pai 7 iman kepada allah makna dan cakupan
TRANSCRIPT
ل�ك�ن� غ�ر�ب� و� ال�م� ر�ق� و� ب�ل� ال�م�ش� ك�م� ق� وه� ل�وا و�ج� ل�ي�س� ال�ب�ر� أ�ن� ت�و�ال�ب�ر� م�ن� آ�م�ن� ب�الل�ه� ........
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, ….." (QS Al Baqarah: 177)
....أخبرني عن اإليمان. قال: أن تؤمن بالله.........الحديث"(Jibril) berkata: kabarkan kepadaku yentang iman: Nabi
menjawab: hendaknya kamu beriman kepada Allah……" ( HR. Imam Muslim)
Prinsip Dasar Aqidah Islam
Mengimani Wujud Allah Mengimani Rububuyah Allah Mengimani Uluhiyyah Allah Mengimani Asma' wa Shifat-Nya
Cakupan Iman Kepada Allah
Wujud (ada)-nya Allah adalah sebuah aksiomatis
Bukti adanya Allah - Bukti Fitrah - Bukti Akal - Bukti Wahyu
Wujud Allah
setiap makhluk telah ditetapkan rasa iman pada saat penciptanya tanpa harus memikirkan atau mempelajarinya terlebih dahulu
Secara esensi tidak ada seorang manusia pun yang tidak bertuhan. Namun yang ada hanyalah mereka yang mempertuhankan sesuatu yang bukan Tuhan yang sebenarnya (Allah).
Bukti Fitrah
Merenungkan dirinya sendiri, alam semesta, dan lain-lain.
Al-qur’an banyak mengemukakan ayat-ayat yang menggugah akal pikiran tersebut
Menggunakan beberapa teori/hukum: - Teori sebab-akibat - Teori wajibul wujub (yang mesti ada) - Teori huduts (baru) - Teori Nizham (keteraturan) - Teori fenomenologis
Bukti Akal
Teori Sebab – Akibat Segala sesuatu ada sebabnya. Setiap ada perubahan tentu ada yang menjadi sebab terjadinya perubahan
itu. Begitu juga sesuatu yang ada tentu ada yang mengadakannya. Sesuatu menurut akal mustahil ada dengan sendirinya. Siapakah yang mengadakan alam
semesta ini?
Teori Wajibul Wujud
Wujud segala sesuatu tidak bisa lepas dari salah satu kemungkinan: wajib, mustahil, atau mungkin.
Alam semesta, adanya tidaklah wajib dan tidak pula mustahil, karena keduanya tidak bertentangan dengan akal.
Kalau tidak wajib dan mustahil tentu mungkin.
Adanya alam semesta ini mungkin, tidak adanya juga mungkin.
Lalu siapa yang menentukan mungkin itu menjadi ada atau tidak ada?
Tentu bukan yang bersifat mungkin. Haruslah yang bersifat wajib ada dalam hal ini bukanlah alam semesta itu sendiri.
Teori HudutsAlam semesta seluruhnya adalah sesuatu yang hadits
(baru, ada awalnya), bukan sesuatu yang tidak berawal.
Jika baru, tentu adanya yang mengadakannya.
Dan yang mengadakannya itu tentulah bukan yang bersifat huduts, haruslah yang bersifat awal
Teori Nizham
Alam semesta beserta isinya adalah segala sesuatu
yang teratur.Sesuatu yang teratur tentu ada yang mengaturnya,
mustahil menurut akal semuanya terjadi dengan sendirinya secara kebetulan.
Teori Fenomenologis1. Fenomena Terjadinya Alam2. Fenomena Kehendak3. Fenomena Pengabulan Do’a4. Fenomena Pertolongan5. Fenomena Hidayah6. Fenomena Hikmah7. Fenomena Kesatuan
1. Allah tidak ada permulaan bagi wujud-Nya dan tidak ada akhir dari wujud-Nya
( QS. Al-Hadid:3; al-Rahman: 26-27)2. Tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya (QS. Al-Syura: 11)3. Allah Maha Esa (QS. Al-ikhlas: 1)4. Allah memiliki al-Asma’ al-Husna dan al-Shifat al-Ula (QS.Al-A’raf: 18)
Bukti Wahyu
Esensi iman kepada Allah adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik dalam zat, asma’ dan shifat, maupun perbuatan-Nya.
Tauhid terbagi menjadi tiga tingkatan: - Tauhid Rububiyah - Tauhid Uluhiyah - Tauhid Asma’ wa Shifat
TAUHIDULLAH
Seorang mukmin mengimani bahwasanya Allah adalah satu-satunya pencipta dan pengatur alam semesta yang tidak ada sekutu dan penolong bagi-Nya
Makna Ar-Rabb adalah pencipta, penguasa, pengatur.
Tidak ada pencipta melainkan Allah, tidak ada penguasa melainkan Allah, tidak ada pengatur melainkan Allah
Tauhid Rububiyah
Tidak ada seorang dari makhluk ini yang mengingkari rububiyah Allah (Rububiyah = fitrah)
orang-orang musyrik di zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam menyakini dan mengimani kerububiyaan Allah tetapi bersaman dengan itu mereka mempersekutukan Allah dalam keuluhiyahan-Nya (Syirik)
Mengimani bahwasanya dia Allah adalah sesembahan yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya.
Al-Ilaah adalah Al-Mal-uh atau Al-Ma'buud : yang di sembah atau yang di ibadahi
Rasul diutus untuk meluruskan penyembahan hanya kepada Allah semata dan bukan kepada yang lain.
Menjadikan selain Allah sebagai sesembahan atau menyembah Allah dan selain Allah secara bersamaan disebut dengan Syirik
Tauhid Uluhiyah
at-talazum (kemestian) -Tauhid uluhiyah konsekuensi logis dari rububiyah -Tidak logis orang yg mengakui Allah sebagai Rabb tidak menjadikanNya sebagai ilah (sesembahan yg hak)
at-tadhamun (cakupan) kandungan tauhid uluhiyah adalah tauhid rububiyah
Kaitan Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah
Laa ilaaha illallah beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada
yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala , Menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya.
LAA ILAAHA menafikan hak penyembahan dari selain ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala siapa pun orangnya.
ILLALLAH adalah penetapan haq ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala semata untuk disembah.
Dua Kalimat Syahadat
Makna dari syahadat Muhammad Rasulullah pengakuan lahir batin dari seorang Muslim
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.
Syahadat Muahammad Rasulullah
Menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yg ditetapkan dalam al-Qur’an dan sunnah yang menunjukkan kesempurnaan dan keagunganNya tanpa mengingkari (ta’thil) dan menyerupakan dengan makhluk (tamtsil).
Menafikan nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yg dinafikan dalam al-Qur’an dan sunnah tanpa merubah (tahrif) dan memvisualisasi (takyif) dan
Tauhid Asma’ Wa Shifat
Menginkari nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan alasan bahwa itu berarti menyamakan Allah dengan makhluk merupakan kebatilan
Alasan-Alasan: - Hal itu berarti adanya kontradiksi dalam al-Qur’an - Kesamaan dua benda dalam nama dan sifat berarti sama hakikatnya.
Menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah disertai dengan menyerupakanNya dengan alasan konsukeunsi dari al-Qur’an dan sunnah adalah batil
Alasan: - Menyamakan Allah dengan makhluk sesuatu yang batil secara akal sehat dan agama krn tidak mungkin tuntutan al-qur’an dan sunnah sesuatu yg batil. - Allah berbicara kepada hambaNya melalui al-Qur’an dengan bahasa yang dipahami dari sisi asal maknanya. Adapun hakikatnya dari makna tersebut sesuatu yg ghaib karena terkait zat Allah.
Tidak boleh memberi nama Allah dengan nama-nama yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan sunnah.
Tidak boleh menyamakan atau memiripkan zat , sifat-sifat dan perbuatan Allah dengan makhluk manapun.
Mengimani al-asma’ wa shifat bagi Allah harus apa adanya tanpa menanyakan atau mempertanyakan “bagaimana”nya
Allah memiliki nama-nama yang tidak terbatas namun yang dapat diketahui ada 99 nama.
Kesimpulan