgesia

    Membutuhkan kerja sama pasien

    Umum menimbulkan MualDysphoria

    Isoflurane,

    enflurane

    1 % dalam udara Masih dalam evaluasi

    Anestesia pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesia pada orang dewasa,

    karena mereka bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini.Seperti pada anestesia untuk orang

    yang dewasa anestesia anak kecil dan bayi khususnya harus diketahui betul sebelum dapat

    melahirkan anestesia karena itu anestesia pediatri seharusnya ditangani oleh dokter spesialis

    anestesiologi atau dokter yang sudah berpengalaman.

    5.  PEMBAGIAN PEDIATRI BERDASARKAN PERKEMBANGAN BIOLOGIS.

    1. Orok ( neonatus ) usia dibawah 28 hari

    2. Bayi ( infant) usia 1 bulan - 1 tahun

    3. Anak ( child) usia 1 tahun -12 tahun

    Beberapa perbedaan dengan orang dewasa adalah hal-hal yang menyangkut masalah

     psikologi, anatomi, fisiologi, farmakologi dan patologi.

    Ada 5 perbedaan mendasar anatomi dari airway pada anak-anak dan dewasa.

    1. Pada anak-anak, kepala lebih besar, dan lidah jug alebih besar

    2. Laring yang letaknya lebih anterior

    3.Epiglottis yang lebih panjang

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    12/24

     

    9

    4.Leher dan trache yang lebih pendek daripada dewasa

    5. Cartilago tiroid yang terletak berdekatan dengan airway

    6.  FREKUENSI DAN MONITORING.

    Populasi usia lanjut adalah kelompok yang heterogen, dan kronologis pertambahan

    usia tidak selalu paralel dengan kondisi fisiologis. Pasien yang berusia lebih tua menunjukkan

    sejumlah komorbiditas, riwayat pengobatan yang banyak, dan kurangnya cadangan fisiologis.

    Pasien usia lanjut lebih sensitif terhadap efek sedatif dan depresan dari obat-obatan yang

    digunakan untuk sedasi dan juga mengalami peningkatan risiko untuk efek samping aditif ika

    diberikan obat-obatan kombinasi. Jika episode singkat dari hipotensi atau desaturasi mungkin

    tidak bermakna pada pasien muda, episode yang sama pada pasien usia lanjut dapat

    mengakibatkan konsekuensi serius, seperti aritmia dan iskemia jantung.

    Pemantauan klinis pada pasien usia lanjut mungkin lebih dituntut dibandingkan

     pasien yang lebih muda. Selama prosedur, individu yang bertugas harus dapat mengawasi

     pasien.Individu ini tidaklah melakukan prosedur melainkan harus terus memantau respon,

    kerjasama, dan tanda-tanda vital pasien.Karena pasien yang tersedasi harus responsif setiap

    saat, maka komunikasi dengan pasien adalah salah satu metode pemantauan yang paling

     berharga.

    Pertimbangan sedasi pada dewasa/orang tua : 

    1.  Adanya beberapa komorbiditas: penyakit koroner, aritmia

    2.  Riwayat cedera serebrovaskular sebelumnya

    3. 

    Kesulitan memposisikan pasien

    4. 

     Nyeri kronis terutama bagian tulang belakang dan spinal

    5.  Prevalensi hipoksia kronis dan kebutuhan oksigen di rumah

    6.  Gangguan fungsi pendengaran dan visual yang mengganggu komunikasi

    7.  Demensia dan disfungsi kognitif3 

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    13/24

     

    10

    7. KUNJUNGAN PRA ANESTESI/PRA SEDASI

    7.1. ANAMNESIS

    Anamnesis dapat diperoleh dengan bertanya langsung pada pasien atau melalui

    keluarga pasien. Yang harus diperhatikan pada anamnesis :

    (1) 

    Identifikasi pasien , misalnya : nama,umur, alamat, pekerjaan, dll.

    (2) Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin dapat

    menjadi penyulit dalam anesthesia, antara lain :

      Penyakit alergi.

      Diabetes mellitus

      Penyakit paru kronik : asma bronchial, pneumonia, bronchitis.

      Penyakit jantung dan hipertensi (seperti infark miokard, angina pectoris,

    dekompensasi kordis)

      Penyakit susunan saraf (seperti stroke, kejang, parese, plegi, dll)

      Penyakit hati.

      Penyakit ginjal.

      Penyakit ganguan perdarahan (riwayat perdarahan memanjang)

    (3) Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan dan mungkin

    menimbulkan intereaksi (potensiasi, sinergis, antagonis dll) dengan obat-obat

    anestetik. Misalnya, obat anti hipertensi , obat-obat antidiabetik,

    antibiotik golongan aminoglikosida,obat penyakit jantung (seperti digitalis,

    diuretika), monoamino oxidase inhibitor, bronkodilator. Keputusan

    untuk melanjutkan medikasi selama periode sebelum anestesi tergantung dari

     beratnya penyakit dasarnya. Biasanya obat-obatan yang dipakai pasien tetap

    diteruskan tetapi mengalami perubahan dosis, diubah menjadi preparat dengan

    masa kerja lebih singkat atau dihentikan untuk sementara waktu. Akan tetapi,

    secara umum dikatakan bahwa medikasi dapat dilanjutkan sampai waktu

    untuk dilakukan pembedahan.

    (4) Alergi dan reaksi obat. Reaksi alergi kadang-kadang salah diartikan oleh

     pasien dan kurangnya dokumentasi sehingga tidak didapatkan keterangan

    yang memadai. Beratnya berkisar dari asimptomatik hingga reaksi anfilaktik

    yang mengancam kehidupan, akan tetapi seringkali alergi dilaporkan hanya

    karena intoleransi obat-obatan. Pada evaluasi pre operatif dicatat seluruh

    reaksi obat dengan penjelasan tentang kemungkinan terjadinya respon alergi

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    14/24

     

    11

    yang serius, termasuk reaksi terhadap plester, sabun iodine dan lateks. Jika

    respon alergi terlihat, obat penyebab tidak diberikan lagi tanpa tes

    imunologik atau diberi terapi awal dengan antihistamin, atau kortikosteroid.

    (5) Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami diwaktu yang lalu, berapa

    kali dan selang waktunya. Apakah pasien mengalami komplilkasi saat itu

    seperti kesulitan pulih sadar, perawatan intensif pasca bedah.

    (6) Riwayat keluarga. Riwayat anestesi yang merugikan atau membayakan pada

    keluarga yang lain sebaiknya juga dieveluasi. Wanita pada usia produktif

    sebaiknya ditanyakan tentang kemungkinan mengandung. Pada kasus yang

    meragukan, pemeriksaan kehamilan preoperative merupakan suatu indikasi.

    (7) Riwayat sosial yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesi seperti :

      Perokok berat (diatas 20 batang perhari) dapat mempersulit induksi

    anestesi karena merangasang batuk , sekresi jalan napas yang banyak,

    memicu atelektasis dan pneumenia pasca bedah. Rokok sebaiknya

    dihentikan minimal 24 jam sebelumnya untuk menghindari adanya CO

    dalam darah.

      Pecandu alcohol umumnya resisten terhadap obat- obat anestesi khususnya

    golongan barbiturat. Peminum alkohol dapat menderita sirosis hepatic.

      Meminum obat-obat penenang atau narkotik.

    (8) Makan minum terakhir (khusus untuk operasi emergensi).

    8.  PEMERIKSAAN FISIK.

    Perhatian khusus dilakukan untuk evaluasi jalan napas, jantung, paru-paru dan

     pemeriksaan neurologik .Jika ingin melaksanakan teknik anestesi regional maka perlu

    dilakukan pemeriksaan extremitas dan punggung.

    Pemeriksaan fisik sebaiknya terdiri dari :

    (1) Keadaan umum : gelisah, takut, kesakitan, malnutrisi, obesitas.

    (2) Tanda-tanda vital 

      Tinggi dan berat badan perlu untuk penentuan dosis obat terapeutik

    dan pengeluaran urine yang adekuat selama operasi .

      Tekanan darah sebaiknya diukur dari kedua lengan dan tungkai

    (perbedaan bermakna mungkin memberikan gambaran mengenai

     penyakit aorta thoracic atau cabang-cabang besarnya).

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    15/24

     

    12

      Denyut nadi pada saat istirahat dicatat ritmenya, perfusinya (berisi) dan

     jumlah denyutnya. Denyutan ini mungkin lambat pada pasien dengan

     pemberian beta blok dan cepat pada pasien dengan demam, regurgitasi

    aorta atau sepsis. Pasien yang cemas dan dehidrasi sering mempunyai

    denyut nadi yang cepat tetapi lemah.

      Respirasi diobservasi mengenai frekwensi pernapasannya , dalamnya

    dan pola pernapasannya selama istirahat.

      Suhu tubuh (Febris/ hipotermi).

      Visual Analog Scale (VAS). Skala untuk menilai tingkat nyeri

    (3) Kepala dan leher 

      Mata : anemis, ikteric, pupil (ukuran, isokor/anisokor, reflek cahaya)

      Hidung : polip, septum deviasi, perdarahan

      Gigi : gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol, lapisan tambahan pada

    gigi, kelainan ortodontik lainnya

      Mulut : Lidah pendek/besar, TMJ (buka mulut … jari), Pergerakan

    (baik/kurang baik), sikatrik, fraktur, trismus, dagu kecil

      Tonsil : ukuran (T1-T3), hiperemis, perdarahan

     

    Leher : ukuran (panjang/pendek), sikatrik, masa tumor, pergerakanleher (mobilitas sendi servical) pada fleksi ektensi dan ritasi, TMD,

    trakea (deviasi), karotik bruit, kelenjar getah bening.

      Dalam prediksi kesulitan intubasi sering di pakai 8T yaitu : Teet,

    Tongue, Temporo mandibula joint, Tonsil, Torticolis, Tiroid

    notch/TMD, Tumor, Trakea.

    (4) Thoraks 

    a. 

    Prekordium. Auskultasi jantung mungkin ditemukan murmurs (bising

    katup), irama gallop atau perikardial rub.

     b.  Paru-paru.

       Inspeksi : Bentuk dada (Barrel chest, pigeon chest, pectus

    excavatum, kifosis, skoliosis) Frekwensi (bradipnue/takipnue) Sifat

     pernafasan ( torakal, torako abdominal/abdominal torako), irama

     pernafasan (reguler/ireguler, cheyne stokes, biot), Sputum (purulen,

     pink frothy), Kelainan lain (stridor, hoarseness/serak, sindroma

     pancoas)

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    16/24

     

    13

       Palpasi : Premitus (normal, mengeras, melemah)

       Auskulatasi : Bunyi nafas pokok ( vesikuler, bronchial,

     bronkovesikuler, amporik), bunyi nafas tambahan (ronchi kering/

    wheezing, ronchi basah/rales, bunyi gesekan pleura, hippocratessuccussion)

       Perkusi : sonor, hipersonor, pekak, redup

    (5) Abdomen.Pristaltik (kesan normal/meningkat/meenurun), Hati dan limpa

    (teraba/tidak, batas, ukuran, per-mukaan), distensi, massa atau

    asites (dapat menjadi predisposisi untuk regurgitasi).

    (6) Urogenitalia.Kateter (terpasang/tidak), urin [volume : cukup (0,5-1

    cc/jam), anuria (< 20 cc/24 jam), oliguria (25 cc/jam atau 400 cc/24jam),

    Poliuria (> 2500 cc/24 jam)], kwalitas (BJ, sedimen), tanda tanda

    sumbatan saluran kemih (seperti kolik renal).

    (7) Muskulo Skletal - Extremitas. Edema tungkai, fraktur, gangguan

    neurologik /kelemahan otot (parese, paralisis, neuropati perifer, distropi

    otot), perfusi ke distal (perabaan hangat/dingin, cafilay refil time,

    keringat) , Clubbing fingger, sianosis, anemia, dan deformitas, infeksi

    kutaneus (terutama rencana canulasi vaskuler atau blok saraf regional)

    9.  PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN UJI LAIN.

    Pemeriksaanlaboratorium ada 2 yaitu pemeriksaan rutin dan khusus

    1.  Pemeriksaan laboratorium rutin :

      Darah : Hb, lekosit, hitung jenis lekosit, golongan darah, masa pembekuan, masa

     perdarahan.

      Foto toraks : terutama untuk bedah mayor, pasien diatas 60 thn, atau sesuai klinis.

     

    EKG : terutama untuk pasien berumur diatas 40 tahun atau sesuai klinis.

    2. 

    Pemeriksaan khusus, dilakukan bila ada riwayat atau indikasi, misalnya :

      EKG pada anak.

      Spirometri dan bronkospirometri pada pasien tumor paru.

      Fungsi hati pada pasien ikterus.

      Fungsi ginjal pada pasien hipertensi.

      Analisa gas darah, elektrolit pada pasien ileus obstruksi atau bedah mayor.

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    17/24

     

    14

      Untuk pemeriksaan khusus yang lebih mendalam, misalnya ekokardiografi atau

    kateterisasi jantung diperlukan konsulatasi dengan ahli-ahli bidang lain sehingga

     persiapan dan penilaian pasien dapat dilakukan lebih baik.

     

    Tabel berikut ini merupakan suatu petunjuk untuk menggunakan penilaian klinisdalam membuat permintaan pemeriksaan laboratorium.

    Kondisi preo

     perative

    Hb Lek 

    osit

    PT /

    APT

    T

    PLT

    / BT

    Elekt

    rolit

    BUN/

    Creat

    Gula

    darah

    SGOT/

    Al.Ph

    X

    -

    ra

    y

    E

    G

    Preg T/S

    P W

    Operasi

    dengan

     perdarahan

    X X X

    Operasi tanpa

     perdarahan

     Neonatus X X

    Umur < 40 X

    Umur40-49 X M

    Umur50 – 64 X X

    Umur > 65 X X X X + X

    Peny.

    Kardiovaskul

    ar

    X X X

    Penyakit paru X X

    Keganasan X X * * X

    Terapi radias

    i

    X X X

    Penyakit hati  X X

    Terpapar

    hepatitis

    X

    Penyakit

    ginjal

    X X X X

    Gangguan Pe X X

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    18/24

     

    15

    rdarahan

    Diabetes X X X X

    Merokok X X X

    Kehamilan X

    Pemakaian

    diuretik

    X X

    Pemakaian

    digoksin

    X X X

    Pemakaian

    steroid

    X X

    Pemak.antikoagulan

    X X X

    Penyakit

    SSP

    X X X X X

    Tidak semua penyakit termasuk dalam table ini. Simbol : + mungkin dilakukan; * hanya

    untuk leukemia; X dilakukan; M dilakukan hanya untuk pria.

    10. 

    PERENCANAAN ANESTESI.Rencana anestesi diperlukan untuk menyampaikan strategi penanganan anestesi secara

    umum.

    Secara garis besar komponen dari rencana anestesi adalah :

    1.  Ringkasan tentang anamnesis pasien , dan dan hasil-hasil pemeriksaan fisik

    sehubungan dengan penatalaksanaan anastesi, buat dalam daftar masalah, satukan

     bersamaan dengan beberapa daftar masalah yang digunakan oleh dokter yang

    merawat.

    2.  Perencanaan teknik anestesi yang akan digunakan termasuk tehnik-tehnik

    khusus (seperti intubasi fiberoptik, monitoring invasif ).

    3.  Perencanaan penanganan nyeri post operasi bila perlu.

    4. 

    Tindakan post operatif khusus jika terdapat indikasi (misalnya perawatan di ICU).

    5. 

    Jika ada indikasi buat permintaan evaluasi medik lebih lanjut.

    6.  Pernyataan tentang resiko-resiko yang ada , informed consent, dan pernyataan

     bahwa semua pertanyaan telah dijawab.

    7.  Klasifikasi status fisik dan penilaian singkat.

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    19/24

     

    16

    11. MENENTUKAN PROGNOSIS.

    Pada kesimpulan evaluasi pre anestesi setiap pasien ditentukan kalsifikasi status fisik

    menurut American Society of Anestesiologist (ASA).Hal ini merupakan ukuran umum

    keadaan pasien.

    Klasifikasi status fisik menurut ASA adalah sebagai berikut :

      ASA 1 : Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit

    yang akan dioperasi.

      ASA 2 : Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain

     penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau

    hipertensi ringan

      ASA 3 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi,

    tetapi belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma

     bronkial, hipertensi tak terkontrol

      ASA 4 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain

     penyakit yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum

      ASA 5 : Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin

    saja dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya

    operasi pada pasien koma berat

      ASA 6 : Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan

    diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.

    Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency ) atau D

    (darurat), mis: operasi apendiks diberi kode ASA 1 E 

    12. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN. 

    Tingkat kesadaran dinilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS). Penilaian ini harus

    dilakukan secara periodik untuk menulai apakah keadaan penderita semakin membaik atau

    memburuk.

    GCS terendah jumlahnya adalah 3 (koma dalam atau mati), sementara yang tertinggi

    adalah 15 (sadar penuh). Dari ketiga komponen GCS tersebut motorik merupakan komponen

    yang paling objektif. Dan sebaiknnya penilaian untuk satu penderita senantiasa dilakukan

    oleh orang yang sama. Untuk penderita dengan hematoma periorbita yang besar, penilaian

    komponen mata harus disesuaikan dengan respon motorik.Demikian pula untuk penderita

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    20/24

     

    17

    yang afasia, atau terintubasi, konponen verbalnya harus disesuaikan dengan respon

    motorik.Dan untuk itu perlu latihan dan pengalaman yang berulang-ulang.

    Sebagaimana disebutkan oleh Plum dan Postner, tingkat kesadaran tidak akan

    terganggu jika cedera hanya terbatas pada satu hemisper saja, tetapi menjadi progresif

    memburuk jika kedua hemisfer mulai terlibat, atau jika ada proses patologis akibat

     penekanan atau cedera pada batang otak.

    Penilaian GCS berdasarkan reaksi yang didapatkan sesuai dengan umur penderita.

    Mata  ≥ 1 tahun  0 –  1 tahun 

    4  Membuka mata spontan Membuka mata spontan

    3  Membuka mata oleh perintah Membuka mata oleh teriakan

    2  Membuka mata oleh nyeri Membuka mata oleh nyeri

    1  Tidak membuka mata Tidak membuka mata

    Motorik   ≥ 1 tahun  0 –  1 tahun 

    6  Mengikuti perintah Belum dapat dinilai

    5  Melokalisasi nyeri Melokalisasi nyeri

    4  Menghindari nyeri Menghindari nyeri

    3  Fleksi Abnormal (dekortikasi) Fleksi Abnormal (dekortikasi)2  Ektensi abnormal (deserebrasi) Ektensi abnormal (deserebrasi)

    1  Tidak ada respon Tidak ada respon

    Verbal  >5 tahun  2-5 tahun  0-2 tahun 

    5  Orientasi baik dan mampu ber-

    komunikasi

    Menyebutkan kata yang

    sesuai

    Menagis kuat

    4  Disorientasi tapi mampu ber-

    komunikasi

    Menyebutkan kata

    yang tidak sesuai

    Menagis lemah

    3  Menyebutkan kata-kata yang

    tidak sesuai

    Menagis dan menjerit Kadang menagis /

    menjerit lemah

    2  Mengeluarkan suara Mengeluarkan suara lemah Mengeluarkan suara

    lemah

    1  Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    21/24

     

    18

    13. INFORMED CONSENT.

    Pasien, anggota keluarga atau wali pasien harus diberitahu tentang intervensi bedah

    dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul. Kapasitas putusan merupakan prasyarat

    untuk suatu informed consent yang sesuai dengan hukum dan moral. Pasien usia lanjut

    mungkin tidak sepenuhnya memahami intervensi yang direncanakan, sehingga kerabat

    terdekat harus terlibat untuk memperoleh informed consent yang terperinci. Status mental dan

    kognitif pasien harus dipertimbangkan dan didokumentasikan.

    14. PERALATAN.

    14.1. ALAT-ALAT ANESTHESIA.

    - Mesin anestesi

    - Circuit/breathing anestesi

    - Ventilator anestesi

    - Monitor

    14.2. MESIN ANESTESI.

    1. Gas supplies

    O2 dan N2O

    O2 : warna hijau

     N2O : warna biru

    2. Pressure regulator

    -  Reduce the high pressure --> 45 psi --> 350 - 500 kpa, 50 - 70 psi, 3 1/2 - 5 atm -->

    constant low pressure.

    -  < 25 psi --> automatically shut off

    14.3. MONITOR.

    1. Blood pressure (noninvasive or invasive)

    2. ECG (electrocardiograf)

    3. Pulse oxymeter

    4. Caphinograf

    14.4. VENTILATOR ANESTESI.

    1. Menggunakan daya listrik2. Ventilator

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    22/24

     

    19

    3. Flowmeter (rotameter)

    - Measure gas flow --> FGF

    - Have safety systems (FGF, 25%)

    4. Vaporizer

    a. High flow VAP, or low flow DAP / drawover VAP

     b. Temperatur compensated VAP

    14.5. SISTEM SIRKULASI.

    1. One way value (inspiratory dan ekspiratory)

    2. Canister with CO2 absorber (sodalyme or

     baralyme)

    - Ca(OH)2 + NaOH + KOH + Silica

    - Ba(OH)2 + Ca(OH)2

    3. Oxygen analyzer sensor

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    23/24

     

    20

    BAB III

    DOKUMENTASI

    Dalam pelaksanaannya sedasi didokumentasikan dalam Formulir pemakaian obat  –  

    obatan dan tehnik yang digunakan didokumentasikan dalam lembar status

    sedasi.(RM.OR.12).

    Formulir ada dalam lampiran.

  • 8/19/2019 Panduan Sedasi 2014

    24/24

     

    BAB IV

    PENUTUP

    Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari

     pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu

     pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan.

    Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan

    merupakan prosedur yang kompleks di rumah sakit. Tindakan  –   tindakan ini membutuhkan

    asesmen pasien yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi,

    monitoring pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan

     berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer maupun pemulangan pasien.

    Oleh karena itu diperlukan panduan sedasi untuk memberikan acuan dalam

     pengelolaan dan pelayanan sedasi, anestesi di rumah sakit.