skrining kandungan senyawa aktif madu dan uji …

91
Skripsi SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI POTENSINYA SEBAGAI ANTIOKSIDAN ENDAH HANDAYANI H 311 14 515 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

Skripsi

SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI

POTENSINYA SEBAGAI ANTIOKSIDAN

ENDAH HANDAYANI

H 311 14 515

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI

POTENSINYA SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana sains

Oleh :

ENDAH HANDAYANI

H 311 14 515

MAKASSAR

2018

Page 3: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

SKRIPSI

SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI

POTENSINYA SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Disusun dan diajukan oleh

ENDAH HANDAYANI

H 311 14 515

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pertama

Prof. Dr. Alfian Noor, M.Sc Drs. F. W. Mandey, M.Sc

NIP. 195105151 97412 1 001 NIP. 19650118 199002 1 001

Page 4: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

When I step into the unknown

I know I’ll never be alone

You have won me the victory

Before I even believed

You’ve loved me through the years

So whom shall I fear?

You’re all I need

My Lord

My Heavenly Father

My Redeemer, My Jesus “Now Faith is being sure of what we Hope for, being convinced of what we do not see”

Hebrews 11:1

Page 5: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

v

PRAKATA

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yesus, oleh karena penyertaan

dan kasih setia-Nya yang melimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penulisan laporan hasil penelitian dengan judul “SKRINING KANDUNGAN

SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI POTENSINYA SEBAGAI

ANTIOKSIDAN”. Penyelesaian tugas ini sebagai syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Sains Depertemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Hasanuddin. Penulis menyadari bahwa betapa banyaknya

hambatan yang terjadi dalam menyelesaikan tugas ini. Tugas ini tidak akan selesai

tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi kepada :

1. Kedua Orang Tua, Yohanis Kendek dan Damaris Karisa atas segala kasih

sayang, pengertian, dukungan serta segala wejangan hikmat yang tidak henti

disampaikan pada penulis. Juga buat dukungan dari kakak penulis, Arie,

Imanuel, Mesri, Nopriani, Kak Roberth dan Mba Ola, serta keponakan

tersayang Shelter dan Josh.

2. Bapak Prof. Dr. Alfian Noor, M.Sc selaku pembimbing utama serta

Drs. F. W. Mandey, M.Sc selaku pembimbing pertama, yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan dalam mengarahkan penulis mulai dari

penyusunan proposal hingga tersusunnya laporan hasil penelitian ini.

3. Tim Penguji Sarjana, Bapak Prof. Dr. Ahyar Ahmad (ketua), Bapak

Dr. Maming, M.Si (Sekretaris), Ibu Dr. St. Fauziah, M.Si (anggota). Terima

kasih atas saran dan masukannya.

Page 6: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

vi

4. Ketua dan sekretaris departemen kimia serta seluruh dosen yang telah

membagi ilmunya kepada penulis selama 4 tahun menempuh pendidikan,

terkhusus Bapak Dr. Yusafir Hala, M.Si selaku pembimbing akademik yang

telah membimbing selama masa perkuliahan.

5. Staf dan seluruh analis departemen kimia fakultas MIPA Universitas

Hasanuddin, terima kasih atas bantuan dan kerjsamanya.

6. Honeybee geng Uni, Ainun, Rani dan Vitra, terima kasih atas kerjasamanya

dari awal pengambilan sampel (sampai dikejar lebah) hingga akhirnya

penyusunan tugas akhir .

7. Teman-teman seangkatan 2014, terkhusus Widya, Ainun, Salmiyah dan

Deca buat segala bantuan dan semangatnya.

8. Big thanks to Latiana, Desri dan Lola, my beloved bestfriends, buat

dukungan doa, saran dan sharingnya yang membangun dan menguatkan dan

segala semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis sadar akan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun dalam penulisan selanjutnya. Akhirnya

penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para

pembaca dan peneliti berikutnya.

Penulis

2018

Page 7: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

vii

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif

pada madu serta menguji aktivitas antioksidan senyawa aktif dari madu hutan.

Hasil penelitian menunjukkan ekstrak metanol memberikan hasil positif pada

flavonoid, tanin, saponin, steroid dan alkaloid dengan nilai IC50 metode DPPH

sebesar 683,153 µg/mL. Ekstrak DCM memberikan hasil positif tanin, steroid dan

alkaloid dengan nilai IC50 701,743 µg/mL. Ekstrak n-heksan positif mengandung

tanin dan alkaloid dengan nilai IC50 1709,536 µg/mL, ekstrak air positif tanin,

saponin, steroid, alkaloid dengan nilai IC50 1698,345 µg/mL. Sampel madu positif

mengandung semua aspek yang diujikan dengan nilai IC50 2826,471 µg/mL. Hal

ini menunjukkan ekstrak dan sampel memiliki aktivitas antioksidan yang sangat

lemah.

Kata Kunci : ekstrak, IC50, madu, senyawa aktif,

Page 8: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

viii

ABSTRACT

The aim of this research to isolate and identify and to test the antioxidant activity

of active compounds in honey. The result showed that methanol gave results in

flavonoid, tannin, saponin, steroid and alkaloid with IC50 value of DPPH method

of 683,153 µg/mL. DCM extract gave positive results for tannin, steroid and

alkaloid with IC50 values of 701,743 µg/mL. N-hexane extract positively contains

tannin and alkaloid with IC50 1709,536 µg/mL, water extract positively contains

of tannin, saponin, steroid, alkaloid with IC50 value 1698,345 µg/mL. Pure honey

contain all aspects tested with IC50 values 2826,471 µg/mL. This showed extracts

and samples have very weak antioxidant activity.

Keywords : active compound, extract, honey, IC50

Page 9: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

ix

DAFTAR ISI Halaman

PRAKATA ................................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN .................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................. 4

1.3.1 Maksud Penelitian ................................................................. 4

1.3.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5

2.1 Gambaran Umum Madu .......................................................... 5

2.2 Komposisi Madu ...................................................................... 8

2.3 Radikal Bebas ........................................................................... 11

2.4 Antioksidan .............................................................................. 13

2.5 Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil) ...................... 15

2.6 Apis dorsata .............................................................................. 16

Page 10: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

x

BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 18

3.1 Bahan Penelitian ....................................................................... 18

3.2 Alat Penelitian .......................................................................... 18

3.3 Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................. 18

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................... 18

3.4.1 Pengolahan Sampel ............................................................... 18

3.4.2 Ekstraksi Madu dengan Metanol ........................................... 19

3.4.3 Ekstraksi Madu dengan Pelarut Air ...................................... 19

3.4.4 Ekstraksi Madu dengan Pelarut DCM………....………….. 19

3.4.5 Ekstraksi Madu dengan Pelarut n-Heksan ............................. 20

3.4.6 Uji Fitokimia .......................................................................... 20

3.4.6.1 Uji Alkaloid ......................................................................... 20

3.4.6.2 Uji Flavonoid ....................................................................... 21

3.4.6.3 Uji Tanin ............................................................................. 21

3.4.6.4 Uji Steroid ........................................................................... 21

3.4.6.5 Uji Saponin ........................................................................... 21

3.4.7 Uji Bioaktivitas ....................................................................... 22

3.4.7.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM ...................................... 22

3.4.7.2 Pembuatan Larutan Induk Asam Askorbat 500 ppm ........... 22

3.4.7.3 Pembuatan Larutan Induk Ekstrak n-Heksan 500 ppm ....... 22

3.4.7.4 Pembuatan Larutan Induk Ekstrak DCM 500 ppm .............. 22

3.4.7.5 Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Metanol 500 ppm .......... 22

3.4.7.6 Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Air 500 ppm .................. 23

3.4.7.7 Pembuatan Larutan Induk Sampel Madu 500 ppm .............. 23

Page 11: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

xi

3.4.7.8 Penentuan Aktivitas Antioksidan Asam Askorbat

dengan Metode DPPH .......................................................... 23

3.4.7.9 Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Sampel

dengan Metode DPPH .......................................................... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 25

4.1 Maserasi Sampel ........................................................................ 25

4.2 Uji Fitokimia ............................................................................. 26

4.3 Uji Bioaktivitas .......................................................................... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 39

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 39

5.2 Saran ........................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 40

LAMPIRAN ................................................................................................. 45

Page 12: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Madu .................................................................................. 9

2. Hasil Uji Fitokimia Ekstak Sarang Madu dan Madu ........................... 10

3. Data Pengujian Kandungan Metabolit Sekunder

Ekstrak Metanol, DCM, Heksan, Air dan Sampel Madu …………… 26

4. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Sampel Madu…………………… 33

5. Data Hasil Uji IC50 Ekstrak dan Sampel…………………………….. 35

6. Data Hasil Uji IC50 Asam Askorbat………………………………….. 37

Page 13: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Madu Hutan .......................................................................................... 6

2. Struktur Struktur 1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl……………………... 12

3. Struktur Dasar Flavonoid……………………………………………... 14

4. Reaksi antara DPPH dengan Senyawa Antioksidan...………………... 15

5. Mekanisme Pembentukan Garam Flavilium…...……………………... 27

6. Reaksi Uji Fitokimia Tanin…………………….……………………... 28

7. Reaksi Uji Fitokimia Steroid…………………...……………………... 29

8. Reaksi Uji Fitokimia Alkaloid………………………………………... 30

9. Reaksi Uji Fitokimia Saponin………………….……………………... 31

10. Reaksi Flavonon dengan DPPH……………………………………... 32

11. Diagram Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Madu..………………... 34

12. Grafik Nilai IC50 Ekstrak dan Sampel Madu………………….…….. 36

Page 14: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

13. Skema Prosedur Kerja ........................................................................ 45

14. Kurva Pengukuran Aktivitas Antioksidan .......................................... 53

15. Perhitungan Pembuatan Larutan Induk .............................................. 62

16. Perhitungan Pembuatan Deret Standar............................................... 65

17. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 71

Page 15: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

xv

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

DPPH : 1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl

IC : Inhibitor Concentration

DNA : deoxyribonucleic acid

UV : Ultra Violet

DCM : dicholormethane

nm : nanometer

ppm : part per million

Vis : Visible

kg : kilogram

µg/mL : mikro gram per mililiter

°C : derajat celcius

g : gram

p.a : pro analis

mL : mililiter

mg/mL : miligram per mililiter

mg : miligram

Page 16: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang semakin maju setiap harinya menyebabkan

terjadinya perubahan dari pola hidup manusia menjadi kurang sehat misalnya

dalam hal makanan. Makanan instan cepat saji dipilih sebagai alternatif utama

tanpa memikirkan efek yang ditimbulkannya. Bahaya makanan dan minuman,

bahaya lingkungan yang berasal dari radiasi, polusi, asap rokok serta pola hidup

yang tidak sehat dapat memicu terbentuknya radikal bebas (Idris, 2017).

Radikal bebas adalah spesi yang reaktif karena adanya elektron yang tidak

berpasangan. Pembentukan spesi ini di dalam tubuh dipicu oleh berbagai faktor

antara lain ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui

proses metabolisme. Proses metabolisme seringkali terjadi keadaan yang

memungkinkan elektron berada pada kondisi tidak stabil sehingga terbentuk

radikal bebas seperti superoksida, hidroksil dan lain-lain (Winarsi, 2007). Dalam

upaya radikal bebas menstabilkan diri, radikal bebas ini akan bereaksi dengan

molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini

berlangsung terus-menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan

menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit seperti kanker, jantung,

katarak, penuaan dini serta penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itu, tubuh

memerlukan bahan yang penting yaitu antioksidan untuk menangkap radikal

bebas tersebut dan menstabilkannya sehingga tidak mengganggu kesehatan tubuh

(Kikuzaki dkk., 2002; Sibuea, 2003).

Page 17: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

2

Antioksidan adalah senyawa pemberi elektron atau reduktor yang mampu

menginhibisi reaksi oksidasi dengan cara mencegah pembentukan radikal.

Antioksidan juga dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal

bebas dan molekul yang sangat reaktif (Winarsi, 2007). Antioksidan di dalam

tubuh dapat menetralkan radikal bebas seperti enzim superoksida dismutase,

glutationin dan katalase. Antioksidan ini dapat diperoleh dari asupan makanan

yang mengandung vitamin C, vitamin E, betakaroten serta senyawa fenolik

(Prakash, 2001; Trevor, 1995).

Salah satu jenis bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

antioksidan adalah madu. Madu cairan manis yang berasal dari nektar tanaman

yang diproses oleh lebah dan disimpan dalam sel-sel sarang lebah (Adriani, 2011).

Jenis madu berdasarkan sumber nektarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu

monoflora dan poliflora. Madu monoflora merupakan madu yang diperoleh dari

satu tumbuhan utama. Madu monoflora juga disebut madu ternak. Madu poliflora

merupakan madu yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga.

Contoh dari madu jenis ini adalah madu hutan (Suranto, 2007). Tiap jenis madu

memiliki efek radikal bebas yang berbeda-beda dimana jumlah dan kandungan

antioksidannya sangat bergantung dari sumber nektarnya (Ratnayani dkk., 2012).

Kandungan nutrisi dalam madu yang berfungsi sebagai antioksidan adalah

vitamin C, asam organik, enzim, asam fenolat, flavonoid dan beta karoten yang

bermanfaat sebagai antioksidan tinggi (Gheldof, 2002). Flavonoid dan asam

fenolat mampu menangkap radikal bebas sehingga membentuk radikal baru yang

relatif lebih stabil dan tidak berbahaya bagi tubuh (Widyaningsih, 2010). Banyak

flavonoid (apigenin, pinosembrin, pinobanksin, kaemferol, kuarsetin, galangin,

Page 18: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

3

krisin, dan luteolin) dan asam fenolat (kafein, galat, sinamat, protocatechuic,

p-kumarik dan asam klorogenik) telah diidentifikasi dalam madu. Beberapa hasil

penelitian menunjukkan bahwa madu berfungsi sebagai sumber antioksidan alami

yang efektif mengurangi resiko penyakit jantung, kanker, penurunan sistem

kekebalan tubuh, katarak, proses inflamasi yang berbeda dan sebagainya

(Vulic dkk., 2015).

Pengukuran aktivitas antioksidan dalam menangkal radikal bebas dapat

dilakukan dalam beberapa cara seperti 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH),

Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC), Cupric Ion Reducing Antioxidant

(CUPRAC) dan Ferric Reducing Ability of Plasma (FRAP) (Putri, 2014). Metode

yang digunakan dalam penentuan antioksidan madu adalah metode DPPH

(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Metode ini dipilih karena memiliki beberapa

kelebihan seperti aktivitas penangkapan radikal bebas yang tinggi dalam pelarut

organik seperti metanol atau etanol pada suhu kamar, metodenya sederhana,

menggunakan sampel dalam jumlah sedikit dalam waktu yang singkat dan hanya

membutuhkan spektofotometer UV-Vis (Salamah dan Widyasari, 2015).

Penelitian ini dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut

metanol, n-heksan, DCM dan air. Pelarut yang digunakan bertujuan menarik

senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam madu berdasarkan perbedaan

kepolaran dari pelarut. Penggunaan pelarut ini mengacu pada penelitian Cahyati

dan Miladiyah (2014) yang menggunakan pelarut metanol untuk menarik

komponen fenolat yang terdapat dalam madu kopi, madu sawit, madu randu dan

rambutan yang sumber nektarnya berasal dari pohon kopi, pohon sawit, pohon

randu serta pohon rambutan. Berdasarkan uraian tersebut sehingga mendorong

Page 19: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

4

peneliti untuk mengetahui lebih jauh efek antioksidan dari madu dengan

menggunakan pelarut yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini, antara lain:

1. kandungan senyawa aktif apa yang terdapat dalam madu poliflora?

2. apakah senyawa tersebut berpotensi sebagai antioksidan?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan skrining senyawa aktif yang

terdapat dalam madu dan menguji potensinya sebagai antioksidan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif pada madu poliflora.

2. menguji aktivitas senyawa aktif dari madu sebagai antioksidan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi

madu sebagai salah satu sumber daya alam hutan penghasil senyawa aktif sebagai

antioksidan dan memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan penelitian

mengenai madu.

Page 20: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Madu

Madu merupakan cairan kental, berwarna kuning, manis dan memberi rasa

pada bahan makanan, dengan nilai biologis dan kalori (mengandung gula, vitamin

dan enzim), dikumpulkan dan diproduksi oleh lebah dari nektar atau jus manis

yang dapat ditemukan di berbagai bagian tanaman dan pohon, yang memiliki

banyak kegunaan tergantung dari jenisnya madu (Maria dkk., 1918). Madu alami

merupakan produk yang dihasilkan dari nektar dan simpanan manis yang

dikumpulkan dari berbagi sumber bunga yang diubah dan disimpan oleh lebah

madu di dalam sarangnya (Umarani dkk, 2015). Ada dua faktor yang diperlukan

untuk menghasilkan madu yaitu bunga yang nektarnya merupakan bahan baku

pembuatan madu dan sserangga yaitu lebah yang merupakan tenaga ahlinya

(Sarwono, 2011).

Madu adalah makanan alami yang diakui seluruh dunia memiliki nilai gizi

yang tinggi dan memiliki banyak efek kesehatan yang menguntungkan. Madu

umumnya terdiri dari karbohidrat (minimal 60% dengan perbandingan massa) dan

memiliki kemampuan khusus untuk mengurangi gula seperti fruktosa dan glukosa

sebagai sumber energi yang cepat setelah dikonsumsi. Komponen minor dalam

madu termasuk asam amino, vitamin, asam organik, mineral dan berbagai

fitokimia (Chua dan Adnan, 2014)

Sejak ribuan tahun yang lalu sampai sekarang ini, madu telah dikenal

sebagai salah satu bahan makanan atau minuman alami yang mempunyai peranan

Page 21: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

6

penting dalam kehidupan. Madu memiliki manfaat dalam berbagai aspek, antara

lain dari segi pangan, kesehatan dan kecantikan. Madu merupakan salah satu obat

tradisional tertua yang dianggap penting untuk pengobatan penyakit pernafasan,

infeksi saluran pencernaan dan bermacam macam penyakit lainnya.

(Mulu dkk., 2004). Gambar 1 merupakan sarang lebah sumber madu hutan yang

diambil di hutan Desa Sadar, Dusun Kajuara, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Gambar 1. Sarang Lebah Sumber Madu Hutan

Madu yang digunakan pada zaman dulu umumnya merupakan madu yang

dapat diambil dari pohon yang terdapat dalam hutan yaitu madu hutan. Madu

hutan dipanen langsung dari pohon di hutan tanpa proses penangkaran lebah.

Madu hutan dihasilkan oleh lebah Apis dorsata yaitu jenis lebah yang belum dapat

dibudidayakan karena sifatnya yang agresif dan liar (Muslim, 2014). Sumber

pakan dari lebah ini adalah tumbuh- tumbuhan obat yang banyak tumbuh di dalam

hutan hujan tropis di Indonesia. Madu hutan juga sangat baik untuk kesehatan

karena mengandung antibiotik alami (Suranto, 2007).

Page 22: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

7

Madu berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi madu monoflora,

madu polifora dan madu ekstraflora. Madu monoflora merupakan madu yang

diperoleh dari satu tumbuhan utama. Madu monoflora disebut madu ternak,

karena lebah yang menghasilkan madu jenis ini pada umumnya diternakkan.

Sedangkan madu poliflora merupakan madu yang berasal dari nektar beberapa

jenis tumbuhan bunga. Contoh dari madu jenis ini adalah madu hutan

(Sarwono, 2001). Madu ekstraflora atau madu embun adalah madu yang

dihasilkan dari nektar di luar bunga, seperti daun, cabang dan batang tanaman.

Madu embun dihasilkan dari cairan hasil sekresi serangga, yang kemudian

eksudatnya diletakkan dibagian tanaman. Selanjutnya cairan itu dihisap dan

dikumpulkan oleh lebah madu. Madu ini berwarna gelap dengan aroma

merangsang (Sarwono, 2001).

Produksi lebah madu hutan memiliki kelebihan dibandingkan dengan

lebah madu lain diantaranya yaitu hasil dari nektar yang dikumpulkan lebah terasa

manis dan aromanya tajam serta menyengat. Selain itu, lebah hanya mengambil

makanan langsung dari alam sehingga hasil madunya tidak bercampur racun dari

pestisida (Muslim, 2014). Madu hutan juga memiliki kandungan antioksidan yang

lebih tinggi karena mengandung vitamin, beta karoten, flavonoid, asam fenolat,

polifenol, asam urat dan asam nikotinat (Soleha, 2015).

Kualitas madu ditentukan oleh beberapa hal diantaranya waktu pemanenan

madu, kadar air, warna madu, rasa dan aroma madu. Waktu pemanenan madu

harus dilakukan pada saat yang tepat, yaitu ketika madu telah matang dan rongga

rongga madu mulai ditutup oleh lebah. Madu bersifat menyerap air sehingga akan

bertambah encer dan akan menyerap kelembaban udara sekitarnya. Madu yang

Page 23: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

8

normal dengan kadar air 18,8% atau kurang akan menyerap kelembaban dari

udara lebih dari 60%. Pemprosesan atau penyimpanan akan berpengaruh pada

higroskopisitas sehingga menyebabkan kandungan air yang akan bertambah

(Olaitan dkk., 2007).

2.2 Komposisi Kimiawi Madu

Madu dilaporkan mengandung sekitar 200 zat (campuran gula kompleks

dan juga sejumlah kecil unsur penyusun lainnya seperti mineral, protein, vitamin,

asam organik, flavonoid, asam fenolat, enzim dan fitokimia lainnya)

(White, 1978). Pada umumnya madu memiliki komposisi sebagai berikut: air

17%, fruktosa 38,19%, glukosa 31,29%, sukrosa 1,31%, gula lainnya 8,8%, total

asam 0,57%, abu 0,169%, nitrogen 0,041%, dan lain-lain 2,43%

(Bogdanov dkk., 1997). Asam organik banyak ditemukan dalam madu

diantaranya laktat, format, butirat, tartarat, piruvat, asetat, sitrat, oksalat sukinat,

malat, meleat, piroglutamat dan lainnya. Asam-asam organik ini dihasilkan dari

enzim glukosa oksidase pada dekstrosa (Mato dkk., 2003).

Komposisi kimia madu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

komposisi nektar asal madu, keadaan iklim, topografi, jenis lebah, cara

pengolahan dan penyimpanan (Sihombing, 1997). Asam amino, karbohidrat,

protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang

mudah diserap oleh sel-sel tubuh. Sifat antioksidan dari madu telah banyak

dikenal karena diketahui terdiri dari senyawa dengan sifat antioksidan seperti

flavonoid, asam fenolat, protein, asam amino, asam askorbat, HMF dan beberapa

enzim (Gheldof dan Engseth, 2002). Polifenol antioksidan yang terpenting adalah

Page 24: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

9

flavonoid dan asam fenolat (Makawi dkk., 2009). Tabel 1 menunjukkan rata-rata

komposisi madu untuk masing-masing komponen.

Tabel 1. Komposisi Madu (Bogdanov dkk., 2008)

Komponen Madu Hutan

Nilai rata-rata (g/100 g) Rentang nilai (g/100g)

Kadar air 16,3 15-20

Fruktosa 31,8 28-40

Glukosa 26,1 19-32

Sukrosa 0,5 0,1-4,7

Disakarida lainnya 4,0 1-6

Melezitose 4,0 0,3-22,0

Erlose 1,0 0,1-6

Oligosakarida lainnya 3,0 0,1-6

Gula total 80,5 -

Mineral 0,9 0,6-2,0

Asam amino,protein 0,6 0,4-0,7

Asam 1,1 0,8-1,5

pH 5,2 4,5-6,5

Kandungan nutrisi dalam madu yang berfungsi sebagai antioksidan adalah

vitamin C, asam organik, enzim, asam fenolat, flavonoid dan beta karoten yang

bermanfaat sebagai antioksidan tinggi (Gheldof dan Engseth, 2002). Senyawa

dengan aktivitas antioksidan yang diteliti adalah senyawa fenolat. Senyawa

fenolat dalam tumbuhan dapat berupa fenol, antraquinon, asam fenolat, kumarin,

Page 25: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

10

flavonoid, lignin dan tanin (Harborne, 1987). Senyawa fenolat telah diketahui

memiliki berbagai efek biologis seperti aktivitas antioksidan melalui mekanisme

sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkhelat logam, peredam

terbentuknya oksigen singlet serta pendonor elektron

(Gheldof dan Engeseth, 2002). Pada tabel 2 menunjukkan hasil uji fitokimia

terhadap ekstrak sarang madu dan madu.

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstak Sarang Madu dan Madu (Idris, 2017).

Sampel Uji Pendahuluan

Flavonoid Asam Fenolik Tanin

Kanton Madu + + +

Kantong Polen + + +

Propolis + + +

Kantong Telur + + +

Madu + + -

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan

oleh makhluk hidup selain karbohidrat, lemak, protein dan vitamin

(Davis dan Mertz, 1987). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui

kandungan total mineral dalam madu sekitar 0,04 - 0,02 %. Banyak faktor yang

dapat mempengaruhi komposisi mineral yang terdapat pada madu, termasuk jenis

tanah, sumber bunga, kondisi iklim, pemupukan dan variabilitas yang besar

(White, 1978; Anklam, 1998).

Madu mengandung beberapa enzim yang diantaranya katalase, glukosa

oksidase dan peroksidase serta kandungan non enzimatik seperti karatenoid, asam

Page 26: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

11

amino, protein, asam organik, produk reaksi Maillard dan lebih dari 150 senyawa

polifenol termasuk flavonols, asam fenolik, katekin dan turunan asam sinamat

yang dapat mendukung sifat antioksidan dari madu (Ferreira dkk., 2009).

2.3 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada

orbital terluarnya. Reaksi dari radikal bebas akan berlangsung secara terus

menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai

penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini dan lain-lain. Oleh karena

itu, tubuh memerlukan substansi penting yaitu antioksidan yang mampu

menangkap radikal bebas tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu

penyakit (Anonim, 2006).

Senyawa ini terbentuk dalam tubuh karena dipicu oleh banyak faktor

misalnya komponen makanan diubah menjadi energi melalui metabolisme. Pada

proses metabolisme ini seringkali terjadi kebocoran elektron sehingga sangat

mudah terbentuk radikal bebas seperti anion superoksida, hidroksil dan lainnya.

Radikal bebas juga dapat terbentuk dari senyawa lain yang pada awalnya bukan

radikal bebas tetapi mudah menjadi radikal bebas seperti hidrogen peroksida,

ozon dan lainnya. Kelompok senyawa itu sering disebut senyaw oksigen reaktif

(SOR) atau Reactive Oxygen Species (ROS) (Winarsi, 2007).

Reaksi oksidasi merupakan salah satu reaksi yang menyebabkan

terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif yang dapat merusak struktur serta

fungsi sel. Namun reaktivitas radikal bebas itu dapat dihambat oleh sistem

Page 27: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

12

antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh. Radikal bebas juga bisa

terbentuk ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui proses

metabolisme yang memungkinkan terbentuknya radikal bebas seperti anion

superoksida, hidroksil dan lainnya (Winarsi, 2007).

Radikal bebas bersifat tidak stabil, sangat reaktif dan dapat mengambil

elektron dari molekul lain untuk mendapatkan pasangan elektronnya. Molekul

yang kehilangan elektron akan bersifat reaktif, terutama asam lemak tidak jenuh

yang kemudian ditransformasikan menjadi radikal bebas yang sangat reaktif

(Simon dkk., 2000). Radikal bebas yang terbentuk secara cepat akan menarik

elektron makromolekul biologis yang berada di sekitarnya seperti protein dan

asam nukleat (DNA) (Halliwell and Gutteridge, 1999). Gambar 2 merupakan

struktur dari senyawa 1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl salah satu radikal bebas yang

bersifat tidak stabil.

Gambar 2. Struktur 1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl (Yuhernita, 2011).

Page 28: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

13

Jika makromolekul yang teroksidasi dan terdegradasi merupakan bagian

dari sel atau organel, maka dapat mengakibatkan kerusakan pada sel tersebut.

Target utama radikal bebas adalah protein, karbohidrat, asam lemak tak jenuh,

lipoprotein serta unsur-unsur DNA. Molekul-molekul target tersebut yang paling

rentan terhadap radikal bebas adalam asam lemak tak jenuh

(Halliwell and Gutteridge, 1999). Jika radikal bebas tidak diinaktivasi, reaktivitas

radikal bebas dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak seluruh tipe

makromolekul seluler seperti karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat

(Langseth, 2000). Salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan

menangkap radikal bebas adalah dengan metode DPPH

(1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl) (Molyneux, 2004).

2.4 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau

reduktan. Antioksidan memiliki berat molekul kecil tetapi mampu menginaktivasi

berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal.

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi

dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Winarsi, 2007).

Tubuh manusia memiliki sistem antioksidan untuk menangkal reaktivitas

radikal bebas yang secara kontinu dibentuk sendiri oleh tubuh. Bila jumlah

senyawa oksigen reaktif melebihi jumlah antioksidan dalam tubuh, kelebihannya

akan menyerang komponen lipid, protein maupun DNA sehingga mengakibatkan

kerusakan-kerusakan yang disebut stress oksidatif (Winarsi, 2007). Antioksidan

dalam bahan makanan dapat berasal dari kelompok yang terdiri atas satu atau

Page 29: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

14

lebih komponen pangan, substansi yang dibentuk dari reaksi selama pengolahan

atau dari bahan tambahan pangan yang khusus diisolasi dari sumber-sumber alami

dan ditambahkan ke dalam bahan makanan. Adanya antioksidan alami maupun

sintesis dapat menghambat oksidasi lipid, mencegah kerusakan, perubahan dan

degradasi komponen organik dalam bahan makanan sehingga dapat

memperpanjang umur simpanan (Rohdiana, 2001). Pada Gambar 3 merupakan

struktur flavonoid salah satu sumber antioksidan.

Gambar 3. Struktur Dasar Flavonoid (Redha, 2010)

Antioksidan dapat berupa enzim (misalnya superoksida dismutase,

katalase dan glutation peroksidase), vitamin (misalnya vitamin E, C, A dan

β-karoten) dan senyawa lain (misalnya flavonoid, albumin, bilirubin,

seruloplasmin dan lainnya). Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan

utama terhadap kondisi stress oksidatif yang bekerja dengan cara mencegah

terbentuknya senyawa radikal baru. Selain antioksidan yang bersifat enzimatis ada

juga yang berupa senyaw nutrisi maupun non-nutrisi yang dapat diperoleh dari

asupan bahan makanan (Winarsi, 2007).

Page 30: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

15

Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang banyak digunakan sebagai

antioksidan. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan strukur

kimia C6-C3-C6 yang memiliki satu cincin aromatic A, satu cincin aromatic B

serta cincin tengah heterosiklik yang mengandung oksigen (Hess, 1975).

Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan mendonasikan atom hidrogennya

atau melalui kemampuannya mengkhelat logam, berada dalam bentuk glikosida

(mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut

aglikon (Cupppett, 1954).

2.5 Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil)

Gambar 4. Reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan (Frindryani, 2016)

Metode DPPH adalah suatu metode kolorimetri yang efektif dan cepat

untuk memperkirakan aktivitas antiradical atau antioksidan. Uji kimia ini secara

luas digunakan dalam penelitian produk alami untuk isolasi antioksidan fitokimia

dan untuk mengkaji seberapa besar kapasitas ekstrak dan senyawa murni dalam

Page 31: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

16

menyerap radikal bebas. Metode DPPH berfungsi untuk mengatur elektron

tunggal seperti aktivitas transfer hidrogen sekaligus untuk mengukur aktivitas

penghambatan radikal bebas (Pratimasari, 2009). Metode ini merupakan metode

yang cepat, sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi dalam

menentukan kemeampan antioksidan menggunakan radikal bebas

1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (Prakash, 2001).

Metode DPPH memberikan warna yang kuat pada panjang gelombang

517 nm dengan warna ungu gelap (Molyneux, 2004). Warna DPPH akan berubah

dari ungu menjadi kuning seiring penambahan antioksidan yaitu elektron tunggal

DPPH berpasangan dengn hidrogen dari antioksidan (Dehpour dkk., 2009).

Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang berupa padatan maupun cairan

(Prakash, 2001).

2.6 Apis Dorsata

Apis dorsata merupakan lebah madu yang dapat ditemukan hampir di

seluruh kepulauan di Indonesia kecuali Maluku dan Irian Jaya (Ruttner, 1988).

Secara morfologis, A. dorsata merupakan spesies lebah madu asli Indonesia

dengan ukuran tubuh paling besar. Selain itu spesies ini juga terkenal sangat

agresif di bandingkan dengan spesies lebah madu lain yang terdapat di Indonesia

(Hadiseosilo, 2001). Dua dari tiga subspesies A. dorsata yaitu A. dorsata dorsata

dan A.d. binghami terdapat di Indonesia dan subspecies ketiga A.d. breviligula

terdapat di Filipina (Sakagami dkk., 1980). Menurut Maa (1953), subspecies

A. dorsata binghami yang terdapat di pulau Sulawesi dan pulau sekitarnya

dianggap merupakan spesies tersendiri, yaitu A. binghami Cockerell.

Page 32: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

17

Lebah madu Apis dorsata dalam bahasa Indonesia disebut lebah hutan atau

lebah raksasa. Lebah ini hidup di hutan lebat sebagai lebah madu liar. Sampai

sekarang belum pernah diternakkan dalam stup. Madu dan lilin yang

dihasilkannya merupakan produk terbaik dan madunya lebih encer daripada madu

lebah biasa. Panjang lebah madu pekerja sekitar 1,9 cm. Satu koloni terdiri dari

sisiran sarang yang sangat besar yang dihuni sampai berjuta-juta ekor lebah.

Sarang bagian atas digunakan untuk menyimpan madu dimana tebalnya sekitar

10 cm dan sarang bagian bawah dengan tebal 4 cm sebagai tempat mengerami

telur. Lebah raksasa Apis dorsata merupakan lebah paling produktif dimana satu

sisir sarang dapat menyimpan madu sebanyak 10-20 kg (Sarwono, 2001).

Page 33: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah madu hutan, kertas

saring Whatman No 42, pelarut diklorometan p.a, pelarut n-heksan p.a, asam

askorbat, serbuk DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil), metanol p.a, aluminium

foil, wrapping plastic dan tissue roll.

3.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah wadah selai, batang

pengaduk, neraca analitik, kuas, rotary evaporator,corong, botol vial, falcon tube,

oven, pipet tetes, pipet volum, tabung reaksi, rak tabung, bulb, dan

spektrofotometer UV-Vis.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai Oktober 2018 dengan

pengambilan sampel pada lokasi, selanjutnya dilakukan preparasi sampel dan

isolasi di Laboratorium Kimia Radiasi serta identifikasi kandungan senyawa

aktifnya di Laboratorium Biokimia Departemen Kimia Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengolahan Sampel

Bahan yang digunakan adalah madu hutan dari Desa Sadar, Dusun

Kajuara, Kabupaten Bone yang selanjutnya di freeze dry selama 48 jam untuk

mengurangi jumlah air dalam madu.

Page 34: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

19

3.4.2 Ekstraksi Madu dengan Metanol

Madu kering yang telah difreeze dry sebanyak 78 g selanjutnya dimaserasi

dengan metanol selama 2 x 24 jam sebanyak 3 kali. Setelah itu larutan dipisahkan

antara maserat dan residu dengan cara didekantasi. Maserat yang diperoleh

dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 55 ˚C maka akan diperoleh

ekstrak kental metanol sebesar 53,5234 g. Setelah itu dilakukan remaserasi

dengan melarutkan kembali residu dengan menggunakan metanol sebanyak

30 mL lalu diaduk dan didiamkan. Setelah larutan itu disaring dengan

menggunakan kertas saring Whatmann no. 42 dimana residu akan tertahan pada

kertas saring sedangkan maserat ditampung kedalam botol vial yang telah

diketahui bobotnya. Maka didapatkan maserat yang kemudian didievaporasi

menggunakan rotary evaporator pada suhu 55 ˚C sehingga didapatkan ekstrak

metanol sebesar 1,016 g.

3.4.3 Ekstraksi Madu dengan Pelarut Air

Ekstraksi dilakukan dengan menimbang sebanyak 2 gram madu kedalam

botol vial yang telah diketahui bobotnya. Kemudian madu dimaserasi dengan

menggunakan pelarut akuabides sebanyak 30 mL sambil disonikasi menggunakan

alat sonikator selama 2 x 30 menit. Setelah itu larutan didekantasi hingga

didapatkan maserat dan residu. Maserat yang didapatkan dievaporasi

menggunakan rotary evaporator pada suhu 55 ˚C, maka didapatkan ekstrak air

sebesar 0,3329 g.

3.4.4 Ekstraksi Madu dengan Pelarut DCM

Ekstraksi dilakukan dengan menimbang sebanyak 2 gram madu kedalam

falcon tube yang telah diketahui bobotnya. Kemudian larutan dimaserasi dengan

Page 35: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

20

menggunakan pelarut DCM sebanyak 30 mL sambil disonikasi menggunakan alat

sonikator selama 2 x 30 menit. Setelah itu larutan didekantasi hingga didapatkan

maserat dan residu. Maserat yang didapatkan dievaporasi dengan cara maserat

dimasukkan kedalam botol vial yang telah diketahui bobotnya lalu ditutupi

dengan aluminium foil yang telah diberikan sedikit lubang kecil. Maserat itu

kemudian dibiarkan hingga pelarut DCM yang digunakan menguap dan

menyisakan ekstrak DCM madu. Setelah itu ditimbang dan didapatkan ekstrak

DCM sebesar 0,06829 g.

3.4.5 Ekstraksi Madu dengan Pelarut n-Heksan

Ekstraksi dilakukan dengan menimbang sebanyak 2 gram madu kedalam

falcon tube yang telah diketahui bobotnya. Lalu dimaserasi dengan menggunakan

pelarut n-heksan sebanyak 30 mL sambil disonikasi menggunakan alat sonikator

selama 2 x 30 menit. Setelah itu didekantasi hingga didapatkan maserat dan

residu. Maserat yang didapatkan dievaporasi dengan cara maserat dimasukkan

kedalam botol vial yang telah diketahui bobotnya lalu ditutupi dengan aluminium

foil yang telah diberikan sedikit lubang kecil. Maserat itu kemudian dibiarkan

hingga pelarut n-heksan yang digunakan menguap dan menyisakan ekstrak

n-heksan madu. Setelah itu ditimbang dan didapatkan ekstrak n-heksan sebesar

0,0058 g.

3.4.6 Uji Fitokimia

3.4.6.1 Uji Alkaloid

Sampel madu dan masing-masing ekstrak dimasukkan sebanyak 2 mL

kedalam 5 tabung reaksi yang berbeda, lalu ditambahkan 3 tetes reagen Mayer.

Page 36: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

21

Terbentuknya endapan berwarna kuning menunjukkan adanya alkaloid. Pada Tes

Dragendorff, 2 mL sampel dan ekstrak masing-masing dimasukkan dalam tabung

reaksi, lalu ditambahkan H2SO4 2%. Endapan berwarna oranye kemerahan

menandakan positif alkaloid.

3.4.6.2 Uji Flavonoid

Sampel madu dan masing-masing ekstrak diteteskan pada plat tetes, lalu

ditambahkan logam Mg, setelah itu ditambahkan 5 mL metanol 95 %.

Terbentuknya warna merah tua menandakan merah tua menandakan positif

flavonoid.

3.4.6.3 Uji Tanin

Sampel madu dan masing-masing ekstrak dipipet 0,5 mL kedalam tabung

reaksi dan ditambahkan 1 mL akuades. Lalu ekstrak dan madu masing-masing

ditambahkan 3 tetes FeCl3. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna

hijau atau hitam kebiruan.

3.4.6.4 Uji Steroid

Sampel madu dan masing-masing ekstrak diteteskan sebanyak 2 tetes pada

plat tetes, lalu ditambahkan 2 tetes asetat anhidrat. Setelah itu ekstrak dan madu

masing-masing ditambahkan 2 tetes kloroform kemudian di teteskan H2SO4.

Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya cincin kecoklatan atau violet pada

perbatasan larutan.

3.4.6.5 Uji Saponin

Sampel madu dan masing-masing ekstrak dimasukkan 2 mL kedalam

tabung reaksi. Setelah ekstrak dan madu masing-masing ditambahkan akuades

lalu dikocok. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil.

Page 37: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

22

3.4.7 Uji Bioaktivitas

3.4.7.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM

Pembuatan larut DPPH dilakukan dengan cara serbuk DPPH ditimbang

sebanyak 0,015 g kemudian dilarutkan dengan metanol p.a dalam labu ukur

hingga volume 100 mL lalu dihomogenkan.

3.4.7.2 Pembuatan Larutan Induk Asam Askorbat 500 ppm

Asam askorbat ditimbang sebanyak 0,005 g, lalu dilarutkan dengan 10 mL

metanol p.a, dihomogenkan sehingga didapatkan larutan asam askorbat

konsentrasi 500 ppm. Setelah itu larutan asam askorbat 500 ppm dipipet 0,1 mL

kemudian ditambahkan metanol p.a sebanyak 9,9 mL sehingga didapatkan larutan

asam askorbat konsentrasi 5 ppm dengan volume total 10 mL.

3.4.7.3 Pembuatan Larutan Induk Ekstrak n-Heksan 500 ppm

Ekstrak n-Heksan madu sebesar 0,0058 g yang diperoleh dilarutkan

dengan 11,6 mL metanol p.a sehingga didapatkan konsentrasi larutan 500 ppm.

3.4.7.4. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak DCM 500 ppm

Ekstrak DCM madu sebesar 0,0682 g yang diperoleh dilarutkan dengan

11,4 mL metanol pa sehingga didapatkan konsentrasi larutan 6000 ppm. Setelah

itu larutan uji 500 ppm dengan mempipet larutan uji DCM 6000 ppm sebanyak

0,83 mL lalu ditambahkan metanol 9,17 mL hingga didapatkan volume 10 mL .

3.4.7.5 Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Metanol 500 ppm

Ekstrak metanol madu sebesar 1,016 g yang diperoleh dilarutkan dengan

10,2 mL metanol pa sehingga didapatkan konsentrasi larutan 100.000 ppm.

Page 38: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

23

Setelah itu larutan 500 ppm dibuat dengan mempipet larutan uji metanol

100.000 ppm sebanyak 0,05 mL lalu ditambahkan metanol 9,95 mL hingga

didapatkan volume 10 mL.

3.4.7.6 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Air

Ekstrak air madu sebesar 0,3329 g yang diperoleh dilarutkan dengan

10,1 mL metanol p.a sehingga didapatkan konsentrasi larutan 33.000 ppm.

Setelah itu larutan uji 500 ppm dibuat dengan mempipet larutan ekstrak air

33.000 ppm sebanyak 0,15 mL lalu ditambahkan metanol 9,85 mL hingga

didapatkan volume 10 mL .

3.4.7.7 Pembuatan Larutan Induk Sampel Madu 500 ppm

Sampel madu ditimbang sebanyak 0,005 g. Kemudian madu dilarutkan

dengan metanol p.a sebanyak 10 mL kedalam botol vial kosong setelah itu

dihomogenkan.

3.4.7.8 Penentuan Aktivitas Antioksidan Asam Askorbat dengan Metode

DPPH

Uji aktivitas antioksidan asam askorbat dilakukan dengan membuat deret

standar asam askorbat terlebih dahulu dengan cara memipet asam askorbat

konsentrasi 5 ppm masing-masing 0,25 mL, 0,5 mL, 1 mL, 2 mL dan 4 mL

kedalam tabung reaksi yang berbeda untuk membuat deret standar 0,25 ppm,

0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm dan 4 ppm. Setelah larutan asam askorbat ditambahkan

masing-masing 1 mL larutan DPPH 0,4 mM. Setelah itu larutan asam askorbat

ditambahkan metanol p.a masing-masing 3,75 mL, 3,5 mL, 3 mL, 2 mL dan 0 mL

sehigga didapatkan volume total 5 mL untuk masing-masing deret standar.

Page 39: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

24

Setelah deret standar diinkubasi dengan cara ditempatkan pada ruangan yang

gelap pada suhu ruang selama 30 menit. Kemudan diukur serapannya pada

panjang gelombang maksimum 515 nm.

3.4.7.9 Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak dengan Metode DPPH

Ekstrak air, metanol, n-heksan, DCM dan sampel madu dengan

konsentrasi 500 ppm masing-masing dipipet sebanyak 0,1 mL, 0,2 mL, 0,4 mL,

0,8 mL dan 1,6 mL untuk membuat deret ukur 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm

dan 160 ppm dari masing-masing ekstrak. Setelah itu larutan deret ukur

ditambahkan masing-masing 1 mL larutan DPPH 0,4 mM dan ditambahkan

metanol p.a hingga didapatkan volume total 5 mL.

Setelah itu dibuat larutan kontrol dengan mempipet larutan DPPH 0,4 mM

sebanyak 1 mL kedalam tabung reaksi. Setelah itu volume dicukupkan sampai

5 mL dengan menggunakan metanol p.a. Setelah itu deret ukur dari

smasing-masing ekstrak dan larutan kontrol diinkubasikan pada suhu ruang

selama 30 menit diruang yang gelap. Kemudian diukur pada panjang gelombang

maksimum 515 nm.

Page 40: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Maserasi Sampel

Maserasi adalah proses ekstraksi suatu sampel menggunakan pelarut

dengan melakukan pengadukan pada temperatur ruangan. Tujuan dari maserasi

yaitu untuk menarik senyawa aktif dalam suatu sampel yang tahan dalam

pemanasan maupun tidak tahan pemanasan (Istiqomah, 2013). Proses maserasi

penelitian ini menggunakan empat pelarut yang berbeda yaitu metanol, DCM,

n-Heksan dan air. Maserasi dengan pelarut yang berbeda-beda bertujuan untuk

membandingkan kemampuan pelarut dalam menarik senyawa dari dalam sampel

madu berdasarkan kepolaran dari tiap pelarut dan mengetahui kemampuan

antioksidan dari masing-masing ekstrak dari setiap pelarut.

Sampel madu kering sebanyak 78 g yang dimaserasi menggunakan pelarut

metanol p.a selama 2 x 24 jam dan diremaserasi medapatkan ekstrak kental

metanol sebanyak 54,5394 g. Ekstrak yang didapatkan dari proses maserasi

dengan pelarut metanol sangat banyak. Hal ini disebabkan karena pelarut metanol

merupakan pelarut yang universal yang mampu mengikat semua komponen kimia

yang terdapat pada bahan alam baik yang bersifat non polar, semi polar dan polar.

Metanol juga mudah masuk kedalam sel melewati dinding sel bahan alam

sehingga metabolit sekunder yang terdapat dalam sitoplasma akan terlarut dalam

pelarut dan senyawa akan terekstraksi sempurna (Lenny, 2016).

Pada proses ekstraksi dengan n-heksan, air dan dcm menggunakan sampel

sebanyak 2 g, didapatkan ekstrak sampel masing-masing pelarut yaitu ekstrak

Page 41: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

26

n-heksan 0,0058 g, ekstrak air 0,3329 g dan ekstrak dcm sebesar 0,0682 g.

Kemampuan pelarut n-heksan, air dan DCM tidak sebaik pelarut metanol yang

dapat menarik senyawa aktif. Pelarut n-heksan, air dan DCM hanya mampu

menarik senyawa aktif dari dalam sampel madu yang memiliki kepolaran sama

dengan pelarut n-heksan, air dan DCM sedangkan DCM mampu menarik senyawa

aktif dengan sangat baik sehingga mendapatkan ekstrak yang relatif banyak.

4.2 Uji Fitokimia

Uji fitokimia merupakan tahap awal penting yang dilakukan untuk

mengetahui jenis senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak sampel sebelum

dilakukan proses isolasi lebih lanjut. Pada penelitian ini ekstrak metanol, ekstrak

DCM, ekstrak n-heksan, ekstrak air dari madu, serta sampel madu itu sendiri

dilakukan uji fitokimia berupa uji flavonoid, tanin, terpenoid, steroid dan alkaloid.

Adapun data yang diperoleh dapat dilihat pada Table 3.

Tabel 3. Data Pengujian Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol, DCM,

n-Heksan, Air dan Sampel Madu

Jenis Sampel

Pengamatan Sampel

Flavonoid Tanin Saponin Steroid Alkaloid

Madu + + + + +

Ekstrak Air - + + + +

Ekstrak Metanol + + + + +

Ekstrak DCM - + - + +

Ekstrak n-Heksan - + - - +

Page 42: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

27

Berdasarkan hasil pengujian fitokimia diketahui bahwa ekstrak metanol

dan sampel madu positif mengandung senyawa flavonoid, sedangkan ekstrak

DCM, n-heksan dan air tidak mengandung senyawa flavonoid. Hasil positif

mengandung senyawa flavonoid dibuktikan dengan terbentuk warna merah

(ekstrak dan sampel madu + logam Mg + HCl + etanol).

Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus

hidroksil, karena itu flavonoid umunya larut dalam pelarut polar

(Harborne, 1987). Pada uji ini logam Mg dan HCl akan mereduksi inti benzopiron

yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga membentuk perubahan warna

menjadi merah atau jingga. Jadi jika dalam suatu ekstrak terdapat senyawa

flavonoid maka akan terbentuk garam flavilium yang berwarna merah atau jingga

saat penambahan logam Mg dan HCl (Prashant dkk., 2011). Pada gambar 5

menunjukkan pembentukan garam flavilium pada uji fitokimia flavonoid.

Gambar 5. Mekanisme Pembentukan Garam Flavilium (Setyowati dkk., 2014).

Page 43: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

28

Pada uji tanin, semua ekstrak dan sampel madu memberikan hasil positif

dengan warna hijau. Penambahan ekstrak dengan FeCl3 dalam air menimbulkan

warna hijau yang disebabkan karena tanin bereaksi dengan ion Fe3+ membentuk

senyawa kompleks (Setyowati dkk., 2014). Gambar 6 merupakan reaksi uji

fitokimia tanin.

Gambar 6. Reaksi Uji Fitokimia Tanin (Setyowati dkk., 2014).

Page 44: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

29

Uji steroid memberikan hasil postif pada ekstrak metanol, DCM, air dan

sampel madu sedangkan pada ekstrak n-heksan memberikan hasil negatif. Hasil

positif ditandai dengan terbentuknya cincin coklat pada batas larutan saat

ditambah dengan H2SO4. Prinsip mekanisme reaksi dalam uji steroid ialah

kondensasi atau pelepasan H2O dan penggabungan karbokation

(Setyowati dkk., 2014). Gambar 7 merupakan reaksi uji fitokimia steroid.

Gambar 7. Reaksi Uji Fitokimia Steroid (Setyowati dkk., 2014).

Page 45: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

30

Berdasarkan hasil pengujian diketahui semua ekstrak dan sampel

mengandung alkaloid. Hasil positif alkaloid pada uji Dragendorff ditandai dengan

terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah

kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismuth nitrat dilarutkan

dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismuth mudah

terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+). Gambar 8 merupakan reaksi uji

fitokimia alkaloid.

Gambar 8. Reaksi Uji Fitokimia Alkaloid (Marliana dkk., 2005)

Ion Bi3+ dibiarkan tetap berada dalam larutan maka larutan itu

ditambahkan asam sehingga keseimbangan akan bergeser kearah kiri. Selanjutnya

ion Bi3+ dari bismut nitrat akan bereaksi dengan kalium iodida membentuk

endapan hitam bismuth(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida

berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat. Pada uji dengan pereaksi

Dragendorff, nitrogen digunakan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+

yang merupakan ion logam sehingga terbentuk endapan kalium-alkaloid berwarna

coklat hingga kuning (Setyowati dkk., 2014).

Page 46: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

31

Hasil pengujian saponin pada sampel madu, menunjukkan hasil positif

pada ekstrak air, ekstrak metanol dan sampel madu yang ditandai dengan

terbentuknya busa. Timbulnya busa menunjukkan adanya glikosida yang

mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi

glukosa dan senyawa lainnya (Setyowati dkk., 2014). Gambar 9 merupakan reaksi

uji fitokimia saponin.

Gambar 9. Reaksi Uji Fitokimia Saponin (Marliana dkk., 2005)

4.3 Uji Bioaktivitas

Ekstrak metanol, ekstrak dcm, ekstrak n-heksan dan ekstrak air dari madu

diuji daya hambatnya terhadap radikal bebas menggunakan radikal DPPH. DPPH

akan bereaksi dengan suatu senyawa antioksidan yang dapat mendonorkan radikal

hidrogen. Radikal DPPH ini akan terus tereduksi membentuk DPPH-H dan

Page 47: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

32

warnanya akan berubah dari ungu pudar menjadi kuning ketika elektron radikal

bebas DPPH berpasangan dengan sebuah hidrogen penangkap radikal bebas dari

suatu antioksidan. Perubahan warna yang terjadi tersebut akan memberikan nilai

absorbansi yang akan dibaca pada panjang gelombang maksimum menggunakan

spektrofotometer UV-Vis (Idris, 2017). Berikut reaksi antara senyawa antioksidan

(flavonoid) dengan radikal DPPH pada gambar 10.

Gambar 10 . Reaksi Flavonon dengan DPPH (Idris, 2017).

Page 48: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

33

Pengujian juga dilakukan pada sampel madu yang belum diekstrak untuk

dijadikan pembanding dalam menentukan sampel yang memiliki aktivitas

antioksidan yang tertinggi. Hasil uji aktivitas antioksidan dari madu dapat

dianalisa dari pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimum

515 nm sehingga dapat diketahui nilai aktivitas antioksidan dari senyawa terhadap

radikal bebas DPPH yang dapat diketahui berdasarkan perhitungan pengurangan

antara absorban kontrol yang dikurangi absorban sampel yang kemudian dibagi

dengan absorban kontrol sehingga didapatkan aktivitas antioksidan (%). Pada

tabel 4 merupakan aktivitas antioksidan (%) dari ekstrak dan sampel.

Tabel 4. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Sampel Madu

No Konsentrasi

(µg/mL)

Aktivitas Antioksidan (%)

Ekstrak Sampel

Madu MeOH DCM n-Heksan Air

1 10 0,24 1,41 2,42 1,14 2,03

2 20 0,47 2,34 2,64 1,36 2,33

3 40 1,88 3,98 3,30 1,82 2,62

4 80 4,94 6,32 4,40 2,95 3,49

5 160 10,82 12,18 6,59 5,45 4,65

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan terbesar

terdapat pada ekstrak DCM dengan konsentrasi 160 µg/mL sebesar 12,18 % dan

ekstrak metanol pada konsentrasi 160 µg/mL sebesar 10,82 %. Aktivitas

antioksidan terkecil terdapat pada ekstrak metanol dengan konsentrasi 10 µg/mL

serta 20 µg/mL masing-masing sebesar 0,24 % dan 0,47 %. Pada Tabel 4 dapat

Page 49: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

34

diketahui persen inhibisi (aktivitas antioksidan) berbanding lurus dengan

konsentrasi, yang artinya semakin meningkat konsentrasi maka aktivitas

antioksidan juga akan meningkat. Konsentrasi tertinggi dari ekstrak dan sampel

semua berada pada konsentrasi 160 µg/mL. Data ini sesuai dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Hernani dan Rahardjo (2005) yang menyatakan bahwa

presentasi penghambatan (persen inhibisi terhadap aktivitas radikal bebas akan

meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi. Perbandingan aktivitas

antioksidan terhadap ekstrak dan sampel dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Diagram Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Madu

Berdasarkan data aktivitas antioksidan yang diperoleh, maka dibuat

persamaan regresi linear untuk menyatakan hubungan antara konsentrasi larutan

uji (x) dengan aktivitas antioksidan (y) untuk memperoleh nilai IC50. Semakin

besar aktivitas antioksidan maka nilai IC50 akan semakin kecil, dimana nilai IC50

berbanding terbalik dengan aktivitas antioksidan suatu senyawa yang terkandung

Page 50: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

35

di dalam ekstrak maupun asam askorbat. Tabel 3 merupakan data hasil uji IC50

ekstrak dan sampel madu.

Tabel 5. Data Hasil Uji IC50 Ekstrak dan Sampel.

No Larutan Uji IC50(μg/mL) Metabolit Sekunder

1 Madu 2826,471 Flavonoid, tanin, alkaloid, steroid,

saponin

2 Ekstrak Air 1698,345 Tanin, saponin, steroid, alkaloid

3 Ekstrak Metanol 683,153 Flavonoid, tannin, alkaloid, steroid,

saponin

4 Ekstrak DCM 701,743 Tanin, steroid, alkaloid

5 Ekstrak n-Heksan 1709,536 Tanin, alkaloid

Suatu senyawa dikatakan sebagai senyawa dengan kemampuan

antioksidan yang sangat kuat apabila memiliki nilai IC50 kurang dari 50 μg/mL.

Senyawa dengan antioksidan kuat apabila memiliki IC50 antara 50-100 μg/mL,

antioksidan sedang dengan nilai IC50 100-150 μg/mL dan lemah apabila memiliki

nilai IC50 antara 150-200 μg/mL (Molyneux, 2004). Pada Tabel 5 menunjukkan

sampel madu dengan hasil uji fitokimia positif mengandung flavonoid, tanin,

alkaloid, steroid serta tanin memberikan hasil IC50 sebesar 2826,471 μg/mL.

Ekstrak air dengan hasil uji fitokimia yang positif mengandung tanin,

saponin, steroid dan alkaloid memiliki nilai IC50 1698,345 μg/mL. Ekstrak

metanol yang mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan saponin

memiliki nilai IC50 683,153 μg/mL. Ekstrak DCM yang positif mengandung tanin,

steroid dan alkaloid pada uji fitokimia memiliki nilai IC50 701,743 μg/mL dan

ekstrak n-heksan yang mengandung tanin serta alkaloid memiliki nilai IC50

sebesar 1709,536 μg/mL.

Page 51: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

36

Perbedaan jenis pelarut akan mempengaruhi kemampuan aktivitas dari

ekstrak (Suryani dkk., 2016). Pelarut n-heksan hanya mampu menarik senyawa

bersifat non polar dan pelarut DCM hanya mampu menarik senyawa bersifat semi

polar. Ekstrak yang menggunakan pelarut metanol memiliki aktivitas antioksidan

lebih baik dari yang lain karena pelarut metanol bersifat universal sehingga

mampu mengikat semua jenis komponen kimia yang terdapat pada madu baik

yang bersifat non polar, semi polar dan polar (Suryani dkk., 2016). Grafik

peningkatan nilai IC50 dari sampel dan ekstrak sampel madu dapat dilihat pada

Gambar 12.

Gambar 12. Grafik nilai IC50 Ekstrak dan Sampel Madu

Pada Gambar 12 menunjukkan kemampuan antioksidan meningkat dengan

semakin meningkatnya kepolaran pelarut. Nilai IC50 dari madu yang merupakan

sampel madu murni yaitu 2826,471 μg/mL, kemudian meningkat pada sampel

madu yang diekstrak dengan air IC50 1698,345 μg/mL. Madu yang ekstrak

dengan pelarut polar yaitu metanol memiliki nilai IC50 tertinggi yaitu

683,153 μg/mL. Setelah itu nilai IC50 berturut-turut menurun pada ekstrak DCM

Page 52: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

37

yang merupakan pelarut semi polar yaitu 701,743 μg/mL dan ekstrak n-heksan

yang merupakan pelarut non polar yaitu 1709,536 μg/mL.

Ekstrak metanol memiliki kemampuan antioksidannya yang lebih baik dari

ekstrak lain bahkan sampel madu murni, walaupun berdasarkan nilai IC50 yang

diperoleh ekstrak metanol sangat lemah walaupun pada uji fitokimia positif

mengandung flavonoid, salah satu senyawa aktif yang berperan dalam aktivitas

antioksidan. Hasil ini menunjukkan bahwa semua ekstrak dan sampel memiliki

kemampuan antioksidan yang sangat lemah karena tidak satupun mendekati

ketentuan nilai kuat lemahnya kemampuan antioksidan dari suatu senyawa yang

telah ditetapkan.

Uji DPPH pada flavonoid murni memiliki hasil yang berbeda tergantung

dari jenis flavonoidnya. Flavonoid kuersetin memiliki nilai IC50 sangat efektif

yaitu 8,5 μg/mL yang dapat menghambat 50% radikal DPPH. IC50 dari flavonoid

kuersetin ini bahkan lebih kuat dibanding dengan larutan standar vitamin C yaitu

19,6 μg/mL dan Trolox (36,9 μg/mL). Flavonoid luteolin dan rhamnetin memiliki

IC50 yang hampir sama yaitu 53 μg/mL dan 59 μg/mL (Majewska dkk., 2011).

Tabel 6. Data Hasil Uji IC50 Asam Askorbat

No Konsentrasi

(μg/mL)

Aktivitas

Antioksidan (%)

Nilai IC50 (μg/mL)

1 0,25 27,10 2,597

2 0,5 30,70

3 1 35,25

4 2 42,69

5 4 64,03

Data IC50 dari asam askorbat pada table 6 digunakan untuk

membandingkan hasil IC50 dari ekstrak dan sampel. Nilai IC50 dari asam askorbat

Page 53: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

38

yaitu 2,97 μg/mL yang menyatakan bahwa kemampuan antioksidan dari asam

askorbat sangat kuat.

Gugus hidroksil dan ikatan rangkap terkonjugasi menjadi aspek penting

yang sangat mempengaruhi kuatnya aktivitas antioksidan dari suatu senyawa.

Asam askorbat memiliki aktivitas antioksidan kuat karena memiliki beberapa

gugus hidroksil yang memiliki kemampuan menangkap radikal bebas dan

membentuk radikal baru. Radikal yang terbentuk tersebut mampu distabilkan

lebih lanjut dengan adanya delokalisasi kedalam cincin sehingga membentuk

radikal yang lebih stabil.

Page 54: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui

bahwa ekstrak metanol memberikan hasil positif pada flavonoid, tanin, saponin,

steroid dan alkaloid dengan nilai IC50 metode DPPH sebesar 683,153 µg/mL.

Ekstrak DCM memberikan hasil positif tanin, steroid dan alkaloid dengan nilai

IC50 701,743 µg/mL. Ekstrak n-heksan positif mengandung tanin dan alkaloid

dengan nilai IC50 1709,536 µg/mL, ekstrak air positif tanin, saponin, steroid,

alkaloid dengan nilai IC50 1698,345 µg/mL. Sampel madu positif mengandung

semua aspek yang diujikan dengan nilai IC50 2826,471 µg/mL. Maka dapat

disimpukan bahwa sampel madu dan masing-masing ekstraknya memiliki

kemampuan antioksidan yang sangat lemah.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji antioksidan dari madu

menggunakan metode selain metode DPPH.

Page 55: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

40

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, R., 2011, Identifikasi dan Karakterisasi Sifat Kimia dan Sifat Fisik dari

Madu Asli dengan Madu yang Dijual di Pasaran Medan, Skripsi,

Departemen Kimia,FMIPA Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anklam, E., 1998, A Review of the Analytical Methods to Determine the

Geographical and Botanical Origin of Honey, Food Chem, 63; 549-562.

Anonim, 2006, Antioksidan Makanan Terbaik, Oktober 14,

(http://www.lampungspot. com/cetak/berita.php) 2 Oktober 2011.

Bogdanov, S., Jurendic, T., Sieber, R. dan Gallman, P., 2008, Honey for Nutrient

and Health: a Review, American Journal of the College of Nutrition, 27:

677-689.

Cahyati, I. dan Miladiyah, I., 2014, Kandungan Komponen Fenolat, Kadar

Fenolat Total dan Aktivitas Antioksidan Madu dari Beberapa Daerah di

Jawa dan Sumatera, MGMI, 6(1): 11-24.

Chua, L.S. dan Adnan, N.A, 2014, Biochemical and Nutritional Components of

Selected Honey Samples, Acta Scientiarum Polonorum 13(2): 169-179.

Cuppett, S., M, Schrepf dan C, Hall., 1954, Natural Antioxidant – Are They

Reality, Foreidoon Shahidi : Natural Antioxidants, Chemistry, Health

Effect and Applications, AOC Press, Illinois.

Davis, G.K. dan Mertz, W., 1987, Trace Elements in Human and Animal

Nutrition, Academic Press, 301-364.

Dephour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Fazel, N.S. dan Mohammad, N.S., 2009,

Anioxidant Activity of Methanol Extract of Ferula Assafeotida and Its

Essential Oil Composition, Grass Aceties, 60(4): 405-412.

Ferreira, I.C.F.R., Aires, E., Barreira, J.C.M. dan Estevinho, L.M., 2009,

Antioxidant of Portuguese Honey Sample: Different Contributions of The

Entire Honey and Phenolic Extract, Food Chemistry, 93: 857-863.

Frindryani, L.F., 2016, Isolasi d Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa dalam Ekstrak

Etanol Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) dengan Metode DPPH,

Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Gheldof, N dan Engeseth, N.J., 2002, Antioxidant Capacity of Honeys from

Various Floral Sources based on Determination of Oxygen Radical

Absorbance Capacity and Inhibition of in vitro Lipoprotein Oxidant in

Page 56: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

41

Human Serum Samples, Journal of Agricultural and Food Chemistry,

50(10): 3050-3055.

Hadiseosilo, S., 2001, Review: Keanekaragaman Spesies Lebah Madu Asli

Indonesia, Biodiversitas, 2(1): 123-128.

Halliwell, B. dan Gutteridge, J.M.C., 1999, Free radical in Biology and Medicine, 3rd, Oxford.

Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Edisi kedua, ITB, Bandung.

Hernani dan Rahardjo, M., 2005, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Penebar

Swadaya, Depok.

Hess, D., 1975, Plant Physiology, Molecular, Biochemical and Physiological

Fundamentals of Metabolism and Development, Toppan Company,

Singapura.

Idris, N.A., 2017, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Sarang Lebah dan Madu

Hutan daru Luwu Utara dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-

Pikrilhidrazil),Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan

Teknologi, UIN Alauddin, Makassar.

Istiqomah, 2013, Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Soxhletasi

terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus),

Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose,K., Akiyama, K. dan Taniguchi, H., 2002,

Antioxidants Properties of Ferulic Acid and Its Related Compound,

Journal Agricultural Food Chemistry, 50: 2161-2168.

Langseth, L., 2000, Antioxidant and Their Effect on Health, di dalam : Schmild, M. K., dan Labuza, T. P., Essentials of Fungtional Foods, Aspen Publisher Inc. Gaethersburg, Maryland.

Lenny, S., 2006, Senyawa Flavonoid, Feni Propanoida dan Alkaloida (Online),

(http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf, diakses 30 November 2018).

Maa, T.C., 1953, An Inquiry inti the Systematics of the Tribus Apidini or

Honeybees (Hymenoptera), Treubia, 21: 525-640. Majewska, M., Skrzycki, M., Podsiad, M. dan Czeczot, H., 2011, Evaluation of

Antoxidant Potential of Flavonoids: An in Vitro Study, Acta Poloniae Pharmaceutica-Drug Research, 68(4): 611-615.

Page 57: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

42

Makawi, S.Z.A., Gadkariem, E.A. dan Ayoub, S.M.H., 2009, Determination of Antioksidan Flavonoid in Sudanese Honey Samples by Solid Phase Extraction and Hgh Performance Liquid Chromatography, E-Journal of Chemistry, 6: 429-437.

Maria, P., Roxana, A dan Simona, V., 1918, Study Concerning Microbiological

and Physical-Chemical Characteristics of Transylvania Honey, 1-13.

Marliana, S.D., Suryanti, V. dan Suyono., 2005, Skrining Fitokimia dan Analisis

Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium

edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol, Biofarmasi, 3(1):26-31.

Mato, I., Huidobro, J.F., Lozano, J.S. dan Sancho, M.T., 2003, Significance of

Non-aromatic Organic Acid in Honey, J.Food Prot, 66(12): 2371-2376.

Molyneux, P., 2004, The use of thr Stable Free Radical Dyphenylpicrylhydrazil

(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, Journal Science and

Technology, 26: 211-219.

Mulu, A., Tessema, B. dan Derby, F., 2004, In vitro Assesment of The

Antimicrobial

Potential of Honey on Common Human Pathogens, Ethiop.J. Health Dev,

18 (2).

Muslim, T., 2014, Sebaran dan Karakteristik Persarangan Apis dorsata Binghami,

Prosiding Seminar KSDA : 67-78.

Olaitan, P.B., Adeleke, O.E. and Ola, I.O., 2007, Honey: A reservoir for

microorganisms and an inhibitory agent for microbes, African Health Sci,

7(3): 159–165.

Parwata, O.A., Ratnayani, K. dan Listya, A., 2010, Aktivitas Antiradikal Bebas

serta Kadar Beta Karoten pada Madu Randu (Ceiba pentandra) dan Madu

Kelengkeng (Nephelium longata L.), Jurnal Kimia, 4(1): 56-42.

Prakash, A., 2001, Antioxidant Activity, Medallion Laboratories : Analytical

Progres, 19(2): 1-4.

Prashant, T., Bimlesh, K., Mandeep, K., Gurpreet, K. dan Harleen, K., 2011,

Phytochemical Screening and Extraction : A Review, International

Pharmaceutica Sciencia, 2(1): 100-106.

Pratimasari, R., 2009, Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Buah Carica Papaya L.

dengan Metode DPPH dan Penetapan Kadar Fenolik serta Flavonoid

Totalnya, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta.

Page 58: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

43

Ratnayani, K., Dwi Adhi, N.M.A dan Gitadewi, I.G.A.M.A.S., 2012, Penentuan

Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng

dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Jurnal Kimia, 2(2): 77-

86.

Redha, A., 2010, Flavonoid : Struktur, Sifat Antioksidan dan Perannya dalam

Sistem

Biologis,(Online),(http://mobile.repository.polnep.ac.id/xmlui/bitstream/ha

ndle/123456789/144/13-Abdi.pdf?sequence=1, diakses 1 Desember 2018).

Rohdiana, D., 2001, Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol dalam Daun Teh,

Jurnal Indonesia, 12(1): 53-58.

Ruttner, F., 1988, Biogeography and Taxonomy of Honeybees, Springer-Verlag

Berlin Heidelberg, New York.

Sakagami, F.S., Matsumura, T. dan Ito, K., 1980, Apis Laboriosa in Himalaya, the

Little Known World Largest Honeybee (Hymnoptera, Apidae), Insect

Matsumurana, 19: 47-77.

Salamah, N. dan Widyasari, E., 2015, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol

Daun Kelengkeng (Euphoria (L) Steud) dengan Metode Penangkalan

Radikal 2,2’-difenil-1-pikrilhidrazil, Pharmaciana, 5(1): 25-34.

Sarwono, B., 2001, Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu, Cetakan

Pertama, Agro Media Pustaka, Jakarta.

Setyowati, W.A., Ariani, S.R.D., Mulyani, B. dan Rahmawati, C.P., 2014,

Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Metanol

Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk, Makalah disajikan

dalam Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia di Surakarta

Angkatan VI, Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

UNS, Surakarta, 21 Juni.

Sibuea, P., 2003, Antioksidan Senyawa Ajaib Penangkal Penuaan Dini, Sinar

Harapan, Yogyakarta

Sihombing, D., 1997, Ilmu Ternak Lebah Madu, Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Simon, H.U., Yehia, A.H. dan Schaffer, F.L., 2000, Role of Reactive Oxygen

Species (ROS) in Apoptosis Induction, Apoptosis Journal, 5(5): 415-418.

Soleha, R.M., 2015, Pengaruh Suhu Pemanasan dan Lama Penyimpanan

terhadap Kualitas Madu asal Desa Terasa berdasarkan Kandungan 5-

(Hidroksimetil) Furan-2-Karbaldehida(HMF), Skripsi tidak diterbitkan,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Page 59: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

44

Sumarlin, L.O., Muawanah, A. dan Masitoh, P.W., 20014, Aktivitas Antikanker

dan Antioksidan Madu di Pasaran Lokal Indonesia, Jurnal Ilmu Pertanian

Indonesia (JIPI), 19(3): 136.

Suranto, A., 2007, Terapi Madu, Penebar Plus, Jakarta.

Suryani, N.C., Permana, D.G. dan Jambe, A.A.G.N.A., 2016, Pengaruh Jenis

Pelarut terhadap Kandungan Total Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata),(Online),

(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/8717ce9f43ee82b

d10e8dfee6a8770c1.pdf, diakses 1 Desember 2018).

Trevor, R., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih,

Padmawinata, Edisi 6, ITB, Bandung.

Ulfah, S., 2015, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium

lappaceum Linn) dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil,

Skripsi diterbitkan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Umarani, S., Eswaran, V.U., Keerthika, E., Mathumitha, K., Elakiyya, S. dan

Bhargava, H.R., 2015, A Relative Study on the Chemical Composition

Amongthe Pure and Branded Honey Types Collected from Diverse

Sources of Tamilnadu India, World Applied Science Journal, 33(3): 401-

408

Vulic, J., Brunet, J., Cetkovic, G., Djilas, S. dan Saponjac, T., 2015, Antioxidant

and Sensorial Properties of Polyfloral Honey with Dried Apricots after

One Year of Storege, Journal of Chemistry, 2015: 7

White, J.W., 1978, Honey, J. Apicultural Sci, 17; 234-238.

Widyaningsih, W., 2010, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Dewa

(Gynura procumbens) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-

picrilhidrazil), Prosiding Seminar Nasional Kosmetika Alami, Fakults

Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan, Kanisius, Yogyakarta.

Yuhernita dan Juniarti., 2011, Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak

Metanol Daun Surian yang Berpotensi sebagai Antioksidan, MARAKA SAINS, 15(1): 48-52.

Page 60: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

45

Lampiran 1. Skema Prosedur Kerja

A. Preparasi dan Ekstraksi

1. Pengolahan Sampel

2. Ekstraksi Madu dengan pelarut Metanol

Madu

Madu Kering

Sebanyak 78 g dimaserasi dengan metanol p.a

selama 2 x 24 jam sebanyak 3 kali

menggunakan metanol p.a.

didekantasi.

Maserat

Residu

Di freeze dry selama 48 jam.

Madu Kering

Dievaporasi pada suhu 55 ˚C

Ekstrak Kental

Metanol

Diremaserasi menggunakan 30 mL

metanol p.a.

Diaduk dan didiamkan.

Disaring menggunakan kertas.

saring whatman no.42 .

Maserat

Residu

Dievaporasi menggunakan rotary evaporator

suhu 55 ˚C.

Ekstrak Metanol

Page 61: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

46

3. Ekstraksi Madu dengan Pelarut Air

4. Ekstraksi Madu dengan Pelarut DCM

2 gram Madu

Ditimbang kedalam botol vial kosong

yang telah diketahui bobotnya.

Dimaserasi menggunakan pelarut

akuabides sebanyak 30 mL

Disonikasi menggunakan alat sonikator.

didekantasi

Maserat Residu

Dievaporasi menggunakan rotary

evaporator pada suhu 55 ˚C.

Ekstrak Air

2 gram Madu

Ditimbang kedalam falcon tube.

Dimaserasi menggunakan pelarut DCM

sebanyak 30 mL.

Disonikasi menggunakan alat sonikator.

Didekantasi.

Page 62: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

47

5. Ekstraksi Madu dengan Pelarut n-Heksan

Maserat Residu

Dimasukkan kedalam botol vial kosong yang telah diketahui

bobotnya.

Ditutup dengan aluminium foil yang telah diberi lubang kecil

Didiamkan hingga seluru pelarut DCM menguap dan

menyisakan ekstrak DCM

Ekstrak DCM

2 gram Madu

Ditimbang kedalam falcon tube.

Dimaserasi menggunakan pelarut n-Heksan

sebanyak 30 mL.

Disonikasi menggunakan alat sonikator.

Didekantasi.

Maserat Residu

Dimasukkan kedalam botol vial kosong yang telah diketahui

bobotnya.

Ditutup dengan aluminium foil yang telah diberi lubang kecil.

Didiamkan hingga seluru pelarut n-Hek.san menguap dan

menyisakan ekstrak n-Heksan

Ekstrak n-Heksan

Page 63: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

48

B. Uji Bioaktivitas

1. Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM

2. Pembuatan Larutan Induk Asam Askorbat 500 ppm

3. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak n-Heksan 500 ppm

Ditimbang sebanyak 0,0058 gram

Dilarutkan dengan metanol banyak 11,6 mL.

Ditimbang sebanyak 0,005 g.

Dilarutkan dengan 10 mL metanol p.a

Serbuk DPPH

Ditimbang sebanyak 0,015 g

Dilarutkan dalam 100 mL metanol p.a

dihomogenkan

Larutan DPPH 0,4 mM

Asam Askorbat

Konsentrasi

500 ppm

Ekstrak n-Heksan

Konsentrasi 500 ppm

Dipipet 0,1 mL

Ditambahkan metanol p.a 9,9 mL sehingga didapatkan

volume 10 mL.

Konsentrasi 5 ppm

Page 64: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

49

4. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak DCM 500 ppm

Ditimbang sebanyak 0,0682 g.

Dilarutkan dengan metanol banyak 11,4 mL.

Dipipet sebanyak 0,83 mL

Ditambahkan metanol p.a sebanyak 9,17 mL sehingga

didapatkan volume 10 mL

5. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Metanol 500 ppm

Ditimbang sebanyak 1,016 gram

Dilarutkan dengan metanol p.a banyak 10,2 mL

Dipipet sebanyak 0,05 mL

Ditambahkan metanol p.a sebanyak 9,95 mL sehingga

didapatkan volume 10 mL

Ekstrak DCM

Konsentrasi 6000 ppm

Konsentrasi 500 ppm

Ekstrak Metanol

Konsentrasi 100.000 ppm

Konsentrasi 500 ppm

Page 65: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

50

6. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Air 500 ppm

Ditimbang sebanyak 0,3329 gram

Dilarutkan dengan metanol banyak 10,1 mL

Dipipet sebanyak 0,15 mL

Ditambahkan metanol p.a sebanyak 9,85 mL sehingga

didapatkan volume 10 mL

7. Pembuatan Larutan Induk Sampel Madu 500 ppm

Ditimbang sebanyak 0,005 g.

Dilarutkan dengan metanol banyak 10 mL.

8. Penentuan Aktivitas Antioksidan Asam Askorbat dengan Metode DPPH

Ekstrak Air

Konsentrasi 33.000

ppm

Konsentrasi 500 ppm

Sampel Madu

Konsentrasi 50 ppm

Dipipet masing-masing 0,25 mL, 0,5 mL, 1 mL, 2 mL dan

4 mL untuk membuat deret standar 0,25 ppm, 0,5 ppm, 1

ppm, 2 ppm dan 4 ppm.

Ditambahkan masing-masing 1 mL larutan DPPH 0,4 mM

Ditambahkan metanol p.a masing-masing 3,75 mL, 3,5 mL,

3 mL, 2 mL dan 0 mL sehigga didapatkan volume total

5 mL untuk masing-masing deret standar

Ditutup dengan aluminium foil

Diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37 ˚C.

Diukur serapan absorbansi dengan menggunakan

Asam Askorbat

Konsentrasi 5 ppm

Deret Standar

Page 66: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

51

9 Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak dengan Metode DPPH

Dipipet 0,1 mL, 0,2 mL, 0,4 mL, 0,8 mL dan

1,6 mL untuk membuat deret ukur 10 ppm, 20 ppm,

40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm dari masing-masing

ekstrak

Ditambahkan masing-masing larutan DPPH

sebanyak 1 mL

Ditambahkan masing-masing metanol hingga

volume 5 mL

Dipipet sebanyak 1 mL

Volume dicukupkan sampai 5 mL dengan menggunakan

metanol.

Larutan konsentrasi 500 ppm ekstrak

n-Heksan, DCM, Metanol, Air dan

Sampel Madu

Deret Ukur

Larutan DPPH 0,4 mM

Kontrol

Diinkubasi pada suhu ruang ditempat gelap selama 30 menit

Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum 515 nm

Data

Deret Standar

Page 67: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

52

diinkubasikan pada suhu ruang selama 30 menit di

ruang gelap

Serapannya diukur pada panjang gelombang

maksimum 515 (λmax)

Catatan: Larutan blanko yang digunakan 5 mL metanol dan perlakuan yang sama

dengan ekstrak

Deret Ukur Kontrol

Data

Page 68: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

53

Lampiran 2. Kurva Pengukuran Aktivitas Antioksidan

1. Pengukuran Ekstrak n-Heksan

No Konsentrasi (μg/mL) Aktivitas Antioksidan (%)

1 10 2,42

2 20 2,64

3 40 3,30

4 80 4,40

5 160 6,59

Perhitungan aktivitas antioksidan pada ekstrak n-heksan

% aktivitas antioksidan = absorbansi control – absorbansi sampel x 100 %

absorbansi control

Page 69: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

54

a. Konsentrasi 10 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,455 – 0,444 x 100 %

0,455

= 2,42 %

b. Konsentrasi 20 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,455 – 0,443 x 100 %

0,455

= 2,64 %

c.Konsentrasi 40 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,455 – 0,44 x 100 %

0,455

= 3,30 %

d. Konsentrasi 80 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,455 – 0,435 x 100 %

0,455

= 4,40 %

e. Konsentrasi 160 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,455 – 0,425 x 100 %

0,455

= 6,59 %

Perhitungan nilai IC50 :

y = 0,028x – 2,1337

IC50 = y – b = 50 – 2,133

a 0,028

= 1709,535

Page 70: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

55

2. Pengukuran Ekstrak DCM

No Konsentrasi (μg/mL) Aktivitas Antioksidan (%)

1 10 1,41

2 20 2,34

3 40 3,98

4 80 6,32

5 160 12,18

Perhitungan aktivitas antioksidan pada ekstrak DCM

% aktivitas antioksidan = absorbansi control – absorbansi sampel x 100 %

absorbansi kontrol

a. Konsentrasi 10 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,427 – 0,421 x 100 %

0,427

= 1,41 %

Page 71: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

56

b. Konsentrasi 20 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,427 – 0,417 x 100 %

0,427

= 2,34 %

c.Konsentrasi 40 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,427 – 0,41 x 100 %

0,427

= 3,98 %

d. Konsentrasi 80 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,427 – 0,4 x 100 %

0,427

= 6,32 %

e. Konsentrasi 160 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,427 – 0,375 x 100 %

0,427

= 12,18 %

Perhitungan nilai IC50 :

y = 0,0704x + 0,8782

IC50 = y – b = 50 – 0,878

a 0,070

= 701,743

Page 72: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

57

3. Pengukuran Ekstrak Metanol

No Konsentrasi (μg/mL) Aktivitas Antioksidan (%)

1 10 0,24

2 20 0,47

3 40 1,88

4 80 4,94

5 160 10,82

Perhitungan aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol

% aktivitas antioksidan = absorbansi control – absorbansi sampel x 100 %

absorbansi kontrol

a. Konsentrasi 10 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,425 – 0,424 x 100 %

0,425

= 0,24 %

b. Konsentrasi 20 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,425 – 0,423 x 100 %

0,425

= 0,47 %

Page 73: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

58

c.Konsentrasi 40 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,425 – 0,417 x 100 %

0,425

= 1,88 %

d. Konsentrasi 80 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,425 – 0,404 x 100 %

0,425

= 4,94 %

e. Konsentrasi 160 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,425 – 0,379 x 100 %

0,425

= 10,82 %

Perhitungan nilai IC50 :

y = 0,0723x - 0,8137

IC50 = y – b = 50 – 0,813

a 0,072

= 683,153

4. Pengukuran Ektrak Air

No Konsentrasi (μg/mL) Aktivitas Antioksidan (%)

1 10 1,14

2 20 1,36

3 40 1,82

4 80 2,95

5 160 5,45

Page 74: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

59

Perhitungan aktivitas antioksidan pada ekstrak air

% aktivitas antioksidan = absorbansi control – absorbansi sampel x 100 %

absorbansi kontrol

a. Konsentrasi 10 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,44 – 0,435 x 100 %

0,44

= 1,14 %

b. Konsentrasi 20 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,44 – 0,434 x 100 %

0,44

= 1,36 %

c.Konsentrasi 40 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,44 – 0,432 x 100 %

0,44

= 1,82 %

d. Konsentrasi 80 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,44 – 0,427 x 100 %

0,44

= 2,95 %

Page 75: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

60

e. Konsentrasi 160 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,44 – 0,416 x 100 %

0,44

= 5,42 %

Perhitungan nilai IC50 :

y = 0,029x + 0,7481

IC50 = y – b = 50 – 0,748

a 0,029

= 1698,345

5. Pengukuran Sampel Madu

No Konsentrasi (μg/mL) Aktivitas Antioksidan (%)

1 10 2,03

2 20 2,33

3 40 2,62

4 80 3,49

5 160 4,65

Page 76: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

61

Perhitungan aktivitas antioksidan pada sampel madu

% aktivitas antioksidan = absorbansi control – absorbansi sampel x 100 %

absorbansi kontrol

a. Konsentrasi 10 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,344 – 0,337 x 100 %

0,344

= 2,03

b. Konsentrasi 20 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,344 – 0,336 x 100 %

0,344

= 2,33 %

c.Konsentrasi 40 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,344 – 0,335 x 100 %

0,344

= 2,62 %

d. Konsentrasi 80 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,344 – 0,332 x 100 %

0,344

= 3,49 %

e. Konsentrasi 160 ppm

% aktivitas antioksidan = 0,344 – 0,328 x 100 %

0,344

= 4,65 %

Perhitungan nilai IC50 :

y = 0,0173x + 1,9501

IC50 = y – b = 50 – 1,950

a 0,017

= 2826,471

Page 77: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

62

Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Larutan Induk

1. Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM

g = M . V . Mr

= 0,4 x 10-3 . 0,1 . 394,32

= 15,7728 x 10-3 g

= 0,015 g

2. Pembuatan Larutan Induk Asam Askorbat 500 ppm

ppm = mg

L

500 = mg

0,01 L

mg = 5 mg = 0,005 g

diencerkan hingga 5 ppm :

M1 . V1 = M2 . V2

500 . V1 = 5 . 10

V1 = 0,1 mL

Volume metanol p.a yang dibutuhkan = 10 mL – 0,1mL = 9,9 mL

3. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak n-Heksan 500 ppm

ppm = mg

mL

500 = mg

0,01

mg = 5 mg = 0,005 g

Page 78: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

63

4. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak DCM 500 ppm

ppm = mg

mL

= 0,0682 g

11,4 mL

ppm = 6000 ppm

Untuk membuat konsentrasi 500 ppm 10 mL dari konsentrasi 6000 ppm

V = 500 ppm. 10 mL

6000 ppm

= 0,83 mL

Volume metanol p.a yang dibutuhkan = 10 mL – 0,83 mL = 9,17 mL

5. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Metanol 500 ppm

ppm = mg

mL

= 1,016 g

10,2 mL

ppm = 100000 ppm

Untuk membuat konsentrasi 500 ppm 10 mL dari konsentrasi 100000 ppm

V = 500 ppm. 10 mL

100000 ppm

= 0,05 mL

Volume metanol p.a yang dibutuhkan = 10 mL – 0,05 mL = 9,95 mL

6. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Air

ppm = mg

mL

= 0,3329 g

10,1 mL

ppm = 33000 ppm

Untuk membuat konsentrasi 500 ppm 10 mL dari konsentrasi 33000 ppm

Page 79: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

64

V = 500 ppm. 10 mL

33000 ppm

= 0,15 mL

Volume metanol p.a yang dibutuhkan = 10 mL – 0,15 mL = 9,85 mL

7. Pembuatan Larutan Induk Sampel Madu 500 ppm

ppm = mg

L

500 = mg

0,01 L

mg = 5 mg = 0,005 g

Page 80: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

65

Lampiran 4. Perhitungan Pembuatan Deret Standar

1. Ekstrak Metanol 500 ppm

1.1 Konsentrasi 10 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 10 ppm . 5 mL

V1 = 0,1 mL

1.2 Konsentrasi 20 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 20 ppm . 5 mL

V1 = 0,2 mL

1.3 Konsentrasi 40 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 40 ppm . 5 mL

V1 = 0,4 mL

1.4 Konsentrasi 80 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 80 ppm . 5 mL

V1 = 0,8 mL

1.5 Konsentrasi 160 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 160 ppm . 5 mL

V1 = 1,6 mL

Page 81: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

66

2. Ekstrak DCM 500 ppm

1.1 Konsentrasi 10 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 10 ppm . 5 mL

V1 = 0,1 mL

1.2 Konsentrasi 20 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 20 ppm . 5 mL

V1 = 0,2 mL

1.3 Konsentrasi 40 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 40 ppm . 5 mL

V1 = 0,4 mL

1.4 Konsentrasi 80 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 80 ppm . 5 mL

V1 = 0,8 mL

1.5 Konsentrasi 160 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 160 ppm . 5 mL

V1 = 1,6 mL

Page 82: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

67

3. Ekstrak n-Heksan 500 ppm

1.1 Konsentrasi 10 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 10 ppm . 5 mL

V1 = 0,1 mL

1.2 Konsentrasi 20 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 20 ppm . 5 mL

V1 = 0,2 mL

1.3 Konsentrasi 40 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 40 ppm . 5 mL

V1 = 0,4 mL

1.4 Konsentrasi 80 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 80 ppm . 5 mL

V1 = 0,8 mL

1.5 Konsentrasi 160 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 160 ppm . 5 mL

V1 = 1,6 mL

Page 83: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

68

4. Ekstrak Air 500 ppm

1.1 Konsentrasi 10 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 10 ppm . 5 mL

V1 = 0,1 mL

1.2 Konsentrasi 20 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 20 ppm . 5 mL

V1 = 0,2 mL

1.3 Konsentrasi 40 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 40 ppm . 5 mL

V1 = 0,4 mL

1.4 Konsentrasi 80 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 80 ppm . 5 mL

V1 = 0,8 mL

1.5 Konsentrasi 160 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 160 ppm . 5 mL

V1 = 1,6 mL

Page 84: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

69

5. Sampel Madu 500 ppm

1.1 Konsentrasi 10 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 10 ppm . 5 mL

V1 = 0,1 mL

1.2 Konsentrasi 20 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 20 ppm . 5 mL

V1 = 0,2 mL

1.3 Konsentrasi 40 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 40 ppm . 5 mL

V1 = 0,4 mL

1.4 Konsentrasi 80 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 80 ppm . 5 mL

V1 = 0,8 mL

1.5 Konsentrasi 160 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

500 ppm . V1 = 160 ppm . 5 mL

V1 = 1,6 mL

Page 85: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

70

6. Deret Standar Asam Askorbat dari 5 ppm

1.1 Konsentrasi 0,75 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

5 ppm . V1 = 0,75 ppm . 5 mL

V1 = 0,75 mL

1.2 Konsentrasi 0,5 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

5 ppm . V1 = 0,5 ppm . 5 mL

V1 = 0,5 mL

1.3 Konsentrasi 1 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

5 ppm . V1 = 1 ppm . 5 mL

V1 = 1 mL

1.4 Konsentrasi 2 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

5 ppm . V1 = 2 ppm . 5 mL

V1 = 2 mL

1.5 Konsentrasi 4 ppm

M1 . V1 = M2 . V2

5 ppm . V1 = 4 ppm . 5 mL

V1 = 4 mL

Page 86: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

71

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Sampel madu yang diambil di Desa Sadar, Bone

Madu setelah difreeze dry Maserasi dengan pelarut metanol

Proses evaporasi dengan Rotary Eveporator

Page 87: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

72

Ekstrak Metanol Madu Maserasi madu dengan

pelarut dcm, n-heksan dan air

Madu dengan pelarut yang akan dievaporasi

Ekstrak metanol, n-heksan, dcm dan air dari madu

Page 88: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

73

Pengujian IC50 dengan DPPH ekstrak n-heksan

Pengujian IC50 dengan DPPH ekstrak metanol

Pengujian IC50 dengan DPPH ekstrak dcm

Pengujian IC50 dengan DPPH ekstrak air

Page 89: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

74

Pengujian IC50 dengan DPPH madu

Uji fitokimia ekstrak metanol

Uji fitokimia ekstrak dcm

Uji fitokimia ekstrak air

Page 90: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

75

Uji fitokimia ekstrak n-heksan

Uji fitokimia madu

Uji Saponin

Page 91: SKRINING KANDUNGAN SENYAWA AKTIF MADU DAN UJI …

76

Uji Alkaloid

Uji Tanin